Anda di halaman 1dari 91

EVALUASI PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN

KESEHATAN KERJA (SMK3)


(Studi Kasus : Proyek Pembangun Gedung Rumah Sakit Umum Type-C. Medan
Labuhan)

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi syarat penyelesaian


Pendidikan Sarjana Teknik Sipil

Disusun Oleh :

Joseph K. David Harianja


12 0404 128

Dosen Pembimbing :

Ir. Syahrizal, M.T.


NIP 19611231 198811 1 001

Dosen Co – Pembimbing :

Gea Geby Aurora Syafridon


NIP 19901222 201805 2 001

BIDANG MANAJEMEN & REKAYASA KONTRUKSI


DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ABSTRAK

Dalam mengantisipasi dan mengurangi angka kecelakaan kerja dan


penyakit akibat kerja serta menciptakan lingkungan kerja yang aman, efisien dan
produktif, pemerintah mewajibkan setiap perusahaan konstruksi menerapkan
sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3). Menanggapi hal
tersebut, dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui tingkat
keberhasilan penerapan SMK3 dan faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan
SMK3 pada proyek pembangunan Rumah Sakit Umum Tipe C di Medan
Labuhan, Sumatera Utara.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif melalui studi kepustakaan
dan penyebaran kuesioner kepada 30 responden lalu dianalisa dengan metode
analisis Univariat lalu diolah dengan software SPSS. Berdasarkan hasil penelitian,
total keberhasilan penerapan SMK3 di proyek pembangunan Rumah Sakit Umum
Tipe C yang mencapai nilai 77,74% tergolong dalam kategori nomor 2 yaitu
tingkat pencapaian penerapan 60-84% yang pengertiannya layak untuk diberi
sertifikat dan peringkat bendera perak.
Berdasarkan evaluasi pelaksanaannya, faktor-faktor yang mempengaruhi
penerapan SMK3 adalah sebagai berikut: Dilihat dari segi kesehatan pekerja, tidak
adanya pelatihan oleh pihak manajemen sehingga pekerja tidak bisa melakukan
pekerjaan secara aman sesuai standar kerja sehingga kecelakaaan kerja bisa
terjadi. Dilihat dari segi keselamatan kerja, pekerja kurang menyadari penting
alat pelindung diri (APD) karena kurangnya pengawasan oleh pihak manajemen.

Kata Kunci: Evaluasi, Penerapan, Kecelakaan kerja, SMK3,SPSS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas

karunia-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.

Tugas akhir ini merupakan syarat untuk mencapai gelar sarjana Teknik

Sipil bidang studi Manejemen Rekayasa Konstruksi Departemen Teknik Sipil

Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara, dengan judul :

“Evaluasi Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja


(SMK3) pada Proyek Pembangunan Rumah Sakit Umum Tipe C Medan
Labuhan”
Saya menyadari bahwa dalam penyelesaian Tugas Akhir ini tidak terlepas

dari dukungan, bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, saya

ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada beberapa

pihak yang berperan penting yaitu :

1. Terutama kepada kedua orang tua saya, P. Richard Harianja dan Deriana Uli

Sitompul serta kepada kakak dan adik saya Maria Desi Harianja, Ruth

Valentina Harianja, Pareme Yunita Harianja, dan Benyamin Fernando

Harianja yang telah memberikan dukungan penuh, nasehat, motivasi serta

mendoakan saya dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.

2. Bapak Ir. Syahrizal, M.T. dan Ibu Gea Geby Syafridon, S.T., M.T. sebagai

Dosen Pembimbing yang telah dengan sabar memberi bimbingan, saran, dan

dukungan dalam bentuk waktu dan pemikiran untuk menyelesaikan Tugas

Akhir ini.

3. Bapak Medis S. Surbakti, S.T., M.T., Ph.D sebagai Plt Ketua Departemen

Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

ii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4. Bapak Ir. M. Ridwan Anas, M.T. sebagai Plt. Sekretaris Departemen Teknik

Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

5. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Pengajar Departemen Teknik Sipil Fakultas

Teknik Universitas Sumatera Utara yang telah membimbing dan memberikan

pengajaran kepada Penulis selama menempuh masa studi di Departemen

Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

6. Seluruh Pegawai Administrasi Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik

Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bantuan kepada Penulis

selama menempuh masa studi di Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik

Universitas Sumatera Utara.

7. Terkhusus kepada Rebecca Angela Siregar yang selalu memberikan bantuan,

dukungan, motivasi dan semangat kepada penulis.

8. Kepada adik stambuk 2014 M. Rizky Indrawan yang telah memberikan izin

dalam menggunakan data proyek pada tugas akhir ini.

9. Teman – teman seperjuangan dikampus buat Hendra, Saptino, Adi, David,

Vince dan seluruh teman - teman stambuk 2012 yang tidak dapat disebutkan

satu per satu terimah kasih buat kebersamaan yang selama ini baik

diperkulihan maupun dipertemanan yang luar biasa, semoga kita semua

sukses selalu.

10. Abang dan kakak stambuk 2009, 2010 dan 2011 yang sudah membantu untuk

mengenal dunia perkulihan di teknik sipil.

11. Adik adik Stambuk 2013, 2014, dan 2015 yang sudah membantu di

perkuliahan maupun tugas-tugas besar lainya.

iii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


12. Seluruh rekan - rekan yang tidak mungkin saya tuliskan satu per satu atas

dukungannya yang sangat baik.

Saya menyadari bahwa dalam penyusunan tugas akhir ini masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu saya menerima kritik dan saran yang bersifat

membangun dalam penyempurnaan Tugas Akhir ini

Akhir kata saya mengucapkan terima kasih dan semoga tugas akhir ini

dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Medan, Agustus 2019

Penulis

(Joseph K. David Harianja)


12 0404 128

iv

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR ISI

ABSTRAK ........................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................. vii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................ 3
1.3. Tujuan Penelitian.............................................................................. 3
1.4. Batasan Masalah ............................................................................... 3
1.5. Manfaat Penelitian............................................................................ 4
1.6. Sistematika Penulisan....................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 6
2.1. Umum ............................................................................................... 6
2.2. Keselamatan dan Kesehatan Kerja ................................................... 6
2.2.1 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja ....................... 7
2.2.1.1 Keselamatan Kerja .................................................... 7
2.2.1.2 Kesehatan Kerja ........................................................ 8
2.3. Tujuan Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja ..................... 9
2.4. Kecelakaan Kerja ............................................................................. 9
2.4.1. Klasifikasi Kecelakaan Kerja ............................................... 10
2.5. Alasan Mendasar Perlunya Standar K3 .......................................... 11
2.6. Definisi Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3)........................................................................................... 12
2.7. Prinsip Dasar SMK3 dalam Perundang-Undangan ........................ 14
2.8. Acuan Penerapan SMK3 ................................................................ 16
2.8.1 Komitmen dan Kebijakan K3 ................................................ 17
2.8.2 Perencanaan K3 ..................................................................... 18
2.8.2.1 Perencanaan Identifikasi Bahaya, Penilaian dan
Pengendalian Risiko (IBPR) ..................................... 19
2.8.2.2 Pemenuhan Perundang-undangan dan Persyaratan
Lainnya ..................................................................... 20
2.8.2.3 Sasaran dan Program K3 .......................................... 22
2.8.3 Penerapan Kegiatan Sistim Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja .................................................................... 23
2.8.3.1 Penetapan Kebijakan K3........................................... 23
2.8.3.2 Perencanaan K3 ........................................................ 24
2.8.3.3 Pengendalian Rencana K3 ........................................ 25
2.8.3.4 Pemantauan dan Evaluasi Kinerja K3 ...................... 26
2.8.3.5 Peninjauan dan Peningkatan Kinerja SMK3 ............ 27
2.9. Pengendalian Risiko ....................................................................... 28
2.10. Program Kerja ................................................................................ 30
2.11. Perlengkapan dan Peralatan K3...................................................... 32
2.12. Diagram bagan Alir SMK3 ............................................................ 38
2.13. Penelitian Terdahulu ...................................................................... 39

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB III METODE PENELITIAN.................................................................... 43
3.1. Uraian Umum ................................................................................. 43
3.2. Lokasi Penelitian ............................................................................ 44
3.3. Tahap dan Prosedur Penelitian ....................................................... 44
3.4. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 45
3.4.1 Data Primer ........................................................................... 45
3.4.2 Data Sekunder ....................................................................... 46
3.5. Teknik Pengolahan Data ................................................................ 46
3.5.1 Metode Kuantitatif ................................................................ 46
3.5.2 Metode Analisis Univariat .................................................... 48
3.6. Uji Validitas dan Reliabilitas ......................................................... 49
3.6.1 Uji Validitas .......................................................................... 49
3.6.2 Uji Reliabilitas....................................................................... 50
3.7. Variabel Penelitian ......................................................................... 51
3.8. Instrumen Penelitian ....................................................................... 52
3.9. Hasil Analisis Data ......................................................................... 53
3.10. Diagram Alir/Flowchart ................................................................. 54
BAB IV HASIL DATA DAN PEMBAHASAN .............................................. 55
4.1. Pelaksanaan Penelitian ................................................................... 55
4.2. Hasil Kuesioner .............................................................................. 55
4.3. Uji Validitas ................................................................................... 58
4.4. Uji Reliabilitas................................................................................ 61
4.5. Metode Analisis Univariat ............................................................. 62
4.6. Hasil Evaluasi Penerapan SMK3 ................................................... 64
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 66
5.1. Kesimpulan.................................................................................... 66
5.2. Saran .............................................................................................. 67
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 68
LAMPIRAN

vi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ..........................................................................


Tabel 3.1 Variabel Penelitian .............................................................................
Tabel 3.2 Instrumen Penelitian ..........................................................................
Tabel 4.1 Profil Responden ................................................................................
Tabel 4.2 Hasil Tabulasi Kuesioner ...................................................................
Tabel 4.3 Hasil Uji Validitas..............................................................................
Tabel 4.4 Hasil Uji Reliabilitas ..........................................................................
Tabel 4.5 Hasil Tabulasi Kuesioner dengan Metode Analisis Univariat ...........

vii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian

Lampiran 2 Waktu Rencana Kerja (Kurva S)

Lampiran 3 Data Kuesioner dalam SPSS

Lampiran 4 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Lampiran 5 Dokumentasi Proyek

viii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pekerjaan konstruksi bangunan biasanya tempat yang memiliki kegiatan
beresiko yang sangat tinggi. Tingkat kecelakaan berkorelasi erat dengan tingkat
kegiatan dalam pekerjaan konstruksi, yang menunjukkan bahwa ketika beban
kerja tinggi, keselamatan cenderung kurang diperhatikan. Masalah kesehatan dan
keselamatan kerja (K3) para buruh atau tenaga kerja selama berlangsungnya
proyek konstruksi sering kali kurang mendapat perhatian dari berbagai pihak, baik
dari pemerintah ataupun dari kontraktor. Kurangnya akan kesadaran akan
pentingnya K3 inilah yang mengakibatkan banyak terjadinya kecelakaan kerja
yang serius maupun yang tidak serius dan kematian dalam proses pelaksanaan
konstruksi setiap tahunnya. Kecelakaan-kecelakaan yang terjadi dalam proses
konstruksi dapat menghambat proses konstruksi itu sendiri sehingga tujuan dari
Manajemen Proyek tidak tercapai.
Menurut data statistik kecelakaan kerja PT Jamsostek, kasus kecelakaan kerja
pada tahun 2006 tercatat sebanyak 95.624 kasus, dan pada tahun 2007 terdapat
83.714 kasus. Kementerian Kesehatan mencatat jumlah kecelakaan akibat kerja
pada tahun 2011 sebanyak 57.929 kasus, meningkat pada tahun 2012 sebanyak
60.322 kasus, pada 2013 sebanyak 97.144 kasus, dan mengalami penurunan pada
tahun 2014 sebanyak 40.694 kasus. Berdasarkan data dari BPJS Ketenagakerjaan
jumlah kasus kecelakaan kerja terus menurun. Pada tahun 2015 terjadi kecelakaan
kerja sebanyak 110.285 kasus, pada tahun 2016 sejumlah 105.182 kasus, dan pada
bulan Agustus tahun 2017 terdapat sebanyak 80.392 kasus. Secara umum masalah
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Indonesia masih sering terabaikan. Hal
ini ditunjukan dengan masih tingginya angka kecelakaan kerja di Indonesia. Data-
data kecelakaan kerja di atas memperlihatkan bahwa jumlah kecelakaan kerja di
Indonesia sudah mencapai 100.000 kecelakaan kerja per tahun.
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah bagian
dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya
yang dibutuhkan bagi pengembangan penerapan, pencapaian, pengkajian dan
pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja guna terciptanya tempat
kerja yang selamat, aman, efisien dan produktif.
Organisasi Perburuhan Internasional (ILO, 2005) menekankan pentingnya
pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja, terutama di bidang
konstruksi. Dasar pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja di jasa konstruksi
di Indonesia adalah: Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 05/MEN/1996 tentang
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Peraturan Menteri PUPR
No. 05/PRT/M/2014 tentang Pedoman SMK3 Konstruksi Bidang Pekerjaan
Umum, Peraturan Menteri PUPR02- 2018, Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun
2012 tentang Penerapan SMK3, Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2018 tentang
Pengadaan Barang atau Jasa Pemerintah, Undang-Undang No. 2 Tahun 2017
tentang Jasa Konstruksi, Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja, Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 2000 Pasal 30 ayat (1), demikian juga
dengan Pedoman Teknis K3 Konstruksi Bangunan dalam Keputusan Menteri
Tenaga Kerja No. 1 Tahun 1980 dan Pedoman Pelaksanaan K3 Pada Tempat
Kegiatan Konstruksi dalam SKB Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan
Umum No. 174/MEN/1986 dan 104/KPTS/1986. Meskipun peraturan perundang-
undangan, standar nasional maupun internasional tentang K3 telah tersedia,
namun kecelakaan di bidang konstruksi tetap tinggi (ILO, 2005).
Pembangunan gedung Rumah Sakit Tipe C Medan Labuhan memiliki potensi
kecelakaan kerja yang cukup besar mengingat Rumah sakit ini akan dibangun setinggi 8
lantai, dan melibatkan banyak tenaga kerja. Dalam upaya untuk meminimalisir terjadinya
kecelakaan kerja di proyek pembangunan Rumah Sakit Tipe C Medan Labuhan ini maka
dilakukan program Keselamatan dan Kesehatan kerja. Oleh karena itu, peneliti tertarik
untuk meneliti tentang evaluasi penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana penilaian keberhasilan penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) pada proyek pembangunan
Rumah Sakit Umum Tipe C?
2. Apa saja faktor- faktor yang mempengaruhi penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) pada proyek pembangunan
Rumah Sakit Umum Tipe C?

1.3 TUJUAN PENELITIAN


Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan yang ingin dicapai dari
penelitian ini adalah:
1. Mengetahui tingkat keberhasilan penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) pada proyek pembangunan
Rumah Sakit Umum Tipe C.
2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) pada proyek
pembangunan Rumah Sakit Umum Tipe C.

1.4 BATASAN MASALAH


Agar penelitian ini lebih terarah pada permasalahan yang ada, maka pada
skripsi ini akan diberikan batasan-batasan masalah sebagai berikut :
1. Jenis proyek konstruksi ini adalah proyek konstruksi pada pembangunan
Rumah Sakit Umum Tipe C, Medan Labuhan.
2. Penelitian ini untuk menilai penerapan dan mencari faktor yang
mempengaruhi penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (SMK3).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1.5 MANFAAT PENELITIAN
Manfaat dalam penelitian ini adalah manfaat yang diperoleh dari
penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) yang
dilakukan pada Proyek Pembangunan Rumah Sakit Umum Tipe C, yaitu :
1. Bagi Mahasiswa, penelitian ini dapat memberi gambaran tentang
penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3)
sehingga dapat mengerti bahwa penerapan SMK3 ini dapat mengurangi
risiko kecelakaan kerja.
2. Bagi Penyedia Jasa Konstruksi, penelitian ini diharapkan akan memberi
informasi bagi owner/klien atau pejabat instansi yang terkait dengan
Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) dan
semakin memahami pengaruh penerapan SMK3 terhadap keberhasilan
proyek.
3. Bagi Institusi, penelitian ini diharapkan menjadi bahan referensi bagi suatu
institusi, lembaga pendidikan, dan untuk penelitian-penelitian selanjutnya.

1.6 SISTEMATIKA PENULISAN


Sistematika penulisan dan pembahasan laporan Tugas Akhir ini disusun
sebagai berikut:

BAB I: PENDAHULUAN
Berisikan latar belakang pemilihan topik penelitian, permasalahan yang
ada, pembatasan masalah, tujuan penelitian yang ingin dicapai dan sistematika
pembahasannya.

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA


Berisikan uraian mengenai teori dasar tentang penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang diteliti langsung
dalam studi kasus pembangunan gedung, serta teori Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) menurut undang-undang.
BAB III: METODOLOGI PENELITIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Berisi tentang pendekatan teori yang telah dijabarkan dan cara
pengumpulan data dalam studi kasus pada proyek pembangunan gedung.

BAB IV: ANALISIS DAN PEMBAHASAN


Berisi tentang pelaksanaan penelitian yang dilakukan berdasarkan
penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang
ada di lapangan, serta memuat perbandingan dan kesimpulan antara studi kasus di
lapangan dan penerapan SMK3 menurut undang-undang.

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN


Berisi tentang penutup dari penelitian, yang terdiri dari kesimpulan dari
hasil penelitian yang dilaksanakan, serta saran-saran yang dapat diberikan
berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Umum
Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang memiliki peranan penting
dan sangat menentukan dalam kegiatan perusahaan. Dalam melaksanakan
pekerjaannya, setiap tenaga kerja akan menghadapi ancaman bagi keselamatan
dan kesehatan kerja yang datang dari pelaksanaan tugas mereka tersebut karena
setiap perusahaan yang memperkerjakan tenaga kerja sebanyak seratus orang atau
lebih mempunyai potensi bahaya dalam kecelakaan kerja seperti peledakan,
kebakaran, pencemaran dan penyakit akibat kerja. Oleh karena itu, dengan adanya
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) akan membawa
iklim keamanan dan ketenagaan kerja, sehingga membantu hubungan tenaga kerja
dan pengusaha yang merupakan landasan kuat bagi kelsncaran produksi. Begitu
juga, sudah saatnya para pelaku insustri jasa konstruksi secara bersama-sama
memikirkan penerapan SMK3 konstruksi yang lebih baik dalam pelaksanaan
proyek. (Sutarto, 2008)
Dari keinginan tersebut, penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3) yang secara berkesinambungan merupakan hal yang
perlu didorong agar dapat lebih meyakinkan tercapainya lingkungan kerja yang
aman, sehat dan sejahtera. Penerapan SMK3 merupakan suatu kebijaksanaan yang
mempunyai arti penting dalam upaya peningkatan kualitas SDM maupun
perlindungan tenaga kerja dari aspek ekonomi, sosial, budaya dan politis.

2.2 Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi atau disingkat dengan K3
Konstruksi adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan
dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja pada pekerjaan konstruksi (Permen PU No.
05/PRT/M/2014). K3 juga merupakan suatu hal yang penting dalam sektor
konstruksi demi kelancaran suatu pembangunan pada proyek maupun dalam

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


proses operasionalnya. Perusahaan khususnya di bidang konstruksi harus
menjunjung tinggi keselamatan, kesehatan dan kesejahteraan karyawan.

2.2.1 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Sebelum membahas pengertian dari keselamatan dan kesehatan kerja (k3),
disampaikan konsep atau pandangan K3:
1. Konsep lama
a. Kecelakaan merupakan nasib sial dan merupakan risiko yang harus
diterima.
b. Tidak perlu berusaha mencegah
c. Masih banyak pengganti pekerja
d. Membutuhkan biaya yang cukup tinggi
e. Menjadi faktor penghambat produksi
2. Konsep masa kini
a. Memandang kecelakaan bukan sebuah nasib.
b. Kecelakaan pasti ada penyebabnya sehingga dapat dicegah
c. Penyebab: faktor individu 80-85% dan faktor lingkungan 15-20%
d. Kecelakaan selalu menimbulkan kerugian
e. Peran pimpinan sangat penting & menentukan
Secara filosofi, keselamatan dan kesehatan kerja diartikan sebagai sebuah
pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan: tenaga kerja
dan manusia pada umumnya (baik jasmani maupun rohani), hasil karya dan
budaya menuju masyarakat adil, makmur dansejahtera. Ditinjau dari keilmuan,
keselamatan dan kesehatan kerja diartikan sebagai suatu ilmu pengetahuan dan
penerapannya dalam upaya mencegah kecelakaan, kebakaran, peledakan,
pencemaran, penyakit, dan sebagainya.

2.2.1.1 Keselamatan Kerja


Keselamatan kerja diartikan sebagai upaya-upaya yang ditujukan untuk
melindungi pekerja; menjaga keselamatan orang lain; melindungi peralatan,
tempat kerja dan bahan produksi; menjaga kelestarian lingkungan hidup dan
melancarkan proses produksi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam keselamatan kerja:
1. Mengendalikan kerugian dari kecelakaan
2. Kemampuan untuk mengidentifikasikan dan menghilangkan resiko
yang tidak bisa diterima

2.2.1.2 Kesehatan Kerja


Kesehatan diartikan sebagai derajat/tingkat keadaan fisik dan psikologi
individu. Secara umum, pengertian dari kesehatan kerja adalah upaya-upaya yang
ditujukan untuk memperoleh kesehatan yang setinggi-tingginya dengan cara
mencegah dan memberantas penyakit yang diidap oleh pekerja, mencegah
kelelahan kerja, dan menciptakan lingkungan kerja yang sehat.
Konsep kesehatan kerja dewasa ini semakin berubah, bukan sekadar
“kesehatan pada sektor industri” saja melainkan juga mengarah kepada upaya
kesehatan untuk semua orang dalam melakukan pekerjaannya. Keselamatan Kerja
memiliki sifat sebagai berikut:
1. Sasarannya adalah manusia
2. Bersifat medis
Situasi dan kondisi suatu pekerjaan, baik tata letak tempat kerja atau
material-material yang digunakan, memiliki risiko masing-masing terhadap
kesehatan pekerja. Karakteristik material yang digunakan dan kemungkinan reaksi
tubuh terhadap material tersebut harus dipahami. Hal ini digunakan untuk
meminimalisir risiko material terhadap kesehatan (Ridley,2008). Beberapa jalur
substansi berbahaya yang masuk ke tubuh seperti berikut:
1. Asupan makanan; yang masuk melalui mulut, kemudian menuju usus
2. Hirupan pernafasan; yang masuk melalui organ pernafasan menuju
paru-paru
3. Penyerapan; yang masuk melalui pori-pori kulit
4. Masuk melalui luka dan sayatan terbuka
Beberapa contoh tindakan pencegahan sederhana untuk mencegah
masuknya substansi berbahaya ke dalam tubuh pekerja:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1. Asupan makanan; dilarang makan di tempat kerja, menjaga
kebersihan diri dengan mencuci tangan sebelum makan, dilarang
merokok di tempat kerja
2. Hirupan pernafasan; menggunakan pelindung pernafasan yang sesuai
untuk substansi-substansi tertentu, menyediakan ventilasi keluar,
ekstraksi uap dan debu
3. Penyerapan; menggunakan sarung tangan, membersihkan area
terkontaminasi dengan air sabun, menggunakan krim pelindung kulit
4. Masukkan langsung; mengobati seluruh luka dan sayatan, menutupi
seluruh luka dan sayatan ketika bekerja

2.3 Tujuan Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Tujuan utama dalam Penerapan SMK3 berdasarkan Peraturan Pemerintah
No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja yaitu antara lain:
1. Meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan
kerja yang terencana, terukur, terstruktur, dan terintegrasi
2. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
dengan melibatkan unsur manajemen, pekerja/buruh, dan/atau serikat
pekerja/serikat buruh
3. Menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, dan efisien untuk
mendorong produktivitas.

2.4 Kecelakaan Kerja


Kecelakaan kerja adalah kejadian yang berhubungan dengan pekerjaan
yang dapat menyebabkan cidera atau kesakitan (tergantung dari keparahannya),
kejadian kematian, atau kejadian yang dapat menyebabkan kematian (OHSAS
18001:2007)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.4.1 Klasifikasi Kecelakaan Kerja
Tujuan dari mengetahui klasifikasi kejadian kecelakaan kerja, salah
satunya adalah dasar untuk mengidentifikasi proses alami suatu kejadian seperti
dimana kecelakaan terjadi, apa yang karyawan lakukan, dan apa peralatan atau
material yang digunakan oleh karyawan. Penerapan kode-kode kecelakaan kerja
akan sangat membantu proses investigasi dalam meginterpretasikan informasi-
informasi yang tersebut diatas. Ada banyak standar yang menjelaskan referensi
tentang kode-kode kecelakaan kerja, salah satunya adalah standar Australia AS
1885-1 tahun 1990. Berdasarkan standar tersebut, kode yang digunakan untuk
mekanisme terjadinya cidera/sakit akibat kerja dibagi sebagai berikut:
1. Jatuh dari atas ketinggian
2. Jatuh dari ketinggian yang sama
3. Menabrak objek dengan bagian tubuh
4. Terpapar oleh getaran mekanik
5. Tertabrak oleh objek yang bergerak
6. Terpapar oleh suara keras tiba-tiba
7. Terpapar suara yang lama
8. Terpapar tekanan yang bervariasi (lebih dari suara)
9. Pergerakan berulang dengan pengangkatan otot yang rendah
10. Otot tegang lainnya
11. Kontak dengan listrik
12. Kontak atau terpapar dengan dingin atau panas
13. Terpapar radiasi
14. Kontak tunggal dengan bahan kimia
15. Kontak lainnya dengan bahan kimia
16. Kontak dengan, atau terpapar faktor biologi
17. Terpapar faktor stress mental
18. Longsor atau runtuh
19. Kecelakaan kendaraan/mobil
20. Lain-lain dan mekanisme cidera berganda atau banyak
21. Mekanisme cidera yang tidak spesifik

10

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.5 Alasan Mendasar Perlunya Standar K3
Beberapa alasan yang mendasari perlunya standar K3 dapat ditinjau dari 3
aspek yaitu:
1. Aspek Moral (Kemanusiaan)
Faktor ini sangat penting karena jiwa manusia tidak dapat dihitung
secara ekonomi, tetapi dengan menonjolkan faktor ini dan mengabaikan
faktor ekonomi adalah kurang bijaksana. Setiap pekerja tidak
seharusnya mendapatkan risiko cedera dan sakit di tempat kerja, begitu
juga setiap orang yang berhubungan dalam lingkungan kerja. Faktor ini
sangat ditonjolkan pemerintah dan organisasi pekerja, sehingga kriteria
accident adalah bila terjadi kecelakaan yang mengakibatkan
meninggalnya manusia atau cacat permanen.
2. Aspek Ekonomis
Rendahnya kinerja K3 dengan adanya kecelakaan dan penyakit akibat
kerja yang berakibat:
a. Peningkatkan biaya negara dan biaya sosial (melalui pembayaran
keamanan sosial, biaya pengobatan, kerugian, hilangnya
kesempatan bekerja bagi pekerja, terganggu dan menurunnya
produktifitas semua pihak yang terkena dampaknya)
b. Perusahaan pengguna dan organisasi pengerah tenaga kerja juga
menanggung biaya atas kejadian kecelakaan (biaya administrasi
resmi, denda, kompensasi kerusakan dan kecelakaan, waktu
penyelidikan, terhentinya produksi, hilangnya kepercayaan dari
tenaga kerja, dari pelanggan dan dari masyarakat luas).
3. Alasan Hukum
Persyaratan K3 harus diperkuat oleh peraturan hukum perdata dan
pidana. Karena tanpa dorongan ekstra tindakan pengaturan/penuntutan
hukum yang tegas, banyak perusahaan tidak akan memenuhi kewajiban
moralnya (Beesono, 2012). Sesuai ketentuan pada Pasal 1 ayat 5
Permen PUPR No.5 Tahun 2014 Petugas K3 Konstruksi di dalam
organisasi Pengguna Jasa dan/atau organisasi Penyedia Jasa telah

11

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


mengikuti pelatihan/bimbingan teknis SMK3 Konstruksi Bidang PU,
dibuktikan dengan surat keterangan mengikuti pelatihan/bimbingan
teknis SMK3 Konstruksi Bidang PU. Untuk keperluan pelaksanaan
pekerjaan fisik di lapangan, wajib menyelenggarakan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) konstruksi
bidang Pekerjaan Umum.

2.6 Definisi Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)


Sistem berasal dari bahasa latin (systema) adalah suatu kesatuan yang
terdiri dari komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk
memudahkan aliran informasi, materi atau energi untuk mencapai suatu tujuan.
Menurut Musanef dalam bukunya “Manajemen Kepegawaian di Indonesia”
mengartikan sistem merupakan suatu sarana yang menguasai pekerjaan dan
keaadaan agar mampu menjalankan tugas dengan teratur.
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah
bagian dari sistim manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka
pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat
kerja yang aman, efisien dan produktif. (Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2012)
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor: 05/MEN/1996 Bab 1 Pasal 1
menyebutkan bahwa Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3) adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi
struktur organisasi, perencanaan, pelaksanaan, tanggung jawab, prosedur, proses
dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan penerapan, pencapaian,
dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka
pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat
kerja yang aman, efisien, dan produktif. Pada dasarnya SMK3 merupakan
implementasi ilmu dan fungsi manajemen dalam melakukan perencanaan,
implementasi, maupun evaluasi program K3 di tempat kerja dalam suatu sistem.
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) mencakup
hal-hal sebagai berikut; struktur organisasi, perencanaan, pelaksanaan, tanggung
jawab, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan

12

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


penerapan, pencapaian, dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan
kerja dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja
guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif.
Tujuan dan sasaran manajemen k3 adalah menciptakan sistem keselamatan
dan kesatuan kerja di tempat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga
kerja, kondisi, dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan
mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja
yang aman dan efisien, dan produktif (Sastrohadiwiryo, 2003).
Elemen-elemen yang patut dipertimbangkan dalam mengembangkan
program keselamatan kerja adalah; komitmen perusahaan, kebijakan pemimpin,
ketentuan penciptaan lingkungan kerja, ketentuan pengawaasan selama proyek
berlangsung, pendelegasian wewenang, penyelidikan pelatihan dan pendidikan,
mengukur kinerja program K3 dan pendokumentasian yang memadai secara
kontinu (Ervianto, 2009).
Penanggulangan kecelakaan dan penyakit akibat kerja hanya akan berhasil
apabila:
1. Manajemen sungguh-sungguh menyadari bahwa akar dari setiap
kecelakaan atau penyakit akibat kerja terletak pada manajemen.
2. Manajemen memberi wewenang penuh kepada manajer K3.
3. Kebijakan K3 yang ditetapkan.
4. Perlengkapan kebijkan K3 dimasyarakatkan kepada karyawan.
Pemahaman tentang sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
(SMK3) yang benar dari semua aspek sangat berguna untuk pencegahan
kecelakaan dalam kegiatan konstruksi dimana diharapkan produksi meningkat
dengan meminimalkan atau mengurangi kecelakaan bahkan meniadakan
kecelakaan.
Keberhasilan penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (SMK3) di tempat kerja dapat diukur menurut Permenaker Nomor:
05/MEN/1996 sebagai berikut:
1. Untuk tingkat pencapaian 0-59% dan pelanggaran peraturan
perundangan (nonconformance) dikenai tindakan hukum.

13

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2. Untuk tingkat pencapaian 60-84% diberikan sertifikat dan bendera
perak.
3. Untuk tingkat pencapaian 85-100% diberikan sertifikat dan bendera
emas.
Ditinjau dari segi kinerja penerapan penyelenggaraan SMK3 konstruksi
bidang Pekerjaan Umum menurut Permen PU Nomor: 09/PRT/2008 terbagi
menjadi 3 bagian, yaitu:
1. Baik, bila mencapai hasil penilaian > 85%.
2. Sedang, bila mencapai hasil penilaian 60% - 85%.
3. Kurang, bila mencapai hasil penilaian < 60%.

2.7 Prinsip Dasar SMK3 dalam Perundang-undangan


Prinsip dasar SMK3 yang terdapat dalam perundang-undangan dalam
mengatur dan mendefenisikan mengenai K3 sudah ada sejak tahun 1970.
Perlindungan untuk setiap tenaga kerja terlihat dalam Peraturan Pemerintah No 50
Tahun 2012 tentang Penerapan SMK3 menjelaskan bahwa bahwa setiap tenaga
kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan dalam melakukan
pekerjaan untuk kesejahteraan dan meningkatkan produksi serta produktivitas
nasional.
Sedangkan pada undang-undang No.13 tahun 2003 terdapat prinsip dasar
SMK3 yang diatur dalam pasal 87 tentang ketenagakerjaan yang diantaranya
berisi:
1. Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan
dan kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen
perusahaan.
2. Ketentuan mengenai penerapan sistem manjemen keselamatan dan
kesehatan kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan
Peraturan Pemerintah.
Setelah peraturan SMK3 dalam undang-undang, maka dikeluarkan
peraturan pelaksanaan dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja PER.
05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

14

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Peraturan pelaksanaan ini ditujukan untuk kegiatan industri yang terdiri dari ayat
(b), (c) dan (d) sebagai berikut:
1. Ayat (b) menyatakan bahwa untuk menjamin keselamatan dan
kesehatan tenaga kerja maupun orang lain yang berada di tempat
kerja, serta sumber produksi, proses produksi dan lingkungan kerja
dalam keadaan aman, maka perlu penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
2. Ayat (c) menyatakan bahwa dengan penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja dapat mengantisipasi hambatan
teknis dalam era globalisasi perdagangan.
3. Ayat (d) menyatakan bahwa untuk Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja perlu ditetapkan dengan Peraturan Menteri.
Dalam rangka mewujudkan tertib penyelenggaraan pekerjaan konstruksi
demi tercapainya keamanan K3, maka ditetapkan Peraturan Menteri tentang
Pedoman SMK3 kontruksi bidang Pekerjaan Umum. Dalam komitmen bersama
antara kementrian tenaga kerja (Kemenaker) dan Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat (PUPR) yang salah satu diantaranya syarat pekerjaan
konstruksi itu adalah “mengutamakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
menjadi faktor kunci sukses penyelenggaraan konstruksi”. Dengan demikian
penyelenggaraan jasa konstruksi di Indonesia telah memasuki era baru yang
pantas disambut lega oleh para pemerhati masalah keselamatan tenaga kerja
konstruksi di Indonesia. Salah satu kendala yang mengganjal penerapan SMK3
pada proyek konstruksi adalah adanya anggapan bahwa penerapan SMK3 di
sektor konstruksi memakan biaya tinggi dan pengusaha yang peduli keselamatan
kerja para karyawannya jelas tidak akan mungkin jadi pemenang tender apabila
memasukkan biaya K3 dalam dokumen penawarannya sebab tawarannya pasti
bukanlah tawaran yang terendah. Namun karena adanya yang tertulis dalam
Permen PUPR No. 05/PRT/M/2014 tersebut pada pasal 1 butir 10 yang berisi
“Biaya SMK3 Konstruksi Bidang PU adalah biaya yang diperlukan untuk
menerapkan SMK3 dalam setiap pekerjaan konstruksi yang harus diperhitungkan
dan dialokasikan oleh Penyedia Jasa dan Pengguna Jasa”. Maka salah satu

15

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


kendala yaag ada telah terhapuskan karena semua peserta tender sudah diwajibkan
memasukkan biaya penyelenggaraan K3 dalam dokumen.

2.8 Acuan Penerapan SMK3


Dalam penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3) perusahaan wajib melaksanakan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
1. Menetapkan kebijakan K3 dan menjamin komitmen terhadap
penerapan SMK3.
2. Merencanakan pemenuhan kebijakan, tujuan, dan sasaran penerapan
keselamatan dan kesehatan kerja.
3. Menerapkan kebijakan K3 secara efektif dengan mengembangkan
kemampuan dan mekanisme pendukung yang diperlukan mencapai
kebijakan, tujuan dan sasaran keselamatan dan kesehatan kerja.
4. Mengukur, memantau dan mengevaluasi kinerja K3 serta melakukan
tindakan perbaikan dan pencegahan.
5. Meninjau secara teratur dan meningkatkan pelaksanaan SMK3 secara
berkesinambungan dengan tujuan meningkatkan kinerja K3.
Sebagaimana yang telah disebutkan dalam peraturan Menteri Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Nomor: 05/PRT/M/2014 tentang pedoman
SMK3 konstruksi bidang Pekerjaan Umum tercantum elemen-elemen yang harus
dilaksanakan oleh Penyedia Jasa sebagai berikut:
1. Berhak meminta penjelasan kepada Pokja ULP tentang Risiko K3
Konstruksi termasuk kondisi dan potensi bahaya yang dapat terjadi
pada saat Rapat Penjelasan Pekerjaan (aanwizjing) atau pada waktu
sebelum batas akhir pemasukan penawaran
2. Menyampaikan RK3K Penawaran sebagai lampiran dokumen
penawaran
3. Apabila ditetapkan sebagai pemenang lelang maka:

16

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


a. Menyampaikan RK3K yang memuat seluruh kegiatan dalam
pekerjaan yang akan dilaksanakan pada saat rapat persiapan
pelaksanaan pekerjaan konstruksi atau disebut Pre Construction
Meeting (PCM)
b. Menugaskan Ahli K3 Konstruksi untuk setiap paket pekerjaan
yang mempunyai Tingkat Potensi Bahaya K3 Tinggi atau Petugas
K3 Konstruksi untuk paket pekerjaan dengan Tingkat Potensi
Bahaya K3 Rendah
4. Menghitung dan memasukkan biaya penyelenggaraan SMK3
Konstruksi Bidang PU dalam harga penawaran sebagai bagian dari
biaya umum;
5. Membuat rangkuman aktifitas pelaksanaan SMK3 Konstruksi Bidang
PU sebagai bagian dari Dokumen Serah Terima Kegiatan pada akhir
kegiatan
6. Melaporkan kepada PPK dan Dinas yang membidangi
ketenagakerjaan setempat tentang kejadian berbahaya, kecelakaan
kerja konstruksi dan penyakit akibat kerja konstruksi dalam bentuk
laporan bulanan
7. Menindaklanjuti surat peringatan yang diterima dari PPK
8. Bertanggung jawab atas terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja apabila tidak menyelenggarakan SMK3 Konstruksi
Bidang PU sesuai dengan RK3K
9. Mengikutsertakan pekerjanya dalam program perlindungan tenaga
kerja selama kegiatan pekerjaan konstruksi
10. Melakukan pengendalian risiko K3 konstruksi, termasuk inspeksi
yang meliputi:
a. Tempat kerja
b. Peralatan kerja
c. Cara kerja
d. Alat pelindung kerja
e. Alat pelindung diri
f. Rambu-rambu

17

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


g. Lingkungan kerja konstruksi sesuai dengan RK3K

2.8.1 Komitmen dan Kebijakan K3


Pengurus dan pengusaha menunjukkan komitmen terhadap K3 sehingga
mengeluarkan suatu kebijakan K3 demi memulai sebuah aturan terhadap pelaksanaan
SMK3 di proyek konstruksi.
Kebijakan K3 suatu pernyataan tertulis yang ditandatangani oleh pengusaha
dan pengurus yang memuat seluruh visi dan tujuan perusahaan, komitmen dan tekad
melaksanakan K3, kerangka dan program kerja yang mencakup kegiatan perusahaan
secara menyeluruh yang bersifat umum dan atau operasinal (Permenaker, 1996).
Adapun persyaratan kebijakan K3 yang diatur dalam permen Nomor:
05/PRT/M/2014 adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan Penyedia Jasa harus menetapkan Kebijakan K3 pada
kegiatan konstruksi yang dilaksanakan.
2. Pimpinan Penyedia Jasa harus mengesahkan Kebijakan K3.
3. Kebijakan K3 yang ditetapkan harus memenuhi ketentuan sebagai
berikut:
a. Sesuai dengan sifat dan kategori resiko K3 bagi Penyedia Jasa.
b. Mencakup komitmen untuk mencegah kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja serta peningkatan berkelanjutan SMK3.
c. Mencakup komitmen untuk mematuhi peraturan perundang-
undangan dan persyaratan lain yang terkait dengan K3.
d. Sebagai kerangka untuk menyusun dan mengkaji sasaran K3.
e. Didokumentasikan, diterapkan dan dipelihara.
f. Dikomunikasikan kepada semua personil yang bekerja di bawah
pengendalian Penyedia Jasa agar peduli K3.
g. Dapat diakses oleh semua pihak yang berkepentingan.
h. Dievaluasi secara berkala untuk memastikan bahwa kebijakan K3
masih relevan dan sesuai.

2.8.2 Perencanaan K3
Perusahaan harus membuat perencanaan yang efektif guna mencapai
keberhasilan penerapan Sistem Manajemen K3 dengan sasaran yang jelas dan

18

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


dapat diukur. Perencanaan juga memuat tujuan, sasaran dan indikator kinerja yang
diterapkan dengan mempertimbangkan identifikasi sumber bahaya penilaian dan
pengendalian resiko sesuai dengan persyaratan perundangan yang berlaku serta
hasil pelaksanaan tinjauan awal terhadap keselamatan dan kesehatan kerja
(Sastrohadiwiryo, 2003).

2.8.2.1 Perencanaan Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Risiko


(IBPR)
Identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko dari kegiatan
produk, barang dan jasa harus dipertimbangkan pada saat merumuskan rencana
untuk memenuhi kebijakan K3. Untuk itu harus diterapkan dan dipelihara
prosedurnya sebagai berikut yang diatur dalam Permen Nomor: 05/PRT/M/2014
berikut:
1. Penyedia Jasa harus menetapkan Identifikasi bahaya, penilaian risiko
dan pengendaliannya secara berkesinambungan.
2. Prosedur untuk identifikasi bahaya, penilaian risiko dan
pengendaliannya harus mempertimbangkan:
a. Mengakomodasi kegiatan rutin.
b. Mengakomodasi kegiatan non rutin.
c. Kegiatan semua orang yang memiliki akses di tempat kerja.
d. Perilaku manusia, kemampuan dan factor manusia lainnya.
e. Mengidentifkasi bahaya yang berasal dari luar tempat kerja yang
dapat
f. mempengaruhi kesehatan dan krselamatan personil di tempat
kerja.
g. Bahaya yang ada di sekitar tempat kerja dikaitkan dengan
kegiatan kerja penyedia jasa.
h. Sarana dan prasarana, peralatan dan bahan di tempat kerja yang
disediakan oleh penyedia jasa atau pihak lain.
i. Modifikasi pada SMK3 termasuk perubahan sementara dan
dampaknya pada operasi, proses dan kegiatannya.

19

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


j. Beberapa kewajiban perundangan yang digunakan terkait dengan
penilaian
k. Resiko dan penerapan dan pengendaliannya.
l. Desain lokasi kerja, proses, instalasi, mesin/peralatan, prosedur
operasi dan instruksi kerja termasuk penyesuaian terhadap
kemampuan manusia.
3. Penyedia Jasa harus menerapkan prosedur untuk identifkasi bahaya,
penilaian risiko dan pengendaliannya secara berkesinambungan.
4. Penyedia Jasa harus memelihara prosedur untuk identifkasi bahaya,
penilaian risiko dan pengendaliannya secara berkesinambungan.
5. Penyedia Jasa harus mendokumentasikan dan menjaga rekaman hasil
identifkasi bahaya, penilaian risiko dan pengendaliannya secara
berkesinambungan.

2.8.2.2 Pemenuhan Perundang-undangan dan Persyaratan Lainnya


Perusahaan harus menetapkan dan memelihara prosedur untuk
inventarisasi, identifikasi dan pemahaman pemenuhan perundangan dan
persyaratan lainnya yang berkaitan dengan K3 sesuai dengan kegiatan perusahaan
yang bersangkutan. Pengurus harus menjelaskan peraturan perundangan dan
persyaratan lainnya kepada setiap tenaga kerja. (Sastrohadiwiryo, 2003).
Dalam hal ini, Penyedia Jasa wajib melaksanakan peraturan sebagaimana
yang terdapat dalam permen Nomor: 05/PRT/M/2014 berikut:
1. Membuat prosedur K3 dimana bertujuan untuk menjamin dan
melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya
pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja pada pekerjaan
konstruksi.
2. Membuat Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang
disingkat menjadi SMK3 sebagai bagian dari sistem manajemen
organisasi pelaksanaan pekerjaan konstruksi dalam rangka
pengendalian risiko K3 pada setiap pekerjaan konstruksi bidang
Pekerjaan Umum.

20

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3. Pekerjaan Konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian rangkaian
kegiatan perencanaan dan/atau pelaksanaan beserta pengawasan yang
mencakup bangunan gedung, bangunan sipil, instalasi mekanikal dan
elektrikal serta jasa pelaksanaan lainnya untuk mewujudkan suatu
bangunan atau bentuk fisik lain dalam jangka waktu tertentu.
4. Memiliki Ahli K3 Kontruksi yang mempunyai kompetensi khusus di
bidang K3 Konstruksi dalam merencanakan, melaksanakan dan
mengevaluasi SMK3 Konstruksi yang dibuktikan dengan sertifikat
pelatihan dan kompetensi yang diterbitkan oleh lembaga atau instansi
yang berwenang sesuai dengan Undang-Undang.
5. Memiliki petugas K3 konstruksi yang merupakan kompetensi khusus
di bidang K3 Konstruksi dalam merencanakan, melaksanakan dan
mengevaluasi SMK3 Konstruksi yang dibuktikan dengan sertifikat
pelatihan dan kompetensi yang diterbitkan oleh lembaga atau instansi
yang berwenang sesuai dengan Undang-Undang.
6. Harus dapat mengidentifikasi potensi bahaya atau kondisi atau
keadaan baik pada orang, peralatan, mesin, pesawat, instalasi, bahan,
cara kerja, sifat kerja, proses produksi dan lingkungan yang berpotensi
menimbulkan gangguan, kerusakan, kerugian, kecelakaan, kebakaran,
peledakan, pencemaran dan penyakit akibat kerja.
7. Memiliki peraturan penyakit akibat kerja dimana penyakit tersebut
disebabkan oleh pekerjaan, alat kerja, bahan, proses maupun
lingkungan kerja.
8. Menyusun tingkat Risiko K3 Konstruksi yang merupakan ukuran
kemungkinan kerugian terhadap keselamatan umum, harta benda, jiwa
manusia dan lingkungan yang dapat timbul dari sumber bahaya
tertentu yang terjadi pada pekerjaan konstruksi.
9. Mempunyai proses manajemen terhadap risiko yang dimulai dari
kegiatan mengidentifikasi bahaya, menilai tingkat risiko dan
mengendalikan risiko.
10. Biaya SMK3 Konstruksi Bidang PU adalah biaya yang diperlukan
untuk menerapkan SMK3 dalam setiap pekerjaan konstruksi yang

21

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


harus diperhitungkan dan dialokasikan oleh Penyedia Jasa dan
Pengguna Jasa.
11. Rencana K3 Kontrak yang selanjutnya disingkat RK3K adalah
dokumen lengkap rencana penyelenggaraan SMK3 Konstruksi Bidang
PU dan merupakan satu kesatuan dengan dokumen kontrak suatu
pekerjaan konstruksi, yang dibuat oleh Penyedia Jasa dan disetujui
oleh Pengguna Jasa, untuk selanjutnya dijadikan sebagai sarana
interaksi antara Penyedia Jasa dengan Pengguna Jasa dalam
penyelenggaraan SMK3 Konstruksi Bidang PU.
12. Monitoring dan Evaluasi K3 Konstruksi yang selanjutnya disingkat
Monev K3 Konstruksi adalah kegiatan pemantauan dan evaluasi
terhadap kinerja Penyelenggaraan K3 Konstruksi yang meliputi
pengumpulan data, analisa, kesimpulan dan rekomendasi perbaikan
penerapan K3 Konstruksi.
13. Kelompok Kerja Unit Layanan Pengadaan (ULP) yang selanjutnya
disingkat Pokja ULP adalah perangkat dari ULP yang berfungsi
melaksanakan pemilihan Penyedia Barang/Jasa.
14. Menteri dalam kegiatan pekerjaan umum adalah Menteri Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).

2.8.2.3 Sasaran dan Program K3


Penetapan sasaran dan program kebijakan K3 harus dikonsultasikan
dengan wakil tenaga kerja, Ahli K3, P2K3 dan pihak-pihak lain yang terkait.
Tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan ditinjau kembali secara teratur sesuai
dengan perkembangan. (Permenaker, 1996)
Sasaran dan program kebijakan K3 yang ditetapkan oleh perusahaan
setidaknya harus memenuhi kualifikasi oleh Penyedia Jasa sebagaimana yang
tercantum dalam permen Nomor: 05/PRT/M/2014 sebagai berikut:
1. Peraturan Menteri ini dimaksudkan sebagai acuan bagi Pengguna Jasa
dan Penyedia Jasa dalam penerapan SMK3 Konstruksi Bidang PU.
2. Tujuan diberlakukannya Peraturan Menteri ini agar SMK3 konstruksi
Bidang PU dapat diterapkan secara konsisten untuk:

22

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


a. meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan
kerja yang terencana, terukur, terstruktur dan terintegrasi;
b. dapat mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja;
c.menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman dan efisien, untuk
mendorong produktifitas.
3. Instansi di luar Kementerian Pekerjaan Umum dapat menggunakan
pedoman ini.

2.8.3 Penerapan Kegiatan Sistim Manajemen Keselamatan dan Kesehatan


Kerja
Dalam mencapai tujuan K3 di Indonesia, perusahaan harus menerapkan
SMK3 Konstruksi Bidang PU. Adapun SMK3 Konstruksi Bidang PU tersebut
yang tercantum dalam PP. No. 50 tahun 2012 tentang penerapan SMK3 meliputi:
1. Penetapan Kebijakan K3
2. Perencanaan K3
3. Pengendalian Rencana K3
4. Pemantauan dan Evaluasi Kinerja K3
5. Peninjauan dan Peningkatan Kinerja SMK3

2.8.3.1 Penetapan Kebijakan K3


Dalam menyusun kebijakan K3, pengusaha paling sedikit harus:
1. Melakukan tinjauan awal kondisi K3 yang meliputi :
a. Identifikasi potensi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko.
b. Perbandingan penerapan K3 dengan perusahaan dan sektor lain yang
lebih baik.
c. Peninjauan sebab akibat kejadian yang membahayakan.
d. Kompensasi dan gangguan serta penilaian sebelumnya yang
berkaitan dengan keselamatan.
e. Penilaian efisiensi dan efektivitas sumber daya yang disediakan.
2. Memperhatikan peningkatan kinerja manajemen K3 secara terus-
menerus.

23

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3. Memperhatikan masukan dari pekerja/buruh dan/atau serikat
pekerja/serikat buruh.
Kebijakan K3 yang telah tertuang tersebut paling sedikit harus memuat:
1. Visi
2. Tujuan perusahaan
3. Komitmen dan tekad melaksanakan kebijakan
4. Kerangka dan program kerja yang mencakup kegiatan perusahaan
secara menyeluruh yang bersifat umum dan/atau operasional

2.8.3.2 Perencanaan K3
Perencanaan K3 dilakukan untuk menghasilkan rencana K3. Rencana K3
disusun dan ditetapkan dengan mengacu pada kebijakan K3 yang telah ditetapkan
dalam pasal 7 ayat 1 PP. No. 50 tahun 2012.
Dalam menyusun rencana K3 pihak manajemen K3 harus
mempertimbangkan:
1. Hasil penelaah awal
2. Identifikasi potensi bahaya, penilaian, dan pengendalian risiko
3. Peraturan perundang-undangan dan persyaratan lainnya
4. Sumber daya yang dimiliki
Rencana K3 juga harus memiliki:
1. Tujuan dan sasaran
2. Skala prioritas
3. Upaya pengendalian bahaya
4. Penetapan sumber daya
5. Jangka waktu pelaksanaan
6. Indikator pencapaian
7. Sistem pertanggungjawaban
Dalam melaksanakan rencana K3 harus didukung oleh sumber daya
manusia di bidang K3, prasana, dan sarana. Sumber daya manusia yang dimaksud
harus memiliki:
1. Kompetensi kerja yang dibuktikan dengan sertifikat.

24

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2. Kewenangan di bidang K3 yang dibuktikan dengan surat izin kerja
dan/atau surat penunjukkan dari instansi yang berwenang.
Prasarana dan sarana yang dimaksud terdiri dari:
1. Organisasi/unit yang bertanggung jawab di bidang K3
2. Anggaran yang memadai
3. Prosedur kerja, informasi, dan pelaporan serta pendokumentasian
4. Instruksi kerja
2.8.3.3 Pengendalian Rencana K3
Sistim manajemen konstruksi yang melaksanakan rencana K3 harus
melakukan kegiatan dalam pemenuhan persyaratan K3. Adapun kegiatan yang
dimaksud meliputi:
1. Tindakan pengendalian
2. Perancangan dan rekayasa (design)
3. Prosedur dan instruksi kerja
4. Penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan
5. Pembelian atau pengadaan barang dan jasa
6. Produk akhir
7. Upaya menghadapi keadaan darurat kecelakaan dan bencana industri
8. Rencana dan pemulihan keadaan darurat
Kegiatan-kegiatan tersebut dilaksakan berdasarkan:
1. Identifikasi bahaya
2. Penilaian dan pengendalian risiko
3. Potensi bahaya
4. Investigasi
5. Analisa kecelakaan
Dalam melaksanakan kegiatan sistem manajemen K3 harus:
1. Menunjuk sumber daya manusia yang mempunyai kompetensi kerja
dan kewenangan di bidang K3
2. Melibatkan seluruh pekerja/buruh
3. Membuat petunjuk K3 yang harus dipatuhi oleh seluruh pekerja/buruh,
orang lain selain pekerja/buruh yang berada di perusahaan, dan pihak
lain yang terkait

25

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4. Membuat prosedur informasi: a. Harus menjamin bahwa informasi K3
dikomunikasikan kepada semua pihak dalam perusahaan dan pihak
terkait di luar perusahaan.
5. Membuat prosedur pelaporan yang meliputi :
a. Terjadinya kecelakaan di tempat kerja
b. Ketidaksesuaian terhadap peraturan perundang-undangan dan/atau
standar
c. Kinerja K3
d. Identifikasi sumber bahaya
e. Yang diwajibkan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan
6. Mendokumentasikan seluruh kegiatan yang meliputi:
a. Peraturan perundang-undangan di bidang K3 dan standar di bidang
K3
b. Indikator kinerja K3
c. Izin kerja
d. Hasil identifikasi, penilaian, dan pengendalian risiko
e. Kegiatan pelatihan K3
f. Kegiatan inspeksi; kalibrasi, dan pemeliharaan
g. Catatan pemantauan data
h. Hasil pengkajian kecelakaan di tempat kerja dan tindak lanjut
i. Identifikasi produk termasuk komposisinya
j. Informasi mengenai pemasok dan kontraktor
k. Audit dan peninjauan ulang SMK3

2.8.3.4 Pemantauan dan Evaluasi Kinerja K3


Dalam kegiatan konstruksi, pihak manajemen K3 wajib melakukan
pemantauan dan evaluasi kinerja K3. Dalam arti yang sederhana, pemantauan dan
evaluasi kinerja K3 membantu perusahaan konstruksi mencapai kinerja
pembangunan berkesinambungan yang baik dengan memastikan bahwa proses
dan prosedur ada di tempat dan kegiatan penerapan sistem manajemen K3 sudah

26

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


sesuai perundang-undangan dan untuk memverifikasi bahwa proses-proses dan
prosedur berfungsi secara efektif. Dalam arti luas, ini dapat melibatkan
penelusuran kemajuan dari waktu ke waktu, menentukan apakah tujuan atau
standar yang disepakati telah terpenuhi, dan memberikan tolok ukur
(benchmarking) prosedur dan kinerja atas pembangunan konstruksi Gedung
Rumah Sakit Tipe C Medan Labuhan.
Pemantauan dan evaluasi kinerja K3 dilakukan melalui:
1. Pemeriksaan
2. Pengujian
3. Pengukuran
4. Audit internal SMK3
Pemantauan dan evaluasi kinerja K3 harus dilakukan oleh sumber daya
manusia yang kompeten. Apabila pihak manajemen tidak memiliki sumber daya
manusia yang kompeten maka pihak manajemen dapat menggunakan jasa pihak
luar. Hasil pemantauan dan evaluasi yang dilakukan oleh pihak luar tersebut harus
dilaporkan ke pihak manajemen agar pihak manajemen dapat mengetahui kinerja
K3 konstruksi yang sedang dilaksanakan sehingga apabila terdapat kekurangan
maka kekurangan tersebut bisa segera diperbaiki. Pelaksanaan pemantauan dan
evaluasi kinerja K3 harus dilakukan sesuai perundang-undangan yang berlaku.

2.8.3.5 Peninjauan dan Peningkatan Kinerja SMK3


OHSAS (Occupational Health and Safety Assestment Series)-18001
merupakan standar internasional untuk penerapan SMK3. Komponen utama
standar OHSAS 18001 dalam penerapannya terhadap SMK3 di perusahaan
meliputi:
1. Adanya komitmen perusahaan tentang K3
2. Adanya perencanaan tentang program-program K3
3. Operasi dan implementasi K3
4. Pemeriksaan dan tindakan koreksi terhadap pelaksanaan K3 di
perusahaan
5. Pengkajian manajemen perusahaan tentang kebijakan K3 untuk
pelaksanaan berkesinambungan

27

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Kegiatan peninjauan kinerja sudah menjadi hal umum khususnya di
perusahaan kontruksi. Program ini dilaksanakan untuk mengevaluasi kinerja yang
ada sehingga dapat segera mengambil tindakan bila terdapat hal yang
menyimpang dari hasil peninjauan kinerja tersebut. Selain itu peninjauan kinerja
SMK3 mendorong pihak menajemen untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas
para pekerjanya demi konstruksi yang berjalan lancar tanpa adanya kecelakaan
kerja.
Peninjauan kinerja SMK3 tercantum dalam pasal 15 ayat 2 di Peraturan
Pemerintah No. 50 tahun 2012 dimana peninjauan dilakukan terhadap:
1. Kebijakan
2. Perencanaan
3. Pelaksanaan
4. Pemantauan
5. Evaluasi
Sedangkan perbaikan atau peningkatan kinerja SMK3 tercantum dalam
pasal 15 ayat 4 di Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2012 dimana peningkatan
dapat dilaksanakan dalam hal:
1. Terjadi perubahan peraturan perundang-undangan
2. Adanya tuntutan dari pihak yang terkait dan pasar
3. Adanya perubahan produk dan kegiatan perusahaan
4. Terjadi perubahan struktur organisasi perusahaan
5. Adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk
epidemiologi
6. Adanya hasil kajian kecelakaan di tempat kerja
7. Adanya pelaporan dan/atau adanya masukan dari pekerja/buruh

2.9 Pengendalian Risiko


Pengendalian resiko merupakan upaya pencegahan terjadinya kecelakaan
kerja yang terbagi atas 5 hierarki sebagai berikut:
1. Eliminasi, yaitu menghilangkan sumber bahaya di tempat kerja.

28

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2. Substitusi, yaitu mengganti bahan dengan proses yang lebih aman.
Contohnya seperti:
a. Mengganti bahan bentuk serbuk dengan bentuk pasta
b. Proses pengecatan spray dengan pencelupan
3. Engineering, yaitu melakukan perubahan atau modifikasi terhadap
desain peralatan, proses dan lay out. Hierarki ini dapat dilihat dalam hal
pekerjaan sebagai berikut:
a. Pemasangan alat pelindung mesin/guarding
b. Penambahan alat sensor otomatis
4. Administrasi, yaitu cara kerja yang aman dengan melakukan
pengontrolan dari sistem administrasi. Hierarki ini dapat diterapkan
dalam hal pekerjaan sebagai berikut:
a. Pemisahan lokasi kerja/penempatan material
b. Izin kerja/work permit
c. Training
5. Alat pelindung diri (APD) yang terdiri dari sabuk pengaman, sarung
tangan, pelindung kepala, pelindung wajah (masker) dan lain-lain.
Kelima hierarki di atas memperlihatkan adanya hierarki cara berfikir yang
harus ditanamkan kepada pelaksana dalam rangka mengendalikan resiko.
Pelaksana harus memulai dari butir a (eliminasi), kemudian butir b (substitusi),
lalu ke butir c (engineering), demikan seterusnya sampai butir e. Sebuah
kesalahan apabila pelaksana pekerjaan langsung loncat atau melangkah ke butir e
tanpa berfikir terlebih dahulu tentang butir-butir sebelumnya. Pada kasus lain,
meskipun pelaksana pekerjaan sudah memulai tahap-tahap sesuai hierarki di atas
dikarenakan nilai resiko yang diterima sedimikian besarnya, maka pelaksana
pekerjaan diharuskan untuk tetap sampai pada hierarki terakhir (e=alat pelindung
diri).
Pengendalian risiko akan direalisasikan ke dalam Program Kerja K3 yang
terdiri dari:
1. Item program kerja
2. Durasi masing-masing program kerja
3. Waktu dimulainya program kerja

29

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4. Keterkaitan satu program kerja dengan program kerja lainnya
5. Penanggung jawab masing-masing program kerja. (BPKSDM, 2009)

2.10 Program Kerja


Hasil dari IBPR diutamakan dalam penyusunan sasaran dan program K3
konstruksi, yaitu merencanakan kebutuhan fasilitas dan kegiatan K3 yang
diperlukan dalam pelaksanaan proyek konstruksi tersebut. Perlindungan dari
bahaya kecelakaan harus diprogramkan dengan cara memberi keterampilan kerja
dengan memperhatikan upaya K3 agar terlindung dan mencegah dari resiko
bahaya yang mengancam kepada setiap personil yang berada di lokasi proyek
konstruksi sampai pada batas yang dapat diterima. Program K3 harus dibuat tidak
terlepas dari program pembelajaran yang harus dilakukan untuk menerapkan K3
dalam melaksanakan pekerjaan proyek konstruksi agar semua pihak yang
berkepentingan dalam proyek tersebut memahami kondisi proyek yang beresiko
tinggi.
Adapun beberapa bagian dari program kerja Keselamtan dan Kesehatan
Kerja (K3) adalah sebagai berikut:
1. Kelengkapan Administrasi K3
Setiap pelaksanaan pekerjaan konstruksi wajib memenuhi kelengkapan
administrasi K3 yang meliputi:
a. Pendaftaran proyek ke departemen tenaga kerja setempat
b. Pendaftaran dan pembayaran asuransi tenaga kerja
c. Pendaftaran dan pembayaran asuransi lainnya, bila disyaratkan
proyek
d. Izin dari kantor kimpraswil tentang penggunaan jalan atau
jembatan yang menuju lokasi untuk lalu lintas alat berat
e. Keterangan layak pakai untuk alat berat maupun ringan dari
instansi yang berwenang memberikan rekomendasi
f. Pemberitahuan kepada pemerintah atau lingkungan setempat
2. Pelaksanaan Kegiatan K3 di Lapangan

30

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pelaksanaan kegiatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di
lapangan meliputi:
a. Kegiatan K3 di lapangan berupa pelaksanaan safety plan melalu
kerja sama dengan instansi yang terkait K3 yaitu depnaker, polisi
dan rumah sakit.
b. Pengawasan instansi yang terkait K3, meliputi kegiatan:
1) Safety patrol, yaitu suatu tim K3 yang terdiri dari 2 atau 3 orang
yang melaksanakan patroli untuk mencatat hal-hal yang tidak
sesuai ketentuan K3 dan yang memiliki risiko kecelakaan.
2) Safety supervisor, yaitu petugas yang ditunjuk manajer proyek
untuk mengadakan pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan
dilihat dari segi K3.
3) Safety meeting, yaitu rapat dalam proyek yang membahas hasil
laporan safety patrol maupun safety supervisor.
c. Pelaporan dan penanganan kecelakaan berat, ringan, korban
meninggal dan peralatan berat. (Beesono, 2012)
3. Pelatihan K3
Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) terdiri atas 2 bagian
yaitu:
1. Pelatihan secara umum yang diberikan dengan materi pelatihan
tentang panduan K3 di proyek misalnya:
a. Pedoman praktis pelaksaan K3 pada proyek bangunan gedung
b. Penanganan, penyimpanan dan pemeliharaan material
c. Pengarahan K3 dalam pekerjaan sipil, finishing luar, mekanikal
dan elektrikal, finishing dalam, bekisting, pembesian, rangka
baja, struktur khusus, pembetonan, pondasi pile dan strutting,
pembongkaran
2. Pelatihan khusus proyek yang diberikan pada saat awal proyek dan
di tengah periode pelaksanaan proyek sebagai penyegaran dengan
peserta seluruh petugas yang terkait dalam pengawasan proyek dan
materi pengetahuan umum tentang K3 atau safety plan proyek yang
bersangkutan. (Beesono, 2012)

31

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.11. Perlengkapan dan Peralatan K3
Dalam bidang konstruksi ada beberapa perlengkapan dan peralatan yang
digunakan untuk melindungi seseorang dari kecelakaan ataupun bahaya yang
kemungkinan bisa terjadi dalam proses konstruksi. Perlengkapan dan peralatan ini
wajib digunakan oleh seseorang yang bekerja dalan suatu lingkungan konstruksi.
Namun tidak banyak yang menyadari betapa pentingnya peralatan-peralatan ini
untuk digunakan sebab K3 adalah dua hal yang sangat penting. Oleh karenanya,
semua perusahaan kontraktor berkewajiban menyediakan semua keperluan
peralatan/perlengkapan perlindungan diri atau personal protective equipment
(PPE) untuk semua karyawan yang bekerja. Perlengkapan dan peralatan
penunjang program K3 meliputi hal sebagai berikut:
1. Pengendalian Administrasi
Pengendalian administrasi ini mencakup promosi program keselamatan
dan kesehatan kerja (K3) yang terdiri dari:
a. Pemasangan bendera K3, bendera RI dan bendera perusahaan
b. Pemasangan sign board K3 yang berisi slogan-slogan yang
mengingatkan perlunya bekerja dengan selamat
2. Pemakaian APD (Alat Pelindung Diri)
Dalam pekerjaan konstruksi, ada peralatan yang digunakan untuk
melindungi seseorang dari kecelakaan ataupun bahaya konstruksi.
Peralatan ini wajib digunakan dalam pelaksanaan konstruksi. Namun
banyak pekreja yang tidak menyadari pentingnya arti peralatan ini.
Sarana peralatan yang melekat pada orang atau disebut perlengkapan
perlindungan diri atau personal protective equipment (PPE) diantaranya
adalah:
a. Pelindung Kepala (helmet)
Helmet sangat penting digunakan karena sudah merupakan
keharusan bagi setiap pekerja konstruksi untuk menggunakannya
dengaan benar sesuai peraturan pemakaian yang dikeluarkan dari
pabrik pembuatnya. Helmet dibuat dari lapisan yang keras, tahan

32

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


dan kuat terhadap benturan yang mengenai kepala. Sistem suspensi
yang ada di dalamnya bertindak sebagai penahan goncangan dan
dirancang supaya tahan terhadap sengatan listrik, melindungi kulit
kepala, wajah, leher, dan bahu dari percikan, tumpahan dan tetesan.
Namun sering kita lihat bahwa kedisiplinan pekerja untuk
menggunakannya masih rendah yang tentunya dapat
membahayakan diri sendiri.
b. Pelindung Mata
Kacamata pengaman digunakan untuk melidungi mata dari serpihan
kayu, pecahan batu, atau serpihan besi yang terpental dan
beterbangan. Mengingat partikel-partikel debu berukuran sangat
kecil yang terkadang tidak terlihat oleh mata, maka perlu diberikan
perlindungan. Biasanya pekerjaan yang membutuhkan kacamata
seperti dalam pekerjaan mengelas.
c. Pelindung Wajah
Pelindung wajah tediri dari 2 jenis yaitu helm pengelas dan masker
yang tercantum sebagai berikut:
1) Helm Pengelas (welding protect)
Alat ini digunakan untuk melindungi wajah dari percikan benda
asing saat bekerja. Misalnya pada pekerjaan mengelas atau
menggerinda.
2) Masker
Masker merupakan pelindung bagi pernapasan yang sangat
diperlukan untuk pekerjaan konstruksi karena mengingat
berbagai kejadian dan kondisi lokasi proyek itu sendiri. Alat ini
juga melindungi wajah dari berbagai material konstruksi
berukuran besar sampai sangat kecil yang merupakan sisa dari
suatu kegiatan, misalnya serbuk kayu yang berasal dari sisa
bahan dalam kegiatan memotong, mengampelas dan pengerutan
kayu. Apabila seorang pekerja yang secara terus menerus
menghisapnya dapat mengalami gangguan pada pernapasan
yang akibatnya tidak dirasakan langsung pada saat itu.

33

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


d. Pelindung Telinga (ear muff)
Alat ini digunakan untuk melindungi telinga dari bunyi-bunyi yang
dikeluarkan oleh mesin yang memiliki volume suara yang cukup
keras dan bising. Bila setiap hari mendengar suara bising tanpa
penutup telinga ini, maka kemungkinan efeknya cukup panjang.
Namun demikian, bukan berarti seorang pekerja tidak dapat bekerja
bila tidak menggunakan alat ini. Pelindung pendengaran yang
paling banyak digunakan seperti foam earplugs, PVC earplugs dan
earmuffs.
e. Pelindung Tangan atau Sarung Tangan
Alat pelindung tangan (sarung tangan) terbuat dari bermacam-
macam bahan disesuaikan kebutuhan. Yang sering digunakan dalam
pelaksanaan proyek konstruksi adalah:
1) Sarung Tangan Kain
Alat ini digunakan untuk memperkuat pegangan. Hendaknya
dibiasakan bila memegang benda yang berminyak, bagian-
bagian mesin atau bahan logam lainnya.
2) Sarung Tangan Asbes
Sarung tangan asbes digunakan terutama untuk melindungi
tangan terhadap bahaya pembakaran api. Sarung tangan ini
digunakan bila setiap memegang benda yang panas, seperti pada
pekerjaan mengelas dan pekerjaan menempa (pande besi).
3) Sarung Tangan Kulit
Sarung tangan kulit digunakan untuk memberi perlindungan dari
ketajaman sudut pada pekerjaan pengecoran. Perlengkapan ini
dipakai pada saat harus mengangkat atau memegang bahan
tersebut.
4) Sarung Tangan Karet
Sarung tangan karet berfungsi untuk menjaga tangan dari
bahaya pembakaran asam atau melindungi dari kepedasan cairan
pada bak atau panic dimana pekerjaan tersebut berlangsung.
Sarung tangan karet digunakan pada pekerjaan pelapisan logam

34

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


seperti pernikel dan perkhrom. Sarung tangan karet juga
digunakan untuk melindungi kerusakan kulit tangan karena
hembusan udara pada saat membersihkan bagian-bagian mesin
dengan menggunakan kompresor.
f. Pelindung Kaki (Sepatu Kerja)
Sepatu kerja berfungsi untuk melindungi kaki dari jatuhnya barang
berat maupun hantaran listrik yang akan menyambar pekerja apabila
kaki terkontak langsung ke tanah. Setiap pekerja konstruksi perlu
memakai sepatu dengan sol yang tebal agar dapat bebas berjalan di
lokasi manapun tanpa terluka oleh benda-benda tajam atau
kemasukan oleh kotoran bagian bawah. Umumnya, sepatu kerja
disediakan dua pasang dalam setahun.
g. Pelindung Tubuh
Tujuan memakai pelindung tubuh ialah melindungi badan manusia
terhadap pengaruh-pengaruh yang kurang sehat atau yang biasa
melukai badan. Alat pelindung tubuh terbuat dari bermacam-macam
bahan disesuaikan kebutuhan seperti berikut:
1) Pakaian pelindung
Pakaian pelindung biasanya terbuat dari kulit yang digunakan
agar terhindar dari percikan api, terutama pada waktu mengelas
dan menempa. Lengan baju jangan digulung, sebab lengan baju
akan melindungi tangan dari sinar api.
2) Apron
Apron kulit dipakai untuk perlindungan dari rambatan panas
nyala api. Ketentuan memakai sebuah apron pelindung harus
dibiasakan di luar baju kerja.
3) Jas hujan
Perlindungan terhadap cuaca terutama bagi pekerja pada saat
bekerja adalah dengan menggunakan jas hujan. Pelaksanaan
kegiatan di proyek selalu bersinggungan langsung dengan panas
matahari ataupun hujan karena dilaksanakan di ruang terbuka.

35

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tujuan utama dari jas hujan tidak lain adalah untuk kesehatan
para pekerja.
h. Pelindung Bahaya Jatuh (safety belt)
Bagi pekerja yang melaksanakan kegiatannya pada ketinggian
tertentu atau pada posisi yang membahayakan wajib mengenakan
tali pengaman atau safety belt. Fungsi utama talai pengaman ini
adalah menjaga seorang pekerja dari kecelakaan kerja pada saat
bekerja, misalnya saja kegiatan erection baja pada bangunan tower.
Tali pengaman (safety harness) berfungsi sebagai pengaman saat
bekerja di ketinggian diwajibkan menggunakan alat ini di
ketinggian lebih dari 1,8 meter. Pakaian penahan bahaya jatuh ini
dirancang dengan desain yang nyaman bagi si pemakai dimana
pengikat pundak, dada dan tali paha dapat disesuaikan menurut
pemakaiannya. Pakaian penahan bahaya jatuh ini dilengkapi dengan
cincin “D” (high) yang terletak di belakang dan di depan dimana
tersambung tali pengikat, tali pengaman atau alat penolong lain
yang dapat dipasangkan. (Ervianto, 2005)
3. Sarana Peralatan Lingkungan
Sarana peralatan lingkungan terdiri dari sebagai berikut:
a. Tabung pemadam kebakaran
b. Pagar pengaman
c. Penangkal petir darurat
d. Pemeliharaan jalan kerja dan jembatan kerja
e. Jaring pengaman pada bangunan tinggi
f. Pagar pengaman lokasi proyek
g. Tangga
h. Pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K)
4. Rambu-Rambu Peringatan
Rambu-rambu peringatan dapat berfungsi sebagai berikut:
a. Peringatan bahaya dari atas, bahaya dari benturan kepala, bahaya
longsor dan api.
b. Peringatan tersengat listrik.

36

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


c. Penunjuk ketinggian (untuk bangunan yang lebih dari 2 lantai).
d. Penunjuk jalur instalasi listrik kerja sementara dan batas ketinggian
penumpukan material.
e. Larangan memasuki area tertentu dan larangan membawa bahan-
bahan berbahaya.
f. Petunjuk untuk melapor (keluar masuk proyek).
g. Peringatan untuk memakai alat pengaman kerja dan peringatan ada
alat/mesin yang berbahaya (untuk lokasi tertentu).
h. Peringatan larangan untuk masuk ke lokasi power listrik (untuk
orang-orang tertentu). (beesono, 2012)

37

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.12 Diagram bagan alir SMK3

1. Komitmen manajemen puncak


Mulai
2. Menentukan ruang lingkup
Tahap 3. Menetapkan cara penerapan
Persiapan 4. Membentuk kelompok
penerapan
5. Menetapkan sumber daya
yang diperlukan

Tahap Pengembangan dan


Penerapan Sistem Manajemen

Langkah Menetapkan Cara


Menyatakan Penerapan Sistem
Komitmen Manajemen

Menetapkan Membentuk
Sumber Daya yang Kelompok Kerja
Diperlukan Penerapan

Kegiatan Peninjauan Sistem


Penyuluhan Manajemen

Pengembangan
Penyusunan
Sistem Manajemen
Jadwal
K3

Penerapan Sistem Proses Sertifikasi Selesai

38

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.13 Penelitian Terdahulu

2.1 Tabel Penelitian Terdahulu


KETERANGAN PENELITIAN
NO NAMA &
JUDUL TUJUAN HASIL
TAHUN
1 Jula Nujhani Evaluasi Untuk Diperolehnya
Penerapan mengetahui
dan Ika hasil total
Sistem gambaran
Juliantina Manajemen penerapan penerapan
Keselamatan sistem
(2013) SMK3
Dan manajemen
Kesehatan keselamatan menurut
Kerja (Smk3) dan kesehatan
Permenaker
Pada Proyek kerja (SMK3)
Persiapan dan Untuk No. 5 tahun
Lahan mengevaluasi
1996 yaitu
Pusri IIB PT. sejauh mana
penerapan sebesar
Pupuk
program
83,87%
Sriwidjaja sistem
manajemen dimana dapat
Palembang
keselamatan
disimpulkan
dan kesehatan
kerja penerapan
(SMK3) pada
SMK3 pada
proyek
persiapan proyek
lahan pusri
persiapan
IIB sesuai
dengan lahan pusri
peraturan
IIB adalah
SMK3 yang
diberlakukan cukup baik.
di PT.
Pupuk
Sriwidjaja
Palembang.
2 Meyklya Evaluasi Untuk Diperolehnya
Sembiring Penerapan mengetahui hasil total
(2014) Sistem gambaran penerapan
Manajemen pelaksanaan SMK3

39

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Keselamatan penerapan menurut
dan SMK3 pada Permenaker
Kesehatan proyek No. 5 tahun
Kerja pembangunan 1996 yaitu
(SMK3) Pada gedung sebesar
Proyek Siloam 91,81%
Pembangunan Hospital dan dimana
Gedung mengetahui pengertiannya
Siloam tingkat layak untuk
Hospital keberhasilan diberi
penerapan sertifikat dan
Sistem peringkat
Manajemen bendera
Keselamatan emas.
dan
Kesehatan
Kerja
(SMK3) pada
proyek
tersebut.
3 Ersawaty Evaluasi Untuk Diperolehnya
Limbong Penerapan mengetahui hasil total
(2016) Sistem tingkat penerapan
Manajemen keberhasilan SMK3
Keselamatan penerapan menurut
dan Sistem Permenaker
Kesehatan Manajemen No. 5 tahun
Kerja Keselamatan 1996 yaitu
(SMK3) Pada dan sebesar
Proyek Kesehatan 72,25%
Pembangunan Kerja dimana
Jembatan Rel (SMK3) dan pengertiannya

40

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Kereta Api faktor yang layak untuk
menghambat diberi
perapan sertifikat dan
Sistem peringkat
Manajemen bendera
Keselamatan perak.
dan
Kesehatan
Kerja
(SMK3) pada
proyek
tersebut.
4 Aryati Indah Evaluasi Untuk Mengetahui
(2017) Penerapan mengevaluasi kendala
Keselamatan penerapan penerapan K3
dan dan kendala pada
Kesehatan penerapan K3 umumnya
Kerja (K3) pada proyek yakni
Pada Proyek bangunan anggaran,
Bangunan gedung di budaya
Gedung di Kabupaten pekerja yang
Kabupaten Cirebon serta belum
Cirebon untuk terbiasa
mengetahui dengan
perbedaan penerapan K3
penerapan K3 serta dampak
berdasarkan penerapan
skala proyek. terhadap
biaya dan
harga jual
konstruksi
properti dan

41

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


rata-rata
penerapan K3
lebih besar
pada proyek
skala besar
dibandingkan
proyek skala
sedang dan
kecil.

42

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Uraian Umum


Metode yang digunakan untuk penelitian ini adalah metode kuantitatif dan
analisis univariat. Kuantitatif adalah pengukuran berdasarkan teori-teori yang
sudah ada, sedangkan analisis univariat ialah analisis terhadap satu variabel.
Kedua metode ini dipakai untuk mengukur tingkat keberhasilan penerapan SMK3
pada proyek pembangunan gedung Rumah Sakit Type C berdasarkan hasil
penyebaran kuesioner. Penggunaan kuantitatif dan analisis univariat dimulai
dengan penentuan kriteria atau kategori yang ingin diteliti. Kriteria yang diteliti
terdiri dari 5 prinsip dasar yaitu:
1. kebijakan atau komitmen
2. perencanaan
3. penerapan dan operasi kegiatan
4. evaluasi atau pemeriksaan
5. tinjauan manajemen atau tindakan perbaikan.
Penggunaan metode kuantitatif dimulai dari pengkodean data, pemindahan data
dan penyajian data. Untuk pengkodean dan pemindahan data disusun sedemikian
rupa dalam bentuk tabel untuk mengetahui banyaknya jumlah responden yang
menyatakan “ya” dan “tidak” untuk setiap kategori, sedangkan penyajian data
dibuat dalam bentuk numerik (angka) yang disajikan dalam tabel frekuensi dan
dalam bentuk grafik (gambar) yang disajikan dalam piechart. Jumlah responden
sudah diubah dalam bentuk persen (%), maka dicari rata-rata atau ukuran
pemusatannya dengan menggunakan metode analisis univariat. Analisis data yang
berdasarkan analisis univariat dibuat atas susunan data dalam suatu tabel yang
telah diklasifikasikan menurut kriteria atau kategori-kategori tertentu sehingga
diperoleh jumlah dan rata-rata persentase untuk setiap kategori.
Untuk mengetahui gambaran pelaksanaan penerapan SMK3, digunakan
metode deskriptif kualitatif. Secara sederhana penelitian kualitatif adalah meneliti
informan sebagai subjek penelitiannya, sedangkan deskriptif kualitatif berarti

43

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif yang pengertiannya adalah
penggambaran secara mendalam terhadap situasi atau proses yang diteliti. Oleh
karena itu, metode deskriptif kualitatif dalam penulisan tugas akhir ini ialah
menggambarkan kegiatan dan pengelolaan SMK3 pada proyek pembangunan
gedung Rumah Sakit Tipe C secara sederhana dan menyeluruh. Pengumpulan
informasi berupa data primer seperti; hasil wawancara, gambar, foto dan observasi
langsung ke proyek konstruksi tersebut. Dengan data tersebut juga akan diperoleh
faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan SMK3 di proyek tersebut. Dan
pengumpulan informasi berupa data sekunder yang diperoleh dari media perantara
atau secara tidak langsung yang berupa buku, peraturan perundang-undangan, dan
data yang terkait dengan K3 pada proyek pembangunan gedung Rumah Sakit Tipe
C.

3.2 Lokasi Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di Medan pada proyek pembangunan gedung
Rumah Sakit Tipe C di Jalan K.L. Yos Sudarso Km 19, Kelurahan Pekan
Labuhan, Kecamatan Medan Labuhan. Proyek ini digunakan untuk penelitian
karena sudah menetapkan kebijakan atau komitmen mengenai Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3).

3.3 Tahap dan Prosedur Penelitian


Penelitian ini dapat dilihat dari beberapa tahap sebagai berikut:
1. Penetapan sasaran studi.
2. Penyusunan kriteria yaitu performance, Kesehatan Pekerja,
Keselamatan Pekerja, Fasilitas/Pekerjaan, dan Lingkungan.
3. Pengumpulan data primer melalui kuesioner untuk mencari jumlah
responden dalam setiap kriteria dan data sekunder melalui perolehan
data dari proyek.

44

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4. Analisis data primer dengan metode kuantitatif untuk menyusun
banyaknya jumlah responden dalam setiap kriteria dan analisis
univariat untuk mencari persentase pelak data sekunder.
5. Menguji validitas dan reabilitas analisis data primer dengan
menggunakan software SPSS.
6. Total hasil nilai disajikan dalam hasil metode kuantitatif dan analisis
univariat.

3.4 Teknik Pengumpulan Data


3.4.1 Data Primer
Data primer merupakan sumber data yang diperoleh dan diketahui
langsung dari objek penelitian. Data primer yang dilakukan dengan cara
penyebaran kuesioner. Dalam hubungannya yang leluasa dan tidaknya responden
untuk memberikan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, maka
jenis pertanyaan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pertanyaan tertutup.
Pertanyaan tertutup ialah pertanyaan yang dibuat sedemikian rupa, sehingga
responden dibatasi dalam memberikan jawaban kepada beberapa alternatif saja
ataupun kepada satu jawaban saja sehingga dapat lebih dimengerti. Kuesioner
disebarkan kepada para pekerja dan staff manajemen. Kriteria yang digunakan
dalam penelitian ini terbagi atas lima yaitu kebijakan K3, perencanaan, penerapan
dan operasi kegiatan, evaluasi atau pemeriksaan dan tinjauan manajemen.
Struktur kuesioner terbagi dalam tiga bagian:
1. Profil Responden
Berisi mengenai informasi identitas responden yaitu nama, pendidikan
terakhir, umur, dan jabatan (spesifikasi pekerjaan).
2. Petunjuk Pengisian Kuesioner
Pada bagian ini, responden diberi petunjuk pengisian kuesioner,
sehingga responden tidak salah dalam pengisian jawaban kuesioner.
3. Kuesioner

45

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pertanyaan yang digunakan adalah jenis pertanyaan tertutup. Untuk
mempermudah responden menjawab pertanyaan dan memfokuskan
jawaban yang diharapkan penulis.

3.4.2 Data Sekunder


Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua (bukan orang
pertama, bukan asli) yang memiliki informasi atau data tersebut. (Idrus, 2009).
Data sekunder dapat diambil dari bacaan, buku-buku refrensi dan informasi lain
yang berhubungan dengan penelitian.

3.5 Teknik Pengolahan Data


3.5.1 Metode Kuantitatif
Untuk mengetahui tingkat keberhasilan penerapan SMK3 pada proyek
pembangunan gedung Rumah Sakit Tipe C di Medan Labuhan, maka metode
yang digunakan adalah metode Kuantitatif dan Analisis Univariat. Kuantitatif
ialah pengukuran berdasarkan teori-teori yang sudah ada, sedangkan analisis
univariat ialah analisis terhadap satu variabel. (Prasetyo, 2005) Kedua metode ini
dipakai untuk mengukur tingkat keberhasilan penerapan SMK3 pada proyek
pembangunan gedung Rumah Sakit Tipe C di Medan Labuhan berdasarkan hasil
penyebaran kuesioner. Penggunaan kuantitatif dan analisis univariat dimulai
dengan penentuan kriteria atau kategori yang ingin diteliti. Kriteria yang diteliti
terdiri dari 5 prinsip dasar yaitu:
1. kebijakan K3
2. perencanaan
3. penerapan dan operasi kegiatan
4. evaluasi atau pemeriksaan
5. tinjauan manajemen.
Berikut ini adalah langkah-langkah dalam penggunaan metode kuantitatif
yang terdiri atas 3 bagian sebagai berikut:
a. Pengkodean Data

46

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pengkodean data ialah pemberian kode-kode terhadap suatu item jika
item tersebut tidak diberi skor. Koding hanya sekedar membedakan,
bukan berarti angka yang ada memiliki makna kelipatannya ataupun
rasio antar jawaban yang satu dengan yang lainnya. (Idrus, 2009).
Pengkodean setiap data dibuat dalam setiap pertanyaan yang dijawab
oleh responden. Jawaban responden menghasilkan nilai atau ukuran.
Ada 2 konsep yang sering digunakan dan terkait pada pembuatan alat
ukur yaitu indeks dan skala. Untuk mengukur, harus membuat
pertanyaan seputar topik/pembahasan. Jika data telah dikumpulkan
melalui pertanyaan-pertanyaan, maka diakumulasikan nilai-nilai
jawaban yang diperoleh ke dalam kategori-kategori. Dalam
mengevaluasi penerapan SMK3 ini, maka konsep yang dilakukan
yaitu dengan konsep indeks yang dibuat dari akumulasi nilai-nilai
yang diberikan pada atribut-atribut individual tanpa melihat ada
tidaknya bobot. Jadi setiap pertanyaan dianggap memiliki nilai yang
sama, tetapi untuk jawaban responden dihitung skor/nilainya.
Pemberian skor ini tergantung kebutuhan. Responden yang menjawab
“ya” diberikan skor lebih tinggi dibanding responden yang menjawab
“tidak”. Untuk jawaban responden yang menyatakan “ya” diberi skor
1 (satu) dan jawaban responden yang menyatakan “tidak” diberi skor
0 (nol). (Prasetyo, 2005)
b. Pemindahan Data
Pemindahan data adalah memindahkan data yang telah diubah
menjadi kode ke dalam komputer. (Prasetyo, 2005). Dalam hal ini,
data yang dipindahkan adalah data jumlah responden yang berasal dari
data mentah hasil penyebaran kuesioner. Selanjutnya data tersebut
dihitung jumlah bobot nilai yang terdapat dalam jawaban responden
dan dipersentasekan jumlahnya. Kemudian setiap elemen dicari rata-
rata persentasenya dengan cara menjumlahkan poin kriteria yang
menyatakan “ya” yang berarti (+1), lalu dibagi dengan jumlah kriteria
setiap elemen.
c. Penyajian Data

47

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Penyajian data merupakan bentuk hasil pengolahan data. Jumlah
responden yang menyatakan “ya” dan “tidak” dipersentasekan dalam
bentuk hasil pengolahan data. Adapun bentuk hasil pengolahan data
terdiri dari 2 bagian yaitu:
a. Numerik atau dalam bentuk angka
Hasil pengolahan data yang berupa numerik dapat disajikan dalam
bentuk tabel frekuensi dan tabel. Contoh yang dipakai untuk
numerik atau angka ialah tabel frekuensi.
b. Grafik atau dalam bentuk gambar
Penyajian data dengan menggunakan grafik harus memperhatikan
tingkat pengukuran yang dipergunakan. Contoh yang dipakai untuk
grafik ialah seperti polygon dan piechart. (Prasetyo, 2005)

3.5.2 Metode Analisis Univariat


Penganalisiasan data merupakan suatu proses lanjutan dari proses
pengolahan data untuk melihat bagaimana menginterpretasikan data, kemudian
menganalisis data dari hasil yang sudah ada pada tahap hasil pengolahan data.
Dalam penyusunan tugas akhir ini, analisis pengolahan data yang dipakai ialah
analisis univariat. Analisis univariat adalah analisis tehadap suatu variabel.
(Prasetyo, 2005)
Untuk mengetahui keberhasilan penerapan SMK3 dipakai rumus ukuran
pemusatan. Dalam hal ini ukuran pemusatan yang dipakai adalah nilai rata-rata
hitung. Untuk menentukan nilai rata-rata hitung dapat dilakukan tergantung dari
sekumpulan data yang dipunyai, atau dengan kata lain apakah data-data itu masih
merupakan kumpulan data yang belum disusun ke dalam tabel frekuensi ataukah
data-data yang dipunyai telah disusun menjadi suatu daftar tabel frekuensi,
sehingga perhitungan nilai rata-ratanya dikategorikan ke dalam model. Berikut ini
adalah formulasi rata-rata hitung terbagi atas 2 jenis yaitu:
1. Rata-rata hitung untuk data yang belum dikelompokkan
Perhitungan nilai rata-rata untuk data yang belum dikelompokkan ke
dalam daftar distribusi frekuensi, dinyatakan dengan rumus:
  …
Yr =

= 

48

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2. Rata-rata hitung untuk data yang sudah dikelompokkan

.
Yr = 


Untuk mengetahui keberhasilan penerapan SMK3, maka dipakai


rumus ukuran pemusatan dengan perhitungan nilai rata-rata yang
belum dikelompokkan dengan rumus:
  …
Yr = 
= 
(Supangat, 2007)

Keterangan :
Yr = Rata-rata
Σyi = Jumlah keseluruhan persentase
Y1 + Y2 + Y3 + ... + Yn = Jumlah masing-masing persentase
terhadap kriteria
n = Jumlah kriteria

3.6 Uji Validitas dan Reliabilitas


3.6.1 Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau
kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid mempunyai validitas
tinggi, sebaliknya instrumen yang kurang valid mempunyai produktivitas rendah.
Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan.
Cara untuk menguji validitas adalah sebagai berikut:
1. Mendefinisikan secara operasional konsep yang akan diukur, yaitu
dengan mencari definisi dan merumuskan konsep yang akan diukur
yang telah ditulis para ahli dalam literatur, kalau sekiranya tidak
ditemukan dalam literatur maka untuk lebih mematangkan definisi dan
rumusan tersebut peneliti harus mendiskusikannya dengan para ahli,
dan menanyakan langsung kepada calon responden penelitian
mengenai aspek-aspek konsep yang akan diukur. Dari jawaban yang
diperoleh peneliti dapat membuat kerangka konsep dan kemudian
menyusun pertanyaan yang operasional.
2. Melakukan uji coba skala pengukuran yang dihasilkan dari langkah
pertama kepada sejumlah responden. Responden diminta untuk

49

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


menjawab apakah mereka setuju atau tidak setuju dari masing-masing
pertanyaan. Sangat disarankan agar jumlah responden untuk uji coba,
minimal 30 orang agar distribusi skor (nilai) akan lebih mendekati
kurve normal.
3. Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban.
4. Menghitung korelasi antara masing-masing pernyataan dengan skor
total dengan menggunakan rumus teknik korelasi produk moment.
Adapun rumusnya adalah:
 −  
=
√{   − ( ) }{   − ( ) }
Keterangan :
r = Koefisien korelasi
Y = Produktivitas kerja
Xi = Elemen variabel bebas
n = Jumlah data
(Masri Singarimbun, 1987 : 124-137)
Syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat validitas adalah jika rhitung >
rtabel dan taraf signifikasinya sebesar 5 % ( Suharsimi Arikunto, 1996 : 150-160 ).

3.6.2 Uji Reliabilitas


Pengukuran reliabilitas adalah pengukuran tentang stabilitas dan
konsintensi dari alat pengukuran. Reabilitas menunjukkan pada satu pengertian
bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai
pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen reliabel
sebenarnya yang mengandung arti bahwa instrumen tersebut cukup baik sehingga
mampu mengungkapkan data yang bisa dipercaya.
Untuk dapat memahami cara kerja software SPSS, berikut dikemukakan
kaitan antara cara kerja komputer dengan SPSS dalam mengolah data. Penjelasan
proses statistik dengan SPSS:
1. Data yang akan diproses dimasukkan lewat menu DATA EDITOR yang
otomatis muncul dilayar saat SPSS dijalankan

50

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2. Data yang telah diinput kemudian diproses, juga lewat menu DATA
EDIT
3. Hasil pengolahan data muncul dilayar (Window) yang lain dari SPSS,
yaitu OUTPUT NAVIGATOR.
Pada menu Output Navigator, informasi atau output statistik dapat
ditampilkan secara:
1. Teks atau tulisan. Pengerjaan (perubahan bentuk huruf, penambahan,
pengurangan dan lainnya) yang berhubungan dengan output teks dapat
dilakukan lewat menu Teks Output Editor.
2. Tabel pengerjaan (pivoting label, penambahan, pengurangan label dan
lainnya) yang berhubungan dengan output berbentuk label dapat
dilakukan lewat menu Pivot table Editor.
3. Chart atau grafik. Pengerjaan (perubahan tipe grafik dan lainnya) yang
berhubungan dengan output berbentuk grafik dapat dilakukan lewat
menu Chart Editor.

3.7 Variabel Penelitian


Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,
objek atau suatu kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang telah ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari sehingga dapat ditarik kesimpulannya.
Variabel dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Variabel Independen (bebas)
Variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau
timbulnya variabel dependen (terikat). Dalam penelitian ini variabel
bebas (independen) adalah Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3).
2. Variabel Dependen (terikat)
Variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya
variabel bebas. Dalam penelitian ini variabel terikat (dependen) adalah
Evaluasi Penerapan terhadap Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3).

51

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 3.1 Variabel Penelitian
Nomor
No Variabel
Variabel
1 X1 Performance
2 X2 Kesehatan Pekerja
3 X3 Keselamatan Kerja
4 X4 Fasilitas/Pekerjaan
5 X5 Lingkungan

3.8 Instrumen Penelitian


Instrumen penelitian merupakan sesuatu alat yang dapat membantu
peneliti untuk mengumpulkan informasi yang diperlukan. Hal ini dilakukan untuk
mempermudah peneliti dalam melakukan penelitian.

Tabel 3.2 Instrumen Penelitian


No Jenis Metode Jenis Instrumen
Angket (questionaire) a. Angket (questionaire)
b. Daftar cocok (check list)
1
c. Skala (scale)
d. Inventori (inventory)
Wawancara (interview) a. Pedoman wawancara (interview guide)
2
b. Daftar cocok (check list)
Pengamatan (observasi) a. Lembar pengamatan
b. Panduan pengamatan
3 c. Panduan observasi (observation sheet
atau observation schedule)
d. Daftar cocok (check list)
Ujian/Tes (Test) a. Soal ujian (test)
4
b. Inventory (inventory)
Dokumentasi a. Daftar cocok (check list)
5
b. Tabel (table)

52

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Sumber: Drs. Riduwan, MBA, “Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian”,
Alfabeta, Bandung, 2007.

3.9 Hasil Analisis Data


Hasil analisis data berdasarkan rata-rata untuk setiap persentase yang ada
dalam 5 variabel penerapan SMK3 tersebut yang sudah diperoleh dari hasil
evaluasi, sehingga mendapatkan kesimpulan untuk tingkat pencapaian
keberhasilan penerapan SMK3 di proyek pembangunan gedung Rumah Sakit Tipe
C ini berdasarkan penentuan nilai keberhasilan yang tertulis dalam Permenaker
Nomor: 05/MEN/1996.
Keberhasilan penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (SMK3) di tempat kerja dapat diukur menurut Permenaker Nomor:
05/MEN/1996 sebagai berikut:
1. Untuk tingkat pencapaian 0-59% dan pelanggaran peraturan
perundangan (nonconformance) dikenai tindakan hukum.
2. Untuk tingkat pencapaian 60-84% diberikan sertifikat dan bendera
perak.
3. Untuk tingkat pencapaian 85-100% diberikan sertifikat dan bendera
emas.

53

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3.10 Diagram Alir/ Flowchart

MULAI

STUDI LITERATUR

Menentukan Variabel Menentukan Populasi dan


Penelitian Sampel Penelitian

Membuat Format
Kuesioner

Uji Hasil Kuesioner


dengan SPSS

HASIL ANALISIS

Kesimpulan dan Saran

SELESAI

54

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


.BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Pelaksanaan Penelitian


Pada penelitian ini respondennya adalah Manajer proyek, Manajer
Lapangan, Pelaksana K3, Administrasi Teknis, Humas, Quality Control,Site
Engineer,Drafter, Pelaksana Lapangan, Logistik, Warehouse, dan Pekerja yang
menangani proyek yang sedang berlangsung, sehingga diharapkan jawabannya
lebih aktual. Dengan alasan itulah kuesioner disebarkan kepada responden yang
sudah direncanakan yang sedang melaksanakan pembangunan Rumah Sakit
Umum Tipe C di Medan Labuhan.
Adapun jumlah penyebaran kuesioner yang direncanakan di Medan
Labuhan secara umum bisa terpenuhi. Dalam prakteknya responden sangat sulit
meluangkan waktu untuk wawancara karena kesibukan proyek. Sebelum
melakukan pengisian kuesioner, terlebih dahulu akan dijelaskan maksud dan
tujuan dari penelitian ini, peneliti mengadakan langsung dengan responden di
lapangan.

4.2 Hasil Kuesioner


Data yang diperoleh dari kuesioner dari responden sebanyak 30 orang.
Adapun penjelasan tentang hasil data dari responden seperti terlihat pada tabel:

No. Jabatan Responden Jumlah Responden


1 Manajer Projek 1
2 Manajer Lapangan 1
3 Pelaksana K3 1
4 Administrasi Teknis 1
5 Humas 2
6 Site Engineer 1
7 Pelaksana Lapangan 1

55

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


8 Quality Control 2
9 Drafter 1
10 Logistik 4
11 Warehouse 1
12 Mandor 2
13 Pekerja 12
Total (N) 30
Tabel 4.1 Profil Responden

Setelah menyebarkan kuesioner ke responden didapatkan hasil yang


dipilih oleh responden. Kemudian diolah ke dalam tabulasi data, yang berfungsi
untuk mempermudah pembacaan hasil dari kuesioner. Kemudian tabulasi data
tersebut dilakukan uji validitas, uji korelasi dan uji Reliabilitas. Tabel dari tabulasi
data dapat dilihat dari tabel sebagai berikut:

Tabel 4.2 Hasil Tabulasi Kuesioner


A. Variabel Performance
No. Pernyataan Ya Tidak N
1 Saya mengetahui karakteristik peralatan yang 24 6 30
digunakan dalam proyek
2 Saya mengetahui fungsi peralatan kerja yang 26 4 30
disediakan di proyek
3 Saya mampu mengoperasikan peralatan kerja sesuai 24 6 30
prosedur kerja
4 Saya mampu memenuhi target pekerjaan saya 27 3 30
5 Saya selalu masuk kerja dengan tepat waktu 14 16 30
6 Saya selalu teliti dalam melaksanakan pekerjaan saya 28 2 30
7 Dengan program-program yang disediakan di proyek 17 13 30
menambah semangat kerja saya
8 Saya patuh terhadap peraturan yang ada di proyek 30 0 30
9 Saya merasa pekerjaan saya sesuai dengan 30 0 30
kemampuan saya

56

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


10 Di proyek terjalin komunikasi yang baik 30 0 30
11 Saya melapor jika terjadi kecelakaan 30 0 30

B. Variabel Kesehatan Pekerja


No Pernyataan Ya Tidak N
1 Beban pekerja layak dan seimbang dengan 29 1 30
kemampuan
2 Disediakannya pertolongan pertama pada kecelakaan 30 0 30
(P3K) apabila terjadi kecelakaan kecil
3 Adanya jaminan kesehatan bagi setiap pekerja 30 0 30
4 Adanya pelatihan kepada pekerja untuk bekerja 0 30 30
secara aman
5 Saya tidak diperintahkan untuk melaksanakan 19 11 30
pekerjaan yang tidak aman
6 Saya tidak merasa lelah fisik setelah bekerja 14 16 30
7 Saya tidak merasa lelah pikiran setelah bekerja 25 5 30

C. Variabel Keselamatan Kerja


No. Pernyataan Ya Tidak N
1 Diberikan alat pelindung kerja (APK) seperti helm, 30 0 30
sepatu boots, sarung tangan, masker, dll
2 Di proyek semua bagian peralatan yang berbahaya 28 2 30
diberi tanda/rambu-rambu
3 Adanya pengawasan secara intensif terhadap 11 19 30
keselamatan pekerja
4 Adanya metode/petunjuk keselamatan yang dapat 9 21 30
menjaga keselamatan pekerja

D. Variabel Pekerjaan/Fasilitas
No. Pernyataan Ya Tidak N
1 Alat berat berada di tempat seharusnya 24 6 30
2 Bahan material diatur rapi 12 18 30

57

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3 Peralatan kerja yang ada di lapangan masih layak 28 2 30
digunakan
4 Adanya alat pemadam kebakaran 29 1 30
5 Adanya pengatur lalu lintas di sekitar area proyek 28 2 30
6 Potongan baja dan besi ditempatkan dengan aman 12 18 30
7 Instalasi peralatan listrik beraturan 30 0 30
E. Variabel Lingkungan
No. Pernyataan Ya Tidak N
1 Pencahayaan yang cukup di lokasi proyek terutama 25 5 30
saat bekerja di malam hari
2 Tidak ada kerusuhan penduduk di sekitar proyek 30 0 30
3 Tempat kerja tidak licin dan tidak berminyak 24 6 30
4 Adanya tempat pembuangan sampah sementara di 28 2 30
proyek
5 Tidak ada bahan kimia yang tersebar atau tercecer di 30 0 30
sekitar proyek

Keterangan :
Ya atau Tidak : Penilaian yang dipilih responden
N : Jumlah Responden
Dari tabel diatas dapat dilihat nilai yang dipilih responden terhadap masing –
masing pertanyaan. Dengan hasil tabulasi data yang sudah dipilih oleh responden,
akan dilanjutkan penilitian yaitu pengujian data dengan menggunakan program
SPSS 22. Uji yang akan dilakukan adalah Uji Validitas dan Uji Reliabilitas.

4.3 Uji Validitas


Uji Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan
atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid mempunyai validitas
tinggi, sebaliknya instrumen yang kurang valid mempunyai produktivitas rendah.
Pengujian validitas data dalam penelitian ini dilakukan secara statistik
dengan menggunakan pendekatan validitas konstruk metode Pearson Correlation

58

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


dengan alat analisis berupa Statistical Product and Service Solution 22 (SPSS 22).
Dengan menggunakan rumus product Moment dari Pearson dengan rumus
tersebut, akan didapat angka korelasi (nilai r) yang dapat digunakan untuk
menjelaskan hubungan antar variabel yang diteliti. Besarnya nilai r dapat dihitung
dengan tingkat kesalahan atau signifikasi 5% atau 1%. Berikut ini disajikan hasil
uji validitas dengan menggunakan program SPSS versi 22 untuk semua variabel
pertanyaan.

Tabel 4.3 Hasil Uji Validitas


Item pertanyaan r-hitung validitas r-tabel Kesimpulan
Corrected Item-
Total
Correlation
Performance (X1)
Perform1 .561 0.36 Valid
Perform2 .490 0.36 Valid
Perform3 .407 0.36 Valid
Perform4 .525 0.36 Valid
Perfom5 .444 0.36 Valid
Perform6 .494 0.36 Valid
Perform7 .655 0.36 Valid
Perform8 .599 0.36 Valid
Perform9 .426 0.36 Valid
Perform10 .595 0.36 Valid
Perform11 .517 0.36 Valid

Kesehatan (X2)
Sehat1 .561 0.36 Valid
Sehat2 .470 0.36 Valid
Sehat3 .590 0.36 Valid

59

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Sehat4 .415 0.36 Valid
Sehat5 .687 0.36 Valid
Sehat6 .561 0.36 Valid
Sehat7 .649 0.36 Valid

Keselamatan (X3)
Selamat1 .436 0.36 Valid
Selamat2 .510 0.36 Valid
Selamat3 .380 0.36 Valid
Selamat4 .586 0.36 Valid

Fasilitas (X4)
Fasil1 .603 0.36 Valid
Fasil2 .518 0.36 Valid
Fasil3 .617 0.36 Valid
Fasil4 .377 0.36 Valid
Fasil5 .712 0.36 Valid
Fasil6 .558 0.36 Valid
Fasil7 .637 0.36 Valid

Lingkungan (X5)
Lingk1 .369 0.36 Valid
Lingk2 .387 0.36 Valid
Lingk3 .634 0.36 Valid
Lingk4 .360 0.36 Valid
Lingk5 .731 0.36 Valid

60

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Dari tabel 4.3 hasil uji validitas terhadap 30 responden dapat diketahui
bahwa 34 item pertanyaan memiliki koefisien korelasi product moment pearson
lebih besar dari pada tabel r tabel (r > 0,361). Sehingga dapat disimpulkan bahwa
hanya 34 item pertanyaan yang valid.

4.4 Uji Reliabilitas


Pengukuran reliabilitas adalah pengukuran tentang stabilitas dan

konsintensi dari alat pengukuran. Reabilitas menunjukkan pada satu pengertian

bahwa sesuatu variabel cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai

pengumpul data karena variabel tersebut sudah baik. Variabel reliabel sebenarnya

yang mengandung arti bahwa variabel tersebut cukup baik sehingga mampu

mengungkapkan data yang bisa dipercaya. Hasil uji reliabilitas terhadap ke-5

variabel penelitian memperlihatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 4.4 Hasil Uji Reliabilitas


No Variabel r-hitung r-tabel Kesimpulan
reliabilitas
1 Performance 0.841 0.6 Reliabel

2 Kesehatan 0.820 0.6 Reliabel

3 Keselamatan 0.692 0.6 Reliabel

4 Fasilitas 0.828 0.6 Reliabel

5 Lingkungan 0.729 0.6 Reliabel

Tabel 4.4 memperlihatkan bahwa ke-5 variabel penelitian memiliki nilai r-hitung
reliabilitas lebih besar dari 0.6, sehingga dapat disimpulkan bahwa ke-5 variabel
penelitian adalah reliable.

61

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4.5 Metode Analisis Univariat
Pada penelitian ini, yang dapat menjawab mengenai kategori penilaian
kuesioner yang nantinya digunakan untuk analisis selanjutnya dengan metode
analisis univariat. Hasil Tabulasi setiap variabel bisa dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.5 Hasil Tabulasi kuesioner dengan metode analisis univariat


Skor kategori Responden
Variabel Item
(m)
Pertanyaan 1 80%
Pertanyaan 2 86,6%
Pertanyaan 3 80%
Pertanyaan 4 90%
Pertanyaan 5 46,6%
Performance Pertanyaan 6 93,3%
Pertanyaan 7 56,6%
Pertanyaan 8 100%
Pertanyaan 9 100%
Pertanyaan 10 100%
Pertanyaan 11 100%
Skor kategori Responden
Variabel Item
(m)
Pertanyaan 1 96,6%
Pertanyaan 2 100%
Pertanyaan 3 100%
Kesehatan Pekerja Pertanyaan 4 0%
Pertanyaan 5 63,3%
Pertanyaan 6 46,6%
Pertanyaan 7 83,3%
Skor kategori Responden
Variabel Item
(m)

62

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pertanyaan 1 100%
Pertanyaan 2 93,3%
Keselamatan Kerja
Pertanyaan 3 36,6%
Pertanyaan 4 30%
Skor kategori Responden
Variabel Item
(m)
Pertanyaan 1 80%
Pertanyaan 2 40%
Pertanyaan 3 93,3%
Pekerjaan/Fasilitas Pertanyaan 4 96,6%
Pertanyaan 5 93,3%
Pertanyaan 6 40%
Pertanyaan 7 100%
Variabel Item Skor kategori Responden
(m)
Pertanyaan 1 83,3%
Pertanyaan 2 100%
Lingkungan Pertanyaan 3 80%
Pertanyaan 4 93,3%
Pertanyaan 5 100%

Tabel 4.4 Tabel Rekapitulasi Penilaian hasil Evaluasi penerapan SMK3


∗
Variabel = Range

Performance 84,83% Sangat Baik
Kesehatan Pekerja 69,97% Baik
Keselamatan Kerja 64,97% Baik
Pekerjaan/Fasilitas 77,6% Baik
Lingkungan 91,32% Sangat Baik

Keterangan: X = Rata-rata persentase Variabel


N = Jumlah Responden

63

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


m = Skor kategori Responden

4.6 Hasil Evaluasi Penerapan SMK3


Dari hasil evaluasi tersebut dapat diperoleh keberhasilan penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang diambil dari rata-
rata penjumlahan semua variabel adalah sebesar 77,74%. Keberhasilan penerapan
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di tempat kerja
dapat diukur menurut Permenaker Nomor: 05/MEN/1996 sebagai berikut:
a. Untuk tingkat pencapaian 0-59% dan pelanggaran peraturan
perundangan (nonconformance) dikenai tindakan hukum.
b. Untuk tingkat pencapaian 60-84% diberikan sertifikat dan bendera
perak.
c. Untuk tingkat pencapaian 85-100% diberikan sertifikat dan bendera
emas.
Dari ketentuan permenaker tersebut, maka dapat kita simpulkan bahwa
hasil dari evaluasi keberhasilan penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3) di proyek pembangunan jembatan rel kereta api yang
mencapai nilai 77,74% tergolong dalam kategori nomor 2 yaitu tingkat
pencapaian penerapan 60-84% yang pengertiannya layak untuk diberi sertifikat
dan peringkat bendera perak.
Ditinjau dari pelaksanaan dan tingkat keberhasilan penerapan SMK3 di
proyek ini yang tidak mencapai tingkat kesempurnaan atau 100 % dikarenakan
beberapa faktor, yaitu:
a. Dilihat dari segi performance pihak manajemen kurang mampu
menyediakan program untuk menambah semangat kerja pekerja
sehingga pekerja jadi kurang efisien dalam waktu dikarenakan pekerja
suka telat masuk kerja.
b. Dilihat dari segi kesehatan pekerja, tidak adanya pelatihan kepada
pekerja untuk bekerja secara aman demi pengetahuan dan peningkatan
penerapan SMK3 yang ada di proyek sehingga pekerja tidak terlalu
memperhatikan prosedur K3.

64

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


c. Dilihat dari segi keselamatan kerja, pihak manajemen terutama
pelaksana lapangan tidak melakukan pengawasan secara intensif
terhadap pekerja sehingga penerapan K3 seperti metode atau petunjuk
keselamatan tidak disediakan.
d. Dilihat dari segi pekerjaan/ fasilitas di proyek, masih kurangnya
kesadaran para pekerja memperhatikan bahan material, potongan baja
dan besi sehingga bisa berakibat kecelakaan kerja di proyek.
e. Dilihat dari segi lingkungan, pihak manajemen melakukan penerapan
K3 yang baik karena sudah menciptakan lingkungan kerja yang aman
untuk pekerja sehingga bisa mengurangi kerugian akibat kecelakaan
kerja.

65

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil evaluasi dan analisis penerapan Sistem Manajemen


Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) pada proyek pembangunan gedung
Rumah Sakit Umum Tipe C, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Nilai tingkat keberhasilan penerapan untuk masing-masing variabel adalah
sebagai berikut:
Performance 84,83%
Kesehatan Pekerja 69,97%
Keselamatan Kerja 64,97%
Pekerjaan/Fasilitas 77,6%
Lingkungan 91,32%

2. Berdasarkan hasil penelitian, total penerapan SMK3 keberhasilan penerapan


Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di proyek
pembangunan gedung Rumah Sakit Umum Tipe C yang mencapai nilai
77,74% tergolong dalam kategori nomor 2 yaitu tingkat pencapaian
penerapan 60-84% yang pengertiannya layak untuk diberi sertifikat dan
peringkat bendera perak.
3. Berdasarkan hasil survei yang diperoleh dari penelitian terdapat beberapa
faktor yang mempengaruhi penerapan SMK3 pada proyek pembangunan
gedung Rumah Sakit Umum Tipe C yaitu:
a. Kurangnya kesadaran pekerja untuk masuk kerja dengan tepat waktu
sehingga banyak pekerjaan yang tertunda.
b. Kurangnya kesadaran sistem manajemen untuk memberi pelatihan yang
layak sesuai standar K3 kepada para pekerja.

66

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


c. Kurangnya pengawasan dari pihak manajemen untuk mengawasi kinerja
pekerja di lapangan.
d. Kurangnya kesadaran pekerja terhadap kerapian bahan material di area
pekerjaan proyek.
5.2 Saran
Dari hasil evaluasi dan analisis penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) pada proyek pembangunan gedung
Rumah Sakit Umum Tipe C, maka saran dari penulis adalah:
1. Sebaiknya di proyek pembangunan gedung Rumah Sakit Umum Tipe C
ditingkatkan pengawasan dan pelatihan terhadap penerapan SMK3 pada
proyek agar penerapan SMK3 dapat lebih efektif sehingga senantiasa
diperoleh tempat kerja yang aman, sehat dan produktifitas dapat ditingkatkan.
2. Setiap pihak yang terkait dalam perusahaan sebaiknya bekerjasama memiliki
kesadaran untuk tetap taat dalam peraturan program SMK3.
3. Untuk penelitian lebih lanjut mengenai SMK3 perlu dilakukan studi kasus
yang lebih mendalam mengenai pelaksanaan SMK3 di lapangan. Jumlah
responden yang lebih banyak, jenis konstruksi yang lebih beragam, serta
metode penilaian yang lebih objektif dapat menambah keakuratan data yang
diharapkan.

67

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR PUSTAKA

1. Nujhani, J., Juliantina, I. (2013). Evaluasi Penerapan Sistem Manajemen


Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (SMK3) Pada Proyek Persiapan Lahan
Pusri IIB PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang. Jurnal Teknik Sipil dan
Lingkungan. Vol. 1, No. 1. Hal. 80-85. Palembang: UNSRI.
2. Sherly, MS., Syahrizal. (2014). Evaluasi Penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Pada Proyek Pembangunan
Gedung Siloam Hospital. Jurnal Teknik Sipil. Vol. 3, No. 1. Hal 1-12.
Medan: USU.
3. Ersawaty, L. (2016). Evaluasi Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (SMK3) Pada Proyek Pembangunan Jembatan Rel
Kereta Api. Skripsi. Fakultas Teknik Sipil. USU: Medan.
4. Aryanti, I. (2017). Evaluasi Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) Pada Proyek Bangunan Gedung di Kabupaten Cirebon. Jurnal Teknik
Sipil dan Perencanaan. Vol. 19, No. 1. Hal. 1-8. Semarang: UNNES.
5. Menteri Tenaga Kerja. (1996). Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor:
PER. 05/Men/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan . Jakarta.
6. Sutarto. (2008). Dasar-dasar Organisasi, Gajah Mada University Press.
Yogyakarta.
7. Ridley, John. (2008). Ikhtisar Kesehatan & Keselamatan Kerja Edisi
Ketiga. Jakarta: Erlangga.
8. Menteri Pekerjaan Umum RI. (2014). Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum Nomor: 05/PRT/M/2014 tentang Pedoman Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerj (SMK3) Konstruksi Bidang Pekerjaan
Umum. Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum.
9. 18001, OHSAS. (2007). Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja – Persyaratan.
10. AS 1885.1, Australia Standards. (1990). Measurement of Occupational
Health and Safety Performance. Australia.

68

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


11. Pemerintahan RI. (2012). Peraturan Pemerintah Nomor: 50 tentang
Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3). Jakarta.
12. B. Siswanto Sastrohadiwiryo. (2003). Manajemen Tenaga Kerja
Indonesia, edisi 2. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
13. Riduwan. (2007). Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian.
Bandung: Alfabeta.
14. Ervianto, I.W. (2005). Manajemen Proyek Konstruksi: Edisi Revisi.
Yogyakarta.
15. Idrus, M. (2009). Metode Penelitian Ilmu Sosial. Yogyakarta: PT. Gelora
Aksara Pratama.
16. Prasetyo, Bambang. (2005). Metode Penelitian Kuantitatif: Teori dan
Aplikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
17. Supangat, Andi. (2007). Statistika Dalam Kajian Deskriptif, Inferensi dan
Nonparametrik: Edisi Pertama. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
18. Arikunto, Suharsimi. (1996). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik: Edisi Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
19. Singarimbun, Masri. (1987). Metode Penelitian Survei: Edisi Revisi.
Jakarta: PT. Pustaka LP3ES Indonesia.
20. Musanef. (2002). Manajemen Kepegawaian di Indonesia. Jakarta: PT.
Gunung Agung.

69

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 1

KUISIONER PENELITIAN
PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN
KERJA (SMK3) PADA PROYEK PEMBANGUNAN RUMAH SAKIT TIPE C
MEDAN LABUHAN

Dalam rangka penelitian tugas akhir ini mengenai penerapan SMK3 pada proyek
pembangunan rumah sakit tipe C di medan labuhan, maka saya melakukan penelitian:
Nama : Joseph K. David Harianja
Jurusan : Teknik Sipil
Universitas Sumatera Utara
Memohon Bapak/Ibu/Saudara/Saudari untuk mengisi kuisioner ini, karena tanpa partisipasi
Bapak/Ibu/Saudara/Saudari, penelitian ini tidak dapat dilaksanakan.
Petunjuk pengisian:

I. DATA RESPONDEN (Lingkari jawaban yang Bapak/Ibu/Saudara/Saudari pilih)


1. Nama :
2. Umur :
3. Jabatan :
4. Pendidikan Terakhir :
5. Sudah berapa lama berkecimpung di dunia proyek:
a. 1 s/d 5 tahun b. > 5 tahun

II. DATA PROYEK (Lingkari jawaban yang Bapak/Ibu/Saudara/Saudari pilih)


1. Apakah proyek ini dibiayai oleh pemerintah atau swasta :
a. Proyek Pemerintah b. Proyek Swasta
2. Menurut Bapak/Ibu/Saudara/Saudari, apakah dalam pelaksanaan proyek sering mengalami
kecelakaan kerja:
a. Jika ya, sebutkan contohnya:
b. Tidak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


III. KUISIONER
Bapak/Ibu/Saudara/Saudari diminta untuk menilai keadaan yang sebenarnya sampai dengan
saat ini dengan menggunakan skala dua langkah (alternatif pilihan dua jawaban) sebagai
berikut:
YA : Untuk jawaban YA artinya responden mengetahui keadaan yang sesuai
dengan keadaan yang dirasakan responden.
TIDAK : Untuk jawaban TIDAK artinya responden tidak mengetahui keadaan yang
sesuai dengan keadaan yang dirasakan responden.

A.Variabel Performance (A)

No Pernyataan YA TIDAK

1. Saya mengetahui karakteristik peralatan yang


digunakan dalam proyek
2. Saya mengetahui fungsi peralatan kerja yang
disediakan di proyek
3. Saya mampu mengoperasikan peralatan kerja sesuai
prosedur kerja
4. Saya mampu memenuhi target pekerjaan saya
5. Saya selalu masuk kerja dengan tepat waktu
6. Saya selalu teliti dalam melaksanakan pekerjaan
saya
7. Dengan program-program yang disediakan di
proyek menambah semangat kerja saya
8. Saya patuh terhadap peraturan yang ada di proyek
9. Saya merasa pekerjaan saya sesuai dengan
kemampuan saya
10. Di proyek terjalin komunikasi yang baik
11. Saya melapor jika terjadi kecelakaan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


B. Variabel Kesehatan Pekerja (B)
No Pernyataan YA TIDAK

1. Beban pekerja layak dan seimbang dengan


kemampuan
2. Disediakannya pertolongan pertama pada
kecelakaan (P3K) apabila terjadi kecelakaan kecil
3. Adanya jaminan kesehatan bagi setiap pekerja
4. Adanya pelatihan kepada pekerja untuk bekerja
secara aman
5. Saya tidak diperintahkan untuk melaksanakan
pekerjaan yang tidak aman
6. Saya tidak merasa lelah fisik setelah bekerja
7. Saya tidak merasa lelah fikiran setelah bekerja

C. Variabel Keselamatan Kerja (C)


No Pernyataan YA TIDAK

1. Diberikan alat pelindung kerja (APK) seperti helm,


sepatu boots, sarung tangan, masker, dll
2. Di proyek semua bagian peralatan yang berbahaya
diberi tanda/rambu-rambu
3. Adanya pengawasan secara intensif terhadap
keselamatan pekerja
4. Adanya metode/petunjuk keselamatan yang dapat
menjaga keselamatan pekerja

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


D. Variabel Pekerjaan / Fasilitas (D)
No Pernyataan YA TIDAK

1. Alat berat berada di tempat seharusnya


2. Bahan material diatur rapi
3. Peralatan kerja yang ada di lapangan masih layak
digunakan
4. Adanya alat pemadam kebakaran
5. Adanya pengatur lalu lintas di sekitar area proyek
6. Potongan baja dan besi ditempatkan dengan aman
7. Instalasi peralatan listrik beraturan

E. Variabel Lingkungan (E)


No Pernyataan YA TIDAK

1. Pencahayaan yang cukup di lokasi proyek terutama


saat bekerja di malam hari
2. Tidak ada kerusuhan penduduk di sekitar proyek
3. Tempat kerja tidak licin dan tidak berminyak
4. Adanya tempat pembuangan sampah sementara di
proyek
5. Tidak ada bahan kimia yang tersebar atau tercecer
di sekitar proyek

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 3

DATA KUESIONER

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 4

HASIL UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS

Reliability PERFORMANCE
Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %
Cases Valid 30 100.0
Excludeda 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all
variables in the procedure.

Reliabil ity Statistics

Cronbac h's
Alpha N of Items
.841 11

Item-Total Statistics

Scale Corrected Cronbach's


Scale Mean if Variance if Item-Total Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Correlation Deleted
Perform1 4.8333 9.937 .561 .824
Perform2 4.9333 10.133 .490 .830
Perform3 5.0000 10.414 .407 .837
Perform4 4.9000 10.024 .525 .827
Perfom5 4.9333 10.271 .444 .834
Perform6 4.8667 10.120 .494 .830
Perform7 4.9333 9.651 .655 .816
Perform8 4.9667 9.826 .599 .821
Perform9 4.8667 10.326 .426 .836
Perform10 4.9000 9.817 .595 .821
Perform11 4.8667 10.051 .517 .828

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Reliability KESEHATAN KERJA
Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %
Cases Valid 30 100.0
Excludeda 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all
variables in the procedure.

Reliabil ity Statistics

Cronbac h's
Alpha N of Items
.820 7

Item-Total Statistics

Scale Corrected Cronbach's


Scale Mean if Variance if Item-Total Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Correlation Deleted
Sehat1 2.9667 4.585 .561 .796
Sehat2 3.0667 4.754 .470 .811
Sehat3 3.0333 4.516 .590 .791
Sehat4 3.0333 4.861 .415 .820
Sehat5 3.0667 4.340 .687 .774
Sehat6 2.9667 4.585 .561 .796
Sehat7 3.0667 4.409 .649 .781

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Reliability KESELAMATAN KERJA
Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %
Cases Valid 30 100.0
Excludeda 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all
variables in the procedure.

Reliabil ity Statistics

Cronbac h's
Alpha N of Items
.692 4

Item-Total Statistics

Scale Corrected Cronbach's


Scale Mean if Variance if Item-Total Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Correlation Deleted
Selamat1 1.5000 1.362 .436 .653
Selamat2 1.5333 1.292 .510 .606
Selamat3 1.4333 1.426 .380 .687
Selamat4 1.5333 1.223 .586 .555

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Reliability FASILITAS KERJA
Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %
Cases Valid 30 100.0
Excludeda 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all
variables in the procedure.

Reliabil ity Statistics

Cronbac h's
Alpha N of Items
.828 7

Item-Total Statistics

Scale Corrected Cronbach's


Scale Mean if Variance if Item-Total Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Correlation Deleted
Fasil1 2.9333 4.616 .603 .800
Fasil2 3.0333 4.792 .518 .813
Fasil3 2.9667 4.585 .617 .797
Fasil4 2.9667 5.068 .377 .836
Fasil5 3.0000 4.414 .712 .781
Fasil6 2.9000 4.714 .558 .807
Fasil7 3.0000 4.552 .637 .794

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Reliability LINGKUNGAN KERJA
Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %
Cases Valid 30 100.0
Excludeda 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all
variables in the procedure.

Reliabil ity Statistics

Cronbac h's
Alpha N of Items
.729 5

Item-Total Statistics

Scale Corrected Cronbach's


Scale Mean if Variance if Item-Total Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Correlation Deleted
Lingk1 1.9333 2.271 .369 .727
Lingk2 2.0333 2.240 .387 .721
Lingk3 2.0000 1.931 .634 .624
Lingk4 2.0000 2.276 .360 .731
Lingk5 2.0333 1.826 .731 .582

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 5

DOKUMENTASI PROYEK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai