Anda di halaman 1dari 32

PROPOSAL PROYEK AKHIR

ANALISIS EFISIENSI BIAYA DAN WAKTU PELAT


LANTAI BONDEK (STEEL DECK) DENGAN PELAT
BETON KONVENSIONAL PADA PROYEK
PEMBANGUNAN SHOWROOM DAN WORKSHOP
BMW PEKANBARU

Oleh:

Amelia Putri
Nim: 1907035428

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK


SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2022
PROPOSAL PROYEK AKHIR

HALAMAN PENGESAHAN

ANALISIS EFISIENSI BIAYA DAN WAKTU PELAT LANTAI


BONDEK (STEEL DECK) DENGAN PELAT BETON
KONVENSIONAL PADA PROYEK PEMBANGUNAN
SHOWROOM DAN WORKSHOP BMW PEKANBARU
Oleh :

Amelia

Putri
NIM : 1907035428

Diketahui oleh : Disetujui oleh :


Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dra. Hj. Yenita Morena, MSi Fakhri, ST.,MT


NIP. 19601125 198503 2002 NIP. 19680919 199512 1001

Diketahui oleh :
Koordinator Program Studi
D3 Teknik Sipil

Dr.Nurdin, ST., MT
NIP. 19650218 199512 1001

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2022

i
PRAKATA

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.


Segala puji dan syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah
memberikan nikmat serta rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga
penulis dapat menyelesaikan Proposal Proyek Akhir yang berjudul Analisis
Kinerja Sistem Drainase Di Jalan Bangau Sakti Simpang Baru Kecamatan
Tampan Kota Pekanbaru.
Penulisan Proposal Proyek Akhir ini dilakukan demi memenuhi mata
kuliah Tugas Akhir pada semester VI (enam) dan salah satu untuk menyelesaikan
Program Studi D3 Teknik Sipil pada Fakultas Teknik Universitas Riau
Penulis menyadari bahwa tanpa bimbingan, bantuan, dan doa dari berbagai
pihak, laporan proyek akhir ini tidak dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Imam Suprayogi, ST., MT. sebagai Pembimbing I dalam
melaksanakan dan menyelesaikan Proyek Akhir.
2. Bapak Dr. Nurdin, ST.,MT sebagai dosen Pembimbing II dalam
melaksanakan dan menyelesaikan Proyek Akhir.
3. Bapak Azhari, S.T.,M.T. selaku Koordinator Proyek Akhir.
4. Bapak Prof. Dr. Eng. Azridjal Aziz, ST., MT. selaku Dekan Fakultas
Universitas Riau
5. Bapak Dr. Gunawan Wibisono, MT.,M.Se ketua Jurusan Teknik Sipil
Universitas Riau,
6. Bapak Dr. Nurdin, ST., MT. Koordinator Program Studi Teknik Sipil DIII
Universitas Riau,
7. Bapak/Ibu Dosen dan Staf Administrasi Program Studi D3 Teknik Sipil,
Fakultas Teknik, Universitas Riau.
8. Kak Desi Susanti Amd.T selaku admin program studi D3 jurusan teknik sipil,
Fakultas Teknik, Universitas Riau.

ii
iii

9. Ayah dan Ibu yang telah mendidik dan selalu memberikan doa restu atas
kelancaran proyek akhir ini, serta keluarga besar yang telah memberikan
dukungan moril dan materil, sehingga penulis selalu semangat dalam
menyelesaikan penulisan laporan ini.
10. Rekan–rekan seperjuangan mahasiswa D3 Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Riau.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan serta
keterbatasan dalam penyajiannya. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran
dan kritikan yang bersifat konstruktif dalam penyempurnaan penulisan laporan
ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan Mahasiswa
Teknik Sipil.

Pekanbaru, Mei 2023

Maulana Arief
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................i
PRAKATA..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................vi
A. Latar Belakang.................................................................................................1
B. Rumusan masalah............................................................................................3
C. Batasan masalah...............................................................................................3
D. Tujuan penelitian.............................................................................................4
E. Manfaat penelitian...........................................................................................4
F. Landasan Teori.................................................................................................5
F.1 Umum........................................................................................................5
F.1.1 Indikator Kinerja................................................................................5
F.1.2 Indikator Input...................................................................................6
F.1.3 Indikator Keluaran.............................................................................6
F.1.4 Indikator Outcome.............................................................................8
F.1.5 Indikator Manfaat..............................................................................9
F.1.6 Indikator Dampak..............................................................................9
F.2 Drainase...................................................................................................10
F.2.1 Sistem Drainase................................................................................10
F.2.2 Drainase Berwawasan Lingkungan...................................................11
F.2.3 Sistem Drainase Perkotaan................................................................11
F.2.4 Fungsi Drainase Perkotaan................................................................12
F.3 Indikator Kinerja Sistem Drainase............................................................14
F.3.1 Non Fisik............................................................................................14
F.3.2 Fisik...................................................................................................15
F.3.3 Kriteria Penilaian Infikator................................................................16
G. Metode penelitian...........................................................................................21
G.1 Lokasi penelitian.....................................................................................21
G.2 Jenis penelitian........................................................................................22
G.3 Tahapan penelitian..................................................................................23
DAFTAR GAMBAR

Gambar A.1 Pelat beton konvensional dan pelat lantai bondek..............................3


Gambar F.1 Profil Bondek.....................................................................................13
Gambar F.2 Tulangan Wiremesh...........................................................................16
Gambar F.3 Paradigma Penelitian.........................................................................20
Gambar G.1 Lokasi Penelitian...............................................................................22
Gambar G2 Bagan alur penelitian..........................................................................25

vi
ANALISIS EFISIENSI BIAYA DAN WAKTU PELAT LANTAI BONDEK
(STEEL DECK) DENGAN PELAT BETON KONVENSIONAL PADA
PROYEK PEMBANGUNAN SHOWROOM DAN WORKSHOP BMW
PEKANBARU

A. Latar Belakang
Saat ini, perkembangan jasa kontruksi di Indonesia berkembang pesat. Hal
ini ditandai dengan banyaknya proyek yang dikerjakan baik dari segi
pembangunan, percepatan, perbaikan bangunan, struktur dan properti lainnya.
Kegiatan kontruksi ini terus berjalan meskipun ditengah pandemi covid-19, hal ini
sejalan dengan intruksi menterri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan pada
kondisi pandemi covid-19, jasa kontruksi terus berjalan. Sehingga kegiatan
kontruksi mau tidak mau harus berjalan dengan berbagai perubahan untuk
menyesuaikan diri selama pandemi maupun pasca pandemi.
Oleh karena itu, pelaku usaha kontruksi terus berusaha untuk menemukan
metode-metode dalam dunia kontruksi bangunan agar mendapatkan produk atau
jasa yang berkualitas dengan waktu yang singkat dan biaya yang minim. Yang
bertujuan untuk mencapai keberhasilan dalam proyek dan diharapkan dapat
mempercepat proses pelaksanaan pekerjaan, agar kegiatan pembangunan dapat
berjalan sesuai dengan yang direncanakan dan lebih ekonomis dalam biaya
pemakaian bahan maupun pemaksimalan tenaga kerja dilapangan.
Dalam pelaksanaan proyek kontruksi, pekerjaan struktur merupakan
pekerjaan yang paling riskan dalam suatu proyek, karena pekerjaan struktur
menentukan bangunan tersebut berdiri dan layak. Pekerjaan pelat lantai
merupakan bagian dari pekerjaan struktur bangunan yang berfungsi menyalurkan
beban hidup maupun beban mati akibat aktivitas yang berada diatasnya. Pekerjaan
pelat laintai ini membutuhkan waktu lama dalam proses pembuatannya. Mengapa
demikian? hal ini dikarenakan pekerjaan pelat lantai memiliki volume yang cukup
besar dibandingkan dengan pekerjaan yang lain. Saat ini banyak perusahaan masih
menggunakan cara konvensional sebagai pelat lantainya, yang mana pada

1
2

pekerjaan pelat lantai beton konvensional ini menggunakan kayu sebagai


bekistingnya dan membutuhkan waktu yang lama dalam proses pengerjaannya.
Namun seiring berkembangnya teknologi pada kontruksi maka semakin
berkembang juga penggunaan teknologi alternatif pengganti bekisting kayu.
Dikarenakan material kayu yang perlahan-lahan semakin sulit untuk didapatkan
dan harganya juga mahal. Kita perlu alternatif teknologi baru untuk meminimalisir
penggunaan kayu. Salah satu alternatif pengganti kayu yaitu bondek (steel deck),
yang mana bondek berfungsi sebagai bekisting permanen dan sekaligus sebagai
tulang positif (tulangan tarik). Pada proyek pembangunan showroom BMW ini
menggunakan pelat lantai bondek dan pelat beton konvesional dalam pengerjaan
pelat lantainya.
Penggunaan pelat lantai bondek (steel deck) memiliki banyak keuntungan
dibandingkan dengan penggunaan pelat beton konvensional. Pelat bondek (steel
deck) membutuhkan waktu yang lebih cepat dibandingkan dengan pelat lantai
beton konvensional. Selain itu pelat lantai bondek berfungsi sebagai bekisting
tetap dan tulangan positif (tulangan tarik) dan penggunaan wiremesh sebagai
tulangan negatif (tulangan tekannya). Penggunaan bondek sebagai material
pelapis cor beton, tidak perlu dibuka atau dilepas setelah cor beton mongering dan
juga dapat menghemat penggunaan scaffolding. Sedangkan pelat beton
konvensional menggunakan bekisting dan menunggu pemeliharaan beton selesai
dan membutuhkan banyak kawat bendrat untuk merakit tulangan.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pelat bondek (steel deck) lebih
cepat dalam waktu pelaksanaan dibandingkan pelat beton konvensional dan pelat
lantai konvensional lebih murah dibandingkan pelat lantai bondek (Sari Utami dan
Widya Kusmila, 2018). Namun penelitian Andi Arya (2018) menunjukkan bahwa
pelat bondek (steel deck) lebih murah dan cepat dalam waktu pelaksanaannya
dibandingkan pelat konvensioanl. Dari dua penelitian diatas diperoleh kesimpulan
atau hasil yang berbeda. Untuk itu penulis ingin meneliti mana yang lebih
efisiensi dari segi biaya, waktu, metode pelaksanaan terhadap pelat lantai bondek
(steel deck) dengan pelat beton konvensional.
3

Berikut ini adalah gambar pelat beton konvensional dan pelat lantai
bondek.

Gambar A.1 Pelat beton konvensional dan pelat lantai bondek


Sumber : Dokumentasi Lapangan

B. Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah yang akan penulis gunakan adalah sebagai
berikut :
1. Berapa biaya yang dibutuhkan untuk pekerjaan lantai bondek (steel deck)
dengan pelat beton konvensional
2. Berapa lama waktu yang diperlukan untuk mengerjakan pelat lantai
bondek (steel deck) dengan pelat beton konvensional
3. Manakah yang lebih efisien dari segi biaya dan waktu pelat lantai bondek
(steel deck) atau pelat beton konvensional.

C. Batasan masalah
Adapun batasan masalah dalam penelitian ini yaitu
1. Perhitungan anggaran biaya dan waktu pekerjaan hanya dilakukan pada
struktur atas khususnya pada pekerjaan pelat lantai
2. Tidak memperhitungkan kekuatan struktur gedung
3. Tidak memperhitungkan gaya momen dan pengaruh gempa
4. Analisis Harga Satuan (AHSP) didapatkan dari Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Kota Pekanbaru.
4

5. Teknik penilaian perbandingan pelat lantainya meninjau 2 aspek yaitu


aspek pembiayaan material terkait dan aspek waktu pelaksanaannya.
6. Perhitungan waktu dan biaya untuk pelaksanaan pekerjaan pelat lantai
bondek didapatkan dengan observasi langsung pada proyek yang dijadikan
objek penelitian. Sedangkan pelaksanaan pekerjaan pelat beton
konvensional, biaya dihitung menggunakan analisa harga satuan pekerjaan
(AHSP) dengan harga bahan dan upah pekerja yang dikeluarkan oleh
Dinas PUPR Kota Pekanbaru dan waktu pelaksanaan dihitung berdasarkan
koefisien yang terdapat pada analisa satuan pekerjaan pada SNI.

D. Tujuan penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Membandingkan biaya yang dibutuhkan untuk pekerjaan pelat lantai
bondek (steel deck) dengan pelat beton konvesional.
2. Mengetahui waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan pelat
lantai bondek (steel deck) dengan pelat beton konvensional
3. Mengetahui mana yang lebih efisien dari segi biaya dan waktu pelat lantai
bondek (steel deck) atau pelat beton konvensional.

E. Manfaat penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah :
1. Mengetahui biaya dan waktu yang diperlukan untuk pekerjaan pelat lantai
bondek (steel deck) dengan pelat beton konvesional.
2. Dapat mengetahui mana yang lebih murah, ekonomis dan cepat
pengerjaannya diantara pelat lantai bondek (steel deck) dengan pelat beton
konvensional.
3. Dari hasil penelitian ini dapat diajdikan referensi dasar untuk mahasiswa
yang akan membahas hal yang sama dalam penelitian selanjutnya.
5

F. Landasan Teori
F.1 Analisis
F.1.1 Pengertian analisis
Kita sering mendengar kata analisis. Misalnya dalam sebuah penelitian
perlu dilakukan analisis data, lalu apa itu analisis? sebelum kita membahas
tentang pengertian analisis, kita akan terlebih dahulu membahas tentang sejarah
asal kata analisis itu sendiri. Kata analisis sendiri diadaptasi dari bahasa inggris
“analysis” yang secara etimologi berasal dari bahasa yunani kuno “analusis”. Kata
analusis terdiri dari dua suku kata, yaitu “ana” yang artinya kembali, dan “luein”
yang artinya melepas atau mengurai. Bila digabungkan maka kata tersebut berarti
menguraikan kembali. Kemudian kata tersebur diserap kedalam bahasa Indonesia
menjadi analisis. Menurut katanya, analisis adalah proses memecah topik atau
subtansi yang kompleks menjadi bagian-bagian yang lebih kecil untuk
mendapatkan pemahaman yang lebih baik.
Secara pengertian analisis menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) departemen pendidikan nasional (2005) menjelaskan bhawa analisis
adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa untuk mengetahui keadaan yang
sebenarnya. Sementara menurut Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer karangan
Peter Salim dan Yenni Salim (2002) menjelaskan bahwa analisis adalah proses
pemecahan masalah yang dimulai dengan hipotesis (dugaan dan sebagainya)
sampai terbukti kebenarannya melalui beberapa kepastian (pengamatan,
percobaan dan sebagainya). Sedangkan menurut Abdul Majid (2013:54)
menjelaskan bahwa analisis adalah menguraikan satuan menjadi unit-unit terpisah,
membagi satuan menjadi sub-sub atau bagian, membedakan dua yang sama,
memilih dan mengenai perbedaan (diantara beberapa dalam satu kesatuan).
Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa analisis adalah
suatu proeses pemecahan masalah dengan cara menyelidiki, mengamati,
menelaah, dan menguraikan komponen-komponen pembentuknya atau
penyusunnya untuk dikaji lebih lanjut hingga mendapatkan kebenarannya.
6

F.1.2 Tujuan analisis


Adapun tujuan dari analisis adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengumpulkan data-data yang kemudian dapat digunakan untuk
keperluan pelaku analisis
2. Digunakan untuk menyelesaikan krisis, konflik atau digunakan sebagai
arsip
3. Didalam bidang pendidikan analisis digunakan untuk melakukan sebuah
penelitian dalam berbagai subjek keilmuan.

F.1.3 Manfaat analisis


Adapun manfaat yang bisa didapatkan dengan melakukan analisis yaitu :
1. Dalam sebuah perusahaan, melakukan suatu analis akan membantu dalam
menemukan berbagai kelemahan hingga tantangan yang harus diselesaikan
dimasa yang akan datang.
2. Untuk bidang akuntasi, sebuah analisis akan membantu dalam mengetahui
alur kas keuangan selama beberapa periode tertentu untuk dijadikan
sebuah laporan.
3. Dalam kegiatan penelitian, analisis akan membatu mencari jawaban atas
pertanyaan yang telah diajukan dalam bentuk hipotesis sehingga akan
diketahui kebenarannya.

F.2 Efisiensi
F.2.1 Pengertian efisiensi
Efisiensi merupakan kata yang selalu digunakan dalam dunia kerja, secara
pengertian menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), efisiensi adalah
ketepatan cara (usaha kerja) dalam menjalankan sesuatu (dengan tidak membuang
waktu, tenaga, biaya). Selain itu KBBI juga memaknai efisiensi adalah
kedayagunaan atau ketepatgunaan.
Menurut kamus besar ekonomi (2003), efisiensi adalah hubungan atau
perbandingan anatara keluaran (output) atau hasil barang dan jasa yang dihasilkan
dengan masukan (input) yang langka dalam satuan unit kerja. Jadi dari beberapa
7

pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa efisiensi adalah kemampuan


menjalankan tugas dengan baik dan dengan tidak membuang waktu, tenaga dan
biaya. Selain itu efisiensi dapat diartikan juga sebagai ketepatan cara dalam
penggunaan sumber daya yang terbatas, namun dapat menghasilkan sesuatu yang
diharapkan atau direncanakan.

F.2.2 Tujuan efisiensi


Setelah kita mengetahui pengertian dari efisiensi itu sendiri maka
selanjutnya kita akan membahas tentang tujuan dari efisiensi. Yang mana secara
umum tujuan dari efisiensi adalah sebagai berikut
1. Mencapai sebuah hasil atau tujuan sesuai dengan yang diharapkan atau
direncanakan
2. Menghemat atau juga mengurangi penggunaan sumber daya dalam
melakukan aktivitas atau kegiatan
3. Memaksimalkan penggunaan segala sumber daya yang dipunya sehingga
tidak ada yang terbuang dengan percuma.
4. Meningkatkan kinerja suatu unit kerja sehingga hasil atau outputnya
semakin maksimal.
5. Untuk mencapai keuntungan maksimal dengan upaya yang tidak besar.

F.2.3 Syarat tercapainya efisiensi


Adapun syarat tercapainya efisiensi adalah sebagai berikut :
1. Mencapai hasil dan manfaat
2. Ekonomis. Mencapai input yang berkualitas tinggi dnegan usaha yang
sekecil mungkin.
3. Prosedur kerja yang praktis dan tidak kompleks
4. Mekanisme atau sistem yang dengan sendirinya dapat menyesuaikan
dengan kondisi.
5. Penggunaan manajemen yang tepat.
8

F.3 Biaya
F.3.1 Pengertian biaya
Biaya merupakan kata yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari
dalam berbagai bidang. Misalnya yaitu biaya kontruksi, biaya produksi, biaya
hidup, biaya pendidikan, dan lain sebagainya. Sebelum kita membahas biaya lebih
jauh, maka kita harus mengetahui definisi biaya itu sendiri. Karena satu hal
penting dalam sebuah perencanaan proyek adalah biaya. Secara pengertian
menurut Firdaus dkk. (2018:47) menyatakan bahwa pengertian biaya yaitu
pengeluaran-pengeluaran atau nilai pengorbanan untuk memperoleh barang dan
jasa yang mempunyai manfaat untuk masa yang akan datang. Biasanya jumlah ini
disajikan dalam laporan keuangan sebagai elemen-elemen asset. Selanjutnya
menurut Utami (2020) biaya adalah sumber daya ekonomi yang dikorbankan
untuk mencapai tujuan tertentu dan untuk memperoleh penghasilan dimasa
sekarang dan masa yang akan datang. Sedangkan menurut Harahap dan Tukino
(2020:1) biaya adalah pengorbanan yang dilakukan dengan berkurangnya asset
atau bertambahnya kewajiban dalam memproses produksi yang diukur dengan
satuan keuangan. Sedangkan menurut Harnanto (2017:22) menjelaskan bahwa
biaya (cost) adalah jumlah uang yang dinyatakan dari sumber-sumber (ekonomi)
yang dikorbankan (yang terjadi dan akan terjadi) untuk mendapatkan sesuatu atau
mencapai tujuan tertentu.
Jadi dapat disimpulkan dari beberapa pendapat para ahli diatas bahwa
biaya adalah semua pengorbanan yang perlu dilakukan untuk proses produksi
yang dinyatakan dalam satuan uang, baik yang sudah terjadi maupun yang akan
terjadi untuk mencapai tujuan tertentu.

F.3.2 Jenis-jenis biaya


Seperti yang dijelaskan diatas bahwa biaya bisa diartikan sebagai
pengorbanan sumber ekonomi yang berwujud maupun yang tidak berwujud yang
dapat diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi dan akan terjadi untuk
mencapai tujuan tertentu. Sedangakan biaya kontruksi merupakan penjumlahan
antara biaya langsung dan tidak langsung dalam proyek. Menurut Asisyanto
9

(2005), biaya kontruksi memiliki unsur utama dan faktor yang perlu
dipertimbangkan dalam kegiatan pengendalian, unsur utama dari biaya kontruksi
adalah biaya material, biaya upah, dan biaya alat. Hal tersebut akhirnya akan
menyangkut masalah penerimaan dan pengeluaran keuangan.
Berdasarkan Permen PUPR tahun 2022 tentang pedoman analisis harga
satuan pekerjaan bidang pekerjaan umum menjelaskan bahwa biaya terbagi dua
jenis yaitu biaya langsung dan biaya tidak langsung. Adapun pengertian dari biaya
langsung dan biaya tidak langsung adalah sebagai berikut :
1. Biaya langsung (direct cost)
Dalam Permen PUPR tahun 2022 pasal 5 ayat 1 dijelaskan bahwa biaya
langsung merupakan jumlah biaya dari tenaga kerja, bahan dan peralatan.
Contohnya yaitu biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.
Dalam Permen PUPR tahun 2022 pasal 4 ayat 4 dijelaskan bahwa
penyusunan biaya langsung dilakukan melalui analisis biaya langsung
berdasarkan analisis harga satuan dasar (AHSD) dan perhitungan nilai
koefisien. Selanjutnya pada pasal 11 dijelaskan bahwa analisis biaya
langsung dihitung menggunakan nilai koefisien. Yang mana nilai koefisien
itu terdiri atas nilai koefisien tenaga kerja kontruksi, nilai koefisien bahan
dan nilai koefisien peralatan.
2. Biaya tidak langsung (indirect cost)
Dalam Permen PUPR tahun 2022 pasal 6 ayat 1 dijelaskan juga bahwa
biaya tidak langsung merupakan jumlah dari biaya umum dan keuntungan.
Dan selanjutnya juga dijelaskan bahwa biaya umum itu termasuk biaya
perbaikan dan penanganan dampak dari kecelakaan kontruksi. Selain itu
pada ayat berikutnya dijelaskan bahwa besaran biaya tidak langsung
dihitung sebesar 10% (sepuluh persen) hingga 15% (lima belas persen)
dari biaya langsung. Biaya tidak langsung ini tidak mengganggu
keberlangsungan proyek walaupun biaya tersebut tidak dikeluarkan,
proyek tetap berjalan tanpa biaya ini.
10

F.3.3 Rencana anggaran biaya (RAB)


Dalam sebuah proyek kontruksi perhitungan rencana anggaran biaya
(RAB) ini sangat diperlukan. Ini bertujuan untuk mengetahui jumlah biaya yang
dibutuhkan, mengontrol pengeluaran per item pekerjaan, dan meminimalisir
pemborosan biaya yang mungkin terjadi pada saat dilaksanakannya pekerjaan.
Adapun secara pengertian rencana anggaran biaya (RAB) menurut
Firmansyah (2011:25) adalah perhitungan banyaknya biaya dengan pelaksanaan
proyek pembangunan.
Berikut ini merupakan rumus perhitungan dari
RAB : RAB = Ʃ (volume x harga satuan
pekerjaan)
Untuk mendapatkan rencana anggaran biaya (RAB) yang akurat dan tepat,
tentunya RAB memiliki sesuatu yang dapat menunjang terbentuknya suatu
anggaran biaya yaitu adanya komponen-komponen penunjang RAB. Berikut ini
merupakan komponen-komponen penunjang RAB :
a. Dimensi ukuran pekerjaan
Setiap menyusun suatu anggaran biaya harus memiliki dasar teknis serta
ukuran pekerjaan. Ini berguna untuk membantu kita dalam penentuan
anggaran biaya yang disusun. Yang mana ukuran-ukuran pekerjaan
tersebut dapat dilihat dari gambar rencana.
b. Harga satuan biaya
Harga satuan dasar merupakan yang menjadi dasar dari penyusunan
anggaran biaya. Yang mana landasan dari harga satuan dasar yaitu : upah
pekerjaan, bahan atau material dan sewa alat.
c. Harga satuan pekerjaan
Berdasarkan Permen PUPR tahun 2022 pasal 4 ayat 1 menjelaskan bahwa
AHSP dilakukan untuk menghasilkan harga satuan pekerjaan. Yang mana
harga satuan pekerjaan merupakan biaya yang dihitung dengan analisis
harga satuan suatu pekerjaan yang terdiri atas biaya langsung dan biaya
tidak langsung. Jadi AHSP adalah perhitungan biaya tenaga kerja, bahan,
dan peralatan untuk mendapatkan harga satuan atau jenis pekerjaan
tertentu.
11

Sistematika penyusunan RAB yaitu :


a. Menentukan item pekerjaan
b. Menghitung volume pekerjaan
c. Analisa harga satuan pokok kegiatan (HSPK)
d. Rencana anggaran biaya (RAB)

F.4 Waktu
Waktu atau jadwal merupakan salah satu sasaran utama proyek. Ketika
terjadi keterlambatan maka akan mengakibatkan berbagai bentuk kerugian antara
lain penambahan biaya, denda akibat keterlambatan, kehilangan kesempatan
produk memasuki pasaran, yang semuanya akan mempengaruhi pada biaya
proyek keseluruhan dan berpengaruh langsung pada arus kas proyek tersebut
(Hermawan dkk, 2007).
Menurut Messah,Y.A (2013), lamanya waktu penyelesaian proyek
berpengaruh besar dengan pertambahan biaya proyek secara keseluruhan. Maka
dari itu dibutuhkan laporan progress harian/mingguan/bulanan untuk melaporkan
hasil pekerjaan dan waktu penyelesaian untuk setiap item pekerjaan proyek. Dan
dibandingkan dengan waktu penyelesaian rencana agar waktu penyelesaian dapat
terkontrol setiap periodenya.

F.5 Pelat lantai


F.5.1 Pengertian pelat lantai
Menurut Asroni (2010), pelat lantai adalah struktur bidang tipis yang
dibuat dari beton bertulang dengan bidang yang arahnya horizontal dan beban
yang bekerja tegak harus pada bidang struktur tersebut.
Pelat lantai merupakan lantai tingkat pembatas antara tingkat yang satu
dengan tingkat yang lain. Selain itu pelat lantai merupakan salah satu elemen
struktur horizontal yang dipengaruhi oleh panjang bentang dan beban yang
bekerja padanya. Pelat lantai didukung oleh balok-balok yang bertumpu pada
kolom-kolom bangunan. Ketebalan pelat lantai ditentukan oleh besar lendutan
12

yang diinginkan, lebar bentangan atau jarak antara balok-balok pendukung, dan
bahan material konstruksi pelat lantai.
Berdasarkan metode pelaksanaannya, terdapat beberapa jenis pelat lantai.
Jenis-jenis pelat lantai tersebut yaitu :
1. Metode Konvensional
2. Metode Half Slab
3. Metode Full Precast
4. Metode Bondek
Namun pada penelitian ini hanya akan membahas dua metode pelaksanaan
pelat lantai yaitu : metode pelat konvensional dan metode bondek.

F.5.2 Fungsi pelat lantai


Setiap bagian-bagian struktur bangunan tentunya mempunyai fungsinya
masing-masing begitu juga dengan pelat lantai. Berikut ini adalah fungsi pelat
lantai menurut Richard (2002) yaitu :
1 Sebagai pemisah ruang bawah dan ruang atas
2 Sebagai tempat berpijak penghuni dilantai atas
3 Untuk menempatkan kabel listrik dan lampu ruang bawah
4 Meredam suara dari ruang atas maupun dari ruang bawah
5 Menambah kekakuan bangunan pada arah horizontal bangunan.

F.6 Pelat lantai bondek


F.6.1 Pengertian pelat lantai bondek
Bondek merupakan baja galvanis yang memiliki daya tahan tinggi dan
berfungsi ganda dalam konstruksi pelat beton, yakni sebagai penyangga permanen
juga sebagai penulangan searah positif dengan ketebalan 0,75 – 1 mm. kekuatan
tarik leleh minimum pelat lantai bondek ini adalah 550 MPa. Bondek merupakan
bekisting tetap sekaligus sebagai tulangan bawah (tulangan positif).
Pelat lantai bondek adalah pelat kombinasi yang menggunakan bondek
sebagai pengganti tulangan momen positif (tulangan bawah), sekaligus juga
berfungsi sebagai bekisting bawah pelat dan lantai kerja, sedangkan untuk
13

tulangan momen negatif bisa menggunakan tulangan baja biasa atau


menggunakan wiremesh.
Berikut ini adalah gambar dari profil pelat lantai bondek. Yang mana
bondek yang digunakan adalah jenis bondek galvanis az merk alkadeck.

Gambar F.1 Profil Bondek


Sumber : Dokumentasi lapangan

Bondek merupakan bahan penulangan positif (tulangan bawah) pada lantai


beton bangunan bertingkat. Lembaran panel berbentuk pelat gelombang ini
terbuat dari baja struktural dengan tebal 0,70 – 1,2 mm yang digalvanis secara
merata. Bondek atau pelat baja bergelombang jika dikombinasikan dengan
campuran beton akan membentuk suatu sistem pelat lantai komposit yang
sempurna. Bondek juga berfungsi sebagai bekisting tetap dan langit-langit
ruangan bangunan. Dapat dipesan sesuai panjang yang dibutuhkan, untuk
memudahkan dalam pemasangan dan pengangkutan dianjurkan maksimum 12
meter.

F.6.2 Kelebihan dan kekurangan penggunaan bondek


Adapun kelebihan penggunaan bondek adalah sebagai berikut:
1 Penggunaan bondek sebagai material pelapis cor beton, tidak perlu dibuka
atau dilepas setelah cor beton mengering
2 Penghematan bekisting lantai karena plat bondek sekaligus berfungsi
sebagai formwork.
14

3 Mengurangi jumlah perancah atau penyangga dan ini lebih hemat


dibandingkan dengan penggunaan bekisting kayu atau triplek.
4 Tidak menggunakan besi tulangan bagian bawah karena fungsinya sudsh
digantikan oleh bondek.
5 Mempercepat pekerjaan cor dak, dan hasil cor akan terlihat lebih rapi dan
tidak ada keluhan cor plat beton bocor karena pelat bondek begitu rapat
dan anti bocor.
6 Bagian bawah pelat lantai terjamin rapih, Karena jika menggunakan sistem
konvensional dengan bekisting plywood maka ada resiko beton keropos,
retak, sehingga memerlukan pekerjaan perapihan.
7 Pengerjaan lebih cepat dan murah bila dibandingkan dengan sistem
konvensional.
Selain kelebihan-kelebihan yang disebutkan diatas, kekurangan dan
kelemahan penggunaan bondek sebagai bekisting antara lain :
1) Pelat bondek agak sulit untuk dipotong
2) Pemasangan bondek harus dilakukan oleh tenaga ahli yang telah
berpengalaman.
3) Tidak disarankan untuk cor dak yang tidak memiliki balok dan pelat tepi,
seperti pelat pet, pelat kanopi teras minimalis tanpa balok dan kantilever.
4) Dalam proses pemasangan sambungan antar sisi bondek harus
menggunakan las listrik guna menguatkan sambungan.
5) Aplikasi bondek harus menggunakan penopang balok jika dipasang secara
terpisah.

F.6.3 Perhitungan volume pekerjaan pada pelat lantai bondek


Adapun perhitungan volume pekerjaan yang diperlukan pada pelat lantai
bondek yaitu :
1. Volume bondek
Luas lantai
Jumlah bondek yang dibutuhkan =
(panjang bondek x lebar ) (2.1)
15

2. Volume wiremesh
Luas lantai
Jumlah wiremesh yang dibutuhkan =
(panjang x lebar wi𝑟𝑒𝑚𝑒𝑠ℎ) (2.2)

3. Volume beton
Jumlah beton yang dibutuhkan = luas lantai x tebal pelat lantai (2.3)

F.6.4 Metode pelaksaan pekerjaan pelat lantai bondek


Adapun metode pelaksanaan pekerjaan pelat lantai bondek yaitu menurut
Riski Laili (2018) dimulai dari pekerjaan pemsangan bondek, pekerjaan
pembesian, pekerjaan pengecoran, dan pekerjaan perawatan beton.

F.6.5 Wiremesh
Wiremesh adalah bahan material yang dibuat dari beberapa batang besi,
baja atau aluminium dalam jumlah banyak dan dihubungkan satu sama lain
dengan cara dilas atau dihubungkan dengan bahan lain hingga berbentuk lembaran
berupa jaring besi yang bisa digulung. Wiremesh dibuat dalam berbagai jenis dan
ukuran yang biasanya disesuaikan dengan berbagai macam kebutuhan
(Tribaja,2014). Wiremesh disebut juga sebagai tulangan atas atau tulangan tekan
atau disebut juga tulangan negatif.
Penggunaan besi wiremesh dapat mempercepat pelaksanaan konstruksi
bangunan karena rangkaian besi ini lebih muda dipasang dan lebih cepat proses
pemasangannya dibandingkan dengan menganyam besi beton secara manual,
sehingga akan efisien dari segi waktu dan akan berhimbas pada pengurangan
biaya yang dikeluarkan. Selain itu konstruksi beton yang dibuat biasanya lebih
akurat. Hal ini akan membuat gedung tersebut memiliki mutu yang lebih bagus.
Pada gambar F.9 dapat kita lihat gambar tulangan wiremesh yang digunakan di
proyek pembangunan showroom dan workshop BMW. Dimana tulangan wiremess
menggunakan jenis M8 (wiremesh diameter 8) dengan mutu U-50.
16

Berikut ini merupakan gambar tulangan wiremesh yang digunakan pada


proyek pembangunan showroom dan workshop BMW Pekanbaru. Dapat dilihat
pada Gambar F.2.

Gambar F.2 Tulangan Wiremesh


Sumber : Dokumentasi lapangan

F.7 Pelat lantai beton konvensional


F.7.1 Pengertian pelat lantai konvensional
Pelat beton konvensional merupakan struktur pelat lantai yang dikerjakan
langsung ditempat dan dilakukan secara manual dengan merangkai tulangan pada
bangunan yang dibuat. Yang mana pengecoran dilakukan menggunakan plywood
sebagai bekisting dan scaffolding sebagai perancah. Metode konvensional ini
terbilang tradisional dan paling banyak digunakan, namun dapat memakan biaya
yang tinggi dan waktu yang lama.

F.7.2 Kelebihan dan kekurangan pelat lantai konvensional


Pelaksanaan pelat lantai beton konvensional ini memiliki kelebihan dan
kekurangan yaitu sebagai berikut :
1. Kelebihan pelat lantai konvensional
a) Penggunaan alat berat relatif sedikit
b) Dapat dibentuk sesuai keinginan
c) Mampu memikul beban tekan yang berat
d) Tahan terhadap temperatur tinggi
e) Biaya pemeliharaan rendah atau kecil
17

2. Kekurangan pelat lantai konvensional


a. Membutuhkan tenaga kerja yang banyak
b. Waktu pelaksanaan lebih lama
c. Membutuhkan material lebih banyak
d. Membutuhkan scaffolding sebagai perancah dan kayu sebagai
bekisting relatif banyak.

F.7.3 Metode pelaksanaan pelat beton konvensional


Pemilihan metode pelaksanaan proyek kontruksi sangat penting, karena
dengan metode pelaksanaan yang tepat dapat memberikan hasil yang maksimal
dan sesuai dengan yang diinginkan atau yang direncanakan. Menurut Najoan dkk
(2016) pada beton konvensional, terdapat tahapan yang harus dilalui yaitu :
1. Tahap pembersihan
Dalam tahap ini pelaksana harus memastikan bahwa cetakan atau acuan
benar-benar dalam keadaan bersih dari kotoran yang bisa mengurangi
kualitas beton.
2. Tahap pembuatan bekisting
Untuk struktur pelat lantai pembuatn bekisting dilakukan sebelum
pembesian agar sesuai dengan level yang sudah direncanakan. Lalu
sebelum pengecoran di olesi bekisting dengan oli atau minyak bekisting
yang bertujuan untuk mempermudah dalam proses pembengkokan nanti,
3. Tahap pembesian
Adapun tahapan pembesian ini meliputi pemotongan besi tulangan,
pembengkokan dan perakitan besi tulangan sesuai ukuran dan besi yang
sudah diisyaratkan atau sesuai gambar.
4. Tahap pengecoran
Pengecoran dilakukan setelah beton benar-benar siap dituang dalam
cetakan. Proses pengecoran dilakukan sedekat mungkin dengan lokasi
yang akan dicor untuk menghindari jatuhnya beton diluar cetakan.
5. Tahap perawatan dan tahap pembongkaran bekisting
18

F.7.4 Volume pekerjaan pelat beton konvensional


Adapun perhitungan volume pekerjaan yang diperlukan pada pekerjaan
pelat beton konvensional adalah sebagai berikut:
1. Volume bekisting
Luas lantai
Jumlah bekisting yang dibutuhkan =
(panjang x lebar) (2.4)

2. Volume pembesian
Jumlah bekisting yang dibutuhkan = ((panjang tulangan arah X + jarak
tulangan) x panjang tulangan arah Y) + ((panjang tulangan arah Y+ jarak
tulangan) x panjang tulangan arah X) x jumlah x berat besi x 2 (2.5)

3. Volume beton
Jumlah beton yang dibutuhkan = luas pelat lantai x tebal pelat lantai (2.6)

F.7.5 Bekisting
Pada pelaksanaan pekerjaan pelat beton konvensioanl dilakukan dengan
menggunakan bekisting yang biasanya terbuat dari bahan multipleks atau
plywood. Yang mana secara pengertian menurut Zainullah, Suharyanto, dan Budio
(2012) menjelaskan bahwa bekising adalah alat bantu dan bukan material pokok
dalam pembuatan kontruksi beton bertulang seperti pelat lantai. Bekisting
merupakan cetakan sementara yang terbuat dari multipleks atau plywood dengan
fungsi menahan beton selama campuran cor beton dituang untuk dibentuk sesuai
dengan perencanaan yang mana cetakan tersebut akan dilepas atau dibongkar
apabila beton yang dituang telah mencapai tingkat kekuatan yang cukup.
Selanjutnya menurut Trijeti (2011), bahan bekisting dikatakan baik apabila dapat
memenuhi beberapa persyaratan yaitu :
1. Tidak bocor dan menyerap air dalam campuran beton
2. Bekisting yang digunakan harus memiliki tekstur yang diinginkan,
kekuatan bekisting harus diperhitungkan dan ukuran atau dimensi harus
sesuai dengan perencanaan.
19

3. Bekisting harus dipastikan dalam keadaan bersih sebelum penuangan


beton.

F.8 Penelitian terdahulu


Penelitian terdahulu adalah suatu penelitian yang pernah dilakukan
sebelumnya oleh peneliti lain, dengan tema atau inti pembahasan yang hampir
sama. Penelitian terdahulu sangat berguna untuk dijadikan acuan atau sumber
informasi bagi penelitian ini.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Andi Arya P.Gursal, dkk;2018) yang
menjelaskan bahwa nilai RAB pekerjaan pelat lantai bondek lebih murah
dibandingkan dengan pelat lantai beton konvensional. Sedangkan dalam hitungan
waktu pekerjaan menggunakan bar chart, pelat lantai bondek lebih cepat
pengerjaannya dibandingkan dengan pelat lantai beton konvensional. Penelitian
lain yang dilakukan oleh (Zaidar Gazalba, I Gede Putu Warka, 2020) menjelaskan
tentang analisis perbandingan RAB pekerjaan pelat beton konvensional dan pelat
beton bondek, dan hasil penelitian menunjukkan bahwa : berdasarkan aspek lama
waktu pelaksanaan, pelat beton bondek lebih cepat 32% dibandingkan dengan
pelat beton konvensional, rekapitulasi biaya pelat beton bondek 41% lebih murah
dibandingkan dengan pelat beton konvensional, pelat beton bondek menghasilkan
sampah material lebih sedikit dibandingkan dengan pelat beton konvensional,
pengadaan material pelat beton bondek lebih sulit mendapatkan material
dibandingkan dengan material pelat beton konvensional. Jadi menurut penelitian
ini metode pelat beton bondek lebih direkomendasikan pada pekerjaan pelat lantai
beton. Selanjutnya penelitian lain yang dilakukan oleh (I Gede Putu Joni, Anak
Agung Diah, dan I Gede Abdi Candra, 2020) menjelaskan bahwa pelaksanaan
pekerjaan pelat lantai bondek lebih cepat dari pada pelaksanaan pekerjaan pelat
lantai konvensional. Dan terdapat selisih biaya pelaksanaan pekerjaan pelat lantai
bondek lebih kecil 12,77% dari pelat lantai konvensional.
Sementara penelitian yang dilakukan oleh (Busri, Rafie, Safaruddin,2018)
menjelaskan tentang analisis perbandingan papan mal dengan bondek terhadap
biaya proyek, dan hasil penelitian didapatkan perbandingan kedua material
20

tersebut, dari segi biaya pelat lantai menggunakan bekisting bondek lebih mahal
10% dari pada pelat lantai menggunakan bekisting multipleks, tetapi dari segi
waktu pelaksanaan dan metode pekerjaan pelat lantai menggunakan bekisting
bondek jauh lebih cepat dan lebih mudah dikerjakan. Selain itu hasil penelitian
lain yang dilakukan oleh (Sari Utama Dewi, Widya Pusmila, 2018) tentang
analisis struktur pelat lantai beton konvensional dan pelat lantai bondek dan
didapatkan hasil bahwa pekerjaan pelat lantai beton konvensional lebih murah
dibandingkan pelat lantai bondek, pelat bondek lebih cepat dalam waktu
pelaksanaannya dibandingkan pelat beton konvensional.
Berdasarkan penelitian-penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa pelat
bondek lebih cepat dalam waktu pelaksanaannya dibandingkan pelat beton
konvensional. Namun dari segi biaya, berdasarkan tiga penelitian diatas
menyatakan bahwa pelat lantai bondek lebih murah dari pelat beton konvensional,
dan dua penelitian lainnya menyatakan bahwa pelat beton konvonsional lebih
murah dari pada pelat lantai bondek.

F.9 Kerangka penelitian


Menurut Uma Sekaran dalam Sugiono (2017:60) menjelaskan bahwa
kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori
berhubungan dengan berbagai faktor yang telah didefinisikan sebagai masalah
yang penting. Sedangkan menurut Suryasumantri dalam Sugiono (2017:60)
kerangka pemikiran ini merupakan :”penjelasan sementara terhadap gejala-gejala
yang menjadi objek permasalahan.” Berikut ini merupakan bagan paradigma
penelitian :

Pekerjaan pelat lantai bondek


(X1)
Biaya dan Waktu (Y)

Pekerjaan pelat beton


konvensional
(X2)

Gambar F.3 Paradigma Penelitian


Sumber : pemikiran penulis
21

Dari bagan diatas dapat dijelaskan bahwa pekerjaan pelat lantai bondek
dan pekerjaan pelat beton konvensional itu adalah variabel bebas (variabel X), dan
biaya dan waktu merupakan variabel terikat (variabel Y). Disini biaya dan waktu
bisa dipengaruhi oleh pelat lantai bondek ataupun pelat beton konvensional.
Seperti yang dijelaskan oleh Messah,Y.A (2013), bahwa lamanya waktu
penyelesaian proyek berpengaruh besar dengan pertambahan biaya proyek secara
keseluruhan.

F.10 Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban atau dugaan sementara terhadap masalah
penelitian yang akan diuji kebenarannya. Berikut adalah jawaban sementara dari
pertanyaan yang terdapat pada rumusan masalah. Berdasarkan penelitian yang
telah dilakukan sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian ini, maka penulis
mengemukakan hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1 Diduga biaya pengerjaan pelat lantai bondek lebih murah atau bisa jadi
lebih mahal dari pelat beton konvensional,begitu juga sebaliknya.
2 Diduga waktu yang dibutuhkan pada pekerjaan pelat lantai bondek lebih
cepat dibandingkan dengan pelat lantai beton konvensional.
3 Diduga pelat lantai bondek lebih efisien dari segi biaya dan waktu.

G. Metode penelitian
G.1 Lokasi penelitian
Tempat dilaksanakannya proyek akhir ini adalah pada proyek
pembangunan showroom dan workshop BMW, yang berlokasi dijalan Soekarno
Hatta, Pekanbaru, Riau.
Adapun site existing Proyek Pembangunan Showroom dan Workshop
BMW Kota Pekanbaru dapat dilihat pada Gambar G.1.
22

Berikut ini merupakan gambar lokasi penelitian yang penulis amati.

Gambar G.1 Lokasi Penelitian


Sumber : Google map

G.2 Jenis penelitian


Pada penelitian ini penulis menggunakan metode analisis dengan
pendekatan kuantitatif. Jadi jenis penelitian yang penulis gunakan yaitu
analisis deskriptif kuantitatif. Yang mana variabel penelitian yang
digunakan yaitu variabel terikat atau variabel Y yang meliputi biaya dan
waktu serta variabel bebas atau variabel X meliputi pelat lantai bondek dan
pelat beton konvensional.
23

G.3 Tahapan penelitian


Tahapan-tahapan yang akan dilakukan dalam penulisan Proyek Akhir ini
adalah sebagai berikut :
1. Tahap Pra-perencanaan
Dalam tahap ini hal yang akan dilakukan pertama yaitu melakukan studi
literatur. Studi literatur atau melakukan kajian dari publikasi hasil
penelitian para pakar di dunia teknik sipil, peraturan-peraturan yang
berlaku, dan buku-buku pelajaran terutama yang berhubungan dengan
tema proyek akhir ini.
2. Tahapan pengumpulan dan analisis data
Tahapan ini yaitu melakukan pengumpulan data dan menganalisa data-
data yang akan digunakan sebagai sumber data dalam proyek akhir ini.
Adapun contoh data-data yang akan diperlukan dalam proyek akhir ini
adalah sebagi berikut :
a. Denah lokasi pelat lantai
b. AHSP 2022
c. Harga upah dan bahan di lokasi penelitian
Penelitian ini akan dilakukan atas dasar observasi yang dianalisis secara
deskriptif melalui tahapan pengumpulan data. Data yang digunakan
meliputi data primer dan data sekunder. Yang mana data primer
merupakan data yang akan diperoleh peneliti selama berada dilokasi
penelitian. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari
berbagai sumber bacaan atau referensi yang telah ada dan gambar kerja.
Berikut ini merupakan teknik pengumpulan data yang penulis akan
lakukan adalah sebagai berikut :
1. Wawancara
Mengadakan Tanya jawab dengan para ahli dan teknisis yang bekerja
pada proyek pembangunan showroom dan workshop BMW Pekanbaru.
2. Observasi
Dengan melihat dan mengamati secara langsung pekerjaan prosedur
pelaksanaan pekerjaan mulai dari persiapan sampai dengan tahapan
penyelesaian.
24

3. Studi literature
Dengan membaca dan memahami beberapa literatur atau buku-buku
dan dokumen yang akan diperlukan yang berhubungan dengan pelat lantai
bondek, RAB, AHSP, dan pelat lantai beton konvensional.
4. Dokumentasi
Melampirkan foto-foto sebagai bahan dokumentasi tahapan pekerjaan
pelat lantai bondek pada proyek pembangunan showroom dan workshop
BMW Pekanbaru.
3. Tahap perencanaan atau pengolahan data
Setelah mendapatkan data-data yang diperlukan, kemudian diolah untuk
mendapatkan
a. Gambar denah rencana
b. Gambar kerja
c. Volume pekerjaan
d. Rencana anggaran biaya (RAB)
e. Waktu pelaksanaan pekerjaan pelat lantai
4. Analisis biaya dan waktu pekerjaan
Dalam penelitian ini penulis akan membahas tentang analisis biaya dan
analisis waktu pada pekerjaan pelat lantai bondek dan pelat beton
konvensional.
- Analisis biaya
Analisis biaya dibutuhkan untuk mengetahui besarnya biaya yang
diperlukan pada masing-masing metode dalam pelaksanaan sebuah
proyek. Disini penulis akan menganalisis dan membandingkan diantara
dua metode pekerjaan pelat lantai yaitu pelat lantai bondek dan pelat
beton konvensional, mana yang lebih murah / mahal dari segi biaya.
Analisis biaya ini dilakukan dengan menghitung RAB dari pekerjan
pelat lantai bondek dengan pelat beton konvensional.
- Analisis waktu
Analisis waktu dibutuhkan untuk mengetahui waktu yang diperlukan
untuk pelaksanaan masing-masing pekerjaan. Disini penulis akan
25

menganalisis diantara pekerjaan pelat lantai bondek dengan pelat lantai


beton konvensional, mana yang lebih cepat / lama pengerjaannya dari
segi waktu. Artinya penulis akan menganalisa mana yang lebih efisien
dari segi waktu.
Adapun tahapan-tahapan dalam proyek akhir ini dapat dilihat pada
flowchat berikut :

Mulai

Studi literatur
Pengumpulan data :
1. Gambar denah lantai
2. Harga satuan upah dan bahan (survey)

Perhitungan :
a. Volume pekerjaan
b. Analisa harga satuan pekerjaan
c. RAB
d. Analisis waktu pekerjaan

Menganalisis dan menghitung biaya pekerjaan pelat


lantai bondek dengan pelat beton konvensional

Menganalisis lamanya waktu yang dibutuhkan untuk pekerjaan


pelat lantai bondek dengan pelat beton konvensional

Membandingkan mana yang lebih efisiensi dari


segi biaya dan waktu diantara pekerjaan pelat lantai
bondek dengan pelat beton konvensional

Kesimpulan dan saran

Selesai
Gambar G.2 Bagan alur penelitian

Anda mungkin juga menyukai