Oleh:
Amelia Putri
Nim: 1907035428
HALAMAN PENGESAHAN
Amelia
Putri
NIM : 1907035428
Diketahui oleh :
Koordinator Program Studi
D3 Teknik Sipil
Dr.Nurdin, ST., MT
NIP. 19650218 199512 1001
i
PRAKATA
ii
iii
9. Ayah dan Ibu yang telah mendidik dan selalu memberikan doa restu atas
kelancaran proyek akhir ini, serta keluarga besar yang telah memberikan
dukungan moril dan materil, sehingga penulis selalu semangat dalam
menyelesaikan penulisan laporan ini.
10. Rekan–rekan seperjuangan mahasiswa D3 Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Riau.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan serta
keterbatasan dalam penyajiannya. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran
dan kritikan yang bersifat konstruktif dalam penyempurnaan penulisan laporan
ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan Mahasiswa
Teknik Sipil.
Maulana Arief
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................i
PRAKATA..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................vi
A. Latar Belakang.................................................................................................1
B. Rumusan masalah............................................................................................3
C. Batasan masalah...............................................................................................3
D. Tujuan penelitian.............................................................................................4
E. Manfaat penelitian...........................................................................................4
F. Landasan Teori.................................................................................................5
F.1 Umum........................................................................................................5
F.1.1 Indikator Kinerja................................................................................5
F.1.2 Indikator Input...................................................................................6
F.1.3 Indikator Keluaran.............................................................................6
F.1.4 Indikator Outcome.............................................................................8
F.1.5 Indikator Manfaat..............................................................................9
F.1.6 Indikator Dampak..............................................................................9
F.2 Drainase...................................................................................................10
F.2.1 Sistem Drainase................................................................................10
F.2.2 Drainase Berwawasan Lingkungan...................................................11
F.2.3 Sistem Drainase Perkotaan................................................................11
F.2.4 Fungsi Drainase Perkotaan................................................................12
F.3 Indikator Kinerja Sistem Drainase............................................................14
F.3.1 Non Fisik............................................................................................14
F.3.2 Fisik...................................................................................................15
F.3.3 Kriteria Penilaian Infikator................................................................16
G. Metode penelitian...........................................................................................21
G.1 Lokasi penelitian.....................................................................................21
G.2 Jenis penelitian........................................................................................22
G.3 Tahapan penelitian..................................................................................23
DAFTAR GAMBAR
vi
ANALISIS EFISIENSI BIAYA DAN WAKTU PELAT LANTAI BONDEK
(STEEL DECK) DENGAN PELAT BETON KONVENSIONAL PADA
PROYEK PEMBANGUNAN SHOWROOM DAN WORKSHOP BMW
PEKANBARU
A. Latar Belakang
Saat ini, perkembangan jasa kontruksi di Indonesia berkembang pesat. Hal
ini ditandai dengan banyaknya proyek yang dikerjakan baik dari segi
pembangunan, percepatan, perbaikan bangunan, struktur dan properti lainnya.
Kegiatan kontruksi ini terus berjalan meskipun ditengah pandemi covid-19, hal ini
sejalan dengan intruksi menterri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan pada
kondisi pandemi covid-19, jasa kontruksi terus berjalan. Sehingga kegiatan
kontruksi mau tidak mau harus berjalan dengan berbagai perubahan untuk
menyesuaikan diri selama pandemi maupun pasca pandemi.
Oleh karena itu, pelaku usaha kontruksi terus berusaha untuk menemukan
metode-metode dalam dunia kontruksi bangunan agar mendapatkan produk atau
jasa yang berkualitas dengan waktu yang singkat dan biaya yang minim. Yang
bertujuan untuk mencapai keberhasilan dalam proyek dan diharapkan dapat
mempercepat proses pelaksanaan pekerjaan, agar kegiatan pembangunan dapat
berjalan sesuai dengan yang direncanakan dan lebih ekonomis dalam biaya
pemakaian bahan maupun pemaksimalan tenaga kerja dilapangan.
Dalam pelaksanaan proyek kontruksi, pekerjaan struktur merupakan
pekerjaan yang paling riskan dalam suatu proyek, karena pekerjaan struktur
menentukan bangunan tersebut berdiri dan layak. Pekerjaan pelat lantai
merupakan bagian dari pekerjaan struktur bangunan yang berfungsi menyalurkan
beban hidup maupun beban mati akibat aktivitas yang berada diatasnya. Pekerjaan
pelat laintai ini membutuhkan waktu lama dalam proses pembuatannya. Mengapa
demikian? hal ini dikarenakan pekerjaan pelat lantai memiliki volume yang cukup
besar dibandingkan dengan pekerjaan yang lain. Saat ini banyak perusahaan masih
menggunakan cara konvensional sebagai pelat lantainya, yang mana pada
1
2
Berikut ini adalah gambar pelat beton konvensional dan pelat lantai
bondek.
B. Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah yang akan penulis gunakan adalah sebagai
berikut :
1. Berapa biaya yang dibutuhkan untuk pekerjaan lantai bondek (steel deck)
dengan pelat beton konvensional
2. Berapa lama waktu yang diperlukan untuk mengerjakan pelat lantai
bondek (steel deck) dengan pelat beton konvensional
3. Manakah yang lebih efisien dari segi biaya dan waktu pelat lantai bondek
(steel deck) atau pelat beton konvensional.
C. Batasan masalah
Adapun batasan masalah dalam penelitian ini yaitu
1. Perhitungan anggaran biaya dan waktu pekerjaan hanya dilakukan pada
struktur atas khususnya pada pekerjaan pelat lantai
2. Tidak memperhitungkan kekuatan struktur gedung
3. Tidak memperhitungkan gaya momen dan pengaruh gempa
4. Analisis Harga Satuan (AHSP) didapatkan dari Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Kota Pekanbaru.
4
D. Tujuan penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Membandingkan biaya yang dibutuhkan untuk pekerjaan pelat lantai
bondek (steel deck) dengan pelat beton konvesional.
2. Mengetahui waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan pelat
lantai bondek (steel deck) dengan pelat beton konvensional
3. Mengetahui mana yang lebih efisien dari segi biaya dan waktu pelat lantai
bondek (steel deck) atau pelat beton konvensional.
E. Manfaat penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah :
1. Mengetahui biaya dan waktu yang diperlukan untuk pekerjaan pelat lantai
bondek (steel deck) dengan pelat beton konvesional.
2. Dapat mengetahui mana yang lebih murah, ekonomis dan cepat
pengerjaannya diantara pelat lantai bondek (steel deck) dengan pelat beton
konvensional.
3. Dari hasil penelitian ini dapat diajdikan referensi dasar untuk mahasiswa
yang akan membahas hal yang sama dalam penelitian selanjutnya.
5
F. Landasan Teori
F.1 Analisis
F.1.1 Pengertian analisis
Kita sering mendengar kata analisis. Misalnya dalam sebuah penelitian
perlu dilakukan analisis data, lalu apa itu analisis? sebelum kita membahas
tentang pengertian analisis, kita akan terlebih dahulu membahas tentang sejarah
asal kata analisis itu sendiri. Kata analisis sendiri diadaptasi dari bahasa inggris
“analysis” yang secara etimologi berasal dari bahasa yunani kuno “analusis”. Kata
analusis terdiri dari dua suku kata, yaitu “ana” yang artinya kembali, dan “luein”
yang artinya melepas atau mengurai. Bila digabungkan maka kata tersebut berarti
menguraikan kembali. Kemudian kata tersebur diserap kedalam bahasa Indonesia
menjadi analisis. Menurut katanya, analisis adalah proses memecah topik atau
subtansi yang kompleks menjadi bagian-bagian yang lebih kecil untuk
mendapatkan pemahaman yang lebih baik.
Secara pengertian analisis menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) departemen pendidikan nasional (2005) menjelaskan bhawa analisis
adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa untuk mengetahui keadaan yang
sebenarnya. Sementara menurut Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer karangan
Peter Salim dan Yenni Salim (2002) menjelaskan bahwa analisis adalah proses
pemecahan masalah yang dimulai dengan hipotesis (dugaan dan sebagainya)
sampai terbukti kebenarannya melalui beberapa kepastian (pengamatan,
percobaan dan sebagainya). Sedangkan menurut Abdul Majid (2013:54)
menjelaskan bahwa analisis adalah menguraikan satuan menjadi unit-unit terpisah,
membagi satuan menjadi sub-sub atau bagian, membedakan dua yang sama,
memilih dan mengenai perbedaan (diantara beberapa dalam satu kesatuan).
Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa analisis adalah
suatu proeses pemecahan masalah dengan cara menyelidiki, mengamati,
menelaah, dan menguraikan komponen-komponen pembentuknya atau
penyusunnya untuk dikaji lebih lanjut hingga mendapatkan kebenarannya.
6
F.2 Efisiensi
F.2.1 Pengertian efisiensi
Efisiensi merupakan kata yang selalu digunakan dalam dunia kerja, secara
pengertian menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), efisiensi adalah
ketepatan cara (usaha kerja) dalam menjalankan sesuatu (dengan tidak membuang
waktu, tenaga, biaya). Selain itu KBBI juga memaknai efisiensi adalah
kedayagunaan atau ketepatgunaan.
Menurut kamus besar ekonomi (2003), efisiensi adalah hubungan atau
perbandingan anatara keluaran (output) atau hasil barang dan jasa yang dihasilkan
dengan masukan (input) yang langka dalam satuan unit kerja. Jadi dari beberapa
7
F.3 Biaya
F.3.1 Pengertian biaya
Biaya merupakan kata yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari
dalam berbagai bidang. Misalnya yaitu biaya kontruksi, biaya produksi, biaya
hidup, biaya pendidikan, dan lain sebagainya. Sebelum kita membahas biaya lebih
jauh, maka kita harus mengetahui definisi biaya itu sendiri. Karena satu hal
penting dalam sebuah perencanaan proyek adalah biaya. Secara pengertian
menurut Firdaus dkk. (2018:47) menyatakan bahwa pengertian biaya yaitu
pengeluaran-pengeluaran atau nilai pengorbanan untuk memperoleh barang dan
jasa yang mempunyai manfaat untuk masa yang akan datang. Biasanya jumlah ini
disajikan dalam laporan keuangan sebagai elemen-elemen asset. Selanjutnya
menurut Utami (2020) biaya adalah sumber daya ekonomi yang dikorbankan
untuk mencapai tujuan tertentu dan untuk memperoleh penghasilan dimasa
sekarang dan masa yang akan datang. Sedangkan menurut Harahap dan Tukino
(2020:1) biaya adalah pengorbanan yang dilakukan dengan berkurangnya asset
atau bertambahnya kewajiban dalam memproses produksi yang diukur dengan
satuan keuangan. Sedangkan menurut Harnanto (2017:22) menjelaskan bahwa
biaya (cost) adalah jumlah uang yang dinyatakan dari sumber-sumber (ekonomi)
yang dikorbankan (yang terjadi dan akan terjadi) untuk mendapatkan sesuatu atau
mencapai tujuan tertentu.
Jadi dapat disimpulkan dari beberapa pendapat para ahli diatas bahwa
biaya adalah semua pengorbanan yang perlu dilakukan untuk proses produksi
yang dinyatakan dalam satuan uang, baik yang sudah terjadi maupun yang akan
terjadi untuk mencapai tujuan tertentu.
(2005), biaya kontruksi memiliki unsur utama dan faktor yang perlu
dipertimbangkan dalam kegiatan pengendalian, unsur utama dari biaya kontruksi
adalah biaya material, biaya upah, dan biaya alat. Hal tersebut akhirnya akan
menyangkut masalah penerimaan dan pengeluaran keuangan.
Berdasarkan Permen PUPR tahun 2022 tentang pedoman analisis harga
satuan pekerjaan bidang pekerjaan umum menjelaskan bahwa biaya terbagi dua
jenis yaitu biaya langsung dan biaya tidak langsung. Adapun pengertian dari biaya
langsung dan biaya tidak langsung adalah sebagai berikut :
1. Biaya langsung (direct cost)
Dalam Permen PUPR tahun 2022 pasal 5 ayat 1 dijelaskan bahwa biaya
langsung merupakan jumlah biaya dari tenaga kerja, bahan dan peralatan.
Contohnya yaitu biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.
Dalam Permen PUPR tahun 2022 pasal 4 ayat 4 dijelaskan bahwa
penyusunan biaya langsung dilakukan melalui analisis biaya langsung
berdasarkan analisis harga satuan dasar (AHSD) dan perhitungan nilai
koefisien. Selanjutnya pada pasal 11 dijelaskan bahwa analisis biaya
langsung dihitung menggunakan nilai koefisien. Yang mana nilai koefisien
itu terdiri atas nilai koefisien tenaga kerja kontruksi, nilai koefisien bahan
dan nilai koefisien peralatan.
2. Biaya tidak langsung (indirect cost)
Dalam Permen PUPR tahun 2022 pasal 6 ayat 1 dijelaskan juga bahwa
biaya tidak langsung merupakan jumlah dari biaya umum dan keuntungan.
Dan selanjutnya juga dijelaskan bahwa biaya umum itu termasuk biaya
perbaikan dan penanganan dampak dari kecelakaan kontruksi. Selain itu
pada ayat berikutnya dijelaskan bahwa besaran biaya tidak langsung
dihitung sebesar 10% (sepuluh persen) hingga 15% (lima belas persen)
dari biaya langsung. Biaya tidak langsung ini tidak mengganggu
keberlangsungan proyek walaupun biaya tersebut tidak dikeluarkan,
proyek tetap berjalan tanpa biaya ini.
10
F.4 Waktu
Waktu atau jadwal merupakan salah satu sasaran utama proyek. Ketika
terjadi keterlambatan maka akan mengakibatkan berbagai bentuk kerugian antara
lain penambahan biaya, denda akibat keterlambatan, kehilangan kesempatan
produk memasuki pasaran, yang semuanya akan mempengaruhi pada biaya
proyek keseluruhan dan berpengaruh langsung pada arus kas proyek tersebut
(Hermawan dkk, 2007).
Menurut Messah,Y.A (2013), lamanya waktu penyelesaian proyek
berpengaruh besar dengan pertambahan biaya proyek secara keseluruhan. Maka
dari itu dibutuhkan laporan progress harian/mingguan/bulanan untuk melaporkan
hasil pekerjaan dan waktu penyelesaian untuk setiap item pekerjaan proyek. Dan
dibandingkan dengan waktu penyelesaian rencana agar waktu penyelesaian dapat
terkontrol setiap periodenya.
yang diinginkan, lebar bentangan atau jarak antara balok-balok pendukung, dan
bahan material konstruksi pelat lantai.
Berdasarkan metode pelaksanaannya, terdapat beberapa jenis pelat lantai.
Jenis-jenis pelat lantai tersebut yaitu :
1. Metode Konvensional
2. Metode Half Slab
3. Metode Full Precast
4. Metode Bondek
Namun pada penelitian ini hanya akan membahas dua metode pelaksanaan
pelat lantai yaitu : metode pelat konvensional dan metode bondek.
2. Volume wiremesh
Luas lantai
Jumlah wiremesh yang dibutuhkan =
(panjang x lebar wi𝑟𝑒𝑚𝑒𝑠ℎ) (2.2)
3. Volume beton
Jumlah beton yang dibutuhkan = luas lantai x tebal pelat lantai (2.3)
F.6.5 Wiremesh
Wiremesh adalah bahan material yang dibuat dari beberapa batang besi,
baja atau aluminium dalam jumlah banyak dan dihubungkan satu sama lain
dengan cara dilas atau dihubungkan dengan bahan lain hingga berbentuk lembaran
berupa jaring besi yang bisa digulung. Wiremesh dibuat dalam berbagai jenis dan
ukuran yang biasanya disesuaikan dengan berbagai macam kebutuhan
(Tribaja,2014). Wiremesh disebut juga sebagai tulangan atas atau tulangan tekan
atau disebut juga tulangan negatif.
Penggunaan besi wiremesh dapat mempercepat pelaksanaan konstruksi
bangunan karena rangkaian besi ini lebih muda dipasang dan lebih cepat proses
pemasangannya dibandingkan dengan menganyam besi beton secara manual,
sehingga akan efisien dari segi waktu dan akan berhimbas pada pengurangan
biaya yang dikeluarkan. Selain itu konstruksi beton yang dibuat biasanya lebih
akurat. Hal ini akan membuat gedung tersebut memiliki mutu yang lebih bagus.
Pada gambar F.9 dapat kita lihat gambar tulangan wiremesh yang digunakan di
proyek pembangunan showroom dan workshop BMW. Dimana tulangan wiremess
menggunakan jenis M8 (wiremesh diameter 8) dengan mutu U-50.
16
2. Volume pembesian
Jumlah bekisting yang dibutuhkan = ((panjang tulangan arah X + jarak
tulangan) x panjang tulangan arah Y) + ((panjang tulangan arah Y+ jarak
tulangan) x panjang tulangan arah X) x jumlah x berat besi x 2 (2.5)
3. Volume beton
Jumlah beton yang dibutuhkan = luas pelat lantai x tebal pelat lantai (2.6)
F.7.5 Bekisting
Pada pelaksanaan pekerjaan pelat beton konvensioanl dilakukan dengan
menggunakan bekisting yang biasanya terbuat dari bahan multipleks atau
plywood. Yang mana secara pengertian menurut Zainullah, Suharyanto, dan Budio
(2012) menjelaskan bahwa bekising adalah alat bantu dan bukan material pokok
dalam pembuatan kontruksi beton bertulang seperti pelat lantai. Bekisting
merupakan cetakan sementara yang terbuat dari multipleks atau plywood dengan
fungsi menahan beton selama campuran cor beton dituang untuk dibentuk sesuai
dengan perencanaan yang mana cetakan tersebut akan dilepas atau dibongkar
apabila beton yang dituang telah mencapai tingkat kekuatan yang cukup.
Selanjutnya menurut Trijeti (2011), bahan bekisting dikatakan baik apabila dapat
memenuhi beberapa persyaratan yaitu :
1. Tidak bocor dan menyerap air dalam campuran beton
2. Bekisting yang digunakan harus memiliki tekstur yang diinginkan,
kekuatan bekisting harus diperhitungkan dan ukuran atau dimensi harus
sesuai dengan perencanaan.
19
tersebut, dari segi biaya pelat lantai menggunakan bekisting bondek lebih mahal
10% dari pada pelat lantai menggunakan bekisting multipleks, tetapi dari segi
waktu pelaksanaan dan metode pekerjaan pelat lantai menggunakan bekisting
bondek jauh lebih cepat dan lebih mudah dikerjakan. Selain itu hasil penelitian
lain yang dilakukan oleh (Sari Utama Dewi, Widya Pusmila, 2018) tentang
analisis struktur pelat lantai beton konvensional dan pelat lantai bondek dan
didapatkan hasil bahwa pekerjaan pelat lantai beton konvensional lebih murah
dibandingkan pelat lantai bondek, pelat bondek lebih cepat dalam waktu
pelaksanaannya dibandingkan pelat beton konvensional.
Berdasarkan penelitian-penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa pelat
bondek lebih cepat dalam waktu pelaksanaannya dibandingkan pelat beton
konvensional. Namun dari segi biaya, berdasarkan tiga penelitian diatas
menyatakan bahwa pelat lantai bondek lebih murah dari pelat beton konvensional,
dan dua penelitian lainnya menyatakan bahwa pelat beton konvonsional lebih
murah dari pada pelat lantai bondek.
Dari bagan diatas dapat dijelaskan bahwa pekerjaan pelat lantai bondek
dan pekerjaan pelat beton konvensional itu adalah variabel bebas (variabel X), dan
biaya dan waktu merupakan variabel terikat (variabel Y). Disini biaya dan waktu
bisa dipengaruhi oleh pelat lantai bondek ataupun pelat beton konvensional.
Seperti yang dijelaskan oleh Messah,Y.A (2013), bahwa lamanya waktu
penyelesaian proyek berpengaruh besar dengan pertambahan biaya proyek secara
keseluruhan.
F.10 Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban atau dugaan sementara terhadap masalah
penelitian yang akan diuji kebenarannya. Berikut adalah jawaban sementara dari
pertanyaan yang terdapat pada rumusan masalah. Berdasarkan penelitian yang
telah dilakukan sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian ini, maka penulis
mengemukakan hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1 Diduga biaya pengerjaan pelat lantai bondek lebih murah atau bisa jadi
lebih mahal dari pelat beton konvensional,begitu juga sebaliknya.
2 Diduga waktu yang dibutuhkan pada pekerjaan pelat lantai bondek lebih
cepat dibandingkan dengan pelat lantai beton konvensional.
3 Diduga pelat lantai bondek lebih efisien dari segi biaya dan waktu.
G. Metode penelitian
G.1 Lokasi penelitian
Tempat dilaksanakannya proyek akhir ini adalah pada proyek
pembangunan showroom dan workshop BMW, yang berlokasi dijalan Soekarno
Hatta, Pekanbaru, Riau.
Adapun site existing Proyek Pembangunan Showroom dan Workshop
BMW Kota Pekanbaru dapat dilihat pada Gambar G.1.
22
3. Studi literature
Dengan membaca dan memahami beberapa literatur atau buku-buku
dan dokumen yang akan diperlukan yang berhubungan dengan pelat lantai
bondek, RAB, AHSP, dan pelat lantai beton konvensional.
4. Dokumentasi
Melampirkan foto-foto sebagai bahan dokumentasi tahapan pekerjaan
pelat lantai bondek pada proyek pembangunan showroom dan workshop
BMW Pekanbaru.
3. Tahap perencanaan atau pengolahan data
Setelah mendapatkan data-data yang diperlukan, kemudian diolah untuk
mendapatkan
a. Gambar denah rencana
b. Gambar kerja
c. Volume pekerjaan
d. Rencana anggaran biaya (RAB)
e. Waktu pelaksanaan pekerjaan pelat lantai
4. Analisis biaya dan waktu pekerjaan
Dalam penelitian ini penulis akan membahas tentang analisis biaya dan
analisis waktu pada pekerjaan pelat lantai bondek dan pelat beton
konvensional.
- Analisis biaya
Analisis biaya dibutuhkan untuk mengetahui besarnya biaya yang
diperlukan pada masing-masing metode dalam pelaksanaan sebuah
proyek. Disini penulis akan menganalisis dan membandingkan diantara
dua metode pekerjaan pelat lantai yaitu pelat lantai bondek dan pelat
beton konvensional, mana yang lebih murah / mahal dari segi biaya.
Analisis biaya ini dilakukan dengan menghitung RAB dari pekerjan
pelat lantai bondek dengan pelat beton konvensional.
- Analisis waktu
Analisis waktu dibutuhkan untuk mengetahui waktu yang diperlukan
untuk pelaksanaan masing-masing pekerjaan. Disini penulis akan
25
Mulai
Studi literatur
Pengumpulan data :
1. Gambar denah lantai
2. Harga satuan upah dan bahan (survey)
Perhitungan :
a. Volume pekerjaan
b. Analisa harga satuan pekerjaan
c. RAB
d. Analisis waktu pekerjaan
Selesai
Gambar G.2 Bagan alur penelitian