Disusun Oleh :
Miftah Farid F 111 17 053
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2021
i
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Kerja Praktek ini diajukan untuk melengkapi dan memenuhi sebagian dari
syarat-syarat guna menyelesaikan Program Studi Strata Satu (S1) Teknik Sipil pada
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Tadulako
Dr. Ir. Arief Setiawan, ST, MT Ir. Adnan Fadjar, ST, M.Eng, Sc
Nip. 19750621 200312 1 003 Nip. 19670529 199512 1 001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Strata Satu (S1)
Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Tadulako
ii
KATA PENGANTAR
Salam Sejahtera,
Syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, oleh karena berkat dan
rahmat-Nya sehingga kami dapat melaksanakan kerja praktek serta menyusun laporan hasil
kerja praktek ini.
Kerja praktek merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Program
Studi S1 Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Tadulako. Dengan harapan bahwa
mahasiswa dapat membekali diri dan memperoleh pengalaman profesi yang dapat
menambah pengetahuan tentang bidang keteknikan.
Penyusunan laporan ini dapat terselesaikan atas bantuan dari berbagai pihak. Karena
itu melalui kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati kami haturkan terima kasih
kepada :
1. Bapak Dr. Eng. Ir. Andi Rusdin, ST.,MT.,M.Sc,IPM selaku Dekan Fakultas Teknik
UNTAD.
2. Bapak Ir.Andi Arham Adam, ST.,M.Sc.,Ph.D selaku Wakil Dekan I Fakultas
Teknik UNTAD.
3. Bapak Dr. Ir. Tutang M. Kamaludin, ST, M.Si, selaku Wakil Dekan II Fakultas
Teknik UNTAD.
4. Bapak Dr.Rusli, ST, MT, selaku Wakil Dekan III Fakultas Teknik UNTAD.
5. Bapak Dr. Kusnindar Abd. Chauff, ST, MT, selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Tadulako.
6. Ibu Dr. Sriyati Ramadhani, ST, MT, selaku Ketua Program Studi S1 Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Tadulako.
7. Bapak Dr. Ir. Arief Setiawan, ST, MT dan bapak Ir. Adnan Fadjar, ST, M.Eng, Sc
selaku Dosen Pembimbing Kerja Praktek.
8. PT. BRANTAS ABIPRAYA (Persero) sebagai Kontraktor Pelaksana Proyek
Pembangunan Infrastruktur Pemukiman Kawasan Pombewe Kabupaten Sigi.
9. Bapak Kukuh Abdi Krisnandoyo selaku Project Manager PT.Brantas ABIPRAYA
(Persero) Proyek Pembangunan Infrastruktur Pumikiman Kawasan Pombewe
Kabupaten Sigi.
iii
10. Mas Reyhan, Mas Jeje , Mas Sofyan, Mas Reza , Mas Aji, Mas Ardi, Mas
Pupung, Mbak Rahma, Mbak Delvi, Mas Herman, Mas Robi, Mas Aga, Mas Ipin,
Kak Yusril, Kak Reza, Kak Erik, Pak Fandi, sebagai pihak-pihak yang telah
membimbing kami selama proses KP.
11. Bapak dan Ibu Staf Tata Usaha Fakultas Teknik Universitas Tadulako.
12. Seluruh Dosen selaku Staf Pengajar Fakultas Teknik Universitas Tadulako.
13. Keluarga tercinta yang memberikan berbagai dorongan baik mental maupun material
dalam pelaksanaan serta penyusunan laporan Kerja Praktek ini.
14. Serta teman-teman kami seangkatan S1 Teknik Sipil “17” .
Untuk menuju kesempurnaan, harus melalui proses pembelajaran. Perubahan,
kemajuan dan perkembangan akan terus terjadi. Namun penyusun menyadari bahwa masih
terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan laporan ini untuk itu kami mengharapkan
adanya kritik dan saran untuk laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita
semua. Aamiin.
Palu, 2021
Penyusun
iv
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ........................................................................................I - 1
1.2. Tujuan Kerja Praktek...............................................................................I - 2
1.3. Ruang Lingkup Pekerjaan .......................................................................I - 2
1.4. Metode Penulisan ....................................................................................I - 2
v
2.4.2 Tenaga Ahli ....................................................................................II - 9
2.4.3 Unit Keuangan Proyek ...................................................................II - 9
2.4.4 Unit Penjamin/Pengendali Mutu ....................................................II - 9
2.4.5 Unit Administrasi ...........................................................................II - 10
2.4.6 Quality Control ...............................................................................II - 10
2.4.7 Drafter ............................................................................................II - 10
vi
BAB IV TEKNIS PELAKSAAN PEKERJAAN DI LAPANGAN
4.1. Pekerjaan Persiapan ................................................................................IV - 1
4.2. Pekerjaan Lapis Fondasi Bawah (LFB) dan Lapis Fondasi Atas (LFA). IV - 1
4.2.1 Pekerjaan Persiapan .................................................................... IV - 1
4.2.2 Pelaksanaan Pekerjaan LFB dan LFA Pada Saat di Lapangan
dan alat yang Digunakan ............................................................. IV - 1
4.2.3 Pengendalian Mutu Pekerjaan LFB dan LFA ............................. IV - 3
4.3 Asphalt Mixing Plants (AMP) .................................................................IV- 4
4.3.1 Proses Produksi .............................................................................IV - 5
4.4 Jarak Tempuh ampuran Aspal dari AMP ke Lokasi Proyek ...................IV - 8
4.4.1 Waktu, Tempat dan Suhu Campuran Aspal ............................... ..IV - 8
4.5 Pekerjaan Perkerasan Aspal ................................................................. ..IV - 8
4.5.1 Pekerjaan Persiapan........................................................................IV - 8
4.5.2 Pelaksanaan Pekerjaan Perkerasan Aspal Pada Saat di Lapangan
dan Alat Yang Digunakan .............................................................IV - 9
4.6 Pengendalian Mutu Akhir……...…...…...………...……........………...IV- 13
4.6.1 Tes Lapangan (Core Drill) ……...…...….....................................IV - 14
4.7 Perbandingan Teori dengan Pelaksanaan di Lapangan..........................IV - 15
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan..............................................................................................V - 1
5.2. Saran ........................................................................................................V - 2
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
Gambar 4.7 Sketsa AMP.................................................................................................IV-5
Gambar 4.8 Peta Jarak Tempuh AMP ke Lokasi Proyek ...............................................IV-8
Gambar 4.9 Proses Alat Berat Yang Digunakan Saat Pekerjaan Perkerasan Aspal .......IV-9
Gambar 4.10 Pekerjaan Pembersihan Badan jalan .........................................................IV-10
Gambar 4.11 Pekerjaan Penyemprotan Lapis Perekat prime coats ................................IV-11
Gambar 4.12 Proses Penuangan Campuran AC-WC ke Dalam Bucket Finisher ...........IV-12
Gambar 4.13 Pekerjaan Core Drill..................................................................................IV-14
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR ISTILAH
Istilah Keterangan
AASHTO : American Association of State Highway and Transportation Official
AC : Asphaltic Concrete
AC - BC : Asphaltic Concrete – Binder Course
AC - WC : Asphaltic Concrete - wearing Course
AC - Base : Asphaltic Concrete – Base
AMP : Asphalt Mixing Plants
A TB : Asphalt Treated Base
A TPB : Asphlat Treated Permeabel Base
APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
CBR : California Bearing Ratio
CM : Construction Manager
Co : Company
DGEM : Dense Graded Emulsion Mixes
Field Co : Field Company
HRS : Hot Rolled Sheet
HRSS : Hot Rolled Sand Sheet
JMF : Job Mix Formula
K3 : Kesehatan Keselamatan Kerja
LFA : Lapis Fondasi Atas
LFB : Lapis Fondasi Bawah
MEP : Mechanical Electrical Plumbing
MK : Manajer Konstruksi
OGEM : Open Graded Emulsion Mixes
PERSERO : Perseroan Terbatas Negara
PIMPRO : Pimpinan Proyek
PIMBAGRO : Pimpinan Bagian Proyek
PPK : Pejabat Pembuat Komitmen
PU : Pekerjaan Umum
QC : Quality Control
RPMK : Rencana Mutu Pekerjaan Konstruksi
xi
SDM : Sumber Daya Manusia
SPMK : Surat Perintah Mulai Kerja
STA : Station
TMC : Traffic Management Center
VIM : Void in Mix
VMA : Void in Mineral Agreggate
VO : Variation Order
xii
BAB I
PENDAHULUAN
I-1
1.2 Tujuan Kerja Praktek
Adapun maksud dari laporan kerja praktek ini adalah untuk mendapatkan
gambaran pada bidang kontruksi jalan raya khususnya pada pelaksanaan agregat
kelas A sebagai Lapis Fondasi Atas (LFA), Lapis Fondasi Bawah (LFB) dan AC-
WC sebagai lapis permukaan pada pekerjaan jalan hunian kawasan pemukiman
Pombewe Kabupaten Sigi sebagai struktur perkerasan. Adapun tujuan dari laporan
kerja praktek ini adalah :
1. Agar mahasiswa dapat membandingkan antara kenyataan pelaksanaan
pekerjaan yang ada di lapangan dengan teori yang relevan.
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui metode pengerjaan yang dilakukan selama
masa kerja praktek saat berada di lapangan.
I-2
3. Metode studi literatur dengan mengambil acuan dari literatur yang terkait dan
menjadi bahan perbandingan antara teori yang didapatkan dengan pelaksanaan di
lapangan.
4. Dokumentasi, yaitu pengambilan gambar hasil pengamatan di lapangan dengan
cara memotret dan Video.
I-3
BAB II
GAMBARAN UMUM PROYEK
II - 1
2.1.2 Lokasi Proyek
Proyek pekerjaan Pembangunan Infrastruktur Kawasan Pombewe Kabupaten
Sigi, dengan panjang total jalan rencana sekitar 16,800 KM dan khusus untuk jalan
utama ruas 3 sepanjang 760 meter.
Ruas 3
II - 2
2.2 Struktur Organisasi Proyek Dinas Pekerjaan Umum
Secara garis besar unsur-unsur pengelola proyek yang terlibat di dalam
sebuah proyek adalah sebagai berikut :
PIMPRO
PIMBAGRO
II - 3
b. Menyelenggarakan kas proyek yang diserahkan kepada (menerima, menyimpan
dan pembayaran) sesuai ketentuan yang berlaku.
6. Pembantu Pengawas Lapangan
Membantu pengawas lapangan selama pekerjaan berlangsung, dan
menggantikan tugas-tugas pengawas lapangan apabila tidak berada di lapangan.
7. Pengamat
Melaksanakan pengamatan setiap hari di lokasi pekerjaan.
8. Pembantu Pengamat
Membantu pengamat selama pekerjaan berlangsung, dan menggantikan tugas-
tugas pengamat apabila tidak berada di lapangan.
2.3 Struktur Organisasi Konsultan
Struktur organisasi personil TMC-CERC PT. Yodya Karya (PERSERO)
Team Leader
Ir. Yauri Razak., MT
Co Team Leader
Ir. Abdul Rahman Suyuti., MM
Structural Engineer :
Architects Engineer :
Ardyan Arsyad., ST
MEP :
Abd. Aziz., ST
Inspector 1 :
Inspector 2 :
Jahruddin
Inspector 3 :
Khartolino, ST
Inspector 4 :
Eric Darawia, ST
Inspector 5 :
Jamaluddin, ST
Quality Surveyor :
Reza Muliadi, ST
Tenaga K3 :
Miftahul Mubaraq, SKM
Tenaga Administrasi :
II - 4
2.3.1 Team Leader dan Co Team leader
Team leader adalah posisi yang memiliki tanggung jawab penuh dalam suatu
kelompok atau organisasi yang memiliki tugas sebagai pemberi instruksi, arahan serta
kepemimpinan bagi tim dalam mencapai suatu tujuan bersama maupun tujuan
perusahaan.
Co team leader yang berperan membantu team leader yang menyelesaikan atau
memenuhi tugas yang sudah di susun atau di rencanakan dari team leader.
1. Tugas dan Tanggung Jawab
a) Membuat schedule kegiatan atau jadwal kegiatan pekerjaan.
b) Memonitor atau memantau progress pekerjaan yang dilakukan tenaga ahli.
c) Bertanggung jawab dalam melaksanakan supervisi langsung dan tidak
langsung kepada semua karyawan yang berada di bawah tanggung
jawabnya, antara lain memberikan pelatihan kepada karyawan agar dapat
mencapai tingkat batas minimum kemampuan yang diperlukan bagi
teamnya dan dapat menerapkan sikap disiplin kepada karyawan sesuai
dengan peraturan yang berlaku di perusahaan.
d) Bertanggung jawab dalam melaksanakan koordinasi dalam membina kerja sama
team yang solid.
e) Bertanggung jawab dalam mencapai suatu target pekerjaan yang telah
ditetapkan dan sesuai dengan aturan.
f) Mengkoordinir seluruh aktifitas Tim dalam mengelola seluruh
kegiatan baik dilapangan maupun dikantor.
g) Bertanggung jawab terhadap Pemberi Pekerjaan yang berkaitan terhadap
kegiatan tim pelaksana pekerjaan.
h) Membimbing dan Mengarahkan anggota team dalam mempersiapkan
semua laporan yang diperlukan.
i) Melakukan pengecekan hasil pekerjaan yang telah dilaksanakan.
j) Melaksanakan presentasi dengan direksi pekerjaan dan instansi terkait.
2.3.2 Tenaga Administrasi
Tenaga administrasi adalah sebagai salah satu peranan posisi yang menunjang
kinerja proyek dari segi administrative.
II - 5
1. Tugas
a. Melakukan proses data entry.
b. Melakukan sesi dokumentasi.
c. Menjaga dan mengecek inventory kantor.
d. Mengecek biaya operasional dan membuat reiburstment ke pusat.
e. Membuat surat jalan.
f. Membuat data absensi dan lembur.
g. Membuat laporan mingguan/bulanan.
h. Merapikan dokumen dan membuat salinan dari tiap dokumen yang ada.
2. Tanggung Jawab
a. Memastikan semua data proyek diinput ke komputer.
b. Memastikan dokumentasi dari kegiatan proyek berjalan dengan baik dan
lancar.
c. Memastikan semua inventory kantor terjaga dengan baik.
d. Memastikan semua reimburstment / klaim ke kantor pusat terorganisir.
secara faktual.
e. Memastikan dokumentasi surat jalan berjalan dengan lancar.
f. Memastikan laporan absensi dan lembur ada.
g. Memastikan kalau laporan bulanan ada.
h. Memastikan semua dokumen terduplikasi dan terjaga dengan baik.
II - 6
e. Melakukan koordinasi bersama Chief Inspector dalam pengawasan
pelaksanaan Mock Up.
f. Membantu CM dalam menangani VO.
g. Membuat checklist bersama kontraktor dan mengkoordinasikan dengan
Field Co., Engineer dan Construction Manajer.
h. Memastikan semua pekerjaan di lapangan sesuai dengan shop drawing
yang telah disetujui oleh Engineer dan Construction Manager.
i. Berkoordinasi dengan seluruh Inspector dan Engineer yang lain (Sipil,
Arsitektur dan MEP).
j. Bertanggung-jawab terhadap semua hasil pekerjaan di lapangan jika ada
perbedaan pelaksanaan dengan shop drawing yang sudah disetujui oleh
Engineer dan Construction Manager.
k. Melaksanakan tugas-tugas tambahan yang diberikan oleh Contruction
Manager.
2.3.4 Surveyor
Surveyor adalah dapat didefinisikan sebagai pelaku yang bisa melakukan
pengumpulan data dilapangan, dengan melakukan riset, menganalisa dan mengambil
keputusan yang tepat untuk sebuah target akhir yang diembannya berupa seni,
teknologi dan ilmu pengukuran di atas permukan bumi.
1. Tugas dan Tanggung Jawab
a. Melaksanakan kegiatan survei dan pengukuran, diantaranya pengukuran
topografi lapangan dan penentuan koordinat bangunan.
b. Melakukan plotting site plan di lokasi pekerjaan untuk menentukan benchmark,
center line, titik elevasi tanah asli dari border line.
c. Menentukan titik elevasi kedalaman galian pondasi serta lantai basement, agar
proses galian dan urugan tanah sesuai dengan perencanaan konstruksi.
d. Membuat titik as bangunan sesuai dengan jarak dan sudut datar yang telah
dihitung untuk mencari lokasi titik tiang pancang dan pile cap.
e. Mengawasi pelaksanaan staking out, penetapan elevasi/level, as, vertikal dan
horizontal. sesuai dengan gambar rencana.
f. Melaporkan dan bertanggung jawab hasil pekerjaannya kepada kepala
proyek.
II - 7
g. Membuat daftar alat ukur dan merawat alat ukur optic beserta perlengkapannnya.
h. Mengkoordinir dan mengawasi penggunaan alat-alat ukur.
2.4 Sturktur Organisasi Kontraktor
II - 8
2. Tanggung Jawab
a. Bertanggung jawab atas kelancaran proyek dari awal hingga akhir
b. Bertanggung jawab atas pelaksanaan tertib administrasi internal, data
material dan peralatan, data keuangan, penagihan dan pendukungya.
c. Bertanggung jawab atas pengendalian mutu hasil pekerjaan proyek.
2.4.2 Tenaga Ahli
Tenaga ahli memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:
1. Tugas
a. Merencanakan metode pelaksanaan, pemeriksaan dan pengujian terkait mutu
pekerjaan; dan
b. Melaksanakan pekerjaan konstruksi sesuai dengan sasaran mutu, biaya, waktu,
dan keselamatan konstruksi dan lingkungan kerja.
c. Memimpin langsung kegiatan tenaga kerja dan subkontraktor
2. Tanggung Jawab
a. Bertanggung jawab atas integritas teknis untuk proyek yang sedang
ditangani.
b. Bertanggung jawab agar kinerja produk dari proyek yang di inginkan pemilik
dapat dipenuhi.
c. Bertanggung jawab atas hasil pekerjaan.
II - 9
3. Berkoordinasi dengan direksi lapangan/konsultan MK terkait dengan rencana
pemeriksaan dan pengujian serta prosedur pengendalian mutu;
4. Melakukan audit internal atas kesesuaian pelaksanaan pekerjaan yang dilaksanakan
tim konstruksi dan kesesuaian pelaksanaan pemeriksaan dan pengujian yang
dilakukan tim pengendali mutu;
5. Menyusun Rencana Mutu Pekerjaan Konstruksi (RMPK).
II - 10
II - 1
II - 2
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Pekerjaan Tanah
3.1.1 Definisi Tanah
Tanah merupakan dasar suatu struktur atau konstruksi, baik itu konstruksi
bangunan gedung, konstruksi jalan, maupun konstruksi yang lainnya. Jadi seorang
ahli teknik sipil harus juga mempelajari sifat-sifat dasar dari tanah, seperti asal
usulnya, penyebaran ukuran butiran, kemampuan mengalirkan air, sifat
pemampatan bila dibebani (compressibility), kekuatan geser, kapasitas daya
dukung terhadap beban dan lain-lain.
Dalam pengertian teknik, tanah adalah akumulasi partikel mineral yang
tersementasi (terikat secara kimia) satu sama lain yang terbentuk akibat pelapukan
dari batuan. Proses penghancuran dalam pembentukan tanah dari batuan terjadi
secara fisis dan kimiawi. Secara fisis dapat diakibatkan dengan erosi oleh air,
angin atau perpecahan akibat pembekuan dan pencairan es dalam batuan.
Sedangkan cara kimiawi, mineral batuan induk diubah menjadi mineral-mineral
baru melalui reaksi kimia. Air dan karbon dioksida dari udara membentuk asam-
asam karbon yang kemudian bereaksi dengan mineral-mineral batuan dan
membentuk mineral-mineral baru ditambah garam-garam terlarut. Akibat dari
pembentukan tanah secara kimiawi, maka tanah mempunyai struktur dan sifat-
sifat yang berbeda (Das, 1985). Dalam ilmu mekanika tanah yang disebut “tanah”
ialah semua endapan alam yang berhubungan dengan teknik sipil, kecuali batuan
tetap. Batuan tetap menjadi ilmu tersendiri yaitu mekanika batuan (rock
mechanics). Endapan alam tersebut mencakup semua bahan, dari tanah lempung
(clay) sampai berangkal (boulder).
III - 1
3.1.2 Pekerjaan Galian Tanah
Pengertian perkerjaan galian tanah adalah pekerjaan yang dilaksanakan
dengan membuat lubang di tanah membentuk pola tertentu untuk keperluan
fondasi bangunan. Galian tanah yang dibuat harus dilakukan sesuai perencanaan
dan mencapai lapisan tanah yang keras. Jika dibutuhkan, tanah tersebut juga perlu
dipadatkan agar kondisinya lebih kokoh serta mampu menahan beban bangunan
dengan baik.
Pekerjaan ini umumnya diperlukan untuk pembuatan saluran air dan
selokan, untuk formasi galian atau fondasi pipa, gorong-gorong, pembuangan atau
struktur lainnya, untuk pembuangan bahan yang tak terpakai dan tanah humus,
untuk pekerjaan stabilisasi lereng dan pembuangan bahan longsoran, untuk galian
bahan konstruksi dan pembuangan sisa bahan galian, untuk pengupasan dan
pembuangan bahan perkerasan beraspal pada perkerasan lama, dan umumnya
untuk pembentukan profil dan penampang badan jalan.
Pekerjaan galian dapat berupa :
• Galian Biasa
• Galian Batu
• Galian Struktur
• Galian Perkerasan Beraspal
III - 2
3.2 Pekerjaan Jalan
3.2.1 Pengertian Jalan
Disebutkan dalam Undang-undang No. 38 tahun 2004 tentang Jalan
dinyatakan bahwa : Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala
bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang
diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas
permukaan tanah, di bawah permukaan tanah atau air, serta di atas permukaan air,
kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel.
III - 3
Lapis Permukaan
Lapis Fondasi Atas
Lapis Fondasi Bawah
Tanah Dasar
Lapis Permukaan
III - 4
3.2.3 Fungsi Lapis Perkerasan
Adapun fungsi dari perkerasan yang berlapis-lapis agar perkerasan
mempunyai daya dukung dan keawetan yang memadai, tetapi tetap ekonomis.
Lapis paling atas disebut sebagai lapis permukaan, merupakan lapisan yang paling
baik mutunya di bawahnya terdapat lapis fondasi, yang diletakkan di atas tanah
dasar yang telah dipadatkan.
1. Lapis Permukaan
Lapis permukaan adalah bagian perkerasan yang paling atas. Fungsi lapis
permukaan dapat meliputi (Ellyn,dkk.2018) :
a. Struktural
Ikut mendukung dan menyebarkan beban kendaraan yang diterima oleh
perkerasan, baik beban vertikal maupun beban horizontal (gaya geser).
Untuk hal ini persyaratan yang dituntut adalah kuat, kokoh, dan stabil.
b. Non Struktural
1) Lapis kedap air, mencegah masuknya air kedalam lapisan perkerasan
yang ada di bawahnya.
2) Menyediakan permukaan yang tetap rata, agar kendaraan dapat
berjalan dan memperoleh kenyamanan yang cukup.
3) Membentuk permukaan yang tidak licin, sehingga tersedia koefisien
gerak (skidresistance) yang cukup untuk menjamin tersedianya
III - 5
keamanan lalu lintas.
4) Sebagai lapisan aus, yaitu lapis yang dapat aus yang selanjutnya
dapat diganti lagi dengan yang baru.
III - 6
i. Lapisan tipis aspal pasir (Latasir)
III - 7
Tabel 3.2 Takaran Pemakaian Lapis Perekat
Takaran (liter per meter persegi) pada
Permukaan Baru atau Permukaan
Permukan Porous dan
Jenis Aspal Aspal atau Beton Lama Berbahan
Terekpos Cuaca
Yang Licin Pengikat Semen
c. Suhu penyemprotan
Suhu penyemprotan harus memenuhi persyaratan di bawah ini:
Tabel 3.3 Temperatur Penyemprotan
Jenis Aspal Rentang Suhu Penyemprotan
Aspal cair, 25-30 pph minyak tanah 110 ± 10 ºC
Aspal cair, 80-85 pph minyak
45 ± 10 ºC
tanah(MC-30)
Aspal emulsi, emulsi modifikasi atau
Tidak dipanaskan
aspal emulsi yang diencerkan
Sumber : Spesifikasi Umum 2010 Rev 3 Kementrian Pekerjaan Umum Direktorat
Jendral Bina Marga
III - 8
a. Bagian perkerasan yang menahan gaya lintang dari beban roda dan
menyebarkan beban ke lapisan dibawahnya.
b. Bantalan terhadap lapisan permukaan.
Bahan-bahan untuk lapis fondasi atas ini harus cukup kuat dan awet
sehingga dapat menahan beban-beban roda, seperti batu pecah, kerikil,
stabilitas tanah.
Dalam penentuan bahan lapis fondasi ini perlu dipertimbangkan beberapa
hal antara lain:
a. Kecukupan bahan setempat
b. Harga
c. Volume pekerjaan
d. Jarak angkut bahan ke lapangan.
Jenis lapisan fondasi atas yang umum digunakan di Indonesia antara lain :
a. Agregat bergradasi baik
1) Batu pecah kelas A
2) Batu pecah kelas B
3) Batu pecah kelas C
b. Fondasi Macadam
c. Fondasi Telford
d. Penetrasi Macadam (lapen)
e. Aspal beton fondasi
f. Stabilitas yang terdiri dari :
1) Stabilitas agregat dengan semen.
2) Stabilitas agregat dengan kapur.
3) Stabilitas agregat dengan aspal.
Material yang umum digunakan di Indonesia untuk lapisan fondasi atas sesuai
dengan jenis konstruksinya adalah :
a. Tanah campur semen (soil cement base).
b. Agregat kelas A (sistem fondasi agregat).
c. Kerikil (fondasi macadam).
III - 9
4. Lapis Fondasi Bawah (Sub base Course)
Lapis fondasi bawah adalah bagian perkerasan yang terletak antara
lapisan fondasi dan tanah dasar. Lapis fondasi bawah ini berfungsi sebagai :
a. Bagian dari konstruksi perkerasan untuk menyebarkan beban roda ketanah
dasar.
b. Lapis peresapan, agar air tanah tidak berkumpul di fondasi.
c. Lapisan untuk mencegah partikel-partikel halus dari tanah dasar naik
kelapis fondasi atas.
d. Lapis pelindung lapisan tanah dasar dari beban roda-roda alat berat(akibat
lemahnya daya dukung tanah dasar) pada awal-awal pelaksanaan
pekerjaan.
Jenis lapisan fondasi bawah yang umum dipergunakan di Indonesia antaralain
:
a. Agregat bergradasi baik
1) Sirtu/pitrun kelas A
2) Sirtu/pitrun kelas B
3) Sirtu/pirtun kelas C
b. Stabilisasi
1) Stabilisasi agregat dengan semen
2) Stabilisasi agregat dengan kapur
3) Stabilisasi tanah dengan semen
4) Stabilisasi tanah dengan kapur
Material yang umum digunakan untuk lapisan fondasi bawah sesuai
dengan jenis konstruksinya adalah :
a. Batu belah dengan balas pasir (sistem telford).
b. Tanah campur semen (soil cement base).
c. Agregat kelas B (sistem fondasi agregat).
III - 10
timbunan badan jalan setebal 30 cm, yang mempunyai persyaratan tertentu
sesuai fungsinya, yaitu yang berkenaan dengan kepadatan dan daya
dukungnya (CBR). Lapisan tanah dasar dapat berupa tanah asli yang
dipadatkan jika tanah aslinya baik, atau tanah urugan yang didatangkan dari
tempat lain atau tanah yang distabilisasi dan lain-lain.
Ditinjau dari muka tanah asli, maka lapisan tanah dasar dibedakan atas :
a. Lapisan tanah dasar, tanah galian.
b. Lapisan tanah dasar, tanah urugan.
c. Lapisan tanah dasar, tanah asli.
Tanah dasar ini dapat terbentuk dari tanah asli yang dipadatkan (pada
daerah galian) ataupun tanah timbunan yang dipadatkan (pada daerah
urugan). Mengenai persyaratan teknik untuk material tanah sebagai
pembentuk tanah dasar ini sebagai berikut :
a. Bukan tanah organis.
b. Sebaiknya tidak termasuk tanah yang plastisitasnya tinggi yang
diklafisikasikan sebagai A-7-6 adalah kelompok tanah lempung yang
lebih bersifat plastis, tanah ini mempunyai sifat perubahan yang cukup
besar dalam klafisikasi ASHTO atau sebagai lempung berplastisitas
tinggi, CH (batas cair > 50 %) dalam sistem klasifikasi unified.
c. Bahan yang mempunyai plastisitas tinggi hanya boleh digunakan pada
daerah/lapisan dibawah 80 cm dari tanah dasar ataupun pada bagian
dasar dari urugan. Ataupun urugan kembali yang tidak memerlukan daya
dukung yang tinggi.
III - 11
d. Memiliki harga CBR tidak kurang dari 6% setelah perendaman 4 hari dan
dipadatkan 100% dari kepadatan kering maximum.
e. Persyaratan kepadatan :
1. Harus dipadatkan sampai dengan 95% dari kepadatan kering
maksimum pada lapisan 30 cm ke bawah dari subgrade (Proctor
standar).
2. 30 cm ke atas harus dipadatkan 100% dari kepadatan kering
maksimum (Proctor standar).
Penggunaan tanah sebagai bahan untuk pembuatan jalan umumnya
hanya terbatas pada penyiapan badan jalan yaitu untuk membentuk lapisan
pendasar pada daerah timbunan ataupun pada daerah yang kondisi tanah
aslinya tidak memenuhi spesifikasi sehingga memerlukan penggantian tanah.
III - 12
sebagai:
1. Bahan pengikat, memberikan ikatan yang kuat antara aspal dan
agregat dan antara aspal itu sendiri.
2. Bahan pengisi, mengisi rongga antara butir-butir agregat dan pori-
pori yang ada pada agregat itu sendiri.
Sehingga aspal yang digunakan harus memiliki syarat-syarat sebagai
berikut:
III - 13
keras dan kompak. Istilah agregat mencakup antara lain batu bulat, batu
pecah, abu batu, dan pasir. Agregat mempunyai peranan yang sangat penting
dalam prasarana transportasi, khususnya dalam hal ini pada perkerasan jalan.
Daya dukung perkerasan jalan ditentukan sebagian besar oleh karakteristik
agregat yang digunakan. Pemilihan agregat yang tepat dan memenuhi
persyaratan akan sangat menentukan dalam keberhasilan pembangunan atau
pemeliharaan jalan. (Manual Pekerjaan Campuran Beraspal Panas, Buku 1:
Petunjuk umum)
Fungsi dari agregat dalam campuran aspal adalah sebagai kerangka yang
memberikan stabilitas campuran jika dilakukan dengan alat pemadat yang
tepat. Agregat sebagai komponen utama atau kerangka dari lapisan perkerasan
jalan yaitu mengandung 90% – 95% agregat berdasarkan persentase beratatau
75% –85% agregat berdasarkan persentase volume (Sukirman, 2003).
Secara umum agregat yang digunakan dalam campuran beraspal dibagi
atas dua fraksi,yaitu :
a. Agregat Kasar
Fraksi agregat kasar untuk rancangan campuran adalah yang tertahan
ayakan No.8 (Ø2,36mm) yang dilakukan secara basah dan harus bersih,
keras, awet dan bebas dari lempung atau bahan yang tidak dikehendaki
lainnya dan memenuhi ketentuan yang diberikan dalam Tabel 3 . 4
berikut ini .
III - 14
Tabel 3.4 Ketentuan Agregat Kasar
Pengujian Standar Nilai
natrium
Kekelan bentuk agregat terhadap sulfat Maks. 12 %
SNI 3407:2008
lautan magnesium
sulfat Maks. 18 %
Campuran AC 100 putaran Maks. 6 %
Abrasi dengan Modifikasi 500 putaran Maks. 30 %
mesin Los Semua jenis 100 putaran SNI 2417:2008 Maks. 8 %
Angeles campuran aspal
bergradasi lainnya 500 putaran Maks. 40 %
Kekuatan agregat terhadap aspal SNI 2439:2011 Maks. 95 %
Butir pecah pada agregat kasar SNI 7619:2012 95/90
Partikel pipih dan lonjong ASTM D4791
Perbandingan 1 : 5 Maks. 10 %
Material lolos ayakan No.200 SNI 03-4142-1996 Maks. 2 %
Sumber : Spesifikasi Umum 2010 Rev 3 Kementrian Pekerjaan Umum Direktorat
Jendral Bina Marga
b. Agregat Halus
Agregat halus dari sumber bahan manapun, harus terdiri dari pasir
atau hasil pengayakan batu pecah dan terdiri dari bahan yang lolos ayakan
No.8 (Ø2,36mm). Agregat halus harus memenuhi ketentuan sebagaimana
ditunjukkan pada Tabel 3.5.
III - 15
1. Untuk memodifikasi agregat halus sehingga berat jenis campuran
meningkat dan jumlah aspal yang diperlukan untuk mengisi rongga
akan berkurang
2. Filler dan aspal secara bersamaan akan membentuk suatu pasta yang
akan membalut dan mengikat agregat halus untuk membentuk
mortar.
3. Mengisi ruang antara agregat halus dan kasar serta menigkatkan
kepadatan dan kestabilan.
3.2.5 Gradasi
Seluruh spesifikasi perkerasan mensyaratkan bahwa partikel agregat harus
berada dalam rentang ukuran tertentu dan untuk masing-masing ukuran partikel
harus dalam proporsi tertentu. Distribusi dari variasi ukuran butir agregat ini
disebut gradasi agregat.
Gradasi agregat mempengaruhi besarnya rongga dalam campuran dan
menentukan work abilitas (sifat mudah dikerjakan ) dan stabilitas campuran.
Untuk menentukan apakah gradasi agregat memenuhi spesifikasi atau tidak,
diperlukan suatu pemahaman bagaimana ukuran partikel dan gradasi agregat
diukur. Gradasi agregat ditentukan oleh analisa saringan, dimana contoh agregat
harus melalui satu set saringan. Ukuran saringan menyatakan ukuran bukaan
jaringan kawatnya dan nomor saringan menyatakan banyaknya bukaan jaringan
kawat per-inch persegi dari saringan tersebut.
Gradasi agregat dapat dibedakan atas:
1. Gradasi seragam (uniform graded)/ gradasi terbuka (open graded)
Gradasi seragam (uniform graded) adalaha agregat dengan ukuran yang
hampir sama/sejenis atau mengandung agregat halus yang sedikit jumlahnya
sehingga tidak dapat mengisi rongga antar agregat.
2. Gradasi rapat (dense graded)
Gradasi rapat, merupakan campuran agregat kasar dan halus dalam porsi
yang seimbang, sehingga dinamakan juga agregat bergradasi baik.
3. Gradasi senjang (gap graded)
Gradasi senjang (gap graded), merupakan campuran yang tidak memenuhi
III - 16
dua kategori diatas. Agregat bergradasi buruk yang umum digunakan untuk
lapisan perkerasan lentur merupakan campuran dengan satu fraksi hilang
atau satu fraksi sedikit.
Tabel 3.6 Gradasi Agregat Gabungan untuk Campuran Aspal
% Berat yang lolos terhadap total agregat dalam campuran
Ukuran
Latasir (SS) Lataston (HRS) Laston (AC)
ayakan
Gradasi senjang Gradasi semi senjang
(mm) Kelas A Kelas B WC BC Base
WC Base WC Base
37.5 100
25 100 90-100
19 100 100 100 100 100 100 100 90-100 76-90
12.5 90-100 90-100 87-100 90-100 90-100 75-90 60-78
9.5 90-100 75-85 65-90 55-88 55-70 77-90 66-82 52-71
4.75 53-69 46-64 35-54
2.36 75-100 50-72 35-55 50-62 32-44 33-53 30-49 23-41
1.18 21-40 18-38 13−30
0.600 35-60 15-35 20-45 15-35 14-30 12−28 10−22
0.300 15-35 5−35 9−22 7−22 6−15
0.150 6−15 5−13 4−10
0.075 10−15 8−13 6−10 2−9 6−10 4−8 4−9 4−8 3−7
Sumber: Spesifikasi Umum 2010 Rev 3 Kementrian Pekerjaan Umum Direktorat Jendral Bina
Marga
Note : Gradasi yang digunakan
III - 17
2. Durabilitas (Keawetan/Daya Tahan)
Durabilitas diperlukan pada lapisan permukaan sehingga lapisan dapat
mampu menahan keausan akibat pengaruh cuaca, air dan perubahan suhu
ataupun keausan akibat gesekan roda kendaraan. Faktor yang mempengaruhi
durabilitas lapis aspal beton adalah:
a. VIM (Void In Mix) kecil sehingga lapis kedap air dan udara tidak masuk
kedalam campuran yang menyebabkan terjadinya oksidasi dan aspal
menjadi rapuh (getas).
b. VMA (Void in Mineral Agreggate) besar sehingga film aspal dapat
dibuat tebal. Jika VMA dan VIM kecil serta kadar aspal tinggi maka
kemungkinan terjadinya bleeding cukup besar, untuk mencapai VMA
yang besar ini digunakan agregat bergradasi senjang.
c. Film (selimut) aspal, film aspal yang tebal dapat menghasilkan lapis aspal
beton yang durabilitas tinggi, tetapi kemungkinan terjadinya bleeding
menjadi besar.
3. Fleksibilitas (Kelenturan)
Fleksibilitas pada lapisan perkerasan adalah kemampuan lapisan
perkerasan untuk dapat mengikuti deformasi yang terjadi akibat beban
lalulintas berulang tanpa timbulnya retak dan perubahan volume. Untuk
mendapatkan fleksibilitas yang tinggi dapat diperoleh dengan:
a. Penggunaan agregat bergradasi senjang sehingga diperoleh VMA yang
besar.
b. Penggunaan aspal lunak (aspal dengan penetrasi yang tinggi).
c. Penggunaan aspal yang cukup banyak sehingga diperoleh VIM yang
kecil.
4. Skid Resistance (Kekesatan)
Tahanan geser adalah kekesatan yang diberikan oleh perkerasan sehingga
kendaraan tidak mengalami slip baik diwaktu hujan (basah) maupun diwaktu
kering. Kekesatan dinyatakan dengan koefisien gesekan antara permukaan
jalan dengan roda kendaraan. Tingginya nilai tahanan geser ini dipengaruhi
oleh:
a. Penggunaan agregat dengan permukaan kasar
III - 18
b. Penggunaan kadar aspal yang tepat sehingga tidak terjadi bleeding.
c. Penggunaana gregat berbentuk kubus.
5. Fatique Resistance (Ketahanan Terhadap Kelelahan)
Ketahanan kelelahan adalah ketahanan dari lapis aspal beton dalam
menerima beban berulang tanpa terjadinya kelelahan yang berupa alur
(rutting) dan retak. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan terhadap
kelelahan adalah:
a. VIM yang tinggi dan kadar aspal yang rendah akan mengakibatkan
kelelahan yang lebih cepat.
b. VMA dan kadar aspal yang tinggi dapat mengakibatkan lapis perkerasan
menjadi fleksibel.
6. Kedap Air (impermeability)
Kemampuan beton aspal untuk tidak dapat dimasuki air ataupun udara
lapisan beton aspal. Air dan udara dapat mengakibatkan percepatan proses
penuaan asapal dan pengelupasan selimut aspal dari permukaan agregat.
7. Workability (KemudahanPelaksanaan)
Kemudahan pelaksanaan adalah mudahnya suatu campuran untuk
dihampar dan dipadatkan sehingga diperoleh hasil yang memenuhi kepadatan
yang diharapkan. Workability ini dipengaruhi oleh gradasi agregat. Agregat
bergradasi baik lebih mudah dilaksanakan dari pada agregat bergradasi lain.
III - 19
3.3.1 Peralatan Penggalian (Exavator)
Alat ini biasa disebut sebagai mesin pengeruk dan merupakan alat berat
yang terdiri dari batang, tongkat, keranjang dan rumah rumah dalam sebuah
wahana putar dan digunakan untuk penggalian (akskavasi). Rumah rumah
diletakan di atas kereta bawah yang dilengkapi Roda rantai atau Roda. Ekskavator
kabel menggunakan winch dan tali besi untuk bergerak. Berikut adalah Fungsi
atau kegunaan dari alat berat ekskavator antara lain adalah :
1) Digunakan untuk menancapkan batan fondasi
2) Dapat digunakan untuk menggali parit, lubang, fondasi bangunan
3) Dapat digunakan untuk pekerjaan kehutanan
4) Dapat digunakan untuk penanganan material
5) Dapat digunakan untuk pengerukan sungai
6) Dapat digunakan untuk pertambangan, terutama pertambangan terbuka
7) Dapat digunakan untuk penghancuran
8) Dapat digunakan untuk perataan tanah
9) Dapat digunakan untuk mengangkut benda berat
III - 20
mengangkut barang semacam pasir, kerikil atau tanah untuk keperluan konstruksi.
dump truk dilengkapi dengan bak terbuka yang dioperasikan dengan bantuan
hidrolik, bagian depan dari bak itu bisa diangkat keatas sehingga memungkinkan
material yang diangkut bisa melorot turun ke tempat yang diinginkan.
III - 21
3.3.4 Peralatan Penyiraman (Water Tank Truck)
Alat ini merupakan kendaraan beroda empat yang memiliki tangki air
dibelakangnya dengan kapasitas tertentu. Tank yang berisi air digunakan untuk
penyiraman pada saat pelaksanaan pemadatan agregat.
III - 22
3.3.6 Peralatan Pengaspalan
1. Compressor
Compressor adalah suatu mesin mekanik yang berfungsi untuk
menampatkan fluida gas atau meningkatkan tekanan udara. Compressor
biasanya menggunakan mesin diesel/mesin bensin atau motor listrik sebagai
tenaga penggeraknya. Udara yang dihasilkan dari compressor mempunyai
tekanan yang berbeda-beda, tergantung dari spesifikasi BAR yang dimiliki
compressor itu sendiri. Udara yang bertekanan itu biasanya digunakan
untuk membersihkan debu pada aspal sebelum dilakukannya penghamparan
tack coat dan prime coat.
III - 23
3.3.7 Peralatan Penghamparan aspal (Asphalt Finisher)
Alat untuk menghamparkan campuran aspal yang dihasilkan dari alat
produksi aspal. Terdapat dua jenis asphalt finisher yaitu crawler yang
menggunakan roda kelabang, dalam hal daya ambang (flotation), traksi, dan
penghamparannya lebih halus serta lebih datar dibandingkan asphalt
finisher yang menggunakan roda karet dengan ukuran sama. Kelebihan
asphalt finisher roda karet adalah dalam hal manuver yang lebih cepat.
III - 24
Gambar 3.14 Tandem Roller.
2. Pemadatan Antara (Pneumatic Tired Roller)
Pemadat roda karet dengan jenis pemadat permukaan, tapi
dapat juga berfungsi dengan prinsip meremas (kneading action).
Pemadat roda karet pada umumnya mempunyai poros ganda (tandem
axle) dengan empat sampai sembilan roda tiap poros. Roda dirancang
sedemikian rupa sehingga roda bagian belakang dapat berjalan dalam
ruang diantara bagian depan. Pemadat karet tidak boleh kelebihan
beban akibat pemberat atau bergerak dengan kecepatan melebihi batas
karena dapat memberikan keausan pada ban. Pneumatic tirred roller
digunakan untuk memadatkan permukaan yang rata dan padat.
Penggunan alat ini umumnya untuk mendapatkan permukaan yang
halus. Alat berat ini digunakan pada penggilasan bahan yang
bergranular, baik digunakan pada penggilasan lapisan hot mix sebagai
“penggilas antara”. Dimana Roda-rodanya dapat bergerak maju dan
dapat pula digetarkan atau digerakkan naik turun untuk memberikan
tumbukan yang kuat.
III - 25
3. Pemadatan Akhir (Tandem Roller)
Pemadatan akhir atau penyelesaian harus dilaksanakan dengan
alat berat pemadat roda baja tanpa penggetar (vibrasi). Bila hamparan
aspal tidak menunjukkan bekas jejak roda pemadatan setelah
pemadatan kedua, pemadatan akhir ini bisa tidak dilakukan asalkan
pemadatan setelah penggilasan kedua cukup memadai. Sebagai
tambahan untuk pemadatan aspal pada daerah super elevasi dilakukan
dengan dimulai dari lajur yang rendah ke lajur yang tinggi.
III - 26
7. Titik leleh aspal (ball and ring test).
8. Penetrasi bahan-bahan aspal.
9. Pengujian aspal emulsi.
10. Marhsall test
III - 27
tersebut dapat ditentukan (Wwet) dan kadar air dari tanah galian itu juga
diketahui, maka berat kering dari tanah (Wdry) dapat dicari dengan
persamaan :
Wdry = Wwet / ( 1+ (w/100))
Dimana : w = kadar air
Setelah lubang tersebut digali (tanah asli ditimbang seluruhnya),
kerucut dengan botol berisi pasir diletakkan diatas lubang itu. Pasir dibiarkan
mengalir keluar dari botol, kerucut, dan sisa pasir dalam botol ditimbang.
Volume dari tanah yang digali dapat ditentukan dengan persamaan sebagai
berikut:
V = (Wch – Wc) / dry
Dimana :
Wch = berat pasir yang megisi kerucut dan lubang pada tanah
Wc = berat pasir yang mengisi kerucut
dry = berat isi kering (pasir)
Tujuan dari pemadatan adalahuntuk memperoleh stabilitas tanah dan
memperbaiki sifat – sifat teknisnya, oleh karena itu, sifat teknis timbunan
sangat penting untuk diperhatikan, tidak hanya kadar air dan berat keringnya.
Pengujian untuk kontrol pemadatan di lapangan dispesifikasikan dan hasilnya
menjadi standar untuk mengontrol suatu proyek. Ada 2 spesifikasi untuk
pekerjaan tanah yaitu :
Spesifikasi dari hasil akhir
Spesifikasi untuk cara pemadatan.
Selain itu tes sand cone bertujuan untuk menentukan derajat
kepadatan lapangan yang didapat dari persentase perbandingan antara berat
isi tanah kering di lapangan (kepadatan kering di lapangan ) dan berat isi
tanah kering pada saat pengujiaan di laboratorium (kepadatan standar).
Pengujian sand cone biasanya digunakan pada perencaanan fondasi atau jalan
raya.
III - 28
Gambar 3.17 Pengujian Sand Cone.
2. Core Drill
Tujuan dari pengujian core drill yaitu untuk menentukan/mengambil
sample perkerasan di lapangan sehingga bisa diketahui tebal perkerasannya
serta untuk mengetahui karakteristik campuran perkerasan. Pemeriksaan ini
dilakukan untuk mengetahui secara tepat susunan struktur dari suatu
konstruksi jalan, jenis perkerasan,prsentase susunan dan untuk memeriksa
perubahan dari struktur jalan. Peralatan yang digunakan antara lain:
1) Mesin core drill
2) Pompa air
3) Alat untuk menutup lubang bekas pekas pengeboran
Langkah – langkah pengujian core drill yaitu :
1. Alat diletakkan pada lapisan perkerasan beton / aspal yang akan diuji
dengan posisi datar.
2. Setelah itu kita sediakan air dengan alat yang ada sistem pompa.
3. Kemudian air dimasukkan ke alat core drill dengan selang kecil pada
tempat yang sudah disediakan pada alat tersebut, sehingga alat tidak
mengalami kerusakn terutama mata bor yang berbentuk silinder selama
proses pengujian.
4. Setelah semua siap kemudian alat dihidupkan dengan menggunakan tali
yang dililitkan pada starter alat dan ditarik.
5. Setelah alat hidup mata bor diturunkan secara perlahan-lahan pada titik
yang telah kita tentukan sampai kedalamantertentu, kemudian setelah
kedalaman tertentu alat dimatikan dan mata bor dinaikkan.
III - 29
6. Kemudian hasil dari pengeboran tersebut diambil dengan menggunakan
penjepit, setelah itu diukur tebal dan dimensinya dan mati sampel tersebut
apakah perkerasan tersebutlayak pakai atau tidak.
Dalam pelaksanaan uji alat core drill perlu diperhatikan kontinuitas
pemakaian air karena jika ada keterlambatan dalam pemberian air pada ujung
mata bor, akan menyebabkan terjadinya kerusakan dari alat tersebut.
3. Pengujian CBR.
CBR adalah perbandingan antara beban penetrasi suatu bahan terhadap
bahan standard dengan kedalaman dan kecepatan penetrasi yang sama. Bila
perkerasan jalan tidak mempunyai kekuatan secukupnya secara keseluruhan,
maka jalan tersebut akan mengalami penurunan dan pergeseran, baik pada
perkerasan jalan maupun pada tanah dasar.jadi untuk menilai kekuatan dasar
atau bahan lain yang hendak dipakai untuk menetukan tebal lapisan
perkerasan digunakan percobaan CBR. CBR juga digunakan untuk
menentukan tebal lapis dari suatu perkerasan.
III - 30
BAB IV
TEKNIS PELAKSANAAN PEKERJAAN DI LAPANGAN
4.2.2 Pelaksanaan Pekerjaan LFB dan LFA Pada Saat di Lapangan dan Alat
Yang Digunakan
Gambar 4.1 Proses Alat Berat Yang Digunakan Saat Pekerjaan Lapis Fondasi
Bawah (LFB) dan Lapis Fondasi Atas (LFA)
Sumber : Hutabarat, 2015
Sebelum material lapis fondasi agregat kelas A dihampar, maka lapisan yang
telah ada yaitu tanah dasar yang mana telah siap dan telah disetujui untuk
melaksanakan pekerjaan berikutnya .
Material lapis fondasi agregat kelas A yang akan digunakan terlebih dahulu di
IV-1
lakukan pencampuran (mix) pada suatu tempat yang disetujui (stock pile) dimana
pencampuran dilaksanakan berdasarkan job mix (mix design) yang ada. Material
lapis fondasi agregat kelas A yang telah disetujui komposisinya, selanjutnya
diangkut ke lokasi pekerjaan menggunakan dump truck. Dump truck akan menuang
LFB pada ruas jalan yang telah disiapkan. Begitupun pada penghamparan LFA
nanti.
Setelah itu LFB ataupun LFA dihampar menggunakan alat Motor Grader,
tebal hamparan sesuai gambar rencana yaitu 15 cm, dilaksanakan selebar rencana
yaitu 8 m. Kelandaian permukaan dilaksanakan sesuai dengan gambar rencana.
Untuk menjamin lapis fondasi agregat kelas A serta menjamin pengaliran air yang
baik, maka penghamparan material lapis fondasi agregat kelas A dimulai sepanjang
garis tengah yang akan dilapisi. Proses penghamparan lapis fondasi bawah maupun
lapis fondasi atas tidak berbeda, sehingga dapat dilihat pada Gambar 4.3.
IV-2
pemadat ditentukan berdasarkan hasil trial compaction yang telah disetujui, sesuai
dengan jenis, tanah dan jenis alat yang dipergunakan, hingga didapatkan kepadatan
yang ingin dicapai dengan nilai CBR minimum 60% untuk LFB dan 90% untuk
LFA . Proses pemadatan dapat di lihat pada Gambar 4.4 di bawah ini.
IV-3
c. Pasang plat pembatas di lokasi yang akan diuji kepadatan kemudian gali
agregat di lokasi yang sudah dipasang plat pembatas sedalam lebih kurang 5
cm s/d 15 cm.
d. Ambil agregat bekas galian sampai bersih dan letakan di dalam lodong/kaleng,
kemudian timbang agregat + lodong/kaleng.
e. Saring agregat tadi dengan saringan 3/4 inch
f. Timbang agregat yang tertahan saringan ¾ inch dalam saringan
g. Ambil agregat yang lolos saringan untuk sampel dan dibawa ke laboratorium
secukupnya
h. Masukan botol uji ke dalam lubang yang telah digali dengan posisi corong
berada dibawah, setelah itu buka kran botol uji dan biarkan pasir otawa sampai
terisi penuh kedalam lubang
i. Setelah terisi penuh tutup kran kemudian botol uji ditimbang
j. Tutup lubang bekas galian dengan agregat yang tersisa
IV-4
Gambar 4.7 Sketsa AMP
Sumber : Saleh, 2015
IV-5
berputar naik keatas di dalam hot elevator agregat dalam mangkuk-mangkuk
kecil tersebut setelah sampai diatas ditumpahkan keatas saringan panas
bergetar untuk dipilah- pilah kembali sesuai dengan ukuran butirannya
semula.
6. Hot Screening Unit ( Unit Ayakan )
Kemudian agregat diayak pada hot screening unit untuk menyaring dan
memisahkan dalam beberapa ukuran.Ukuran screen yang digunaka yaitu:
(3/4),(1/2),(3/8),(8). Pada screening dilengkapi alat bantu yaitu vibrator yang
berfungsi untuk menggetarkan ayakan agar terjadi ayakan yang optimal.
Agregat yang telah disaring/dipisahkan berdasarkan ukurannya kemudian
masuk pada unit hot bin.
7. Hot Bin
Di hot bin agregat panas yang telah lolos dari saringan panas akan
ditampung. Agregat panas yang lolos penyaringan tersebut akan mengisi
tempat masing- masing sesuai dengan fraksi atau ukuran agregatnya.
8. Penimbang agregat
Dari hot bin agregat akan ditimbang jumlah masing-masing agregat
sesuai dengan komposisi yang telah ditentukan, proses penimbangan
dilakukan dengan sistem komputerisasi/otomatis. Sebelum timbangan
digunakan timbangan telebih dahulu dikalibrasi agar hasil timbangan dapat
akurat biasanya timbangan dikalibrasi dengan bobot teringanya 10 kg, ini
dikarenakan berat jenis dari agregat yang terlalu tinggi sehingga timbangan
tidak akan akurat/ tidak dapat membaca apabila agregat yang ditimbang di
bawah 10 kg.
9. Filler Storage (Penampung bahan pengisi)
Filler merupakan salah satu bahan aspal hotmix. Pada filler storage
tersebut disimpan bahan pengisi (filler) sebelum diolah menjadi aspal
hotmix, filler dimuatkan kedalam bin filler secara manual melalui filler
elevator.
10. Tangki Pemanas Aspal
Aspal panas ditimbang sebanyak yang dibutuhkan untuk setiap kali
mencampur (batch) aspal panas hasil timbangan disimpan di dalam
tangki penimbang aspal.
IV-6
11. Tangki Penimbangan Aspal
Pada tangki timbangan aspal untuk mengontrol pemasokan aspal menuju
alat pencampur (pugmill).
12. Mixxer / Pugmill
Proses pencampuran pada mixer adalah proses pencampuran antara
agregat panas, aspal, dan filler dengan suhu ± 1500 cara pengadukan
dilakukan dengan proses pencampuran (pugmill) dilakukan setelah aspal,
agregat dan bahan pengisi (bila perlu) dimasukan ke dalam pencampur
(pugmill). Aspal untuk pencampuran disimpan didalam bak penampung, agar
memperoleh tingkat keenceran yang cukup saat melakukan penyemprotan
dilakukan. Waktu yang diperlukan dalam proses ini sangat singkat untuk
mencegah oksidasi yang berlebih dengan pengadukan antara 30-40 detik
pengadukan dengan kapasitas 1 ton/ 30-40 detik setelah itu agregat yang telah
sehomogen akan dituang langsung ke dalam truk pengankut (dump truck )
dengan cara membuka pintu bukaan yang ada pada bagian bawah mixer
dengan control hidrolik. Campuran aspal beton yang telah keluar dari mixer
ini bersuhu 150-1650C agar menjaga suhu tidak turun secara drastis bak
dump truck akan ditutupi dengan menggunakan terpal dan setiap jamnya
suhunya akan berkurang ±2.5 – 5oC
Tabel 4.1 Komposisi Campuran Job Mix Formula (JMF)
HOT BIN (JMF)
Batu Pecah 3/4'' Ex. Buluri : 11.3 %
Batu Pecah 3/8'' Ex. Buluri : 29.0 %
Abu Batu Ex. Buluri : 53.4 %
Aspal Pen 60/70 : 6.3 %
Jumlah : 100 %
Sumber : Kontraktor Pelaksanan Paket Pekerjaan Jalan Hunian Tetap Pombewe
IV-7
4.4 Jarak Tempuh Campuran Aspal dari AMP ke Lokasi Proyek
Dapat dilihat pada gambar 4.8 lokasi tempuh campuran aspal dari AMP
menuju lokasi proyek yang diambil melalui satelit google earth.
2. Pekerjaan Persiapan
a. Penyiapan shop drawing hingga mendapat approval dari direksi
teknis di lapangan maupun pejabat pembuat komitmen (PPK).
b. Menyiapkan job mix formula dan menyerahkan kepada dari
direksi teknis di lapangan maupun pejabat pembuat komitmen
(PPK) untuk mendapatkan approval.
IV-8
c. Penyiapan peralatan kerja dan tenaga kerja, termasuk kesiapan
AMP.
d. Mengajukan request sheet untuk memulai pekerjaan.
e. Pengukuran dan penempatan garis batas pada lokasi penempatan/
penghamparan laston lapis aus (AC-WC) sesuai dengan jarak –
jarak dan elevasi rencana yang telah ditentukan, yaitu berdasarkan
hasil pengukuran awal yang telah disetujui oleh pejabat pembuat
komitmen (PPK).
f. Pengendalian lalu lintas di area kerja.
4.5.2 Pelaksanaan Pekerjaan Perkerasan Aspal Pada Saat di Lapangan dan
Alat Yang Digunakan
Gambar 4.9 Proses Alat Berat Yang Digunakan Saat Pekerjaan Perkerasan
Aspal
Keterangan Gambar
1. Pembersihan area pekerjaan
Bagian badan jalan harus dibersihkan terlebih dahulu untuk memastikan
tidak adanya kotoran, debuh, dan sampah yang berada di badan jalan.
Dengan menggunakan alat compressor
2. Penyemprotan lapis resap pengikat ( Prime Coat )
Badan jalan disriam dengan prime coat dengan menggunakan hand
sprayer. Lapis resap pengikat berfungsi untuk memberikan daya ikat
antara lapis fondasi atas dengan lapis AC-WC.
3. Pengangkutan material menggunakan dump truck
Campuran AC-WC yang dimuat di dalam dump truck dengan kapasitas
kurang lebih 10 ton lalu di tutup dengan terpal agar suhu tidak turun secara
drastis.
4. Asphalt Finisher
Campuran asphalt dihamparkan menggunakan alat asphalt finisher.
Aspal dihamparkan sesuai dengan elevasi dan tebal rencana.
5. Tandem Roller
Pemadatan awal ini harus dilaksanakan dengan menggunakan alat pemadat
IV-9
roda baja atau tandem roller yang rodanya disiram dengan air.
6. Pneumatic Tire Roller
Pemadatan kedua atau utama harus dilaksanakan dengan alat pemadat roda
karet atau pneumatic tire roller (PTR)
1. Pekerjaan Penghamparan.
Pekerjaan penghamparan dan pemadatan campuran aspal panas,
merupakan pekerjaan yang langkah-langkahnya mesti dilaksanakan
dengan cepat dengan tingkat akurasi yang cukup tinggi, sebab ada batasan
temperatur campuran beraspal yang harus dipenuhi untuk bisa mencapai
hasil pemadatan yang sempurna.
a. Pembersihan area pekerjaan
Sebelum pekerjaan pengaspalan overlay dilaksanakan, bagian badan
jalan harus dibersihkan terlebih dahulu untuk memastikan tidak adanya
kotoran, debuh, dan sampah yang berada di badan jalan. Dengan
menggunakan alat compressor yang berfungsi untuk menempatkan
fluida gas atau meningkatkan tekanan udara. Pembersihan dilakukan
agar kerja prime coat dalam merekatkan lapis aspal baru lebih
maksimal.
IV-10
baik dapat dilihat apabila tidak ada lagi celah pada LFA atau paper
test telah terselimuti dengan rata oleh prime coats. Lapis resap
pengikat berfungsi untuk memberikan daya ikat antara lapis fondasi
atas dengan AC-WC. Bahan lapis resap pengikat adalah aspal emulsi
yang cepat menyerap atau aspal keras dengan penetrasi 80/100 atau
penetrasi 60/70 yang dicairkan 20% Air dan 80% bagian aspal.
IV-11
Gambar 4.12 Proses Penuangan Campuran AC-WC ke Dalam Bucket
Finisher
2. Pekerjaan Pemadatan.
Ada tiga tahapan dalam pemadatan aspal antara lain pemadatan awal
(breakdown rolling), pemadatan antara (intermediate rolling) dan
pemadatan akhir (finishing rolling).
a. Pemadatan awal (Breakdown rolling)
Pemadatan awal dilakukan setelah dump truck menuangkan hotmix ke
dalam asphal finisher kemudian menghamparkan ke badan jalan.
Setelah penghamparan ditunggu beberapa menit untuk menurunkan
suhu aspal, dengan suhu 125-135˚C. Pemadatan awal ini harus
dilaksanakan dengan menggunakan alat pemadat roda baja atau
tandem roller yang rodanya disiram dengan air. Alat pemadat ini harus
dioperasikan mengikuti gerak asphalt finisher. Setiap titik perkerasan
harus menerima minimum 4 lintasan penggilasan awal dengan
kecepatan maksimal 4 km/jam. Pemadatan awal dimulai dari tempat
sambungan memanjang dan kemudian ke tepi luar.
b. Pemadatan kedua (Intermediate rolling)
Pemadatan kedua atau utama harus dilaksanakan dengan alat pemadat
roda karet atau pneumatic tire roller (PTR) sedekat mungkin
dibelakang penggilasan awal dengan kecepatan maksimal 10 km/jam
dengan suhu 110-125˚C. Pemadatan ini harus dimulai dari tempat
sambungan memanjang dan kemudian ke tepi luar.Setiap titik
perkerasan harus menerima minimum 18 lintasan.
c. Pemadatan akhir (Finishing rolling)
IV-12
Pemadatan akhir atau penyelesaian harus dilaksanakan dengan alat
berat tandem roller dengan suhu minimum 95˚C. Bila hamparan
aspal tidak menunjukkan bekas jejak roda pemadatan setelah
pemadatan kedua, pemadatan akhir ini bisa tidak dilakukan
asalkan pemadatan setelah penggilasan kedua cukup memadai.
Sebagai tambahan untuk pemadatan aspal pada daerah super elevasi
dilakukan dengan dimulai dari lajur yang rendah ke lajur yang tinggi.
d. Meghitung volume pekerjaan lapis aus (AC-WC) :
STA Pekerjaan AC-WC (STA. 0+000 – 0+760)
Panjang Pekerjaan AC-WC ( P ) = 760 meter
Lebar Pekerjaan AC-WC ( L ) =8 m
Tebal Pekerjaan AC-WC ( T ) = 4 cm => 0,04 m
Berat jenis aspal AC-WC ( ρ ) = 2,336
Volume Pekerjaan AC-WC ( V ) = P x L x T
= 760 m x 8 m x 0,04 m
= 243,2 m3
e. Meghitung jumlah Dumb Truck pekerjaan lapis aus (AC-WC)
Volume pekerjaan padat =Vx
= 243,2 x 2,336
= 568,12 ton ≈ 568 ton
Waktu pekerjaa = 7 hari
Volume pekerjaan per hari = 568 ton / 7 hari
= 81 ton / hari
Kapasitas DT = 10 ton
IV-13
4.6 Pengendalian Mutu Akhir
4.6.1 Tes lapangan (Core Driil)
Tujuan dari pengujian core drill yaitu untuk menentukan/mengambil sample
perkerasan di lapangan sehingga bisa diketahui tebal perkerasannya serta untuk
mengetahui karakteristik campuran perkerasan. Pemeriksaan ini dilakukan untuk
mengetahui secara tepat susunan struktur dari suatu konstruksi jalan, jenis
perkerasan,prsentase susunan dan untuk memeriksa perubahan dari struktur jalan.
Peralatan yang digunakan antara lain:
1) Mesin core drill
2) Jerigen air
3) Selang air
4) Alat pemadat untuk menutup lubang bekas pengeboran core drill
IV-14
Gambar 4.13 Pekerjaan Core Drill
Mobilisasi Mobilisasi
personil dan personil dan
peralatan peralatan Sesuai
dilakukan secara dilakukan secara
bertahap. bertahap.
Pemasangan Tidak semua
kurangnya
rambu-rambu lalu rambu-rambu
komunikasi
lintas setiap hari peringatan Tidak
antara
saat pekerjaan dipasang saat sesuai
pelaksana
proyek pengerjaan
dan K3
berlangsung.
IV-15
Pengukuran Pengukurun
dilakukan dilakukan
menggunakan menggunakan
meter, dan patok meter, patok serta Sesuai
sebagai penanda di piloks sebagai
setiap stasiun ( penanda disetiap
STA ). stasiun (STA).
2 Lapis Dilakukan Dilakukan menurut
Pondasi menurut kelandaian,
kelandaian, elevasi, sesuai
Sesuai
elevasi, sesuai dengan gambar
dengan gambar rencana.
rencana.
Pekerjaan - Pekerjaan
penyiapan badan penyiapan badan
jalan mencakup jalan mencakup
perataan dengan perataan dengan Seusai
motor grader motor grader
untuk perbaikan untuk perbaikan
bentuk. bentuk.
Material yang Materia yang
digunakan adalah digunakan adalah Sesuai
Agregat Kelas A. agregat kelas A.
Pencampuran Pencampuran
bahan harus bahan dikerjakan
dikerjakan di di lokasi instalasi
lokasi instalasi pemecah batu
pemecah batu, stone crusher. Sesuai
tidak
diperkenankan
mencampur di
lapangan.
Bahan dibawa dari Bahan dibawa dari
instalasi instalasi
pencampur ke pencampur ke
lokasi pekerjaan lokasi pekerjaan Sesuai
menggunakan menggunakan
Dump Truck. Dump Truck.
Campuran Material yang di
material yang di bawa ke lokasi
bawa ke lokasi pekerjaan sesuai
pekerjaan harus dengan campuran Sesuai
sesuai dengan yang disepakati di
kontrak yang telah kontrak
disepakati
Tebal padat Tebal padat
maksimum tidak maksimum adalah
boleh melebihi 15 15 cm.
cm.
IV-16
Pemadatan Pemadatan
dilakukan dengan dilakukan dengan
menggunakan Vibrator Roller.
Sesuai
mesin gilas beroda
karet atau beroda
baja.
Dilakukan Dilakukan
pemadatan dengan pemadatan dengan
mengikat partikel watter tank.
Sesuai
material
menggunakan air
dengan watter tank
Pengendalian mutu Dilakukan
lapis pondasi pengujian
dengan pengujian sandcone dan CBR Sesuai
Sandcone dan CBR
IV-17
Lalu lintas dapat Lalu lintas Tidak
diijinkan lewat 4 melewati jalan dilakukan
jam setelah yang telah Tidak pemasangan
penyemprotan disemprot sesuai rambu
primecoat sebelum "dilarang
4 jam. melintas"
Mempersiapkan Asphalt Finisher di
Asphalt Finisher cek dan di
dan mengatur mobilisasi sebelum
Sesuai
segala yang di digunakan pada
butuhkan untuk pekerjaan.
pengaspalan.
Penghamparan Penghamparan
dilakukan pada dilakukan saat
saat suhu aspal suhu aspal masih Sesuai
masih diatas 130o. berada diatas 140o.
IV-18
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah melihat dan mengamati secara langsung jalannya teknis pelaksanaan
pekerjaan timbunan LFB, LFA dan laston AC-WC pada pelaksanaan pekerjaan
jalan di kawasan hunian tetap ruas 3 Desa Pombewe, Kabupaten Sigi, Sulawesi
Tengah, pekerjaan selama proyek tidak jauh berbeda dengan teori yang ada,
sehingga kami dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Semua alat yang telah disetujui dalam kontrak dimobilisasi ke lokasi
pekerjaan sudah sesuai dengan spesifikasi yang disyaratkan.
2. Material LFB, LFA dan AC-WC sesuai dengan spesifikasi yang
disyaratkan
3. Pelaksanaan penghamparan dan pemadatan lapis fondasi agregat telah
sesuai dengan spesifikasi yang disyaratkan.
4. Pelaksanaan penghamparan AC-WC juga telah Sesuai dengan spesifikasi
5. Suhu pada saat penghamparan aspal panas adalah kurang lebih 150º
6. Sebelum pemadatan dilakukan pengukuran suhu dengan jelas.
7. Pemeriksaan dan penggunaan K3 bagi staff dan pekerja sangatlah baik dan
sesuai prosedur yang ada.
8. Pelaksanaan prime coat telah sesuai prosedur dan tahapannya. Tetapi
pemasangan rambu-rambu sementara pada saat pengerjaan tidak dipasang,
sehingga ada beberapa warga yang melintas di jalan yang telah di semprot
prime coat. Yang mengakibatkan lapisan prime coat terangkat.
9. Mekanisme pelaksanaan pekerjaan yang tertera pada perencanaan tidak
seluruhnya bekerja sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat, dimana
time schedule yang telah disusun untuk pelaksanaan proyek ini tidak dapat
diikuti seluruhnya. Hal ini sangat dipengaruhi oleh adanya perubahan
rencana sehingga pelaksana tidak bekerja seoptimal mungkin dan juga
kondisi cuaca yang tidak memungkinkan untuk dilaksanakannya pekerjaan
pengaspalan.
V-1
5.2 Saran
Setelah penulis melihat masalah dan kesulitan di lapangan, yang semuanya
sangat mempengaruhi efisiensi dari suatu pekerjaan. Maka penulis
mengemukakan saran-saran untuk kemajuan pekerjaan kedapannya, antara lain :
1. Pada pekerjaan penghamparan segera dilakukan setelah pelaksanaan prime
coat selesai agar daya rekatnya tetap terjaga.
2. Sebaiknya rambu-rambu sementara dipasang saat pekerjaan, agar tidak ada
yang melintasi daerah selain pihak-pihak terkait.
3. Diharapkan agar komunikasi pihak kontraktor, konsultan, serta pengawas
PPK lebih ditingkatkan lagi agar tidak terjadi kekeliruan pada pengambilan
keputusan di lapangan.
4. Melakukan pengawasan dengan teliti, terutama ketika pelaksanaan di
lapangan, agar tidak ada kesalahan-kesalahan pelaksanaan yang dapat
mempengaruhi hasil kerja.
5. Memperhatikan batasan waktu kerja kepada staff dan juga pekerjaan juga
baiknya lebih ditingkatkan agar kesehatan staff dan tenaga kerja tetap
terjaga.
V-2
DAFTAR PUSTAKA
Bina Marga Direktorat Jendral. Spesifikasi Umum 2010 Revisi 3, Kementrian Pekerjaan
Umum Direktorat Jendral Bina Marga. Jakarta.
Cara Membuat Aspal Goreng 2017. Cara Pemadatan Aspal yang Baik dan Benar,
(http://aspalmixingplan.blogspot.com/2017/10/cara-pemadatan-aspal-yang-baik-
dan-benar.html.)
Das, Braja M. 1985. Mekanika Tanah (jilid 1) Terjemahan. Penerbit Erlangga, Jakarta.
Ellyn, Amri, Nur. 2018. Peningkatan Jalan Tavanjuka Mas & Jalan Malontara.
Suprapto,T.M. 2004. Bahan dan Struktur Jalan Raya. Penerbit Teknik Sipil Universitas
Gadja Mada, Yogyakarta.
Wignail, Arthur, Dkk. 2003. Proyek Jalan (Teori dan Praktek). Penerbit Erlangga, Jakarat.
LAMPIRAN
Gambar 9. Pemadatan Meterial Agregat kelas A Gambar 10. Pemadatan dengan water tank
Gambar 11. Pengujian CBR lapangan Gambar 12. Penyemprotan Prime coats
Gambar 13. Lokasi AMP Gambar 14. Pengecekan suhu aspal sebelum
ke lapangan
Gambar 17. Pemadatan dengan Tandem Roller Gambar 18. Pemadatan dengan Pneumatic
Tired
Gambar 19. Kondisi Jalan setelah dipadatkan Gambar 20. Pekerjaan Coredrill.
Gambar 21. Foto bersama depan Direksi Gambar 22. Pengujian Sandcone
SITEPLAN HUNTAP POMBEWE
RUAS 3D RUAS 3D
JALAN UTAMA
3E
RUAS 5
AS
RU
1
RUAS 3G
RUAS 3C RUAS 3C
BLOK I
JALAN UTAMA
RUAS 3E
RUAS 5
RU
AS
2 3H
RUAS 3G
RUAS 3B RUAS 3B
RUAS 3E
JALAN UTAMA
RUAS 5
3 RU
1
BL
AS
3I
RU
3L
O
AS
AS
RUAS 3A 3H
RU
RUAS 3A
K
J
2
JALAN UTAMA
RUAS 5
RU
RU AS
AS 3I
3K
RU
3 RU
RU
AS
3H
AS AS
3K 3I
JALAN UTAMA
RUAS 5
RU
3N
AS
AS
3K RU
AS
RU
3H
3M
AS
RU
MA
JALAN UTA
RUAS 1 MA
JALAN UTA JAL
RUAS 1 AN
U
RUA TAMA
S1
JALAN UTAMA
RUAS 5
3N
RU
RU
S
AS
A
AS 3J
RU
RU
BL
3K
AS
3H
OK
JALAN UTAMA
RUAS 4
K
JAL
A
2
NU
RUA TAMA RU
3O
S1 RU AS
AS 3J
AS
3K RU
RU
AS
RUAS 2N RUAS 2N RUAS 2N 3H
RUAS 2N RUAS 2N
JAL
AN
U
RUA TAMA
S1
RU
JALAN UTAMA
RUAS 2P
AS
RUAS 2O
RUAS 4
1 2
2R
RU
3O
RU AS
1
S
AS 3J
A
RU
BL
3K
RU
AS
RUAS 2M RUAS 2M RUAS 2M
JA
LA
O K
3H
JALAN UTAMA
N
RU UT
L
RUAS 4
AS AM
1 A
RU
JALAN UTAMA
AS
RUAS 2O
RUAS 2
3K
RU
3 4
RUAS 2P
RU
2
AS
RU
A
AS
3P
S2
2R
3J RU
AS
Q
AS
RU
3H
JA
L
RUAS 2
AN
RU
RUAS 4
RUAS 2O
RU UT
5 6 AS AM RU
AS
3P
1 1 A A
1
RU
AS
RU 3J RU
2Q
AS
BL
AS AS
RU
3K 3H
2R
BLOK C O
RUAS 2K RUAS 2K K
M
RUAS 2K RUAS 2K RUAS 2K
JA RU
LA AS RU
N
RU UT 3K AS
3H
2
AS AM RU
JALAN UTAMA
1 A
3Q
AS
RUAS 2O
RUAS 2
3J
RU
8 1
AS
2 7
RU
AS
RU
JALAN UTAMA
AS
2Q
RUAS 4
2R
RU
3
JALAN UTAMA
3Q
RU AS
RUAS 1H
RUAS 4
JA AS
AS
3J RU
RU
RUAS 1G
LA
JALAN UTAMA
2
3K
1
N AS
RU
RUAS 2O
1
RU UT
AS
RUAS 2
3H
RU
9
AS AM
3 10 1 A
2Q
AS
2R
5 BL
RUAS 2I RUAS 2I RUAS 2I RUAS 2I RUAS 2I RUAS 1E RUAS 1E RUAS 1E RUAS 1E RUAS 1E RUAS 1E
OK
RU
AS
3H 2
3R
JA
L
RU
AN AS
AS
N
RU UT
JALAN UTAMA
AS AM 3J
RU
1 A
RUAS 4
JALAN UTAMA
RUAS 1G
RUAS 1H
RUAS 2O
3 4 2
RUAS 2
RU
11 12
S
RU
S3
A
AS
S2
A
RU
RU
Q
2R
BLOK B RU
AS
3J 4 AS
3H
JA
LA
N
RU UT
3S
AS AM
1 A
RUAS 1H
JALAN UTAMA
RUAS 1G
AS
5 6 3
RU
RUAS 2
RU
RU
1
RU
AS
5
AS
A
3J
S2
JA
2R
L
Q
AN
RU UT
AS AM
1B
1 A
AS
RU
RUAS 6D RUAS 6D
BLOK G
RUAS 4
RUAS 2Q
RUAS 2R
RUAS 1G
RUAS 1J
JALAN UTAMA
RUAS 1H
1B
7 8 4 5
RUAS 2
AS
6 2
RU
BLOK F RU
AS
1I
RUAS 2F RUAS 2F RUAS 2F RUAS 2F RUAS 2F RUAS 1D RUAS 1D RUAS 1D RUAS 1D RUAS 1D RUAS 1D RUAS 1D 7 JA
LA
N
RU UT
AS AM
1 A
JALAN UTAMA
RUAS 2
RUAS 1H
RUAS 2R
RUAS 1G
RUAS 2Q
9 10 6
1B
3 JA
JALAN UTAMA
AS
LA
7 N
RUAS 4
RU UT
RU
AS AM
1 A
1I
RU
S
AS
A
RU
1I
JALAN UTAMA JALAN UTAMA JALAN UTAMA
JALAN UTAMA
JALAN UTAMA JALAN UTAMA RUAS 3 KANAN RUAS 3 KANAN RUAS 3 KANAN
JALAN UTAMA RUAS 3 KANAN
RUAS 3 KIRI RUAS 3 KIRI RUAS 3 KIRI
1 2 3
RUAS 2D
1B
RUAS 2
SA
RU
BLOK H
RUAS 1C RUAS 1C RUAS 1C RUAS 1C RUAS 1C RUAS 1C
RUAS 2C RUAS 2C RUAS 2C
RUAS 2C RUAS 2C
JALAN UTAMA
RUAS 1G
RUAS 2E
4 5 6
RUAS 2
BLOK E 4 5
1B
3
RUAS 2D
RUAS 1H
AS
RU
RUAS 1G
8 7
RUAS 2
RUAS 2E
7
RUAS 2D
6
RUAS 2A RUAS 2A RUAS 2A RUAS 1A RUAS 1A
RUAS 2A RUAS 2A
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
BALAI PRASARANA PERMUKIMAN WILAYAH SULAWESI TENGAH
SATUAN KERJA PELAKSANAAN PRASARANA PERMUKIMAN PROVINSI SULAWESI TENGAH
Jln. Soekarno-Hatta. No. 30 Palu, E-mail : balaipraskrimsulteng72@gmail.com
SHOP DRAWING
JENIS PEKERJAAN
LOKASI PEKERJAAN
DESA POMBEWE
KECAMATAN SIGI BIROMARU
PJU 7 meter Lengan Ganda KABUPATEN SIGI
ZUBAIDI, ST.
NIP. 19710505 201412 1 004
DISETUJUI OLEH
NO.
KODE GAMBAR
REV.
JLTM
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
BALAI PRASARANA PERMUKIMAN WILAYAH SULAWESI TENGAH
SATUAN KERJA PELAKSANAAN PRASARANA PERMUKIMAN PROVINSI SULAWESI TENGAH
Jln. Soekarno-Hatta. No. 30 Palu, E-mail : balaipraskrimsulteng72@gmail.com
SHOP DRAWING
JENIS PEKERJAAN
LOKASI PEKERJAAN
PJU 7 meter Lengan Ganda
DESA POMBEWE
Pipa PVC AW Ø3"
Tanah Timbunan t = 55 cm KECAMATAN SIGI BIROMARU
AC-WC t = 4 cm Pas. 1/2 Bata Adukan 1:5
Kansteen 20.60.65 cm Fin. Cat Fin. Plesteran + Acian + Cat KABUPATEN SIGI
LPA t = 15 cm (90%) C
L Kansteen Tipe "S" 30.40.15 cm Paving Blok T=8 cm (K-300)
LPB t = 15 cm (60%) Bak Tanaman
Bak Kontrol Pasir Urug t= 5cm SUMBER DANA
-2% -2%
APBN LOAN
Tutup U-ditch K-350 TAHUN ANGGARAN 2020
U-ditch b=100 h=100 K350
Pipa Air Bersih Ø6"
Pipa Spald Ø6" DIKETAHUI OLEH
Timbunan Kembali
Lean Concrete t= 10cm PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN
PENGEMBANGAN KAWASAN PEMUKIMAN II
ZUBAIDI, ST.
NIP. 19710505 201412 1 004
DISETUJUI OLEH
KONTRAKTOR
AC-WC t = 4 cm
Kansteen 20.60.65 cm Fin. Cat
LPA t = 15 cm (90%)
LPB t = 15 cm (60%) C
L
Pasir Urug 5 cm
DIPERIKSA IBNU BUDI SANTOSA
NO.
KODE GAMBAR
REV.
JLTM
Saran dan perbaikan
No. Dari Saran Perbaikan
1. Keterangan gambar Pada halaman III-4 Keterangan
diperbaiki lapis aus diganti dengan lapis
permukaan
2. Penulisan kutipan
disertakan sumbernya Pada halaman III-3 s/d III-6
1 Pak Mashuri
3. Buatkan tabel
perbandingan Teori dan
Pada halaman IV-15
pelaksanaan dilapangan