Anda di halaman 1dari 49

1

LAPORAN KERJA PRAKTEK


PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG KANTOR
PENCEGAH PEMADAM KEBAKARAN
KOTA MEDAN

DISUSUN :
DENNY MEISANDY HUTAURUK 08101016
SYAHRUL RAMADHAN 08101054

FAKULTAS TEKNIS SIPIL DAN PERENCANAAN


JURUSAN TEKNIK SIPIL
INSTITUT TEKNOLOGI MEDAN
2011
2

LAPORAN KERJA PRAKTEK


Diajukan Untuk Memenuhi Syarat mengikuti Sidang Ujian Sarjana Strata Satu
Pada Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

DISUSUN :
DENNY MEISANDY HUTAURUK 08101016
SYAHRUL RAMADHAN 08101054

Diketahui Oleh : Disetujui Oleh :


Koordinator Kerja Praktek Dosen Pembimbing

(Ir. Thamrin Nasution ) (Kuswandi, ST,MT)

Disyahkan Oleh :
Ketua Jurusan Tenik Sipil

( Ir. Amasran Nasution, M.Si )

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN


JURUSAN TEKNIK SIPIL
INSTITUT TEKNOLOGI MEDAN
2011
3

DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Daftar isi

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Kerja Praktek .......................................... 1
1.2. Tujuan Dan manfaat Kerja Praktek ................................. 2
1.2.1. Tujuan..................................................................... 2
1.2.2. Manfaat................................................................... 2
1.3. Waktu Kerja Praktek ........................................................ 2
1.4. Lingkup Kerja Praktek ..................................................... 3
1.5. Sistematika Penulisan ...................................................... 3

BAB II TINJAUAN UMUM


2.1. Organisasi Dan Personil .................................................. 4
2.1.1. Pemilik Proyek ....................................................... 4
2.1.2. Konsultan ( Perencana ) ......................................... 5
2.1.3. Kontraktor ( Pemborong ) ...................................... 6
2.1.4. Struktur Organisasi Lapangan ............................... 7
2.2. Jadwal Waktu Pelaksanaan ( Time Scheduling ) ............. 8
2.3. Manajemen Proyek .......................................................... 10
2.3.1. Pendanaan Proyek .................................................. 10
2.3.2. Hubungan Kerja Perencana Dan Pengelola
Proyek .................................................................... 11
2.4 Rencana Kerja ..................................................................
2.5 Tenaga Kerja ....................................................................
2.6 Waktu Dan Upah Kerja ....................................................
2.6.1. Waktu Kerja ..........................................................
2.6.2. Upah Kerja ............................................................
4

BAB III ORGANISASI KERJA PROYEK …………………………. 12

BAB IV PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK


4.1. Ruang Lingkup Pekerjaan................................................. 13
4.2. Material dan Peralatan Kerja .......................................... 14
4.3. Pekerjaan Pondasi.............................................................
4.3.1. Pengujian Penetrasi Sondir .............................
4.3.2. Penggalian Pondasi .........................................
4.3.3. Pembuatan Pondasi .........................................
4.4. Pekerjaan Pemasangan Bekisting .....................................
4.5. Pekerjaan Pemasangan Perancah .....................................
4.6. Pekerjaan Pembesian ........................................................
4.7. Pekerjaan Beton ( Pengecoran ) .......................................
4.8. Pekerjaan Pemasangan Batu Bata ....................................

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


5.1. Kesimpulan....................................................................... 32
5.2. Saran ................................................................................ 32

DAFTAR PUSTAKA
5

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan Kerja

Praktek ini dengan baik.

Adapun judul yang dipilih oleh penyusun untuk Kerja Praktek ini

adalah “ Pembangunan Gedung Kantor Pencegah Pemadam Kebakaran Kota

Medan”. Laporan ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam

menyelasaikan program Sarjana. Jurusan Teknik Sipil Teknologi Medan.

Dalam menyelesaikan laporan ini, penyusun banyak menemui masalah-

masalah yang sulit diselesaikan, namun berkat bantuan dan kerja sama yang baik dari

berbagai pihak, maka laporan ini dapat diselesaikan pada waktunya yang baik.

Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan banyak terima kasih

kepada :

1. Bapak Ir. Indra Kesuma Hadi, MT selaku Dekan Fakultas Teknik Sipil Intitut

Teknologi Medan

2. Bapak Ir. Amasran Nasution, M.Si selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil Intitut

Teknologi Medan

3. Ibu Ir. Thamrin Nasution selaku Koordinator Kerja Praktek Institut Teknologi

Medan

4. Bapak Kuswandi, ST, MT selaku Pembimbing Kerja Praktek

5. Orang Tua beserta seluruh keluarga yang telah memberikan dorongan moral

dan material
6

6. Rekan – rekan Mahasiswa Teknik Sipil yang ikut berpartisipasi dalam

penyusunan laporan ini.

Laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu penyusun

mengharapkan saran dan kritikan yang sifatnya membangun untuk lebih dapat

menyempurnakan laporan ini.Akhirnya penyusun mengaharapkan semoga laporan

ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan bagi si penyusun laporan ini sendiri.

Medan, September 2011

Hormat Kami

( Penyusun )
7

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang Kerja Praktek

Program pendidikan Teknik merupakan jalur pendidikan keahlian tarapan

pada tingkat perguruaan tinggi yang membekali lulusannya dengan ketrampilan yang

didukung dengan pengetahuan dasar yang cukup dan sikap disiplin yang tangguh.

Dengan bekal itu diharapkan alumni teknik dapat berkembang menjadi tenaga

profesional dalam bidangnya. Untuk mendukung hal ini maka pada semester VI

setiap jurusan membuat suatu tugas akhir mata kuliah berupa Praktik Kerja Lapangan

(PKL) yang diikuti dan dilaksanakan oleh setiap mahasiswa dari jurusan masing-

masing termasuk mahasiswa jurusan Teknik Sipil.

Dengan mengikuti Praktik Kerja Lapangan tersebut, diharapkan lulusan

program studi Teknik Sipil di ITM akan lebih berpengalaman dan siap melaksanakan

tugasnya baik sebagai pelaksana maupun pengelola proyek. Disamping itu juga

diharapkan para lulusan teknik tersebut mampu mengatasi masalah yang timbul

dalam pekerjaan baik masalah teknis maupun masalah non teknis serta mengetahui

apa yang menjadi batasan dari tugas bidanganya masing-masing.

1.2. Tujuan Dan manfaat kerja praktek

1.2.1. Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan laporan kerja praktek ini adalah untuk

mengenal perbandingan keadaan dilapangan dengan keadaan pada gambar sehingga


8

dapat memahami dan menerapkannya dalam pelaksanaan diproyek yang akan

dikerjakan nantinya.

1.2..2. Manfaat

Manfaat dari penulisan laporan Kerja Praktek ini adalah :

1. Menambah wawasan dan pengalaman baru tentang teknik pelaksanaan

pekerjaan pembuatan bangunan gedung.

2. Mampu untuk menyusun sebuah laporan berdasarkan hasil pengamatan

yang didapat dilapangan.

1.3. Waktu Kerja Praktek

Waktu kerja praktek dilaksanakan kurang lebih selama 3 bulan yakni mulai

tanggal 11 Agustus 2011 s/d 11 November 2011 dan dilakukan pada salah satu

proyek yang dikelola oleh pemerintah.

Sesuai dengan permohonan kerjasama mahasiswa dengan jurusan Teknik

Sipil Institut Teknologi Medan pada KANTOR DINAS P2K (PENCEGAH

PEMADAM KEBAKARAN) Yang beralamat di Jln Candi Borobudur No.2 Medan.

Nama dan lokasi proyek

Adapun nama dan lokasi proyek ini adalah : “PEMBANGUNAN GEDUNG

KANTOR P2K ” Proyek ini berlokasi Di Kota Medan Sumatera Utara.


9

1.4. Lingkup Kerja Praktek

Lingkup permasalahan yang diambil oleh Pratikum dalam kerja praktek ini

adalah peninjauan terhadap pondasi, yang dikhususkan pada proyek Pembangunan

Gedung Kantor P2K di Kota Medan.

1.5. Sistematika Penulisan

Penulisan kerja praktek ini disusun 5 bab, dimana antara bab satu dengan

yang lainnya saling berhubungan yaitu sistematikanya sebagai berikut :

Bab I. : Pendahuluan yang berisikan latar belakang kerja praktek, tujuan

dan manfaat kerja praktek, lingkup kerja praktek dan sistematika

penulisan.

Bab II.: : Tujuan umum yang berisikan organisasi dan personil jadwal waktu

pelaksanaan (tipe scheduling) manajemen proyek.

Bab III. : Organisasi Proyek

Bab IV : Pelaksanaan Proyek Di Lapangan

Bab V. : Kesimpulan dan Saran


10

BAB II

TINJAUAN UMUM

2.1. Organisasi Dan Personil

Dalam pelaksanaan pembangunan suatu proyek Organisasi proyek

merupakan suatu sistem birokrasi yang terjadi dalam pelaksanaan suatu proyek.

Secara garis besar terdapat tiga unsur yang terkait yang satu dengan yang lainnya

yang saling mendukung untuk melaksanakan suatu proyek, yaitu :

1. Pemilik Proyek (Owner)

2. Perencana (Konsultan Perencana)

3. Pelaksana (Kontraktor)

2.1.1. Pemilik Proyek

Pemilik proyek atau pemberi tugas yaitu seorang atau perkumpulan

ataupun badan usaha tertentu yang mempunyai keinginan untuk mendirikan

suatu bangunan.

Dalam hal ‘PEMBANGUNAN GEDUNG KANTOR P2K.” Ini

adalah suatu bangunan pemerintah yang di bangun di jalan Candi Borobudur

di Kota Medan, dimana dana yang digunakan adalah APBD 2011

(ANGARAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH) Murni

Kewajiban yang harus dipenuhi oleh pemilik proyek adalah :

a.Sanggup menyediakan dana yang cukup untuk merealisasi proyek dan

memiliki wewenang untuk mengawasi penggunaan dana dan pengambilan

keputusan proyek.
11

b. Memberikan tugas kepada pemborong untuk melaksanankan pekerjaan

pemborong seperti diuraikan pada pasal rencana kerja, dan sesuai dengan

gambar kerja. Berita acara penyelesaian pekerjaan maupun berita acara

klasifikasi menurut syarat-syarat teknik sampai pekerjaan selesai

seluruhnya dengan baik

c. Memberi wewenang sepenuhnya kepada konsultan untuk mengawasi dan

menilai dari hasil kerja pemborong.

d. Harus memberikan keterangan-keterangan kepada pemborong mengenai

pekerjaan dengan sejelas-jelasnya.

e. Harus menyediakan segala gambar untuk gambar kerja dan buku rencana

kerja dan syarat yang diperlukan untuk pelaksanaan keja yang baik.

Apabila pemborong menemukan ketidaksesuaian atau penyimpangan

antara gambar kerja, rencana kerja, dan syarat maka dengan segera pemborong

memberitahukan kepada petugas secara tertulis, menguraikan penyimpangan

itu, dan pemberi tugas mengeluarkan petunjuk mengenai hal itu, sehingga

diperoleh kesepakatan antara pemborong dan pemberi tugas.

2.1.2. Konsultan Atau Perencana

Konsultan yaitu perkumpulan atau badan usaha tertentu yang ahli

dalam bidang pelaksanaan, yang akan menyalurkan keinginan-keinginan

pemilik dengan mengindahkan ilmu keteknikan, keindahan maupun

penggunaan bangunan yang dimaksud.


12

Pihak konsultan yang terlibat adalah PT. DEKA KONSULTAN

dimana selama ini pihak konsultan telah menjalin kerjasama dengan pihak

pelaksana yaitu PT.DWI CINDY ABADI.

Beberapa tugas dan wewenang konsultan (perencana) antara lain :

Membuat rencana dan rancangan kerja dilapangan sesuai dengan yang

diinginkan oleh pemilik

a. Mengumpulkan data dilapangan

b. Mengurus surat izin mendirikan bangunan (SIM-B)

c. Membuat gambar lengkap yaitu terdiri dari rencana dan detail-detail untuk

pelaksanaan pekerjaan

d. Mengusulkan harga satuan upah dan meniadakan personil teknik / pekerja.

e. Meningkatkan keamanan proyek dan keselamatan kerja lapangan

f. Mengajukan permintaan alat yang diperlukan dilapangan.

g. Memberikan hubungan dengan pedoman kerja bila diperlukan kepada

semua unit dan kepada kepala urusan dibawahnya.

2.1.3. Kontaraktor (Pemborong)

Kontraktor yaitu seseorang atau beberapa orang maupun badan tertentu yang

mengerjaan pekerjaan menurut syarat-syarat yang telah ditentukan dengan dasar

pembayaran imbalan menurut jumlah tertentu sesuai dengan jumlah perjanjian yang

telah disepakati.

Dalam hal pengujian laboratorium pengujian dan penelitian mutu hasil

pekerjaan ini kontraktor yang ditunjuk adalah PT.DWI CINDY ABADI.


13

Kontraktor atau pemborong mempunyai tugas dan kewajiban sebagai berikut :

a. Melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan yang tertera pada gambar

kerja dan syarat serta berita acara penjelasan pekerjaan, hingga dalam

memberi tugas telah merasa puas.

b. Memberikan laporan kemajuan bobot pekerjaan secara terperinci kepada

pemilik proyek.

c. Menjalin kerjasama dalam pelaksanaan proyek dengan konsultan.

2.1.4. Struktur Organisasi Lapangan

Dalam melaksanakan suatu proyek maka pihak kontraktor (pemborong),

salah satu kewajibannya adalah membuat struktur organisasi lapangan. Pada gambar

struktur organisasi lapangan akan diperhatikan struktur organisasi lapangan dari

pihak kontraktor (pemborong) pada pembangunan Gedung Kantor P2K.

a. Site menager

Site manager adalah orang yang bertugas dan bertanggung jawab dalam

memimpin proyek sesuai dengan kontrak. Dalam menjalani tugasnya site manager

harus memperhatikan kepentingan perusahaan, pemilik proyek dan peraturan

pemerintah yang berlaku, maupun situasi lingkungan dilokasi proyek. Seorang site

manager harus mampu mengelola berbagai macam kegiatan terutama dalam aspek

perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian untuk mencapai sasaran yang telah

ditentukan, yaitu jadwal, biaya dan mutu.

b. Pelaksana

Pelasanan adalah orang yang bertanggung jawab atas pelaksanaan pekerjaan.

Pelasanaan ditunjuk oleh pemborong yang setiap saat berada ditempat pekerjaan.
14

c. Staf Teknik

Staf yang dimaksud dalam pelaksanaan proyek ini adalah orang yang

bertugas membuat perincian-perincian pekerjaan yang akan dilakukan, atau detail-

detail dari gambar kerja (Bestek) yang sudah ada.

d. .Mekanik

Seorang mekanik bertangung jawab atas fungsi tidaknya alat-alat ataupun

mesin-mesin yang digunakan sebagai alat bantu dalam pelaksanaan pekerjaan

proyek.

e. Seksi Logistik

Seksi logistik adalah orang yang bertanggung jawab atas penyediaan bahan-

bahan yang digunakan dalam pembangunan proyek, serta menunjukkan apakah

barang tersebut bisa atau tidaknya material atau bahan tersebut digunakan.

f..Mandor

Mandor adalah orang yang berhubungan langsung dengan pekerja dan

memberi tugas langsung kepada pekerja. Dalam pembangunan proyek ini mandor

menerima tugas dan tanggung jawab langsung kepada pelaksana-pelaksana.

2.2. Jadwal Waktu Pelaksanaan

Pelaksanaan suatu proyek meliputi jadwal perencanaan dan mempertahankan

urutan-urutan kegiatan dan tetap menggunakan waktu yang telah direncanakan.

Penjadwalan proyek tidak dalam batas rencana proyek agar sesuai dengan batas

pelaksanaannya, sehingga terbentuk sirklus yaitu : “Perencanaan Proyek –

penjadwalan – Perubahan rencana proyek – penjadwalan kembali dan seterusnya

sehingga diperoleh penyesuaian antara penjawalan dan analisa jaringan kerja.


15

Ada beberapa tahap pelaksanaan scheduling dalam proses memajukan proyek

antara lain :

1. Penerjemahan rencana proyek kedalam jadwal bertanggal kelender.

2. Penentuan sumber-sumber yang diperlukan untuk penjadwalan.

3. Pemilihan alternative dengan cara mengambil perbandingan antara

sumber-sumber yang diperlukan dan yang tersedia sesuai dengan jadwal

persyaratan schedule.

4. Pemilihan jadwal proyek berdasarkan aspek-aspek teknik dan ekonomi

serta persyaratan-persyaratannya.

5. Modifikasi dari pada jadwal proyek sesuai sumber-sumber persyaratan.

6. Mengulangi langkah 1-5 sehingga diperoleh schedule yang lebih optimal.

Pelaksanaan jaringan kerja proyek mula-mula yang dibuat bisa merupakan

rencana proyek yang dapat diterima untuk menjadwalkan perubahan, apabila tidak

diberikan ketentuan batas waktu penyelesaian proyek seluruhnya, tidak ada

kesukaran ditemui pengadaan sumber-sumber yang diperlikan untuk itu. Keadaan

seperti ini tidak selalu dapat dikatakan bahkan kadang-kadang tidak mungkin sama

sekali. Biasanya ditentukan banyak persyaratan atas proyek dan banyak faktor-faktor

pembatas yang keseluruhannya memaksa, baik proyek maupun penjadwalannya agar

diteliti kemudian. Penjadwalan yang baik akan memberi keuntungan kepada pihak

pelaksana.
16

2.3. Manajemen Proyek

Dalam pelaksanaan suatu proyek ditinjau dari ikatan kerja dan sumber dana

dapat digolongkan menjadi 2 jenis proyek.

2.3.1. Pendanaan Proyek

a. Proyek swasta

Proyek swasta belum memiliki standarisasi seperti proyek pemerintah

sehingga tingkatan atau dana proyek tergantung sepenuhnya oleh pemilik atau

pemberi tugas (pihak swasta) demikian juga biro jasa kontruksi semua diatur dalam

“peraturan hubungan kerja antara ahli dan pemberi tugas” yang diterbitkan oleh

dewan teknik Indonesia.

b. Proyek Pemerintah

Sumber dana antara lain dari :

a. APBN

b. APBD

c. Bantuan INPRES dan

d. Bantuan Asing

Proyek pemerintah pada dasarnya mempunyai tingkat tertentu seperti proyek

nasional, proyek sector, proyek regional, dll

Pada proyek pemerintah berlaku standarisasi klasifikasi bangunan, pemakain bahan

bangunan dan biaya pembangunan gedung meliputi biaya kontruksi, perencanaan

dan penyewaan. Stadarisasi klasifikasi bangunan gedung pemerintah antara lain :

a. Sederhana

b. Tidak sederhana

c. Khusus
17

2.3.2 Hubungan Kerja Perencana Dan Pengelola Proyek

Hubungan kerja antara perencana (penyedia jasa) dengan pengelola proyek

sebagai penggunan jasa kontruksi adalah hubungan kerjasama yang mempunyai

kedudukan sama dan merasakan kemitraan yang diwujudkan dalam bentuk kontrak

kerja berdasarkan peraturan pemerintanh no 29 tahun 2000 tentang penyelenggaraan

jasa kontruksi.

Hubungan tersebut diatur sebagai :

Pengelola proyek bertanggung jawab atas pembayaran semua prestasi pekerjaan yang

telah dilaksanakan oleh penyedia jasa kontruksi berdasarkan perjanjian yang telah

disepakati.

Kecuali ditentukan lain pada dasarnya pihak penyedia jasa kontruksi masing-masing

manajemen kontruksi/pengawas kontruksi, perencana kontruksi dan pemborong

dilakukan secara kontraktual dalam bentuk kontrak lump sum/pasti dan mengikat.

2.4. Rencana Kerja

Pelaksanaan pembangunan suatu proyek agar dapat berjalan dengan lancar,

mudah dikontrol dan dapat selesai tepat pada waktu yang telah ditentukan. Maka

perlu diperlukan pembagiaan waktu pada setiap tahapan pelaksanaan pekerjaan dan

rencana kerja (Network Planning) yang biasa disebut “ Time Schedule”.

Melalui time schedule pelaksanaan suatu proyek yang sedang berlangsung

dapat dikontrol sampai berapa jauh kemajuan pelaksanaannya, prestasi dari pada

pekeja, sehingga pengaruh untung rugi terhadap perusahaan dalam melaksanakan

proyek tersebut dapat dikontrol dan untuk mengajukan permohonan anggaran sesuai

dengan kontrak kerja.


18

Time Schedule dibuat kontraktor selaku pelaksana, sesuai dengan jangka

waktu pelaksanaan yang ditentukan oleh pemilik, kemudian harus disahkan oleh

pimpinan proyek (pihak pemilik) dari pihak kontraktor.

Rencana kerja atau “Time Schedule” yang dibuat kontraktor meliputi rencana

kerja induk (master plan) , rencana kerja hariaan, mingguan, serta bulanan.

1. Rencana Kerja Induk

Rencana kerja induk harus diserahkan kontraktor selambat – lambatnya 4

(empat) hari setelah dikeluarkan surat perintah mulai kerja (SPMK).

Rencana kerja ini merupakan program kerja kontraktor untuk melaksanakan

pekerjaan.

2. Rencana kerja hariaan, mingguan, serta

bulanan

Rencana kerja hariaan yang diserahkan kontraktor kepada konsultan

pengawas selambat – lambatnya sore hari, yang berisi rencana kerja

pelaksanaan pekerjaan yang akan dikerjakan untuk esok hari.

Rencana kerja mingguan yang diserahkan kontraktor kepada konsultan

pengawas selambat – lambatnya setiap akhir minggu, yang berisi rencana

kerja pelaksanaan pekerjaan yang akan dikerjakan untuk minggu

berikutnyai.

Rencana kerja bulanan yang diserahkan kontraktor kepada konsultan

pengawas selambat – lambatnya pada hari terakhir tiap bulan, yang berisi

rencana kerja pelaksanaan pekerjaan yang akan dikerjakan untuk bulan

berikutnya.
19

Pembuatan rencana kerja yang baik harus didasarkan pada data – data

sebagai berikut :

a. Daftar volume pekerjaan

b. Rencana kerja dan syarat – syarat

c. Jenis dan macam pekerja

d. Spesifikasi peralatan dan bahan bangunan

e. Keadaan lapangan

f. Waktu pelaksanaan yang tersedia

g. Biaya yang direncanakan dan yang tersedia

Hal – hal yang perlu diperhatikan adalah gambar kerja, sifat konstruksi

bangunan, kelangsungan ataupun kontinuitas pelaksanaan pekerjaan.

2.5. Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan unsur penting pada pelaksanaan pekerjaan

dilapangan. Tenaga kerja yang terlibat pada proyek jembatan Bandar Baru – Kutalim

Baru menurut statusnya terbagi atas :

a. Tenaga kerja tetap

Adalah tenaga kerja yang dipakai oleh perusahaan baik selama ada proyek

maupun tidak ada proyek.

b. Tenaga kerja harian

Adalah tenaga kerja yang bekerja berdasarkan kebutuhan jumlah pekerja

pada proyek ini. Tenaga kerja harian ini jumlahnya sewaktun – waktu dapat

ditamnah atau dikurangi sesuai volume pekerjaan yang dilaksanakan.

c. Tenaga kerja kontrak


20

Adalah karyawan yang bersifat kontrak selama pelaksanaan pekerjaan

proyek ini. Jika telah selesai maka dengan sendirinya karyawan ini

diberhentikan dari perusahaan kecuali jika masih dibutuhkan. Sedangkan

tenaga kerja yang ditinjau menurut keahliaannya dapat dibagi atas :

1. Tenaga kerja ahli

Yaitu tenaga kerja dengan tingkat pendidikan minimal sarjana muda dengan

pengalaman pada proyek serupa minimal 2 (dua) tahun

2. Tenaga kerja menengah

Yaitu tenaga kerja yang berpendidikan sekolah kejuruan atau sekolah

menengah atas dengan pengalaman pada proyek serupa monimal 3 (tiga)

tahun

3. Tenaga pekerja

Seluruh tenaga kerja yang melaksanakan pekerjaan secara langsng sesuai dengan

perintah atasannya. Jumlah pekerja yang di pakai adalah 20 orang.

2.6. Waktu dan Upah Kerja

2.6.1. Waktu Kerja

Waktu kerja adalah waktu yang ditetapkan untuk memulai dan

mengakhiri pelaksanaan pekerjaan diproyek PEMBANGUNAN BADAN

PUSAT STATISTIK MEDAN. Waktu kerja yang berlaku pada proyek

adalah sebagai berikut :

 Jam kerja biasa

Jumlah jam kerja dalam satu hari adalah delapan jam, kelebihan jam kerja

biasa dianggap jam kerja lembur.


21

Perincian jam kerja biasa tersebut adalah sebagai berikut :

 Jam 08.00 s/d 12.00 : jam kerja

 Jam 12.00 s/d 13.00 : jam istirahat

 Jam 13.00 s/d 17.00 : jam kerja

Khusus untuk hari jumat istirahat dimulai jam 11.00 untuk memberi

kesempatan bagi pemeluk agama islam untuk melakukan sholat jum’at.

 Jam kerja lembur

Jam kerja lembur dilakukan diluar jam kerja biasa. Jam kerja lembur ini

dilakukan jika pekerjaan harus segera diselesaikan atau melanjutkan

pekerjaan yang telah tertunda untuk mencapai target atau pekerjaan itu

harus segera diselesaikan karena kesalahan teknis.

2.6.2. Upah Kerja

Upah kerja diberikan sebagai imbalan kerja yang telah dilakukan oleh

masing - masing pekerja. Besaran upah kerja yang diberikan sesuai dengan

besar tugas dan tanggung jawab pekerja atas kebijakan pemimpin proyek

adalah sebagai berikut :

 Upah kerja harian

Upah keja para pekerja hariaan, pehitungan upah dihitung secara harian,

tetapi pembayarannya mingguan.

 Upah kerja mingguan

Upah kerja untuk mandor borongan, pembayaran didasarkan atas hasil kerja

atau prestasi kerja selama satu minggu.

 Upah kerja bulanan

Upah kerja yang dibayarkan setiap bulan kepada pekerja tetap.


22

 Upah kerja lembur

Upah kerja yang diberikn kepada para tenaga kerja apabila ada pekerjaan

yang lembur.Upah yang digunakan dalam proyek ini adalah upah harian.

Upah yang diterima oleh tukang Rp 70.000,-, Upah yang diteriam kenek

tukang adalah Rp 50.000,-00.


23

BAB III
ORGANISASI KERJA PRAKTEK
1. pihak – pihak yang terkait

a. Nama proyek : PEMBANGUNAN GEDUNG KANTOR P2K

KOTA MEDAN

b. Lokasi proyek : Medan

c. Konsultan perencana

Nama perusahaan : PT.DEKA KONSULTAN

a. Kontraktor pelaksana

Nama pelaksana : PT. BAITA SARI CONTRACTOR

b. Direksi perjalanan adalah yang bertugas untuk mewakili

dalam pelaksanaan pengawasan pembangunan yang dibantu oleh

konsultan. Pengawas dalam memberikan bimbingan dan petunjuk

yang diperlukan untuk kelancaran pekerjaan maupun terpenuhnya

syarat – syarat yang ditetapkan.

2. sistem dan keterangan struktur organisasi pengawasan

a. Membuat berita acara dari hasil pemeriksaan langsung

dilapangan

b. Membuat laporan harian, mingguan, dan bulanan serta

mengadakan rapat untuk menilai hasil – hasil yang terlaksana.


24

BAB IV
PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

4.1 Ruang Lingkup Pekerjaan

Dalam pelaksanaan pekerjaan proyek gedung PEMBANGUNAN BADAN

PUSAT STATISTIK MEDAN yang berlokasi di jalan Asrama No.179 ini kami

menemui pekerjaan dari mulai pengukuran sampai pekerjaan pelat lantai. Adapun

pekerjaan – pekerjaannya yang kami lihat antara lain:

a. Pekerjaan Pondasi
1. Pengujian Penetrasi Sondir
2. Penggalian Pondasi
3. Pembuatan Pondasi
b. Pekerjaan Pemasangan Bekisting
c. Pekerjaan Pemasangan Perancah
d. Pekerjaan Pembesian
e. Pekerjaan Beton ( Pengecoran )
f. Pekerjaan Pembongkaran Bekisting
g. Pekerjaan Pemasangan Batu Bata

4.2. Material dan Alat Kerja

1. Air Dan Peralatan Kerja

Kontraktor harus menyediakan instlasi air dan listrik yang bersih atas biaya

sendiri, yaitu pada site yang dapat dipergunakan setiap saat selama pelaksanaan

proyek.
25

2. Alat –Alat Kerja Dan Alat – Alat Pembantu

Kontraktor diwajibkan menyediakan/menggunakan peralatan – peralatan

yang jumlah , kapasitas dan kwalitasnya cukup baik untuk memenuhi syarat seperti :

a. Concrete Mixer (Molen)

Untuk mengaduk beton dapat digunakan alat pengaduk mekanis yaitu

CONCRETE MIXER (Molen), kecuali untuk mutu beton Concrete Mixer (Molen)

ini berkapasitas 0.5 m3. Dimana waktu untuk pengadukan campuran cor selama 1

menit sampai 1.5 menit. Yang perlu diperhatikan dalam pengadukan adalah hasil dari

pengadukan dengan memperhatikan susunan dan warna yang sama.

Gambar 3.1. Concrete Mixer (Molen)

b. Pump Concrete
26

Pengecoran beton pada plat dilakukan dengan alat berat yaitu PUMP

CONCRETE, dimana alat ini berfungsi untuk memompa adukan dari molen truk ke

plat lantai.

c. Vibrator

Vibrator adalah sejenis mesin penggetar yang berguna untuk mencegah

timbulnya rongga-rongga kosong pada adukan beton, maka adukan beton harus diisi

sedemikian rupa kedalam bekisting sehingga benar – benar rapat dan padat.

Pemadatan ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :

 Dengan cara merojok, menumbuk serta memukul-mukul cetakan dengan

besi atau kayu ( non mekanis ).

 Dengan cara mekanis, yaitu dengan cara merojok pakai alat penggetar

vibrator, pada cara ini yang perlu diperhatikan adalah :

 Jarum penggetar dimasukkan kedalam adukan beton secara vertikal,

pada keadaan khusus boleh dimiringkan sampai 45 0.

 Selama penggetaran jarum tidak boleh digerakkan kearah horizontal

karena dapat menyebabkan pemisahan bahan.

 Jarum penggetar tidak boleh bersentuhan dengan tulangan beton, untuk

menjaga tulangan tidak terlepas dari beton.

 Untuk beton yang tebal, penggetar dilakukan dengan berlapis – lapis

setiap lapisan mencapai 30 sampai 50 cm.

 Jarum penggetar ditarik pelan – pelan apabila adukan beton telah nampak

mengkilap (air semen memisah dari agregatnya).

 Jarak antara pemasangan jarum penggetar harus dipilih sehingga daerah –

daerahnya saling menutupi.


27

b. Kereta Sorong

Adukan beton yang telah diaduk rata akan dibawa ketempat dimana

pengecoran dilakukan, hal ini dapat diangkut dengan kereta sorong. Cara ini dapat

dilakukan dengan cepat dan mudah ketempat lokasi pengecoran sehingga tidak akan

terjadi perbedaan waktu pengikatan yang terdahulu dengan pengecoran yang telah

dilakukan.

Gambar 3.2. Kereta sorong

c. Bar Cutter

Alat ini digunakan untuk memotong besi tulangan sesuai ukuran yang

diinginkan, setelah itu besi tulangan dapat digunakan sedemikian rupa untuk

dipasang pada plat, kolom, balok, dan lain sebagainya. Dengan adanya bar cutter ini

pekerjaan pembesiaan akan lebih rapi dan dapat menghemat besi yang dipakai.
28

d. Bouhel

Beuhel ini terbuat dari besi bulat panjang kira – kira 1 m yang ujung

sebelahnya agak berbentuk kasar dan terdapat lubang berukuran 5 cm yang berfungsi

membengkokkan besi tulangan.

e. Sekup dan cangkul

Sekup dan cangkul digunakan untuk meratakan adukan pada pengecoran.

Gambar 3.3. Cangkul

f. Mesin pompa

Mesin pompa adalah alat penghisap atau penyedot air, gunanya untuk

memompa air sumur bor yang dipakai pada pengecoran dan didalam proyek ini
29

digunakan untuk membuang air yang mengendap atau tergenang pada pengecoran

plat lantai, pondasi bagian bawah, sloof dan pur.

3. Alat – Alat PPPK

Kontraktor diwajibkan untuk menyediakan kotak Pertolongan Pertama Pada

Kecelakaan (P3K) lengkap terisi dengan kebutuhan.

4. Papan Nama Proyek

 Kontraktor wajib memuat papan nama proyek sesuai dengan petunjuk Pejabat

Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK).

 Papan – papan nama dari kontraktor yang perlu dipasang tidak boleh melebihi

besaran dari papan nama proyek ini.

Gambar 3.4. Papan proyek


30

5. Los Kerja / Bengkel Kerja

a. Kontraktor hendaknya mendirikan beberapa los kerja yang cukup luas untuk

pekerjaan – pekerjaan seperti ; pekerjaan kayu, pembongkara besi dan lain –

lain yang dianggap perlu.

b. Untuk mengatur penempatannya di lapangan, kontraktor wajib membuat rencana

lay out dan harus mendapat persetujuan dari Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan

(PPTK).

Gambar 3.5. los kerja / Bengkel kerja

6. Pembongkaran Dan Pembersihan Sebelum Pelaksanaan

1. Pekerjaan pembongkaran dan pembersihan sebelum pelaksanaan proyek

mencakup pembongkaran / pembersihan terhadap segala hal yang dinyatakan

oleh Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) dan perencana tidak digunakan

lagi, maupun yang dapat mengganggu kelancaran pelaksanaan.

Hasil bongkaran / pembersihan harus dikeluarkan / dipindahkan keluar dari

lokasi pekerjaan atas izin dan sesuai dengan petunjuk Pejabat Pelaksana

Teknis Kegiatan (PPTK).


31

4.3. Pekerjaan Pondasi

4.3.1. Pengujian Penetrasi Sondir

Adapun maksud dan tujuan dari pengujian penetrasi sondir (sondering test)

adalah untuk mengetahui perlawanan/tahanan penetrasi konus/ujung (end

resistance/cone resistant) dari lapisan tanah pendasar yang dinyatakan dalam kg/cm2

dan hambatan lekat (skin friction) yaitu gaya perlawanan konus atau bikonus yang

dinyatakan dalam kg/cm.

Alat Sondir yang digunakan dalam pegujian ini adalah alat sondir type

Dutch Penetrometer dengan kapasitas 2,50 ton yang mempunyai konus seluas 10

cm2, sudut lancip kerucut 60o untuk mengukur perlawanan ujung, dan dilengkapi

mantel (sleave) yang berdiameter sama dengan konus dan luas selimut 100 cm 2

untuk mengukur lekatan (friction) dari lapisan tanah.

Perlengkapan peralatan dan bahan yang digunakan adalah sebagai berikut :

 Alat Sondir 1 unit

 Manometer skala 60 kg/cm2.

 Manometer skala 250 kg/cm2.

 Pipa besi batang sondir dengan panjang 1 meter lengkap dengan

batang dalam sebanyak 25 batang.

 Bikonus 1 buah.
32

 Angker pengikat

 Kunci-kunci.

 Gastrol olie.

 Minyak gemuk.

 Peralatan dan bahan lainnya.


33

Gambar 4.3.1. Pengujian sondir

Pelaksanaan sondir dimulai dengan melakukan pengangkeran/pengikatan alat

sondir agar peralatan pada saat pelaksanaan pengujian tidak goyang dan posisi alat

sondir tegak. Pekerjaan pengujian sondir dilaksanakan setelah pipa batang sondir

disambung ke bikonus dan pengujian baru dapat dimulai pelaksanaannya setelah

posisi alat sondir tegak lurus dan gastrol olie diisi sampai penuh serta gelembung-

gelembung udara dikeluarkan dari hidrolik.

Untuk mendapatkan data tahanan/perlawanan ujung/konus (end

resistance/cone resistant), tahanan geser/lekat setempat (local skin friction) dan total

tahanan (total skin friction), konus ditekan ke dalam tanah dengan tenaga mekanis

dengan cara memutar stang dari peralatan sondir.


34

Pembacaan manometer sondir dilakukan setiap interval 20 cm, sedangkan

kecepatan pengujian penetrasi sondir dilakukan dengan kecepatan maksimum 1

cm/detik, dimana setiap kedalaman 1 meter penyondiran dilakukan penyambungan

pipa/batang sondir. Pada pembacaan tahanan/perlawanan ujung konus (end

resistance/cone resistant) sebesar 0 - 45 kg/cm2 dipergunakan manometer skala 60

kg/cm2 dan pembacaan, sedangkan pembacaan lebih besar 45 kg/cm2 digunakan

manometer skala 250 kg/cm2. Hasil pembacaan ini ditulis ke dalam format data

sondering test (lampiran –2).

4.3.2. Penggalian Pondasi

Pondasi adalah penerus suatu konstruksi kedalam tanah supaya konstruksi

tersebut kaku/kokoh. Untuk itu kedalaman pondasi sangat yang dibutuhkan sangat

penting. Dalam suatu konstruksi bangunan, biaya pondasi merupakan biaya yang

paling besar. Tidak heran jika dalam perencanaan pondasi dibuat hal sedemikian. Hal

ini bertujuan untuk kenyamanan bagi para pemilik dan sebagai satu – satunya

pengaku konstruksi tersebut agar tetap berdiri dengan kokoh meskipun tidak

diperhitungkan untuk suatu gempa dengan skala yang sangat besar (tsunami). Proses

penggalian pondasi tidak pada semua jenis pondasi. Hal yang lazim dilakukan yaitu

pada pondasi menerus, telapak, dan sumuran. Khusus untuk tiang pangcang, pondasi

tersebut dipancang seperti namanya.


35

Gambar 4.3.2. Penggalian pondasi

4.3.3. Pembuatan Pondasi

Pondasi yang berfungsi sebagai penerus semua gaya – gaya yang bekerja

kedalam tanah, terdiri dari pondasi menerus, pondasi telapak, pondasi sumuran,

pondasi cakar ayam, pondasi tiang pancang. Untuk pemilihan jenis pondasi dalam

suatu bangunan harus melakukan evaluasi data tanah atau sesuai dengan jenis

bangunan yang akan dibuat.

Seperti pondasi menerus digunakan orang untuk rumah – rumah

sederhana/tinggal dan mempunyai kondisi tanah yang baik. Untuk pondasi tiang

pancang sendiri, biasanya digunakan untuk bangunan yang mempunyai bobot sangat

besar dan kondisi tanah yang kurang baik.


36

Gambar 4.3.3. Pondasi yang sudah dicor

4.4. Pekerjaan Pemasangan Bekisting

Bekisting adalah suatu kontruksi sementara yang gunanya untuk mendukung

cetakan beton. Jadi bekisting yang dikerjakan harus dapat menahan berat tulangan,

adukan beton, pekerjaan serta peralatan hingga beton mengeras dan mampu memikul

beban. Bekisting harus menghasilkan kontruksi akhir yang maximum naik bentuk

ataupun ukurannya sesuai dengan gambar kerja. Kondisinya harus benar-benar

kokoh dan rapat sehingga dapat mencegah kebocoran beton pada pengecoran.

Analisa pekerjaan bekisting harus dilakukan sebaik – baiknya sebelum

pekerjaan. Tujuan dari analisa ini adalah untuk memenuhi hal-hal dibawah ini :

 Harus betul – betul kokoh dan dijamin tidak berubah bentuk dan tetap pada

posisinya semula.

 Bentuk dan ukurannya harus disesuaikan denga kontruksi yang akan dibuat

menurut gambar.

 Tidak bocor, permukaan licin, mudah dibongkar dan tidak merusak

permukaan beton.

 Tiang – tiang acuan harus benar- benar vertikal dan satu sama lainnya harus

diikat dengan palang papan balok.


37

Berdasarkan pengalaman pihak pengawas dilapangan bahwa kecelakaan kerja yang

sering terjadi adalah pada saat pekerjaan bekisting terlebih-lebih pada saat

pembongkarannya. Kecelakaan ini dapat disebabkan karena kurangnya kehati-hatian

para pekerja ataupun sistem sruktur yang kurang baik. Jadi perlu penanganan yang

serius dalam mengawasi pekerja ataupun mengontrol hasil pekerjaan yang telah

selesai dikerjakan.

Gambar 4.4. Proses pembuatan bekisting (kolom)

4.5. Pekerjaan Pemasangan Perancah

Perancah berguna untuk menahan beton cor yang masih segar untuk proses

pembentukan yang sempurna. Perancah digunakan untuk pengecoran balok dan

pelat. Fungsi perancah yaitu untuk menahan bekisting agar tidak mengalami lendutan

pada saat beton dituang. Perancah terbuat dari pipa besi, kayu, bahkan ada yang

menggunakan bambu. Semua tergantung proyek yang sedang berjalan yaitu sesuai

skala suatu proyek tertentu.


38

Gambar 4.5. perancah

4.6. Pekerjaan Pembesian

Pekerjaan pembesiaan terdiri dari memeotong, menekuk / membengkokkan

dan mengikat tulangan. Besi tulangan yang digunakan dengan mutu baja U-32 yang

tegangan lelehnya ( fy = 3200 kg/cm2 ), panjang 12 m dengan diameter yang

bervariasi seperti yang tercantum pada Peraturan Beton Indonesia Tahun 1971 ( PBI

1971 ).

Sebelum melakukan pembesian terlebih dahulu pelaksana harus memahami

gambar kerja atau daftar penulangan. Dari kedua sumber ini akan diketuhui panjang,

jarak pembengkokan dan jumlah tulangan yang diperlukan.


39

Gambar 4.6. Proses pembuatan/perakitan tulangan (pondasi)

Untuk memotong besi tulangan dipergunakan alat gunting baja dan untuk

besi tulangan yang berdiameter 16 mm atau lebih dipergunakan mesin potong

manual. Setelah itu besi tulangan dibengkokkan dalam bentuk yang direncanakan

serta dibuat kaitnya. Kait pada beugel atau sengkang berbentuk kait serong atau kait

miring yang memegang erat tulangan pokok. Alat pembengkok yang dipergunakan

sangat sederhana yaitu bangku kerja yang telah dipasang pen – pen tegak dengan

jarak tertentu, dibantu dengan kunci pembengkok yang terbuat dari baja mutu tinggi.

Pada saat penulangan kolom telah dimulai kira –kira setinggi 80 cm sebagai

langkah awal. Setelah balok dicor dan mengalami perkerasan awal (berumur 24 jam),

penulangan kolom dapat dilanjutkan kembali.

4.7. Pekerjaan Beton (Pengecoran)

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan persiapan sebelum melakukan

pengecoran yaitu :

1. Pemeriksaan kedudukan dan kekokohan bekisting

2. Pemeriksaan kedudukan tulangan baik jarak bebas untuk selimut beton

ataupun jarak tulangan itu sendiri.

3. Pemeriksaan kebersihan bekisting dari sampah dan kotoran yang

nantinya dapat merusak hasil pengecoran seperti potongan kayu dan besi.

Mempersiapkan jumlah bahan, alat dan pekerja yang diperlukan untuk

menghindari kesendatan operasi pengecoran nantinya.


40

Gambar 4.7. Proses pengecoran (pelat)

Apabila hal – hal diatas telah terpenuhi maka pengecoran telah dapat dilakukan /

dimulai. Tahap pelaksanaannya diuraikan dibawah ini yaitu :

 Pengadukan Beton

 Pengangkutan

 Penuangan.

 Pemadatan

 Meratakan Permukaan ( Ketebalan Beton )

 Pemberhentian Pengecoran.

 Perawatan Beton

1. Pengadukan Beton

Untuk setiap struktur bangunan komposisi campuran yang dimiliki berbeda.

Semuanya itu untuk memenuhi kekuatan yang diharapkan pada kolom, tangga, dan

balok lantai yang sesuai dengan Peraturan Beton Indonesia 1971 (PBI 1971) begitu

juga dengan pelat lantai.

Lamanya pengadukkan kira – kira 1.5 menit setelah semua bahan-bahan

dimasukkan kedalam molen (mesin adukan) yang siap dituangkan harus

diperlihatkan susunan dan warna yang merata.

2. Pengangkutan
41

Jarak pengangkutan hendaknya tidak terlalu jauh dari lokasi pengadukan

kelokasi penuangan untuk menghindari perbedaan waktu yang mencolok antara

beton yang sudah dan yang akan di cor.

Gambar 4.6. Proses pengankutan beton

3. Penuangan.

Penuangan beton segar kedalam bekisting tidak boleh dilakukan sembarangan

karena dapat mempengaruhi kualitas beton. Jarak penuangan kira – kira 30 cm,

untuk meghindari cipratan dan mempermudah proses pemadatan.


42

Gambar 4.7. Proses penuangan beton

4. Pemadatan

Pemadatan bertujuan untuk memperkecil rongga udara didalam beton dimana

cara ini, masing – masing bahan akan saling mengisi celah – celah yang ada. Pada

saat pengecoran balok lantai dan tangga, pemadatan dilakukan dengan pengrojokan

(menusuk dengan sepotong kayu). Pada bidang pengecoran yang luas seperti plat

lantai digunakan Vibrator (Jarum Penggetar) listrik. Pemadatan yang dilakukan harus

hati – hati agar tidak mengenai tulagan karena getaran yang terjadi dapat merusak

hasil pengocoran nantinya.Untuk pemadatan kolom cukup dilakukan dengan

memukul dinding bekisting untuk memberikan getaran pada beton segar yang baru

dituangkan. Pemadatan pada suatu titik dihentikan bila gelembung udara yang keluar

telah berhenti. Selanjutnya dapat dilanjutkan pada titik yang lain.

5. Meratakan Permukaan ( Ketebalan Beton )

Pada pengecoran kontruksi balok dan tangga kerataan permukaan dan

ketebalan berpedoman pada bekisting namun untuk plat lantai ditentukan dengan

mistar ukur. Mistar ukur yang digunakan cukup sederhana yaitu balok kayu dengan
43

panjang ± 3 m dan diberi pen –pen tegak berjarak 1.5 m setinggi plat lantai yang

direncanakan pen – pen inilah yang akan dibenamkan kadalam beton muda

sebagai pedoman ketebalan plat beton.

6. Pemberhentian Pengecoran.

Kadang kala terbatasnya waktu kerja, pengecoran – pengecoran tidak dapat

diselesaikan sekaligus sehingga perlu dihentikan dan akan dilanjutkan pada hari yang

lain atau berikutnya. Tempat pemberhentian dinamakan siar pelaksana, dimana ujung

pemberhentian pengecoran dibuat miring ( 45 0 ). Umumnya siar pelaksana dilakukan

pada tempat – tempat sebagai berikut.

 Diatas tepi balok

 Tempat – tempat yang momennya sama dengan nol atau 1/5 dari jarak

bentang.

7. Perawatan Beton

Setelah pengecoran dilaksanakan, beton mengalami perkerasan awal. Untuk menjaga

agar perkerasan merata maka permukaan beton disemprotkan dengan air pada saat

beton berumur 24 jam. Dilapangan, tidak ada perawatan tambahan kecuali menjaga

kewaspadaan terhadap benturan benda keras yang dapat merusak struktur beton

nantinya.

4.8. Pekerjaan Pemasangan Batu Bata

Batu bata yang dipakai adalah batu bata yang berkwalitas baik, yang

diproduksi dan berada dipasaran lokal. Untuk proyek ini dipakai batu bata dari

Tanjung Morawa dimana ukuran semuanya telah disesauikan dengan persyaratan –

persyaratan menurut NI tahun 1973.


44

Gambar 4.8. Proses pemasangan bata

Sebelum dipasangkan batu bata terlebih dahulu disiram dengan air. Bagian

sisi kolom yang menjadi pertemuan bata dipahat agar permukaannya kasar. Tujuan

dari pekerjaan ini adalah agar terjadi rekatan yang baik antara bata, spasi, dan kolom.

Batu bata yang digunakan adalah bata merah dengan ukuran panjang 230 mm, tebal

55 mm dan lebar 140 mm, dengan jarak spasi 15 mm, seperti persyaratan yang

tersebut diatas.

Pengukuran vertikal untuk ketegakan dinding dengan menggunakan benang

nilon yang telah diberi unting – unting. Sedangkan untuk pengukuran mendatar

(Horizontal). Digunakan benang nilon yang telah ditepatkan posisinya dengan water

pass. Pemasangan bata dilakukan dengan selang – seling, tidak boleh ada pertemuan

dua spasi tegak. Dan pemasangan dilakukan berbentuk miring. Pemasangan bata

dihentikan bila dinding setelah setinggi 17 lapisan atau kira kira 120 cm. Campuran

yang dipergunakan adalah 1 : 2 ( 1 bagian semen : 2 bagian pasir).


45

Gambar 4.9. Proses plester dinding dan lantai

BAB V

SYARAT – SYARAT TEKNIS PEKERJAAN

a. Rapat Lapangan

Sekurang – kurangnya satu kali dalam satu bulan diadakan rapat lapangan

( site meeting ) diruang rapat direksi yang dipimpin langsung oleh direksi.

Pokok – pokok yang dibicarakanantara lain :

a. Kemampuan pekerjaan dan hal – hal yang tercantum dalam laporan

mingguan.

b. Perihal administrasi proyek.

c. Hal – hal teknis ( penjelasan / spesifikasi serta instruksi direksi dan

pemberi tugas.

d. Koordinasi pekerjaan
46

e. Seluruh hasil rapat ditulis dalam suatu risalah rapat dan masing – masing

peserta rapat menerima satu berkas risalah rapat yang dapat dijadikan acuan

dan control bagi pelaksanaan pekerjaan selanjutnya.

b. Laporan – Laporan

kontraktor harus membuat laporan harian yang memberikan gambaran dan

catatan singkat mengenai :

a. tahap berlangsungnya pekerjaan – pekerjaan yang dilakukan kontaktor

bawahan.

b Catatan dari pemberi tugas / direksi / konsultan pengawas yang telah

disampaikan secara tertulis maupun lisan.

c Wajib membuat atau menyerahkan foto –foto dokumentasi atau album

pekerjaan yang memperlihatkan gambaran pelaksanaan pekerjaan sejak dari

awal sampai akhir, berdasakan petunjuk konsultan pengawas.

d Hal – hal mengenai bahan – bahan, peralatan / mesin yang masuk.

e Keadaan cuaca.

f Hal – hal mengenai pekerja.

g Hal – hal mengenai kesulitan –kesulitan atau gangguan yang mungkin ada

setiap laporan harian pada hari dan tanggal yang sama diperiksa dan disetujui

kebenarannya oleh pengawas harian dan konsultan pengawas.

Perselisihan mengenai hal ini mengakibatkan pekerjaan dihentikan untuk

diadakan opname. Dan berdasarkan laporan harian ini, oleh kontraktor disusun

laporan mingguan yang berisikan :

a. Jumlah hasil pekerjaan selama satu minggu serta

perbandingannya dengan schedule yang disepakati.


47

b. Prestasi fisik yang dicapai dibandingkan dengan program dan

dibandingkan dengan mingguan sebelumnya dalam suatu kurva ”S”

c. Hambatan – hambatan yang timbul mengenai tenaga, bahan,

peralatan serta rencana perkerasan jalan.

d. Catatan – catatan mengenai ada tidaknya pekerjaan yang

tambah / kurang.
48

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 KESIMPULAN

Setelah mengamati pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan ( PKL ) penulis

dapat menyimpulkan isi laporan ini, antara lain :

1 Tebal lapisan perkerasan :

a. Lapis permukaan ( Surfase Course ) dengan menggunakan bahan AC

( Asphalt Concereate ) setelah 4 cm setelah didapatkan dan ATB

( Asphalt Treated Base ) dengan tebal 4 cm

b. Lapis pondasi atas ( Base Course ) dengan menggunakan batu pecah

kelas A setebal 15 cm setelah dipadatkan

2. Proyek perhubungan jalan kota peningkatan jalan sekunder di kota Medan

dimiliki oleh PU Bina Marga yang direncanakan oleh konsultan perencana

PT.OTTOMAN ARCHITECTUIRE dan dilaksakan oleh PT RAPI

ARJASA

6.2 SARAN

1 Di dalam mengerjakan sebuah proyek khususnya proyek penanganan jalan

hendaknya sebelum dimulai pihak penilik harus menyelesaikan masalah yang

timbul di lapangan atau di lingkungan tersebut sehingga didalam pelaksanannya

tidak mengganggu kelancaran dalam menyelesaikan proyek

2 Agar mendapatkan kualitas yang baik hendaknya lebih ditingkatkan lagi kerja

sama yang baik antar pemilik, konsultan dan kontraktor


49

DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen PU Direktorat Jendral Bina Marga ( 1971 ). Spesifikasi umum Bina

Marga

2. Departemen PU Direktorat Jendral Bina Marga. Surat Perjanjian Pekerjaan

(Kontrak)

3. Nova, 1992. Perkerasan lentur Jalan Raya,Bandung.

Anda mungkin juga menyukai