Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kerja Praktek Program Starta
Satu Jurusan Teknik Industri
Disusun oleh :
Nama : Ismah Dessy Syukur
NPM : 15113035
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan Kerja Praktek
dengan judul “Analisis Sistem Proteksi Aktif Dalam Penanggulangan Kebakaran Di
PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat Area Bandung”. Merupakan suatu
kebanggaan tersendiri bagi penyusun dapat menyelesaikan Laporan Kerja Praktek
ini dengan baik dan tepat pada waktunya.
Laporan Kerja Praktek ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam menyelesaikan mata kuliah Kerja Praktek di Sekolah Tinggi Teknologi
Bandung.
Dalam penyusunan Laporan Kerja Praktek ini, penyusun mendapatkan
bimbingan dan saran yang bermanfaat dari berbagai pihak. Maka dari itu dalam
kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Muchammad Naseer, S.Kom., M.T selaku Ketua Sekolah Tinggi
Teknologi Bandung.
2. Bapak Danny Aidil Rismayadi, S.SI, M.Kom selaku Pembantu Ketua I
yang telah memberikan dukungan sehingga penyusunan Laporan Kerja
Praktek ini terselesaikan.
3. Bapak Teguh Aprianto, S.T, M.T. selaku Ketua Program Studi Teknik
Industri Sekolah Tinggi Teknologi Bandung.
4. Bapak Muhammad Verdian, S.T selaku pembimbing, Ibu Endah Aiwati
dan semua pihak di Unit Kerja Jaringan di PT PLN (Persero) Distribusi
Jawa Barat Area Bandung yang telah memberikan arahan serta
bimbingan selama melaksanakan Kerja Praktek.
5. Bapak Abdul Fatah, S.T, M.T. selaku Dosen Pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dalam penyusunan Laporan Kerja Praktek ini.
6. Semua teman dan berbagai pihak yang telah memberikan dukungan dan
bantuan kepada penyusun.
iii
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan Laporan Kerja Praktek ini
masih banyak kekurangan dan perlu dikembangkan lebih jauh lagi. Oleh karena itu,
penyusun berharap kepada semua pihak untuk memberikan masukan-masukan yang
bersifat membangun demi kesempurnaan Laporan Kerja Praktek ini.
iv
DAFTAR ISI
Judul .................................................................................................................. i
Lembar Pengesahan ........................................................................................... ii
Kata Pengantar .................................................................................................. iii
Daftar Isi ............................................................................................................ v
Daftar Tabel ...................................................................................................... viii
Daftar Gambar .................................................................................................. ix
Daftar Lampiran ................................................................................................ x
v
2.1.9.4 Asisten Manajer Kontruksi ........................................ II-8
2.1.9.5 Asisten Manajer Pelayanan & Administrasi .............. II-8
2.1.9.6 Asisten Manajer Perencanaan .................................... II-8
2.1.10 Lokasi/Unit Pelaksanaan Kerja ............................................. II-9
2.2 Alasan Memilih Tempat Kerja Praktek ............................................... II-10
2.3 Teori –Teori ......................................................................................... II-10
2.3.1 Teori Api .................................................................................. II-10
2.3.1.1 Teori Segitiga Api (Fire Tiangle) .............................. II-10
2.3.1.2 Teori Bidang Empat Api (Tetrohedron Fire) ............ II-11
2.3.2 Kebakaran ................................................................................ II-12
2.3.2.1 Bahaya Kebakaran ..................................................... II-12
2.3.2.2 Klasifikasi Kebakaran ................................................ II-14
2.3.2.3 Klasifikasi Bangunan gedung .................................... II-15
2.3.3 Unit Penanggulangan Kebakaran ............................................ II-16
2.3.4 Sistem Proteksi Kebakaran ...................................................... II-17
2.3.4.1 Sistem Proteksi Aktif .................................................. II-17
2.3.4.2 Sistem Proteksi Pasif .................................................. II-25
2.3.5 Sarana Penyelamatan Jiwa ....................................................... II-25
2.3.5.1 Petunjuk Arah Jalan Keluar ....................................... II-25
2.3.5.2 Sarana Jalan Keluar..................................................... II-26
2.3.5.3 Titik Kumpul .............................................................. II-27
BAB III HASIL KERJA PRAKTEK ................................................................. III-1
3.1 Teknis Pelaksanaan Kerja Praktek ....................................................... III-1
3.2 Analisis Hasil Kerja Praktek ................................................................ III-2
3.3.1 Unit Penanggulangan Kebakaran ............................................. III-2
3.3.2 Sistem Proteksi Aktif................................................................ III-3
3.3.3 Sarana Penyelamatan Jiwa ...................................................... III-12
3.3.4 Prosedur Penanggulangan Kebakaran ..................................... III-16
BAB V PENUTUP ............................................................................................ IV-1
4.1 Kesimpulan .......................................................................................... IV-1
4.2 Saran .................................................................................................... IV-2
vi
Daftar Pustaka
Lampiran ........................................................................................................... L-1
Biodata Penulis
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
BAB I
PENDAHULUAN
I-1
data tersebut terjadi peningkatan frekuensi kebakaran pemukiman dari tahun 2013
ke tahun 2014. Keselamatan adalah pertimbangan utama ketika kebakaran terjadi
pada sebuah bangunan. Berdasarkan data dari BNPB mengenai kebakaran
pemukiman yang terjadi di Indonesia dari tahun 2013 ada 79 korban jiwa meninggal
dunia, 347 jiwa terluka, 11284 jiwa harus mengungsi karena kehilangan tempat
tinggal mereka, dan 8706 jiwa mendapat dampak secara tidak langsung seperti
menderita penyakit ISPA. Kerugian materi yang sudah terdata sekitar 10606
bangunan dan 36 unit kendaraan bermotor terbakar.
PT. PLN (Persero) juga tidak luput untuk memenuhi semua tuntutan dalam
memberikan jaminan keselamatan dan kesehatan kerja pada karyawannya, sesuai
dengan undang-undang yang telah ada yaitu tentang keselamatan kerja no. 1 tahun
1970. Dengan adanya jaminan tersebut karyawan PT. PLN (Persero) akan merasa
aman pada saat mereka bekerja. Pada PT. PLN keselamatan dan kesehatan kerja
(K3) mempunyai nama tersendiri yang berbeda dengan perusahaan lain, yaitu K2
(Keselamatan dan ketenagalistrikan) dan K2 tersebut sudah diatur dalam sebuah
sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja. Didalam K2 tersebut mencakup
keseluruhan dari keselamatan dan kesehatan kerja, ketenagalistrikan, dengan adanya
K2 tersebut maka semua pekerjaan yang akan dilakukan mempunyai standard
operation procedure yang mesti dilaksanakan sebelum dikerjakan. Selain
mempunyai standard operation procedure mereka juga punya Job Safety Analyst
untuk melihat resiko kerja apa yang akan terjadi pada pelaksanannya, dengan adanya
itu akan dapat membantu untuk menghindari terjadinya kecelakaan kerja dan
menciptakan „zero accident‟ di tubuh PT. PLN (Persero).
Potensi bahaya di gedung perkantoran, selain penyakit juga berpotensi
bahaya lain yang mempengaruhi situasi dan kondisi di gedung perkantoran, yaitu
kecelakaan seperti peledakan, kebakaran, kecelakaan yang berhubungan dengan
instansi listrik dan sumber lainnya. Di mana hal tersebut dapat mengancam
keselamatan dari karyawan. Dengan adanya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
di PT PLN (Persero) maka salah satu programnya adalah penanggulangan
kebakaran. Penanggulangan kebakaran melalui sistem proteksi aktif dan sarana
penyelamatan jiwa dilakukan dengan pemenuhan paling sedikit meliputi APAR,
I-2
hydrant, deteksi asap dan api, sistem alarm kebakaran, pengendali asap, pintu
darurat, jalur evakuasi, tangga darurat, dan tempat titik kumpul aman.
Penanggulangan kebakaran bertujuan untuk memastikan sumber daya masusia,
pelanggan, dan aset perusahaan aman dari bahaya api, asap, dan bahaya lain.
Ketersediaan sistem proteksi aktif dan sarana penyelamatan jiwa sebagai
penanggulangan kebakaran yang sesuai dengan standar merupakan salah satu cara
pencegahan yang efektif untuk menghindari dan meminimalisir terjadi kebakaran
serta mencegah jatuhnya korban jiwa.
Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk menganalisis sistem proteksi
aktif dalam penanggulangan kebakaran di PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat
Area Bandung.
I-3
1.4 Manfaat Kerja Praktek
Manfaat kerja praktek adalah untuk menyumbangkan kontribusi pemikiran
berguna baik secara praktis maupun keilmuan.
1. Secara Praktis
a) Bagi Penyusun
1. Memperoleh pengalaman dalam mengaplikasikan atau menerapkan
bidang keahlian.
2. Memperoleh pengetahuan tentang bagaimana suatu Instansi/Perusahaan
dikelola melalui Organisasi Perusahaan yang dijalankan.
b) Bagi Akademis
1. Mengetahui seberapa besar kemampuan mahasiswa dalam
mengaplikasikan ilmunya untuk memecahkan masalah.
2. Mengetahui kemampuan mahasiswa dalam penguasaan materi yang telah
diperoleh selama perkuliahan.
c) Bagi Perusahaan
Sebagai informasi tambahan serta bahan pertimbangan untuk masukan
PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat Area Bandung dari hasil pemantauan
evaluasi sistem penanggulangan kebakaran.
2. Secara Keilmuan
Dapat memberikan wawasan yang lebih luas terutama dalam
mengembangkan ilmu secara khusus dititikberatkan pada pemahaman mengenai
pelaksanaan K3 di gedung PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat Area
Bandung.
I-4
1.5 Sistematika Penelitian
Sistematika penulisan laporan ini adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan kerja
praktek, ruang lingkup kerja praktek, manfaat kerja praktek, serta
ringkasan sistematika penulisan laporan.
BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
Bab ini menjelaskan tentang sejarah singkat PT PLN (Persero), latar
belakang berdirinya APJ, visi dan misi perusahaan, motto, logo,
ruang lingkup, struktur organisasi, lokasi, alasan memilih tempat
kerja dan teori – teori yang mendukung penulisan .
BAB III HASIL KERJA PRAKTEK
Bab ini membahas hasil kerja praktek.
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisikan kesimpulan dari semua aktifitas dan saran sebagai
masukan bagi perusahaan.
I-5
BAB II
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
II-1
perlistrikan seluruh Indonesia yang dikuasai oleh Pemerintah Republik
Indonesia karena pada tahun tersebut dimulai adanya nasionalisasi
perusahaan asing di Indonesia.
II-2
2.1.2 Latar Belakang Berdirinya APJ
II-3
2.1.3 Visi Perusahaan
Visi dari PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barata Area Bandung
yaitu “Diakui sebagai perusahaan kelas dunia yang bertumbuh-kembang,
ungggul, dan terpercaya dengan bertumpu pada potensi instansi”.
II-4
2.1.7 Logo Perusahaan
Setiap instansi dipastikan memiliki logo yang berfungsi sebagai
identitas perusahaan yang bertujuan agar masyarakat mudah mengenal dan
mengingat perusahaan tersebut.
PT PLN (Persero) memiliki logo berbentuk Petir. Penggunaan logo
tersebut sudah ditetapkan pada Surat Keputusan No. 13/DIR/1976.
II-5
Warna Biru Laut melambangkan kesetiaan dan pengabdian pada tugas
untuk menuju dan mencapai kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat
indonesia seperti dinyatakan dalam Peraturan Pemerintahan No. 18 tahun
1972.
II-6
berdiri sendiri, karena antara satu fungsi dengan fungsi lainnya saling
ketergantungan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut:
II-7
2.1.9.2 Asisten Manajer Transaksi Energi
Bekerjasama dengan Asisten Manajer Perencanaan, Asisten
Manajer Jeringan, Asisten Manajer Kontruksi, Asisten Manajer
Pelayanan dan Administrasi, untuk memkasimalkan kinerja APJ
Distribusi Jawa Barat dan Banten.
2.1.9.3 Asisten Manajer Jaringan
Fungsi Utama Asisten Manajer Jeringan adalah melaksanakan
proteksi, mutu dan keandalan, koordinator PDKB, Preparatory
PDKB, memonitoring pelaksanaan pemeliharaan trafo distribusi
untuk memaksimalkan kinerja APJ Distribusi Jawa Barat dan Banten.
2.1.9.4 Asisten Manajer Kontruksi
Fungsi Utama Asisten Manajer Kontruksi adalah
memonitoring pelaksanaan perakitan APP dan sistem telekomunikasi,
operasi dan AMR, menganalisa dan mengevaluasi penyaluran energi
pada APJ Distribusi Jawa Barat dan Banten.
2.1.9.5 Asisten Manajer Pelayanan dan Administrasi
Fungsi Utama Asisten Manajer Pelayanan dan Administrasi
adalah mengelola fungsi keuangan, bekerjasama dengan Asisten
Manajer Transaksi Energi, Asisten Manajer Jaringan, Asisten
Manajer Konstruksi, Asisten Manajer Perencanaan, dan fungsi terkait
di APJ untuk memfasilitasi unit garis depan dalam memaksimalkan
kinerjanya. Mengkoordinasikan penyediaan likuiditas operasional
apresiasi dan promosi pegawai dan lain-lain.
2.1.9.6 Asisten Manajer Perencanaan
Fungsi Utama Asisten Manajer Perencanaan adalah
mengelola fungsi logistik, komunikasi dan bekerjasama dengan ahli
dan fungsi terkait di APJ untuk memfasilitasi unit garis depan dalam
memaksimalkan kinerjanya. Mengkoordinasi apresiasi dan promosi
kehumasan, pengembangan sarana dan lain-lain. Bersama Asisten
Manajer Transaksi Energi, Asisten Manajer Jaringan, Asisten
Manajer Konstruksi, Asisten Manajer Pelayanan dan Administrasi.
II-8
2.1.10 Lokasi / Unit Pelaksanaan Kerja
Nama Perusahaan : PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat
Area Bandung
Provinsi : Jawa Barat
Otonomi Daerah : Kotamadya Bandung
Alamat : Jl. Soekarno-Hatta No. 436 Bandung
Kode Pos : 40255
Telepon : 022-5222043
Status Perusahaan : BUMN
Bangunan Perusahaan : Milik Sendiri
Lokasi : Strategis
Luas Wilayah : 299,15
II-9
2.2 Alasan Memilih Tempat Kerja Praktek
Adapun alasan mengapa memilih tempat kerja di PT PLN (Persero)
Distibusi Jawa Barat Area Bandung adalah sebagai berikut :
1. Lokasi perusahaan yang strategis.
2. Penulis tertarik ingin memperoleh pengalaman dan pengetahuan di
perusahaan yang bergerak dibidang ketenagalistrikan.
3. PT PLN (Persero) Distibusi Jawa Barat Area Bandung adalah perusahaan
yang sangat tepat untuk mengimplementasikan ilmu yang telah didapat di
jurusan teknik industri.
II-10
Gambar 2.5 Fire Trangle
(Sumber: http://samuderakubiru.blogspot.com/2017/02/fire-fighting-
fire-safety-objectives.html)
II-11
(Sumber: https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Fire_tetrahedron-
fr.svg)
2.3.2 Kebakaran
2.3.2.1 Bahaya Kebakaran
Kebakaran mengandung berbagai potensi bahaya baik bagi
manusia, harta benda maupun lingkungan. Berikut ini dijelaskan
bahaya utama suatu kebakaran menurut Ramli (2010) :
a. Terbakar api secara langsung kepada manusia akan menimbulkan
luka bakar.
Tabel 2.1 Efek Kebakaran Tingkat Panas
II-12
b. Terjebak asap yang ditimbulkan
Sekitar 50 - 80% kematian pada saat kebakaran dikarenakan
menghirup asap dari pada luka bakar. Menurut NFPA 92A Tahun
1996, asap adalah gas – gas serta partikel padat dan cair yang
beterbangan akibat dari proses pembakaran bersama dengan udara
yang tercampur di dalamnya.
Jenis asap yang di hasilkan berbeda pada setiap kebakaran,
begitu pula dengan gas – gas beracun yang di hasilkan akibat
kebakaran, tergantung dari bahan atau material yang terbakar.
Gas beracun yang berbahaya dan paling sering di hasilkan
akibat kebakaran adalah gas karbon monoksida (CO).
c. Bahaya lain akibat kebakaran
Misalnya kejatuhan benda akibat runtuhnya konstruksi.
Bahaya ini banyak sekali terjadidan mengancam keselamatan
penghuni, bahkan juga petugas pemadam kebakaran yang memasuki
bangunan yang sedang terbakar. Bahaya lainnya dapat bersumber
dari ledakkan bahan atau material yang terdapat dalam ruangan yang
terbakar. Salah satu bahaya lain yang sering terjadi adalah ledakan
gas yang terkena paparan panas.
d. Trauma akibat kebakaran
Bahaya ini juga banyak mengancam korban kebakaran yang
terperangkap, panik, kehilangan orientasi dan akhirnya dapat
berakibat fatal. Hal ini banyak terjadi dalam kebakaran gedung
bertingkat, dimana penghuninya kesulitan untuk mencari jalan keluar
yang sudah dipenuhi asap.
II-13
2.3.2.2 Klasifikasi Kebakaran
Klasifikasi kebakaran yang dikenal saat ini antara lain:
1. Klasifikasi U.L (Underwriters Laboratories)
UL adalah suatu lembaga asuransi di USA yang banyak
menutup asuransi perusahaan atau perorangan yang berkaitan dengan
kebakaran. Lembaga ini mengembangkan berbagai standar dan
pedoman mengenai kebakaran. Berikut ini adalah klasifikasi
kebakaran menurut UL.
Tabel 2.2 Kelas Kebakaran UL (Amerika)
2. Klasifikasi NFPA
NFPA (National Fire Protection Association) adalah suatu
lembaga swasta di bidang penanggulangan bahaya kebakaran di
Amerika Serikat.
Tabel 2.3 Kelas Kebakaran NFPA
II-14
3. Klasifikasi Indonesia
Menurut peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
RI No. Per 04/Men/1999 tentang Syarat-syarat Pemasangan dan
Pemeliharaan Alat Pemadaman Api Ringan, kebakaran dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
II-15
2.3.3 Unit Penanggulangan Kebakaran
Sehubung dengan Keputusan Mentri Tenaga Kerja Republik
Indonesia Nomor : KEP.186/MEN/1999 Tanggal 29 Sepetember 1999
tentang Unit Penanggulangan Kebakaran Penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta untuk mencipatakan suasan kerja
yang kondusif dengan mengantisipasi dan menanggulangi kemungkinan
terjadinya kebakaran di lingkungan PT PLN Distribusi Jawa Barat Area
Bandung.
Adapun Tugas Tim Tanggap Darurat adalah sebagai berikut :
1. Ketua dan Wakil Ketua
a. Mengkoordinir kegiatan Tanggap darurat di tempat kerja
atau wilayah kerja PT PLN (Persero) Area Bandung.
b. Menyusun program Tim Tanggap Darurat di tempat kerja.
c. Mengevaluasi hasil, menyebarluaskan hasil kegiatan Tim
Tanggap Darurat di tempat kerja.
2. Ketua dan Wakil Ketua
a. Menyusun program tim tanggap darurat di tempat kerja
b. Mengevaluasi hasil menyebar luaskan hasil kegiatan tanggap
darurat di tempat kerja
3. Kepala regu
a. Mengkoordinnir kegiatan tanggap darurat sesuai tugas
regunya masing-masing.
b. Menyusun program kerja regu sesuai tugas regu masing-
masing.
c. Mengevaluasi hasil kerja regu masing-masing.
II-16
2.3.4 Sistem Proteksi Kebakaran
Sistem proteksi kebakaran bertujuan untuk mendeteksi dan
memadamkan kebakaran sedini mungkin dengan menggunakan peralatan
yang digerakkan secara manual atau otomatis.
Sistem proteksi kebakaran dapat dikelompokkan atas dua bagian
yaitu sistem proteksi aktif dan sistem proteksi pasif. Sistem proteksi aktif
adalah sarana proteksi kebakaran yang harus digerakkan dengan sesuatu
untuk berfungsi memadamkan kebakaran.
Sistem proteksi pasif adalah sistem proteksi kebakaran yang menjadi
kesatuan (inherent) atau bagian dari suatu rancangan atau benda.
II-17
(cabut pin), Aim (arahkan ke api), Squezee the handle (pijit katup),
dan Sweep (kibaskan ke kiri dan kanan) (Ramli, 2010).
Jenis – jenis APAR adalah sebagai berikut :
1. Jenis APAR menurut media pemadam
Dilihat dari media pemadamnya, APAR dapat dibagi atas
jenis sebagai berikut:
1) Air
2) Busa
3) Tepung kering
4) CO2
5) Halogen
2. Jenis APAR menurut penggerak
Dilihat dari sistem penggeraknya, APAR dapat dibagi atas
jenis sebagai berikut:
1) APAR bertekanan (pressurized), yaitu jenis APAR yang di
dalamnya sudah diberi tekanan dengan menggunakan gas
yang berfungsi untuk menekan media pemadam agar keluar
dari tabung.
2) APAR dengan tabung penekan (catridge), yaitu APAR yang di
dalamnya terdapat tabung baja kecil yang disebut catridge
berisi CO2 bertekanan tinggi.
3. Jenis APAR yang banyak digunakan
Berikut ini beberapa Jenis APAR yang banyak digunakan:
1) Alat Pemadam Air Bertekanan
Alat pemadam api ringan berisi air bertekanan tersedia dalam
ukuran 2,5 galon (9,5 liter) dengan nilai kemampuan
pemadaman 2A. Alat pemadam api ini mempunyai
kemampuan hanya untuk kelas A.
2) Alat Pemadam Api Karbondioksida
Alat pemadam api ringan jenis karbondioksida tersedia dalam
ukuran 2,5 – 20 lb (1,2 – 9,1 kg) yang dapat dijinjing, dan 50
II-18
– 150 lb untuk yang memakai roda. Tipe alat pemadam ini
berisi cairan CO2 di bawah tekanan uapnya (vapour density).
3) Alat Pemadam Api Bubuk Kimia Kering
Alat pemadam api bubuk kimia kering tersedia dalam dua
jenis yaitu jenis penekan digunakan udara kering atau
nitrogen yang dimampatkan bersama-sama media pemadam.
Untuk jenis catridge ada yang ditempatkan di dalam tabung
dan ada yang ditempatkan di luar tabung.
4) Alat Pemadam Api Busa
Alat pemadam jenis ini ada 2 macam yaitu AFFF (Aqueous
Film Forming Foam) dan busa kimia. Media pemadam adalah
campuran Aqueos Film Forming dengan air yang akan
membentuk busa mekanis bila disemprotkan melalui nozzle.
Syarat-syarat atau ketentuan teknis penempatan dan pemasangan
APAR menurut Permen PU RI No.26/PRT/M/2008 sebagai berikut:
1. Tersedia alat pemadam api ringan.
2. Terdapat klasifikasi APAR yang terdiri dari huruf yang
menunjukkan kelas api dimana alat pemadam api terbukti efektif.
3. APAR diletakkan ditempat yang menyolok mata yang mana alat
tersebut mudah dijangkau dan siap dipakai.
4. APAR harus tampak jelas dan tidak dihalangi.
5. APAR selain jenis APAR beroda harus dipasang kokoh pada
penggantung atau pengikat buatan manufaktur APAR atau
pengikat yang terdaftar yang disetujui untuk tujuan tersebut.
6. APAR dengan berat kotor tidak melebihi 18 kg harus dipasang
sehingga ujung atas APAR tingginya tidak lebih dari 1,5 meter
diatas lantai dan APAR dengan berat lebih dari 18 kg harus
dipasang tidak lebih dari 1 meter diatas lantai.
7. Instruksi pengoperasian harus ditempatkan pada bagian depan
dari APAR dan harus terlihat jelas.
II-19
8. APAR harus tidak terekspos ke temperatur diluar rentang
temperatur yang tercantum pada label APAR.
9. APAR harus mempunyai label yang ditempelkan untuk
memberikan informasi nama manufaktur atau nama agennya,
alamat surat dan nomor telefon.
10. APAR harus selalu dipelihara dalam kondisi penuh dan siap
dioperasikan.
11. APAR diinspeksi pada setiap interval waktu kira-kira 30 hari.
12. Petugas yang melakukan inspeksi harus menyimpan dari semua
APAR yang diperiksa, termasuk tindakan korektif yang
dilakukan.
13. Dilakukan pemeliharaan terhadap APAR pada jangka waktu tidak
lebih dari 1 tahun.
14. Setiap APAR harus mempunyai kartu atau label yang diletakkan
dengan kokoh yang menunjukkan bulan dan tahun dilakukannya
pemeliharaan.
15. Pada label pemeliharaan terdapat identifikasi petugas.
B. HYDRANT
Menurut Permen PU RI No. 26/PRT/M/2008, hydrant adalah
alat yang dilengkapi dengan slang dan mulut pancar (nozzle) untuk
mengalirkan air bertekanan, yang digunakan bagi keperluan
pemadaman kebakaran dan diletakkan di halaman bangunan gedung.
Salah satu alat penyalur air yang terpasang di beberapa lokasi adalah
hidran kebakaran. Alat ini berfungsi untuk menyalurkan air ke lokasi
kebakaran misalnya sebagai alat penghubung selang pemadam
kebakaran. Hydrant pemadam kebakaran memiliki katup yang bisa
dibuka atau ditutup dengan mudah (Ramli, 2010).
Berdasarkan jenis dan penempatannya, hydrant terdiri atas
dua jenis, yaitu:
1. Hydrant Halaman
II-20
Pengertian hydrant halaman menurut Permen PU RI No.
26/PRT/M/2008, adalah alat yang dilengkapi dengan slang dan
mulut pancar (nozzle) untuk mengalirkan air bertekanan, yang
digunakan bagi keperluan pemadaman kebakaran dan diletakkan
di halaman bangunan gedung. Hydrant halaman ini digunakan
untuk menyalurkan air bagi unit-unit mobil pompa kebakaran
yang biasanya dipasang di pinggir jalan yang rawan terhadap
kebakaran. Penempatan hidran ini ada dua macam, yaitu:
a. Hydrant di atas tanah
Hydrant jenis ini terletak di tempat-tempat umum. Hidran ini
mudah ditemukan karena warnanya yang mencolok dan
penggunaannya juga cukup mudah serta terdiri atas tiga
kopling pengeluaran.
b. Hydrant di bawah tanah
Hydrant di bawah tanah ini merupakan sistem yang
digunakan untuk mendapatkan sumber air bagi keperluan
pemadaman.
2. Hydrant Gedung
Menurut jenisnya, hydrant gedung dapat dibagi menjadi
dua jenis yaitu tipe bejana kering dan bejana basah. Pada jenis
bejana kering, didalamnya tidak terisi air, walaupun telah
dihubungkan dengan sumber air. Hydrant bejana basah di
dalamnya berisi air sehingga jika dibuka air langsung
menyemprot. Hydrant memiliki koneksi atau penghubung yang
disebut kopling yang dapat disambung dengan selang pemadam
kebakaran atau peralatan lainnya (Ramli, 2010).
Syarat-syarat atau ketentuan teknis penempatan dan pemasangan
hydrant menurut SNI 03-1745-2000 sebagai berikut:
1. Tersedia hydrant gedung dan hydrant halaman
2. Kotak hydrant terletak tidak kurang dari 0,9 m atau lebih dari 1,5
m diatas permukaan lantai.
II-21
3. Kotak hydrant tidak boleh terhalang.
4. Setiap hydrant dicat dengan warna yang menyolok mata.
5. Apabila jenis kaca mudah pecah (break glass) untuk katup
pelindung, harus disediakan alat pembuka, yang dilekatkan
dengan aman dan tidak jauh dari area panel kaca.
6. Kotak hydrant hanya digunakan untuk menempatkan peralatan
kebakaran seperti selang, sambungan selang, kepala selang, keran
pembuka.
7. Hydrant halaman diletakkan disepanjang jalur akses mobil
pemadam kebakaran.
8. Jarak hydrant dengan sepanjang akses mobil pemadam kebakaran
kurang dari 50 meter dari hidran.
9. Sumber daya listrik darurat harus direncanakan dapat bekerja
secara otomatis apabila sumber daya listrik utama tidak bekerja
dan harus dapat bekerja setiap saat.
10. Pasokan air untuk hydrant halaman harus sekurang-kurangnya
2400 liter/menit pada tekanan 3,5 bar serta mampu mengalirkan
air selama 45 menit.
11. Hydrant dilakukan inspeksi/ pemeriksaan, pengujian dan
pemeliharaan.
B. SPRINKLER
Menurut Permen PU RI No.26/PRT/M/2008, sprinkler adalah
alat pemancar air untuk pemadaman kebakaran yang mempunyai
tudung berbentuk deflektor pada ujung mulut pancarnya, sehingga air
dapat memancar ke semua arah secara merata.
II-22
1. Detektor Panas
Detector yang bekerja berdasarkan pengaruh panas (temperatur)
tertentu pengindraan panas. Persyaratan untuk detector panas
yaitu :
1) Dipasang pada jarak lebih dari 15 meter antara AC dengan
detector sedangkan antara exhaush dengan detector dipasang
pada jarak kurang dari 15 m.
2) Untuk ruangan dengan luas 46 m2 dengan ketinggian langit-
langit 3m harus dipasang 1 buah alat detector.
2. Detektor Asap
Detector yang bekerja berdaasarkan terjadinya akumulasi asap
dalam jumlah tertentu. Detector asap (smoke) dapat mendeteksi
kebakaran jauh lebih cepat dari detector panas. Persyaratan untuk
detector asap yaitu :
1) Dipasang pada jarak lebih dari 15 meter antara AC dengan
detector sedangkan dengan exhaush dengan detector dipasang
pada jarak kurang dari 15 meter.
2) Untuk ruangan dengan luas 92 m2 dengan ketinggian langit-
langit 3 meter harus dipasang sebuah alat detector.
II-23
3) Jarak detector pada ruangan eek kurang dari 12 m dengan suhu
ruangan kurang dari 38 derajat C˚
3. Alarm Kebakaran
II-24
2.3.4.2 Sistem Proteksi Pasif
Sistem proteksi pasif adalah sarana, sistem atau rancangan
yang menjadi bagian dari sistem sehingga tidak perlu digerakkan
secara aktif.
Banyak jenisnya sarana pasif yang dirancang untuk proteksi
kebakaran antara lain:
1. Penghalang (barrier)
Penghalang adalah struktur bangunan yang berfungsi
sebagai penghalang atau penghambat penjalaran api dari suatu
bagian bangunan ke bagian lainnya.
2. Jarak aman
Pengaturan jarak antar bangunan sangat membantu dalam
mengurangi penjalaran api. Bangunan yang berdempet-dempetan
akan mudah terkena kebakaran dari bangunan sebelahnya.
3. Pelindung tahan api
Penjalaran atau kebakaran dapat dikurangi dengan
memberi pelindung tahan api untuk peralatan atau sarana tertentu.
Sebagai contoh, tiang-tiang pondasi peralatan didalam pabrik
kimia diberi proteksi bahan tahan panas (fire proofing) sehingga
mampu menahan kebakaran sekurangnya setengah jam (Ramli,
2010).
2.3.5 Sarana Penyelamatan Jiwa
Menurut Permen PU RI No.26/PRT/M/2008, sarana penyelamatan
adalah sarana yang dipersiapkan untuk dipergunakan oleh penghuni maupun
petugas pemadam kebakaran dalam upaya penyelamatan jiwa manusia
maupun harta benda bila terjadi kebakaran pada suatu bangunan gedung dan
lingkungan.
II-25
yang jelas dan nyata diidentifikasikan sebagai exit, harus diberi tanda
dengan sebuah tanda yang disetujui yang mudah terlihat dari setiap
arah akses exit. Akses ke exit harus diberi tanda dengan tanda yang
disetujui, mudah terlihat disemua keadaan dimana eksit atau jalan
untuk mencapainya tidak tampak langsung oleh para penghuni.
Penandaan harus disediakan memenuhi kriteria sebagai
berikut:
1. Terdapat tanda petunjuk arah pada sarana jalan keluar.
2. Warna petunjuk arah nyata dan kontras berwarna hijau dan putih.
3. Pada setiap lokasi ditempatkan tanda arah dengan indikator arah.
4. Tanda arah dapat dibaca pada kedua mode pencahayaan normal
dan darurat.
II-26
2.3.5.3 Titik Kumpul
Menurut NFPA 101 titik kumpul adalah tempat di area sekitar
lokasi yang di jadikan sebagai tempat berhimpun setelah proses
evakuasi dan penghitungan jumlah personal saat terjadi kebakaran.
Titik kumpul harus aman dari bahaya kebakaran dan lainnya.
Syarat–syarat atau ketentuan teknis titik kumpul menurut
NFPA 101 adalah sebagai berikut:
1. Terdapat petunjuk tempat berkumpul.
2. Kondisi area aman, mudah dijangkau, dan cukup luas untuk
menampung seluruh orang (min 0,3 m/ orang).
3. Terdapat tempat berhimpun setelah evakuasi.
II-27
BAB III
HASIL KERJA PRAKTEK
III-1
Lanjutan
Tabel 3.1 Jenis Kegiatan Kerja Praktek
III-2
3.3.2. Sistem Proteksi Aktif
Berikut adalah sistem proteksi aktif yang terdapat di PT PLN
(Persero) Distribusi Jawa Barat Area Bandung :
1. APAR
PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat Area Bandung tersedia
Alat Pemadam Api Ringan (APAR) yang berjumlah 82 tabung yang
berfungsi. Pada gedung kantor PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat
Area Bandung terdapat 49 APAR diantaranya terdapat 2 APAR halaman
depan dan halaman belakang lalu 47 APAR lainnya tersebar di 5 lantai
gedung dengan kondisi baik dan siap pakai. Pada gudang terdapat APAR
sebanyak 20 buah diantaranya terdapat 2 APAR halaman dan 18 lainnya
tersebar di gudang, kator dan post satpam. Di gedung peneraan terdapat
APAR sebanyak 4 buah, di gedung GSBO terdapat APAR 3 buah, di
gedung PDKB terdapat APAR 2 buah. Di gedung kendaraan, gudang
selatan, persatuan ibu dan pos satpam terdapat masing – masing 1 buah
APAR. Berikut adalah daftar data APAR yang terdapat di PT PLN
(Persero) Area Bandung :
ALAT PEMADAM
NO NAMA UNIT KERJA KEBAKARAN
APAR NETTO APAT
I LANTAI I
Rayon Bandung Selatan
1 Server 1 3 Kg
2 P2TL 1 3 Kg
3 Harkon 1 3 Kg
4 Ail 1 3 Kg
5 Yantek 1 3 Kg
6 Operator 1 3 Kg
7 Green Café 123 1 3 Kg
8 Depan Ruang Rapat R Selatan 1 3 Kg
9 Dapur 1 3 Kg
10 P3K 1 3 Kg
11 Mesjid 1 3 Kg
12 Kantin 123 1 3 kg
13 Halaman Depan 1 50 Kg 1
14 Halaman Belakang 1 50 Kg 1
III-3
Lanjutan
ALAT PEMADAM
NO NAMA UNIT KERJA KEBAKARAN
APAR NETTO APAT
Jumlah 14 2
II LANTAI II
1 Ruang Manajer Area 1 3 Kg
2 Ruang Sekretaris manajer 1 3 Kg
3 Ruang Sekretariat ADM 1 3 Kg
4 Lobby 1 3 Kg
5 Panglawungan 1 3 Kg
6 Depan R OPI 1 3 Kg
7 Ruang AMR 1 3 Kg
8 Koridor (Hydrant) 1 3 Kg
9 Dapur 1 3 Kg
10 Ruang Priangan 1 3 Kg
11 Ruang Transaksi Energi 1 3 Kg
Jumlah 11
III LANTAI III
RAYON PRIMA PRIANGAN
1 Ruang Administrasi 1 3 Kg
2 R.Rapat Prima 1 3 Kg
3 Lobby 1 3 Kg
4 Ruang Teknik 1 3 Kg
5 Yantek 1 1 3 Kg
6 Dapur 1 3 Kg
JARINGAN AREA BANDUNG
7 ASMAN Jaringan 1 3 Kg
8 Jaringan 1 3 Kg
9 R.Piket Bandung Lima 1 3 Kg
10 Tangga Darurat 1 3 Kg
Jumlah 10
IV LANTAI IV
1 Ruang SDM 1 3 Kg
2 Lobby 1 3 Kg
3 Perencanaan dan Evaluasi 1 3 Kg
4 Koridor 1 3 Kg
5 Keuangan 1 3 Kg
6 Ruang Pelayanan 1 1 3 Kg
7 Ruang Pelayanan 2 1 3 Kg
8 Dapur 1 3 Kg
9 Pengadaan 1 3 Kg
Jumlah 9
III-4
Lanjutan
ALAT PEMADAM
NO NAMA UNIT KERJA KEBAKARAN
APAR NETTO APAT
V LANTAI V
1 Asman Kontruksi 1 3 Kg
2 R Kontruksi
3 Lobby Kontruksi 1 3 Kg
4 Call Center 123 1 3 Kg
5 Koridor 1 3 Kg
6 SDM 123
7 Dapur 1 3 Kg
Jumlah 5
VI GEDUNG TERPISAH
1 Gudang Area Bandung 1 1 3 Kg
2 Gudang Area Bandung 2 1 3 Kg
3 Gudang Area Bandung 3 1 3 Kg
4 Gudang Area Bandung 4 1 3 Kg
5 Gudang Area Bandung 5 1 3 Kg
6 Gudang Area Bandung 6 1 3 Kg
7 Gudang Area Bandung 7 1 3 Kg
8 Gudang Area Bandung 8 1 3 Kg
9 Gudang Area Bandung 9 1 3 Kg
10 Gudang Area Bandung 10 1 3 Kg
11 Gudang Area Bandung 11 1 3 Kg
12 Gudang Area Bandung 12 1 3 Kg
13 Gudang Area Bandung 13 1 3 Kg
14 Gudang Area Bandung 14 1 3 Kg
15 Gudang Area Bandung 15 1 3 Kg
16 Gudang Area Bandung 16 1 3 Kg
17 Gudang Area Bandung 17 1 3 Kg
18 Gudang Area Bandung 18 1 3 Kg
19 Gudang Area Bandung 19 1 50 Kg 1
20 Gudang Area Bandung 20 1 50 Kg 1
21 Pos Pengamanan (Peneraan ) 3 Kg
22 Peneraan 1 3 Kg
23 Peneraan 1 3 Kg
24 Peneraan 1 3 Kg
25 Peneraan 1 3 Kg
26 Pos Satpam 1 3 Kg
27 GSBO Depan 1 3 Kg
28 GSBO Belakang 1 3 Kg
29 Kantin GSBO 1 3 Kg
30 Persatuan Ibu ( PI ) 1 3 Kg
31 Gudang Selatan 1 3 Kg
32 Kendaraan 1 3 Kg
III-5
Lanjutan
ALAT PEMADAM
NO NAMA UNIT KERJA KEBAKARAN
APAR NETTO APAT
33 PDKB Lantai 1 1 3 Kg
34 PDKB Lantai 2 1 3 Kg
35 Pos Pengamanan 3 Kg
Jumlah 33 2
JUMLAH TOTAL 82 4
III-6
tercatat pada label APAR. Untuk pemeriksaan dan pemeliharaan APAR
dilakukan sebulan sekali oleh pihak K3L PT PLN (Persero) Distribusi Jawa
Barat Area Bandung karena terdapat audit setiap bulannya. Pemeriksaan ini
meliputi : pemeriksaan fisik (tabung, selang, nozzle, pengatub, segel,
indikator tekanan dan label) dan penempatannya telah sesuai atau belum.
Setiap APAR mempunyai kartu atau label yang diletakkan dengan kokoh
yang menunjukkan bulan dan tahun dilakukannya pemeliharaan. Pada label
pemeliharaan juga terdapat identifikasi petugas K3.
Pemasangan dan pemeliharaan APAR yang terdapat di PT PLN
(Persero) Distribusi Jawa Barat Area Bandung mengacu pada Peratuaran
Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi No. Per-04/Men/1980 tentang
syarat – syarat pemasangan dan pemeliharaan alat pemadam api ringan dan
semuanya sesuai dengan peraturan menteri tersebut. Berikut adalah gambar
APAR di PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat Area Bandung:
(a) (b)
Gambar 3.1 APAR 3 kg (a) dan APAR 50 kg (b)
2. HYDRANT
PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat Area Bandung memiliki
2 jenis hydrant yaitu hydrant in door dan hydrant out door. Pada gedung
kantor PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat Area Bandung terdapat
III-7
hydrant in door berjumlah 5 buah yang tersebar di 5 lantai dan hydrant
out door berjumlah 2 buah. Berikut adalah daftar data hydrant yang
terdapat di PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat Area Bandung :
III-8
(a) (b)
Gambar 3.2 Hydrant in door (a) dan Hydrant out door (b)
III-9
sensor tersebut membutuhkan tegangan 8 VDC sampai 32 VDC. Smoke
detector biasanya dipasang pada plafon yang memungkinkan terjadinya
kerusakan pada kabel, kerusakan pada kabel biasanya terjadi oleh
gigitan-gigitan binatang seperti tikus dan serangga, untuk memastikan
kabel tersebut tidak rusak diperlukan line monitoring, hanya dengan
menambahkan sebuah resistor pada ujung kabel. Tegangan pada smoke
akan mengalami fluktuasi tergantung intensitas asap yang dibaca,
perubahan tegangan tersebutlah yang dimanfaatkan oleh mikrokontroler.
Perubahan tegangan yang besar yaitu dari 8 VDC sampai 32 VDC akan
menyebabkan mikrokontroler rusak, oleh karena itu tegangan tersebut
perlu dikonversi menjadi 0-5 VDC agar dapat dibaca oleh rangkaian
ADC mikrokontroler, agar proteksi lebih safety maka sensor ini
dirancang dengan sistem latching artinya apabila sensor bekerja aktif
maka sensor akan tetap aktif sebelum direset catudayanya.
Berikut adalah gambar detektor kebakaran di PT PLN (Persero)
Distribusi Jawa Barat Area Bandung:
III-10
yang terdapat di setiap penjuru lantai, apabila terjadi bahaya kebakaran,
staf yang bertugas tinggal menekan buzzer pada titik panggil manual
maka sirine akan terdengar ke seluruh ruangan. Selain itu PT PLN
(Persero) Distribusi Jawa Barat Area Bandung menggunakan fire alarm
yang berada di setiap hydrant yang terpasang didalam gedung. Hal ini
dilakukan agar apabila terjadi bahaya seluruh penghuni gedung PT PLN
(Persero) Distribusi Jawa Barat Area Bandung dapat mendengar sirine
kebakaran dan dapat dengan cepat dievakuasi.
Ada dua persyaratan mengenai alarm kebakaran menurut SNI
03-3985-2000 yaitu alarm kebakaran terdapat pada titik panggil manual
dengan hidran dan suara alarm sama dengan suara alarm lainnya. Maka
alarm kebakaran di PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat Area
Bandung sesuai dengan standar nasional Indonesia. Berikut adalah
gambar fire alarm di gedung PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat
Area Bandung.
III-11
3.3.3. Sarana Penyelamatan Jiwa
1. Pintu Darurat
Pintu Darurat di gedung PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat
Area Bandung berjenis engsel sisi atau pintu ayun, jenis engsel sisi atau
pintu ayun dipilih agar pintu dapat berayun dari posisi manapun sehingga
mencapai posisi terbuka penuh. Pintu darurat PT PLN (Persero)
Distribusi Jawa Barat Area Bandung tersambung oleh jalur jalan keluar
sehingga dapat memudahkan dalam proses evakuasi apabila terjadi
bahaya kebakaran .
Berikut adalah gambar pintu darurat di gedung PT PLN (Persero)
Distribusi Jawa Barat Area Bandung.
(a) (b)
(c) (d)
III-12
Gambar 3.6 Pintu Darut Depan (a), Pintu Darurat Belakang (b),
Pintu Darurat Samping Kanan Gedung (c) dan Pintu Darurat
Dalam Gedung (d)
1. Tangga Darurat
Gedung PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat Area Bandung
memiliki memiliki 3 tangga darurat, yaitu satu didalam gedung yang
bagian depan yang menghubungkan lantai satu sampai lantai lima dengan
jalur keluar melalui pintu darurat bagian depan, satu didalam gedung
samping kanan yang menghubungkan lantai satu sampai lantai lima
dengan jalur keluar melalui pintu darurat samping kanan dan satu
didalam gedung yang bagian belakang yang menghubungkan lantai satu
sampai lantai lima dengan jalur keluar melalui pintu darurat belakang.
Tangga darurat di gedung PT PLN (Persero) Distribusi Jawa
Barat Area Bandung memiliki bordes diatas 8 yang berjumlah 8-9 bordes
jumlah bordes ini sengaja dibuat 8-9 bordes karena jika jumlah bordes
terlalu banyak maka dapat menyebabkan kelelahan, dan apabila bordes
terlalu sedikit, tangga darurat akan menjadi curam.
Berikut adalah tangga darurat di gedung PT PLN (Persero)
Distribusi Jawa Barat Area Bandung.
III-13
2. Petunjuk Arah Jalan Keluar
Tanda petunjuk arah jalan keluar di gedung PT PLN (Persero)
Distribusi Jawa Barat Area Bandung dipasang sepanjang sisi jalan keluar
dan pintu keluar serta di pintu-pintu darurat, pemasangan ini bermaksud
agar arah jalan keluar dapat terbaca dengan jelas dan kariyawan gedung
dapat mengetahui jalan keluar.
Tanda petunjuk arah dengan iluminasi eksternal dan internal
dapat dibaca pada kedua mode pencahayaan normal atau darurat yang
dimaksud mode pencahayaan normal dan darurat yaitu pencahayaan
darurat seperti bisa terbaca dengan bantuan cahaya, dan mode
pencahayaan darurat apabila dalam keadaan darurat dan tidak ada
cahaya yang menerangi ruangan, maka tanda arah jalan keluar harus
bisa terbaca pada kondisi ini. Berikut adalah gambar tanda petunjuk arah
jalan keluar di gedung PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat Area
Bandung.
III-14
3. Titik Kumpul
Titik Kumpul di PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat Area
Bandung berada pada dua titik, tempat kumpul tersebut terletak di
halaman utama gedung dan halaman belakang gedung PT PLN (Persero)
Distribusi Jawa Barat Area Bandung.
Halaman utama dipilih menjadi titik kumpul dikarenakan
halaman memiliki luas yang dapat menampung seluruh pengguna
gedung, selain itu halaman utama PT PLN (Persero) Distribusi Jawa
Barat Area Bandung dapat memudahkan karyawan yang melalui jalur
akses evakuasi dari pintu depan darurat bagian depan maupun jalur akses
evakuasi melalui pintu darurat yang dibagian samping kanan gedung.
Halaman belakang menjadi titik kumpul dikarenakan halaman belakang
juga memiliki halaman yang cukup luas yang dapat menampung seluruh
pengguna gedung yang melalui jalur akses evakuasi pintu darurat bagian
belakang maupun akses pintu darurat bagian samping kanan gedung.
Berikut adalah gambar tempat berkumpul di PT PLN (Persero)
Distribusi Jawa Barat Area Bandung.
(a) (b)
Gambar 3.9 Tanda Titik Kumpul Halaman Depan (a) dan Titik
Kumpul Halaman Belakang (b)
III-15
3.3.4. Prosedur Penanggulangan Kebakaran
1. Kebakaran Kecil
Prosedur Kebakaran Kecil di PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat
Area Bandung adalah sebagai berikut:
1) Segera setelah mengetahui ada kebakaran oleh salah satu personil
yang melihat pertama kali segera melapor kepada personil lain yang
terdekat.
2) Segera berusaha memadamkan api dengan Alat Pemadam Api
Ringan (APAR) atau Alat Pemadam Api Tradisional (APAT) lainnya
(pasir atau karung basah dll).
3) Setelah mendapatkan laporan, pejabat setempat atau General Manajer
PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten segera ke lokasi
untuk memimpin jalannya pemadaman.
4) Jika api belum bisa di padamkan maka salah satu personil yang tidak
terlibat memadamkan api, saat itu pula melapor kepada pejabat
setempat atau dapat pula segera menghubungi General Manajer PT
PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat Area Bandung regu tanggap
darurat selalu berkoordinasi dengan pejabat setempat melalui Handy
Talky/Hp.
5) Yang harus di perhatikan saat pemadaman :
a. Tetap tenang
b. Pergunakan alat pemadam api sesuai dengan jenis kebakaran
c. Perhatikan arah angin (posisi pemadaman harus dari posisi searah
dengan angin berhembus.
d. Perhatikan apakah ada sumber bahaya lain yang akan terpengaruh
dengan adanya api (minyak, kabel-kabel listrik).
e. Amankan atau lokalisir sumber bahaya lain tadi (matikan aliran
listrik, jauhkan minyak, dll)
f. Perhatikan kecenderungan apakah api dapat dikuasai atau
membesar.
III-16
6) Apabila api sudah dapat dikuasai segera laporkan pada pejabat
setempat untuk selanjutnya direncanakan tindakan pemulihan,
menghitung kerugian dan membuat laporan.
7) Bila api semakin membesar laporkan kepada General Manajer PT
PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat Area Bandung untuk segera
mengambil alih tanggung jawab jalannya pemadaman.
2. Kebakaran Besar
Prosedur Kebakaran Besar di PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat
Area Bandung adalah sebagai berikut:
1) Setelah mendapat laporan bahwa terdapat api besar atau kondisi yang
tidak dapat dikuasai oleh tim setempat, Manajer bertanggung jawab
untuk memimpin langsung pemadaman.
2) General Manajer selanjutnya akan berkoordinasi dengan kepolisian,
PMK yang akan membantu pemadaman dengan :
a. Memberikan informasi mengenai sumber kebakaran.
b. Memberikan informasi lokasi instansi yang berbahaya saat
kebakaran (gudang, trafo, pmt, dll).
3) General Manajer segera memerintahkan kepada :
a. Regu PMK setempat untuk membantu proses pemadaman di
lokasi kebakaran.
b. Regu evakuasi untuk melakukan evakuasi personil dan dokumen
pada titik aman yang telah ditentukan dan melokalisir seluruh
supply energi listik yang dianggap dapat rusak atau menjad
sumber bahaya baru bila terbakar (khususnya untuk peralatan
listrik dilokasi kebakaran). Regu evakuasi harus mendata personil
yang telah dapat dievakuasi.
c. Regu P3K untuk menuju lokasi kebakaran dan bersiap seandainya
terdapat korban.
d. Satpam, untuk mengamankan sekitar lokasi kebakaran, gerbang
utama untuk mencegah personil yang tidak berkepentingan atau
III-17
pihak lain yang masuk ke lokasi dan menjamin kelancaran lalu
lintas.
4) Bila keadaan dapat dikuasai maka langkah selanjutnya merujuk pada
Prosedur Keadaan Darurat (Emergency).
3. Kebakaran Di Luar Jam Kerja
Jika kebakaran terjadi di luar jam kerja :
1) Tim pemadam kebakaran berada dibawah koordinasi Satuan
Pengamanan (satpam).
2) Tim pemadam kebakaran berada dibawah koordinasi Satuan
Pengamanan (satpam) yang bertugas sampai pejabat setemapat
datang di lokasi kebakaran.
3) Seluruh intruksi kerja yang harus dilakukan mengacu pada langkah
diatas.
4. Penanganan Lalu Lintas dan Kendaraan
Jika kondisi darurat :
1) Semua kendaraan perusahaan dapat dipergunakan untuk menunjang
kegiatan penanggulangan kebakaran.
2) Mempermudah akses lalulintas kendaraan pemadam kebakaran dan
ambulance.
III-18
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan maka dapat diperoleh
kesimpulan sebagai berikut :
1. Terdapat unit penanggulangan kebakaran di PT PLN (Persero) Distribusi
Jawa Barat Area Bandung dengan adanya Tim Tanggap Darurat
mengikuti Keputusan Mentri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor :
KEP.186/MEN/1999 Tanggal 29 Sepetember 1999.
2. Sistem proteksi aktif di PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat Area
Bandung seperti APAR, hydrant, detektor kebakaran sudah cukup sesuai
dengan Peratuaran Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi No. Per-
04/Men/1980, SNI 03-3989-2000. Akan tetapi untuk sprinkler tidak
terdapat di gedung PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat Area
Bandung karena bangunan gedung bertipe gedung lama dan tidak sesuai
dengan kontruksi bangunan.
3. Sarana penyelamatan jiwa di PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Area
Bandung seperti sarana jalan keluar dan titik kumpul sesuai dengan yang
terdapat pada Permen PU RI No.26/PRT/M/2008.
4. Prosedur kerja yang terdapat di PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat
Area Bandung meliputi penanggulangan dan pengamanan terhadap
personil, peralatan, dokumen dan properti dari bahaya kebakaran di
wilayah kerja PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat Area Bandung
yang sesuai dengan KEPMEN.186/MEN/1999 tentang unit
penanggulangan kebakaran di tempat kerja dan prosedur keadaan darurat
(emergency).
IV-1
4.2 Saran
Saran yang bisa diberikan oleh penulis antara lain:
1. Melengkapi komponen sitem penanggulangan kebakaran seperti sistem
proteksi pasif di PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat Area Bandung.
2. Sebaiknya pelatihan penggunaan APAR tidak hanya dilakukan oleh unit
penanggulangan kebakaran atau tim tanggap darurat saja akan tetapi
pelatihan sebaiknya diberikan kepada seluruh pegawai.
IV-2
DAFTAR PUSTAKA
Edang dan Dinda, Pemasangan Kabel Sktm Baru Area Bandung. Laporan Kp.
Bandung : Universitas Telkom. 2017.
Kepmen RI No.10/KPTS/2000
Permen PU RI No.26/PRT/M/2008.
SNI 03-1745-2000
SNI 03-3989-2000
LAMPIRAN 1
LAMPIRAN 2
L-1
LAMPIRAN 2
L-2
LAMPIRAN 3
L-3
LAMPIRAN 4
L-4
LAMPIRAN 5
L-5
Gambar Pemeriksaan Gardu Induk GIS Kiaracondong, gardu Yogya, Gatsu,
TSM dan Ganesha.
L-6
Gambar Pengecekan APAR, HYDARANT dan Kotak P3k di gedung kantor
PT PLN (Persero)
L-7
LAMPIRAN 6
Lantai 1
L-8
Lantai 2
L-9
Lantai 3
L-10
Lantai 4
L-11
Lantai 5
L-12
GSBO
L-13
Gedung
L-14
Kendaraan dan Gudang
L-15
Peneraan
L-16
PDKB
L-17
Pos Satpam
L-18
BIODATA PENULIS
Pengalaman Organisasi :
2016 – 2017 : Sekretaris Himpunan Mahasiswa Teknik Industri
Pengalaman Kerja :