Anda di halaman 1dari 84

Proteksi

Kebakaran
Utilitas Minggu ke 4
Khaerunnisa ST., M.Eng
Kenapa Api Mudah
Menjalar?
Prinsip Penyebaran Api

• Penyebaran api ke seluruh bangunan gedung dapat terjadi melalui 3


mekanisme yaitu :
1. Konduksi
2. Konveksi
3. Radiasi
Penyebab Kebakaran pada
Bangunan Gedung
Penyebab terjadinya kebakaran :
a. Petir
b. Electric (korsluiting)
c. Careless
d. Penjalaran api dari bangunan yang berdekatan
Hal-hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan bahaya api yaitu
penghuni bangunan, isi bangunan, struktur bangunan dan bangunan yang
letaknya bersebelahan
5 Hal yang dihasilkan pada
proses Pembakaran
• Ada 5 produk hasil dari sebuah pembakaran yakni
• gas hasil pembakaran,
• nyala api (flame),
75% kematian pada bangunan
terbakar diakibatkan oleh asap
• panas (heat),
25% Oleh termal
• asap (smoke), dan
• pengurangan kadar oksigen.
• Kelima produk pembakaran ini akan sangat berpengaruh secara
fisiologis terhadap kehidupan. Namun yang paling penting adalah
pengaruh terbakar dan keracunan.
Sistem
proteksi
kebakaran:

1. PASIF/PREVENTIF
2. AKTIF/KURATIF
Skema Saat terjadi
Kebakaran
Ketahanan terhadap
Kebakaran:

secara struktural stabil selama kebakaran, sehingga:

1. cukup waktu bagi penghuni melakukan evakuasi secara aman;


2. cukup waktu bagi pasukan pemadam kebakaran memasuki
lokasi untuk memadamkan api;
3. dapat menghindari kerusakan pada properti lainnya.
Kategori Resiko Bangunan Berdasar
kemudahan Penjalaran
klas keterangan
1 bangunan hunian tunggal
2 Bangunan hunian yang terdiri atas 2 atau lebih unit hunian yang masing-
masing merupakan tempat tinggal terpisah
3 Bangunan hunian diluar bangunan klas 1 atau 2, yang umum digunakan
sebagai tempat tinggal lama atau sementara oleh sejumlah orang yang tidak
berhubungan
4 Bangunan Hunian Campuran (tempat tinggal di dalam klas 5, 6, 7, 8, 9)
5 Bangunan kantor
6 Bangunan Perdagangan
7 Bangunan Penyimpanan/Gudang
8 Bangunan Laboratorium/lndustri/Pabrik
9 Bangunan Umum: perawatan kesehatan (a); bangunan pertemuan, termasuk
bengkel kerja, laboratorium atau sejenisnya di sekolah dasar atau sekolah
lanjutan, hall, bangunan peribadatan, bangunan budaya (b)
10 bangunan atau struktur yang bukan hunian
Klasifikasi bangunan menurut
ketentuan struktur utamanya
terhadap api.
 Kelas A: Bangunan yang komponen struktur utamanya harus tahan
terhadap api sekurang-kurangnya 3 jam.
 Kelas B: Bangunan yang komponen struktur utamanya harus tahan
terhadap api sekurang-kurangnya 2 jam.
 Kelas C: Bangunan yang komponen struktur utamanya harus tahan
terhadap api sekurang-kurangnya 1/2 jam.
 Kelas D: Bangunan yang tidak tercakup dalam kelas A, B, dan C tidak
diatur dalam ketentuan ini, tetapi diatur secara khusus.
Sistem Pencegahan
Kebakaran Pasif
• Konstruksi Tahan Api
• Pintu Keluar
• Koridor dan Jalan keluar
• Kompartemen
• Evakuasi Darurat
• Tangga Darurat
• Evakuasi darurat pada bangunan tinggi

• Pengendalian Asap
Konstruksi Tahan Api
Sistem pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran
pasif :

Konstruksi tahan api : terkait pada kemampuan dinding luar, lantai, dan
atap untuk dapat menahan api dalam bangunan.
Konstruksi Tahan Api
Pintu Keluar
Pintu Keluar
a. tahan api sekurang-kurangnya dua jam.

b. dilengkapi dengan minimal tiga engsel.

c. dilengkapi dengan alat penutup pintu otomatis (door closer).

d. dilengkapi dengan tuas atau tungkai pembuka pintu yang


berada di luar ruang tangga (kecuali tangga yang berada di
lantai dasar, berada di dalam ruang tangga), dan sebaiknya
menggunakan tuas pembuka yang memudahkan, terutama
dalam keadaan panik (panic bar).

e. dilengkapi tanda peringatan: ”TANGGA DARURAT TUTUP


KEMBALI”.

f. dilengkapi dengan kaca tahan api dengan luas maksimal 1


m2 dan diletakkan di setengah bagian atas dari daun pintu.

g. Pintu harus dicat dengan warna merah.


Elemen Tangga Darurat
• Ruang tangga harus terbebas dari asap

r. penyekat
Smoke vestibule
Elemen Tangga Darurat
presurized stair well
• Pengisian ruang tangga dengan udara segar
bertekanan positif akan mencegah menjalarnya asap
dari lokasi yang terbakar ke dalam ruang tangga.
• Tekanan udara dalam ruang tangga tidak boleh
melampaui batas aman, karena jika tekanan udara
dalam ruang tangga terlalu tinggi, justru
menyebabkan pintu tangga sulit/tidak dapat dibuka.
Tangga Kebakaran
a. Tangga terbuat dari konstruksi beton atau baja yang mempunyai ketahanan
kebakaran selama 2 jam
b. Tangga dipisahkan dari ruangan-ruangan lain dengan dinding beton yang
tebalnya minimum 15 cm atau tebal tembok 30 cm yang memiliki ketahanan
kebakaran selama 2 jam
c. Bahan-bahan finishing, seperti lantai, dari bahan yang tidak mudah terbakar
dan tidak licin, susuran tangan terbuat dari besi
d. Lebar tangga minimum 120 cm.
e. Pintu tangga terbuat dari bahan yang tahan kebakaran 2 jam
f. Pintu paling atas membuka ke arah luar (atap bangunan) dan semua pintu
lainnya membuka ke arah ruangan tangga.
g. Daun pintu yang terbuat dari pintu tahan api dilengkapi dengan engsel, kunci,
dan pegangan yang tahan api
h. Di dalam dan di depan tangga diberi alat penerangan sebagai penunjuk arah
ke tangga dengan daya otomatis
Pressurized
Stairwell
Pada gedung yang sangat tinggi
perlu ditempatkan beberapa kipas
udara (blower) untuk memastikan
bahwa udara segar yang masuk ke
dalam ruang tangga jauh dari
kemungkinan masuknya asap. Di
samping itu, bangunan yang sangat
tinggi perlu dilengkapi dengan lift
kebakaran.
Koridor dan Jalan Keluar
• Koridor dan jalur keluar harus dilengkapi dengan
tanda yang menunjukan arah dan lokasi pintu keluar.
Koridor dan Jalan Keluar
Koridor umum pada bangunan klas 2 dan 3.
Pada bangunan klas 2 dan 3, koridor umum yang panjangnya lebih dari
40 meter harus dibagi menjadi bagian yang tidak lebih dari 40 meter
dengan dinding yang tahan asap, mengikuti syarat teknis sesuai
ketentuan yang berlaku.
Kompartemen

Kompartemen : merupakan tempat penampungan sementara yang


menahan dan membatasi penjalaran api agar dapat melindungi
penghuni/ pengguna bangunan dan barang-barang dalam
bangunan untuk tidak secara langsung bersentuhan dengan
sumber api.
Kompartemen

Bangunan gedung harus dilengkapi dengan sarana/ prasarana


pengamanan dan pencegahan penyebaran api, terutama pada
bangunan klas 2, 3 atau bagian dan bangunan klas 4:
i. yang menghubungkan kompartemen api, dan
ii. antara bangunan.

Ruang perawatan pasien dari bangunan klas 9a harus dilindungi


dari penyebaran api dan asap untuk memberi waktu cukup untuk
evakuasi yang tertib dalam keadaan darurat.
Denah ruang kompartemen
Signage
Koridor dan Jalan Keluar : harus dilengkapi dengan
• tanda petunjuk arah dan lokasi pintu keluar.
• Tanda ‘EXIT’ harus dapat dilihat dengan jelas,
• diberi lampu yang menyala pada kondisi darurat, dengan kuat
cahaya tidak kurang dari 50 lux dan
• luas tanda minimum 155 cm2.
• Serta ketinggian huruf tidak kurang dari 15 cm.
Signage
Pengendalian Asap
a. Fire damper

Alat ini bekerja secara otomatis untuk menutup pipa ducting yang mengalirkan udara
supaya asap dan api tidak menjalar kemana-mana pada saat terjadi kebakaran.
b. Smoke and heat ventilating

Dipasang pada daerah-daerah yang menghubungkan udara luar. Jika terjadi kebakaran,
asap yang timbul segera mengalir keluar sehingga para petugas pemadam kebakaran akan
terhindar dari asap-asap tersebut.
c. Vent and exhaust

Dipasang pada tempat-tempat khusus seperti di tangga kebakaran.


• Bila dipasang di depan tangga kebakaran akan berfungsi menghisap asap yang akan
masuk pada tangga yang dibuka pintunya.
• Bila dipasang di dalam tangga secara otomatis berfungsi memasukkan udara untuk
memberikan tekanan pada udara didalam ruangan tangga.
• Untuk bangunan dengan sistem atrium dipakai alat exhaust yang secara otomatis
terbuka pada saat terjadi kebakaran.
Tirai Penghalang Asap
Beberapa media yang dapat digunakan
untuk mengendalikan asap:

• Jendela, pintu, dinding/partisi, dan


lain-lain yang dapat di buka sebanding
• dengan 10% luas lantai.
• Saluran ventilasi udara yang
merupakan sistem pengendalian asap
otomatis.
• Sistem ini dapat berupa bagian dari
sistem tata udara atau ventilasi dengan
• peralatan mekanis (exhaust fan atau
blower).
Ventilasi Atap Bangunan
Pengendalian Asap pada
Atrium
• Pintu keluar yang berada pada
sekeliling atrium harus menggunakan
pintu tahan api.
• Bangunan dengan fungsi hotel,
apartemen dan asrama hanya boleh
mempunyai atrium maksimal 110 m²
dan dilengkapi dengan pintu keluar
yang tidak menuju atrium.
• Adanya pemisahan vertikal, sehingga
lubang atrium maksimal terbuka
setinggi tiga lantai.
• Pemisahan vertikal ini berlaku pula bagi
ruang pertemuan dengan kapasitas 300
orang atau lebih dan perkantoran yang
berada di bawah apartemen, hotel,atau
asrama.

Pengendalian Asap pada
Atrium
• Mezanin dibuat dengan bahan yang
tahan api sekurang-kurangnya dua jam.
• Ruangan yang bersebelahan dengan
mezanin dibuat dengan bahan tahan api
sekurang-kurangnya satu jam.
• Jarak dari lantai dasar ke lantai
mezanin sekurang-kurangnya adalah
2,2 meter.
• Mezanin tidak boleh terdiri dari dua
lantai.
• 10 % dari luas mezanin dapat ditutup
misalnya untuk kamar kecil, ruang
utilitas dan kompartemen).
• Ruang mezanin yang tertutup harus
mempunyai dua pintu keluar.
• Jarak tempuh antar pintu keluar
maksimum adalah 35 meter.
Ketentuan bangunan
dengan pengendalian asap

Ketentuan PENGENDALIAN ASAP ini tidak berlaku untuk:


bangunan klas 1 atau 10; dan setiap ruangan yang tidak digunakan
oleh penghuni untuk waktu yang cukup lama, seperti gudang
dengan luas lantai 30 m2, ruang kompartemen sanitasi, ruang
tanaman atau sejenisnya;
ruang parkir terbuka atau panggung terbuka.
Jarak Antar Bangunan
Jalan Masuk Pemadam
Kebakaran
Sistem pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran pasif :
Jalan masuk kendaraan pemadam kebakaran harus:

1. sebagai jalan masuk bagi kendaraan darurat dan lintasan dari


jalan umum,
2. lebar bebas minimum 6 meter dan tidak ada bagian yang lebih
jauh dari 18 meter terhadap bangunan, serta di atas jalan tersebut
tidak boleh dibangun apapun kecuali hanya untuk kendaraan
dan pejalan kaki
3. dilengkapi jalan untuk pejalan kaki yang memadai;
4. memiliki kapasitas beban dan tinggi bebas yang memudahkan
operasi mobil pemadam kebakaran, dan ;
5. bila terdapat jalan umum yang memenuhi (1) s.d. (4) di atas maka
jalan tersebut dapat beriaku sebagai jalan lewatnya kendaraan
atau bagian dari padanya.
Akses Pemadam
Kebakaran
Sistem pencegahan dan
penanggulangan bahaya
kebakaran pasif :
Tinggi < 10 m

Volume bangunan Keterangan


Lebar jalan min. 4 m
> 7.100 m Min 1/6 keliling bangunan
> 28.00 m Min ¼ keliling bangunan
>56.800 m Min ½ keliling bangunan
Maks. 45 m
> 85.200 m Min ¾ keliling bangunan
Jalan masuk mobil
pemadam kebakaran
>113.600 m Hrs sekeliling bangunan
Akses Pemadam
Kebakaran
Setiap bangunan tinggi (dengan ketinggian bangunan >10m) harus
menyediakan perkerasan minimal 6 x 15 m dengan persyaratan sebagai
berikut:
Sistem
Pencegahan
Aktif
Alarm - detektor
Hidran dan selang kebakaran
Sprinkler
Pasokan air
Alarm
Alarm kebakaran terdiri dari:

1) Pendeteksi (Detektor)
2) Bel dan suara/sirine
3) Lampu tanda (healthy indicator and fire indicator)
4) Sinyal pengendali (remote signalling)
5) Tombol reset
6) Name plate berisi spesifikasi dari alarm kebakaran
tersebut

Jenis alarm yang sering dipakai:


rotary hand bell, smoke detector, stand alone alarm
Prinsip Kerja

• Bila suhu kawat (kawat pada fire detector) naik atau menjadi
panas, maka kawat ini akan memuai (mengembang).
• Pemuaian ini akan meng-on-kan jala-jala listrik (tenaga P.L.N)
yang dihubungkan ke sirene (bel).
• Fire detector ini umumnya dari bimetal, atau bisa juga dari
thermokopel (alat yang mengubah besaran panas menjadi
besaran listrik).
• Sistem ini hanya memberitahukan adanya kebakaran, agar
orang-orang cepat mengetahuinya dan mengatasinya.
• Sering sistem ini dilengkapi dengan Yamato (gas pemadam
kebakaran) yang disediakan pada tiap-tiap ruang.
• Sistem ini tidak menimbulkan kotoran (seperti semprotan air
pada sprinkler) tapi memerlukan banyak alat-alat.
Alat penginderaan/peringatan
dini (Detektor)

Berfungsi untuk memberikan peringatan dini karena


mendeteksi asap/api/suhu dan mengirimkan informasi ke
alarm.
Tipe detektor tergantung dari 4 tingkatan api :
a. automatic fire detector system pada tingkatan 1
(incipient stage), detektor api/ panas sebesar 0.01-1%
(sangat peka terhadap panas).
b. automatic fire detector system pada tingkatan 2
(smoldering stage), detektor ketebalan asap.
c. automatic fire detector system pada tingkatan 3
(flame stage), detektor lidah-lidah api.
d. automatic fire detector system pada tingkatan 4 (heat
stage), detektor suhu pada batas tertentu.
Diagram tingkat sensitifitas
detektor
Jenis detektor sesuai
dengan fungsi ruangan:
Syarat Penempatan
detektor panas

• Dipasang pada posisi 15-100 mm dibawah permukaan langit langit


• Pada satu kelompok sistem tidak boleh dipasang lebih dari 40 buah
• Dipasang per 46m2 dengan tinggi langit langit 3 m
• Jarak detektor tidak lebih dari 7 meter pada ruang aktif dan kurang
dari 10 m pada ruang sirkulasi
• Jarak detektor dengan dinding minimum 30 cm
• Pada ketinggian berbeda dipasang detektor untuk setiap 92m2
• Dipuncak lekukan atap ruangan tersembunyi dipasang detektor
setiap 9m
Syarat Penempatan
Detektor Asap
• Dipasang per 92m2
• Jarak antar detektor max 12 m dalam ruangan aktif
dan 18 m pada jalur sirkulasi
• Jarak detektor dengan dinding minimum 6 m untuk
ruang aktif dan 12 m untuk ruang sirkulasi
• Maksimal dipasang 20 buah detektor per sistem
dengan luasan 2000m2
Syarat Penempatan
Detektor Api
• Maksimal 20 detektor dalam 1 jaringan instalasi
• Bahan tahan karat
• Untuk daerah yang sering terkena sambaran petir,
dipasang sedemikian rupa sehingga tidak
menimbulkan alarm palsu
Syarat pemasangan
ceiling mounted smoke
detector:
Pemasangan smoke detector di langit-
langit jaraknya tidak boleh kurang dari 4
inch (100 mm) dari dinding tembok
paling luar dan tidak boleh lebih tinggi
dari 30 feet (9 m) dari lantai.
Syarat pemasangan
wall mounted smoke detector:
Pemasangan smoke detector di
dinding jaraknya tidak boleh kurang dari 4 inch
(100 mm), tetapi tidak boleh lebih dari 12 inch
(300 mm) di bawah langit-langit.

Pemasangan didekat ventilasi


tanpa penutup sekitar 60 inch (1520 mm).
Syarat pemasangan alarm:
Audible alarm-indicating devices; Dipasang
tidak kurang dari 6 inch (150 mm) dibawah
langit-langit.

Visible alarm – indicating device;


Pemasangan berdekatan dengan setiap alarm
bel atau alarm sirine dan sekitar 80 inch
diatas lantai.

Device location-indicating lights;


Diletakkan di tempat yang paling strategis
berdekatan dengan perlengkapan
monitornya.

Announciator;
dipasang pada panel paling atas tidak lebih
dari 72 inch (1830 mm).
Syarat Perletakan Detektor
Kriteria Pemasangan Detektor Panas Detektor Asap Detektor Api
Jarak Max ruang aktif 7m 12m Td
Jarak Max Ruang Sirkulasi 10m 18m Td

Jarak thd dinding 30cm 6m Td


minimum Ruang aktif
Jarak thd dinding sirkulasi Td 12m td

Maksimal pemasangan per 40 20 20


kelompok sistem
Luasan terlayani per 46 92 td
detektor
2. Hidran
Pemadam kebakaran yang menggunakan alat baku
air. Hidran dibagi menjadi :
a. Hidran kebakaran dalam gedung
b. Hidran kebakaran di halaman
3. BAGIAN-BAGIAN DARI SISTEM HIDRAN KEBAKARAN

a) Persedian air :
- Sumber air untuk memasok kebutuhan sistem hidran kebakaran dapat
berasal dari PDAM, sumur dalam (artesis) atau kedua-duanya.
- Volume resevoir, sesuai yang diatur dengan ketentuan yang berlaku,
harus diperikan berdasarkan waktu pemakaian yang yang disesuaikan
dengan klasifikasi ancaman bahaya kebakaran bagi bangunan yang
diproteksi.
- Berdasarkan klasifikasi ancaman bahaya kebakaran maka banyaknya
persedian air untuk masing-masing klas pada sistem hidran harus
dapat digunakan untuk lama waktu seperti ditentukan sebagai berikut :

-
- Klas Ancaman Bahaya Kebakaran Ringan : 45 menit
- Klas Ancaman Bahaya Kebakaran Sedang : 60 menit
- Klas Ancaman Bahaya Kebakaran Berat : 90 menit
Atau Persedian air untuk hidran setiap saat minimum 30.000 liter .

- Bak penampungan (resevoir) untuk persedian air pada sistem hidran dapat
berupa resevoir bawah tanah (Ground Tank), tangki bertekanan (Prtessure tank)
atau resevoir atas (gravity tank)

b) Pompa-pompa :
Pompa-pompa yang terpasang dalam sistem hidran kebakaran merupakan
perangkat alat yang berfungsi untuk memindahkan air dari bak penampungan
(resevoir) ke ujung pengeluaran (pipa pemancar/nozzle). Pompa-pompa pada
sistem hidran ini sekurang-kurangnya terdiri atas 1 unit Pompa Jokey, 1 unit
Pompa Utama dengan sumber daya listrik dan generator serta 1 unit pompa
cadangan dengan sumber daya motor diesel.
Ketentuan bangunan dengan kelengkapan hidran

 Harus dipasang pada bangunan yang memiliki luas lantai total


lebih dari 500 m2 dan atau terdapat regu pemadam kebakaran.
 Bangunan klas 2 atau klas 3 atau sebagian klas 4, dilayani oleh
hidran tunggal yang ditempatkan pada lantai dimana ada jalur
keluar.
 Bangunan klas 5, 6, 7, 8 atau 9 yang berlantai tidak lebih dari 2
(dua), dilayani oleh hidran tunggal yang ditempatkan pada
lantai dimana ada jalur keluar, asalkan hidran dapat menjangkau
seluruh satuan peruntukan bangunan.
Untuk memasang peralatan hidran diperlukan syarat-syarat
sebagai berikut :

a. Sumber persediaan air hidran kebakaran harus diperhitungkan


pemakaian selama 30-60 menit dengan daya pancar 200
galon/menit.
b. Pompa-pompa kebakaran dan peralatan listrik lainnya harus
mempunyai aliran listrik tersendiri dari sumber listrik darurat.
c. Selang kebakaran dengan diameter antara 1,5’-2’ harus terbuat
dari bahan yang tahan panas, dengan panjang selang 20-30m.
d. Harus disediakan kopling penyambungan yang sama dengan
kopling dari unit pemadam kebakaran.
e. Penempatan hidran harus terlihat jelas, mudah dibuka, mudah
dijangkau, dan tidak terhalang oleh benda-benda/ barang-barang
lain.
f. Hidran dihalaman harus menggunakan katup pembuka dengan
diameter 4’ untuk dua kopling, diameter 6’ untuk 3 kopling, dan
mampu mengalirkan air 250 galon permenit atau 950 liter per
menit untuk setiap kopling.
Perencanaan Jalur Pipa dan
Hidran
• Selang Kebakaran harus dipasang pada
• Semua bangunan yang tingginya lebih dari 2 lantai
• Bangunan yang memerlukan kotak hidran

• Hidran perlu dipasang pada gedung> 3 lantai


kecuali
• Bangunan dengan luas<500m2
• Bangunan 1-2 lantai yang memiliki hidran halaman
dengan jarak <60m

• Syarat-syarat
• Tangki atas untuk bangunan dengan ketinggian >25m
• Pompa dengan tenaga disel
• Pompa tekan untuk bangunan 14<x<25
Perletakan Hidran berdasarkan luas lantai, klasifikasi bangunan dan jumlah lantai

Klasifikasi Ruang tertutup jumlah/luas Ruang tertutup & terpisah,


Bangunan lantai jumlah/luas lantai
A 1 buah per 1000 m² 2 buah per 1000 m²
B 1 buah per 1000 m² 2 buah per 1000 m²
C 1 buah per 1000 m² 2 buah per 1000 m²
D 1 buah per 800 m² 2 buah per 800 m²
E 1 buah per 800 m² 2 buah per 800 m²

Klasifikasi Bangunan Menurut Tinggi dan Jumlah lantai

Klasifikasi Ketinggian dan Jumlah lantai


Bangunan
A Ketinngian sampai dengan 8 meter atau 1 (satu) lantai
B (lapis)
C Ketinggian sampai dengan 8 meter atau 2 (dua) lantai
D (lapis)
E Ketinggian sampai dengan 14 meter atau 4 (empat) lantai
(lapis)
Debit air untuk hjidranKetinggian
gedung 400sampai
liter/menit
dengan 40 meter atau 8 lantai (lapis)
Tekanan air untuk hidran gedung ditentukan pada titik tertinggi sebesar 4,5 Kg/Cm²
Ketinggian lebih dari 40 meter atau diatas 8 lantai (lapis)
fire hose cabinet (FHC)
Untuk melengkapi peralatan-
peralatan pemadam kebakaran, perlu
ditambahkan alat-alat pemadam yang
praktis yang dapat dilakukan
penggunaannya oleh setiap
penghuni, yaitu tabung pemadam
kebakaran yang secara bebas dijual
ditempat –tempat tertentu. Tabung
tersebut dapat diletakkan ditempat
umum yamg mudah dijangkau atau
ditempat-tempat khusus seperti fire
hose cabinet (FHC)
Hydrant dan FHC
a. Dipasang pada tiap 65,61 m2.
b. Pipa hydrant diameternya bervariasi,
namun sebagian besar Ø6,5
c. Dimensi hydrant
Ketentuan bangunan dengan kelengkapan
hose reel

Sistem Hose Reel harus disediakan:


(1) untuk melayani seluruh bangunan, dimana satu
atau lebih hidran dalam dipasang, atau:
(2) bila hidran dalam tidak dipasang, untuk melayani
setiap kompartemen kebakaran dengan luas lantai
lebih dari 500 m2 dan untuk maksud butir ini, satu
unit hunian bangunan klas 2 atau klas 3 atau
sebagian bangunan klas 4, dipertimbangkan sebagai
kompartemen kebakaran.
Ketentuan bangunan dengan
kelengkapan hose reel
pada bangunan klas 2 atau klas 3 atau
sebagian Klas 4 dilayani oleh Hose Reel
tunggal yang ditempatkan pada jalur keluar
dari unit hunian tersebut, dan
pada bangunan klas 5, 6, 7, 8 atau 9 yang tidak
lebih dari 2 (dua) lantai, dilayani oleh Hose
Reel tunggal yang ditempatkan pada jalur
keluar dari satu unit hunian tersebut dengan
syarat Hose Reel melayani seluruh unit hunian.
Sprinkler
PROTEKSI
KEBAKARAN
SPRINKLER
prinsip kerja :
• Automatic sprinkler sistem terdiri dari pipa yang bercorak horizontal yang
diletakkan dekat langit-langit dari bangunan : industri, perkantoran, office dan
lain-lain. Pipa ini dilengkapi dengan outlet dan sprinkler head.
•Bila temperatur naik (135º - 160º F) akan menyebabkan terbuka secara
otomatis dan menyemburkan air.
•Ada 2 macam :
1. Wet pipe sprinkler system, dimana main pipe dan pipa distribusi berisi
penuh air. Operasi sitem ini tergantung dari pembukaan mulut (ujung)
pipa tersebut, kerugiannya bila wet pipe ini mengalami kebocoran.
2. Dry pipe sprinkler system, ialah pipa mula-mula berisi udara. Sistem ini
mengurangi kebocoran, tapi kurang cepat/bereaksi.
Prinsip kerja Sprinkler otomatis :

fusible bulb/
panas kebakaran fusible link Air menyemprot
meleleh
Tekanan air
pipa berkurang

Tanda bahaya Air dipompa Katub kontrol


Aktif ke jaringan pipa terbuka

air melalui
katub kontrol
PERSYARATAN SPRINKLER

JENIS BANGUNAN KAPAN SPRINKLER DIPERLUKAN


Semua kelas bangunan, termasuk lap. parkir terbuka Pada bangunan yg tinggi efektifnya > dari 14m atau
dalam bangunan campuran, tidak termasuk yang jumlah lantai melebih 4 lantai
merupakan bangunan terpisah
Bangunan pertokoan (Kelas 6) Dalam kompartemen kebakaran dengan salah
satu ketentuan berikut :
1. Luas lantai lebih dari 3500 m2
2. Volume ruangan lebih dari 21.000m3
Bangunan rumah sakit Lebih dari 2 lantai

Ruang pertemuan umum, ruang pertunjukan, teater Luas panggung dan belakang panggung lebih dari 200
m3
Konstruksi atrium Tiap bangunan ber-atrium

Bangunan berukuran besar yang terpisah 1. Bangunan kelas 5 s/d 9 dengan luas maks.
18.000 m2 dan volume 108.000 m3
2. Semua bangunan dng luas lantai > 18.000 m2
dan volume 108.000 m3
Ruang parkir, selain ruang parkir terbuka Bila menampung lebih dari 40 kendaraan

Bangunan dengan resiko bahaya kebakaran amat tinggi 1. Luas lantai melebihi 2000 m2
2. Volume lebih dari 12.000 m3
PENEMPATAN KEPALA SPRINKLER
INSTALASI SISTEM SPRINKLER
PROTEKSI
KEBAKARAN
Bagian-bagian sprinkler

Deflektor (Memancarkan air keseluruh bagian ruangan)

Restraining link (Menghubung antara kepala sprinkler dengan deflektor sebagai


penahan air)

Kepala Sprinkler

Velve cap (menahan air dalam pipa sprinkler hingga aktif saat kebakaran)

Threaded Fitting (ujung jaringan pipa)


PROTEKSI
KEBAKARAN

Sistem penyediaan air


Penyediaan air pada sprinkler diusahakan
melalui:
a. Tangki gravitasi, harus diletakkan
sedemikian rupa sehingga air dapat
menghasilkan aliran dan tekanan cukup
pada setiap kepala sprinkler.
b. Tangki bertekanan, harus selalu berisi 2/3
dari volume dan diberi tekanan 5 kg/cm2
c. Jaringan air bersih khusus untuk pipa
sprinkler.
PROTEKSI
KEBAKARAN
Kepala sprinkler (sprinkler head)

a. Kepala sprinkler warna jingga dan merah digunakan


untuk ruangan-ruangan kantor dan bangunan umum.
b. Bagian sprinkler yang terletak diujung jaringan akan
pecah dan memancarkan air secara otomatis saat terjadi
perubahan suhu tertentu.
c. Penempatan titik sprinkler disesuaikan dengan standar
yang berlaku dalam kebakaran ringan. Pada setiap 10-20
m2 dengan ketinggian 3m terdapat 1 sprinkler.
WARNA-WARNA TABUNG GELAS PADA KEPALA SPRINKLER

Kepala sprinkler yang dikenal dewasa ini terdiri bermacam tingkat kepekaan
terhadap suhu, Perbedaan dari masing – masing tingkat kepekaan terhadap suhu
kepala sprinkler dikaitkan dengan warna-warna yang berbeda. Berikut ini di
dijelaskan penetuan pilihan suhu kerja kepala sprinkler berdasarkan warna
cairan dalam tabung gelas.

Warna Tingkat Suhu ( ₀ C )

Jingga 57
Merah 69
Kuning 79
Hijau 93
Biru 141
Ungu 182
Hitam 204/260
Sistem Pemasangan
Sprinkler
PROTEKSI
KEBAKARAN
Sprinkler
a. Jarak antar sprinkler
rata-rata 2-2,5 meter
b. Diameter pipa sprinkler
bervariasi, antara lain
Ø2,5 cm, Ø4 cm, Ø5 cm,
Ø6,5 cm, Ø8 cm
ALAT PEMADAMAN API
RINGAN/PAR
Dry Chemical Fire Extinguisher
Cara Kerja :
Jika terjadi kebakaran  ambil tabung  tarik tuas
penguncinya  tekan hingga gas yang terdapat di
dalam tabung keluar dan memadamkan api
Berisi bahan kimia tertentu (CO2). Satu alat
mampu memadamkan sekitar 464,5 m2

Hal – hal yang harus diperhatikan dalam


pemasangan :
• Pemilihan tipe extinguisher
• Fire rating / daya pemadaman
• Distribusi penempatan
• Cara pemasangan
• Labeling
• Pemeriksaan dan pemeliharaan
Ketentuan FHC
PAR yang jenisnya sesuai
kebutuhan harus dipasang
diseluruh bangunan, kecuali di
dalam unit hunian bangunan klas 2
atau klas 3 atau sebagian bangunan
klas 4, yang memungkinkan
dilakukannya pemadaman awal
efektip terhadap kebakaran oleh
penghuni bangunan.
Jenis kebakaran Jenis
APAR
Kebakaran benda padat A
mudah terbakar bukan logam,
Kebakaran benda cair mudah B
menyala dan lemak masak
Kebakaran yang melibatkan C
peralatan bermuatan listrik
Kebakaran yang melibatkan D
logam mudah terbakar
Kelas kebakaran Sistem Bahan pemadaman
pemadaman air busa CO2 BCF * Powder dry
chemical

A: kayu, karet, Pendinginan, Baik Boleh Boleh Boleh Boleh


tekstil penguraian,
isolasi
B: bensin, cat, Isolasi Bahaya Baik Baik Boleh Boleh
minyak
C: listrik, mesin- Isolasi Bahaya Bahaya Baik Boleh Baik
mesin
D: logam Isolasi, Bahaya Bahaya Boleh Bahaya Baik
pendinginan
PROTEKSI
KEBAKARAN
Contoh soal:
Suatu bangunan bertingkat tinggi dengan luas per lantai 1400 m2. Jumlah
pilar hidran (FHC)= 1400 m2 : 800 m2 = 2 buah FHC. FHC dengan daya
pancar = 200 galon/menit atau menyediakan air hidran untuk 1 buah
siamese (hidran halaman) dengan daya pancar (hidran halaman) = 3 x 250
galon/menit; 1 galon = 3,8 liter. Persediaan air hidran tersebut minimum 60
menit pada daerah-daerah yang jauh dari jangkauan Dinas Pemadam
Kebakaran.

Jadi, volume air untuk kebutuhan hidran selama 60 menit


= 2 buah x 200 galon/menit x 60 menit
= 24.000 galon
= 24.000 x 3,8 liter
= 91.200 liter

Kebutuhan hidran halaman


= 3 x 250 galon/menit x 60 menit
= 45.000 x 3,8 liter
=171.000 liter
PROTEKSI
KEBAKARAN

Bangunan tersebut menggunakan sprinkler sebagai alat pemadam


kebakaran.

Jadi jumlah sprinkler pada luas lantai 1400 m2


= 1400 m2 : 10-20 m2/bh
= 100 bh sprinkler
Volume air sebagai persediaan untuk sprinkler
= 100 x 2,25 galon/titik/menit
= 100 x 2,25 x 3,8 x 60 menit
= 51.300 liter
PROTEKSI

Perhitungan:
KEBAKARAN
Sebuah bangunan memiliki luas per lantai 15.000 m2. Jumlah pilar
hidran (FHC)= 15.000 FHC dengan daya pancar = 200 galon/menit atau
menyediakan air hidran untuk 1 buah siamese (hidran halaman) dengan
daya pancar (hidran halaman) 3 x 250 galon/menit; 1 galon = 3,8 liter.
Persediaan air hidran tersebut minimum 60 menit pada daerah-daerah
yang jauh dari jangkauan Dinas Pemadam Kebakaran.
PROTEKSI
KEBAKARAN
Bangunan tersebut menggunakan sprinkler jika
jangkauan springkler @ 20m2 sebagai alat pemadam
kebakaran.
PROTEKSI
KEBAKARAN
SOAL LATIHAN:
Sebuah bangunan kantor dengan ukuran
lantai 40 m x 80 m berlantai 6 dengan
jarak antar lantai 4 m. Bangunan tersebut
terletak pada tapak berukuran 60 m x 100
m.
1.Gambarkan jalur mobil pemadam
kebakaran pada tapak tersebut!
2.Gambarkan lokasi tangga darurat!
3.Gambarkan penempatan hidran,
sprinkler dan PAR!

Anda mungkin juga menyukai