OELH :
AGUS NORA
NIM.P3A118005
KENDARI
2022
KATA PENGANTAR
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya teman-
teman D-III Teknik Sipil. Sebagai manusia biasa penulis menyadari bahwa
laporan magang yang di susun ini masih banyak kekurangan didalamnya jauh dari
apa yang penulis harapkan, untuk itu penulis meminta kritik dan saran dari para
pembaca agar laporan ini dapat mengalami kemajuan di dalam penulisannya demi
perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada yang sempurna tanpa
saran yang membangun di masa depan. Sekian dan terima kasih.
Kendari, 2022
Penulis
i
ii
iii
DAFTAR ISI
SAMPUL
BAB I PENDAHULUAN
iv
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan..............................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
v
DAFTAR GAMBAR
vi
Gambar 4.15 Pengambilan sampel beton ............................................................ 34
Gambar 4.16 Pengecoran kolom ......................................................................... 34
Gambar 4.17 Pembongkaran bekisting ................................................................ 35
Gambar 4.18 Detail tulangan kolom.................................................................... 36
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Dalam Pelaksanaan Pembangunan Gedung Rektorat Universitas
Muhammadiyah Kendari, Sulawesi Tenggara ini meliputi pekerjaan
persiapan, pekerjaan struktur dan pekerjaan finishing. Dengan melaksanakan
magang penulis mendapat kesempatan untuk membahas topik khusus
mengenai pekerjaan Kolom di Pembangunan Gedung Rektorat Universitas
Muhammadiyah Kendari.
2
1.3.2 Bagi Perguruan Tinggi
Manfaat magang kerja bagi perguruan tinggi antara lain:
1. Mempersiapkan sumber daya manusia yang dapat berdaya saing.
2. Sebagai evaluasi untuk mengembangkan dan meningkatkan mutu
pendidikan.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Pondasi
1. Pondasi dangkal
a. Pondasi memanjang (continuous footing)
4
Gambar 2.1 Pondasi memanjang
5
c. Pondasi rakit (raft foundation)
2. Pondasi dalam
a. Pondasi sumuran (pier foundation)
6
b. Pondasi tiang (pile foundation)
7
Tie beam berfungsi untuk menopang slab atau plat lantai yang
berhubungan langsung dengan permukaan tanah dan untuk meratakan
gaya beban bangunan. Selain itu juga berfungsi sebagai balok penahan
gaya reaksi tanah.
2.1.3. Dinding
8
yang terjadi pada saat proses pemasangan dinding berlangsung. Menurut
Kristanti dan Tansajaya (2008).
2.1.4. Kolom
9
Kolom dapat dikategorikan berdasarkan panjangnya. Kolom
pendek adalah jenis kolom yang kegagalannya berupa kegagalan
material. Kolom sedang kegagalannya ditentukan oleh hancurnya
material dan tekuk (buckling), sedangkan kolom panjang adalah kolom
yang kegagalannya ditentukan oleh tekuk yang terjadi akibat
ketidakstabilan kolom. Tekuk terjadi apabila suatu kolom menerima
gaya aksial meskipun belum mencapai tegangan leleh. (Daniel L.
Schodek, 1999).
10
beban eksentris (ganjil atau tidak wajar) karena sebab lainnya juga
harus diperhitungkan.
2.1.5. Balok
Balok merupakan elemen struktur yang terpasang secara horizontal
untuk memikul beban yang bekerja secara vertikal dan juga memikul
momen. Beban yang ditanggung oleh balok, akan ditransferkan kepada
kolom, yaitu elemen vertikal pada struktur yang memikul beban dari
balok. Elemen balok pada umumnya memiliki bentuk penampang
segiempat. Material yang digunakan pada balok pada umum
menggunakan beton dimana material ini kuat dalam menahan tekan
namun lemah untuk menahan tarikan, sehingga diperlukan material lain
11
untuk memperkuat kemampuan tarik pada beton yaitu tulangan.
Terdapat beberapa jenis perletakan yang digunakan dalam mendesain
balok, yaitu perletakan sederhana (simply supported beam), kantilever
(cantilever beam), dan jepit (fixed supported beam).
12
maka distribusi tegangan yang ada mulai berubah. Balok masih dapat
menerima tambahan momen sampai semua bagian penampang telah
meleleh.
13
setiap lantai, tetapi tidak termasuk yang bersentuhan langsung dengan
tanah. Pelat lantai bertumpu pada balok yang ditopang oleh kolom.
Pelat lantai juga berfungsi sebagai peredam suara antara setiap lantai
dan juga sebagai tempat meginjak untuk penghuni lantai atas.
Pelat lantai dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu pelat satu arah
dan pelat dua arah. Pelat lantai satu arah hanya ditumpu pada kedua sisi
yang berseberangan dan memiliki bentang panjang (ly) dua kali atau
lebih besar dari pada bentang pendek (lx). Sedangkan pelat dua arah
ditumpu oleh balok pada kedua sisinya dan perbandingan antara
bentang panjangnya (ly) dan bentang pendeknya (lx) kurang dari dua.
14
2.2. Metode Pelaksanaan kolom Sesuai Standar SNI
15
c. Pembengkokan untuk sengkang dan kait pengikat:
Batang D-16 dan yang lebih kecil, bengkokan 90 derajat ditambah
perpanjangan 6d pada ujung bebas kait.
Batang D-19, D-22 dan D-25, bengkokan 90 derajat ditambah
perpanjangan 12d pada ujung bebas kait.
Bengkokan 135 derajat untuk batang D-25 dan yang lebih kecil,
ditambah perpanjangan 6d, pada ujung bebas kait.
d. Diameter Bengkokan Minimum
Diameter dalam dari bengkokan untuk sengkang dan sengkang
ikat tidak boleh kurang dari 4d untuk batang D-16 dan yang lebih
kecil. Untuk batang yang lebih besar dari D-16, diameter
bengkokan harus memenuhi tabel di bawah ini.
16
Tulangan yang sebagian sudah tertanam di dalam beton tidak
boleh dibengkokkan di lapangan, kecuali seperti yang ditentukan
pada gambar rencana, atau diijinkan oleh pengawas lapangan.
Selain cara pembengkokan tulangan, kondisi permukaan tulangan
juga harus diperhatikan. Berikut ini adalah syarat kondisi permukaan
tulangan berdasarkan (SNI 2847:2013 Persyaratan Beton Struktural
Untuk Bangunan Gedung).
a. Pada saat beton dicor, tulangan harus bebas dari lumpur, minyak,
atau pelapis bukan logam lainnya yang dapat menurunkan lekatan.
Pelapis epoksi tulangan baja yang sesuai dengan standar yang
dirujuk dalam peraturan yang diizinkan.
b. Kecuali untuk baja prategang, tulangan baja dengan karat, lapisan
permukaan hasil oksidasi akibat pemanasan (mill scale), atau
kombinasi keduanya, harus dianggap memenuhi spesifikasi ASTM
yang sesuai yang dirujuk dalam peraturan.
c. Baja prategang harus bersih dan bebas dari minyak, kotoran, lapisan
permukaan hasil oksidasi (scale), lubang permukaan akibat korosi
dan karat yang berlebihan. Lapisan tipis karat diizinkan.
17
b. Cetakan harus kokoh dan cukup rapat untuk mencegah kebocoran
mortar.
c. Cetakan harus diperkaku atau diikat dengan baik untuk
mempertahankan posisi dan bentuknya.
d. Cetakan dan tumpuannya harus direncanakan sedemikian hingga
tidak merusak struktur yang dipasang sebelumnya.
18
a. Beton harus dicor sedekat mungkin pada posisi akhirnya untuk
menghindari terjadinya segregasi akibat penanganan kembali atau
segregasi akibat pengaliran.
b. Pengecoran beton harus dilakukan dengan kecepatan sedemikian
hingga beton selama pengecoran tersebut tetap dalam keadaan
plastis dan dengan mudah dapat mengisi ruang di antara tulangan.
c. Beton yang telah mengeras sebagian atau telah terkontaminasi
oleh bahan lain tidak boleh dicor pada struktur.
d. Beton yang ditambah air lagi atau beton yang telah dicampur
ulangsetelah pengikatan awal tidak boleh digunakan kecuali bila
disetujuioleh insinyur profesional bersertifikat.
e. Setelah dimulainya pengecoran, maka pengecoran tersebut harus
dilakukan secara menerus hingga mengisi secara penuh panel
f. atau penampang sampai batasnya, atau sambungan yang ditetapka
n sebagaimana diizinkan atau dilarang.
g. Permukaan atas cetakan vertikal secara umum harus datar.
h. Jika diperlukan pelaksanaan, maka sambungan harus dibuatsesuai
dengan ketetapan.
i. Semua beton harus dipadatkan secara menyeluruh
denganmenggunakan peralatan yang sesuai selama pengecoran
dan harusdiupayakan mengisi sekeliling tulangan dan seluruh
celah dan masukkan semua sudut cetakan.
Pengambilan sampel berdasarkan ketentuan SNI 03-6880-2016
adalah sebagai berikut:
a. Untuk setiap campuran beton di proyek yang dicor pada hari yang
sama, ambil sampel beton segar sesuai dengan SNI 2458 : 2008.
Pengambilan sampel adukan dalam truk atau batch beton harus
diambil secara acak. Kecuali disyaratkan lain,minimal satu
sampelkomposit harus diambil untuk setiap 110 m3 beton atau
460 m2 luas permukaan slab atau dinding, atau bagian-bagiannya.
Bila kualitas campuran beton total yang ditentukan kurang dari 38
19
m3, pengujian kekuatan bisa diabaikan oleh perencana atau
penanggung jawab struktur.
b. Lembaga pengujian pemilik harus melakukan uji kekuatan beton
selama konstruksi dengan membuat dan merawat spesimen uji
sesuai SNI 4810:2013 dan menguji kekuatan spesimen sesuai
ASTMC39/C39M. Kecuali disyaratkan lain, kekuatan beton
untuk penerimaan harus nilai rata-rata hasil uji pada umur 28 hari
dari minimal dua silinder 150 mm × 300 mm atau tiga silinder
100 mm × 200 mm
4. Perawatan Beton
20
a. Pembongkaran Cetakan
Cetakan harus dibongkar dengan cara sedemikian rupa agar tidak
mengurangi keamanan dan kemampuan layan struktur. Beton
yangakan terpapar dengan adanya pembongkaran cetakan harus
memiliki kekuatan yang cukup yang tidak akan oleh pelaksanaan
pembongkaran.
b. Pembongkaran Penopang dan Penopangan Kembali
Ketentuan untuk pelat dan balok kecuali bila komponen struktur
tersebut dicor pada permukaan tanah, yaitu:
Sebelum memulai pelaksanaan konstruksi, kontraktor harus
membuat prosedur dan jadwal untuk pembongkaran penopang
kembali dan untuk perhitungan beban yang disalurkan ke
struktur selama proses.
Analisis struktur dan data kekuatan beton yang dipakai dalam
perencanaan dan pembongkaran cetakan dan penopang
harus diserahkan oleh kontraktor kepada pengawas lapangan.
Tidak boleh ada beban konstruksi yang ditumpukan di atas
suatu bangunan yang sedang dibangun, juga tidak boleh ada
penopang dibongkar dari suatu bagian struktur yang sedang
dibangun kecuali apabila bagian dari struktur tersebut
bersama-sama dengan cetakan dan penopang yang tersisa
memiliki kekuatan yang memadai untuk menumpu berat
sendirinya dan beban yangt ditempatkan padanya.
Kekuatan yang memadai tersebut harus ditunjukkan
melaluianalisis struktur denganmemperhatikan beban yang
diusulkan, kekuatan sistem cetakan dan penopang, sertadata
kekuatan beton. Data kekuatan beton harus didasarkan pada
pengujian silinder beton yang dirawat di lokasi konstruksi, atau
bilamana disetujui pengawas lapangan didasarkan pada
prosedur lainnya untuk mengevaluasi kekuatan beton.
21
c. Beban konstruksi yang melebihi kombinasi beban mati tambahan
ditambah beban hidup tidak boleh ditumpukkan di atas bagian
struktur yang sedang dibangun tanpa penopang, kecuali jika
analisis menunjukkan bahwa bagian struktur yang dimaksud
memiliki kekuatan yang cukup untuk menumpu beban tambahan
tersebut.
d. Tumpuan cetakan untuk beton prategang tidak boleh dibongkar
sampai kondisi gaya prategang yang telah diaplikasikan
mencukupi bagi komponen struktur prategang tersebut untuk
memikul beban matinya dan beban konstruksi yang diantisipasi.
22
BAB III
23
3.2. Data Umum Proyek
24
Menurut UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003, pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan
masyarakat.
25
BAB IV
1. Pekerjaan persiapan
2. Pekerjaan pengeboran bor pile
3. Pekerjaan pembesian bor pile
4. Pekerjaan pengecoran bor pile
26
Adapun tahapan pekerjaan pondasi pile cap, yaitu:
1. Pekerjaan Pembesian
2. Pekerjaan Pemasangan Bekisting
3. Pekerjaan Pengecoran
27
Adapun tahapan pekerjaan Tie beam, yaitu:
1. pekerjaan pembesian
2. pekerjaan bekisting
3. pekerjaan pengecoran
28
Adapun tahapan pekerjaan balok beton, yaitu:
1. Pekerjaan Pembesian
2. Pekerjaan pemasangan bekisting
3. Pekerjaan pengecoran
1. Pekerjaan bekisting
2. Pekerjaan pembesian
3. Pekerjaan pengecoran
29
c. Mempersiapkan peralatan dan bahan-bahan yang akan digunakan
untuk pembuatan bekisting dan penulangan termasuk memeriksa
kembali kondisi peralatan yang akan di pakai.
2. Tahap Pelaksanaan
1. penentuan AS kolom
titik-titik As kolom diperoleh dari hasil pengukuran dan
pematokan , hal ini disesuaikan dengan gambar yang telah
direncanakan. Cara menentukan As kolom membutuhkan alat-
alat seperti theodolit, meteran, tinta, sipatan dll. Berikut proses
pelaksanaan penentuan AS kolom
a. Penentuan As kolom dengan theodolit dan waterpass
berdasarkan shop drawing dengan menggunakan acuan yang
telah ditentukan
b. Buat As kolom dari garis pinjaman
c. Pemasangan patok as bangunan/kolom
2. Pembesian kolom
Berikut proses perakitan besi tulangan :
Pemotongan baja tulangan, pemotongan tulangan ini
menggunakan mesin pemotong baja atau bar cutter ataupun
mesin gerinda. Ukuran besi dipotong sesuai dengan desain
yang direncanakan.
30
Pembengkokan baja tulangan, Pembengkokan besi tulangan
ini menggunakan mesin bending begel manual. Tulangan
yang akan dibengkokan diletakkan dimeja pembengkokan
yang sudah diberi batas. Pembengkokan tulangan dilakukan
pada saat kondisi besi dingin.
31
a. Pemasangan Bekisting
Berikut proses pekerjaan pemasangan bekisting :
Pemotongan bahan-bahan pembuatan bekisting seperti
multipleks dan kaso. Ukur bekisting menggunakan meteran
agar mendapatkan hasil yang sesuai.
32
Setelah bekisting dirakit, bekisting-bekisting tersebut
diangkut dan dipasang pada posisi yang sudah ditentukan.
33
Gambar 4.15 Pengambilan sampel beton
34
Setelah beton masuk masa setting maka bekisting dapat
dilepas dan dapat digunakan pada Kolom yang lain.
Adapun rencana kolom dan dapat dilihat pada Gambar 4.18 berikut:
35
Gambar 4.18 Detail tulangan kolom
P.k1 = 112 m
36
4.3.1. Perhitungan Volume Kolom
Perhitungan volume Pembesaian kolom sesuai dengan gambar
kerja yang ada dapat dilihat diatas ini:
1. Volume Beton Kolom dasar
Dik. K1 = 70 cm × 70 cm = 0,7 m × 0,7 m
K2 = 70 cm × 50 cm = 0,7 m × 0,5 m
Tinggi = 400 cm = 4 m
Penyel:
Rumus = P × L × T
- Volume K1 = 0,7 × 0,7 × 4
= 1,96 3
= 1,4 3
K2 = 2 Kolom
K2 = 2 × 1,4 3 = 2,8 3
37
3. Tinggi Tulangan Utama
Rumus = Total Tinggi Kolom × Jumlah Tulangan
K1 = 112 m × 24 = 2.688 m
K2 = 8 m × 14 = 112 m
38
BAB IV
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
39
DAFTAR PUSTAKA
40