Disusun oleh:
Abdul Aziz Al Gani
41155020190013
Zapar Mahmud
41155020190010
Disusun Oleh :
Mengetahui :
Fauzia Mulyawati, Dra., ST., MT. Eko Wahyu Utomo, Ir., M.T
NIDN : 0408026003 NIDN : 0012056501
i
KATA PENGANTAR
ii
UCAPAN TERIMA KASIH
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang selalu melindungi, melimpahkan
berkah dan Rahmat-Nya, sehingga atas izin-Nya penulis akhirnya dapat
menyelesaikan laporan Kerja Praktek ini tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik
saat masa pelaksanaan di lapangan dan saat pembuatan laporan Kerja Praktek ini
sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikannya. Untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Ignatius Sudarsono, ST., MT. selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil
Universitas Langlangbuana.
2. Ibu Fauzia Mulyawati, Dra., ST., MT. selaku Koordinator Kerja Praktek
Tahun Ajaran 2022 / 2023
3. Bapak Eko Wahyu Utomo, Ir., M.T selaku Pembimbing Laporan Kerja
Praktek yang dengan sabar telah membimbing dan memberikan arahan kepada
kami sehingga laporan ini dapat diselesaikan.
4. Bapak Ir. Ery Wibowo selaku Site Manager PT PRAWIRAMAS MEGAH
KHARISMA,KSO yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk
melaksanakan Kerja Praktek.
5. Bapak Abdul Kholik selaku Pelaksana yang telah banyak membantu dan
menjelaskan hal teknis selama proses Kerja Praktek berlangsung.
6. Ibunda serta Ayahanda tercinta yang dengan sabar dan perhatian begitu besar,
tidak henti - hentinya memberikan dorongan dan doa restunya dalam
penyusunan laporan ini.
7. Rekan-rekan di lapangan yang secara langsung telah memberikan bantuannya.
Terlepas dari kelemahan dan keterbatasan yang ada dalam penulisan laporan ini,
mudah-mudahan hasil dari laporan ini dapat memberikan manfaat bagi penulis
khususnya, dan bagi para pembaca pada umumnya.
Wassalamu’alaikum wr. wb.
iii
DAFTAR ISI
iv
2.2.6. Struktur Organisasi Kontraktor ......................................... 25
2.3. Teori Teknis Proyek .................................................................... 29
2.3.1. Pengertian Tender ............................................................. 30
2.3.2. Penyedia Barang dan Jasa Konstruksi............................... 32
2.3.3. Kontraktor Pelaksana ........................................................ 33
2.3.4. Konsultan Pengawas ......................................................... 34
2.4. Jalan ............................................................................................. 35
2.5. Simpang Susun (Interchange) ...................................................... 36
2.6. Jembatan ...................................................................................... 36
2.7. Jenis – Jenis Jembatan ................................................................. 36
2.8. Struktur Jembatan ........................................................................ 42
2.8.1. Struktur Atas Jembatan (Super Struktur) .......................... 42
2.8.2. Bangunan Bawah (Sub Structure) ..................................... 43
2.9. Bangunan Pelengkap ................................................................... 49
2.10. Metode Konstruksi Beton ............................................................ 50
2.11. Uji Kuat Tekan Beton .................................................................. 51
2.12. Slump Test ................................................................................... 51
2.13. Bekisting ...................................................................................... 52
2.14. Perancah ...................................................................................... 53
BAB III TINJAUAN PROYEK……………………………...………………. 54
3.1. Nama Proyek ............................................................................... 54
3.2. Lokasi Proyek .............................................................................. 54
3.3. Data Umum Proyek ..................................................................... 55
3.3.1. Owner ................................................................................ 56
3.3.2. Cara Mendapatkan Proyek ................................................ 57
3.3.3. Organisasi Proyek ............................................................. 57
3.4. Time Schedule ............................................................................. 59
3.5. Metode Pelaksanaan .................................................................... 60
3.5.1. Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi......................................... 60
3.5.2. Pelaksanaan Test PIT (Pile Integrity Test)........................ 67
3.5.3. Pelaksanaan Test PDA (Pile Driving Analyzer) ............... 67
v
3.5.4. Pelaksanaan Pekerjaan Bangunan Bawah ......................... 69
BAB IV PELAKSANAAN SELAMA KERJA PRAKTEK……………..… 74
4.1. Kondisi Lapangan ........................................................................ 74
4.2. Keikutsertaan Dalam Proyek ....................................................... 75
4.3. Masalah Yang Dihadapi Saat Kerja Praktek ............................... 85
4.4. Tabel Kegiatan Saat Mengikuti Kerja Praktek ............................ 86
BAB V PENUTUP………………………………………………………….... 99
5.1. Kesimpulan .................................................................................. 99
5.2. Saran ............................................................................................ 99
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………..…………..… 101
LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
4. 11. Pelaksaan PIT ( Pile Integrity Test )……..………………………………. 81
4. 12. Pekerjaan Pengecoran Lantai Kerja ( LC )….…………………………… 82
4. 13. Pekerjaan Pembesian………………………….…………………………. 83
4. 14. Pekerjaan Pengecoran Pile Cap……………….…………………………. 84
4. 15. Hasil Pengecoran Pile Cap………………….….………………………… 84
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2.2 Tujuan Proyek
Untuk saat ini perlintasan tersebut memiliki permasalahan kemacetan yang
menjadikan hambatan angkutan barang atau umum yang menjadikan terhambat nya
aktivitasi masyarakat.
Berdasarkan permasalahan diatas maka dapat diketahui bahwa tujuan dalam
pembangunan Proyek Penangaan Perlintasan Sebidang JPL 157B Ciroyom Antara
Padalarang – Bandung yang terletak di wilayah Kota Bandung ini yaitu sebagai
penghubung akses pendidikan, kerja dan ekonomi masyarakat agar lebih mudah
dan singkat saat melalui.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
2.1.1 Pengertian Kontraktor Pelaksana Proyek
Pelaksana atau kontraktor dalam UUJK 2/17 tentang jasa kontruksi adalah penyedia
jasa orang perseorangan atau badan usaha yang dinyatakan ahli yang profesional
dibidang pelaksanaan jasa kontruksi yang mampu menyelenggarakan kegiatannya
untuk mewujudkan suatu hasil perencanaan menjadi bentuk bangunan atau bentuk
fisik lainnya.
Adapun Hubungan kerja yang terjadi antara kontraktor dengan pemilik proyek,
dan konsultan.
1. Kontraktor dengan pemilik proyek, terikat berdasarkan kontrak yang dimana
kontraktor memberikan jasa profesionalnya yang direalisasikan berupa
bangunan sebagai realisasi dari kemauan pemilik proyek yang sudah
dituangkan dalam bentuk gambar rencana dan disertai dengan peraturan –
peraturan yang telah ditetapkan oleh konsultan, sedangkan pemilik proyek
sebagai pemberi biaya jasa professional kontraktor.
2. Konsultan dengan kontraktor, ikatan yang terjalin berdasarkan peraturan
pelaksanaan. Konsultan sebagai pemberi gambar rencana dan peraturan beserta
syarat-syarat, kemudian kontraktor sebagai pelaksana yang bertugas
merealisasikan gambar kerja yang ada menjadi sebuah bangunan.
Pelaksana adalah suatu badan hukum atau penawar yang memiliki klasifikasi dan
keahlian dalam pelaksanaan yang telah ditunjuk oleh pemilik atau pemimpin
proyek/pemimpin bagian proyek dan menandatangani kontrak untuk melaksanakan
pekerjaan.
Adapun tugas dan tanggung jawab pelaksana adalah sebagai berikut:
1. Mempersiapkan fasilitas dan sarana demi kelancaran pekerjaan.
2. Mempersiapkan bahan-bahan bangunan yang bermutu baik dan memenuhi
persyaratan seperti yang tercantum dalam bestek.
3. Melaksanakan semua pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya sesuia
dengan Rencana Kerja dan Syarat-syarat.
4. Menyelesaikan dan menyerahkan pekerjaan tepat pada waktunya sesuai
dengan surat perjanjian kontrak.
4
5. Mengadakan pemeliharaan selama proyek tersebut masih dalam tanggung
jawab pelaksana.
6. Menyediakan tenaga kerja yang berpengalaman serta peralatan yang
diperlukan pada saat pelaksana pekerjaan.
7. Bertanggung jawab terhadap fisik bangunan selama masa pemeliharaan.
5
2. Subkontraktor yang menyediakan pekerja dan material konstruksi, yaitu
subkontraktor yang menerima dan melaksanakan sebagian/seluruh
pekerjaan/proyek konstruksi yang disubkontrakkan secara penuh oleh
perusahaan kontraktor, artinya penyediaan bahan bangunan dan tenaga kerja
seluruhnya adalah tanggung jawab subkontraktor.
Manajemen biaya konstruksi dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu biaya lansung
dan biaya tidak langsung yang dapat kita lihat sebagai berikut:
1. Biaya langsung adalah biaya yang berhubungan langsung dengan konstruksi
yang didapat dengan mengalikan volume pekerjaan dengan harga satuan
pekerjaan tersebut. Biaya langsung dapat dibedakan menjadi dua, diantaranya
adalah sebagai berikut ini.
6
a. Biaya bahan bangunan atau biaya material. Biaya material adalah biaya
yang dikeluarkan untuk pembelian material dan biaya pemindahannya ke
lokasi pekerjaan seperti bongkar, muat, pengangkutan dan penyimpanan
material.
b. Biaya tenaga kerja atau upah. Secara umum pasaran upah tenaga kerja
dipengaruhi oleh dua hal utama, yaitu indeks biaya hidup dan kehidupan.
Dalam perhitungan baiya tenaga kerja, ada dua faktor utama yang perlu
diperatikan. Yang pertama adalah uang atau harga yang berkaitan dengan
upah per-hari atau per-jam, tunjangan, pajak, dan premi upah. Faktor yang
kedua adalah produktivitas pekerjaan (per-jam atau per-hari).
c. Biaya peralatan. Peralatan pada suatu proyek konstruksi meliputi berbagai
jenis alat ringan dan alat berat atau mesi. Biaya yang dibutuhkan oleh alat
berat jauh lebuh besar dibandingkan dengan alat ringan. Penentuan biaya
peralatan didasarkan pada biaya produksinya dari pemilikan alat, yaitu biaya
yang dikeluarkan sebagai akibat memiliki atau menggunakan peralatan
tersebut, baik selama beroperasi maupun non-operasi.
2. Biaya tidak langsung merupakan biaya yang tidak secara lansung berhubungan
dengan konstruksi, tetapi harus ada dan tidak bisa dilepaskan dari proyek
tersebut. Biaya tidak lansung dapat dibedakan menjadi beberapa macam yang
diantaranya adalah sebagai berikut ini.
a. Biaya overhead adalah biaya tambahan untuk menjalankan suatu usaha
dilapangan. Biaya overhead juga merupakan pengeluaran proyek tetapi
tidak termasuk dalam biaya material, upah maupun peralatan. Jumlah biaya
overhead ini dapat mencapai 5%- 15% dari biaya langsung, jumlah biaya
tersebut tergantung dari macam pekerjaan dan kondisi lapangan.
b. Biaya tak terduga, yaitu biaya untuk kejadian yang mungkin terjadi tanpa
adanya rencana sebelumnya.
c. Keuntungan merupakan hasil jerih payah keahlian ditambah hasil dari faktor
resiko.
7
3. Material, secara singkat merupakan biaya yang akan dikeluarkan untuk
membeli material, contohnya berupa kayu, besi baja, pasir, dan sebagainya,
serta instrumen atau bagian-bagian lain yang siap dipakai.
4. Tenaga kerja merupakan biaya yang akan dikeluarkan untuk mengolah bahan
baku menjadi produk jadi. Biaya dari tenaga kerja diperhitungkan dari waktu
kerja.
5. Overhead, terdiri dari macam-macam elemen, seperti pembebanan terhadap
operasi perusahaan misalnya pemasaran, kompensasi pemimpin, sewa kantor,
termasuk pajak, asuransi dan administrasi.
Biaya yang dikeluarkan atau ditanggung di dalam proyek harus juga ditinjau dari
segi ekonomis nya tetapi harus berdasarkan spesifikasi yang telah
ditentukan.Beberapa definisi dari ekonomis, yaitu Ekonomisasi atau kehematan
berarti cara penggunaan sesuatu barang (hal) secara berhati-hati dan bijak agar
diperoleh hasil yg terbaik. The General Accounting Office Standards memberikan
penegasan bahwa audit ekonomi dan efisiensi dilakukan dengan
mempertimbangkan dampak entitas yang diaudit tersebut telah memenuhi kriteria
berikut:
a. Mengikuti ketentuan pelaksanaan pengadaan yang sehat.
b. Melakukan pengadaan sumber daya (baik jenis, mutu, dan jumlah) sesuai
dengan kebutuhan pada biaya terendah.
c. Melindungi dan memelihara semua sumber daya yang ada secara memadai.
d. Menghindari duplikasi pekerjaan atau kegiatan yang tanpa tujuan atau kurang
terdapat kejelasan tujuan.
e. Menghindari adanya pengangguran sumber daya atau jumlah pegawai yang
berlebihan.
f. Menggunakan prosedur kerja yang efisien.
g. Menggunakan sumber daya (staf, peralatan, fasilitas) yang minimum dalam
menghasilkan dalam menyerahkan barang/jasa dengan kuantitas dan kualitas
yang tepat.
h. Mematuhi persyaratan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan
perolehan, pemeliharaan, dan penggunaan sumber daya negara.
8
i. Melaporkan ukuran yang sah dan dapat dipertanggungjawabkan mengenai
kehematan dan efisiensi.
9
4. Cash flow : aliran uang masuk dan uang keluar untuk menjaga stabilitas
keuangan.
Tahapan umum pada proyek konstruksi dapat secara bersamaan dengan berbagai
aspek yang di kaji. Berbagai aspek yang harus dikaji disetiap tahapan, sehingga
menjadi kerangka dasar dari proses konstruksi tersebut yang dihimpun kedalam
beberapa aspek, aspek-aspek tersebut terbagi menjadi :
1. Aspek Fungsional yang berisi konsep umum, pola operasional, program tata
ulang, dan sebagainya.
2. Aspek Lokasi dan Lapangan meliputi iklim, Topografi, jalan masuk, prasarana
dan formaitas hukum, dan lain lain.
3. Aspek Konstruksi meliputi prinsip dasar rancangan standar, teknis,
karakteristik, bahan bangunan, metoda membangun, dan keselamatan
operasional.
4. Aspek Operasional meliputi administrasi proyek biaya keperluan, perawatan
dan K3.
Adapun tahapan dalam konstruksi dibagi menjadi beberapa tahap diantaranya
adalah sebagai berikut :
1. Studi Kelayakan, Studi kelayakan proyek adalah pengkajian yang bersifat
menyeluruh dan mencoba menyoroti segala aspek kelayakan proyek dari segala
segi secara profesional agar sesuai dengan yang direncanakan, jangan sampai
terjadi setelah diterima dan dilaksanakan betulbetul dapat mencapai hasil
sesuai dengan yang direncanakan, jangan sampai terjadi setelah proyek selesai
dibangun dan dioperasikan ternyata hasilnya jauh dari yang direncanakan. Pada
umumnya studi kelayakan proyek akan menyangkut tiga aspek, yaitu:
a. Manfaat ekonomis proyek tersebut bagi proyek itu sendiri (sering juga
disebut sebagai manfaat finansial). Proyek itu dipandang cukup
menguntungkan apabila dibandingkan dengan risiko proyek tersebut.
b. Manfaat ekonomis proyek tersebut bagi negara tempat proyek itu
dilaksanakan (sering juga disebut sebagai manfaat ekonomi nasional).
Menunjukkan manfaat proyek tersebut bagi ekonomi marko bagi negara.
10
c. Manfaat sosial proyek tersebut bagi masyarakat sekitar proyek tersebut ini
merupakan studi yang relatif paling sulit untuk dilakukan.
2. Tahapan Penjelasan untuk menjelaskan fungsi biaya proyek yang di izinkan
sehingga kontraktor pelaksana dapat melakukan secara tepat keinginan pemilik
proyek dengan membuat biaya yang diperlukan. Beberapa yang dilakukan pada
tahap ini :
a. Menyusun rencana kerja, menunjuk para perkerja dan tenaga ahli.
b. Mempertimbangkan kebutuhan keperluan di lokasi lapangan, menaksir
biaya dan syarat mutu.
c. Mempersiapkan ruang lingkup kerja, jadwal taksiran biaya dan implikasi
suatu rencana pelaksanaan.
d. Mempersiapkan peta lokasi skala besar ( 1:500 ), ( 1:1000).
3. Tahapan Perencanaan / Design, tahapan ini untuk melengkapi pekerjaan proyek
menentukan tata letak, rancangan metode konstruksi, taksiran biaya supaya
dapat persetujuan pemilik proyek dan pihak berwenang. Mempersiapkan
informasi pelaksanaan yang diperlukan termasuk gambar rencana, spesifikasi
teknis, untuk melengkapi dokumen kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan pada
tahap rancangan :
a. Mengembangkan ikhtisar proyek menjadi penyelesaian akhir.
b. Memeriksa masalah teknis
c. Meminta persetujuan akhir ikhtisar pemilik proyek
d. Mempersiapkan RAB, Rancangan inti konstruksi, Gambar kerja, Spesifikasi
teknis, Jadwal kegiatan, Daftar kuantitas dan RAP.
4. Tahapan Pelelangan, tujuan dari tahap ini adalah untuk menunjuk Kontraktor
sebagai pelaksanan atau sejumlah kontraktor sebagai sub-kontraktor yang
melaksanakan konstruksi di lapangan.Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
tahap ini adalah :
a. Prakualifikasi, seringkali dalam tahap pelelangan diadakan beberapa
prosedur agar kontraktor yang berpengalaman dan berkompeten saja yang
diperbolehkan ikut serta dalam pelelangan. Prosedur ini dikenal sebagai
babak prakualifikasi yang meliputi pemeriksaan sumber daya keuangan,
11
manajerial dan fisik kontraktor yang potensial, dan pengalamannya pada
proyek serupa, serta integritras perusahaan. Untuk proyek-proyek milik
pemerintah, Kontraktor yang memenuhi persyaratan biasanya dimasukkan
ke dalam Daftar Rekanan Mampu (DRM).
b. Dokumen Kontrak, dokumen kontrak sendiri didefinisikan sebagai
dokumen legal yang menguraikan tugas dan tangjung jawab pihak-pihak
yang terlibat di dalamnya. Dokumen kontrak akan ada setelah terjadi ikatan
kerjasama antara dua pihak atau lebih. Sebelum hal itu terjadi terdapat
proses pengadaan atau proses pelelangan dimana diperlukan Dokumen
lelang atau dokumen tender.
12
daya sehingga menjadi bangunan. dalam proses ini melibatkan pihak-pihak tertentu
sehingga dapat terlaksana dengan baik, lancar, aman dan sesuai tujuan.
Pihak yang terlibat dalam proyek konstruksi sebagai berikut :
1. Pemilik / owner adalah seseorang atau instansi yang memiliki proyek atau
pekerjaan dan memberikanya kepada pihak lain yang mampu melaksanakanya
sesuai dengan perjanjian kontrak kerja untuk merealisasikan proyek.
2. Konsultan Perencana adalah pihak yang ditunjuk oleh pemberi tugas untuk
melaksanakan pekerjaan perencanaan, perencana dapat berupa perorangan atau
badan usaha baik swasta maupun pemerintah.
3. Konsultan Pengawas memberikan saran atau pertimbangan kepada pemilik
proyek maupun kontraktor dalam pelaksanaan pekerjaan. Mengoreksi dan
menyetujui gambar shop drawing yang diajukan kontraktor sebagai pedoman
pelaksanaan pembangunan proyek.
4. Manajemen Konstruksi (MK) merupakan suatu perusahaan atau organisasi
yang mengkhususkan diri dalam praktik manajemen konstruksi profesional,
atau mempraktikkannya pada suatu proyek tertentu, sebagai bagian dari tim
manajemen proyek.
5. Kontraktor adalah perorangan atau badan hukum yang di sewa oleh pemilik
proyek untuk melaksanakan pekerjaan sesuai dengan perjanjian kontrak yang
telah disepakati oleh kedua belah pihak, proyek dibatasi oleh item pekerjaan
yang dilaksanakan, biaya, serta waktu penyelesaian. kontraktor disebut juga
sebagai pemborong yang tugasnya memborong. Dengan pengertian lain
Kontraktor Merupakan pihak yang ditetapkan oleh pemilik proyek untuk
mengatur pelaksanaan kegiatan konstruksi dang mengolah sumber daya berupa
bahan, peralatan, tenaga kerja, metode dan modal, sehingga menghasilkan
produk akhir berupa konstruksi.
6. Subkontraktor (subcontractor) merupakan pihak yang dalam pelaksanaannya
membantu kontraktor untuk menyelesaikan sebagian pekerjaanya dan supplier
untuk memasok material yang dibutuhkan oleh proyek konstruksi.
7. Supplier merupakan pihak yang terkait dalam pengadaan material konstruksi.
13
8. Lembaga Keuangan merupakan institusi yang dapat menyediakan sumber
keuangan atau sumber pinjaman yang membantu pendanaan proyek.
9. Masyarakat dengan adanya proyek, kesejahteraan sosial masyarakat sekitar
jadi lebih baik dan tidak menimbal hal negative.
10. Lembaga pelayanan merupakan suatu pihak yang dapat memberikan jaminan
selama proses proyek konstruksi berlangsung.
14
Tabel 2. 1 Pihak-Pihak Yang Terlibat Dalam Proyek Konstruksi
(Sumber : Google)
15
A. Syarat-syarat Kontraktor Pelaksana
Menurut Ikatan Nasional Konsultan Indonesia (IKINDO), sebuah konsultan
kontraktor harus mempunyai beberapa persyaratan agar dapat mengikuti dan
melaksanakan proyek khususnya proyek pemerintah yaitu :
1. Persyaratan umum
a. Data Perusahaan (Company Profil).
b. Tenaga kerja termasuk tenaga Teknik dalam jumlah yang cukup.
c. Memiliki peralatan kerja yang dibutuhkan.
d. Memiliki penguasaan teknologi.
e. Memiliki modal kerja yang cukup.
f. Unjuk kerja (performance) perusahaan.
2. Persyaratan Khusus
a. Surat Izin Usaha Jasa Konstruksi (SIUJK) yang dikeluarkan oleh pemeritah
daerah.
b. Sertifikat Badan Usaha (SBU) sesuai klasifikasi dari IKINDO.
c. Masuk dalam asosiasi IKINDO.
d. Memiliki sertifikat tenaga (ahli, muda, ahli madya, ahli utama) sesuai
dengan bidangnya.
16
Tabel 2. 2 Penetapan Kualifikasi Kontraktor Pelaksana
(Sumber : Google)
1. Kualifikasi Kecil K1, ketentuan masimum 2 klasifikasi yang berbeda dan 4 sub
klasifikasi bidang usaha jasa pelaksana konstruksi.
a. Persyaratan Tenaga Kerja, harus memiliki minimal 1 orang tenaga kerja
bersertifikat keterampilan (SKTK).
b. Persyaratan Kekayaan Bersih, harus memiliki kekayaan bersih paling
sedikit Rp. 50.000.000,-(lima puluh juta rupiah).
c. Persyaratan Pengalaman Kerja, persyaratan pengalaman kerja tidak
dibutuhkan.
2. Kualifikasi Kecil K2, ketentuan maksimum 2 klasifikasi yang berbeda dan 6
sub klasifikasi bidang usaha jasa pelaksana konstruksi.
a. Persyaratan Tenaga Kerja, harus memiliki minimal 1 orang tenaga kerja
bersertifikat keterampilan (SKTK).
b. Persyaratan Kekayaan Bersih, harus memiliki kekayaan bersih Rp.
200.000.000,- (dua ratus juta) s.d Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta).
c. Persyaratan Pengalaman Kerja, harus memiliki pengalaman kerja sesuai sub
bidang secara komulatif paling sedikit Rp. 1.750.000.000,- yang diperoleh
selama kurun waktu 10 tahun.
3. Kualifikasi Kecil K3, ketentuan maksimum 3 klasifikasi yang berbeda dan 8
sub klasifikasi bidang usaha jasa pelaksana konstruksi.
17
a. Persyaratan Tenaga Kerja,harus memiliki minimal 1 orang tenaga kerja
bersertifikat keterampilan (SKTK).
b. Persyaratan Kekayaan Bersih, memiliki kekayaan bersih Rp. 350.000.000,-
(lima ratus juta) s.d Rp.500.000.000,- (lima ratus juta).
c. Persyaratan Pengalaman Kerja, memiliki pengalaman kerja secara
komulatif paling sedikit Rp.1.750.000.000,- yang diperoleh selama kurun
waktu 10 tahun.
4. Kualifikasi Menengah M1, ketentuan maksimum 4 klasifikasi yang berbeda
dan 10 sub klasifikasi bidang usaha jasa pelaksana konstruksi.
a. Persyaratan Tenaga Kerja, harus memiliki minimal 2 orang tenaga ahli yang
memiliki sertifikat keahlian (SKA) dengan kualifikasi Ahli Muda untuk
ditetakan sebagai Penanggung Jawab Teknik (PJT) dan Penanggung Jawab
Klasifikasi (PJK).
b. Persyaratan Kekayaan Bersih, harus memiliki kekayaan bersih paling
sedikit Rp. 500.000.000,-(lima ratus juta).
c. Persyaratan Pengalaman Kerja, memiliki pengalaman kerja tertinggi Rp.
833.000.000.000,- atau secara komulatif paling sedikit Rp. 2.500.000.000,-
yang diperoleh selama kurun waktu 10 tahun. Khusus untuk permohonan
baru tidak dipersyaratkan.
5. Kualifikasi Menengah M2, ketentuan maksimum 4 klasifikasi yang berbeda
dan 12 sub klasifikasi bidang usaha jasa pelaksana konstruksi.
a. Persyaratan Tenaga Kerja, harus memiliki minimal 2 orang tenaga ahli yang
memiliki Sertifikat Keahlian (SKA) dengan kualifikasi Ahli Madya untuk
ditetapkan sebagai Penanggung Jawab Teknik (PJT) dan Penaggung Jawab
Klasifikasi (PJK).
b. Persyaratan Kekayaan Bersih, harus memiliki kekayaan bersih paling
sedikit Rp. 2.000.000.000,-(dua milyar).
c. Persyaratan Pengalaman Kerja, harus memiliki pengalaman kerja tertinggi
Rp. 3.330.000.000,- persub bidang atau secara komulatif paling sedikit Rp.
10.000.000.000,- per sub bidang yang diperoleh selama kurun waktu 10
tahun.
18
6. Kualifikasi Besar B1, ketentuan maksimum 4 klasifikasi yang berbeda dan 14
sub klasifikasi bidang usaha jasa pelaksana konstruksi.
a. Persyaratan Tenaga Kerja, harus memiliki minimal 2 orang tenaga ahli yang
memiliki Sertifikat Keahlian (SKA) dengan kualifikasi Ahli Madya.
b. Persyaratan Kekayaan Bersih, harus memiliki kekayaan bersih paling
sedikit Rp. 10.000.000,-(sepuluh milyar).
c. Persyaratan Pengalaman Kerja, memiliki pengalaman kerja tertinggi Rp.
16.600.000.000,- atau secara komulatif paling sedikit Rp. 50.000.000.000,-
yang diperoleh selama kurun waktu 10 tahun.
7. Kualifikasi Besar B2, ketentuan maksimum 4 klasifikasi yang berbeda dengan
sub klasifikasi bidang usaha jasa pelaksana konstruksi tidak terbatas "sesuai
kemampuan perusahaan".
a. Persyaratan Tenaga Kerja, harus memiliki minimal 2 orang tenaga ahli yang
memiliki Sertifikat Keahlian (SKA) dengan kualifikasi Ahli Madya untuk
ditetapkan sebagai Penanggung Jawab Teknik (PJT) atau Penanggung
Jawab Klasifikasi (PJK).
b. Persyaratan Kekayaan Bersih, harus memiliki kekayaan bersih paling
sedikit Rp. 50.000.000.000,- (lima puluh milyar rupiah).
c. Persyaratan Pengalaman Kerja, harus memiliki pengalaman kerja tertinggi
Rp. 83.330.000.000,- per sub bidang atau secara komulatif paling sedikit
Rp. 250.000.000.000,- per sub bidang yang diperoleh selama kurun waktu
10 tahun.
8. Kualifikasi Kecil K1, ketentuan maksimum 2 klasifikasi yang berbeda dan 4
sub klasifikasi bidang usaha jasa pelaksana konstruksi.
a. Persyaratan Tenaga Kerja, harus memiliki minimal 1 orang tenaga kerja
bersertifikat keterapilan (SKTK).
b. Persyaratan Kekayaan Bersih, harus memiliki kekayaan bersih paling
sedikit Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).
c. Persyaratan Pengalaman Kerja, persyaratan pengalaman kerja tidak
dibutuhkan.
19
9. Kualifikasi Kecil K2, ketentuan maksimum 2 klasifikasi yang berbeda dan 6
sub klasifikasi bidang usaha jasa pelaksana konstruksi.
a. Persyaratan Tenaga Kerja, harus memiliki minimal 1 orang tenaga kerja
bersertifikat keterampilan (SKTK).
b. Persyaratan Kekayaan Bersih, harus memiliki kekayaan bersih Rp.
200.000.000,- (dua ratus juta) s.d Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta).
c. Persyaratan Pengalaman Kerja, harus memiliki pengalaman kerja sesuai sub
bidang secara komulatif paling sedikit Rp. 1.750.000.000,- yang diperoleh
selama kurun waktu 10 tahun.
20
3. Proyek Konstruksi Jalan Raya
Proyek pembangunan jalan raya biasanya dilakukan atas permintaan dan
perintah dari departemen pekerjaan umum atau proyek pemerintah. Proses
pembangunan jalan terdiri dari penggalian, pengukuran, pembangunan dan
pengerasan. Pembangunan jalan raya ini mencakup beberapa konstruksi lain
yang berkontribusi dalam infrastruktur suatu jalan seperti sistem drainase dan
jembatan. Biasanya akan dikelola oleh kontraktor yang sudah andal di
bidangnya.
4. Industrial Construction atau Proyek Konstruksi Bangunan Industri
Jenis proyek pembangunan selanjutnya ada proyek konstruksi bangunan
industri khusus yang melibatkan struktur bangunan yang memerlukan
spesialisasi tingkat tinggi. Selain itu juga diperlukan keterampilan teknis dalam
perencanaan, konstruksi, dan desain. Oleh karena itu, konstruksi ini biasa
dilakukan oleh perusahaan industri. Contoh konstruksinya adalah konstruksi
kilang minyak, pembangkit tenaga nuklir, air, listrik dan sebagainya.
5. Proyek Konstruksi Bangunan Air
Konstruksi atau pembangunan bangunan air adalah pekerjaan yang masuk
dalam jenis konstruksi ini, proyek besar pemerintahan yang dikhususkan untuk
kepentingan masyarakat umum. Diantaranya seperti pembangunan bendungan,
waduk, pemasangan pipa, dan lain-lain. Walaupun secara umum proyek
konstruksi ini mendapat dana dari pemerintah, namun tak jarang juga dibiayai
oleh pihak swasta.
6. Proyek Konstruksi Jembatan
Proyek pembangunan jembatan merupakan salah satu contoh dari proyek
konstruksi teknik sipil atau heavy construction. Juga termasuk dalam jenis
konstruksi jalan karena berkontribusi dalam infrastruktur jalan. Konstruksi
jembatan sendiri adalah suatu bangunan yang mempunyai manfaat
menghubungkan dua jalan yang terputus karena adanya sungai, saluran irigasi,
lembah, waduk, dan sebagainya.
21
C. Konsep Kontraktor Pelaksana
Secara umum, jasa konstruksi bermakna sangat luas. Namun, bidang-bidang
kegiatan jasa konstruksi pada umumnya meliputi : perencanaan, pelaksanaan, dan
pengawasan pengerjaan konstruksi. Undang-undang tentang jasa Konstruksi No.18
Tahun 1999 dalam ketentuan umumnya menyebutkan bahwa jasa konstruksi adalah
layanan jasa perencanaan, layanan jasa pengawasan, layanan jasa pelaksana
pekerjaan konstruksi dan layanan jasa komsultasi pengawasan pengerjaan
konstruksi. Sedangkan pengertian pekerjaan konstruksi adalah keseluruhan atau
sebagian rangkaian kegiatan perencanaan dan atau pelaksanaan beserta pengawasan
yang mencakup pekerjaan arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal, dan tata
lingkungan masing-masing beserta kelengkapannya untuk mewujudkan suatu
bangunan atau bentuk fisik lain.
Selain itu, Kontraktor sebagai jasa konstruksi, sebagai pelaksana konstruksi
didefinisikan sebagai penyedia jasa orang perorangan atau badan usaha yang
dinyatakan ahli, professional dibidang pelaksana jasa konstruksi yang mampu
menyelenggarakan kegiatan mewujudkan suatu hasil perencanaan menjadi bentuk
bangunan atau bentuk fisik lainnya dan terikat kontrak untuk menyelesaikan
pekerajaan kontruksi. `Lingkungan kerja jasa konstruksi sangat beragam. Secara
garis besar lingkupnya meliputi: Gedung perkantoran, mall, Rumah sakit, Hotel,
Apartemen, Pabrik dll.
Kategori dasar kegiatan dapat dibagi menjadi dua kelompok umum. Pertama
konsep utama berhubungan dengan pemasaran, pelaksanaan, penyerahan, dan
pemeliharaan. Kedua konsep penunjang, yakni kegiatan menyediakan infrastruktur
atau masukan yang memungkinkan konsep utama berlangsung secara terus
menerus. Secara skematik konsep bidang usaha kontraktor dapat digambarkan
sebagai berikut :
22
Tabel 2. 3 Konsep Utama dan konsep penunjang.
(Sumber : Google)
1. Konsep Utama perusahaan kontraktor memiliki konsep utama yang terdiri dari
tiga bagian, yaitu :
a. Pemasaran, untuk mendapatkan kontrak pelaksanaan pekerjaan konstruksi
(proyek) dari pengguna jasa.
b. Pelaksanaan proyek, proses operasional lapangan sampai menjadi suatu
bangunan yang siap digunakan.
c. Penyerahan proyek, proses penyerahan hasil pekerjaan konstruksi yang
telah diselesaikan sesuai kontrak kepada pengguna jasa.
2. Konsep Penunjangn perusahaan kontraktor memiliki konsep penunjang
meliputi :
a. Manajemen sumber daya manusia (SDM).
b. Manajemen Keuangan.
c. Manajemen mutu.
23
1. Mengerjakan proyek pembangunan sesuai dengan apa yang telah disepakati
sebelumnya. Kontraktor harus bisa membuat bangunan dengan detail yang
sudah ada pada perencanaannya. Dalam pembangunan proyek biasanya
terdapat beberapa perjanjian yang harus dipatuhi antar pihak.
2. Kontraktor bangunan juga bertugas untuk membuat laporan. Laporan yang
dimaksud adalah laporan kemajuan dari pekerjaan yang dilakukan tersebut.
Biasanya laporan yang harus dibuat memiliki masa tenggang sesuai dengan
kesepakatan. Ada yang berbentuk laporan harian, laporan mingguan hingga
laporan bulanan. Laporan yang telah dibuat tersebut harus diberikan kepada
pemilik proyek dan isi dari laporan ialah mengenai pelaksanaan
pembangunannya.
3. Penyelesaian pekerjaan secara tepat waktu. Sudah dijelaskan sebelumnya
bahwa terdapat kontrak yang berapa perjanjian antara kontraktor dan pemilik
proyek. Pada surat perjanjian tersebut biasanya sudah tertera masa waktu
maksimal kontraktor bangunan harus menyelesaikan pekerjaannya. Apabila
sudah ada kesepakatan tersebut, maka tugas dari kontraktor adalah.
menyelesaikan proyek pembangunannya maksimal pada deadline yang telah
ditentukan tersebut.
4. Melakukan penjagaan pada lokasi proyek. Kontraktor bangunan harus
memastikan bahwa lokasi proyek pembangunannya aman dan nyaman
sehingga pelaksanaan pembangunan dapat selesai dengan lebih cepat dan
lancar. Apabila keamanannya terjada, maka lokasi si proyek ini akan rendah
bahaya sehingga dapat meminimalisir bahaya atau sesuatu hal yang tidak
diinginkan.
5. Kontraktor bangunan bertanggung jawab untuk membuah sebuah bangunan
yang dibangun tersebut memiliki kualitas yang baik. Kontraktor harus bisa
memastikan bahwa bangunan yang dibuat memiliki keamanan serta kelayakan
tinggal yang tinggi. Kontraktor juga harus berusaha dengan maksimal agar
bangunan tersebut dapat memenuhi semua unsur keselamatan bangunan. Hal
ini juga harus sesuai undang-undang atau standar SNI yang berlaku.
24
6. Kontraktor bangunan juga memiliki tanggung jawab untuk melakukan evaluasi
terhadap bangunan yang sedang dikerjakan tersebut. Evaluasi ini diperlukan
agar dapat diketahui apakah terdapat sesuatu yang tidak semestinya ada pada
bangunan. Hal ini terkait keselamatan, sehingga ketika ada yang mengganjal
harus segera di atasi.
7. Tugas lain dari kontraktor bangunan ialah sebagai menyediakan segala sumber
daya bangunan seperti material, peralatan serta tenaga kerja.
25
3. Site Engineering adalah orang yang diberi wewenang dan tanggungjawab
untuk menangani hal-hal teknis pekerjaan disuatu tempat konstruksi atau
lapangan.
4. Drafter adalah orang yang membuat konsep atau rancangan tentang gambar.
5. Quality Surveyor adalah pihak yang menaksir dan menetapkan jumlah dan
biaya, bahan dan upah yang dibuhkan untuk mendirikan sebuah bangunan dan
memberi nasihat biaya pada klien, selain itu mempersiapkan mendapatkan
keterangan, kuantitas dan dokumen kontrak, menetapkan gambar konstruksi.
6. Supervisor adalah pihak atau orang yang ditingkat pelaksanaan suatu proyek,
yang bertugas untuk bertanggung jawab atas pekerjaan karyawan secara tepat
dan efisien sesuai dengan tugas yang ditentukan oleh atasannya. Dibawah
supervisor ini dapat berupa subkontraktor pekerjaan tertentu atau juga mandor.
Supervisor ini mempunyai hubungan kerja yang tetap dengan kontraktor.
7. Kepala Seksi Logistik adalah orang yang diberi wewenang dan tanggung jawab
untuk menangani masalah tentang pendanaan dalam pengadaan logistic suatu
konstruksi. Dalam hal pembayaran tenaga kerja, pengadaan material,
peminjaman atau pembelian peralatan.
8. Mechanic adalah oarng ahli dalam bidang mesin.
9. Administrasi adalah usaha dan kegiatan yang meliputi penetapan tujuan serta
penetapan acara-cara penyelenggaraan pembinaan organisasi serta berkaitan
erat dengan kantor dan tata usaha.
10. Keamanan Proyek adalah suatu keadaan tidak berbahaya dan berjalan sesuai
apa adanya di suatu tempat pembangunan konstruksi atau proyek.
11. Mandor adalah pihak atau orang yang bertugas mendatangkan sejumlah tenaga
kerja sesuai dengan kualifikasi yang diperlukan seperti kelompok tukang kayu,
besi, batu dan memimpin serta mengawasi pekerjaan mereka. Mandor tidak ada
hubungan ikatan kerja dengan kontraktor tidak ada hubungan tanggungjawab
yang kokoh, tetapi lebih pada ketergantungan yang bersifat sangat sederhana
dari proyek ke proyek.
26
12. Tenaga Kerja adalah pihak atau orang pihak atau orang yang melakukan suatu
pekerjaan dari tingkat yang terendah yaitu kuli bangunan sampai pada level
tertinggi seperti kontraktor.
13. Monitoring adalah suatu kegiatan mengat-ngamati dan mempengaruhi
kegiatan pokok dan hasil pekerjaan, kegiatan ini mengukur masih tetap pada
jalannya, memberi masukan – masukan dan keluaran – keluaran serta
membandingkan hasil pekerjaan yang dapat dicapai terhadap yang
direncanakan dalm jangka pendek.
Adapun kegiatan-kegiatan yang harus di kerjakan oleh kontraktor meliputi:
1. Laporan Harian
Segala sesuatu yang bahan atau keterangan tentang seluruh hasil kerja atau
jalannya suatu pembangunan secara fisik yang telah dilakukan dalam proyek
konstruksi, dapat berupa berita lisan dan tertulis pada setiap harinya pada suatu
proyek konstruksi.
2. Laporan Mingguan
Segala sesuatu yang bahan atau keterangan tentang seluruh suatu hasil kerja
atau jalannay suatu pembangunan secara fisik yang telah dilakukan dalam
proyek konstruksi, dapat berupa berita lisan dan tertulis pada setiap bulannya
pada suatu proyek konstruksi.
3. Laporan Bulanan
Segala sesuatu yang bahan atau keterangan tentang seluruh suatu hasil kerja
atau jalannya suatu pembangunan secara fisik yang telah dilakukan dalam
proyek konstruksi, dapat berupa lisan atau tertulis pada setiap tahunnya pada
suatu proyek konstruksi.
4. Berita Acara
Berita acara adalah catatan laporan yang dibuat mengenai waktu, tempat,
keterangan dan petunjuk lain mengenai suatu kegiatan atau kejadian dalam
konstruksi.
5. Time Schedule
Time schedule adalah alat yang dapat dapat menunjukkan kapan
berlangsungnya setiap kegiatan, sehingga dapat digunakan pada waktu
27
merencanakan kegiatan-kegiatan maupun untuk pengendalian pelaksanaan
proyek secara keseluruhan. Jadwal kerja ini dapat berupa jaringan kerja
(network) dan bangun balok (barchart).
6. Kurva S
Kurva S adalah suatu kurva yang digunakan untuk pengendalian operasi
proyek. Kurva ini berbentuk huruf S, selain itu dipakai untuk menggambarkan
nilai-nilai atau bobot pekerjaan, bobot kumulatif pekerjaan, biaya serta
kumulatif biaya selain itu juga terdapat urutan pekerjaan.
7. Prosedur Pembayaran Tenaga Kerja
Prosedur Pembayaran Tenaga Kerja adalah tata cara tentang pemberian upah
kerja dari suatu tenaga kerja. Dapat mingguan, bulanan, sesuai dengan
ketentuan dari proyek tersebut.
8. Perizinan Pelaksanaan Pekerjaan
Perizinan Pelaksanaan Pekerjaan adalah suatu persyaratan yang harus dimiliki
dalam pelaksanaan proyek konstruksi, perizinan ini meliputi tugas-tugas
kontraktor dalam melaksanakan pekerjaan konstruksi fisik yang berdasarkan
atas gambar-gambar kerja, rencana kerja dan syarat-syarat (RKS), lengkap
dengan penjelasan dan pembahasan yang ditetapkan dalam kontrak dengan
biaya yang ditetapkan, termasuk untuk jasa kontraktor, IMB, serta pajak-pajak
dan iuran daerah lainnya.
9. Gambar
a. Gambar Rencana adalah suatu gambar yang digunakan untuk bahan
pengkajian dan komentar suatu proyek.
b. Shop drawing merupakan suatu gambar konstruksi yang siap dipakai oleh
pelaksana kontruksi.
c. As built drawing adalah suatu gambar akhir yang sesuai dengan keadaan
sesungguhnya dari unit atau instalasi yang sudah dibangun.
Fungsi Organisasi sendiri merupakan sasaran dimana para pekerja bisa bekerja
sama untuk mencapai tujuan bersama yang tidak mungkin diperoleh bila kita
bekerja sendiri-sendiri. Bagan Organisasi adalah suatu diagram yang menunjukan
28
fungsi-fungsi departemen atau posisi dalam organisasi dan bagaimana mereka
saling berhubungan. Dalam struktur organisasi tergambar adanya :
1. Pembagian pekerjaan;
2. Pimpinan dan bawahan;
3. Tipe-tipe pekerjaan yang harus dilakanakan;
4. Tingkatan-tingkatan dalam manajer.
Berikut adalah susunan struktur organisasi kontraktor yang dapat kita lihat pada
gambar dibawah ini:
Tabel 2. 4 Struktur Organisasi Kontraktor
29
b. Dalam proses pelaksanaan, ditentukan jumlah biaya, jadwal, serta kriteria
mutu.
c. Bersifat sementara dalam arti umurnya dibatasi oleh selesainya tugas. Titik
awal dan akhir ditentukan dengan jelas.
d. Non rutin, tidak berulang-ulang. Macam dan intensitas kegiatan berubah
sepanjang proyek berlangsung.
e. Keperluan sumber daya berubah, baik macam maupun volumenya.
30
pelaksanaannya melalui metode pelelangan umum untuk pemilihan/seleksi
penyedia jasa yang terbagi menjadi 5 (lima) metode, yaitu :
1. Pelelangan umum, metode pemilihan penyedia barang dan pekerjaan
kosntruksi dan jasa lainnya untuk semua pekerjaan dapat diikuti oleh semua
penyedia barang / pekerjaan konstruksi / jasa lainnya yang memenuhi syarat.
2. Pelelangan terbatas, adalah metode pemilihan penyedia pekerjaan
konstruksi untuk pekerjaan konstruksi dengan jumlah penyedia yang
mampu melaksanakan diyakini terbatas dan untuk pekerjaan yang
kompleks.
3. Pemilihan langsung, adalah metode pemlihan penyedia pekerjaan
konstruksi untuk pekerjaan yang bernilai paling tinggi Rp.200.000.000,00
(dua ratus juta rupiah).
4. Penunjukan langsung, adalah metode pemilihan penyedia barang/jasa
dengan cara menunjuk langsung 1 (satu) penyedia barang/jasa.
5. Pengadaan Langsung, adalah pengadaan barang / jasa langsung kepada
penyedia barang / jasa, tanpa melalui pelelangan / seleksi / penunjukan
langsung.
B. Proyek Swasta
Ketentuan mengenai tender proyek milik swasta biasanya diatur sendiri oleh
masing-masing pemilik. Meskipun demikian, ketentuan tersebut mengacu pada
standar kontrak tertentu, misalnya standar internasional seperti (Laoren, 2009
pp:27-29) FIDIC ( Federati Internationale Des Ingenieurs Conseil ). Pada
umumnya dilakukan dengan cara tender terbatas, dengan mengundang
beberapa kontraktor yang sudah dikenal.Perkembangan saat ini adalah dalam
memilih kontraktor yang diundang, pemilih (owner terlebih dahulu
mengundang beberapa calon kontraktor untuk melakukan presentasi tentang
kemampuan mereka dalam melaksanakan proyek yang akan dilelangkan.
Berdasarkan cara pembukaan dokumen penawaran, tender dapat dibedakan
menjadi :
31
1. Tender terbuka, yaitu pembukaan dan pembacaan dokumen penawaran dari
peserta dilakukan didepan seluruh peserta, sehingga masing-masing
mengetahui harga penawaran pesaingnya.
2. Tender tertutup, dimana dokumen penawaran yang masuk tidak dibacakan
di depan seluruh peserta tender, bahkan kadang-kadang para peserta tidak
saling mengetahui siapa pesaingnya.
2.3.2 Penyedia Barang dan Jasa Konstruksi
Sesuai dengan prinsip terbuka, Penyedia barang dan jasa dapat diikuti oleh semua
penyedia barang / jasa yang memenuhi persyaratan / kriteria tertentu berdasarkan
ketentuan dan prosedur yang jelas. Dari pengertian prinsip tersebut, penyedia
barang/jasa harus memenuhi persyaratan / kriteria tertentu. Dengan pertimbangan
bahwa Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan
Perpres Nomor 4 Tahun 2015 masih terdapat kekurangan dan belum menampung
perkembangan kebutuhan Pemerintah mengenai pengaturan atas Pengadaan
Barang/Jasa yang baik, pemerintah memandang perlu menetapkan Peraturan
Presiden tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Atas dasar pertimbangan
tersebut, pada 16 Maret 2018, Presiden Joko Widodo telah menandatangani
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah.
Dalam Perpres ini disebutkan, bahwa metode pemilihan Penyedia Barang/
Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya terdiri atas:
a. E-purchasing
Sebagaimana dimaksud, E-purchasing dilaksanakan untuk Barang/Pekerjaan
Konstruksi/Jasa Lainnya yang sudah tercantum dalam katalog elektronik.
b. Pengadaan Langsung
Pengadaan Langsung sebagaimana dimaksud dilaksanakan untuk
Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang bernilai paling banyak
Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
32
c. Penunjukan Langsung
Penunjukan Langsung sebagaimana dimaksud dilaksanakan untuk
Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya dalam keadaan tertentu.
d. Tender Cepat
Tender Cepat sebagaimana dimaksud dilaksanakan dalam hal spesifikasi dan
volume pekerjaannya sudah dapat ditentukan secara rinci dan Pelaku Usaha
telah terkualifikasi dalam Sistem Informasi Kinerja Penyedia.
e. Tender.
Tender sebagaimana dimaksud dilaksanakan dalam hal tidak dapat
menggunakan metode pemilihan Penyedia sebagaimana dimaksud dalam
keadaan tertentu.
33
1. Melaksanakan pembangunan bekerja sesuai dengan peraturan dan
spesifikasi yang telah direncanakan dan ditentukan di dalam kontrak
Perjanjian Pemborongan.
2. Memberikan laporan kemajuan proyek meliputi laporan harian, mingguan,
dan bulanan kepada pemilik proyek yang berisi antara lain :
• Pelaksanaan pekerjaan.
• Prestasi kerja dicapai.
• Jumlah tenaga kerja yang digunakan.
• Jumlah bahan-bahan yang masuk. Keadaan cuaca dan lain-lain.
3. Menyediakan tenaga kerja, bahan, peralatan, tempat kerja, dan alat-alat
pendukung lainnya yang digunakan mengacu pada gambar dan spesifikasi
set memperhatikan waktu, mutu dan biaya.
4. Sepenuhnya bertanggung jawab atas kegiatan pembangunan dan metode
pelaksanaan pekerjaan di lapangan.
5. Menjalankan pekerjaan sesuai dengan jadwal (schedule) yang telah
disepakati. Melindungi semua peralatan, bahan, dan bekerja terhadap
kerugian dan kerusakan sampai dengan serah terima pekerjaan.
6. Kontraktor dapat meminta kepada pemilik proyek untuk memberikan
perpanjangan waktu penyelesaian proyek dengan memberikan alasan yang
masuk akal dan sesuai dengan kenyataan yang menyebabkan perlunya
waktu tambahan.
7. Mengganti semua kerusakan yang disebabkan oleh kecelakaan selama
pelaksanaan pekerjaan, serta menyediakan perlengkapan wajib pertolongan
pertama pada kecelakaan.
34
Konsultan Pengawas juga ditugaskan memonitor dan mengevaluasi aktivitas
proyek konstruksi agar target proyek konstruksi tercapai. Dengan kata lain
fungsi pengawasan menilai apakah rencana yang ditetapkan pada fungsi
perencanaan telah tercapai.
B. Tugas Konsultan Pengawas
Dalam dunia konstruksi Konsultan pengawas adalah pihak yang ditunjuk oleh
pemilik proyek (owner) untuk melaksanakan pekerjaan pengawasan.
Konsultan pengawas dapat berupa badan usaha atau perorangan. Perlu sumber
daya manusia yang ahli dibidangnya masing-masing seperti teknik sipil,
arsitektur, mekanikal elektrikal, listrik dan lain-lain sehingga sebuah bangunan
dapat dibangun dengan baik dalam waktu cepat dan efisien.
Konsultan pengawas dalam suatu proyek mempunyai tugas sebagai berikut:
1. Menyelenggarakan administrasi umum mengenai pelaksanaan kontrak
kerja.
2. Melaksanakan pengawasan secara rutin dalam perjalanan pelaksanaan
proyek.
3. Menerbitkan laporan prestasi pekerjaan proyek untuk dapat dilihat oleh
pemilik proyek.
4. Konsultan pengawas memberikan saran atau pertimbangan kepada pemilik
proyek maupun kontraktor dalam proyek pelaksanaan pekerjaan.
5. Mengoreksi dan menyetujui gambar shop drawing yang diajukan kontraktor
sebagai pedoman pelaksanaan pembangunan proyek.
6. Memilih dan memberikan persetujuan mengenai tipe dan merek yang
diusulkan oleh kontraktor agar sesuai dengan harapan pemilik proyek
namun tetap berpedoman dengan kontrak kerja konstruksi yang sudah
dibuat sebelumnya.
2.4 Jalan
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 disebutkan
bahwa jalan adalah suatu prasarana transportasi yang meliputi segala bagian jalan
termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu
35
lintas, yang berada di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau
air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori dan jalan kabel.
Jalan mempunyai peranan penting terutama yang menyangkut perwujudan
perkembangan antar wilayah yang seimbang, pemerataan hasil pembangunan serta
pemantapan pertahanan dan keamanan nasional dalam rangka mewujudkan
pembangunan nasional.
2.6 Jembatan
Jembatan yaitu suatu konstruksi yang memungkinkan suatu jalan menyilang sungai
atau saluran air, lembah atau menyilang jalan lain atau melintang tidak sebidang
yang tidak sama elevasi permukaannya. Dalam perencanaan dan perancangan tipe
jembatan modern di daerah perkotaan, sebaiknya mempertimbangkan fungsi
kebutuhan transportasi, persyaratan teknis dan estetika arsitektural yang meliputi:
aspek lalu lintas, aspek teknis dan aspek estetika (Supriadi dan Muntohar, 2007).
Dengan kata lain, jembatan berfungsi untuk menghubungkan jalur jalan yang
terputus akibat adanya rintangan. Sesuai dengan fungsinya maka konstruksi
jembatan harus mampu menahan gaya yang bekerja diatas permukaan jembatan
baik kendaraan yang melintas maupun gaya-gaya yang ditimbulkan akibat dari
berat sendiri ,dan yang lainnya.
36
macam dilihat dari bentuk dan fungsi pemakaiannya, namun secara garis besar
jenis-jenis jembatan dapat dibedakan atas:
1. Menurut fungsi pemakaian
a. Jembatan Permanen.
Jembatan permanen merupakan jembatan tetap yang akan dipergunakan
untuk lalu lintas kendaraan dalam jangka waktu lama, sesuai dengan umur
rencana.
b. Jembatan Sementara
Jembatan sementara merupakan jembatan alternative yang banyak di
gunkan sebagai infrastruktur untuk pengalihan arus lalu lintas dalam keadan
darurat.
2. Menurut panjang bentang
a. Jembatan Culvert / Box culvert
Jembatan culvert / box culvert adalah jembatan yang memiliki panjang
bentang sekitar 10 m.
b. Jembatan Kecil
Jembatan kecil adalah jembatan yang memiliki panjang bentang 10 sampai
30 m.
c. Jembatan Besar
Jembatan besar merupakan jembatan dengan panjang bentang 30-60 m
dipakai pilar ditengah bentang
d. Jembatan Bentang Panjang
Jembatan bentang panjang merupakan jembatan dengan panjang bentang
lebih 60 m, umumnya memakai beton prategang dengan memakai pilar
sebagai erletakan pada bagian tengah.
3. Menurut kelas jalan
a. Jembatan Jalan Utama
- Lalu lintas harian rata-rata > 20000
- Lebar perkerasan minimum 2 x 3.75 m
- Lebar jembatan minimum 3.75 m
- Kelas jalan I
37
b. Jembatan Jalan Sekunder:
- Lalu lintas harian rata-rata < 20000
- Lebar perkerasan minimum 2 x 3.50 m
- Lebar jembatan minimum 3.50 m
- Kelas jalan II
c. Jembatan Jalan Penghubung:
- Lebar perkerasan minimum 3.00 – 6.00 m
- Lebar jembatan minimum 3.00 m
- Kelas jalan III
4. Menurut kelas muatan jembatan
a. Jembatan Kelas I
Jembatan kelas I adalah jembatan yang direncanakan dengan beban lalu
lintas sebesar 100 % dari beban standar.
b. Jembatan Kelas II
Jembatan kelas II adalah jembatan yang direncanakan dengan beban lalu
lintas sebesar 70 % dari beban standar
c. Jembatan Kelas III
Jembatan kelas III adalah jembatan yang direncanakan dengan beban lalu
lintas sebesar 50 % dari beban standar
5. Menurut sifat pemakaiannya:
a. Jembatan penyeberangan orang (JPO)
Jembatan penyeberangan orang (JPO) seperti namanya jembatan ini
berfungsi sebagai tempat seseorang menyebrangi jalan, jembatan ini
biasanya terdapat di jalan yang memliki kecepatan rencana tinggi
b. Jembatan Jalan Raya
Jembatan jalan raya biasanya digunakan mobil atau kendaraan bermotor
lainnya untuk melewati rintangan seperti jurang ataupun sungai.
c. Jembatan Kereta Api
Jembatan kereta api yang digunakan kerata api untuk melewati jurang atau
sungai.
38
d. Jembatan Saluran Air
Jembatan saluran air berfungsi untuk menyalurkan air melewati rintangan
seperti jurang atau sungai.
e. Jembatan Pipa Gas
Jembatan pipa gas adalah jembatan yang berfungsi menopang pipa gas di
atasnya agar dapat melewati sungai ataupun jurang.
6. Menurut bahan yang digunakan
a. Jembatan Rangka Baja
Jembatan baja merupakan jembatan yang struktur utamanya terbuat dari baja,
jembatan ini biasanya digunakan sebagai jembatan kereta api dan jembatan
kendaraan bermotor.
b. Jembatan Kayu
Jembatan kayu adalah jembatan yang struktur utamanya berbahan kayu,
jembatan seperti ini banyak ditemui di pedesaan.
c. Jembatan Beton
Jembatan beton merupakan jembatan yang struktur utamanya terbuat dari
beton, jembatan ini banyak di gunakan di Indonesia maupun di luar negeri.
Jembatan ini dapat dibangun di perkotaan seperti jalan layang dan jembatan
penyebrang sungai, di laut maupun di pegunungan.
d. Jembatan Komposit (Gabungan Baja dan Beton)
Jembatan komposit adalah jembatan yang mengkombinasikan dua material
atau lebih dengan sifat bahan yang berbeda dan membentuk satu kesatuan
sehingga menghasilkan sifat gabungan yang lebih baik.
e. Jembatan Alumunium
Jembatan aluminium merupakan jembatan yang struktur utamanya terbuat dari
aluminium yang memperhatikan ke indahan namun dari segi kekuatan
beban lebih rendah dari jembatan baja.
f. Jembatan Pasangan Batu
Jembatan pasangan batu merupakan jembatan yang struktur utamanya dari
batu, jembatan ini di susun dari pasangan batu yang di rancang hingga
menjadi jembatan yang kokoh, jembatan pasangan batu.
39
7. Menurut Struktur
a. Jembatan type Balok T
Umumnya dengan material dari beton bertulang atau beton pratekan.
b. Jembatan Gantung (Suspension Bridge)
Jembatan yang dihubungkan dengan kabel bermutu tinggi dan dibagi atas:
- Unstiffened suspension bridge adalah jembatan gantung tanpa pengaku
vertikal.
- Stiffened suspension bridge adalah jembatan gantung dengan pengaku
vertikal.
c. Jembatan Rangka Lengkung
Jembatan rangka lengkung adalah jembatan rangka dengan bentuk batang
atas melengkung.
d. Jembatan rangka datar
Jembatan rangka datar adalah jembatan rangka dengan batang horizontal
datar.
8. Menurut Letak Lantai Kendaraan
a. Deck bridge adalah jembatan yang mempunyai letak lantai kendaraan diatas
gelagar induk.
b. Half Through Bridge adalah jembatan yang mempunyai letak lantai
kendaraan diantara gelagar induk.
c. Double Deck Bridge adalah jembatan yang mempunyai lantai kendaraan
diatas dan dibawah gelagar induknya.
9. Menurut Pergerakan
a. Jembatan tetap (Fixed Bridge)
Fixed bridge adalah jembatan permanen yang keadaanya lebih
menguntungkan, biasannya lebih tahan lama dibanding dengan jembatan
yang bisa digerakkan.
b. Jembatan bergerak (Movability Bridge)
Jembatan ini dapat digerakkan dengan arah pergerakkan yang tertentu sesuai
dengan fungsinya., biasanya dirancang jika melintasi sungai yang sering
40
dilewati kapal-kapal besar sehingga membutuhkan ruang bebas jembatan
yang tinggi, yang terdiri dari:
• Lift Bridge yaitu jembatan angkat dengan pergerakan vertikal keatas dan
kebawah.
• Swing Bridge yaitu jembatan dengan pergerakan memutar kearah
horizontal.
• Cantilever Bridge yaitu jembatan satu cantilever dengan pergerakan
memutar kearah vertikal.
• Double Leaf Bascule Bridge yaitu jembatan dua cantilever dengan
pergerakan memutar kearah vertikal.
• Pontoon Bridge yaitu jembatan apung yang dapat dibongkar pasang
perbagian jembatannya.
• Rolling Bridge yaitu jembatan beroda yang dapat digeser pada arah
horizontal.
10. Menurut lay out gelagar utama
a. Simple Span Bridge
Simple span bridge adalah jembatan yang gelagar utamanya mempunyai
batang hanya dari satu perletakkan keperletakkan berikutnya.
b. Countinous Bridge
Countinous bridge adalah jembatan yang mempunyai lebih dari satu
bentang dan gelagar utamanya menerus diatas beberapa perletakan.
c. Cantilever Bridge
Cantilever bridge adalah jembatan yang mempunyai lebih dari satu bentang
dan gelagar utamanya menerus diatas beberapa perletakkan, perbedaanya
dengan countinous bridge adalah bahwa cantilever bridge merupakan
struktur statis tertentu dan kurang kaku bila dibandingkan dengan
countinous bridge.
41
2.8 Struktur Jembatan
Struktur jembatan dibagi menjadi 2 bagian utama (main part of bridge) yaitu:
1. Struktur Atas Jembatan (Super Struktur)
2. Bangunan Bawah (Sub Structure)
A. Lantai (Slab)
Lantai/slab adalah komponen struktur jembatan yang berfungsi untuk
mendistribusikan beban-beban sepanjang potongan melintang jembatan.
Lantai jembatan dapat bertumpu atau merupakan bagian yang terintregasi pada
suatu struktur lainnya yang didesain untuk mendistribusikan beban-beban yang
bekerja.
B. Gelagar Memanjang (Girder)
Gelagar memanjang memiliki peran yang penting, karena berfungsi untuk
mendistribusikan atau membagi beban-beban secara longitudinal, dan
membagi bentang lantai jembatan. Gelagar biasa disebut dengan istilah girder.
Selain itu gelagar induk biasanya didesain untuk mengurangi pengaruh
lendutan pada lantai jembatan. Untuk tipe gelagar ini memiliki beberapa
42
macam yang dibagi berdasarkan bentuk seperti kotak, balok, bentuk I, dan
lain–lain.Gelagar Melintang (Diafragma).
C. Gelagar sekunder
Merupakan pengikat antar gelagar induk yang didesain untuk menahan
deformasi melintang dari struktur atas dan membantu pendistribusian bagian
dari beban vertikal antar gelagar utama. Gelagar sekunder dapat berupa balok
diafragma, atau ikatan silang yang dipasang pada bagian atas dan bagian bawah
gelagar induk untuk menahan deformasi lateral.
D. Tumpuan (Bearing)
Jembatan Sebagai bagian struktur yang diletakkan diatas abutmen dan pilar
yang berfungsi sebagai alat peredam benturan antara jembatan dengan pondasi
utama.. Bahan yang sering digunakan sebagai tumpuan ini adalah besi cor
(berupa roll dan engsel), dan bantalan karet.
43
Gambar 2. 3 Lantai Kerja
(Sumber : Dokumentasi Pelaksanaan Kerja Praktek )
44
Gambar 2. 4 Macam Bentuk Abutment Beton
C. Pilar Jembatan
Pilar merupakan tumpuan gelagar yang terletak di antara kedua abutment,
dimana tujuannya untuk membagi kedua bentang jembatan agar di dapatkan
bentang jembatan yang kecil atau tidak terlalu panjang untuk menghindari
adanya penurunan yang besar pada bangunan atas.
Terdapat 3 jenis bentuk pilar terhadap potensi gerusan lokal antara lain:
1. Pilar berbentuk jajar genjang
2. Pilar berbentuk Persegi
3. Pilar berbentuk Bulat
45
D. Poer / Pilecap
Pile cap merupakan suatu cara untuk mengikat pondasi sebelum didirikan
kolom di bagian atasnya. Fungsi dari pile cap adalah untuk menerima beban
dari kolom yang kemudian akan terus disebarkan ke tiang pancang dimana
masing-masing pile menerima 1/N dari beban oleh kolom dan harus ≤ daya
dukung yang diijinkan (Y ton) (N= jumlah kelompok pile). Jadi beban
maksimum yang bisa diterima oleh pile cap dari suatu kolom adalah sebesar N
x (Y ton). Pile cap ini bertujuan agar lokasi kolom benar-benar berada dititik
pusat pondasi sehingga tidak menyebabkan eksentrisitas yang dapat
menyebabkan beban tambahan pada pondasi.
E. Pondasi
Pondasi adalah bagian dan jembatan yang tertanam didalam tanah.Fungsi dari
pondasi adalah untuk menahan beban bangunan yang berada di atasnya dan
meneruskannya ke tanah dasar, baik kearah vertikal maupun kearah horizontal.
Dalam perencanaan suatu konstruksi atau bangunan yang kuat, stabil dan
ekonomis, perlu diperhitungkan hal-hal sebagai berikut:
46
1. Daya dukung tanah serta sifat-sifat tanah.
2. Jenis serta besar kecilnya bangunan yang dibuat.
3. Keadaan lingkungan lokasi pelaksanaan.
4. Peralatan yang tersedia.
5. Waktu pelaksanaan yang tersedia.
Tipe pondasi yang dapat digunakan untuk perencanaan jembatan berdasarkan
struktur tanah antara lain :
1. Pondasi Telapak/Langsung
Pondasi telapak digunakan jika lapisan tanah keras (lapisan tanah yang
dianggap baik mendukung beban) terletak tidak jauh (dangkal). Dalam
perencanaan jembatan pada sungai yang masih aktif, pondasi telapak tidak
dianjurkan mengingat untuk menjaga kemungkinan terjadinya pergeseran
akibat gerusan. Pondasi jenis ini cocok untuk jenis tanah sedang hingga keras.
Bahannya dari pasangan batu kali atau beton bertulang.
2. Pondasi Cerucuk (Pondasi Pancang Sederhana)
Pondasi cerucuk adalah salah satu jenis pondasi yang biasanya diaplikasikan
didaerah dengan kondisi tanah kurang stabil dimana umumnya dengan jenis
tanah lumpur ataupun tanah gambut dengan elevasi muka air yang cukup
tinggi. Untuk pelaksanaan pemancangan kayu cerucuk dapat dilakukan secara
manual (tenaga manusia) dan dapat juga dilakukan dengan mekanik atau alat
mesin yang sering disebut dengan mesin pancang (back hoe). Pada prinsipnya
kedua cara tersebut adalah melakukan pemberian tekanan ke kepala kayu
pancang sehingga kayu akan tergeser secara vertical kedalam tanah yang
ditumbukkan. Pondasi jenis ini cocok untuk jenis tanah yang lunak, bahan tiang
dari beton bertulang atau kayu.
Jenis kayu yang sering dipergunakan adalah;
• Kayu gelam
• Kayu medang
• Kayu Betangor
• Kayu Ubah
• Kayu Dolken
47
3. Pondasi Sumuran
Pondasi sumuran digunakan untuk kedalaman tanah keras antara 2-5 m.
pondasi sumuran dibuat dengan cara menggali tanah berbentuk lingkaran
berdiameter > 80 cm. Penggalian secara manual dan mudah dilaksanakan.
Kemudian lubang galian diisi dengan beton siklop (1pc : 2 ps : 3 kr) atau beton
bertulang jika dianggap perlu dan jika konstruksinya untuk muatan ringan
dapat digabungkan dengan konstruksi beton bertulang dan konstruksi beton
40% batu kali. Pada ujung pondasi sumuran dipasang poer untuk menerima dan
meneruskan beban ke pondasi secara merata. Pondasi jenis ini cocok untuk
jenis tanah berpasir dimana tanah keras agak dalam, bahan untuk pekerjaan
pondasi sumuran ini adalah adukan beton
4. Pondasi Tiang Pancang
Pondasi tiang pancang umumnya digunakan jika lapisan tanah keras/lapisan
pendukung beban berada jauh dari dasar sungai dan kedalamannya > 6,00 m.
Perencanaan pondasi ditinjau terhadap pembebanan vertikal dan lateral,
dimana berdasarkan data tanah diketahui bahwa lapisan tanah keras berada
pada lapisan dalam. Pondasi dalam (bored pile dan tiang pancang) digunakan
bila lapisan tanah dasar pondasi yang mampu mendukung beban yang
dilimpahkan terletak cukup dalam. Sesuai dengan data kondisi tanah yang ada
berdasarkan hasil sondir dan boring, lapisan keras > 20 meter dari permukaan
tanah dan kedalaman penggerusan hasil perhitungan pada analisa hidrologi
adalah 9,167 meter serta tingkat kesukaran dalam pelaksanaan, maka rencana
pondasi yang paling tepat untuk kondisi tanah tersebut adalah pondasi tiang
pancang.
5. Pondasi Bored Pile
Pondasi bored pile merupakan jenis pondasi tiang yang dicor di tempat, yang
sebelumnya dilakukan pengeboran dan penggalian. Sangat cocok digunakan
pada tempat-tempat yang padat oleh bangunan-bangunan, karena tidak terlalu
bising dan getarannnya tidak menimbulkan dampak negative terhadap
bengunan di sekelilingnya.
48
Gambar 2. 7 Pondasi Bored Pile
(Sumber : Dokumentasi Pelaksanaan Kerja Praktek )
49
c. Plat injak
Plat injak adalah bagian dan bangunan jembatan bawah yang berfungsi untuk
menyalurkan beban yang diterima diatasnya secara merata ke tanah
dibawahnya dan juga untuk mencegah terjadinya defleksi yang terjadi pada
permukaan jalan.
d. Saluran Pembuang (Drainase)
Drainase pada jembatan fungsinya menjaga agar jembatan tidak tergenang oleh
air pada saat terjadi hujan. Drainase jembatan biasanya dibuat dari pipa dengan
diameter kurang lebih antara 3 sampai 4 inchi.
e. Lampu Jembatan
Lampu jembatan berfungsi untuk menerangi jembatan pada malam hari agar
lalu lintas yang melewati jembatan lebih leluasa dan lebih merasa aman.
Lampu jembatan biasanya dipasang pada jembatan dengan bentang yang cukup
panjang.
f. Rambu Lalu Lintas
Menurut Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 13 tahun 2014 rambu lalu
lintas adalah bagian dari perlengkapan jalan yang memuat lambing, huruf,
angka, kalimat dan/ atau perpanduan diataranya, yang digunakan untuk
memberikan peringatan, larangan, perintah dan petujuk bagi pemakai jalan.
g. Joint (sambungan).
Pertemuan deck slab dengan beck wall pada abutmen dan pier jembatan dibuat
suatu konstruksi yang disebut joint. Bentuk sambungan atau joint ada 2 (dua)
macam yang disesuaikan dengan perletakannya adalah sebagai berikut :
• Sambungan pada sendi (Fix Joint).
• Sambungan pada roll (Expansion Joint).
50
a. Beton konvensional
Beton konvensional adalah metode konstruksi beton bertulang yang sudah
lazim digunakan saat ini. Pelaksanaannya dengan membuat cetakan pada
elemen struktur dan dicor langsung di lokasi konstruksi. Metode ini tentu lebih
banyak membutuhkan tenaga kerja dan waktu yang lebih lama dibandingkan
dengan beton pracetak.
b. Beton pracetak (precast)
Beton pracetak adalah produksi komponen struktur beton dimana sudah
terlebih dahulu dicor dan dikeringkan di pabrik atau pun di area sekitar lokasi
proyek sesuai bentuk dan mutu yang diminta, dan nantinya dipasang dengan
sambungan tertentu. Metode beton pracetak jelas mempunyai keunggulan
dalam penghematan waktu dan kualitas yang baik. Sehingga pembangunan di
proyek bisa berjalan lebih cepat dan tenaga kerja yang dibutuhkan lebih sedikit.
Namun, beton pracetak membutuhkan biaya yang lebih tinggi.
51
Tabel 2. 5 Standar Proporsi Campuran Beton
KUAT TEKAN1'
A-1 A-2 B-1 B-2 C D E AA P
URAIAN
Ukuran Maksimum
20 20 20 20 20 25 40 20 25
Agregat Kasar (mm)
Slump (cm) 2/ 7,5 ± 2,5 7,5 ± 2,5 7,5 ± 2,5 7,5 ± 2,5 7,5 ± 2,5 7,5 ± 2,5 5 ± 2,5 - Max. 5
Perbandingan
37,5 42,4 49,4 49,4 61,4 76 78 - 40
semen/air W/C (%)
Kadar Air W (kg/m3) 170 172 181 197 181 169 157 - 160
Kuat tekan
minimum pada
umur 28 hari 50 40 35 35 25 15 - 60 -
dengan test kubus
(Mpa)
Kuat tekan
minimum pada
umur 28 hari 40 35 30 30 20 15 - 50 -
dengan tes silinder
(Mpa)
Kekuatan lentur
Minimum dalam 28 - - - - - - - - 45
hari (kg/cm2)
2.13 Bekisting
Menurut Stephens (1985), formwork atau bekisting adalah cetakan sementara yang
digunakan untuk menahan beban selama beton dituang dan di bentuk yang
diinginkan. Dikarenakan berfungsi sebagai cetakan sementara, bekisting akan
dilepas atau dibongkar apabila beton yang dituang telah mencapai kekuatan yang
cukup. Pada umumnya sebuah bekisting serta alat-alat penopangnya merupakan
sebuah kontruksi yang bersifat sementara dengan tiga fungsi utama, yaitu:
a. Untuk memberikan bentuk kepada sebuah kontruksi beton.
b. Untuk memperoleh struktur permukaan yang diharapkan.
52
c. Untuk memikul beton, hingga kontruksi tersebut cukup keras untuk dapat
memikul diri sendiri, peralayan dan tenaga kerja.
2.14 Perancah
Perancah (scaffolding) adalah suatu struktur sementara yang digunakan untuk
menyangga manusia dan material dalam konstruksi atau perbaikan gedung dan
bangunan-bangunan besar lainnya. Biasanya perancah berbentuk suatu system
modular dari pipa atau tabung logam, meskipun juga dapat menggunakan
bahanbahan lain.
53
BAB III
TINJAUAN PROYEK
54
ACSESS
1
ACSESS
ACSESS 2
4
55
Lanjutan tabel
4. Kontraktor Pengawas KSO Triyasa - Pentagraph
5. Kontraktor Pelaksanaan PT Prawiramas Megah Kharisma,
KSO
6. Waktu Pelaksanaan 450 Hari Kalender
7. Waktu Pemeliharaan 365 Hari Kalender
8. Nilai Kontrak Rp. 78.994.217.931,00
9. No. Kontrak PL.107/15/FO-01/PPK-PB/BTP-
JABAR/XI-22
10. Sumber Dana SBSN (Surat Berharga Syariah
Negara) 2022
11. STA STA 0+000 s/d STA 0+661
3.3.1 Owner
Owner atau pemilik proyek adalah orang/badan yang memiliki proyek dan
memberikan pekerjaan atau menyuruh memberikan pekerjaan kepada pihak
penyedia jasa dan yang membayar biaya pekerjaan tersebut. Pengguna jasa dapat
berupa perseorangan, badan/lembaga instansi pemerintah maupun swasta.
Pada Pembangunan Flyover, Proyek Penangaan Perlintasan Sebidang JPL 157B
Ciroyom Antara Padalarang – Bandung ini salah satu kegiatan pekerjaan dari
Kementerian Perhubungan Balai Teknik Perkeretaapian (BTP).
Owner memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:
1. Menentukan konsultan perencana proyek.
2. Menentukan konsultan pengawas proyek.
3. Menentukan kontraktor pelaksana proyek.
4. Pemilik (owner) bertugas membiayai seluruh pekerjaan pembangunan proyek
baik perencanaan maupun pelaksanaan sesuai nilai kontrak pada dokumen
kontrak.
5. Pemilik (owner) berwenang menentukan persyaratan dan pelaksanaan
administrasi dokumen kontrak.
56
6. Pemilik (owner) bertugas memperlancar jalannya pekerjaan agar proyek dapat
selesai tepat pada waktunya tanpa adanya keterlambatan dengan meningkatkan
kemudahan pekerjaan dan menyediakan fasilitas pekerjaan.
7. Pemilik (owner) berwenang memberikan semua intruksi kepada pemborong
melalui direksi (konsultan pengawas) lapangan maupun secara langsung.
8. Dalam hubungannya dengan pengawas, pemilik (owner) mempunyai
wewenang sebagai berikut:
- Menolak atau menerima laporan-laporan dari pengawas baik laporan yang
isidentil maupun laporan yang dibuat secara periodic.
- Meminta laporan dan penjelasan tentang pelaksanaan kepada pengawas baik
secara tertulis maupun secara lisan.
57
Unit Keselamatan Konstruksi/UKK (Organisasi Pengelola SMKK)
58
Struktur Organisasi Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi
59
e. Pembuatan time schedule dengan bantuan software seperti Ms Project.
Pada pelaksanaan Proyek Penangaan Perlintasan Sebidang JPL 157B Ciroyom
Antara Padalarang – Bandung time schedule dibentuk untuk membuat kurva S.
60
Peralatan Pengukuran :
1. Total Station
2. Waterpass
3. Prisma
4. Meteran
C. Penggalian Borepile
Setelah mendapatkan lokasi titik pengeboran yang telah sesuai dengan titik
survey, dilakukan penggalian menggunakan auger (bor kering) dengan
diameter 1.5 meter. Setelah pengeboran sedalam 6 meter, maka perlu
pemasangan casing agar tidak terjadinya longsor.
61
Gambar 3. 7 Pengeboran Sany 225
Sumber: Dokumentasi Proyek
62
D. Pembersihan Lubang Bore Pile
Sebelum melakukan pembesian tulangan bore pile, galian bore pile harus di
bersihkan terlebih dahulu dengan tujuan membersihkan sisa tanah atau lumpur
yang masih tersisa di dalam galiaan menggunakan bucket.
E. Pengecekan Kedalaman
Sebelum masuk ke tahap pemasangan tulangan bore pile terlebih dahulu
dilakukan pengecekan kedalaman lubang bor. Yang bertujuan untuk
mengetahui kedalamannya sudah sesuai atau belum dengan gambar kerja.
63
Gambar 3. 10 Pengecekan kedalaman melalui monitor bor sany
Sumber: Dokumentasi Proyek
64
F. Pembesian Tulangan Bore Pile
Pada pembesian tulangan bore pile dilakukan dengan 2 kali proses penulangan
dengan tahapan sebagai berikut :
1) Baja Tulangan Sirip BjTS 420A / fy = 420 MPa Steel Grade dengan ukuran
yang di gunakan : Memanjang D32, D25, Spiral D19, D16, D13.
2) Pemasangan tulangan borepile bagian bawah dilakukan terlebih dahulu
yang di angkat menggunakan alat berat Clawer Crane yang nanti nya akan
ditahan dengan besi penyangga yang ditumpukan pada casing.
3) Lalu dilanjutkan dengan pemasangan tulangan borepile bagian atas, di tahap
ini dilakukan proses welding (pengelasan) pada bagian sambungan antara
tulangan bore pile bawah dan atas untuk menyatukan tulangan.
4) Pada proses welding diperlukan pengukuran panjang sambungan welding,
yaitu dapat dihitungan dengan cara: Panjang welding = Diameter besi (mm)
x 10 = 25 cm, maka Panjang sambungan pada penyambungan tulangan
borepile yaitu 25 cm.
5) Setelah melakukan penyambungan pada tulangan bore pile, dilanjutkan
dengan pemasangan besi gantungan untuk menahan besi tulangan agar tidak
menyentuh bagian dasar galian borepile agar concrete cover untuk bore pile
terpenuhi.
6) Lebar selimut beton yang di ijinkan adalah 10 cm.
G. Pemasangan Pipa Trymi
Setelah besi terinstal dan siap di cor, maka pipa trymi diinstal kedalam lubang
hasil pengeboran dengan Panjang sesuai kedalaman lubang hasil pengeboran.
H. Pengecoran Bore Pile
Berikut tahapan yang pada proses pengecoran bore pile:
1) Pengecoran dapat dilakukan setelah mendapat ijin Direksi (Konsultan
Pengawas).
2) Melakukan pembersihan dan pemberian minyak pada pipa tremi dan
bucket.
65
3) Melakukan pemasangan pipa tremi dan bucket sebelum dilakukan proses
pengecoran .
4) Beton yang di gunakkan daalam pengecoran adalah beton ready mix Fc = 30
MPa
5) Setelah mobil yang membawa beton tiba dilokasi proyek, terlebih dahulu
dilakukan Slump Test. Dengan nilai slump 18 cm ± 2 cm.
6) Mengambil sample untuk benda uji kuat tekan pada beton. Dengan sample
yang di gunakan cetakan silinder
7) Dilanjutkan dengan proses pengecoran, beton dikeluarkan dari mobil mixer
melalui pipa tremi yang untuk menyalurkan beton kedalam galian borepile.
8) Saat pengecoran pipa tremi perlahan di naik turunkan untuk mendorong
beton supaya padat dan dapat mendorong lumpur atau air yang di bawah
keluar lubang galian.
9) Pengecoran sebaiknya di lakukan melebihi batas rencana karena biasanya
pada bagian atas suka terkandung campuran beton dan lumpur yang
mengakibatkan menurunnya kekuatan bagian atas bore pile.
10) Setelah pengecoran telah selesai, dilanjutkan dengan pengangkatan pipa
tremi yang di lanjutkan pembersihan agar tidak mengeras pada pipa.
11) Tahapan terakhir yaitu penutupan galian bore pile yang telah di cor dengan
tanah setelah beton mulai padat.
I. Penggalian dan Pembobokan Bore Pile
Berikut tahapan dan pelaksanaan pekerjaan penggalian dan pembobokan bore
pile:
1) Penggalian dan pembobokan bore pile dapat dilakukan setelah mendapat
ijin Direksi (Konsultan Pengawas).
2) Umur bore pile setidaknya harus berumur 28 hari untuk bias melakukan
proses pengerjaan penggalian dan pembobokan.
3) Melakukan survey titik bore pile yang berada di dalam tanah dan
menentukan seberapa dalam ketinggian tanah yang di gali.
4) Melakukan penggalian dengan alat berat Excavator sesuai dengan titik
kedalaman yang telah di tentukan.
66
5) Memberi batas pembobokan oleh surveyor dengan batas 10 Cm di atas lantai
kerja rencana.
6) Pembobokan di lakukan dengan jack hammer .
7) Pada bagian batas pembobokan, dasar bore pileharus rata untuk di lakukan
test Pile Integrity Test (PIT) dan dudukan besi pile cap.
8) Besi bore pile harus lurus dengan panjang harus ¾ tinngi bore pile.
9) Jika ada besi kurang atau pun tidak lurus maka bore pile harus di perbaiki.
67
Transducer (Velocity) dan Accelerometer (Force). Tujuan PDA Test Mengetahui
nilai daya dukung pondasi tiang tunggal integritas atau keutuhan tiang dan joint
(sambungan pada tiang pancang \) efisiensi dari transfer energi hammer ke tiang
pancang dan sebagainya dari hasil analisa output. Dalam Test PDA di laksanakan
dengan tahapan sebagai berikut:
a. Ijin Kepada Direksi (Konsultan Pengawas)
Ijin kepada Direksi (Konsultan Pengawas) dilengkapi rencana kerja, jumlah
tenaga kerja dan peralatan, program mutu dan kelengkapan K3.
b. Penyiapan Alat
- Komputer PDA
- Sensor Transducer
- Sensor Accelerometer
- Kabel Extension Sensor
- Main cable
- Wireless Connector
- Pelindung Sensor 4unit
- Peralatan pendukung ( Bor, Grinda, Baut dan mur , dyna set, Palu ,Kabel
Power ,Genset ,Mal Sensor beton, Mal sensor baja, mata bor beton, kepala
bor baja, mata bor besi ,hand tab ,mata tab.
c. Spesifikasi Tiang yang akan uji PDA test
- PDA test dilakukan 5% dari jumlah total bore pile .
- Umur beton bore pile minimal 21 hari.
- Daya dukung tiang rencana (RMX) adalah 360 ton.
d. Proses Pelaksanaan PDA test
- Melakukan survey pondasi yang akan di uji.
- Penggalian area bore pile jika bore pile tertanam yang di sesuai kan dengan
kondisi actual di lapangan .
- Perataan kepala bore pile dengan pasir.
- pemasangan sensor instrument Strain transducer dan accelerometer .
- Pemasangan tiang peyangga dan pemasangan hammer .
68
- Pengangkatan hammer sekitar 50 cm sampai 100 cm untuk mendapatkan
daya dukun yang di inginkan.
- Hammer di jatuhkan bebas.
- Hasil acuan bias terlihat dari Komputer PDA.
- Apabila hasil test tidak sesuai dengan daya dukung yang direncanakan maka
pengetessan selanjutnya di berhentikan sampai pengawas mengijinkan.
- Hasil akhir test akan di laporkan kepada konsultan pengawas dalam bentuk
dokumen laporan test.
69
e. Pengecoran Lean Concrete
- Pengecorran Lean Concrete dapat dilakukan setelah mendapat ijin Direksi
(Konsultan Pengawas).
- Sebelum pengecoran harus di pastikan tanah padat dan area lc bersih dari
sampah.
- Pengecoran lean concrete menggunakan mix design dengan beton K-125.
- Pengecorran dapat menggunakan alat Excavator, talang (paralon) atau
Concrete pump.
- Pengecoran lean concrete harus merata dan padat.
Pekerjaan Pile Cap
Pile cap merupakan bangunan pengikat pondasi sebelum dibangun bangunan
diatasnya tiang kolom pile cap tersusun dari beton dan tulangan baja, fungsi dari
pile cap yaitu untuk menerima beban dari kolom yang terus disebarkan ke tiang
borepile dimana masing – masing pile mendapatkan 1/N dari beban oleh kolom dan
harus ≤ daya dukung yang diijinkan (Y ton) (N= jumlah kelompok pile). Makara
beban maksimum yang sanggup diterima oleh pile cap dari suatu kolom yaitu
sebesar N x (Y ton). Tahapan pekerjaan pile cap sebagai berikut:
a. Ijin Kepada Direksi (Konsultan Pengawas)
Ijin kepada Direksi (Konsultan Pengawas) dilengkapi rencana kerja, jumlah
tenaga kerja dan peralatan, program mutu dan kelengkapan K3.
b. Survey Posisi Pile Cap
Sebelum dilakukan pembesian pada pile cap terlebih dahulu dilakukan survey
topografi untuk menandai lokasi titik pengerjaan pile cap di atas lantai kerja
agar presisi antar pile cap satu dengan yang lainnya.
c. Pembesian Tulangan Pile Cap
Setelah mendapatkan lokasi pengerjaan titik overlap pembesian pile cap dapat
dilakukan pembesian pile cap, berikut tahapan pengerjaan pembesian pile cap:
a) Baja Tulangan Sirip BjTS 420A / fy = 420 MPa Steel Grade dengan ukuran
yang di gunakan : besi D32, D19, D16.
70
b) Pemasangan cover concrete atau deking beton pada bagian bawah tulangan
pile cap dengan ukuran 10 cm agar besi tulangan tidak menyentuh lean
concrete untuk menjaga selimut beton.
c) Dilanjutkan dengan pemasangan pembesian sesuai dengan shop drawing
yang di rencanakan.
d) Pengikatan di anjurkan dengan kawat bedrat dengan maksimal melakukan
1 loncatan.
e) Pemasangan cover concrete pada bagian sisi – sisi tulangan pile cap agar
tulangan tidak menyetuh bagian bekisting, untuk bagian sisi digunakan
cover concrete dengan tebal 5cm. Selimut beton yang di ijinkan untuk pile
cap adalah 6 cm
f) Melakukan survey titik as kolom, yang bertujuan menyesuaikan dimensi
dan tebal dari selimut beton kolom dengan tulangan kolom yang disambung
pada pile cap.
g) Dilanjutkan dengan pemasangan besi stek kolom yang berbentuk L (24D22)
yang berguna untuk menyambung pile cap ke kolom
h) Pemeriksaan oleh konsultan pengawas untuk mengetahui benar atau salah
terhadap pembesian pile cap.
i) Jika ada kekurangan atau kesalahan maka harus di perbaiki dahulu sebelum
pemasangan bekisting.
d. Pemasangan Bekisting Pile Cap
Pemasangan bekisting dilakukan dengan sebagai berikut:
a) Pemasangan bekisting pile cap dapat dilakukan setelah mendapat ijin
Direksi (Konsultan Pengawas).
b) Penyiapan bekisting dan alat berat clawler crane
c) Bekisting di pakai adalah bekisting knock down.
d) Bekisting harus di bersihkan dan di berikan minyak
e) Pemasangan bekisting menggunakan alat clawler crane pada titik survey
sebelumnya.
f) Penutupan pada area lubang jika ada lubang pada bekisting dengan
menggunakan expanda foam, busa, atau kain.
71
e. Survey Elevasi Top Cor dan Dimensi Pile Cap
Selanjutnya dilakukan survey elevasi tinggi top cor dan survey dimensi pada
pile cap lalu di beri tanda untuk mempermudah tukang untuk cor. Setalah
dilakukan survey pada pile cap sebelum masuk ke tahap pengecoran harus
dilakukan pemerikasaan pada elevasi top cor, selimut beton, tinggi bekisting,
dan kebersihan yang dilakukan oleh konsultan pengawas, jika terjadi
kekurangan maka harus di perbaiki sebelum pengecoran.
f. Pengecoran Pile Cap
Setelah dilakukan pemasangan/instal besi lalu tahap pemeriksaan oleh
konsultan pengawas di lapangan, selanjutnya sudah dapat dilakukan
pemesanan mix beton Fc (30 MPa). Berikut urutan pekerjaan pengecoran pile
cap:
a) Pengecoran pile cap dapat dilakukan setelah mendapat ijin Direksi
(Konsultan Pengawas).
b) Sebelum pengecoran pile cap terlebih dahulu di bersihkan dari sampah,
tanah atau lumpur lalu di siram air untuk di bersihkan.
c) Melakukan persiapan pada talang (paralon) dan vibrator untuk memadatkan
beton coran yang dikeluarkan oleh truck mixer pada saat didalam pile cap.
d) Pengujian slump test pada setiap beton trux mixer dengan slump yang di
ijinkan beton C yaitu 12 cm ± 2 cm.
e) Mengambil sample untuk benda uji kuat tekan pada beton. Dengan sample
yang di gunakan cetakan silinder
f) Setelah itu dapat dilakukan proses pegecoran pada pile cap.
g) Pengecoran harus di lakukan vibrator agar pengecoran padat dan tidak ada
honeycomb pada beton.
g. Pembukaan Bekisting Pile Cap
Pembukaaan bekisting di lakukan sebagai berikut :
a) Pembukaaan bekisting pile cap dapat dilakukan setelah mendapat ijin
Direksi (Konsultan Pengawas).
b) Bekisting dapat di buka setelah umur beton minimal 24 jam.
72
c) Bekisting yang telah dipakai harus di bersihkan dan di rapihkan kembali
agar dapat di pakai kembali
h. Perawatan Pile Cap
a) Melakukan perbaikan atau curing pada honeycomb beton atau kerusakan
beton
b) Semen yang digunakan untuk perbaikan adalah semen sika
c) Menutup beton agar tidak terkena sinar matahari lansung
d) Melakukan penyiraman minimal dalam 7 hari setiap 2 -3 sehari
e) Jika tidak ada air maka menggunakan penyemprottan antisol-s lalu di tutupi
dengan plastic.
73
BAB IV
PELAKSANAAN SELAMA KERJA PRAKTEK
74
2. Akses jalan Proyek Penangaan Perlintasan Sebidang JPL 157B Ciroyom
Antara Padalarang – Bandung, sebagian besar merupakan tanah bongkaran
Gudang atau tempat sampah sehingga pada musim penghujan akses jalan ini
sedikit susah untuk di lewati baik pekerja maupun alat kontruksi.
75
c. Pembesian bore pile, dimana meliputi jumlah besi dan sambungan pada bore
pile yang minimal penyambungan 40D sesuai gambar perencanaan.
d. Pemasangan casing setelah mencapai dikedalaman 6m.
e. Pemasangan pipa tryme.
f. Pengecoran beton, dalam pengecoran yang kami perhatikan adalah hasil
slump beton dan volume beton yang masuk.
76
Gambar 4. 5 Pemasangan Pipa Trymi
(Sumber : Dokumentasi Pelaksanaan Kerja Praktek)
77
2. Pelaksanaan pekerjaan pemasangan Sheet Pile bertujuan untuk menahan tanah
agar tidak longsor akibat tekanan horizontal. Konstruksi Sheet Pile berbentuk
seperti dinding dengan beberapa sheet pile yang ditancapkan ke dalam tanah.
Ada beberapa hal yang harus di perhatikan saat melaksanakannya, yaitu:
a. Menentukan titik-titik Koordinat, ini diperlukan untuk menentukan
pemasangan Sheet Pile.
b. Menentukan elevasi kedalaman galian pondasi dan lantai pekerjaan,
kesalahan dalam penentuan elevasi ini dapat menyebabkan pemborosan
pekerjaan urugan dan galian tanah.
c. Memonitoring saat Pekerjaan Pemancangan terhadap Titik rencana yang
sudah direncakan.
d. Memeriksa penguncian antar sheet pile agar tidak ada rongga yang terbuka.
78
Gambar 4. 8 Posisi Penguncian Sheet Pile
(Sumber : Dokumentasi Pelaksanaan Kerja Praktek
79
Gambar 4. 9 Proses Penggalian Tanah
(Sumber : Dokumentasi Pelaksanaan Kerja Praktek
80
Gambar 4. 10 Pekerjaan Pembobokan Bore Pile
(Sumber : Dokumentasi Pelaksanaan Kerja Praktek)
81
(Sumber : Dokumentasi Pelaksanaan Kerja Praktek)
82
f. Dimensi ukuran footing sesuai shop drawing
g. Selimut beton , yang di anjurkan 10 cm.
h. Slump test untuk beton 12 ±2 cm.
i. Instaal Pembesian dan Hasil Pengecoran Pile Cap.
83
Gambar 4. 14 Pekerjaan Pengecoran Pile Cap
(Sumber : Dokumentasi Pelaksanaan Kerja Praktek)
84
4.3 Masalah Yang Dihadapi Saat Kerja Praktek
Permasalahan yang kami hadapi saat ikut serta dalam Proyek Penangaan
Perlintasan Sebidang JPL 157B Ciroyom Antara Padalarang – Bandung adalah,
sebagai berikut :
1. Pembebassan lahan, tidak tercapainya kesepakatan harga antara pemilik tanah
dengan pemerintah, dimana pemerintah mengacu pada NJOP dan nilai
appraisal harga tanah, sedangkan pemilik lahan mengacu harga pasar.
2. Area proyek masih terlampau tidak di jaga ketat, maka dari itu sering kali orang
lain/masyarakat memasuki area proyek.
3. Musim hujan juga merupakan salah satu permasalahan yang ada, sehingga
pekerjaan tidak bisa optimal.
4. Akses Jalan yang dilewati adalah tanah urug, ketika musim hujan mengganggu
akses dan pekerjaan.
85
4.4 Tabel Kegiatan Saat Mengikuti Kerja Praktek
86
Lanjutan tabel
87
Lanjutan tabel
88
Lanjutan tabel
89
Lanjutan tabel
90
Lanjutan tabel
91
Lanjutan tabel
92
Lanjutan tabel
93
Lanjutan tabel
94
Lanjutan tabel
95
Lanjutan tabel
96
Lanjutan tabel
97
Lanjutan tabel
98
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Jadi kesimpulan selama tiga bulan Kerja Praktek (KP) di PT. PRAWIRAMAS
MEGAH KHARISMA,KSO Proyek Penanganan Perlintasan Sebidang JPL 157B
Ciroyom Antara Padalarang - Bandung. sebagai Kontraktor yaitu :
1. Kami bisa mendapat pengetahuan tentang pelaksanaan suatu pekerjaan proyek
fly over dilapangan dimulai dari struktur bawah (Substructures) dan struktur
atas (Superstucture).
2. Mengetahui dan memahami cara pelaksanaan teknis pekerjaan suatu proyek,
dan tahap – tahap pekerjaan yang digunakan.
3. Mengetahui administrasi laporan harian, laporan mingguan, laporan bulanan.
4. Di lapangan kami juga mendapati hal yang menghambat pekerjaan antara lain
cuaca, pembebasan lahan dan warga yang belum juga terselesaikan.
5. Proyek Penanganan Perlintasan Sebidang JPL 157B Ciroyom Antara
Padalarang - Bandung ini mengalami beberapa kali perubahan desain gambar
di karenakan mengacu pada biaya, mutu dan waktu.
5.2 Saran
Adapun beberapa saran/ usulan yang ingin penulis sampaikan untuk proyek
Penanganan Perlintasan Sebidang JPL 157B Ciroyom Antara Padalarang - Bandung
adalah sebagai berikut:
1. Koordinasi antara pihak-pihak yang terlibat di proyek merupakan salah satu
faktor yang menunjang kelancaran dan keberhasilan sebuah proyek, untuk itu
perlu diperbaiki kembali dengan pihak-pihak terkait dan warga sekitar.
2. Pihak perencana proyek seharus-nya mempertimbangkan dan
memperhitungkan segala kemungkinan dan resiko yang bisa terjadi, sehingga
tidak mengakibatkan kerugian dan kegagalan dalam pelaksanaan.
99
3. Meningkatkan hubungan kerja sama dengan pihak sekitar dan pembagian tugas
agar kelancaran pelaksaan sesuai tepat dengan schedule. Serta mahasiswa/I
hendaknya bersikap kritis terhadap hal – hal baru yang ditemukan diproyek,
serta menanyakan kepada pembimbing dilapangan. Mahasiawa lebih aktif agar
dapat memahami setiap ilmu yang didapatkan dilapangan.
100
DAFTAR PUSTAKA
http://rullycivil09.blogspot.com/2015/04/mengenal-struktur-jembatan.html?m=1
Kita Sipil. (2016). Kita Sipil. Dipetik Maret 14, 2020, dari
https://www.kitasipil.com/2016/09/mengenal-elastomerik-bearing-
pad.html
Karaini, Armaini Akhirson. (1991). Seri Diktat Kuliah Pengantar Manajemen
Proyek. Depok: Gunadarma.
Soeharto, Iman. (1999). Edisi Kedua Manajemen Proyek (Dari Konseptual Sampai
Operasional). Ciracas, Jakarta 13740: Erlangga.
Widiasanti, Irika dan Lenggogeni. (2013). Manajemen Konstruksi. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Sipil, G. (2017, November 25). Guru Sipil. Dipetik Februari 6, 2020, dari
Pengertian dan Tugas Kontraktor Pelaksana Proyek:
https://www.gurusipil.com
Lizahanisaroyawardi. (2012). Blogspot. Dipetik Februari 6, 2020, dari
https://lizahanisaroya.blogspot.com/2012/07/normalisasi-sungai-unus.html
Delvatinson. (2019). Baabun. Dipetik Maret 14, 2020, dari
https://baabun.com/pengertian-sungai/
101
LAMPIRAN
102
LAMPIRAN 2 Surat Balasan Kerja Praktek
103
LAMPIRAN 3 Kurva S
104
LAMPIRAN 4 Shop Drawing
105
106
107
108
LAMPIRAN 5 Gambar Rencana
109
Sumber : PT. PRAWIRAMAS MEGAH KHARISMA KSO
110
LAMPIRAN 6 Dokumentasi Lapangan
111
Lanjutan table
112
Lanjutan table
113
LAMPIRAN 7 Termin
114
LAMPIRAN 8 Surat Peringatan 1
115
116