Kerja Praktik Ini Dibuat dan Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Kelulusan Mata Kuliah Kerja Praktik di Program Studi DIII Teknik Sipil
Politeknik Negeri Banyuwangi
Oleh:
NICKYTA DIVA RAMADHANNTI
NIM. 362022401090
i
(Halaman Ini Sengaja Dikosongkan
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Oleh
NICKYTA DIVA RAMADHANTI
NIM. 362022401090
iii
(Halaman Ini Sengaja Dikosongkan)
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan limpahan rahmat serta hidayahnya sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan kerja praktik ini dengan baik dan tanpa halangan suatu
apapun. Laporan ini diajukan untuk dapat memenuhi salah satu syarat kelulusan
mata kuliah kerja praktik Program Studi Diploma III Teknik Sipil Politeknik Negeri
Banyuwangi tahun 2022.
Tidak lupa penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan laporan kerja praktik ini yaitu:
1. Kedua orangtua yang telah memberikan dukungan, doa dan motivasi
2. Bapak M. Shofi’ul Amin, ST., M.T. selaku direktur Politeknik Negeri
Banyuwangi.
3. Ibu Wahyu Naris Wari, ST., M.T. selaku ketua jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Banyuwangi.
4. Bapak I Ketut Hendra Wiryasuta, M.T. selaku ketua Program Studi Teknik
Sipil Politeknik Negeri Banyuwangi.
5. Ibu Eva Olivia Hutasoit, ST., M.T. selaku koordinator kerja praktik
Program Studi Teknik Sipil Politeknik Negeri Banyuwangi.
6. Bapak Ahmad Utanaka, S.ST., M.T. selaku dosen pembimbing kerja praktik.
7. PT. MAM Energindo dan Bapak Ir. Dudung Pramudya selaku pembimbing
lapangan yang telah menerima penulis sebagai peserta kerja praktik.
Penulis
v
(Halaman Ini Sengaja Dikosongkan)
vi
DAFTAR ISI
vii
4.2.1 Pembuatan Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK) ..................... 26
4.2.2 Pembuatan Tabel Checklist Perlengkapan K3 ................................. 38
4.2.3 Pembuatan Ijin Kerja ........................................................................ 45
4.2.4 Pengecekan Scaffolding ................................................................... 49
4.2.5 Pemeriksaan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) ........................... 55
4.2.6 Pemasangan Rambu Keselamatan/Safety Sign ................................. 61
4.3 Hambatan Dan Solusi ....................................................................... 66
4.3.1 Bahan Rambu Keselamatan yang Tidak Sesuai dengan Wilayah dan
Cuaca ................................................................................................ 66
4.3.2 Sembuangan Sisa Material Secara Sembarangan ............................ 67
4.3.3 Para Pekerja Tidak Menggunakan APD Lengkap ........................... 68
BAB 5 PENUTUP ............................................................................................... 71
5.1 Kesimpulan ........................................................................................... 71
5.2 Saran ..................................................................................................... 71
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 73
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
Gambar 4.27 Macam-Macam Rambu Evakuasi Darurat dan Kebakaran....... 64
Gambar 4.28 Macam-Macam Rambu Peringatan ........................................... 65
Gambar 4.29 Flow Chart Pemasangan Rambu Keselamatan/Safety Sign .......... 65
Gambar 4.30 Dokumentasi Pemasangan Rambu Keselamatan/Safety Sign ......... 66
Gambar 4.31 Rambu Keselamatan/Safety Sign ................................................. 66
Gambar 4.32 Sisa Material Berserakan .............................................................. 67
Gambar 4.33 Pekerja yang Tidak Mengenakan APD ......................................... 68
x
DAFTAR TABEL
xi
(Halaman Ini Sengaja Dikosongkan)
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
(Halaman Ini Sengaja Dikosong
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
1
Pembangunan rumah sakit salah satu wujud untuk meningkatkan fasilitas
pelayanan masyarakat di bidang kesehatan. Untuk itu, dibangunlah RSUD
Probolinggo. Pembangunan ini bertujuan untuk meningkatkan kesehjateraan
masyarakat Probolinggo terutama di bidang kesehatan. Pembangunan RSUD
Probolinggo ditangani oleh PT. Maju Alam Mandiri (MAM) Energindo. Dalam
pembangunan proyek tersebut terdapat beberapa sub bidang pekerjaan salah
satunya adalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) lapangan yang sangat
berperan penting pada pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Probolinggo.
K3 sendiri memiliki kepanjangan sebagai Keselamatan dan Kesehatan
Kerja pada dasarnya baru mulai dikenal luas sejak tahun ’70-an. Khususnya setelah
Pemerintah RI merilis Undang – Undang No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan
kerja. Sebelum peraturan tersebut diterbitkan, banyak oang yang masih ranjau
dalam memahami kepanjangan K3 itu sendiri. Untuk menjamin keselamatan kerja
para pegawainya maka disetiap instalasi harus memiliki standar Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) yang sesuai. Contohnya pada pekerjaan konstuksi para
pekerjanya diharuskan menggunakan Alat Perlindungan Diri (APD) sesuai
pekerjaan yang sedang dikerjakan untuk mengurangi resiko kecelakaan kerja. Jika
berjalan dan melaksanakan tugasnya dengan baik, maka pelaksaan proyek akan
berjalan sesuai rencana yang telah ditetapkan dan dapat memuaskan konsumen.
Kegiatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) pada PT.Maju Alam Mandiri
(MAM) Energindo dalam pembangunan proyek Rumah Sakit Umum Daerah
bertepat di Jalan Profesor Hamka, Kelurahan Wonoasih, Kecamatan Wonoasih,
Kota Probolinggo menjadi hal yang wajib, khususnya pada pengenaan Alat
Pelindung Diri (APD) di area kerja.
2
2. Bagaimana permasalahan yang terjadi pada pekerjaan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) Lapangan pada proyek pembangunan Rumah
Sakit Umum Daerah Kota Probolinggo?
3
2. Dapat meningkatkan wawasan dan penerapan tentang Alat Pelindung
Diri (APD) di area kerja, dapat mengenali bahaya – bahaya yang ada
pada area kerja dan menegtahui fungsi dari rambu peringatan
khususnya untuk pekerjaan konstruksi pada proyek pembangunan
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Probolinggo.
3. Dapat meningkatkan kerja sama antara Perguruan Tinggi sebagai
lembaga pendidikan dengan perusahaan konstruksi.
4. Memperluas relasi dengan mahasiswa dari Perguruan Tinggi lain.
4
BAB II
5
2.3 Misi Perusahaan
Adapun misi dari perusahaan PT. MAM Energindo yaitu:
1) Menyediakan layanan produk bangunan dan konstruksi berkualitas
tinggi
2) Menjaga pendekatan inovasi dalam mencapai perkembangan dan
pertumbuhan perusahaan
6
2.4 Struktur Organisasi
Struktur organisasi menunjukkan alur perintah yang mengindikasikan jabatan pekerjaan yang harus dipertanggung jawabkan oleh
masing-masing tipe karyawan.Struktur organisasi perusahaan dari PT. MAM Energindo dapat dilihat pada Gambar 2.2.
7
2.5 Tugas dan Wewenang Personil
Setiap personil di organisasi memiliki tugas dan wewenangnya masing-
masing. Tugas dan wewenang tersebut bertujuan untuk mengontrol serta mengelola
sumber daya manusia agar sistematis, sehingga perusahaan dapat beroperasi dengan
baik dan sesuai pada visi serta misinya. Tentunya dalam pengendalian internal ini
sangat penting dan pembagian tugas haruslah jelas. Pembagian tugas dan
wewenang diberikan sesuai dengan jabatan atau posisinya didalam struktur
organisasi persusahaan tersebut. Tugas dan wewenang masing-masing posisi yang
ada di struktur organisasi proyek pembangunan RSUD Kota Probolinggo oleh PT.
MAM Energindo berikut:
1. Direktur
Adapun tugas direktur sebagai berikut:
a. Memimpin rencana proyek.
b. Membentuk komunikasi tim yang efektif agar tercipta kerjasama
antar tim yang baik.
c. Membuat kebijakan kebijakan dalam perusahaan yang dipimpin.
2. Project Manager
Project manager berarti adalah pemimpin. Tugas seorang project
manager meliputi:
a. Membuat rencana proyek
b. Membentuk komunikasi tim yang efektif
c. Mengalokasikan pekerjaan kepada tim
d. Memonitor perkembangan proyek
3. Tenaga Ahli Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
Peranan K3 konstruksi adalah dapat menyusun program K3 serta
penerapannya dalam konstruksi. Berikut adalah beberapa tugas dan
tanggung jawab tenaga ahli K3 konstruksi diantaranya adalah:
a. Menerapkan ketentuan peraturan perundang-undangan tentang dan
terkait K3 konstruksi
b. Mengkaji dokumen kontrak dan metode kerja pelaksanaan
konstruksi
c. Merencanakan dan menyusun program
8
d. Membuat prosedur kerja dan instruksi kerja penerapan ketentuan
K3
e. Melakukan sosialisasi, penerapan dan pengawasan pelaksanaan
program, prosedur kerja dan instruksi kerja K3
f. Melakukan evaluasi dan membuat laporan penerapan SMK3 dan
pedoman teknis K3 konstruksi
g. Mengusulkan perbaikan metode kerja pelaksanaan konstruksi
berbasis K3 jika diperlukan
h. Melakukan penanganan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
serta keadaan darurat
4. Manager Operasional
Manager operasional adalah posisi atau jabatan di sebuah perusahaan
yang bertanggung jawab dalam upaya meningkatkan kinerja organisasi
dan mengelola potensi resiko agar bisa ditekan dan tidak terjadi.
Manager operasional juga memiliki tugas yaitu:
a. Mengoordinasikan dan mengendalikan aktivitas produksi dan
distribusi unit operasional
b. Berperan aktif dalam perencanaan dan koordinasi penyusunan
anggaran revenue tiap unit operasional secara terukur dan
mengendalikan realisasi anggaran secara efisien dan efektif
c. Mengoordinasikan dan mengontrol pelaksanaan sistem dan
prosedur berkaitan dengan produksi dan distribusi
d. Melakukan analisa proses bisnis secara detail di bidang produksi
dan distribusi unit operasional
e. Berpartisipasi dalam mengembangkan Standard Operating
Prodecure (SOP) produksi dan distribusi unit operasional
9
c. Membuat laporan akuntani proyek dan menyelesaikan perpajakan
serta retribusi
d. Mengisi data-data kepegawaian, pelaksaan, asuransi tenaga kerja,
menyimpan data-data kepegawaian karyawan, dan pembayaran
gaji serta tunjangan karyawan
e. Menerima dan memproses tagihan dari sub kontraktor jika proyek
yang dikerjakan berskala besar sehingga melakukan spesialis
sesuai dengan item pekerjaan yang dikerjakan
6. Admin
Tugas dan wewenang Administrasi Kontrak, yaitu:
a. Memberikan petunjuk kepada tim, dalam pekerjaan pengawasan
teknik segera setelah kontrak fisik ditandangani.
b. Memberikan petunjuk kepada tim dalam melaksanakan pekerjaan,
untuk menyiapkan rekomendasi secara terinci atas usulan desain,
termasuk data pendukung yang diperlukan.
c. Bekerjasama dengan pihak pemberi tugas sehubungan dengan
pekerjaan dalam dokumen kontrak.
d. Menjamin semua pelaksanaan detail teknis untuk pekerjaan tidak
akan terlambat.
e. Membantu tim di lapangan dalam mengendalikan kegiatan-
kegiatan kontraktor.
f. Membantu dan memberikan petunjuk kepada tim di lapangan
dalam pemecahan atas permasalahan yang timbul baik sehubungan
dengan teknis maupun permasalahan kontrak.
7. Logistik
Logistik adalah orang yang melaksanakan tugas–tugas administrasi di
lapangan seperti surat–menyurat, pembelian barang, dan kebutuhan
logistik proyek. Adapun tugas dan wewenang serta tanggung jawab
logistik, yaitu sebagai berikut:
a. Bertanggungjawab atas keamanan dan kualitas material bangunan
yang tersimpan di gudang logistik proyek. Mencari informasi
sumber dan harga bahan dan mengatur jumlah uang yang
10
digunakan dalam pembelian bahan.
b. Menyiapkan kontrak surat perintah kerja/surat pesanan barang/
bahan kepada suplier yang ditunjuk serta menyusun jadwal
pengiriman bahan/barang ke lokasi proyek.
c. Memeriksa berita acara penyerahan bahan/barang di lapangan dan
memeriksa keabsahan kuitansi tagihan beserta lampiran
kelengkapannya ke bagian keuangan/kasir untuk diproses lebih
lanjut.
d. Bertanggung jawab terhadap jumlah/volume bahan di proyek dan
mutu bahan/barang yang dikirim ke proyek (sesuai dengan permin-
taan ).
e. Mengadakan stok material berdasarkan jadwal pekerjaan.
f. Mengatur penyimpanan meterial.
g. Menyimpan dan memelihara alat-alat kerja proyek.
h. Menolak atau mengembalikan pengiriman material yang datang
apabila tidak sesuai dengan permintaan yang diajukan.
Bertanggungjawab atas keamanan dan kualitas material bangunan
yang tersimpan di gudang logistik proyek.
8. Manager Mechanical, Elektrical, dan Plumbing (MEP)
Ruang lingkup pekerjaan kontraktor MEP ini secara umum adalah
melaksanakan atau menerapkan desain yang sudah dibuat oleh
konsultan. Kontraktor memastikan bila desain yang dibuat diterapkan
dengan baik serta mengatasi halangan atau masalah yang mungkin
muncul saat konstruksi berlangsung. Berikut ini beberapa job deskripsi
kontraktor MEP
a. Mengawasi jalannya konstruksi sesuai dengan standar
keselamatan dan kesehatan.
b. Mencatat dan melaporkan bila ada masalah dengan konstruksi
MEP.
c. Menghentikan proyek bila desain konstruksi MEP bermasalah
dan tidak sesuai dengan standar atau membahayakan keselamatan
dan kesehatan.
11
d. Mengawasi sistem perpipaan dan melakukan uji coba AC dan
sistem mekanik.
12
a. Merencanakan “time schedule” pelaksanaan proyek sesuai dengan
kewajiban dari perusahaan terhadap pemilik proyek atau
kepentingan perusahaan sendiri.
b. Melaksanakan pekerjaan administrasi yang berkaitan dengan
pekerjaan tambah kurang. Dan diberikan ke budget control sepe-
ngetahuan Project Manager dan disetujui oleh Direktur Proyek.
c. Membicarakan masalah-masalah khusus dan kesulitan-kesulitan
teknis dengan Project manager.
d. Membicarakan kesulitan-kesulitan, rencana detail bangunan
dengan Project Manager.
e. Mengatur penggunaan tenaga pekerja di proyek untuk menunjang
rencana time schedule.
f. Mengusulkan hal-hal yang dapat menunjang pengarahan tenaga
pelaksana kepada Project Manager.
11. Koordinator Pelaksana Struktur
Tugas dan wewenang seorang pelaksana struktur yaitu:
a. Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan program kerja, metode
kerja, gambar kerja, dan spesifikasi pekerjaan.
b. Mengadakan pemeriksaan dan pengukuran hasil kerja di lapangan.
c. Mengusulkan perubahan rencana pelaksanaan karena kondisi
pelaksanaan yang tidak memungkinkan untuk melaksanakan
pekerjaan yang sesuai dengan rencana
12. Project Control
Dalam setiap Project Control memili tugas:
a. Mengumpulkan data progres dari lapangan dan menghitung
progres tiap-tiap bagian dari Work Breakdown Structure (WBS)
maupun progress erection boiler secara keseluruhan..
b. Mengajukan claim progress bulanan ke client hingga mendapatkan
approval. Claim progress yang sudah disetujui dijadikan dasar
pengajuan pembayaran bulanan ke client oleh bagian keuangan.
c. Mengkoordinasikan pengendalian schedule dan progres-progres,
dengan cara memimpin progress review meeting yang diadakan
13
satu minggu sekali. Progress review meeting dihadiri oleh semua
chief engineers.
d. Turut menghadiri schedule meeting yang diselenggarakan
kontraktor utama seminggu sekali.
e. Mensuplai data progres dan schedule ke client yang akan
dipergunakan client untuk mengupdate project schedule dalam
software primavera.
f. Mengkoordinasikan pengendalian biaya proyek agar tidak
melebihi budget yang telah ditentukan. Setiap awal bulan Project
control section mengeluarkan laporan bulanan tentang
performance masing-masing bagian dari Work Breakdown
Structure (WBS). Dalam laporan tersebut tercantum progres yang
dicapai dan biaya yang telah dihabiskan oleh masing-masing
section. Performance report dibahas dalam sebuah performance
meeting yang dipimpin oleh Project Control Enginees.
14
c. Mengidentifikasi resiko dan menyelesaikannya karena
pelaksanaan proyek sangat mengandung resiko yang akan
mempengaruhi biaya.
d. Mengantisipasi semua langkah dalam proses konstuksi karena
semua langkah pelaksanaan kegiatan pada proyek konstruksi
mempunyai akibat pada biaya.
e. Mempresentasikan dan mengkomunikasikan estimasi yang disusun
secara logis dan jelas karena estimator tidak hanya dituntut
menyusun estimasi biaya tetapi juga menyampaikannya kepada
semua pihak yang terkait untuk meyakinkan bahwa estimasi yang
disusunnya dapat dipertanggung-jawabkan.
15. Drafter
Seorang Drafter memiliki tanggung jawab dalam hal penggambaran.
Beberapa tugas Drafter antara lain:
a. Membuat shop drawing yang siap dilaksanakan dan
mengkoordinasikannya dengan pelaksana.
b. Menyiapkan gambar dari revisi desain dan detail desain yang
dibutuhkan untuk kegiatan pelaksanaan di lapangan.
c. Menghitung volume berdasarkan data lapangan dan melapor-
kannya pada administrasi teknik
16. Surveyor
Tugas seorang Surveyor adalah melakukan survei dan pengukuran
lahan proyek yang akan digunakan. Selain itu, Surveyor juga
bertanggung jawab terhadap hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan
di lapangan, seperti melakukan penentuan titik elevasi kedalaman
galian, dan sebagainya.
15
2.6 Data Pembimbing Lapangan
Pembimbing lapangan merupakan seseorang yang membantu mahasiswa
dalam mengarahkan, baik bimbingan maupun wawasan mengenai pelaksanaan
dalam dunia kerja lapangan, terkhusus pada kerja praktik ini mengenai pelaksanaan
proyek konstruksi. Data pembimbing lapangan penulis selama kerja praktik adalah
sebagai berikut:
16
BAB III
17
Tabel 3.1 Waktu Pelaksanaan Kerja Praktik (Lajutan)
No Hari, Masuk Pulang Total jam Pekerjaan
Tanggal kerja
Kamis, 72 jam 19 Safety patrol pekerjaan las
9 08.00 16.00
21/07/2022 menit diarea gedung F1 lantai 1
a. Safety patrol pemasangan
jaring pada jalan menuju proyek
Jumat, 80 jam 20
10 08.00 16.00 b. Safety patrol memeriksa
22/07/2022 menit
safety sign yang berada di
gedung D1 lantai 1 dan 2
Senin, Safety patrol tangga lantai 3
11 08.00 15.40 88 jam
25/07/2022 gedung D2
Selasa, Safety patrol kebersihan gedung
12 08.00 16.00 96 jam
26/07/2022 D2 lantai 2
18
Tabel 3.1 Waktu Pelaksanaan Kerja Praktik (Lajutan)
No Hari, Masuk Pulang Total jam Pekerjaan
Tanggal Kerja
Jumat, 159 jam Safety patrol lantai 1 di
20 08.00 16.00
05/08/2022 40 menit setiap gedung
Safety patrol pemeriksaan
APD pekerja oleh setiap
Senin, 167 jam
21 08.00 16.00 mandor yang berada di
08/08/2022 40 menit
gedung yang sudah
ditugaskan
a. Safety patrol pemeriksaan
safety sign pada gedung F1
dan kebersihan area kerja
Selasa, 175 jam
22 08.00 16.00
09/08/2022 40 menit b. Checklist
kolom,balok,plat,dan sisa
bekisting pada area gedung
F1
a. Safety patrol pemeriksaan
safety sign pada gedung D1
dan C1
Rabu, 183 jam
23 08.00 16.00
10/08/2022 40 menit b. Checklist
kolom,balok,plat,dan sisa
bekisting pada area gedung
D1 dan C1
Safety patrol pekerjaan
tangga dan kebersihan area
Kamis, 191 jam
24 08.00 16.00 kerja pada gedung C1 lantai
11/08/2022 40 menit
1 sampai lantai 3
19
Tabel 3.1 Waktu Pelaksanaan Kerja Praktik (Lajutan)
No Hari, Masuk Pulang Total jam Pekerjaan
Tanggal kerja
. Safety patrol peninjau
progres pekerjaan tangga
Kamis, 222 jam
28 08.30 16.00 dan kebersihan area kerja
18/08/2022 10 menit
pada gedung C1 lantai 1
sampai lantai 3
Pemasangan safety sign
Jumat 229 jam pada area kerja yang
29 09.00 16.00
19/08/2022 10 menit belum atau memerlukan
rambu peringatan
20
Untuk lokasi proyek pembangunan dapat dilihat pada Gambar 3.1
Lokasi
Proyek
21
h. Melakukan penanganan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
serta keadaan darurat
i. Membantu menyusun laporan harian, migguan dan bulanan tentang
progres fisik.
j. Berpakaian bersih dan rapi, memakai kemeja dan memakai sepatu
safety
k. Mematuhi segala aturan yang berlaku di lokasi kerja praktik.
l. Menjungjung tinggi dan menjaga nama baik almamater
m. Menjaga kebersihan keindahan dan kerapihan di lokasi kerja praktik
n. Menjaga etika, sopan santun, ketenangan dan ketentraman kerja praktik
22
3.4 Jadwal Pelaksanaan Kerja Praktik
Kegiatan Kerja Praktik dilaksanakan pada akhir semester 4 menuju semester 5 dengan jangka waktu minimal 225 jam dan 28 hari kerja yang
terdapat pada suatu proyek kerja kontruksi. Jadwal pelaksanaa kerja praktik dapat dilihat pada Tabel 3.2 dan Tabel 3.3
Bulan
No. Nama Kegiatan April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Pembekalan Kerja Praktik
2. Survey Lokasi Praktik
3. Peninjauan Lokasi Praktik
4. Persiapan Berkas
5. Penyusunan Proposal
6. Konsultasi Proposal
7. Pelaksanaan Kerj Praktik
8. Pembuatan Laporan Hasil Kerja Praktik
9 Seminar Kerja Praktik
23
Tabel 3.3 Uraian Jadwal Pelaksanaan
24
BAB IV
25
Gambar 4.1 Kondisi Lokasi Proyek
26
bahaya senantiasa mengancam para pekerja dan masyarakat di sekitar proyek.
Sehingga tidak heran kalau kita sering mendengar apabila insiden kecelakaan kerja
terjadi di lingkungan proyek konstruksi maka bisa sangat fatal akibatnya.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR)
menerbitkan Permen PUPR 10 tahun 2021 tentang Pedoman SMKK. SMKK adalah
singkatan dari Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi. SMKK merupakan
bagian dari sistem manajemen pelaksanaan pekerjaan konstruksi untuk menjamin
terwujudnya keselamatan dan kesehatan para pekerja konstruksi. Adapun tahapan
penyusunan Rencana Keselamatan Kerja (RKK) dapat dilihat pada Gambar 4.2
Mulai
Pembuatan/ modifikasi
Tahapan proses Pengembangan SMKK dan Masukan dari
manual/persyarat RKK para pekerja
an standar baku
Perbaikann
SMKK dan RKK
Selesai
27
Berikut penjelasan dari flow chart pada penyusunan SMKK dan RKK:
1. Pembuatan atau penyusunan ulang SMKK dan RKK ditinjau melalui
analisis bahasa dan resiko pada wilayah atau tempat pembangunan,
tahapan proses manual atau persyaratan, dan masukan dari para pekerja
2. Penyusunan atau modifikasi dari SMKK dan RKK yang sudah dan telah
disesuaikan di-review ulang oleh direktur dan beberapa staf yang
bersangkutan
3. Perbaikan SMKK dan RKK yang tidak sesuai dan beberapa
penambahan resiko kerja
4. SMKK dan RKK yang sudah sesuai ditanda tangani oleh Project
Manager sebagai persetujuan
5. Memberikan sarana K3 kepada pekerja sesuai dengan isi SMKK dan
RKK yang telah disetujui
Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK) adalah dokumen lengkap rencana
penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi (SMKK). SMKK
merupakan satu kesatuan dengan dokumen kontrak suatu pekerjaan konstruksi,
yang dibuat oleh penyedia jasa dan disetujui oleh pengguna jasa, untuk selanjutnya
dijadikan sebagai sarana interaksi antara penyedia jasa dengan pengguna jasa dalam
penerapan SMKK.
Sementara SMKK adalah bagian dari sistem managemen pekerjaan
konstruksi dalam rangka penerapan keamanan, keselamatan, kesehatan dan
keberlanjutan pada setiap pekerjaan konstruksi. Berikut beberapa isi dari RKK yang
disusun oleh PT. MAM Energido untuk mengerjakan proyek pembangunan RSUD
Kota Probolinggo.
A. Daftar Identifikasi Isu Internal dan Eksternal
Memuat daftar isu internal dan eksternal yang mempengaruhi pelaksanaan
pekerjaan konstruksi dan ditandatangani oleh ahli teknik terkait dan
penanggungjawab keselamatan konstruksi. Dalam menentukan isu internal dan
eksternal organisasi menggunakan metode Analisis SWOT. Metode SWOT
merupakan singkatan dari Strenght, Weakness, Opportunity, Threats. Adapun
pengertian dari SWOT yaitu:
28
1. Strenght (analisa kekuatan), yakni menganalisa apa yang menjadi
kekuatan atau kelebihan organisasi yang menjadi keunggulan bagi para
kompetitor.
2. Weakness (analisa kelemahan), yakni menganalisa apa yang menjadi
kelemahan organisasi saat ini. Kelemahan ini dapat menyebabkan
terhambatnya kemajuan suatu perusahaan.
3. Opportunity (analisa peluang), yakni menganalisa suatu peluang yang
ada di luar organisasi.
4. Threats (Ancaman), yakni menganalisa ancaman bagi perusahaan,
ancaman ini apabila tidak segera diatasi dapat menyebabkan
kemunduran bagi suatu organisasi.
Manfaat dari hasil analisis SWOT ini adalah perusahaan atau organisasi
dapat mempertahankan atau meningkatkan kelebihan mereka untuk menangkap
peluang yang ada, melakukan perbaikan terhadap kelemahan dan kekurangan
organisasi untuk menghindari ancaman dan resiko yang ada. Hasil analisa SWOT
ini juga yang dapat dijadikan dasar dalam menentukan, isu internal dan isu eksternal
suatu organisasi, karena kurang lebih sifatnya sama. Daftar Isu Internal dan
Eksternal dapat dilihat pada Tabel 4.1
29
Tabel 4.1 Daftar Identisikasi Isu Internal dan Eksternal
NO ISU DAMPAK KATEGORI JENIS ISU JENIS SWOT SUMBER ISU KEINGINAN DAN HARAPAN
(ISU) INTERNAL EKSTERNAL
1 Pandemi Covid-19 Segala aktivitaspekerjaan Kesehatan Eksternal Threat Instruksi Meneteri Keinginan : Keingnan :
konstruksi diwajibkan PUPR - Pekerjaan sesuai jadwal - Tidak mengganggu
menerapkan protokol Harapan : aktifitas
kesehatan - Pekerja tidak terkena covid- Harapan :
19 - Pekerja mentaati protocol
- Proyek tidak covid-
dihentikan 19
2 Struktur Organisasi Penambahan personil yang Kinerja Internal Strength InstruksiMenteri Keinginan : Keinginan :
Satgas Covid-19 bertugas mengawasi upaya PUPR - Penerapan SMKK lebih - Tidak mengganggu
penanggulangan penyebaran efektif aktifitas
covid- Harapan : Harapan :
19 di dalam proyek - Pengawasan lebih efektif - Aktifitas lancar
3 Keterlambatan Kendala dalam poroses Kinerja Internal Stregth Instruksi Meneteri Keinginan : Keinginan :
Penyelesaian mobilisasi dan ketersediaan PUPR - Pekerjaan sesuai jadwal - Tidak mengganggu
Proyek karena tenaga kerja / material/ Harapan : aktifitas
Pandemi peralatan - Pekerja tidak terkena covid- Harapan :
19, proyek tidak - Pekerja mentaati protocol
dihentikan. Covid-
19
30
B. Identifikasi Bahaya. Penilaian Resiko, Penentuan Pengendalian Risiko dan
Peluang
Identifikasi bahaya, penilaian resiko, penentuan pengendalian resiko dan
peluang merupakan kegiatan yang menguraikan suatu resiko dengan cara
menentukan besarnya kemungkinan/probability dan tingkat keparahan akibat dari
suatu resiko bahaya. Menilai suatu resiko dengan cara membandingkannya
terhadap tingkat standar resiko yang telah dapat ditoleransi/ditetapkan. Prosedur
untuk mengidentifikasi bahaya, penilaian resiko, penentuan pengendalian resiko
dan peluang sebagai berikut:
1. Mengakomodasi kegiatan rutin.
2. Mengakomodasi kegiatan non rutin.
3. Kegiatan semua orang yang memiliki akses di tempat kerja.
4. Perilaku manusia, kemampuan dan faktor manusia lainnya.
5. Mengidentifikasi bahaya yang berasal dari luar tempat kerja yang
dapat mempengaruhi kesehatan dan keselamatan personil di tempat
kerja.
6. Bahaya yang ada di sekitar tempat kerja dikaitkan dengan kegiatan
kerja penyedia jasa.
7. Sarana dan prasarana, peralatan dan bahan di tempat kerja yang
disediakan oleh penyedia jasa atau pihak lain.
8. Modifikasi pada SMK3 termasuk perubahan sementara dan
dampaknya pada operasi, proses dan kegiatannya.
9. Beberapa kewajiban perundangan yang digunakan terkait dengan
penilaian risiko dan penerapan pengendaliannya.
10. Desain lokasi kerja, proses, instalasi, mesin/peralatan, prosedur
operasi dan instruksi kerja termasuk penyesuaian terhadap kemampuan
manusia.
Identifikasi bahaya. penilaian resiko, penentuan pengendalian risiko dan
peluang dapat dilihat pada Tabel 4.2
31
Tabel 4.2 Identifikasi Bahaya. Penilaian Resiko, Penentuan Pengendalian Risiko dan Peluang
DESKRIPSI RISIKO PENILAIAN TINGKAT RISIKO PENILAIAN SISA RISIKO
Jenis Persyaratan
No
Identifikasi
Pemenuhan Pengendalian Nilai Tingkat Pengendalian Kemung Nilai Tingkat
Uraian Bahaya Kemung Kepara laanjutan Kepara Risko
Bahaya Peraturan Awal Risiko Risiko Risiko
(Tipe ki nan
Pekerjaan Kecelakaan) kinan (F) han (A) (F X A) (TR) han (A) (FXA) (TR)
(Skenario (F)
Bahaya)
1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Tersandung, menggunakan
terpeleset, tertimpa Terganggu nya UU 1/1970 APD sesuai Eliminasi,
Pekerjaan alat ukur kesehatan tubuh tentang standar, memasang Subtitusi,
1 2 2 4 Kecil 2 3 6 Sedang
Persiapan keselamatan kerja rambu SOP Rekayasa
pekerjaan Teknis,
Administratif
32
Tabel 4.2 Identifikasi Bahaya. Penilaian Resiko, Penentuan Pengendalian Risiko dan Peluang
DESKRIPSI RISIKO PENILAIAN TINGKAT RISIKO PENILAIAN SISA RISIKO
Jenis Persyaratan
No
Identifikasi
Pemenuhan Pengendalian Nilai Tingkat Pengendalian Kemung Nilai Tingkat
Uraian Bahaya Kemung Kepara laanjutan Kepara Risko
Bahaya Peraturan Awal Risiko Risiko Risiko
(Tipe ki nan
Pekerjaan Kecelakaan) kinan (F) han (A) (F X A) (TR) han (A) (FXA) (TR)
(Skenario (F)
Bahaya)
1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Tersandung, Pekerja terluka, UU 1/1970 menggunakan APD Eliminasi,
terpeleset, tertimpa Tergores, tentang sesuai standar, Subtitusi,
alat ukur, tertabrak Tertimbun, keselamatan kerja memasang rambu Rekayasa Teknis,
Pekerjaan
3.1 kendaraan material, meninggal SOP pekerjaan, 3 5 15 Besar Administratif 2 3 6 Sedang
Struktur
tertimpa peralatan
33
Tabel 4.2 Identifikasi Bahaya. Penilaian Resiko, Penentuan Pengendalian Risiko dan Peluang (Lajutan)
DESKRIPSI RISIKO PENILAIAN TINGKAT RISIKO PENILAIAN SISA RISIKO
Jenis Persyaratan
No
Identifikasi
Pemenuhan Pengendalian Kemung Nilai Tingkat Pengendalian Kemung Nilai Tingkat
Uraian Bahaya Kepara laanjutan Kepara Risko
Bahaya Peraturan Awal Risiko Risiko Risiko
(Tipe ki nan
Pekerjaan Kecelakaan) kinan (F) han (A) (F X A) (TR) han (A) (FXA) (TR)
(Skenario (F)
Bahaya)
1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Terjatuh, terpeleset, Pekerja terluka, UU 2/2017 menggunakan Eliminasi,
tertimpa alat ukur, memar, patah tulang, tentang jasa APD sesuai Subtitusi,
tertabrak kendaraan Tertimbun, konstruksi standar, memasang Rekayasa Teknis,
Pekerjaan
4.2 material, tertimpa meninggal rambu SOP 3 5 15 Besar Administratif 2 3 6 Sedang
Arsitektur
peralatan pekerjaan
34
Tabel 4.2 Identifikasi Bahaya. Penilaian Resiko, Penentuan Pengendalian Risiko dan Peluang (Lajutan)
DESKRIPSI RISIKO PENILAIAN TINGKAT RISIKO PENILAIAN SISA RISIKO
Jenis Persyaratan
No
Identifikasi
Pemenuhan Pengendalian Nilai Tingkat Pengendalian Kemung Nilai Tingkat
Uraian Bahaya Kemung Kepara laanjutan Kepara Risko
Bahaya Peraturan Awal Risiko Risiko Risiko
(Tipe ki nan
Pekerjaan Kecelakaan) kinan (F) han (A) (F X A) (TR) han (A) (FXA) (TR)
(Skenario (F)
Bahaya)
1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
6 Pekerjaan Sentral Gas Medis (Gedung G3)
Tersandung, menggunakan APD
Pekerja terluka, UU 1/1970 Eliminasi,
terpeleset, tertimpa sesuai standar,
Tergores, tentang Subtitusi,
alat ukur, tertabrak memasang rambu
Pekerjaan Tertimbun, keselamatan Rekayasa Teknis,
6.1 kendaraan SOP pekerjaan, 3 5 15 Besar 2 3 6 Sedang
Struktur meninggal kerja Administratif
material, tertimpa
Peralatan
35
Tabel 4.2 Identifikasi Bahaya. Penilaian Resiko, Penentuan Pengendalian Risiko dan Peluang (Lajutan)
DESKRIPSI RISIKO PENILAIAN TINGKAT RISIKO PENILAIAN SISA RISIKO
Jenis Persyaratan
Identifikasi Nilai Tingkat Pengendalian Kemung Nilai Tingkat
No Uraian Bahaya Pemenuhan Pengendalian Kemung Kepara Kepara Risko
Risiko Risiko laanjutan Risiko
Bahaya (Tipe Peraturan Awal
ki nan
Pekerjaan Kecelakaan) kinan (F) han (A) (F X A) (TR) han (A) (FXA) (TR)
(Skenario (F)
Bahaya)
1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Terjatuh, Pekerja terluka, UU 2/2017 menggunakan Eliminasi,
terpeleset, tertimpa memar, patah tulang, tentang jasa APD sesuai Subtitusi,
alat ukur, tertabrak Tertimbun, konstruksi standar, memasang Rekayasa Teknis,
Pekerjaan
7.2 kendaraan meninggal rambu SOP 3 5 15 Besar Administratif 2 3 6 Sedang
Arsitektur
material, tertimpa pekerjaan
Peralatan
36
Tabel 4.2 Identifikasi Bahaya. Penilaian Resiko, Penentuan Pengendalian Risiko dan Peluang (Lajutan)
DESKRIPSI RISIKO PENILAIAN TINGKAT RISIKO PENILAIAN SISA RISIKO
Jenis Persyaratan
No
Identifikasi
Pemenuhan Pengendalian Nilai Tingkat Pengendalian Kemung Nilai Tingkat
Uraian Bahaya Kemung Kepara laanjutan Kepara Risko
Bahaya Peraturan Awal Risiko Risiko Risiko
(Tipe ki nan
Pekerjaan Kecelakaan) kinan (F) han (A) (F X A) (TR) han (A) (FXA) (TR)
(Skenario (F)
Bahaya)
1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Tersengat listrik, Pekerja terluka, UU 2/2017 menggunakan APD Eliminasi,
terpeleset, tertimpa memar, lemas, tentang jasa sesuai standar, Subtitusi,
alat ukur, tertabrak meninggal konstruksi memasang rambu Rekayasa Teknis,
Pekerjaan
8.3 kendaraan material, SOP pekerjaan 3 5 15 Besar Administratif 2 3 6 Sedang
MEP
tertimpa
peralatan
37
4.2.2 Pembuatan Tabel Checklist Perlengkapan K3
Checklist adalah kegiatan pengecekan atau pemer secara visual terhadap
sarana atau peralatan kerja sesuai dengan daftar/item periksa untuk memastikan
kelayakannya.Tujuan dari pembuatan tabel checklist perlengkapan K3 adalah
mampu mengetahui kesedian pra-sarana yang dibutuhkan sesuai RKK. Form
checklist dapat dilihat pada Gambar 4.3
38
Adapun tahapan pengisian form checklist seperti contoh diatas dapat dilihat
pada Gambar 4.4
Mulai
Mencetak checklist
Diserahkan ke K3
administrasi
Diserahkan ke
mandor
Selesai
Berikut penjelasan dari flow chart pada proses pengisihan form checklist K3
pengecoran:
1. Pencetakan lembar checklist yang dikerjakan oleh admin proyek
2. Lembar checklist yang telah dicetak diisi oleh K3 administrasi biasanya
hanya tanggal, nama pekerjaan, nomer lembaran, dan nama kepala
pelaksananya
3. Lembar checklist yang sudah diisi, diserahkan ke K3 lapangan untuk
mengecek keperluan yang menunjang kesehatan dan keselamatan kerja
4. Lembar checklist diserahkan kepada mandor untuk pengawasan APD
para pekerja
5. Setelah pekerjaan selesai diserahkan kembali kepada K3 administrasi
39
untuk ditanda tangani dan didokumentasi untuk pembuatan laporan
bulanan K3
Adapun dokumentasi dari proses pengisihan form checklist K3 pengecoran
dapat dilihat pada Gambar 4.5
Hal-hal yang di cek dalam form checklist pada proyek adalah Alat
Perlindungan Diri (APD) yang digunakan para pekerja yaitu:
a. Safety Helmet
Safety helmet atau helm keselamatan ini berfungsi untuk melindungi
kepala dari terjadinya resiko kecelakaan pada kepala kita, seperti
melindungi dari benturan, pukulan atau kejatuhan beda berat atau tajam dari
udara. Selain itu helm ini juga bisa melindungi kepala kita dari panas
matahari, percikan api atau bahan kimia dan suhu ekstrim. Adapun safety
helmet yang digunaan seperti Gambar 4.6
40
Gambar 4.6 Safety Helmet
b. Safety Shoes
Fungsi dari safety shoes untuk melindungi kaki dari benturan atau
tertimpa benda berat , seperti tertusuk benda tajam, terkena cairan panas atau
dingin, ketumpahan uap panas, bahan kimia yang merusak kulit ataupun
bahkan permukaan yang licin sekalipun. Adapun safety shoes yang
digunaan seperti Gambar 4.7
c. Sarung Tangan
Berfungsi sebagai melindungi jari-jari tangan dari api, suhu panas atau
dingin, bahan kimia, benturan, pukulan ataupun tergores benda tajam. Material
sarung tangan ini beragam jenis, ada yang terbuat dari kain, karet, logam, kanvas,
41
kulit, dan lain-lain. Meskipun merupakan peralatan atau perlengkapan yang dirancang
untuk menunjang keselamatan, sarung tangan safety tetap memiliki kelebihan dan
kekurangannya masing-masing. Kelebihan menggunakaan sarung tangan dapat
melindungi tangan penggunanya dari kontak dengan sisi atau benda tajam dan bahan
kimia berbahaya. Dan kekurangan menggunakan sarung tangan safety adalah
umumnya dimaksud di sini adalah tidak dapat diurai secara sempurna melalui proses
biologi (aerob maupun anaerob). Adapun sarung tangan yang digunaan seperti
Gambar 4.8
d. Kacamata Googgles
Berfungsi sebagai alat pelindung untuk melindungi mata dari paparan
partikel debu yang melayang diudara. Selain itu bisa juga untuk melindungi
paparan sinar matahari langsung ke mata dan cahaya dari alat las, serta
melindungi benturan benda keras dan tajam. Adapun kacamata googgles
yang digunaan seperti Gambar 4.9
42
e. Masker
Berfungsi untuk melindungi organ pernapasan kita terutama pada paru-
paru, dengan cara menyaring vemaran bahan kimia, mikro-organisme,
partikel debu kecil dan besar, aerosol, uap, asap ataupun gas kimia, jadi jika
sudah memakai masker ini udara yang dihirup ke dalam tubuh akan menjadi
bersih dan sehat. Masker pelindung tersebut terdiri dari berbagai jenis yaitu
respirator, katrir, kanister, tangki selam, dan regulator dan alat bantu
pernafasan. Adapun masker yang digunaan seperti Gambar 4.10
f. Rompi/Vest
Peralatan K3 ini merupakan komponen alat pelindung diri kesehatan
bagi pekerja yang biasanya bertugas pada malam hari atau ketika di lokasi
kerjanya tidak memadai dalam hal penerangan. Rompi yang baik biasanya
berbahan poliester dan pastinya mampu memantulkan cahaya. Dikarenakan
telah didesain khusus dengan tambahan sebuah reflektor. Adapun
rompi/vest yang digunaan seperti Gambar 4.11
43
Gambar 4.11 Rompi/Vest
g. Pelindung telinga
Pelindung telinga ini terdiri dari penyumbat telinga atau ear plug dan
penutup telinga atau ear muff, fungsinya untuk melindungi telinga dari
kebisingan suara mesin seperti bor, alat las, dan gergaji mesin, serta alat
kontroksi lainnya. Adapun pelindung telinga yang digunaan seperti
Gambar 4.12
h. Body Harness
Berfungsi untuk membatasi gerak pekerja agar tidak mudah terjatuh
atau terlepas dari posisi semua yang diinginkan. Sabuk dan tali keselamatan
ini terdiri dari hasp, lanyard, safety rope, dan sabuk lainnya yang digunakan
secara bersamaan dengan beberapa alat safety lainnya seperti, karabiner,
44
rope clamp, decender, dan lain-lain. Dari beberapa pekerjaan mengharuskan
pekerja untuk berada pada posisi yang cukup berbahaya seperti posisi
miring dan memasuki rongga yang sempit dan bahkan posisi di
ketinggian. Adapun safety belt yang digunaan seperti Gambar 4.13
45
adalah:
a. Ruangan bekas dari bahan kimia & gas lainnya
b. Akses keluar masuk tempat kerja yang terbatas
c. Pencahaan yang kurang
d. Dll
Contoh kerja masuk ruang terbatas adalah pengecoran kolom,balok,
dan plat
4. Ijin Pengangkatan (Lifting Permit)
Ijin pengankatan (lifting permit) adalah ijin kerja untuk pengangkatan
yang kritikal, beban yang diangkat diatas 10 ton atau pengangkatan
dengan menggunakan 2 crane atau lebih dan pengangkatan material
yang mahal harganya dan material lebar ukurannya yang kategorikan
berbahaya. Contoh mengangkatan yang menggunakan crane pada
proyek pembangunan RSUD Kota Probolinggo adalah pengankatan
alat-alat scaffolding, beberapa material seperti kayu dan besi/baja untuk
pengecoran
5. Ijin bekerja diatas ketinggian
Ijin bekerja diatas ketinggian adalah ijin kerja yang diberikan kepada
pekerja yang akan bekerja diatas ketinggian yang dilakukan dimana
akses ketempat kerja harus menggunakan personal basket (tanpa
tangga). Batas minimum pekerjaan diatas ketinggian yang diwajikan
menggukan surat ijin kerja adalah 1,8-2 meter. Contoh pekerjaannya
yaitu pemasangan tulangan dan bekistis pada pembangunan gedung
RSUD Kota Probolinggo dan pengoperasian crane.
46
Adapun contoh form ijin kerja dapat dilihat pada Gambar 4.14
47
Adapun tahapan pengisian form ijin kerja seperti contoh diatas dapat dilihat
pada Gambar 4.15
Mulai
Diserahkan ke K3
administrasi
Dikembalikan ke mandor
Diserahkan ke K3
lapangan untuk di
crosscheck
Selesai
Berikut penjelasan dari flow chart pada proses pengisihan ijin kerja K3
pengecoran:
1. Pencetakan surat ijin kerja yang dikerjakn oleh admin proyek
2. Surat ijin kerja yang telah dicetak diisi oleh K3 administrasi biasanya
hanya tanggal, nama pekerjaan, nomer surat, dan nama kepala
pelaksananya
3. Lembar checklist yang telah diisi, diserahkan ke K3 lapangan untuk
mengecek keperluan yang menunjang kesehatan dan keselamatan kerja
48
4. Lembar checklist yang sudah dicek, diserahkan kepada mandor untuk
pengawasan
5. Pekerjaan yang sudah selesai lembar checklist diserahkan kembali
kepada K3 administrasi untuk ditanda tangani dan didokumentasi untuk
pembuatan laporan bulan K3
6. Dikembalikan kepada mandor untuk melakukan pekerjaan sebagai
tanda bahwa K3 sudah sesuai dengan pekerjaan yang akan dikerjakan
Adapun dokumentasi dari proses pengisihan ijin kerja K3 pengecoran
dapat dilihat pada Gambar 4.16
49
Scaffolding digunakan sebagai pengganti bambu dalam membangun suatu
proyek. Keuntungan penggunaan scaffolding ini adalah penghematan biaya dan
efisiensi waktu pemasangan scaffolding. Berikut adalah bagian-bagian dari
scaffolding:
1. Baseplate
Baseplate adalah bagian perancah yang menjadi tumpuan dari tiang-
tiang standar perancah dan berfungsi sebagai tempat dudukan perancah
untuk mengantisipasi area dudukan yang tidak stabil (material dudukan
perancah lunak).
2. Soleplate
Soleplate adalah papan biasanya dari bahan kayu atau metal sebagai
bagian perancah yang langsung bersentuhan dengan tanah/dasar untuk
memastikan kekuatan pijakan perancah.
3. Clamp
Clamp adalah perangkat dari metal atau alat atau komponen digunakan
untuk menyambung pipa, mengeratkan sambungan pipa atau mengunci
antar pipa.Clamp terdiri dari 2 jenis yaitu Clamp hidup (Swivel
Clamp) dan Clamp mati (Rigid/Fixed clamp). Swivel clamp adalah
penjepit yang berbentuk lingkaran dan bisa diputar 360°, biasanya
digunakan untuk menjepit pipa besi untuk membuat hand rail pada stair
(tangga).
4. Join Pin
Join pin adalah bagian yang digunakan untuk menghubungkan atau
menyambung pipa atau frame.
5. Standard
Standard adalah bagian rangka utama perancah dalam jalur vertikal.
Standard merupakan pipa scaffolding tegak yang membagi seluruh
beban ketanah dan merupakan bagian paling penting dalam perancah
karena apabila salah memasang standard, maka semua bagian di
atasnya bisa salah. Setiap standar dipasangkan base plate yang
menyebarkan beban mencegah ujung bawah pipa tenggelam masuk
kedalam tanah.
50
6. Ledger
Ledger adalah bagian rangka yang membentuk sudut 90 derajat dengan
standar.
7. Transom
Transom adalah bagian horizontal perancah yang mengikat standar dan
transom secara horizontal
8. Foot Tie
Foot tie adalah bagian perancah bagian bawah yang berfungsi untuk
menjadi angkur di struktur yang lebih kuat
9. Brace
Brace adalah bagian perancah yang dipasang diagonal yang berfungsi
untuk mengikat standar-standar yang ada agar lebih kuat dan beban
terdistribusi secara merata. Brace dipasang bersisian dengan ledger
10. Transverse Brace
Transverse brace adalah brace yang dipasang bersisian dengan transom
11. Tie
Tie adalah bagian perancah di bagian atas yang berfungsi untuk menjadi
angkut di struktur yan lebih kuat
12. Working Platform
Working platform adalah bagian perancah yang menjadi pijakan kaki
pekerja untuk bekerja. Platform dapat dibuat menggunakan lembaran
papan kayu, deck dan platform yang di fabrikasi.
13. Guardrail
Guardrail adalah bagian perancah yang paling atas berfungsi menjadi
penahan tubuh pekerja dan sebagai titik angkur body harness.
14. Handrail (Guardrail System)
Handrail (guardrail system) adalah bagian yang berfungsi sebagai
pengaman samping agar pekerja tidak terjatuh
Adapun contoh bagian-bagian dari scaffolding atau perancah dapat dilihat
pada Gambar 4.17.
51
Gambar 4.17 Bagian-Bagian dari Scaffolding
(Sumber: ak3u.com, 2022)
52
Tabel 4.3 Form Pengecekan Scaffolding
53
Adapun tahapan pengecekan scaffolding seperti contoh diatas dapat dilihat
pada Gambar 4.20
Mulai
Mencetak form
checklist scaffolding
Diserahkan ke K3
lapangan
Diserahkan ke K3
administrasi untuk di
tanda tanagan dan
perekapan dokumentasi
Selesai
54
Gambar 4.19 Scaffolding yang Digunakan oleh PT. MAM Energindo
55
dalam penggunaan untuk awal kebakaran, selain itu karena bentuknya
yang portable dan ringan sehingga mudah mendekati daerah kebakaran.
Dikarenakan fungsinya untuk penanganan dini, peletakan APAR-pun harus
ditempatkan di tempat-tempat tertentu dan mudah terlihat sehingga memudahkan
didalam penggunaannya. APAR memiliki beberapa jenis seperti:
1. Jenis Air (Water) APAR
Jenis air terdapat dalam bentuk stored pressure type (tersimpan
bertekanan) dan gas cartridge type (tabung gas). Sangat baik digunakan
untuk pemadaman kebakaran kelas A.
2. Jenis Busa (Foam)
Jenis busa adalah bahan pemadam api yang efektif untuk kebakaran
dengan material utama minyak. Biasanya digunakan dari bahan tepung
aluminium sulfat dan natrium bicarbonat yang keduanya dilarutkan
dalam air. Hasilnya adalah busa yang volumenya mencapai 10 kali
lipat. Pemadaman api oleh busa merupakan sistem isolasi, yaitu untuk
mencegah oksigen untuk tidak ikut dalam reaksi rantai kimia.
3. Jenis Tepung Kimia Kering (Dry Chemical Powder)
Jenis ini efektif untuk kebakaran kelas B dan C dan juga bisa kelas A.
Tepung serbuk kimia kering berisi dua macam bahan kimia, yaitu
sodium bicarboanat & natrium bicarbonat, gas nitrogen sebagai
pendorong. Khusus untuk pemadaman kelas D (logam) seperti
magnesium, titanium, zarcanium, dan lain-lain digunakan metal-dry
powder yaitu campuran sodium, potasium, dan barium chloride.
4. Jenis Halon
APAR jenis ini efektif untuk menanggulangi kebakaran jenis cairan
yang mudah terbakar dan peralatan listrik bertegangan (kebakaran kelas
B dan C). Bahan pemadaman api gas Halon biasanya terdiri dari unsur-
unsur kimia seperti chlorine, llourine, bromide dan iodine.
5. Jenis CO2
Bahan pemadam jenis CO2 efektif untuk memadamkan kebakaran
kelas B (minyak) dan C (listrik). Berfungsi untuk mengurangi kadar
oksigen dan efektif untuk memadamkan kebakaran yang terjadi di
56
dalam ruangan (indoor). Pemadaman dengan gas arang ini dapat
mengurangi kadar oksigen sampai dibawah 12%.
Adapun Alat Pemadam Api Ringan (APAR) yang digunaan seperti
Gambar 4.21
57
j. Selang harus dalam keadaan baik, tidak boleh ada retakan dan tahan
tekanan tinggi.
k. APAR jenis busa/foam, tabung dalamnya tidak bocor serta lubang
pengeluaran tidak tersumbat
l. Bahan baku pemadaman harus selalu dalam keadaan baik
m. Tutup tabung harus baik dan tertutup rapat
n. Warna tabung harus mudah dilihat sesuai dengan jenis APAR
Adapun contoh form pemeriksaan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) pada
pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Probolinggo oleh PT.
MAM Energindo dapat dilihat pada Tabel 4.4
58
Tabel 4.4 Form Pemeriksaan Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
59
Adapun tahapan pemeriksaan alat pemadam api ringan seperti contoh
diatas dapat dilihat pada Gambar 4.22.
Mulai
Mencetak form
APAR
Diserahkan ke K3
lapangan
Diserahkan ke K3
administrasi untuk di
tanda tanagan dan
perekapan dokumentasi
Selesai
Gambar 4.22 Flow Chart Pemeriksaan Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
(Sumber: PT MAM Energindo, 2022)
Berikut penjelasan dari flow chart pada proses pengecekan Alat Pemadam
Api Ringan (APAR) sebagai berikut:
1. Pencetakan lembar pemeriksaan Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
dikerjakan oleh admin proyek
2. Lembar pemeriksaan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) yang telah
dicetak diserahkan kepada K3 lapangan untuk pengecekan keadaan
APAR disetiap gedung
3. Lembar pemeriksaan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) ditanda
tangani oleh K3 administrasi dan didokumentasi untuk dijakan laporan
bulanan K3
60
Adapun APAR yang digunakan oleh PT. MAM Energindo dapat dilihat
pada Gambar 4.23
61
terlihat.Tak heran apabila gambar rambu rambu K3 konstruksi ini disebut sebagai
media komunikasi visual berupa gambar, simbol, teks, dan pesan yang didalamnya
mengandung maksud dan tujuan tertentu. Yang pastinya wajib untuk disediakan
oleh pihak pemilik dan dilakukan oleh para pekerja. Berikut macam-macam rambu
keselamatan/safety sign:
a. Rambu Kewajiban (Mandatory Sign)
Rambu Kewajiban atau Rambu himbauan atau yang biasa di kenal dengan
mandatory sign. Rambu ini bentuk umumnya berupa lingkaran dengan
warna dasar biru dan memiliki warna gambar putih. Tanda ini menjadi
simbol instruksi dan simbol keselamatan di lingkungan tempat kerja.
Adapun macam-macam rambu kewajiban dapat dilihat seperti pada
Gambar 4.24
62
Gambar 4.25 Macam-Macam Rambu Larangan
(Sumber: keselamatankerja.com, 2022)
c. Rambu Petunjuk Arah (Emergency and Direction Sign)
Petunjuk arah atau emergency and direction sign adalah salah satu rambu
rambu K3 yang wajib kita ketahui. Rambu yang satu ini memiliki bentuk
umum segiempat dengan warna dasar berwarna hijau dan kemudian di
bagian gambar utamanya berwarna putih. Adapun macam-macam rambu
petunjuk arah dapat dilihat seperti pada Gambar 4.26
63
Gambar 4.27 Macam-Macam Rambu Evakuasi Darurat dan Kebakaran
(Sumber: keselamatankerja.com, 2022)
e. Rambu Peringatan (Warning Sign)
Rambu peringatan atau dalam bahasa inggris disebut warning sign. Bentuk
umumnya yaitu Segitiga dengan Warna dasar kuning/ oranye dan untuk
warna gambar dengan garis hitam merupakan simbol untuk menunjukkan
bahaya. Adapun macam-macam rambu peringatan dapat dilihat seperti pada
Gambar 4.28
64
Mulai
Selesai
65
Gambar 4.30 Dokumentasi Pemasangan Rambu Keselamatan/Safety Sign
4.3.1. Bahan Rambu Keselamatan yang Tidak Sesuai dengan Wilayah dan
Cuaca
Sebagian besar bahan untuk membuat rambu keselamatan terbuat dari
kertas sehingga sering mengalami kerusakan seperti robek, basah karena air hujan,
tidak terbaca karena terkena sisa bahan material, dll. Hal ini menyebabkan
pemborosan karena sering mencetak ulang rambu keselamatan. Bahan rambu
keselamatan di lapangan dapat dilihat pada Gambar 4.31
66
Gambar 4.31 Rambu Keselamatan/Safety Sign
Solusi yang dilakukan dengan adanya kondisi tersebut adalah dengan cara
memperhatikan bahan atau material rambu keselamatan pada proyek dan sebaik-
nya ahli K3 khususnya K3 lapangan, melakukan safety sign assessment atau survei
atau sering dikenal dengan safety patrol agar dapat menentukan kebutuhan rambu
K3 yang diperlukan. Tak hanya itu manfaat melakukan safety patrol juga bisa
mendapatkan berbagai informasi seperti jenis, desain, ukuran, material, jumlah
rambu hingga lokasi pemasangan rambu yang tepat. Hal ini juga bisa untuk
menghindari pemborosan yang dapat terjadi karena pemasangan ratusan bahkan
ribuan rambu yang mubazir akibat salah dalam memilih bahan (bahan tidak sesuai
kondisi lingkungan), tempat pemasangan yang kurang strategis, rambu yang
susah/tidak mudah terbaca, gambar tidak tepat dan tidak standar, dan lain-lain.
(UU Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja).
67
Gambar 4.32 Sisa Material Berserakan
Solusi yang dilakukan dengan adanya kondisi tersebut adalah dengan cara
memperhatikan area kerja dengan cara melakukan safety patrol agar dapat
menentukan kebutuhan rambu K3 terutama rambu larangan untuk tidak membuang
sisa material secara sembarangan. Solusi yang lain adalah melakukan safety
induction atau memberi arahan atau pengertian mengenai rambu keselamatan
terhadap para pekerja dan pelaksana lapangan, agar lebih tertib dan dapat
mengartikan rambu yang berada di area kerja. (Latief. R. U, 2020).
68
Solusi yang dilakukan dengan adanya kondisi tersebut adalah dengan cara
memberikan pengertian kepada para pekerja pentingnya menggunakan alat
perlindungan diri saat melakukan pekerjaan agar terhindar dari kecelakaan kerja.
(Permenakertrans No. Per.08/MEN/VII/2010).
69
(Halaman Ini Sengaja Dikososngkan)
70
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil kerja praktik di PT. MAM Energindo sebagai Kesehatan
dan Keselamatan Kerja (K3) lapangan proyek pembangunan Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD) Kota Probolinggo, beberapa kesimpulan yang dapat diambil adalah
sebagai berikut:
1. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) lapangan memiliki peranan penting
dalam proyek pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota
Probolinggo, diantaranya untuk mengawasi Alat Perlindungn Diri (APD)
para pekerja sesuai pekerjaan yang sedang dikerjakan untuk mengurangi
resiko kecelakaan kerja (checklist) pengisian surat ijin kerja, pengecekan
scaffolding, pemeriksaan Alat Pemadam Api Ringan (APAR), pemasangan
rambu keselamatan/safety sign, dan pengecekan kebersihan area kerja dari
sisa material.
2. Pada proyek pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota
Probolinggo ditemukan berbagai masalah seperti kurang diperhatikannya
penggunaan bahan untuk membuat rambu K3, pembuangan sisa material
secara sembarangan, dan para pekerja kurang memperhatikan pentingnya
penggunaan Alat Perlindungan Diri (APD) pada saat malakukan pekerjaan.
5.2 Saran
Dalam pelaksanaan kerja praktik pada proyek pembangunan pembangunan
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Probolinggo, beberapa saran yang bisa
disampaikan adalah sebagai berikut:
1. Lebih memperhatikan bahan yang digunaakan untuk pembuatan rambu
K3, sehingga rambu K3 tidak mudah rusak dan lebih mudah untuk
dibaca.
2. Para Ahli K3 perusahaan harus dengan jelas memberikan arahan kepada
para pekerja mengenai pentingnya penggunaaan Alat Perlindungan Diri
(APD) dan pengertian rambu K3 yang ada pada area kerja, hal ini dapat
71
dilakukan dengan pengadaan safety education/edukasi keselamatan
kepada pekerja dan staf.
3. Para pekerja haruslah menanamkan ketertiban bagi dirinya sendiri
untuk selalu menerapkan system Kesehatan dan Keselamatan Kerja
yang ada agar tidak terjadi kecelakaan kerja maupun hal yang tidak
diinginkan lainnya.
72
DAFTAR PUSTAKA
73
PT. MAM Energindo (2022), Company Profile, PT. MAM Energindo, Diakses pada
13 Juli 2022, https://id.scribd.com/document/448921616/Company-Profil-
PT-MAM-Energindo
Tim Jurusan Teknik Sipil (2022), Pedoman Pelaksanaan Kerja Praktik (KP). Program
Studi Diploma-III Teknik Sipil, Jurusan Teknik Sipil, Politeknik Negeri
Banyuwangi : Banyuwangi
UU Nomor 1 Tahun 1970, Tentang Keselamatan Kerja: Jakarta, Presiden Pertama
Rebuplik Indonesia
74