A. PENDAHULUAN
Pada bab ini akan di jelaskan uraian singkat tentang pekerjaan lapis
pekerasan dalam pekerjaan jalan, dalam hal ini AC-BC. Penjelasan
selengkapnya akan di jelaskan pada sub bab berikut.
1. PENGERTIAN
2. SPESIFIKASI
Ketentuan umum pada lapis perkerasan ini sesuai yang telah di atur
dalam spesifikasi, selengkapnya di sajikan pada (Tabel 2.1 sampai
dengan Tabel 2.16). Berikut adalah ketentuan-ketentuan umum pada
lapis perkerasan AC-BC.
Aspal Emulsi adalah campuran dari aspal dan air dimana aspal
didispresikan kedalam air dengan bantuan emulgator (bahan
pemgemulsi) dalam bentuk butiran yang sangat halus. Adapun
persyaratan Aspal Emulsi untuk Tack Coat di sajikan pada Tabel 2.1
Tabel 2.1 Persyaratan Aspal Emulsi Modifikasi untuk Tack Coat
B. PEKERJAAN PERSIAPAN
d) Cara Pengujian
Urutan proses dalam pengujian ini adalah sebagai
berikut:
Benda uji dikeringkan dalam oven dengan suhu (I l0 ±
5)°C, sampai berat tetap; SNI 03-1968-1990 3
Saring benda uji lewat susunan saringan den-an ukuran
saringan paling besar ditempatkan paling atas. Saringan
diguncang dengan tangan atau mesin pengguncang selama
15 menit.
Penyerapan
Keterangan :
Bk = berat benda uji kering oven, dalam gram
Bj = berat benda uji kering permukaan jenuh, dalam gram
Ba = berat benda uji kering permukaan jenuh di dalam air,
dalam gram.
4) Cara Pengujian
Urutan proses pengujian adalah sebagai berikut :
Timbang dan catatlah berat talam (W1);
Masukan benda uji ke dalam talam kemudian timbang dan
catat beratnya (W2);
Hitunglah berat benda uji (W3 = W2 – W1);
Keringkan benda uji beserta dalam oven dengan suhu (110
± 5)°C sampai beratnya tetap;
Setelah kering timbang dan catat berat benda uji beserta
alam (W4);
Hitunglah berat benda uji kering (W5 = W4 – W1);
5) Perhitungan
Keterangan :
W3 = berat benda uji semula (gram).
W5 = berat benda uji semula (gram).
(G−T )
M=
V
Atau
M=(G–T)XF
Keterangan.
M = berat isi agregat dalam kondisi kering oven,
dalam kg/m3;
G = berat agregat dan penakar, dalam kg;
T = berat penakar, dalam kg;
V = volueme penakar, dalam m3;
F = factor penakar dalam m-3.
Agregat dalam keadaaan kering permukaan dihitung
menurut rumus berikut:
Keterangan :
MSSD = Berat isi agregat dalam kondisi kering
permukaan dalam kg/m3;
M = berat isi dalam kondisi kering oven dalam
kg/m3;
A = Absorpsi dalam %.
Kadar Rongga Udara
Kadar rongga udara dalam agregat dihitung menurut
rumus berikut:
[ ( s x w )−M ]
Ronggaudara=
( s x w)
Keterangan
M = berat isi agregat dalam kondisi kering oven
dalam kg/m3;
S = berat jenis agregat dalam kering oven dihitung
menurut SNI 1969-1990-F dan SNI 1970-
1990-F
W = kerapatan air 998 kg/m3
3) Benda uji
Benda uji dipersiapkan dengan cara sebagai berikut:
Gradasi dan berat benda uji.
Bersihkan benda uji dan keringkan dalam oven pada
temperatur 110°C ± 5°C sampai berat tetap.
4) Pelaksanaan
1. Persiapan benda uji Persiapan benda uji terdiri atas:
Cuci dan keringkan agregat pada temperatur 110°C ±
5°C sampai berat tetap;
Pisah-pisahkan agregat ke dalam fraksi-fraksi yang
dikehendaki dengan cara penyaringan dan lakukan
penimbangan;
Gabungkan kembali fraksi-fraksi agregat sesuai grading
yang dikehendaki;
Catat berat contoh dengan ketelitian mendekati 1 gram.
2. Cara pengujian Pengujian dilaksanakan dengan cara
sebagai berikut:
Pengujian ketahanan agregat kasar terhadap keausan
dapat dilakukan dengan salah satu dari 7 (tujuh) cara
dalam berikut:
Benda uji dan bola baja dimasukkan ke dalam mesin
abrasi Los Angeles;
Putaran mesin dengan kecepatan 30 rpm sampai dengan
33 rpm; jumlah putaran gradasi A, gradasi B, gradasi C
dan gradasi D adalah 500 putaran dan untuk gradasi E,
gradasi F dan gradasi G adalah 1000 putaran;
Setelah selesai pemutaran, keluarkan benda uji dari
mesin kemudian saring dengan saringan No.12 (1,70
mm); butiran yang tertahan di atasnya dicuci bersih,
selanjutnya dikeringkan dalam oven pada temperatur
110°C ± 5°C sampai berat tetap;
Jika material contoh uji homogen, pengujian cukup
dilakukan dengan 100 putaran, dan setelah selesai
pengujian disaring dengan saringan No.12 (1,70 mm)
tanpa pencucian. Perbandingan hasil pengujian antara
100 putaran dan 500 putaran agregat tertahan di atas
saringan No.12 (1,70 mm) tanpa pencucian tidak boleh
lebih besar dari 0,20;
Metode pada butir e) tidak berlaku untuk pengujian
material dengan metode ASTM C 535-96 yaitu
Standard Test Method for Resistance to Degradation of
Large-Size Coarse aggregate by Abrasion and impact in
the Los Angeles Machine.
3. Perhitungan
Untuk menghitung hasil pengujian, gunakan rumus
berikut:
Dengan pengertian:
a adalah berat benda uji semula, dinyatakan dalam gram;
b adalah berat benda uji tertahan saringan No.12 (1,70
mm), dinyatakan dalam gram.
4) Prosedur pelaksanaan
Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan dala
pengujian.
Saring agregat kasar dengan susunan saringan 14 mm, 10
mm, ambil agregat yang lolos saringan 14 mm dan
tertahan saringan 10 mm. Dan cuci agregat dengan air
mengalir hingga bersih lalu oven selama 24 jam.
Masukkan benda uji ke dalam silinder dengan 3 lapis dan
tiap lapisnya ditumbuk sebanyak 25 kali dengan besi
penumbuk secara merata.
Lalu keluarkan kembali benda uji dari silinder dan
timbang sebagai berat awal (A)
Masukkan kembali benda uji ke dalam silinder dalam 3
lapis dan tumbuk sebanyak 25 kali tiap lapisnya.
Lalu pasang silinder pada mesin penumbuk dan pastikan
cetakan tidak bergeser akibat tumbukan yang terjadi.
Kemudian lakukan penumbukan benda uji sebanyak 15
kali dengan tenggangan waktu tidak lebih dari 1 menit.
Setelah selesai saring benda uji tersebut dengan saringan
2,36 mm dan timbang berat benda uji yang tertahan (C)
dan lolos (B).
Lakukan pengolahan data.
c) Benda Uji
Benda uji diperoleh dari alat pemisah contoh atau cara
perempat banyak : benda uji disiapkan berdasarkan standar
yang berlaku dan terkait kecuali apabila butiran yang melalui
saringan No. 200 tidak perlu diketahui jumlahnya dan bila
syarat-syarat ketelitian tidak menghendaki pencucian.
Agregat halus terdiri dari :
(1) ukuran maksimum 4,76 mm;berat minimum 500 gram;
(2) ukuran maksimum 2,38 mm;berat minimum 100 gram.
Bila agregat berupa campuran dari agregat halus dan
agregat kasar, agregat tersebut dipisahkan menjadi 2
bagian dengan saringan No. 4.; Selanjutnya agregat halus
dan agregat kasar disediakan sebanyak jumlah seperti
tercantum diatas.
d) Cara Pengujian
Urutan proses dalam pengujian ini adalah sebagai berikut :
Benda uji dikeringkan dalam oven dengan suhu (I l0 ±
5)°C, sampai berat tetap; SNI 03-1968-1990 3
Saring benda uji lewat susunan saringan den-an ukuran
saringan paling besar ditempatkan paling atas. Saringan
diguncang dengan tangan atau mesin pengguncang selama
15 menit.
b) Peralatan
Peralatan yang dipergunakan adalah sebagai berikut :
Timbangan, kapasitas 1 kg atau lebih dengan ketelitian 0,1
gram adapun gambar timbangan dapat dilihat pada
Gambar 2.1.
Piknometer dengan kapasitas 500 ml, adapun gambar
piknometer dapat dilihat pada Gambar 2.19.
d) Cara Pengujian
Urutan proses dalam pengujian ini adalah sebagai berikut :
Keringkan benda uji dalam oven pada suhu (110 ± _5)°C,
sampai berat tetap; yang dimaksud berat tetap adalah
keadaan berat benda uji selama 3 kali proses penimbangan
dan pemanasan dalam oven dengan selang waktu 2 jam
berturut-turut, tidak akan mengalami perubahan kadar air
lebih besar daripada 0,1 %; dinginkan pada suhu ruang,
kemudian rendam dalam air selama (24 ± 4) jam;
Buang air perendam dengan hati-hati, jangan ada butiran
yang hilang, tebarkan agregat diatas talam, keringkan di
udara panas dengan cara membalik-balikan benda uji;
lakukan pengeringan sampai tercapai keadaan kering
permukaan jenuh;
Periksa keadaan kering permukaan jenuh dengan
mengisikan benda uji ke dalam kerucut terpancung,
padatkan dengan batang penumbuk sebanyak 25 kali,
angkat kerucut terpancung; keadaan kering permukaan
jenuh tercapai bila benda uji runtuh akan tetapi masih
dalam keadaan tercetak;
Segera setelah tercapai keadaan kering permukaan jenuh
masukkan 500 gram benda uji ke dalam piknometer;
masukkan air suling sampai mencapai 90% isi piknometer,
putar sambil di guncang sampai tidak terlihat gelembung
udara di dalamnya; untuk mempercepat proses ini dapat
dipergunakan pompa hampa udara, tetapi harus
diperhatikan jangan sampai ada air yang ikut terhisap,
dapat juga dilakukan dengan merebus piknometer;
Rendam piknometer dalam air dan ukur suhu air untuk
penyesuaian perhitungan kepada suhu standar 25°C;
Tambahkan air sampai mencapai tanda batas;
Timbang piknometer berisi air dan benda uji sampai
ketelitian 0,1 gram (Bt);
Keluarkan benda uji, keringkan dalam oven dengan suhu
(110 ± 5)°C sampai berat tetap, kemudian dinginkan
benda uji dalam desikator;
Setelah benda uji dingin kemudian timbanglah (Bk);
Tentukan berat piknometer berisi air penuh dan ukur suhu
air gunakan penyesuaian dengan suhu standar 25°C (B).
e) Perhitungan
Penyerapan =
Keterangan :
Bk = berat benda uji kering oven, dalam gram
B = berat piknometer berisi air, dalam gram
Bt = berat piknometer berisi benda uji dan air, dalam gram
500 = berat benda uji dalam keadaan kering permukaan
jenuh, dalam gram.
Keterangan :
W3 = berat benda uji semula (gram).
W5 = berat benda uji semula (gram).
3) Contoh Uji
Cara tusuk:
a) Isi penakar sepertiga dari volume penuh dan ratakan
dengan batang perata;
b) Tusuk lapisan agregat dengan 25 x tusukan batang
penusuk;
c) Isi lagi sampai volume menjadi dua per tiga penuh
kemudian ratakan dan tusuk seperti diatas;
d) Isi penakar sampai berlebih dan tusuk lagi;
e) Ratakan permukaan agregat dengan batang perata;
f) Tentukan berat penakar dan isinya dan berat penakar
itu sendiri;
g) Catat beratnya sampai ketelitian 0,05 kg;
h) Hitung berat isi agregat menurut rumus 1 dan 2 pada
butir
i) Hitung kadar rongga udara menurut rumus 3 pada
butir
Cara ketuk:
a) Isi agregat dalam penakar dalam tiga tahap
b) Padatkan untuk setiap lapisan dengan cara
mengetuk-ngetukan atas penakar dengan secara
bergantian di atas lantai yang rata sebanyak 50 kali;
c) Ratakan permukaan agregat dengan batang perata
sampai rata;
d) Tentukan berat penakar dan isinya;
e) Hitung berat isi dan kadar rongga udara dalam
agregat.
2. Kondisi Gembur
Kondisi gembur dengan cara sekop atau sendok:
Isi penakar dengan agregat memakai sekop atau sendok
secara berlebihan dan hindarkan terjadinya pemisahan
dari butir agregat;
Ratakan permukaan dengan batang perata;
Tentukan berat penakar dan isinya dan berat penakar
sendiri;
Catat beratnya sampai ketelitian 0,05 kg;
Hitung berat isi dan kadar rongga udara dalam agregat.
5) Perhitungan
a. Berat Isi
Berat isi sebagai berikut:
Agregat dalam keadaan kering oven dihitung menurut
rumus berikut:
(G−T )
M=
V
Atau
M=(G–T)XF
Keterangan.
M = berat isi agregat dalam kondisi kering oven, dalam
kg/m3;
G = berat agregat dan penakar, dalam kg;
T = berat penakar, dalam kg;
V = volueme penakar, dalam m3;
F = factor penakar dalam m-3.
Agregat dalam keadaaan kering permukaan dihitung
menurut rumus berikut:
Keterangan.
MSSD = Berat isi agregat dalam kondisi kering
permukaan dalam kg/m3;
M = berat isi dalam kondisi kering oven dalam kg/m3;
A = Absorpsi dalam %.
[ ( s x w )−M ]
Ronggaudara=
( s x w)
Keterangan
M = berat isi agregat dalam kondisi kering oven dalam
kg/m3;
S = berat jenis agregat dalam kering oven dihitung
menurut SNI 1969-1990-F dan SNI 1970-1990-F
W = kerapatan air 998 kg/m3
c. Pengujian Aspal
1. Berat jenis (SNI 06-2441-1991)
1) Tujuan
Tujuan metode ini adalah untuk menentukan berat jenis aspal.
2) Peralatan
Peralatan yang dipergunakan adalah sebagai berikut :
Termometer, adapun gambar termometer dapat dilihat
pada Gambar 2.21.
Bak perendam, adapun gambar bak perendam dapat dilihat
pada Gambar 2.7.
Piknometer ,adapun gambar piknometer dapat dilihat pada
Gambar 2.19.
Air suling sebanyak 1000 ml, adapun gambar air suling
dapat dilihat Gambar 2.23.
4) Cara Pengujian
Urutan proses dalam pengujian ini adalah sebagai berikut :
Letakkan cawan diatas pelat pemanas dan aturlah sumber
pemanas sehingga terletak di bawah titik tengah cawan;
Letakkan nyala api penguji dengan poros pada jarak 75
mm dari titik tengah cawan;
Tempatkan termometer tegak lurus di dalam benda uji
dengan jarak 6,4 mm di atas dasar cawan dan terletak pada
satu garis yang menghubungkan titik tengah cawan dan
titik poros nyala penguji; kemudian aturlah sehingga poros
termometer terletak pada jarak ¼ diameter cawan dari
tepi;
Tempatkan penahan angin di depan nyala penguji;
Nyalakan sumber pemanas dan aturlah pemanasan
sehingga kenaikan suhu menjadi (15 ± 1)℃ per menit
sampai benda uji mencapai suhu 56℃ di bawah titik nyala
perkiraan;
Kemudian aturlah kecepatan pemanasan 5℃ sampai 6℃
per menit pada suhu antara 56℃ dan 28℃ dibawah titik
nyala perkiraan;
Nyalakan nyala penguji dan aturlah agar diameter nyala
penguji tersebut menjadi 3.2 sampai 4.8 mm;
Putarlah nyala penguji sehingga melalui permukaan cawan
(dari tepi ke tepi cawan) dalam waktu satu detik; ulangi
pekerjaan tersebut setiap kenaikan suhu 2℃;
Lanjutkan pekerjaan 2.3.6) dan 2.3.8) sampai terlihat
nyala singkat pada suatu titik di atas permukaan benda uji;
bacalah suhu pada termometer dan catat;
Lanjutkan pekerjaan 2.3.9) sampai terlihat nyala yang
agak lama sekurang-kurangnya 5 detik di atas permukaan
benda uji; bacalah suhu pada termometer dan catat;
Pemeriksaan yang tidak memenuhi syarat toleransi,
dianggap gagal dan harus diulang.
Tabung viskometer.
Mempunyai ukuran panjang dari ujung lubang furol
sampai dengan leher tabung adalah 125 mm 1 mm,
diameter dalam 29,7 mm 0,2 mm. Lubang furol
mempunyai diameter 4,3 mm 0,2 mm, seperti terlihat
pada Gambar A.2. Adapun gambar tabung viscometer
dapat dilihat pada Gambar 2.36.
Cincin pemindah.
Cincin pemindah, dibuat dari bahan logam tahan karat
sama seperti bahan untuk viskometer.
Penutup tabung viskometer.
Terbuat dari logam, berbentuk silinder dengan penutup
mempunyai diameter lebih kurang 57 mm dan tinggi 7
mm (lihat Catatan). Satu lubang terletak di tengah
penutup, lubang berukuran sedikit lebih besar dari
diameter termometer.
CATATAN 1: Penutup dari tabung kapasitas 90 mL, Gill-
style ointment box memenuhi persyaratan.
Penyangga termometer.
Penyangga termometer diletakkan di atas tabung
viskometer.
Termometer viskositas saybolt.
Termometer yang digunakan untuk mengukur temperatur
benda uji. Termometer yang digunakan sesuai persyaratan
spesifikasi termometer.
Termometer penangas.
Termometer viskositas saybolt, atau alat pengukur
temperatur lainnya yang mempunyai ketelitian sama.
Saringan.
Saringan No.20 (850 m) yang memenuhi persyaratan
spesifikasi SNI 03-6866-2002, adapun gambar saringan
dapat dilihat seperti pada Gambar 2.2.
Labu penampung, adapun gambar labu penampang dapat
dilihat pada Gambar 2.37.
4) Kalibrasi
Kalibrasi viskometer saybolt furol secara berkala dengan
mengukur waktu mengalir pada temperatur 37,8C dari oli
standar. Hitung faktor koreksi viskometer.
Waktu pengaliran oli standar harus sesuai dengan nilai
viskositas saybolt yang telah ditentukan, bila waktu
pengaliran berbeda lebih dari 0,2%, hitung waktu koreksi
F, untuk viskometer sebagai berikut:
dengan pengertian:
V adalah nilai viskositas saybolt oli standar dalam satuan
detik;
T adalah pengukuran waktu alir pada temperatur 37,8C
dalam satuan detik.
CATATAN 3 - Bila kalibrasi didasarkan pada viskositas
oli standar yang mempunyai waktu alir 200 detik sampai
dengan 600 detik, faktor koreksi dapat digunakan setiap
temperatur pengujian viskositas (pada SNI 06-6721-2002).
Kalibrasi viskometer saybolt furol pada 50C dengan cara
yang sama seperti Butir 9.a) menggunakan viskositas oli
standar yang mempunyai waktu alir minimum 90 detik.
Viskometer atau lubang furol yang mempunyai koreksi
viskositas lebih besar dari 1%, tidak dapat digunakan.
5) Cara uji
Tetapkan dan pertahankan penangas oli (oil bath) pada
temperatur pengujian. temperatur pengujian yang
ditetapkan untuk mengukur viskositas saybolt furol adalah
120C, 130C, 140C, 150C, 160C, 180C bila dianggap
kurang dapat diteruskan sampai dengan 240C;
Masukkan penyumbat gabus yang dilengkapi tali,
sehingga mudah dilepas ke dalam lubang tabung
viskometer pada bagian dasar tabung viskometer.
Penyumbatan harus kuat supaya udara tidak keluar.
Tempatkan cincin pemindah pada batas atas tabung
viskometer.
Lakukan pemanasan awal 0,5 kg benda uji menggunakan
kompor listrik dalam wadah logam 500 mL. Pemanasan
awal mencapai temperatur 10C sampai dengan
temperatur 15C di atas temperatur uji yang ditentukan.
(1) Gunakan temperatur sedang pada pengatur panas
dengan kapasitas daya listrik 500 watt sampai dengan
600 watt pada kompor listrik selama ½ jam, dan atur
pada temperatur tinggi sampai 1200 watt untuk sisa
waktu pemanasan. Hindari pemanasan awal yang
berlebih karena dapat menyebabkan oksidasi pada
benda uji dan perubahan viskositas;
(2) Pada tahap awal pemanasan, aduk sekali-kali benda
uji, dan pada temperatur 2C terakhir lakukan
pengadukan secara menerus;
(3) Selesaikan pemanasan awal pada 2 jam atau kurang
dan segera lanjutkan dengan pengukuran viskositas.
Pemanasan ulang benda uji tidak diizinkan;
Panaskan Saringan No.20 pada temperatur pengujian, dan
tuangkan benda uji panas melalui saringan langsung ke
dalam tabung viskometer hingga tepat di atas tanda batas
pelimpahan.
CATATAN 4 - Benda uji dengan jumlah yang tepat
supaya tidak melimpah, sehingga bila cincin pemindah
dipindahkan, benda uji akan mengalir sampai ke batas
tabung viskositas tanpa berlebihan.
Pasang tutup tabung viskometer dengan cincin pemindah,
dan masukkan termometer yang dilengkapi penyangga
termometer ke dalam lubang di tengah penyangga.
Aduk benda uji di dalam tabung viskometer secara terus
menerus dengan gerakan melingkar pada kecepatan
putaran 30 rpm sampai dengan 50 rpm pada bidang
horizontal untuk mencegah masuknya udara ke dalam
benda uji. Lakukan dengan hati-hati agar tidak membentur
dinding tabung.
Bila temperatur benda uji tetap konstan pada rentang
temperatur 0,3C selama 1 menit, pengujian dapat
dilanjutkan. Angkat termometer dan pindahkan penutup
tabung viskometer secepatnya, pindahkan cincin
pemindah, periksa untuk memastikan bahwa kelebihan
benda uji di bawah tanda batas pelimpahan, dan pasang
kembali penutup tabung viskometer.
Pastikan bahwa labu penampung pada posisi yang tepat,
lalu cabut gabus penyumbat dengan menyentakkan tali
gabus dan pada waktu bersamaan hidupkan pengukur
waktu.
Waktu antara pengisian tabung viscometer sampai dengan
menarik gabus penyumbat tidak boleh lebih dari 15 menit.
Hentikan pengukur waktu segera setelah benda uji
mencapai tanda batas pada labu penampung, catat waktu
pengaliran dalam detik dengan pembulatan 0,1 detik atau
0,2 detik.
Hitung waktu dalam saybolt furol detik yang telah
dikoreksi dari masing-masing temperatur pengujian
viskositas pada temperatur tertentu.
Konversikan waktu dalam saybolt furol detik ke dalam
sentistoke viskositas kinematic.
Tentukan grafik temperatur terhadap viskositas dalam
sentistoke.
Tentukan temperatur pencampuran campuran beraspal
pada 170 cSt 20 cSt dan temperatur pemadatan campuran
beraspal pada 280 cSt 20 cSt.
6) Perhitungan
Untuk menghitung hasil pengujian, digunakan rumus sebagai
berikut:
1) Persen aspal terhadap campuran(%) :
2) Berat isi(t/m3);
Berat bendauji
Isi bendauji
3) Stabilitas (kg);
5. STAKE-OUT
Stake-out dilakukan dengan cara mengukur jarak dan azimut atau
sudut jurusan titik detail yang akan di stake-out dari titik referensi
pengukuran. Koordinat titik referensi pengukuran dan koordinat titik
detail yang akan distake-out dapat diketahui dari koordinat hasil
pengukuran dan dari koordinat peta. Adapun langkah-langkah
pemasangan stake-out sebagai berikut.
A. TAHAP PELAKSANAAN
1) Produksi
Produksi dilakukan setelah bahan, armada angkutan, alat berat
cukup tersedia dan siap operasi dengan tingkat kecepatan
kemajuan pekerjaan 60%.
Setelah AMP dinyatakan produksi, maka pelaksana pekerjaan
melakukan control produksi di AMP dan kesiapan dan kelayakan
operasi armada, agar sesuai dengan manajemen kerja.
Dalam hal ini, diperlukan ketelitian waktu dalam mengkordinir
tenaga pelaksana saat pemasokan material, produksi aspal, control
pengujian, pengangkutan, penghamparan dan pemadatan.
Pencampuran aspal dilakukan mulai dari penampung dingin yang
terpisah untuk setiap fraksi agregat,melalui conveyor (penyalur
material).
Agregat dikeringkan dan dipanaskan dengan alat pengering
(dryer). Waktu Nyala api diatur sedemikian rupa sehinga tidak
merusak agregat.
Melalui mesin elevator, agregat dipasok ke tempat penampung
panas (Hot Bin). Suhu agregat rentang antara 1500C – 1600C.
Menyediakan penampung filler tambahan seperti semen tersendiri
diatas pugmil. Bahan aspal dipasok ke tanki penampungan dan
pemansan aspal (ketel) dengan temperature maksimal 1600C.
Melalui pipa disalurkan ke penampung aspal kemudian dipasok
ke pugmil( mixer) setelah agregat dan filer pada rentang suhu
antara 1450C – 1550C.
Setelah dilakukan pencamuran sesuai dengan waktu yang
ditentukan, campuran aspal panas di tuang ke dalam dump truck
dengan rentang suhu antara 1350C – 1500C. Kemudian diangkut
kelokasi untuk dihampar.
2) Pengangkutan
b) Metode
Truk pengangkut aspal dari AMP ke lokasi pekerjaan harus
berjumah tepat dengan perhitungan kapasitas muatan aspal,
jarak tempuh, kecepatan waktu tiba dilokasi, sehingga proses
penghamparan dilapangan dapat beroperasi secara terus
menerus dengan kecepatan penghamparan tetap.
Membuang campuran aspal yang tidak memenuhi ketentuan
mutu saat terjadi penundaan penghamparan atau kedala saat
pengangkutan.
3) Penghamparan
a) Peralatan
Peralatan penghampar dan pembentuk harus penghampar
mekanis bermesin sendiri yang disetujui, yang mampu
menghampar dan membentuk campuran aspal sesuai dengan
garis, kelandaian serta penampang melintang yang diperlukan.
Alat penghampar harus dilengkapi dengan penampung dan dua
ulir pembagi dengan arah gerak yang berlawanan untuk
menempatkan campuran aspal secara merata di depan "screed"
(sepatu) yang dapat disetel. Peralatan ini harus dilengkapi
dengan perangkat kemudi yang dapat digerakkan dengan cepat
dan efisien dan harus mempunyai kecepatan jalan mundur
seperti halnya maju. Penampung (hopper) harus mempunyai
sayap-sayap yang dapat dilipat pada saat setiap muatan
campuran aspal hampir habis untuk menghindari sisa bahan
yang sudah mendingin di dalamnya.
Alat penghampar harus mempunyai perlengkapan elektronik
dan/atau mekanis pengendali kerataan seperti batang perata
(leveling beams), kawat dan sepatu pengarah kerataan (joint
matching shoes) dan dan peralatan bentuk penampang (cross
fall devices) untuk mempertahankan ketepatan kelandaian dan
kelurusan garis tepi perkerasan tanpa perlu menggunakan
acuan tepi yang tetap (tidak bergerak).
Alat penghampar harus dilengkapi dengan "screed" (perata)
baik dengan jenis penumbuk (tamper) maupun jenis vibrasi
dan perangkat untuk memanasi "screed" (sepatu) pada
temperatur yang diperlukan untuk menghampar campuran
aspal tanpa menggusur atau merusak permukaan hasil
hamparan.
Istilah "screed" (perata) mengacu pada pengambang mekanis
standar (standard floating mechanism) yang dihubungkan
dengan lengan arah samping (side arms) pada titik penambat
yang dipasang pada unit pengerak alat penghampar pada
bagian belakang roda penggerak dan dirancang untuk
menghasilkan permukaan tektur lurus dan rata tanpa terbelah,
tergeser atau beralur.
Bilamana selama pelaksanaan, hasil hamparan peralatan
penghampar dan pembentuk meninggalkan bekas pada
permukaan, segregasi atau cacat atau ketidak-rataan
permukaan lainnya yang tidak dapat diperbaiki dengan cara
modifikasi prosedur pelaksanaan, maka penggunaan peralatan
tersebut harus dihentikan dan peralatan penghampar dan
pembentuk lainnya yang memenuhi ketentuan harus disediakan
oleh Penyedia Jasa.
b) Metode
Mulai penghamparan dilapangan sampai minimum terdapat
tiga mobil pengangkut aspal dilapangan. Hal ini untuk
menjamin proses penghamparan tidak dihentikan. Karena
keterlambatan pasokan bahan aspal.
Proses penghamparan yang sering berhenti, dapat
menyebabkan ketidakrataan pada permukaan jalan sehingga
kurang nyaman bagi pengguna jalan dan juga dapat
mengurangi umur rencana akibat beban dinamis.
Penghamparan dilakukan oleh asphalt finisher pada zona kerja
yang sudah ditentukan dan pada permukaan yang sesuai
ketentuan.
Kontrol suhu baik di AMP maupun dilokasi pekerjaan
diperlukan untuk mengevaluasi kualitas aspal tiap
penghamparan.
Perbaikan permukaan aspal saat proses penghamparan
dilakukan bilamana terdapat tekstur yang tidak lurus, tidak
rata, beralur atau terbelah.
4) Pemadatan
a) Peralatan Pemadat
Setiap alat penghampar harus disertai paling sedikit satu dua
alat pemadat roda baja (steel wheel roller) dan satu alat
pemadat roda karet (tyre roller). Paling sedikit harus
disediakan satu tambahan alat pemadat roda karet (tire roller)
untuk setiap kapasitas produksi yang melebihi 40 ton per jam.
Semua alat pemadat harus mempunyai tenaga penggerak
sendiri.
Alat pemadat roda karet harus dari jenis yang disetujui dan
memiliki tidak kurang dari sembilan roda yang permukaannya
halus dengan ukuran yang sama dan mampu dioperasikan pada
tekanan ban pompa (6,0 - 6,5) kg/cm 2 atau (85 – 90) psipada
jumlah lapis anyaman ban (ply) yang sama. Roda- roda harus
berjarak sama satu sama lain pada kedua sumbu dan diatur
sedemikian rupa sehingga tengah-tengah roda pada sumbu
yang satu terletak di antara roda-roda pada sumbu yang lainnya
secara tumpang-tindih (overlap). Setiap roda harus
dipertahankan tekanan pompanya pada tekanan operasi yang
disyaratkan sehingga selisih tekanan pompa antara dua roda
tidak melebihi 0,35 kg/cm2 (5 psi). Suatu perangkat pengukur
tekanan ban harus disediakan untuk memeriksa dan menyetel
tekanan ban pompa di lapangan pada setiap saat. Untuk setiap
ukuran dan jenis ban yang digunakan, Penyedia Jasa harus
memberikan kepada Direksi Pekerjaan grafik atau tabel yang
menunjukkan hubungan antara beban roda, tekanan ban
pompa, tekanan pada bidang kontak, lebar dan luas bidang
kontak. Setiap alat pemadat harus dilengkapi dengan suatu cara
penyetelan berat total dengan pengaturan beban (ballasting)
sehingga beban per lebar roda dapat diubah dalam rentang(300
– 600) kilogram per 0,1 meter. Tekanan dan beban roda harus
disetel sesuai dengan permintaan Direksi Pekerjaan, agar dapat
memenuhi ketentuan setiap aplikasi khusus. Pada umumnya
pemadatan dengan alat pemadat roda karet pada setiap lapis
campuran aspal harus dengan tekanan yang setinggi mungkin
yang masih dapat dipikul bahan.
Alat pemadat roda baja yang bermesin sendiri dapat dibagi atas
dua jenis:
Alat pemadat tandem statis
Alat pemadat vibrator ganda (twin drum vibratory)
Alat pemadat statis minimum harus mempunyai berat statis
tidak kurang dari 8 ton. Alat pemadat vibrator ganda
mempunyai berat statis tidak kurang dari 6 ton. Roda gilas
harus bebas dari permukaan yang datar, penyok, robek-
robek atau tonjolan yang merusak permukaan perkerasan.
Dalam penghamparan percobaan, Penyedia Jasa harus dapat
menunjukkan kombinasi jenis penggilas untuk memadatkan
setiap jenis campuran sampai dapat diterima oleh Direksi
Pekerjaan, sebelum JMF disetujui. Penyedia Jasa harus
melanjutkan untuk menyimpan dan menggunakan
kombinasi penggilas yang disetujui untuk setiap campuran.
Tidak ada alternatif lain yang dapat diperkenankan kecuali
jika Penyedia Jasa dapat menunjukkan kepada Direksi
Pekerjaan bahwa kombinasi penggilas yang baru paling
sedikit seefektif yang sudah disetujui.
b) Metode
Pemadatan dilakukan pada tiga tahap yang terpisah dengan tiga
jenis alat pemadat sesuai spesifikasi yaitu :
(1)Pemadatan awal (Alat Pemadat Vibrator ganda roda besi)
(2)Pemadatan antara (Alat pemadat Roda Karet)
(3) Pemadatan akhir (Alat pemadat tandem statis roda baja
tanpa vibrasi)
Pemadatan awal atau breakdown rolling, dilakukan dengan
roda penggerak didekat alat penghampar dan minimum dua
kali lintasan pada setiap titik penghamparan.
Pemadatan antara atau utama dilakukan dengan alat pemadat
roda karet yan berjarak sedekat mungkin dengan penggilas
awal dengan jumlah lintasan sesuai percobaan penghamparan
atau trial mix.
Pemadatan akhir atau finishing rolling dilakukan dengan alat
pemadat roda baja tanpa vibrasi dengan jumla lintasan sesuai
trial atau untuk meratakan permukaan aspal bilamana roda
karet meninggalkan bekas roda pada permukaan perkerasan.
Pemadatan pertama dilakukan pada sambungan melintang agar
menahan pergerakan campuran beraspal, sepanjang sambungan
memanjang. Kemudian pada tepi luar lalu pada bagian tengah
sumbu jalan.
Kecuali pada superelevasi, pemadatan dimulai dari sisi
terendah kemudian bergerak kearah yang lebih tinggi.
Kecepatan alat pemadat dilakukan secara konstan dengan
kecepatan maksimal 4 km/jam untuk roda besi dan 10 km/jam
untuk roda karet.
Roda alat pemadat harus dibasahi dengan cara pengabutan
secara terus menerus untuk menghindari pelekatan campuran
beraspal pada roda, namun air tidak berlebihan. Roda karet
juga diberi sedikit minyak untuk menhindari lengketnya aspal
pada roda, sehingga roda pemadata dapat terpelihara selama
proses pemadatan.
Setiap sambuang melintang dan memanjang diatur sedemikian
rupa agar tidak tumpang tindih dengan lapisan berikutnya
5) Pekerjaan Akhir
1. Pemeriksaan
Pemeriksaan kerataan permukaan perkerasan dilakukan pada
saat setelah pemadatan awal. Kerataan permukaan dan
kemiringan jalan diperiksa menggunakan mistar lurus
sepanjang 3 m yang dilengkapi dengan waterpas derajat atau
alat NAASRA-Meter.
Hal ini dilakukan untuk memastikan permukaan perkerasan
dan kemiringan jalan sesuai yang ditunjukan pada gambar
potongan melintang jalan dan sesuai ketentuan. Pemeriksaan
dilakukan pada setiap interval 100 meter
Pemeriksaan dimensi perkerasan jalan dilakukan terhadap
penampang jalan setelah semua prosedur dilalui sampai pada
selesai pemadatan akhir.
2. Perbaikan
Setiap bahan yang berlebihan harus dipotong setelah
pemadatan akhir, dan bahan-bahan yang berbahaya maupun
yang tidak terpakai dibuang sesuai petunjuk direksi.
Ketidakrataan permukaan perkerasan diperbaiki baik dengan
cara membongkar area dan penambahan atau pembuangan
bahan sebagaimana yang diperlukan.
Perbaikan pekerjaan yang tidak memenuhi ketentuan dimensi
dilakukan baik pada tahap penghamparan dan pemadatan, juga
dilakukan setelah selesai pekerjaan.
Perbaikan kerataan maupun tebal dan kepadatan dilakukan
dengan membongkar segmen pada sepanjang area yang tidak
memenuhi syarat. Kemudian dilakukan diaspal kembali sesuai
ketentuan.
3. Pengujian
Pengujian dilakukan untuk mengetahui ketebalan lapis
perkerasan dengan metode Core Drill. Paling sedikit 2 titik uji
yang tidak lebih dari 100 meter atau minimal pada setiap
interval 100 meter.
Setelah dilakukan pengujian inti (core Drill), maka semua
lubang uji ditutup kembali dengan campuran beraspal dengan
kerataan dan kepadatan sesuai ketentuan.
4. PENGENDALIAN MUTU DAN PEMERIKSAAN DI LAPANGAN
Pada pengendalian mutu ini akan di lakukan beberapa hal yaitu sebagai
berikut:
1. Pengujian Permukaan Perkerasan
a. Pemukaan perkerasan harus diperiksa dengan mistar lurus sepanjang 3
m, yang disediakan oleh Penyedia Jasa, dan harus dilaksanakan tegak
lurus dan sejajar dengan sumbu jalan sesuai dengan petunjuk Direksi
Pekerjaan untuk memeriksa seluruh permukaan perkerasan. Toleransi
harus sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 6.3.1.(4).(f).
b. Pengujian untuk memeriksa toleransi kerataan yang disyaratkan harus
dilaksanakan segera setelah pemadatan awal, penyimpangan yang
terjadi harus diperbaiki dengan membuang atau menambah bahan
sebagaimana diperlukan. Selanjutnya pemadatan dilanjutkan seperti
yang dibutuhkan. Setelah penggilasan akhir, kerataan lapisan ini harus
diperiksa kembali dan setiap ketidak-rataan permukaan yang
melampaui batas-batas yang disyaratkan dan setiap lokasi yang cacat
dalam tekstur, pemadatan atau komposisi harus diperbaiki sebagaimana
yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
c. Kerataan permukaan perkerasan
Kerataan permukaan lapis perkerasan penutup atau lapis aus segera
setelah pekerjaan selesai harus diperiksa kerataannya dengan
menggunakan alat ukur kerataan NAASRA-Meter sesuai SNI 03-
3426-1994, dengan International Roughness Index (IRI) paling tidak
3.
Cara pengukuran/pembacaan kerataan harus dilakukan setiap
interval 100 m.
2. Ketentuan Kepadatan
a. Kepadatan semua jenis campuran beraspal yang telah dipadatkan,
seperti yang ditentukan dalam SNI 03-6757-2002, tidak boleh kurang
dari 97 % Kepadatan Standar Kerja (Job Standard Density) yang tertera
dalam JMF untuk Lataston (HRS) dan 98 % untuk semua campuran
beraspal lainnya.
b. Benda uji inti untuk pengujian kepadatan harus sama dengan benda uji
untuk pengukuran tebal lapisan. Cara pengambilan benda uji campuran
beraspal dan pemadatan benda uji di laboratorium masing-masing harus
sesuai dengan ASTM D6927-06 untuk ukuran butir maksimum 25 mm
atau ASTM D5581-07a untuk ukuran maksimum 50 mm.
c. Benda uji inti paling sedikit harus diambil dua titik pengujian per
penampang melintang per lajur dengan jarak memanjang antar
penampang melintang yang diperiksa tidak lebih dari 100 m.
d. Penyedia Jasa dianggap telah memenuhi kewajibannya dalam
memadatkan campuran aspal bilamana kepadatan lapisan yang telah
dipadatkan sama atau lebih besar dari nilai-nilai yang diberikan .
Bilamana rasio kepadatan maksimum dan minimum yang ditentukan
dalam serangkaian benda uji inti pertama yang mewakili setiap lokasi
yang diukur untuk pembayaran, lebih besar dari 1,08 maka benda uji
inti tersebut harus dibuang dan serangkaian benda uji inti baru harus
diambil.
Campuran :
- Suhu di AMP dan suhu saat sampai di Setiap batch dan
lapangan Pengiriman
- Gradasi dan kadar aspal Setiap 200 ton (min. 2
pengujian per hari)
- Kepadatan, stabilitas, pelelehan,
Marshall Quo- tient (untuk non Setiap 200 ton (min. 2
AC), rongga dalam campuran pengujian per hari)
pada 75 tumbukan dan Stabilitas
Marshall Sisa atau Indirect Tensile
Strength Ratio (ITSR)
- Rongga dalam campuran pd. Setiap 3.000 ton
Kepadatan Membal
- Campuran Rancangan (Mix Design) Setiap perubahan
Marshall agregat/rancangan
Lapisan yang dihampar :
- Benda uji inti (core) berdiameter 4” Benda uji inti paling sedikit
untuk partikel ukuran maksimum 1” harus diambil dua titik
dan 6” untuk partikel ukuran di atas pengujian per penampang
1”, baik untuk pemeriksaan pema- melintang per lajur dengan
datan maupun tebal lapisan bukan jarak memanjang antar
perata: penampang melintang yang
diperiksa tidak lebih dari
100 m.
Toleransi Pelaksanaan :
- Elevasi permukaan, untuk Paling sedikit 3 titik yang
penampang melintang dari setiap diukur melintang pada
jalur lalu lintas. paling sedikit setiap 12,5
meter memanjang sepanjang
jalan tersebut.