Anda di halaman 1dari 53

LAPORAN MAGANG

PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG REKTORAT


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KENDARI

OELH :

AGUS NORA

NIM.P3A118005

PROGRAM STUDI D-III TEKNIK SIPIL


PROGRAM PENDIDIKAN VOKASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT penguasa segala ilmu pengetahuan,


dan alam semesta. Atas rahmat dan karunia-Nya, serta taufik-Nya penulis dapat
menyelesaikan penulisan laporan (Pekerjaan Pembangunan Gedung Rektorat
Universitas Muhammadiyah Kendari) sebagai salah satu syarat penyelesaian tugas
mata kuliah Magang Program Studi D-III Teknik Sipil.

Ucapan terima kasih saya kepada Bapak Abdul Syukur selaku


pembimbing dan pelaksana di lapangan yang telah memberikan ilmu bagaimana
teknis pelaksanaan pekerjaan di lapangan, serta Bapak Awilliambuth B.
Lewikinta, S.T.,M.T. selaku pembimbing akademik yang telah memberikan
masukan pada saat konsultasi dan teman-teman yang telah membantu dalam
proses penyusunan dan penulisan laporan ini sehingga dapat diselesaikan tepat
pada waktunya.

Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya teman-
teman D-III Teknik Sipil. Sebagai manusia biasa penulis menyadari bahwa
laporan magang yang di susun ini masih banyak kekurangan didalamnya jauh dari
apa yang penulis harapkan, untuk itu penulis meminta kritik dan saran dari para
pembaca agar laporan ini dapat mengalami kemajuan di dalam penulisannya demi
perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada yang sempurna tanpa
saran yang membangun di masa depan. Sekian dan terima kasih.

Kendari, 2022

Penulis
DAFTAR ISI

SAMPUL

KATA PENGANTAR ............................................................................................i

LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................ii

LEMBAR ASISTENSI ..........................................................................................ii

DAFTAR ISI ..........................................................................................................iii

DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iv

DAFTAR TABEL....................................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.........................................................................................1

1.2 Maksud dan Tujuan magang..................................................................2

1.3 Manfat Magang........................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Pengertian (teori) Lingkup Pekerjaan Magang.......................4

2.2 Metode Pelaksanaan Kolom Sesuai Standar (SNI).............................15

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI MAGANG

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Magang...........................................21

3.2 Data Umum Proyek................................................................................22

3.3 Latar Belakang Pekerjaan.....................................................................22


BAB IV HASIL PELAKSANAAN MAGANG

4.1 Tahapan Item Pekerjaan.......................................................................24

4.2 Hasil Pelaksanaan Magang (Pek. Kolom)............................................31

4.3 Pembahasan.............................................................................................38

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan..............................................................................................43

5.2 Saran........................................................................................................43

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pondasi memanjang


Gambar 2.2 Pondasi telapak
Gambar 2.3 Pondasi rakit
Gambar 2.4 Pondasi sumuran
Gambar 2.5 Pondasi tiang
Gambar 2.6 Tie beam
Gambar 2.7 Dinding
Gambar 2.8 kolom
Gambar 2.9 Balok
Gambar 2.10 Pekerjaan Pelat Boundek
Gambar 3.1 Lokasi Magang
Gambar 4.1 Pekerjaan Pondasi Bor pile
Gambar 4.2 Pekerjaan Pondasi Pile cap
Gambar 4.3 Pekerjaan kolom
Gambar 4.5 Pekerjaan dinding
Gambar 4.6 Pekerjaan Balok beton
Gambar 4.7 Pekerjaan pelat
Gambar 4.8 Pemotongan baja tulangan
Gambar 4.9 Pembengkokan baja tulangan
Gambar 4.10 Perakitan tulangan kolom
Gambar 4.11 Pemotongan bahan pembuatan bekisting
Gambar 4.12 Perakitan bekisting
Gambar 4.13 Pemasangan bekisting
Gambar 4.14 slump test kolom
Gambar 4.15 Pengambilan sampel beton
Gambar 4.16 Pengecoran kolom
Gambar 4.17 Pembongkaran bekisting
Gambar 4.18 Detail tulangan kolom
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Pengujian kuat Tarik baja


Tabel 4.2 Mutu beton yang digunakan dalam spesifikasi
Tabel 4.3 Perhitungan Pembesian kolom
Tabel 4.4 Panjang Tulangan Pembesian kolom
Tabel 4.5 Berat Tulangan(kg)
Tabel 4.6 Berat Tulangan(ton)
Tabel 4.7 Volume Pengecoran Di Lapangan
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan pembangunan di Indonesia semakin pesat demi


menunjang aktifitas dan kebutuhan masyarakat. Demi mendapatkan bangunan
yang layak, maka pembangunan tersebut harus diawasi dan dikerjakan oleh
orang yang layak di bidangnya. Kebutuhan sumber daya manusia (SDM)
yang ahli sangat diperlukan demi menunjang kelancaran pembangunan. Maka
dari itu dilakukanlah kegiatan magang untuk mendapatkan tenaga-tenaga ahli.
Magang merupakan salah satu syarat akademik yang harus dipenuhi oleh
setiap mahasiswa Program Studi D-III Teknik Sipil di Program Pendidikan
Vokasi, Universitas Halu Oleo dalam menyelesaikan pendidikan D-III dan
syarat sebelum mengambil Tugas Akhir (TA). Magang adalah Program
akademik yang memiliki syarat bagi mahasiswa yang telah lulus minimal 82
SKS dan memiliki IPK minimal 2,5.
Kegiatan magang ini harus dilakukan selama 90 hari kalender, magang
dilakukan agar mahasiswa bisa mendapat ilmu yang digunakan saat di
lapangan yang mungkin tidak ada atau belum didapatkan di bangku
peerkuliahan, serta bertujuan untuk mempersiapkan mental dan fisik untuk
mahasiswa dalam menghadapi dunia kerja setelah lulus dari dunia
perkuliahan.
Dalam hal ini, penulis telah memenuhi syarat akademik dan administratif
sebagai mahasiswa di Program Studi D3 Teknik Sipil Program Pendidikan
Vokasi Universitas Halu Oleo sehingga dapat melakukan magang mulai bulan
Maret sampai bulan Juli di Proyek Pekerjaan Pembangunan Gedung Rektorat
Universitas Muhammadiyah Kendari, Sulawesi Tenggara.
Dalam Pelaksanaan Pembangunan Gedung Rektorat Universitas
Muhammadiyah Kendari, Sulawesi Tenggara ini meliputi pekerjaan
persiapan, pekerjaan struktur dan pekerjaan finishing. Dengan melaksanakan
magang penulis mendapat kesempatan untuk membahas topik khusus
mengenai pekerjaan Kolom di Pembangunan Gedung Rektorat Universitas
Muhammadiyah Kendari.

1.2. Maksud dan Tujuan Magang

Adapun maksud dan tujuan dari pelaksanaan magang, antara lain:


1. Sebagai syarat untuk menyelesaikan studi di jurusan D-III Teknik Sipil
2. Untuk memperoleh pengalaman terkait kegiatan yang dilakukan di
lapangan sebagai persiapan sebelum memasuki dunia kerja.
3. Untuk mengaplikasikan teori dan praktik di lapangan agar mengetahui
dengan benar teknik pelaksanaan pekerjaan kolom di Gedung.
4. Sebagai media untuk melatih dan mengetahui bagaimana teknik metode
pelaksanaan dalam pembangunan sebuah konstruksi gedung.

1.3. Manfaat Magang

Magang kerja mempunyai manfaat bagi Mahasiswa dan Perguruan


Tinggi. Adapun manfaat magang kerja antara lain:

1.3.1 Bagi Mahasiswa


Manfaat magang kerja bagi mahasiswa antara lain:
1. Mendapatkan pengalaman yang dijadikan sebagai media
pembelajaran akan penerapan ilmu dalam suatu proyek.
2. Memberikan informasi sesuai dengan bidang ilmu yang diperoleh
pada bangku kuliah, sehingga sasaran pelaksanaan magang dapat
tercapai dengan baik.
1.3.2 Bagi Perguruan Tinggi
Manfaat magang kerja bagi perguruan tinggi antara lain:
1. Mempersiapkan sumber daya manusia yang dapat berdaya saing.
2. Sebagai evaluasi untuk mengembangkan dan meningkatkan mutu
pendidikan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Uraian Pengertian (Teori) Lingkup Pekerjaan.

2.1.1. Pondasi

Menurut (Hardiyatmo, 2011), pondasi adalah komponen struktur


terendah dari bangunan yang meneruskan beban bangunan ke tanah
atau batuan yang berada di bawahnya. Secara umum pondasi dibagi
menjadi dua klasifikasi, yaitu pondasi dangkal dan pondasi dalam.
Pondasi dangkal diartikan sebagai pondasi yang hanya mampu
menerima beban relatif kecil dan secara langsung menerima beban
bangunan. Pondasi dalam diartikan sebagai pondasi yang mampu
menerima beban bangunan yang besar dan meneruskan beban bangunan
ke tanah keras atau batuan yang sangat dalam. Berikut adalah jenis-
jenis pondasi :

1. Pondasi dangkal
a. Pondasi memanjang (continuous footing)

Pondasi memanjang atau lebih dikenal dengan pondasi batu


kali digunakan untuk menopang sederetan kolom-kolom yang
jaraknya berdekatan atau digunakan untuk menopang dinding
memanjang. Bahan untuk pondasi ini bisa menggunakan batu
pecah atau batu kali atau pasangan bata dan cor beton tanpa
tulangan.
Gambar 2.1 Pondasi memanjang

b. Pondasi telapak (spread footing)

Pondasi telapak digunakan sebagai tumpuan kolom yang


berdiri sendiri. Pondasi ini terbuat dari beton bertulang yang
dibentuk menyerupai papan atau telapak dan memiliki ketebalan
tertentu. Untuk bangunan bertingkat, pondasi telapak cocok untuk
diterapkan.

Gambar 2.2 Pondasi telapak


c. Pondasi rakit (raft foundation)

Pondasi rakit digunakan apabila suatu bangunan terletak pada


tanah lunak atau pada tanah yang dirasa mempunyai daya dukung
tanah rendah. Pondasi ini juga biasa digunakan pada bangunan
yang memiliki basement.

Gambar 2.3 Pondasi rakit

2. Pondasi dalam
a. Pondasi sumuran (pier foundation)

Pondasi sumuran atau kaison diartikan sebagai pondasi yang


tersusun atas pipa beton yang ditanam dalam tanah membentuk
sumur kemudian dicor di tempat menggunakan bahan batu belah
dan beton sebagai isinya. Pondasi ini dapat diterapkan pada lahan-
lahan konstruksi yang kedalaman lapisan tanah kerasnya berkisar
3-5 meter.

Gambar 2.4 Pondasi sumuran


b. Pondasi tiang (pile foundation)

Pondasi tiang digunakan untuk menopang bangunan jika


permukaan tanah keras terletak sangat dalam. Pondasi tiang cocok
diterapkan pada bangunan-bangunan tingkat tinggi yang
dipengaruhi oleh gaya-gaya penggulingan akibat beban
horisontal, dapat juga mendukung bangunan dalam menahan gaya
uplift.

Gambar 2.5 Pondasi tiang

2.1.2. Tie Beam

Tie beam adalah elemen struktur yang terdapat pada bangunan


gedung atau bangunan yang menggunakan pondasi dalam atau pondasi
dangkal setempat. Tie beam ini terletak di atas tanah dan di atas pondasi
dangkal setempat seperti pondasi footplat ataupun pondasi dalam. Tie
beam ini sama dengan balok hanya saja letaknya di struktur bawah. Tie
Beam biasanya digunakan untuk menghubungkan antara pile cap yang
satu dengan pile cap yang lainnya.
Tie beam berfungsi untuk menopang slab atau plat lantai yang
berhubungan langsung dengan permukaan tanah dan untuk meratakan
gaya beban bangunan. Selain itu juga berfungsi sebagai balok penahan
gaya reaksi tanah.

Gambar 2.6 Tie beam

2.1.3. Dinding

Menurut Anilaputri dan Yonatha (2009),bata konvensional


memiliki bahan dasar berupa tanah liat (lempung), yang digunakan
sebagai salah satu bahan bangunan yang menjadi komponen utama
dalam sebuah struktur bangunan, terutama konstruksi dinding. Menurut
Ensiklopedi Nasional Indonesia. (1997) ada 4 macam bata konvensional
yaitu bata biasa, bata muka, bata aluminium silikat, dan bata api.
Perkembangan teknologi yang semakin maju, membuat para ahli
konstruksi menciptakan inovasi baru seperti dikutip dari A. Short & W.
Kinniburgh. Lightweight Concrete. (1978), sebagai pengganti bata
konvensional dan batako, yaitu berupa bata ringan. Bata ringan adalah
material yang menyerupai beton dan memiliki sifat kuat, tahan air dan
api, awet (durable). Bata ini cukup ringan, halus, dan memiliki tingkat
kerataan yang baik. Bata ringan ini diciptakan agar dapat memperingan
beban struktur dari sebuah bangunan konstruksi, mempercepat
pelaksanaan, serta meminimalisasi sisa material yang terjadi pada saat
proses pemasangan dinding berlangsung. Menurut Kristanti dan
Tansajaya (2008).

Gambar 2.7 Dinding

2.1.4. Kolom

Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang


memikul beban dari balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur
tekan yang memegang peranan penting dari suatu bangunan, sehingga
keruntuhan pada suatu kolom merupakan lokasi kritis yang dapat
menyebabkan runtuhnya (collapse) lantai yang bersangkutan dan juga
runtuh total (total collapse) seluruh struktur. Fungsi kolom adalah
sebagai penerus beban seluruh bangunan ke pondasi. Bila
diumpamakan, kolom itu seperti rangka tubuh manusia yang
memastikan sebuah bangunan berdiri.

(SK SNI T-15-1991-03 Tata cara perhitungan struktur beton untuk


bangunan gedung) mendefinisikan kolom adalah komponen struktur
bangunan yang tugas utamanya menyangga beban aksial tekan vertikal
dengan bagian tinggi yang tidak ditopang paling tidak tiga kali dimensi
lateral terkecil.
Kolom dapat dikategorikan berdasarkan panjangnya. Kolom
pendek adalah jenis kolom yang kegagalannya berupa kegagalan
material. Kolom sedang kegagalannya ditentukan oleh hancurnya
material dan tekuk (buckling), sedangkan kolom panjang adalah kolom
yang kegagalannya ditentukan oleh tekuk yang terjadi akibat
ketidakstabilan kolom. Tekuk terjadi apabila suatu kolom menerima
gaya aksial meskipun belum mencapai tegangan leleh. (Daniel L.
Schodek, 1999).

Elemen struktur kolom yang mempunyai nilai perbandingan antara


panjang dan dimensi penampang melintangnya relatif kecil disebut
kolom pendek. Kapasitas pikul-beban kolom pendek tidak tergantung
pada Panjang kolom dan bila mengalami beban berlebihan, maka kolom
pendek pada umumnya akan gagal karena hancurnya material. Dengan
demikian kapasitas pikul-beban batas tergantung pada kekuatan
material yang digunakan. Semakin panjang suatu elemen tekan,
proporsi relatif elemen akan berubah hingga mencapai keadaan yang
disebut elemen langsing. Perilaku elemen langsing sangat berbeda
dengan elemen tekan pendek. Perilaku elemen tekan panjang terhadap
beban tekan adalah apabila bebannya kecil, elemen masih dapat
mempertahankan bentuk

Kolom harus direncanakan untuk memikul beban aksial terfaktor


yang bekerja pada semua lantai atau atap dan momen maksimum yang
berasal dari beban terfaktor pada satu bentang terdekat dari lantai atau
atap yang ditinjau. Adapun kombinasi pembebanan yang menghasilkan
rasio maksimum dari momen terhadap beban aksial juga harus
diperhitungkan secara baik.

Pada sistem konstruksi rangka atau struktur menerus, pengaruh dari


adanya beban yang tak seimbang pada lantai atau atap terhadap kolom
luar ataupun dalam harus ikut diperhitungkan. Demikian pula pengaruh
beban eksentris (ganjil atau tidak wajar) karena sebab lainnya juga
harus diperhitungkan.

Selanjutnya, dalam menghitung momen yang diakibatkan beban


gravitasi yang bekerja pada kolom, ujung-ujung terjauh kolom dapat
dianggap terjepit selama ujung-ujung tersebut menyatu (monolit)
terhadap komponen struktur lainnya.

Momen-monen yang bekerja pada setiap level lantai atau atap


harus didistribusikan pada kolom di atas dan di bawah lantai
berdasarkan pada kekakuan relatif kolom dengan ikut memperhatikan
kondisi kekangan pada ujung kolom.

Gambar 2.8 kolom

2.1.5. Balok
Balok merupakan elemen struktur yang terpasang secara horizontal
untuk memikul beban yang bekerja secara vertikal dan juga memikul
momen. Beban yang ditanggung oleh balok, akan ditransferkan kepada
kolom, yaitu elemen vertikal pada struktur yang memikul beban dari
balok. Elemen balok pada umumnya memiliki bentuk penampang
segiempat. Material yang digunakan pada balok pada umum
menggunakan beton dimana material ini kuat dalam menahan tekan
namun lemah untuk menahan tarikan, sehingga diperlukan material lain
untuk memperkuat kemampuan tarik pada beton yaitu tulangan.
Terdapat beberapa jenis perletakan yang digunakan dalam mendesain
balok, yaitu perletakan sederhana (simply supported beam), kantilever
(cantilever beam), dan jepit (fixed supported beam).

Balok yang merupakan elemen struktur atas sebuah bangunan


Gedung yang dirancang untuk menahan beban lateral serta untuk
meneruskan beban menuju kolom yang menopang. Dalam mendesain
suatu balok dalam sebuah gedung harus diperhitungan kapasitas balok
terhadap beban keja.

Perencanaan balok sangat bergantung pada material yang dipilih,


apakah menggunakan balok kayu, baja atau beton bertulang. Beberapa
faktor yang merupakan prinsip-prinsip desain umum dalam
perencanaan balok, yaitu :

1. Kontrol kekuatan dan kekakuan


2. Variasi besaran material
3. Variasi bentuk balok pada seluruh panjangnya
4. Variasi kondisi tumpuan dan kondisi batas

Prinsip desain praktis balok kayu dipengaruhi oleh berbagai faktor.


Salah satunya adalah sifat kayu yang mempunyai kemampuan untuk
memikul tegangan besar dalam waktu singkat. Pada kondisi beban
permanen, tegangan ijin perlu direduksi dengan faktor 0,90. Faktor
beban untuk angin adalah 1,33. Sedangkan beban normal mempunyai
faktor 1,0.

Desain balok baja umumnya didesain berdasarkan beban kerja dan


tegangan ijin. Balok yang digunakan bisa berupa penampang gilas
(wide flens / sayap lebar), kanal, atau tersusun atas elemen-elemen (plat
atau siku). Untuk bentang atau beban yang sangat besar, penampang
girder plat yang tersusun dari elemen siku dan plat sering digunakan.
Pada balok baja, apabila material balok mulai leleh pada saat dibebani,
maka distribusi tegangan yang ada mulai berubah. Balok masih dapat
menerima tambahan momen sampai semua bagian penampang telah
meleleh.

Desain balok beton tidak dapat digunakan sendiri pada balok


karena sangat kecilnya kekuatan tarik, dan karena sifat getasnya
(brittle). Retakretak yang timbul dapat berakibat gagalnya struktur,
dimana hal ini dapat terjadi ketika balok beton mengalami lentur.
Penambahan baja di dalam daerah tarik membentuk balok beton
bertulang dapat meningkatkan kekuatan sekaligus daktilitasnya. Elemen
struktur beton bertulang menggabungkan sifat yang dimiliki beton dan
baja.

Gambar 2.9 Balok

2.1.6. Pelat Lantai

Menurut Ervianto (2006) Pelat lantai merupakan struktur tipis yang


dibuat dari beton bertulang dengan bidang yang arahnya horizontal dan
beban yang bekerja tegak lurus pada bidang struktur tersebut sehingga
pada bangunan gedung pelat ini berfungsi sebagai diafragma atau unsur
pengaku horizontal yang sangat bermanfaat untuk mendukung
ketegaran balok portal. Dalam perencanaannya, pelat lantai harus dibuat
rata, kaku dan lurus agar pengguna gedung dapat dengan mantap
memijakan kakinya. Pelat lantai juga berfungsi sebagai pembatas antara
setiap lantai, tetapi tidak termasuk yang bersentuhan langsung dengan
tanah. Pelat lantai bertumpu pada balok yang ditopang oleh kolom.
Pelat lantai juga berfungsi sebagai peredam suara antara setiap lantai
dan juga sebagai tempat meginjak untuk penghuni lantai atas.

Sistem pelat lantai gedung beton bertulang umumnya bidang pelat


lantainya ditumpu pada setiap sisinya oleh balok induk atau balok anak.
Secara empirik ketebalan pelat lantai gedung ditetapkan sebesar 12 cm,
kemudian untuk panel pelat lantai yang luasnya lebih dari 12 m2 atau
bentang sisi pelat yang lebih dari 4 meter cendrung solusi yang diambil
dengan menempatkan balok anak. Solusi ini diambil untuk menghindari
perhitungan yang rumit, namun berdampak pada penggunaan balok
yang lebih banyak.

Pelat lantai dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu pelat satu arah
dan pelat dua arah. Pelat lantai satu arah hanya ditumpu pada kedua sisi
yang berseberangan dan memiliki bentang panjang (ly) dua kali atau
lebih besar dari pada bentang pendek (lx). Sedangkan pelat dua arah
ditumpu oleh balok pada kedua sisinya dan perbandingan antara
bentang panjangnya (ly) dan bentang pendeknya (lx) kurang dari dua.

Gambar 2.10 Pekerjaan Pelat Boundek


2.2. Metode Pelaksanaan kolom Sesuai Standar SNI

2.2.1. Persyaratan penulangan


Jumlah luas penampang tulangan pokok memanjang dibatasi
dengan rasio penulangan ρg antara 0,01 dan 0,08. Secara umum luas
penulangan yang digunakan antara 1,5% sampai 3 % dari luas
penampang, serta terkadang dapat mencapai 4% untuk struktur berlantai
banyak, namun disarankan tidak melebihi 4%. Sesuai SNI 03-2847-
2002, penulangan pokok pada kolom dengan pengikat spiral minimal 6
batang, sedangkan untuk sengkang segiempat adalah 4 batang, dan
segitiga minimal adalah 3 batang. Jarak bersih antar batang tulangan
pokok tidak boleh kurang dari 1,5 db atau 40 mm. Syarat-syarat lain
diantaranya:
a. tebal minimum penutup beton ditetapkan tidak boleh kurang dari 40
mm.
b. batang tulangan pokok harus dilingkupi sengkang dengan kait
pengikat lateral paling sedikit dengan batang D10 untuk tulangan
pokok D32 atau lebih kecil.
c. untuk tulangan pokok yang lebih besar menggunakan yang tidak
kurang dari D12, tetapi tidak lebih besar dari D16.
d. Jarak spasi tulangan sengkang tidak lebih dari 16 kali diameter
tulangan pokok, atau 48 kali diameter tulangan sengkang, dan
dimensi lateral terkecil (lebar) kolom.
e. kait pengikat harus diatur sehingga sudut-sudutnya tidak
dibengkokan dengan sudut lebih besar dari 135º.

2.2.1 Syarat pembengkokan tulangan


Adapun Syarat pembengkokan tulangan berdasarkan SNI-03-2847
2002 sebagai berikut :
a. Bengkokan 180 derajat ditambah perpanjangan 4d, tetapi tidak
kurang dari 60 mm, pada ujung bebas kait.
b. Bengkokan 90 derajat ditambah perpanjangan 12d pada ujung bebas
kait.
c. Pembengkokan untuk sengkang dan kait pengikat:
 Batang D-16 dan yang lebih kecil, bengkokan 90 derajat ditambah
perpanjangan 6d pada ujung bebas kait.
 Batang D-19, D-22 dan D-25, bengkokan 90 derajat ditambah
perpanjangan 12d pada ujung bebas kait.
 Bengkokan 135 derajat untuk batang D-25 dan yang lebih kecil,
ditambah perpanjangan 6d, pada ujung bebas kait.
d. Diameter Bengkokan Minimum
 Diameter dalam dari bengkokan untuk sengkang dan sengkang
ikat tidak boleh kurang dari 4d untuk batang D-16 dan yang lebih
kecil.  Untuk batang yang lebih besar dari D-16, diameter
bengkokan harus memenuhi tabel di bawah ini.

Tabel 2.1 Diameter Bengkokan Minimum


 Diameter dalam untuk bengkokan jaring kawat baja las (polos
atau ulir) yang digunakan untuk sengkang dan sengkang ikat tidak
boleh kurang dari 4d untuk kawat ulir yang lebih besar dari D-7
dan 2d untuk kawat lainnya.  Bengkokan dengan diameter dalam
kurang dari 8d tidak boleh berada kurang dari 4d dari persilangan
las yang terdekat.
e. Cara pembengkokan tulangan harus memenuhi ketentuan-ketentuan
sebagai berikut:
 Semua tulangan harus dibengkokkan dalam keadaan dingin,
kecuali bila diijinkan lain dan pengawas lapangan.
 Tulangan yang sebagian sudah tertanam di dalam beton tidak
boleh dibengkokkan di lapangan, kecuali seperti yang ditentukan
pada gambar rencana, atau diijinkan oleh pengawas lapangan.
Selain cara pembengkokan tulangan, kondisi permukaan tulangan
juga harus diperhatikan. Berikut ini adalah syarat kondisi permukaan
tulangan berdasarkan SNI 2847 : 2013.
a. Pada saat beton dicor, tulangan harus bebas dari lumpur, minyak,
atau pelapis bukan logam lainnya yang dapat menurunkan lekatan.
Pelapis epoksi tulangan baja yang sesuai dengan standar yang
dirujuk dalam peraturan yang diizinkan.
b. Kecuali untuk baja prategang, tulangan baja dengan karat, lapisan
permukaan hasil oksidasi akibat pemanasan (mill scale), atau
kombinasi keduanya, harus dianggap memenuhi spesifikasi ASTM
yang sesuai yang dirujuk dalam peraturan.
c. Baja prategang harus bersih dan bebas dari minyak, kotoran, lapisan
permukaan hasil oksidasi (scale), lubang permukaan akibat korosi
dan karat yang berlebihan. Lapisan tipis karat diizinkan.

2.2.2 Peraturan Teknis Pekerjaan Beton Pada Kolom


Adapun peraturan teknis pekerjaan beton pada Kolom adalah
sebagai berikut:
1. Perencanaan cetakan ( bekisting )
Perencanaan cetakan yang sesuai dengan Standar Nasional
Indonesia ( SNI2847:2013), yaitu:
a. Cetakan harus menghasilkan struktur akhir yang memenuhi
bentuk, garis, dan dimensi komponen struktur seperti yang
diisyaratkan oleh dokumen kontrak.
b. Cetakan harus kokoh dan cukup rapat untuk mencegah kebocoran
mortar.
c. Cetakan harus diperkaku atau diikat dengan baik untuk
mempertahankan posisi dan bentuknya.
d. Cetakan dan tumpuannya harus direncanakan sedemikian hingga
tidak merusak struktur yang dipasang sebelumnya.

2. Persiapan peralatan dan tempat penyimpanan


Persiapan peralatan dan tempat penyimpanan persiapan sebelum
pengecoran beton berdasarkan (SNI 2847:2013)meliputi hal berikut:
a. Semua peralatan untuk pencampuran dan pengangkutan beton
harus bersih. 
b. Semua sampah atau kotoran harus dibersihkan dari cetakan yang
akan diisi beton.
c. Cetakan harus dilapisi dengan benar.
d. Bagian dinding bata pengisi yang akan bersentuhan dengan beton
harus dibasahi secara cukup.
e. Tulangan harus benar-benar bersih dari lapisan yang berbahaya.
f. Air harus dikeringkan dari tempat pengecoran sebelum beton
dicor kecuali bila tremie digunakan atau kecuali bila sebaliknya
diizinkanoleh petugas bangunan.
g. Semua material halus (laitance) dan material lunak lainnya harus
dibersihkan dari permukaan beton sebelum beton tambahan dicor
terhadap beton yang mengeras.

3. Pengecoran dan Pemadatan


Sistem pengecoran sebaiknya harus sesuai dengan ketetapan
Standar Nasional Indonesia (SNI 2847:2013) bahwa:
a. Beton harus dicor sedekat mungkin pada posisi akhirnya untuk
menghindari terjadinya segregasi akibat penanganan kembali atau
segregasi akibat pengaliran.
b. Pengecoran beton harus dilakukan dengan kecepatan sedemikian
hingga beton selama pengecoran tersebut tetap dalam keadaan
plastis dan dengan mudah dapat mengisi ruang di antara tulangan.
c. Beton yang telah mengeras sebagian atau telah terkontaminasi
oleh bahan lain tidak boleh dicor pada struktur.
d. Beton yang ditambah air lagi atau beton yang telah dicampur
ulangsetelah pengikatan awal tidak boleh digunakan kecuali bila
disetujuioleh insinyur profesional bersertifikat.
e. Setelah dimulainya pengecoran, maka pengecoran tersebut harus
dilakukan secara menerus hingga mengisi secara penuh panel
f. atau penampang sampai batasnya, atau sambungan yang ditetapka
n sebagaimana diizinkan atau dilarang.
g. Permukaan atas cetakan vertikal secara umum harus datar.
h. Jika diperlukan pelaksanaan, maka sambungan harus dibuatsesuai
dengan ketetapan. 
i. Semua beton harus dipadatkan secara menyeluruh
denganmenggunakan peralatan yang sesuai selama pengecoran
dan harusdiupayakan mengisi sekeliling tulangan dan seluruh
celah dan masukkan semua sudut cetakan. 

Pemadatan beton harus mengikuti ketentuan berikut ini (SNI 03-


3976-1995) :

a. Beton yang dicorkan harus dipadatkan secara sempurna dengan


alatyang tepat agar dapat mengisi sepenuhnya daerah sekitar
tulangan,alat konstruksi dan alat instalasi yang akan tertanam
dalam beton dandaerah sudut acuan
b. Dalam hal pemadatan beton dilakukan dengan alat penggetar:
 Lama penggetaran untuk setiap titik harus dilakukan sekurang-
kurangnya 5 detik, maksimal 15 detik
 Batang penggetar tidak boleh mengenai cetakan atau
bagian beton yang sudah mengeras dan tidak boleh dipasang
lebih dekat100 mm dari cetakan atau dari beton yang sudah
mengeras sertadiusahakan agar tulangan tidak terkena oleh
batang penggetar
 Lapisan yang digetarkan tidak boleh lebih tebal dari
panjang batang penggetar dan tidak boleh lebih dari 500 mm. 
Untuk bagian konstruksi yang
sangat tebal harus dilakukan lapis demi lapis.
Pengambilan sampel berdasarkan ketentuan SNI 03-6880-2016
adalah sebagai berikut:
a. Untuk setiap campuran beton di proyek yang dicor pada hari yang
sama, ambil sampel beton segar sesuai dengan SNI 2458 : 2008.
Pengambilan sampel adukan dalam truk atau batch beton harus
diambil secara acak. Kecuali disyaratkan lain,minimal satu
sampelkomposit harus diambil untuk setiap 110 m3 beton atau
460 m2 luas permukaan slab atau dinding, atau bagian-bagiannya.
Bila kualitas campuran beton total yang ditentukan kurang dari 38
m3, pengujian kekuatan bisa diabaikan oleh perencana atau
penanggung jawab struktur.
b. Lembaga pengujian pemilik harus melakukan uji kekuatan beton
selama konstruksi dengan membuat dan merawat spesimen uji
sesuai SNI 4810:2013 dan menguji kekuatan spesimen sesuai
ASTMC39/C39M. Kecuali disyaratkan lain, kekuatan beton
untuk penerimaan harus nilai rata-rata hasil uji pada umur 28 hari
dari minimal dua silinder 150 mm × 300 mm atau tiga silinder
100 mm × 200 mm.
4. Perawatan Beton

Setelah proses pengecoran, beton tidak boleh dibiarkan bgitu


saja. Bbeton harus dirawat agar mutu beton yang dihasilkan sesuai
dengan perencanaan. Perawatan beton menurut Standar Nasional
Indonesia (SNI2847:2013),yaitu:

a. Beton (selain beton kekuatan awal tinggi) harus dirawat pada


suhu diatas 10°C dan dalam kondisi lembab untuk sekurang-
kurangnya selama 7 hari setelah pengecoran kecuali jika dirawat
sesuai dengan perawatan dipercepat.
b. Beton kekuatan awal tinggi harus dirawat pada suhu di atas 10°C
dandalam kondisi lembab untuk sekurang-kurangnya selama 3
hari pertama kecuali dirawat sesuai dengan perawatan dipercepat.
c. Pembongkaran Cetakan dan Penopang serta Penopangan Kembali

Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI 2847:2013) peraturan


dalam pembongkaran cetakan dan penopang serta penopang
kembali, yaitu:
a. Pembongkaran Cetakan
Cetakan harus dibongkar dengan cara sedemikian rupa agar tidak
mengurangi keamanan dan kemampuan layan struktur. Beton
yangakan terpapar dengan adanya pembongkaran cetakan harus
memiliki kekuatan yang cukup yang tidak akan oleh pelaksanaan
pembongkaran.
b. Pembongkaran Penopang dan Penopangan Kembali
Ketentuan untuk pelat dan balok kecuali bila komponen struktur
tersebut dicor pada permukaan tanah, yaitu:
 Sebelum memulai pelaksanaan konstruksi, kontraktor harus
membuat prosedur dan jadwal untuk pembongkaran penopang
kembali dan untuk perhitungan beban yang disalurkan ke
struktur selama proses.
 Analisis struktur dan data kekuatan beton yang dipakai dalam
perencanaan dan pembongkaran cetakan dan penopang
harus diserahkan oleh kontraktor  kepada pengawas lapangan.
 Tidak boleh ada beban konstruksi yang ditumpukan di atas
suatu bangunan yang sedang dibangun, juga tidak boleh ada
penopang dibongkar dari suatu bagian struktur yang sedang
dibangun kecuali apabila bagian dari struktur tersebut
bersama-sama dengan cetakan dan penopang yang tersisa
memiliki kekuatan yang memadai untuk menumpu berat
sendirinya dan beban yangt ditempatkan padanya.
 Kekuatan yang memadai tersebut harus ditunjukkan
melaluianalisis struktur denganmemperhatikan beban yang
diusulkan, kekuatan sistem cetakan dan penopang, sertadata
kekuatan beton. Data kekuatan beton harus didasarkan pada
pengujian silinder beton yang dirawat di lokasi konstruksi, atau
bilamana disetujui pengawas lapangan didasarkan pada
prosedur lainnya untuk mengevaluasi kekuatan beton.
c. Beban konstruksi yang melebihi kombinasi beban mati tambahan
ditambah beban hidup tidak boleh ditumpukkan di atas bagian
struktur yang sedang dibangun tanpa penopang, kecuali jika
analisis menunjukkan bahwa bagian struktur yang dimaksud
memiliki kekuatan yang cukup untuk menumpu beban tambahan
tersebut.
d. Tumpuan cetakan untuk beton prategang tidak boleh dibongkar
sampai kondisi gaya prategang yang telah diaplikasikan
mencukupi bagi komponen struktur prategang tersebut untuk
memikul beban matinya dan beban konstruksi yang diantisipasi.
BAB III

GAMBARAN UMUM LOKASI MAGANG

3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Magang

Kegiatan magang kerja ini dilaksanakan dalam kurung waktu 4 bulan


terhitung mulai tanggal 7 Maret 2022 sampai dengan 07 Juli 2022, kegiatan
magang kerja ini dilakukan di Pembangunan Gedung Rektorat Universitas
Muhammadiyah Kendari. Lokasi Pembangunan Gedung Rektorat Universitas
Muhammadiyah Kendari, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar
berikut :

Gambar 3.1 Lokasi Magang


3.2. Data Umum Proyek

Adapun data umum proyek pembangunan Gedung rektorat universitas


Muhammadiyah Kendari, Kota Kendari Tahun 2021 adalah sebagai berikut:

Nama Proyek : Perencanaan Pembangunan Gedung Rektorat Universiras


Muhammadiyah Kendari
Lokasi : Jl. KH.Muhammad Dahlan, Wowawanggu, Kota Kendari
Pemilik Pekerjaan : Universitas Muhammadiyah Kendari
Nilai Anggaran : Rp. 39.995.345.000,00
Sumber Dana :Panitia Pembangunan Gedung Rektorat UMK
Tahun Anggaran : 2021
Mulai Tanggal : 30 November 2021
Kontraktor : Panitia Pembangunan Gedung Rektorat UMK
Konsultan : CV.MEGAH REZKY ARCHITECTURE

3.3. Latar Belakang Pekerjaan

Pertambahan jumlah penduduk Indonesia khususnya pada Kota Kendari


dan perkembangan aktivitas manusia mendorong pembangunan fisik kota
sebagai dampak yang timbul untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia akan
tempat tinggal, berupa pembangunan di bidang pendidikan, kesehatan, tenaga
kerja beserta infrasruktur lainnya.

Meningkatnyas kebutuhan masyarakat akan pelayanan pendidikan, baik


bagi masyarakat Kota kendari maupun masyarakat sekitarnya menyebabkan
terjadi peningkatan permintaan terhadap fasilitas pelayanan pendidikan.
Untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka dirancanglah pembangunan
gedung rektorat universitas muhammadiyah Kendari.
Menurut UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003, pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan
masyarakat.

Menurut Heidjrachman dan Husnah (1997:77) pendidikan adalah suatu


kegiatan untuk meningkatkan pengetahuaan umum seseorang termasuk di
dalam peningkatan penguasaan teori dan keterampilan, memutuskan dan
mencari solusi atas persoalan-persoalan yang menyangkut kegiatan di dalam
mencapai tujuannya.

Pendidikan merupakan faktor penting bagi masyarakat, demi maju


mundurnya kualitas masyarakat atau bangsa sangat bergantung pada
pendidikan yang ada pada rakyat bangsa. Pendidikan akan memberikan
dampak positif bagi para generasi muda dan juga pendidikan akan meyiapkan
generasi yang baik dan bagus bagi Negaranya. Hal ini yang mendasari
pemerintah Kota Kendari, khususnya di Universitas muhamadiyah kendari
membangun gedung rektorat sebagai fasilitas Pendidikan bagi masyarakat
kota Kendari maupun sekitarnya
BAB IV

HASIL PELAKSANAAN MAGANG

4.1. Tahapan Item Pekerjaan

3.
4.
4.1.

4.1.1. Pekerjaan Bor pile

Gambar 4.1 Pekerjaan Pondasi Bor pile

Adapun tahapan pekerjaan pondasi bore pile, yaitu:

1. Pekerjaan persiapan
2. Pekerjaan pengeboran bor pile
3. Pekerjaan pembesian bor pile
4. Pekerjaan pengecoran bor pile
4.1.2. Pekerjaan Pondasi pile cap

Gambar 4.2 Pekerjaan Pondasi Pile cap

Adapun tahapan pekerjaan pondasi pile cap, yaitu:

1. Pekerjaan galian tanah pile cap


2. Pekerjaan pembesian pile cap
3. Pekerjaan bekisting pile cap
4. Pekerjaan pengecoran pile cap
5. Pekerjaan urugan pile cap

4.1.3. Pekerjaan Kolom

Gambar 4.3 Pekerjaan kolom

Adapun tahapan pekerjaan kolom, yaitu:

1. Pekerjaan Pembesian
2. Pekerjaan Pemasangan Bekisting
3. Pekerjaan Pengecoran
4.1.4. Pekerjaan Tie Beam

Gambar 4.4 Pekerjaan Tie beam

Adapun tahapan pekerjaan Tie beam, yaitu:

1. pekerjaan pembesian
2. pekerjaan bekisting
3. pekerjaan pengecoran

4.1.5. Pekerjaan Dinding

Gambar 4.5 Pekerjaan dinding

Adapun tahapan pekerjaan dinding, yaitu:

1. Pekerjaan pasangan dinding


2. Pekerjaan plesteran
4.1.6. Pekerjaan Balok Beton

Gambar 4.6 Pekerjaan Balok beton

Adapun tahapan pekerjaan balok beton, yaitu:

1. Pekerjaan Pembesian
2. Pekerjaan pemasangan bekisting
3. Pekerjaan pengecoran

4.1.7. Pekerjaan pelat

Gambar 4.7 Pekerjaan pelat

1. Pekerjaan bekisting
2. Pekerjaan pembesian
3. Pekerjaan pengecoran
4.2. Hasil Pelaksanaan Magang Pekerejaan kolom

4.2.

4.2.1. Metode Pelaksanaan Pekerjaan Kolom


1.
1. Tahap Persiapan
Persiapan awal pekerjaan dimulai dengan mempersiapkan
semua peralatan yang dibutuhkan, baik untuk bekisting maupun
pekerjaan penulangan.

Pekerjaan persiapan meliputi :


a. Pembuatan dan pengajuan shop drawing pekerjaan kolom
b. Approval materialyang akan digunakan
c. Mempersiapkan peralatan dan bahan-bahan yang akan digunakan
untuk pembuatan bekisting dan penulangan termasuk memeriksa
kembali kondisi peralatan yang akan di pakai.

2. Tahap Pelaksanaan
1. penentuan AS kolom
titik-titik As kolom diperoleh dari hasil pengukuran dan
pematokan , hal ini disesuaikan dengan gambar yang telah
direncanakan. Cara menentukan As kolom membutuhkan alat-
alat seperti theodolit, meteran, tinta, sipatan dll. Berikut proses
pelaksanaan penentuan AS kolom
a. Penentuan As kolom dengan theodolit dan waterpass
berdasarkan shop drawing dengan menggunakan acuan yang
telah ditentukan
b. Buat As kolom dari garis pinjaman
c. Pemasangan patok as bangunan/kolom
2. Pembesian kolom
Berikut proses perakitan besi tulangan :
 Pemotongan baja tulangan, pemotongan tulangan ini
menggunakan mesin pemotong baja atau bar cutter ataupun
mesin gerinda. Ukuran besi dipotong sesuai dengan desain
yang direncanakan.

Gambar 4.8 Pemotongan baja tulangan

 Pembengkokan baja tulangan, Pembengkokan besi tulangan


ini menggunakan mesin bending begel manual. Tulangan
yang akan dibengkokan diletakkan dimeja pembengkokan
yang sudah diberi batas. Pembengkokan tulangan dilakukan
pada saat kondisi besi dingin.

Gambar 4.9 Pembengkokan baja tulangan

 Setelah pembengkokan tulangan selesai dilanjutkan dengan


perakitan tulangan, perakitan tulangan ini di lakukan
langsung di lokasi dan disesuaikan dengan gambar kerja.
sebelum pemasangan sengkang, terlebih dulu dibuat penanda
agar jarak sengkang sesuai dengan gambar kerja. Selanjutkan
pemasangan sengkang, setiap pertemuan antara tulangan
utama dan sengkang diikat oleh kawat bendrat dengan sistem
silang.

Gambar 4.10 Perakitan tulangan kolom

a. Pemasangan Bekisting
Berikut proses pekerjaan pemasangan bekisting :
 Pemotongan bahan-bahan pembuatan bekisting seperti
multipleks dan kaso. Ukur bekisting menggunakan meteran
agar mendapatkan hasil yang sesuai.

Gambar 4.11 Pemotongan bahan pembuatan bekisting


 Selanjutnya perakitan bekisting, papan multipleks dan kaso
dipaku dengan rapat agar pada saat pengecoran tidak
mengalami kebocoran.

Gambar 4.12 Perakitan bekisting

 Setelah bekisting dirakit, bekisting-bekisting tersebut


diangkut dan dipasang pada posisi yang sudah ditentukan.

Gambar 4.13 Pemasangan bekisting

b. Proses Pengecoran kolom


 Sebelum dilaksanakan pengecoran, kolom yang akan dicor
harus dilakukan pengecekan atau inspeksi. Pengecekan yang
dilakukan adalah tulangan dan kondisi bekisting agar tidak
membahayakan konstruksi dan menghindari kerusakan beton.
 Sebelum kolom siap dicor, maka dilakukan pengambilan
sampel adukan dari truck mixer untuk diuji slump. Dengan
kriteria, apabila kondisi penurunan adukan ini tidak melebihi
slump rencana maka beton tersebut dapat digunakan dan bila
penurunannya melebihi nilai slump rencana maka beton
tersebut tidak layak untuk digunakan.

Gambar 4.14 slump test

Gambar 4.15 Pengambilan sampel beton


 Pengecoran dibantu menggunakan truck Concrete Pump dan
truk beton lalu dialirkan menuju kolom yang akan di cor.

Gambar 4.16 Pengecoran kolom

 Penuangan beton dilakukan secara bertahap, hal ini dilakukan


untuk menghindari terjadinya segregasi yaitu pemisahan
agregat yang dapat mengurangi mutu beton.
 Selama proses pengecoran berlangsung, pemadatan beton
dilakukan dengan ditusuk-tusuk dan diratakan. Hal tersebut
dilakukan untuk menghilangkan rongga-rongga udara serta
untuk mencapai pemadatan yang maksimal.
 Setelah beton masuk masa setting maka bekisting dapat
dilepas dan dapat digunakan pada Kolom yang lain.
Gambar 4.17 Pembongkaran bekisting

3. Quality Control
Quality control atau manajemen kualitas bertujuan agar
pekerjaan yang di laksanakan bekerja sesuai SNI atau ketentuan
yang berlaku. Kontrol kualitas (Quality Control) merupakan
pemantauan proyek untuk menentukan apakah sesuai dengan
standar mutu yang relevan dan mengidentifikasi cara untuk
menghilangkan penyebab kinerja yang tidak memuaskan. Proses ini
berinteraksi satu sama lain. Setiap proses melibatkan usaha dari
satu atau lebih individu atau kelompok individu
berdasarkankebutuhan proyek. Setiap prose umumnya terjadi
setidaknya sekali dalam setiap tahapan proyek. Berikut tahapan
quality control.
a. Ijin pekerjaan telah disetujui sesuai dengan metoda, area,
material dan peralatan.
b. Melakukan kontrol pada ITP (Inspection and Test Plan) dan
menjamin dapat terlaksana
c. Melakukan update ITP guna meningkatkan mutu hasil pekerjaan
d. Mempersiapkan rencana, prosedur dan dokumen terkait
pekerjaan
e. Urutan setiap pekerjaan mengikuti metoda kerja termasuk
pengakhiran.
f. Melakukan kontrol mutu terhadap hasil pekerjaan sesuai dengan
ITP dan memastikan rekam-mutu disimpan dengan baik

Keberhasilan suatu pelaksanaan proyek tergantung dari biaya,


waktu dan hasil mutu pengerjaanya. Pengendalian pelaksanaan
pekerjaan adalah bagian dari proses manajemen proyek yang
bertujuan memonitor secara teratur agar tidak terjadi
penyimpangan, maka perubahan rencana perlu dilakukan agar
dampak yang terjadi dari penyimpangan tersebut dapat teratasi.
Pengendalian tersebut dilakukan disemua bidang pekerjaan yang
berhubungan dengan pelaksanaan proyek tersebut.

1. Pengendalian mutu bahan atau material


Pengendalian mutu bahan adalah suatu bentuk
pengendalian terhadap mutu dari bahan yang akan digunakan
meliputi semen, agregat, besi tulangan, dan lain-lain. Bahan
yang akan digunakan dalam proyek harus sesuai dengan
persyaratan yang terdapat di spesifikasi kontrak. Pihak
pelaksana harus menyediakan dan mengajukan rincian bahan
untuk disetujui oleh pimpinan proyek atau konsultan.
Pemasokan bahan, hasil tes bahan serta sampel bahan yang
akan digunakan.
Pengendalian material adalah upaya untuk mendapatkan
material yang sesuai dengan spesifikasi teknis yang
disyaratkan. Setelah dilakukan inspeksi hanya material-
material yang memenuhi syarat yang akan berada dilokasi
proyek, sedangkan yang tidak memenuhi syarat dikembalikan
atau ditukar.

2. Pemeriksaan mutu beton


a. Pengujian slump
Pemeriksaan mutu beton cair dilapangan dapat
dilakukan dengan cara slump test. Slum test dilakukan
untuk mengetahui kekentalan dari adukan beton yang akan
dicor.
Ada tiga macam kemungkinan yang dapat terjadi pada
saat pengujian beton dengan cara slump test, yaitu:
1) True slump (baik) adalah apabila tinggi slump ≥ 2/3
tinggi cetakan slump.
2) Shear slump (buruk) adalah apabila tinggi slump 1/3
tinggi cetakan slump.
3) Collapse slump (sangat buruk) adalah apabila tinggi
slump 1/3 tinggi cetakan slump.

Tahap-tahap pelaksanaan slump test secara singkat


adalah sebagai berikut:
1) Adukan beton untuk pengujian slump test harus diambil
langsung dari mesin pencampur dengan menggunakan
alat lain yang tidak menyerap air. Bila dianggap perlu
adukan beton diadukan lagi sebelum dilakukan
pengujian.
2) Siapkan kerucut terpancung dengan diameter atas 10
cm, diameter bawah 20 cm dan tingginya 30 cm.
Kemudian diletakkan pada pelat atau bidang yang datar
dan tidak menyerap air.
3) Cetkan diisi sampai penuh dengan adukan beton dalam
3 lapis. Setiap lapisan berisi kira-kira 1/3 isi cetakan.
Tiap lapis dipadatkan dengan tongkat pemadat yang
berukurn panjang 60 cm dan diameter 16 mm sebanak
25 kali tusukan secara merata.
4) Setelah cetakan diisi penuh maka bidang atasnya
diratakan kemudian dibiarkan selama ½ menit dan
dalam jangka waktu itu semua adukan beton yang jatuh
disekitar kerucut harus dibersihkan.
5) Kemudian cetakan diangkat perlahan-lahan tegak lurus
keatas. Balikkan cetakan dan diletakkan perlahan-lahan
disamping benda uji.
6) Ukurlah nilai slump yang terjadi dengan menentukan
perbedaan tinggi cetakan dengan tinggi rata-rata benda
uji. Hal ini dilakukan karena apabila adukan beton
terlalu encer, maka sangat berpengaruh terhadap
penurunan kekuatan yang akan mempercepat kerusakan
pada bangunan , serta apabila adukan beton terlalu
kental yang disebabkan karena kurangnya kadar air,
maka akan mengurangi mutu beton. Oleh karena itu
hasil pengujian slump harus sesuai dengan standar yang
telah ditentukan.

b. Pengujian kuat tekan beton


Tahap-tahap pelasksanaan uji kuat tekan beton secara
singkat adalah sebagai berikut:
1) Adukan beton yang akan dites diambil dari hasil slump
test.
2) Isilah cetakan beton silinder 15 x 30 cm dengan adukan
beton terdiri dari 3 lapis. Setiap lapisan dipadatkan
dengan tongkat pemadat sebanyak 25 kali tusukan
secara merata.
3) Setelah dilakukan pemadatan, ketukkan isi cetakan
perlahan-lahan sampai rongga bekas tusukan tertutup.
Ratakan permukaan beton dan biarkan beton dalam
cetakan selama 24 jam dan letakkan pada tempat yang
bebas dari getaran.
4) Setelah 24 jam bukalah cetakan dan beton direndam
dalam air untuk memenuhi persyaratan perawatan beton
selama waktu yang dikehendaki.
5) Ambilah beton yang akan diuji kekuatannya dari bak
perendam kemudian bersihkan dari kotoran yang
menempel dengan kain.
6) Lapislah permukaan atas dan bawah benda uji dengan
dengan mortal belerang, agar didapat permukaan yang
rata.
7) Kemudian letakkan benda uji pada mesin tekan secara
sentris.
8) Jalankan mesin tekan dengan penambahan beban
konstan berkisar antara 2-4 kg/cm2 per detik.
9) Lakukan pembebanan sampai benda uji menjadi hancur
dan catatlah beban maksimum yang terjadi selama
pemeriksaan benda uji.
10) Pengetesan benda uji dilakukan pada umur 3,7,14 dan
28 hari. Untuk beton yang berumur dibawah 28 hari
harus dilakukan konversi terhadap kekuatan 28 hari.

Pemeriksaan karakteristik mutu beton yang dihasilkan


dapat dilakukan daengan cara uji tekan beton apakah sesuai
dengan yang direncanakan. Jika terjadi penyimpangan pada
beton yang dipesan (mislalnya kekuatan beton yang
diberikan tidak sesuai dengan yang dipesan), maka harus
dilakukan langkah-langkah antisipasi seperti:

1) Pembongkaran pada struktur bangunan yang telah


dicor.
2) Pemberian ganti rugi terhadap pihak kontraktor (dalam
hal ini, perlu dilakukan negosiasi dengan pihak
pemasok).
3) Jika beton yang telah di cor berada pada bagian non
struktural, maka Langkah pembongkaran dapat
diabaikan, dan diatasi kerusakan dengan langkah
perkuatan dibagian yang mampu menyangga bagian
tersebut.

4.3. Pembahasan Pekerejaan Kolom

Kegiatan magang yang dilakukan di Pembangunan Gedung Rektorat


Universitas Muhammadiyah Kendari selama 4 bulan ini, merupakan bentuk
praktik nyata dari beberapa mata kuliah yang pernah didapat dibangku
perkuliahan. Dapat dikatakan bahwa kegiatan magang tersebut merupakan
praktik atau simulasi yang dilakukan berdasarkan teori yang diperoleh. Teori
yang didapatkan dalam perkuliahan dapat menjadi tambahan pengetahuan
untuk mengetahui suatu metode dalam pelaksanaan pekerjaan. Salah satu
mata kuliah yang berkaitan dengan kegiatan magang yang dilakukan di
Pembangunan Gedung Rektorat Universitas Muhammadiyah Kendari adalah,
Teknik pelaksanaan bangunan struktur, yang dimana penyusun dapat
meninjau langsung serta berkontribusi dalam beberapa pekerjaan yang telah
dilakukan antara lain pekerjaan struktur bawah (sub structure) dan pekerjaan
struktur atas (upper structure).

Untuk pengujian kuat tarik baja sesuai dengan pengujian sifat mekanis
baja tulangan yang terdapat dalam spesifikasi umum 2018 dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 4.1 Pengujian kuat Tarik baja
Mutu beton yang dingunakan pada masing-masing bagian dari pekerjaan
dalam kontrak harus seperti yang ditunjukan dalam gambar rencana atau
sebagaimana diperintahkan oleh pengawas pekerjaan. Mutu beton yang
dingunakan dalam spesifikasi dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.2 Mutu beton yang digunakan dalam spesifikasi

4.3.

4.3.1. Perhitungan Volume Kolom


Adapun rencana kolom dan detail tulangan tie beam dapat dilihat
pada Gambar 4.18 berikut:

Gambar 4.18 Detail tulangan kolom

Perhitungan volume Pembesaian kolom sesuai dengan gambar


kerja yang ada dapat dilihat diatas ini:
1. Perhitungan pembesian kolom
Tabel 4.3 Perhitungan Pembesian Kolom
tulangan utama sengkang
selimut
Panjang Lebar
tipe beton diameter/jarak(cm) jumlah tulangan(bh)
(cm) (cm) tumpuan Lapangan panjang
(cm)
tumpuan lapangan tumpuan lapangan
Tul. Atas = 7D19 Tul. Atas = 7D19
K1 70 70 5 Tum. Bawah = 7D19 Tum. Bawah = 7D19 400 D13-10 D13-15  420 280
Tul. Tengah = 10D19 Tul. Tengah = 10D19
Tul. Atas = 7D19 Tul. Atas = 7D19
K2 70 50 5 350 D13-10 D13-15 30 20
Tul. Bawah = 7D19 Tul. Bawah = 7D19
Tul. Tengah = 6D16 Tul. Tengah = 6D16

Panjang total tulangan(m) = jumlah kolom × tinggi kolom × jumlah tulangan (bh)
Tabel 4.4 Panjang Tulangan Pembesian Kolom
total jumlah tulangan
panjang total sengkang jumlah tulangan sengkang
tulangan utama (m) (m) utama (bh) (bh)
D19 D13 D19 D13
  2350   3094  672  780

Berat total tulangan(kg)


1 2
Rumus = π D xT. Tulangan x Berat jenis besi
4

Tabel 4.5 Berat Tulangan(kg)


berat total tulangan (kg)
berat satuan berat total tulangan
tulangan utama sengkang tulangan utama sengkang
D19 D13 D19 D13
 26,8 12,5 5239 3218

Berat tulangan (ton)


Rumus = Berat tulangan (kg) / 1000
Tabel 4.6 Berat Tulangan(ton)
berat tulangan (ton)
tulangan utama sengkang total berat (ton) total berat (ton)
D19 D13 tulangan utama sengkang tul.utama+sengkang
 5  3  5  3  8

Tabel 4.7 Volume Pengecoran Di Lapangan


Jumlah Rumus (P x
N0 Item pekerjaan Panjang (m) Lebar (m) Tinggi (m)
kolom L x T)m3
k1 = 0,70 K1 = 0,70 K1 = 3,30 28 45,28
1 Pekerjaan kolom
k2 = 0,70 K2 = 0,50 K2 = 3,30 2 2,31
Total 47,59
BAB IV

PENUTUP

1.
2.

2.1. Kesimpulan

Selama proses magang yang dijalani selama 4 bulan, penyusun banyak


mendapat keuntuangan mengenai pembelajaran nyata didunia kerja
konsrtuksi, dari hasil selama magang yang telah dilakukan penyusun dapat
menyimpulkan diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Penulis dapat melanjutkan untuk mengerjakan tugas akhir karena telah
memenuhi syarat.
2. Dari hasil pengamatan penulis di lapangan bahwa pekerjaan kolom dimulai
dari pekerjaan persiapan, pengukuran, perakitan tulangan, pemasangan
tahu beton, pemasangan bekisting, pekerjaan pengecoran, dan
pembongkaran bekisting.
3. Ilmu yang didapatkan penulis saat dibangku perkuliahan berguna ketika
turun langsung meninjau ke lapangan.
4. Cukup sulit untuk memanajemen waktu pengerjaan proyek, apalagi ketika
cuaca di lokasi proyek kurang mendukung.
5. Penulis dapat menggunakan metode yang sama ketika mendapati kondisi
yang sama seperti pada Proyek Perencanaan Pembangunan Gedung
Rektorat Universitas Muhammadiyah Kendari saat sudah berada di dunia
kerja.

2.2. Saran

Dalam proses pelaksanaan proyek Perencanaan Pembangunan Gedung


Rektorat UMK, agar pekerja harus lebih mendisiplinkan diri terutama dalam
menyangkut K3, mengefisienkan waktu disaat keterlambatan material, dan
menambah tenaga kerja untuk mempercepat proses pengerjaan agar pembangunan
tetap berjalan dan bisa terselesaikan sesuai jadwal seperti kontrak proyek.

DAFTAR PUSTAKA

Hardiyatmo, H. C. (2011). Analisis dan Perencanaan Fondasi I: Edisi Kedua.


Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Anilaputri, E., Yonatha, A. (2009). Perbandingan Sisa Material antara Dinding
Bata Konvensional dengan Dinding Bata Ringan pada Proyek
Perumahan. (Tugas Akhir No. 21011669/SIP/2009). Unpublished
Undergraduate Thesis. Universitas Kristen Petra. Surabaya.
Schodek, Daniel L. Schodek. (1999). Struktur. Edisi kedua. Jakarta: Erlangga
Short & W. Kinniburgh. Lightweight Concrete. (1978). Applied Science
Publishers Ltd.
Ervianto. W. I. 2006. Eksplorasi teknologi dalam bidang konstruksi: Beton
pracetak & Bekisting Andi Yogyakarta, Yogyakarta.
Heidjrachman dan Husnah. (1997 : 77) Penjelasan Tentang Pendidikan.

Wulfram I. Ervianto, manajemen proyek konstruksi, Erlangga, Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai