Anda di halaman 1dari 17

Makalah Mengenai Pengukuran Jembatan

Diajukan guna untuk memenuhi tugas mata kuliah


Pengetahuan Rekayasa

Disusun Oleh:

Nama : FAIZAL FEBRIANSYAH


NPM : 4122320130004

PROGRAM STUDI TEKNIK GEODESI


FAKULTAS TEKNIK PERENCANAAN DAN ARSITEKTUR
UNIVERSITAS WINAYA MUKTI
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas “Makalah Mengenai
Pengukuran Jembatan”. Tujuan pembuatan Makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas dalam
perkuliahan Pengetahuan Rekayasa.

Dengan selesainya Makalah ini penulis mengharapkan pembaca dapat mengambil


manfaat baik untuk pengetahuan ataupun sebagai referensi pembelajaran.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari tugas ini, baik dari materi
maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan pengalaman penulis.

Bandung, Desember 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I..............................................................................................................................................iv
PENDAHULUAN..........................................................................................................................iv
1.1 Latar Belakang......................................................................................................................iv
1.2 Tujuan...................................................................................................................................iv
1.3 Manfaat.................................................................................................................................iv
BAB II.............................................................................................................................................1
PEMBAHASAN..............................................................................................................................1
2.1 Pengertian Jembatan.............................................................................................................1
2.2 Struktur Jembatan..................................................................................................................1
2.2.1 Bangunan atas jembatan (Superstructure).......................................................................1
2.2.2 Bangunan bawahjembatan (Substructure).......................................................................2
2.3 Tipe-Tipe Jembatan................................................................................................................2
2.3 Pengukuran Perencanaan Jembatan.......................................................................................3
2.4 Pemasangan Monumen..........................................................................................................3
2.5 Pengukuran Kerangka Kontrol Vertikal................................................................................3
2.6 Pengukuran Kerangka Kontrol Horizontal............................................................................4
2.7 Pengukuran Penampang Memanjang Jalan............................................................................4
2.8 Pengukuran Penampang Melintang Jalan..............................................................................4
2.9 Pengukuran Penampang Melintang Sungai...........................................................................5
2.10 Pengukuran Situasi...............................................................................................................5
2.11 Pengikatan Titik-Titik Referensi..........................................................................................5
2.12 . Pengukuran Pelaksanaan Pembangunan Jembatan............................................................6
2.13 Pengukuran Stake-out untuk Center Line, Posisi Abutmen, Posisi Pier dan Elevasi
Jembatan.......................................................................................................................................6
2.14 . Pengukuran Stake-out untuk Monitoring Pelaksanaan Jembatan......................................6
2.15 Pengolahan Data..................................................................................................................6
2.16 Penggambaran......................................................................................................................7
BAB III............................................................................................................................................8
ii
PENUTUPAN..................................................................................................................................8
3.1 Kesimpulan............................................................................................................................8
DAFTAR PUSAKA......................................................................................................................10

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada zaman sekarang yang mulai banyak pembangunan membuat ketersediaan peta
menjadi suatu hal yang tidak dapat ditinggalkan. Seiring perkembangan ilmu dan
teknologi yang pesat berbanding lurus dengan perkembangan pemetaan.Pemetaan adalah
suatu proses yangmelalui beberapa tahapan kerja (pengumpulan data, pengolahan data, dan
penyajian data) untuk mendapatkan produk akhir peta (Soendjojo dan Riqi, 2012).
Pengumpulan data dilakukan melalui beberapa kegiatan , yaitu survei lapangan,pemotretan
udara, survey data sekunder .Salah satu bidang pemetaan adalah Survey Topografi.

Survei topografi (topographicsurveying) merupakan pemetaan permukaan bumi fisik


dan kenampakan hasil budaya manusia. Unsur relief disajikan dalam bentuk garis kontur.
Skala peta yang dihasilkan berkisar antara 1: 500 sampai 1: 250.000 (Basuki, 2011).Selain
survei topografi masih banyak bidang studi yang dapat memetakan dengan tujuan,
cakupan, lingkungan, dan wahana tertentu. Sehingga dalam kegiatan pemetaan diperlukan
tenaga ahli.

Pengertian jembatan secara umum adalah suatu konstruksi yang berfungsi untuk
menghubungkan dua bagian jalan yang terputus oleh adanya rintangan-rintangan seperti lembah
yang dalam, alur sungai, danau, saluran irigasi, kali, jalan kereta api, jalan raya yang melintang
tidak sebidang dan lain-lain.. Dengan pembahasan diatas penulis ingin membuat sebuah makalah
mengenai prosedur atau tahapan survey topografi dalam pembangunan jalan.

iv
1.2 Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah adalah :

1. Untuk memenuhi tugas yang diberikan pada mata kuliah Pengetahuan Rekayasa
2. Untuk mengetahui tahapan-tahapan atau proses dari pengukuran topografi dalam
pembangunan jembatan.

1.3 Manfaat

Adapun manfaat dalam pembuatan makalah ini adalah mengetahui tahapan-tahapan atau
proses dari pengukuran topografi dalam pembangunan jembatan.

v
vi
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Jembatan

Pengertian jembatan secara umum adalah suatu konstruksi yang berfungsi untuk
menghubungkan dua bagian jalan yang terputus oleh adanya rintangan rintangan seperti lembah
yang dalam, alur sungai, danau, saluran irigasi, kali, jalan kereta api, jalan raya yang melintang
tidak sebidang dan lain-lain.

Jenis jembatan berdasarkan fungsi, lokasi, bahan konstruksi dan tipe struktur sekarang ini telah
mengalami perkembangan pesat sesuai dengan kemajuan jaman dan teknologi, mulai dari yang
sederhana sampai pada konstruksi yang mutakhir.

2.2 Struktur Jembatan

2.2.1 Bangunan atas jembatan (Superstructure)

Bangunan atas jembatan terdiri dari:

• Girder atau gelagaradalah balok yang membentang secara memanjang maupun melintang
diantara dua penyangga (abutment atau pier) jembatan yang berfungsi untuk menerima dan
menyebarkan beban yang bekerja dari atas jembatan dan meneruskannya ke bagian struktur
bawah jembatan.

• Deck atau pelat lantai jembatan adalah seluruh lebar bagian jembatan yang digunakan untuk
lalu lintas kendaraan dan merupakan struktur pertama jembatan yang menerima beban dan
meneruskan beban ke gelagar utama.

1
2.2.2 Bangunan bawahjembatan (Substructure)

Bangunan atas jembatan terdiri dari:

• Abutment adalah bangunan bawah tumpuan struktur jembatan yang terletak pada kedua ujung
pilar–pilar jembatan, berfungsi sebagai pemikul seluruh beban hidup (angin, kendaraan, dll) dan
beban mati (beban gelagar, dll) pada jembatan dan meneruskan ke pondasi.

• Pondasi adalah bagian dari konstruksi bangunan yang berfungsi untuk menempatkan bangunan
dan meneruskan beban yang disalurkan dari struktur atas ke tanah dasar pondasi yang cukup kuat
menahannya tanpa terjadinya differential settlement pada sistem strukturnya.

2.3 Tipe-Tipe Jembatan

Berdasarkan fungsinya, jembatan dapat dibedakan sebagai berikut:

a. Jembatan jalan raya (highway bridge).

b. Jembatan jalan kereta api (railway bridge).

c. Jembatan pejalan kaki atau penyeberangan (pedestrian bridge).

Berdasarkan bahan konstruksinya, jembatan dapat dibedakan menjadi

beberapa macam, antara lain:

a. Jembatan kayu (log bridge).

b. Jembatan beton (concrete bridge).

c. Jembatan beton prategang (prestressed concrete bridge).

Berdasarkan tipe strukturnya, jembatan dapat dibedakan menjadi beberapa

macam, antara lain :

a. Jembatan plat (slab bridge).

b. Jembatan plat berongga (voided slab bridge).

c. Jembatan gelagar (girder bridge).

2
d. Jembatan rangka (truss bridge).

e. Jembatan pelengkung (arch bridge).

f. Jembatan gantung (suspension bridge).

g. Jembatan kabel (cable stayed bridge).

h. Jembatan kantilever (cantilever bridge).

2.3 Pengukuran Perencanaan Jembatan

Pengukuran jembatan terdiri dari kegiatan persiapan, survey pendahuluan, pemasangan


patok BM dan patok kayu, pengukuran kerangka kontrol vertikal, pengukuran kerangka kontrol
horizontal, pengukuran situasi, pengukuran penampang memanjang jalan, pengukuran melintang
jalan, pengukuran penampang melintang sungai dan pengukuran situasi. Pekerjaan persiapan dan
survey pendahuluan sama seperti pada pekerjaan pengukuran perencanaan jalan.

2.4 Pemasangan Monumen

Monumen yang dipasang pada pengukuran jembatan terdiri dari patok BM (Bench Mark)
/ CP (Concrete Poin). Untuk sungai dengan lebar ≤ 50 BM dan CP masing-masing dipasang
ditepi sungai yang berseberangan disekitar as rencana jembatan. Untuk sungai dengan lebar > 50
BM dan CP dipasang berpasangan untuk masing-masing tepi sungai yang berseberangan
disekitar as rencana jembatan. Patok kayu dipasang dengan interval jarak 10, 15 dan 25 meter
sepanjang 100 meter dari masing-masing tepi sungai ke arah as rencana jalan. Patok kayu juga
dipasang di tepi sungai dengan interval jarak. setiap 10, 15 dan 25 meter sepanjang 125 meter ke
arah hulu dan ke arah hilr sungai.

2.5 Pengukuran Kerangka Kontrol Vertikal

Pengukuran kerangka kontrol vertikal jembatan dilakukan dengan metode sipat datar
tertutup (Loop) dengan melalui semua patok BM, CP dan patok kayu yang terdapat disekitar tepi
sungai yang akan diukur, dengan persyaratan (toleransi) ketelitian ≤ (kurang dari atau sama
dengan) 10 mm √D. Dimana D = jumlah jarak dalam Km. Pengukuran sipat datar menggunakan
alat sipat datar otomatis atau yang sederajat dengan deviasi standar ketelitian pengukuran alat per
1 km pergi pulang ketelitian ≤ (kurang dari atau sama dengan) 5 mm. Pembacaan rambu harus

3
dilakukan pada 3 benang silang yaitu benang atas (ba), bqlenang tengah (bl) dan benang bawah
(bb). Rambu ukur harus dilengkapi nivo kotak untuk pengecekan vertikalnya rambu.

2.6 Pengukuran Kerangka Kontrol Horizontal

Pengukuran kerangka kontrol horizontal dilakukan dengan metode poligon tertutup, yang
terikat pada satu titik ikat exsisting yang diketahui Pengukuran kerangka kontrol horizontal
melewati semua BM / CP dan patok kayu, sehingga BM, CP dan patok kayu, sehingga titik-titik
tersebut terletak dalam satu rangkaian tkik-titik poligon. Pengukuran sudut tap ttik poligon
dilakukan dengan teodolt dengan keteltian 1" dilakukan pengukuran dengan sistem satu sen
rangkap (4 kali sudut). Azimut poligon didapatkan dari penganatan matahari atau dan 2 (dua) tak
kontrol horizontal yang telah diketahui koordinatnya Pengamatan matahari dilakukan dengan
sistem tinggi matahari, dilakukan pengamatan pagi dan sore.

2.7 Pengukuran Penampang Memanjang Jalan.

Pengukuran penampang memanjang jalan disekitar as jembatan dilakukan dengan alat


ukur sipat datar atau dengan menggunakan teodolit dengan ketelitian bacaan ≤ 20". Pengambilan
data dilakukan pada setiap perubahan pemukaan tanah pada as jalan exsiting Irencana sepanjang
100 m dari masing-masing tepi sungai. Setiap pembacaan rambu harus dilakukan pada ketiga
benang silang horizontalnya yaitu benang atas (ba), benang tengah (bt) dan benang bawah (bb)
untuk kontrol bacaan.

2.8 Pengukuran Penampang Melintang Jalan

Pengukuran penampang melintang jalan dilakukan dengan menggunakan alat ukur sipat
datar atau dengan menggunakan teodolit dengan ketelitian bacaan ≤ 20" . Pengambilan data
dilakukan setap interval jarak 10, 15 dan 25 m sepanjang 100 m dari tepi masing-masing sungai
ke arah rencana jalan/jalan exsisting. dengan koridor 50 m as rencana jalan/exsisting.
Pengambilan data penampang melintang jalan harus tegak lurus dengan ruas jalan. Sketsa
penampang melintang tidak boleh terbalik antara sisi kiri dengan sisi kanan Pembacaan rambu
harus dilakukan pada ketiga benang silang mendatar yatu benang atas (ba), benang tengah (bt)
dan benang bawah (bb) sebagai kontrol bacaan. Setiap pengukuran penampang melintang yang
dilakukan harus dibuat sketsanya.

4
2.9 Pengukuran Penampang Melintang Sungai.

Koridor pengukuran kearah hulu dan hilir masing masing 125 m dari as rencana jembatan
pengukuran kedalaman sungai dilakukan dengan menggunakan rambu ukur atau bandul zonding
jika kedalaman air kurang dari 5 m dan arus tidak deras, jika arus deras dan kedalaman lebih dari
5 m pengukuran dilakukan dengan alat echosounder.

2.10 Pengukuran Situasi

Untuk pengukuran situasi seringkali digunakan cara TACHYMETRY yaitu untuk


pemetaan luas dengan bentuk-bentuk detail yang tidak beraturan. Dengan cara ini juga bentuk
permukaan tanah dapat dengan mudah dipetakan. Jadi yang dimaksud dengan pemetaan situasi
atau detail adalah memetakan semua unsur-unsur yang ada di permukaan tanah pada suatu area
atau luasan tertentu. Unsur-unsur yang dimaksud dapat berupa unsur alam seperti ketinggian
tanah, batas vegetasi, batas sungai maupun unsur buatan manusia seperti bangunan, saluran air,
pagar. Untuk dapat memetakan dengan cara tachymetry diperlukan alat yang dapat mengukur
arah dan sekaligus jarak seperti pada Theodolit WILD-T0.

Dengan alat tersebut dapat diukur besarnya sudut tegak dan jarak optis karena pada
teropongnya menggunakan benang silang diafragma (BA, BT dan BB). Dari jarak optis dan
sudut tegak dapat dihitung jarak mendatar dan beda tingginya. Tergantung jaraknya dengan cara
diatas titik-titik detail dapat diukur dari titik kerangka dasar atau titik ikat dan atau dari titik
penolong yang diikatkan ke titik kerangka dasar/titik ikat. Besaran-besaran yang diukur adalah
arah utara peta (dapat juga dengan bantuan kompas), jarak (optis) dan sudut tegak.

2.11 Pengikatan Titik-Titik Referensi

Untuk pengukuran jembatan yang dilakukan bersamaan dengan pengukuran jalan maka
koordinat (X.Y) horizontal, maupun elevasi (Z) menggunakan sistem koordinat nasional dan
elevasi menggunakan tinggi muka air laut rata- rata (MSL) yang juga dipakai bersama pada
sistem koordinat dari pengukuran jalan. Untuk pengukuran jembatan yang berdiri sendiri maka
koordinat (X, Y) dikatkan pada koordinat exsisting yang terdekat, atau dari pengukuran GPS
Navigasi Titik ikat tnggi diambil dari titik tinggi (peil) exsisting terdekat, atau dengan interpolasi
peta topografi.

5
2.12 . Pengukuran Pelaksanaan Pembangunan Jembatan

Pengukuran pelaksanaan jembatan bertujuan untuk mengimplementaskan gambar


rencana jembatan (design drawing) di lapangan. Pengukuran pelaksanaan pembangunan
jembatan pada dasanya sama dengan stake out untuk pembuatan shop drawing. Pengukuran ini
bersifat menentukan posisi jembatan seperti center line, posisi abutmen, posisi pier (bila ada).
dan elevasi jembatan.

2.13 Pengukuran Stake-out untuk Center Line, Posisi Abutmen, Posisi Pier dan Elevasi
Jembatan

Pengukuran stake out center line, posisi abutmen, posisi pier dan elevasi jembatan diukur dengan
bantuan koordinat (X, Y) maupun elevasi (Z) BM/CP jembatan yang ada di lapangan
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat ukur teodolt/ EDM/ETS untuk penentupn
posisi dan alat ukur sipat datar untuk penentuan elevasi.

2.14 . Pengukuran Stake-out untuk Monitoring Pelaksanaan Jembatan

Tujuan pengukuran ini adalah untuk mengetahui kemajuan pekejaan dan menentukan
pekerjaan konstruksi jembatan apakah telah sesuai dengan perencanaan Stake out untuk
montoring pelaksanaan pekenaan berupa stake out titik (posisi) dan membuat peil tinggi (elevasi)
Alat yang digunakan adalah teodolit/EDM/ETS untuk posisi dan alat sipat datar untuk
tinggi(elevasi).

2.15 Pengolahan Data

Pengolahan data hasil pengukuran topografi terdiri dari beberapa tahapan hitungan, yaitu
hitungan poligon untuk pengukuran kerangka kontrol horizontal (sudut, azimut, jarak), hitungan
sipat datar untuk pengukuran kerangka kontrol vertikal serta hitungan posisi dan beda tinggi
untuk pengukuran situasi dan pengukuran penampang melintang. Pengolahan data dapat
dilakukan dengan cara manual dengan bantuan kalkulator, ataupun dengan bantuan komputer.
Data hasil pengukuran lapangan dapat berupa fomulir yang berisi catatan hasil pengukuran
maupun dapat berupa data yang direkam dalam elektronik. Untuk pengukuran yang bersifat
manual dan semi digital, data ukur dicatat dalam formulir pengukuran kemudian dițitung dengan
bantuan kalkulator atau komputer dengan menggunakan perangkat lunak spreadsheet tertentu,

6
maupun dihitung dengan menggunakan program yang terdapat pada beberapa modul survey,
Hasil htungan manual dan semi digital berupa koordnat masing-masing obyek yang selanjutnya
akan digunakan sebagai file masukan data untuk proses penggambaran.

Untuk pengukuran dengan sistem digital mumi, maka data hasıl pengukuran direkam
dalam bentuk file elektronik, hal ini disebabkan alat ukur digital yang sudah dilengkapi dengan
data recorder atau data collector, sehingga prosesnya pengolahan data akan lebih mudah dan
lebih cepat. Data ukur lapangan yang sudah tersimpan di dalam memory data recorder atau data
collector bisa langsung di downloaded ke komputer dengan bantuan interface. Format data ini
dikonversi ke format raw data dan selanjutnya dilakukan proses konversi ke data field book (data
field book ini mempunyai format yang sama dengan batch fle). Data field book kemudian
dihutung dengan perangkat lunak khusus topografi untuk memperoleh harga koordinatnya.

2.16 Penggambaran

Penggambaran dapat dilakukan dengan dua cara yaitu penggambaran secara manual dan
penggambaran secara digital. Penggambaran secara manual dilakukan berdasarkan hasil ukuran
lapangan yang dilakukan dengan menggunakan tangan diatas kertas milimeter dengan masukan
data dari hitungan manual Penggambaran secara digital dilakukan dengan menggunakan
perangkat lunak komputer dan plotter dengan data masukan dan hasil hitungan dan spreadsheet
ataupun download data dari pengukuran digital yang kemudian diproses dengan perangkat lunak
topografi. Pada proses penggambaran untuk pekerjaan jalan dan jembatan harus memperhatikan
beberapa hal diantaranya pemilihan skala peta yatu; peta Situasi jalan adalah 1:1000, peta situasi
khusus (persimpangan jalan jembatan) adalah 1:500, gnd koordinat biasanya setap 10 cm, arah
utara, gans kontur normal yaitu 1/2000 x skala peta dan kontur index setiap kelipatan 5 dan
kontur normal, gambar dan cara (format) penulisan kontur ndex, penggambaran legenda,
penulisan huruf tegak dan hunuf miring dan ukuran huruf.

7
BAB III

PENUTUPAN

3.1 Kesimpulan

 Jembatan secara umum adalah suatu konstruksi yang berfungsi untuk menghubungkan
dua bagian jalan yang terputus oleh adanya rintangan rintangan seperti lembah yang
dalam, alur sungai, danau, saluran irigasi, kali, jalan kereta api, jalan raya yang
melintang tidak sebidang dan lain-lain.
 Berdasarkan fungsinya, jembatan dapat dibedakan sebagai berikut:

a. Jembatan jalan raya (highway bridge).

b. Jembatan jalan kereta api (railway bridge).

c. Jembatan pejalan kaki atau penyeberangan (pedestrian bridge).

 Berdasarkan bahan konstruksinya, jembatan dapat dibedakan menjadi

beberapa macam, antara lain:

a. Jembatan kayu (log bridge).

b. Jembatan beton (concrete bridge).

c. Jembatan beton prategang (prestressed concrete bridge).

 Berdasarkan tipe strukturnya, jembatan dapat dibedakan menjadi beberapa

macam, antara lain :

a. Jembatan plat (slab bridge).

b. Jembatan plat berongga (voided slab bridge).

c. Jembatan gelagar (girder bridge).

d. Jembatan rangka (truss bridge).

e. Jembatan pelengkung (arch bridge).

f. Jembatan gantung (suspension bridge).

8
g. Jembatan kabel (cable stayed bridge).

h. Jembatan kantilever (cantilever bridge).

 Tahapan – tahapan dalam pengukuran proyek jembatan :


1. Pengukuran perencanaan jembatan,
2. Pemasangan monumen,
3. Pengukuran kerangka kontrol vertical,
4. Pengukuran kerangka kontrol horizontal,
5. Pengukuran penampang memanjang jalan,
6. Pengukuran penampangan melintang jalan,
7. Pengukuran penampangan melintang sungai,
8. Pengukuran situasi,
9. Pengikatan titik-titik referensi,
10. Pengukuran pelaksanaan pembangunan jembatan,
11. Pengukuran stake-out untuk center line, posisi abutmen, posisi pier dan elevasi
jembatan,
12. Pengukuran stake-out untuk monitoring pelaksanaan jembatan,
13. Pengolahan data,
14. Penggambaran.

9
DAFTAR PUSAKA

1. DEPARTEMEN PEMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH, Pengukuran


Topografi Untuk Pekerjaan Jalan dan Jembatan.

2. http://kumpulantugas2011.blogspot.com/2015/05/pengertian-dan-jenis-jembatan.html

10

Anda mungkin juga menyukai