Anda di halaman 1dari 22

Makalah Mengenai Pengukuran Dijalan Rel Kereta Api

Diajukan guna untuk memenuhi tugas mata kuliah


Pengetahuan Rekayasa

Disusun Oleh:

Nama : FAIZAL FEBRIANSYAH


NPM : 4122320130004

PROGRAM STUDI TEKNIK GEODESI


FAKULTAS TEKNIK PERENCANAAN DAN ARSITEKTUR
UNIVERSITAS WINAYA MUKTI
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas “Makalah Mengenai
Pengukuran Dijalan Rel Kereta Api”. Tujuan pembuatan Makalah ini yaitu untuk memenuhi
tugas dalam perkuliahan Pengetahuan Rekayasa.

Dengan selesainya Makalah ini penulis mengharapkan pembaca dapat mengambil


manfaat baik untuk pengetahuan ataupun sebagai referensi pembelajaran.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari tugas ini, baik dari materi
maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan pengalaman penulis.

Bandung, Januari 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... i


DAFTAR ISI................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. iv
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................................... iv
1.2 Tujuan.................................................................................................................................... v
1.3 Manfaat.................................................................................................................................. v
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................ 1
2.1 Pengertian Jalan Rel ............................................................................................................. 1
2.2 Struktur Jalan Rel .................................................................................................................. 1
2.2.1 Rel ................................................................................................................................... 1
2.2.2 Penambat (Fastening) ..................................................................................................... 1
2.2.3 Pelat Sambung, Mur, dan Baut ....................................................................................... 2
2.2.4 Bantalan (Sleeper) .......................................................................................................... 2
2.2.5 Wesel .............................................................................................................................. 3
2.2.6 Lapisan Pondasi Atas (Ballast) ....................................................................................... 3
2.2.7 Lapisan Pondasi Bawah (Subballast) ............................................................................. 4
2.2.8 Lapisan Tanah Dasar (Subgrade) ................................................................................... 4
2.3 Tahapan Pengukuran Jalan Rel ............................................................................................. 4
2.4 Persiapan ............................................................................................................................... 5
2.4.1 Inventarisasi data sekunder ............................................................................................. 5
2.4.2 Survey Pendahuluan ....................................................................................................... 5
2.4.3 Penyusunan Rencana Kerja Rencana kerja .................................................................... 6
2.4.4 Persiapan Administrasi dan Peralatan ............................................................................ 6
2.4.5 Persiapan Lapangan ........................................................................................................ 7
2.5 Survey Lapangan ................................................................................................................... 7
2.6 Monumentasi/Pemasangan Patok Beton. .............................................................................. 7
2.7 Pengukuran Kerangka Kontrol Horisontal ............................................................................ 8
2.8 Pengukuran Kerangka Kontrol Vertikal (Waterpassing) ...................................................... 8
2.9 Pengukuran Situasi ................................................................................................................ 9

ii
2.10 Pengukuran Potongan Melintang (Crossection) ................................................................ 11
2.11 Pengukuran Profil Memanjang ......................................................................................... 12
2.12 . Survey Jalur Kereta Api, Jaringan Utilitas dan Bangunan Pelengkap. ........................... 13
2.13 Pengolahan Data dan Penggambaran ............................................................................... 13
2.13.1 Input data .................................................................................................................... 14
2.13.2 Data prosessing ........................................................................................................... 14
2.13.2 Penggambaran ............................................................................................................ 14
BAB III PENUTUPAN................................................................................................................. 15
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSAKA...................................................................................................................... 16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jalur Kereta Api sebagai salah satu jaringan transportasi angkutan darat yang
keberadaannya sudah ada dari tahun 1864, sudah mengalami banyak perubahan dari segi luas
dan penggunaan lahan. Hal ini disebabkan oleh berkembangnya Kereta Api untuk memenuhi
kebutuhan angkutan penumpang dan barang, maupun akibat pembangunan oleh masyarakat di
sekitar jalur kereta api

Menurut Undang-undang No. 23 tahun 2007 pasal 36, yang dimaksud jalur kereta api
meliputi ruang manfaat jalur kereta api, ruang milik jalur kereta api dan ruang pengawasan jalur
kereta api. Kondisi saat ini belum tersedia data gambar maupun peta yang menggambarkan
secara detail batasan, kondisi topografi, jenis prasarana dan fasilitas di dalam jaringan jalur
kereta api, sehingga menimbulkan kesulitan pada saat ada rencana pengembangan maupun
pemanfaatan lahan di sepanjang jalur kereta api.

Sejalan dengan kebijakan pemerintah mengenai revitalisasi perkeretaapian, dimana kereta


api menjadi tulang punggung angkutan penumpang dan barang 2 untuk skala nasional, maka
diperlukan data yang akurat dan terintegrasi dengan jaringan moda transportasi yang lain.
Sebagai pedoman dalam menentukan keputusan kebijakan pengembangan dan peningkatan
prasarana jalur kereta api diperlukan data lengkap dan akurat serta memadai dalam bentuk peta
jalur kereta api. Guna memenuhi kebutuhan data jaringan jalan kereta api, maka perlu dilakukan
survei pemetaan jalur Kereta Api eksisting yang ada.

iv
1.2 Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah adalah :

1. Untuk memenuhi tugas yang diberikan pada mata kuliah Pengetahuan Rekayasa
2. Untuk mengetahui tahapan-tahapan atau proses pengukuran dalam ruang lingkup rel
kereta api.

1.3 Manfaat

Adapun manfaat dalam pembuatan makalah ini adalah mengetahui tahapan-tahapan atau
proses pengukuran dalam ruang lingkup rel kereta api.

v
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Jalan Rel

Jalan Rel adalah satu kesatuan konstruksi yang terbuat dari baja, beton, atau konstruksi
lain yang terletak di permukaan, di bawah, dan di atas tanah atau bergantung beserta
perangkatnya yang mengarahkan jalannya kereta api

2.2 Struktur Jalan Rel

2.2.1 Rel

Rel pada jalan rel adalah sebagai tempat pijakan menggelindingnya roda kereta api yang ditumpu
oleh bantalan-bantalan, sehigga rel merupakan batang yang ditumpu oleh penumpu-penumpu.
Rel dalam aplikasinya di lapangan memiliki fungsi utama sebagai berikut :

1) Penuntun/mengarahkan pergerakan roda kereta api.

2) Untuk menerima secara langsung dan menyalurkan beban kereta api kepada bantalan tanpa
menimbulkan defleksi.

3) Struktur pengikat dalam pembentukan struktur jalan relying kokoh.

2.2.2 Penambat (Fastening)

Penambat rel adalah suatu komponen yang menambatkan rel pada bantalan sedemikian
rupa sehingga kedudukan rel adalah tetap, kukuh dan tidak bergeser terhadap bantalannya.
Dengan penambat rel ini jarak antara kedua rel, yaitu lebar jalan rel akan tetap. Semakin berat
beban dan semakin tinggi kecepatan kereta api maka diperlukan penambat yang lebih kuat agar
tetap mampu menahan rel dari terjadinya geseran (Dwiatmoko,2009).

1
2.2.3 Pelat Sambung, Mur, dan Baut

Menurut Peraturan Meneteri No. 60 tahun 2012 tentang Persyaratan Teknis Jalur Kereta
Api disebutkan bahwa penyambungan rel dengan pelat sambung harus digunakan apabila tidak
diperkenankan melakukaan pengelasan terhadap sambungan rel terdiri dari :

a. Dua pelat sambung kiri dan kanan.

b. Enam baut dengan mur, ring pegas atau cincin pegas dari baja, dipasang hanya empat baut
untuk menjaga pemanasan rel akibat cuaca.

Di Indonesia digunakan dua ukuran standar pelat penyambung, yaitu :

a. Ukuran standar pelat penyambung untuk tipe-tipe rel R-42, R-50, dan R54.

b. Ukuran standar pelat penyambung untuk tipe rel R-60.

2.2.4 Bantalan (Sleeper)

Bantalan merupakan salah satu komponen dari sistem struktur jalan yang mempunyai
fungsi sebagai berikut :

1) Mengikat rel dengan alat penambat, pelat andas dan bout, sehingga kedudukan rel yang terkait
dengan lebar sepur tetap dapat terjaga.

2) Menerima beban vertikal dan lateral yang disebabkan oleh beban statis rel dan beban dinamis
akibat pergerakan kereta.

3) Mendistribusikan beban yang diterima bantalan kepada struktur fondasi yang ada di bawahnya
dengan tekanan arah vertikal yang lebih kecil dan merata.

4) Menstabilisasikan struktur jalan rel terhadap gaya lateral yang memaksa rel untuk bergeser ke
arah luar (penyimpangan arah lateral).

5) Menghindari kontak langsung antara rel dengan air tanah.

2
2.2.5 Wesel

Pada konstruksi jalan rel, pertemuan antara beberapa jalur dapat berupa jalan rel yang
bercabang atau persilangan antara dua jalan rel harus dilaksanakan dengan konstruksi khusus.
Konstruksi khusus yang diperlukan adalah wesel yang berfungsi untuk mengalihkan kereta api
dari satu jalan rel ke jalan rel yang lainnya. Dalam desain pemakaian wesel pada satu
emplasemen sangat bergantung kepada kecepatan, layout, dll.

2.2.6 Lapisan Pondasi Atas (Ballast)

Lapisan balas merupakan lapisan di atas tanah dasar yang mengalami tegangan yang
besar akibat beban lalu lintas kereta api, sehingga bahan pembentukya harus baik dan pilihan.
Lapisan pondasi atas terdiri dari batu pecah yang keras dan bersudut tajam (angular) yang
memenuhi syarat-syarat lain yang tercantum daalam Peraturan Bahan Jalan Rel Indonesia.
Lapisan ini harus dapat meneruskan air dengan baik.

Beberapa fungsi lapisan balas adalah sebagai berikut :

1) Menyediakan suatu landasan bagi perletakan bantalan dengan permukaan yang mempnyai
daya dukung seragam.

2) Mendukung konstruksi bantalan dan rel yang bersifat kenyal, sehingga memberikan
kenyamanan ketika kereta api melintas.

3) Mempertahankan konstruksi rel secara kokoh dan menjaga stabilitas kedudukan bantalan rel
dengan menahan bergesernya bantalan baik arah longitudinal maupun membujur.

4) Menyebarkan beban yang diterima dari bantalan dengan memperkecil tekanan vertikal hingga
tingkat tertentu yang mampu diterima oleh tanah dasar, sedemikian sehingga tidak terjadi
deformasi permanen pada lapisan tanah dasar.

5) Material balas disusun sebagai bahan porous yang memungkinkan untuk meloloskan air
(fungsi drainase) dan mengalirkan air dari zona pembebanan tanah.

3
2.2.7 Lapisan Pondasi Bawah (Subballast)

Lapisan balas bawah atau lapisan subbalas (subballast), dengan material yang terdiri dari
kerikil halus, kerikil sedang atau pasir kasar yang memenuhi syarat-syarat dalam Peraturan
Bahan Jalan Rel Indonesia. Lapisan ini berfungsi sebagai lapisan penyaring (filler) di antara
tanah dasar dan lapisan balas atas, dan harus dapat mengalirkan air dengan baik.

2.2.8 Lapisan Tanah Dasar (Subgrade)

Lapisan subgrade merupakan lapisan yang memiliki fungsi sebagai penerima beban akhir
dari kendaraan kereta api, sehingga lapisan ini perlu dirancang dan dipersiapkan untuk mampu
menerima beban secara optimum tanpa terjadi adanya deformasi tetap. Adapun fungsi dari tanah
dasar (subgrade) jalan rel adalah sebagai berikut :

1) Mendukung beban yang diteruskan oleh balas kepada tanah dasar.

2) Meneruskan beban ke lapisan bawahnya, yaitu badan jalan rel.

3) Memberikan landasan yang rata pada kedudukan/ketinggian/elevasi di tempat balas akan


diletakkan.

Sesuai dengan fungsi tanah dasar serta melihat letak/kedudukan dan distribusi beban
oleh lapisan di atasnya (balas), maka tanah dasar harus mempunyai kuat dukung yang cukup.

2.3 Tahapan Pengukuran Jalan Rel

Secara garis besar ruang lingkup pekerjaan penetapan jalur kereta api, meliputi kegiatan-
kegiatan sebagai berikut :

a) Persiapan :

b) Pekerjaan Survey Lapangan :

1. Orientasi Lapangan

2. Monumentasi (Pemasangan BM, BM GPS, Patok RUMAJA dan RUMIJA)

3. Pengukuran Kerangka Kontrol Horisontal (Poligon)

4. Pengukuran Kerangka Kontrol Vertikal (Waterpas)

4
5. Pengukuran profil memanjang dan potongan melintang

6. Pengukuran situasi topografi, Jalur KA, Utilitas dan bangunan pelengkap

7. Survey jalur KA, jaringan utilitas dan bangunan pelengkap

c) Pengolahan data dan penggambaran :

1. Input data dan prosesing

2. Penggambaran

2.4 Persiapan

Persiapan pelaksanaan pekerjaan penetapan batas ruang prasarana jalur kereta api, adalah
tahap awal dari pelaksanaan pekerjaan ini yang meliputi kegiatan persiapan yang bersifat
administratif dan persiapan teknis yang dilakukan sebelum mobilisasi tim ke lapangan atau
lokasi pekerjaan, yaitu antara lain :

1. Inventarisasi data sekunder

2. Survey pendahuluan

3. Penyusunan rencana kerja

4. Persiapan administrasi dan Peralatan

5. Persiapan Lapangan

2.4.1 Inventarisasi data sekunder

Kegiatan inventarisasi data sekunder ini adalah kegiatan pengumpulan dan inventarisasi
data eksisting yang diperlukan dalam penyusunan rencana kerja maupun laporan akhir, serta data
yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan pemetaan jalur kereta api

2.4.2 Survey Pendahuluan

Survey pendahuluan atau survey awal yaitu pengumpulan data lapangan secara garis
besar yang dilakukan dengan melakukan peninjauan langsung di lapangan, yang tujuan adalah
sebagai berikut :

5
a) Mengidentifikasi dan menentukan titik awal dan titik akhir pekerjaan yang akan dilaksanakan.

b) Mengamati kondisi topografi, dan mencatat daerah-daerah yang perlu dilakukan pengukuran
khusus atau lebih mendetail.

c) Mencari titik tetap BM (Bench Mark) hasil pelaksanaaan pekerjaan desain yang pernah
dilakukan yang mungkin dapat digunakan sebagai referensi.

d) Mencari Titik-titik BM eksisting yang akan digunakan sebagai referensi pengukuran, seperti :
titik GPS, titik PP atau TTG dan lain sebagainya.0

e) Mengamati jalur KA, bangunan pelengkap dan jaringan utilitas sepanjang Jalan Kereta Api
eksisting, termasuk dokumentasinya.

f) Mengamati lokasi atau tempat yang tepat untuk dijadikan lokasi base camp.

g) Membuat dokumentasi hasil survei pendahuluan.

2.4.3 Penyusunan Rencana Kerja Rencana kerja

Penyusunan Rencana Kerja Rencana kerja atau program kerja dibuat sebagai pedoman
dan acuan pelaksanaan pekerjaan di lapangan, yang disusun berdasarkan data sekunder yang
didapat dan hasil survei pendahuluan, yaitu terdiri atas :

a) Pembuatan Peta Kerja

b) Peyusunan Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan

c) Penentuan Referensi Pengukuran

2.4.4 Persiapan Administrasi dan Peralatan

Persiapan administrasi. Persiapan administrasi dalam rangka persiapan pelaksanaan


pekerjaan penetapan batas ruang prasarana jalur kereta api, Persiapan peralatan dan perlengkapan
yang akan dipergunakan dalam pelaksanaan survey di lapangan atau dilokasi. Dalam persiapan
peralatan ini, dilakukan kalibrasi terhadap alat ukur yang akan dipergunakan dilapangan, adapun
persyaratan secara umum dalam melakukan kalibrasi untuk masingmasing alat

6
2.4.5 Persiapan Lapangan

Persiapan di lapangan yaitu persiapan yang dilakukan di lapangan atau di lokasi pekerjaan, yaitu
antara lain :

1. Koordinasi instansi terkait.

2. Pengadaan base camp

3. Pengadaan tenaga lokal

4. Pengadaan material

2.5 Survey Lapangan

Kegiatan survey lapangan adalah pelaksanaan pengambilan data primer langsung di


lapangan yang diawali dengan pemasangan patok beton BM dan patok Rumaja dan Rumija,
kemudian dilakukan pengukuran pemetaan jalur kereta api secara lengkap dan menyeluruh.
Kegiatan survey lapangan ini dapat dirinci terdiri atas pekerjaan sebagai berikut :

a. Monumentasi / pemasangan Patok Beton

b. Pengukuran kerangka kontrol horizontal

c. Pengukuran Kerangka kontrol vertikal dan profil memanjang

d. Pengukuran situasi

e. Pengukuran potongan melintang

f. Pengukuran jalur KA, jaringan utilitas dan bangunan pelengkap

g. Pengolahan data dan penggambaran di lapangan

2.6 Monumentasi/Pemasangan Patok Beton.

Monumentasi adalah merupakan salah satu kegiatan dalam pelaksanaan pekerjaan


penetapan batas ruang prasarana kereta api, yang meliputi pemasangan batok beton yang baru
dan inventarisasi patok BM ekisisting yang ada dilapangan yang telah dipasang dalam
pelaksanaan pekerjaan sebelumnya. Pemasangan patok BM pemetaan, yaitu pembuatan patok

7
beton atau BM yang dipasang sebagai jaringan kerangka kontrol peta yang selanjutnya akan
dilakukan pengukuran koordinat dengan sistim Satelit GPS dan sistim Poligon.

2.7 Pengukuran Kerangka Kontrol Horisontal

Pengukuran kerangka kontrol horizontal adalah pengukuran untuk menentukan koordinat


titik-titik kerangka kontrol peta. Idealnya kerangka kontrol horisontal ditentukan dengan dua
sistim pengukuran, yaitu :

a. Pengukuran GPS, yaitu pengukuran untuk menentukan kerangka control peta yang digunakan
untuk pelaksanaan pengukuran kainnya dengan menggunakan bantuan satelit GPS.

b. Pengukuran Poligon, yaitu pengukuran untuk menentukan kerangka kontrol peta yang
langsung digunakan dalam pelaksanaan pengukuran lainnya dalam pemetan (pengukuran
potongan melintang, pengukuran situasi dan pengukuran lainnya).

2.8 Pengukuran Kerangka Kontrol Vertikal (Waterpassing)

Pengukuran kerangka kontrol vertikal sebagai pengukuran untuk menentukan elevasi


kerangka peta. Untuk mendapatkan parameter elevasi yang akurat maka pegukuran elevasi ini
dilakukan dengan sistim waterpassing atau leveling. Untuk mendapatkan hasil pengukuran
elevasi yang baik dan ketelitian memenuhi syarat, maka pelaksanaan pengukuran waterpas harus
dilakukan dengan metoda kerja dan tata-cara sebagai berikut :

1. Pengukuran waterpas atau leveling harus dimulai dari titik ikat referensi ketinggian atau
elevasi yang telah ditentukan yaitu TTG (titik tinggi geodesi) yang terdekat dengan lokasi.

2. Jaringan pengukuran waterpas/levelling harus melalui semua titik PATOK dan BM, semua
titik jaringan poligon, dan harus dilakukan dengan menggunakan alat waterpass automatik level
Wild NAK-2 atau yang sederajat ketelitiannya.

3. Pengukuran levelling dilakukan dengan sistim double stand (setiap kedudukan rambu diukur
dari dua kedudukan berdiri alat), dan sistim pulang pergi setiap hari kerja.

4. Pembacaan rambu ukur harus selalu dilakukan bacaan tiga benang (benang atas, benang
tengah, dan benang bawah) dengan keadaan rambu berdiri tegak yang diatur dengan bantuan
nivo rambu dan diletakan diatas sepatu rambu (footstaf).
8
5. Setiap satu slag pengukuran, diusahakan jarak antara alat ke rambu belakang sama dengan
jarak alat ke rambu depan dan tidak lebih dari 60 meter.

6. Batas toleransi hasil pengukuran waterpas/levelling untuk setiap seksi ditentukan maksimal
tidak lebih dari 10D mm, dimana D adalah jumlah jarak pengukuran dalam satuan Km, dan
bilamana toleransi tersebut tidak terpenuhi, maka tim survai harus melakukan pengukuran ulang.

2.9 Pengukuran Situasi

Pengukuran situasi adalah pengukuran yang harus dilakukan untuk menentukan posisi
dan bentuk semua bangunan ekisisting atau obyek yang ada dilapangan seperti : Rel KA, Batas
badan jalan, semua bangunan hikmat eksisting, semua bangunan pelengkap (rambu-rambu Jalan
KA, Tiang Sinyal dan lain sebagainya), serta semua utilitas yang ada, perlintasan, serta semua
titik-titik tinggi permukaan tanah yang dapat mewakili bentuk topografi permukaan tanah yang
ada di lapangan. Dalam pelaksanaan pengukuran situasi dilakukan dengan metoda kerja dan tata-
cara sebagai berikut :

1. Pengukuran situasi harus dilakukan dengan menggunakan alat theodolith total station, dan
pengukuran dilakukan dari titik BM, atau titik poligon yang terdekat, dan atau menggunakan titik
bantu bila diperlukan.

2. Pengukuran situasi meliputi pengukuran untuk menentukan posisi dan bentuk semua bangunan
eksisting yang ada, serta posisi titik-titik tinggi yang mewakili bentuk topografi dari permukaan
tanah yang ada dilapangan.

3. Pengukuran situasi harus dapat menentukan posisi dan bentuk semua bangunan ekisisting
yang ada, meliputi ;

a. Semua posisi jalan rel ekisisting yang ada,

b. Semua bangunan pelengkap esisting lainya seperti jaringan sinyal, tiang sinyal bantu, semua
tiang rambu jalan KA, papan lengkung, dan lain sebagainya.

c. Semua bangunan hikmat ekisisting, seperti jembatan, gorong gorong, saluran air, jalan
perlintasan baik itu jalan setapak, jalan tanah, jalan aspal/beton atau jalan raya,

d. Pagar dan patok batas tanah milik KA, bangunan infrasruktur yang ada disekitar jalan KA
yaitu antara lain ; jalan, saluran, box culvert/saluran melintang rel, dan lain sebagainya

9
e. Semua bangunan utilitas yang ada, seperti ; tiang dan jaringan telepon, tiang dan jaringan
listrik, tiang PJU, jaringan pipa bawah tanah bila ada (pipa PAM, pipa gas, kabel listrik bawah
tanah dan lain sebagainya), jaringan kabel sinyal, dan lain sebagainya.

f. Bentuk permukaan tanah yang ekstrim seperti ; turap, pasangan batu, bronjong batu kali,
kolam air, tambak, rawa, bukit dan lain sebagainya.

4. Untuk melengkapi data tata guna lahan, harus dicatat jenis peruntukan lahan disekitar areal
jalan kereta api, seperti ; tambak, rawa, sawah, ladang, hutan, kebun, alang-alang, makam,
kampung atau pemukiman dan lain sebagainya.

5. Bangunan atau rumah yang ada disekitar lokasi jalan KA harus dicantumkan bangunan
bangunan yang penting, seperti ; masjid atau mushola, gereja, kantor pemerintahan bila ada,
makam dan lain sebagainya.

6. Bila diperlukan dimensi bangunan ekisisting diukur secara langsung dengan menggunakan
meteran baja (metrol) dan dicatat dalam sketsa, sehingga memudahkan dalam penggambaran.

7. Pengukuran detail situasi kondisi topografi permukaan tanah meliputi, bukit, lembah, sungai,
saluran permanen dan non permanen, turap atau retaining wall, pasangan batu penahan ballast,
pasangan batu penahan tanah tebing (retaining wall), bronjong batu kali penahan ballast atau
penahan tanah, dan lain sebagainya.

8. Koridor atau daerah cakupan pengukuran situasi meliputi areal 25 meter dari batas ROW pada
daerah lurus dan 35 meter pada daerah lengkung.

9. Pada area perlintasan, jalan dan sungai, pengukuran situasi dilakukan sampai pada radius 100
meter dari rel atau batas tanah milik KAI.

10. Pengukuran posisi rel ekisisting dilakukan pada titik tengah kop rel, pada masing-masing kop
rel kereta api.

11. Untuk posisi wesel harus dilakukan pengukuran secara cermat, yaitu titik tengah wesel, titik
tengah posisi rel bagian lurus, dan titik tengah bagian rel lengkung.

10
2.10 Pengukuran Potongan Melintang (Crossection)

Pengukuran potongan atau cross section adalah pengukuran ketinggian permukaan tanah
untuk menggambarkan profil potongan melintang trase jalan rel KA, yaitu dengan melakukan
pengukuran ketinggian permukaan tanah pada satu garis lurus yang mempunyai arah tegak lurus
terhadap centerline rel, pada setiap titik STA yang telah dipasang atau diberikan tanda pada
badan rel bagian luar. Pengukuran cross section atau potongan melintang jalan rel dilakukan
dengan metoda kerja dan tata-cara sebagai berikut :

1. Untuk mendapatkan data yang akurat pengukuran cross section harus dilakukan dengan
menggunakan alat waterpas Wild Nak-2 untuk daerah datar, dan pada daerah terjal dapat
digunakan alat theodolith atau Total Station, sedangkan untuk elevasi jalan rel tetap diukur
menggunakan waterpas.

2. Pengukuran cross section dilakukan setiap jarak 50 meter pada daerah lurus, dan 25 meter
pada daerah tikungan/lengkung, dan koridor pengukuran adalah 50 meter ke-arah kanan dan kiri
dari rel terluar yang ada.

3. Bilamana pengukuran dilakukan dengan menggunakan waterpas, pembacaan rambu ukur


harus selalu dilakukan bacaan tiga benang (benang atas, benang tengah, dan bebang bawah)
dengan posisi rambu keadaan tegak dengan bantuan nivo rambu.

4. Pengukuran cross section dilakukan sedemikian rupa sehingga dapat menggambarkan keadaan
tinggi rendah permukaan tanah sesungguhnya dilapangan, dengan mengikuti profil tanah yang
ada di lapangan, yaitu antara lain ; kop rel, bagian atas badan jalan, bagian bawah badan jalan,
saluran drainase, batas tanah Kereta Api dan seterusnya hingga akhir koridor pengukuran yang
ditetapkan.

5. Arah pengukuran harus benar-benar membentuk garis lurus yang tegak lurus terhadap jalan rel
pada titik sta masing-masing, hal dimaksudkan agar data yang didapat benar-benar mewakili
profil melintang permukaan tanah yang sesungguhnya.

6. Pengukuran cross section juga dilakukan pada titik perlintasan rel kereta api dengan jalan baik
itu perlintasan resmi maupun perlintasan tidak resmi (liar).

11
2.11 Pengukuran Profil Memanjang

Pengukuran profil memanjang dilakukan terhadap kop rel kereta api, dilakukan dengan
metoda waterpassing atau menggunakan alat waterpas, Adapun metoda kerja dan tata-cara
pelaksanaan pengukuran profil memanjang, adalah sebagai berikut :

1. Pengukuran profil memanjang harus dilakukan untuk menentukan elevasi kop rel kereta api
tepat pada titik sta yang telah dipasang sebelumnya, yaitu tiap interval 50 meter pada daerah
lurus, dan setiap interval 25 meter pada daerah lengkung dan pada area jembatan yang
bentangnya lebih dari 100 meter sampai dengan 100 meter dari masing-masing pangkal
jembatan.

2. Setiap seksi pengukuran waterpas profil memanjang harus dimulai dari titik patok BM yang
telah dipasang atau titik polygon terdekat dan melalui semua titik sta yang telah dipasang,
kemudian mengikat kembali ke titik patok BM atau titik polygon terdekat pada akhir seksi
pengukuran.

3. Pengukuran waterpas profil memanjang harus dilakukan dengan menggunakan alat waterpass
automatik level Wild NAK-2 atau yang sederajat ketelitiannya.

4. Pengukuran levelling dilakukan dengan sistim double stand (setiap kedudukan rambu diukur
dari dua kedudukan berdiri alat), atau sistim pulang pergi setiap hari kerja.

5. Pembacaan rambu ukur harus selalu dilakukan bacaan tiga benang (benang atas, benang
tengah, dan benang bawah) dengan keadaan rambu 31 beridiri tegak yang diatur dengan bantuan
nivo rambu dan diletakan diatas sepatu rambu (footstaf).

6. Setiap satu slag pengukuran, diusahakan jarak antara alat ke rambu belakang sama dengan
jarak alat ke rambu depan dan tidak lebih dari 60 meter.

7. Pengukuran waterpas profil memanjang, selain mengukur elevasi kop rel pada patok sta, juga
harus mengukur titik-titik penting lainnya seperti; titik awal lengkung, titik tengah dan titik akhir
lengkung, dan titik posisi wesel, titik ujung pangkal jembatan.

12
8. Batas toleransi hasil pengukuran waterpas/levelling untuk setiap seksi ditentukan maksimal
tidak lebih dari 10D mm, dimana D adalah jumlah jarak pengukuran dalam satuan Km, dan
bilamana toleransi tersebut tidak terpenuhi, maka tim survai harus melakukan pengukuran ulang.

2.12 . Survey Jalur Kereta Api, Jaringan Utilitas dan Bangunan Pelengkap.

Survey jalur kereta api, jaringan utilitas dan bangunan pelengkap dilakukan dengan
melakukan peninjauan atau survey lapangan untuk oleh tim (tenaga ahli dan asisten tenaga ahli)
untuk memeriksa kondisi ekisisting jalur kereta api, jaringan utilitas dan bangunan pelengkap
lainya, untuk kemudian nanti diperintahkan kepada tim pengukuran untuk melakukan
pengukuran penentuan posisi dan bentuk semua obyek yang penting, yaitu antara lain :

1. Konstruksi atau alinyemen jalan rel kereta api eksisting.

2. Bangunan Hikmat ekisisting, misalnya ; jembatan, box culvert, siphon, gorong-gorong dan
lain sebagainya.

3. Jaringan dan system persinyalan, telekomunikasi dan instalasi listrik.

4. Jaringan utilitas ekisisting lainya yang ada di lapangan ; seperti jaringan saluran drainase, dan
lain sebagainya.

5. Stasiun lengkap dengan emplasemen dan bangunan pelengkap lainya.

6. Semua peralatan dan atau bangunan pelengkap lainnya, khususnya yang berada pada jalur
kereta api, seperti ; posisi dan bentuk wesel, semua rambu jalan kereta api, dan lain sebagainya.

7. Pengukuran jalur kereta api, jaringan utilitas, bangunan pelengkap dan semua bangunan
eksisting dilakukan sekaligus pada pelaksanaan pengukuran situasi topografi.

2.13 Pengolahan Data dan Penggambaran

Pekerjaan pengolahan data dan penggambaran dilakukan langsung setiap hari setelah
pekerjaan pengukuran pengukuran dilakukan. Pelaksanaan pemrosesan data dan penggambaran
dilakukan di base camp (tempat pemondokan) pada saat pekerjaan lapangan, secara bertahap
serta dilanjutkan di kantor setelah pekerjaan lapangan selesai dilakukan atau setelah demobilisasi

13
tim survei. Pekerjaan pengolahan data dan penggambaran terdiri atas 3 (tiga) tahap kegiatan,
sebagai berikut :

a. Input Data

b. Data Prosessing

c. Pengambaran

2.13.1 Input data

Input Data Pekerjaan input data ini adalah pekerjaan melakukan key in atau input data
dari data lapangan (hasil pengukuran di lapangan) kedalam media komputer untuk nantinya akan
dilakukan proses perhitungan. Pelaksanaan pekerjaan input data ke dalam komputer ini pada
dasarnya adalah sebagaimana memindahkan data lapangan yang dibuat secara manual untuk
dirubah ke menjadi data digital dalam format perhitungan data dalam software Microsoft Excel.

2.13.2 Data prosessing

Data prosessing adalah pekerjaan pengolahan data dari data lapangan menjadi data
koordinat (X, Y, Z) dengan melakukan perhitungan menggunakan rumus rumus dan kaidah-
kaidah perhitungan dalam ilmu geodesi dengan menggunakan software Microsoft Excel. Data
prosessing dalam pelaksanaan pemetaan topografi dilakukan secara bertahap, sebagai berikut ;

a. Prosessing data poligon

b. Prosessing data waterpass

c. Prosesisng data situasi dan potongan melintang

2.13.2 Penggambaran

Proses penggambaran dari semua data hasil pengukuran dilakukan secara digital dengan
mempergunakan software Autodesk Land Dekstop 2007 yang berbasis pada software AutoCad.
Setelah semua titik hasil pengukuran baik itu pengukuran situasi dan pengukuran potongan
melintang dihitung koordinatnya (x,y,z), maka baru dapat dilakukan proses penggambaran.

14
BAB III

PENUTUPAN

3.1 Kesimpulan

• Jalan Rel adalah satu kesatuan konstruksi yang terbuat dari baja, beton, atau konstruksi
lain yang terletak di permukaan, di bawah, dan di atas tanah atau bergantung beserta
perangkatnya yang mengarahkan jalannya kereta api
• Struktur Jalan Rel adalah sebagai,berikut:

a. Rel,
b. Penambat,
c. Pelat Sambung, Mur, dan Baut,
d. Bantalan,
e. Wesel,
f. Lapisan Pondasi Atas (Ballast),
g. Lapisan Pondasi Bawah (Subballast),
h. Lapisan Tanah Dasar (Subgrade),

• Secara garis besar ruang lingkup pekerjaan penetapan jalur kereta api, meliputi kegiatan-
kegiatan sebagai berikut :
Persiapan :
Pekerjaan Survey Lapangan :
a) Orientasi Lapangan
b) Monumentasi (Pemasangan BM, BM GPS, Patok RUMAJA dan RUMIJA)
c) Pengukuran Kerangka Kontrol Horisontal (Poligon)
d) Pengukuran Kerangka Kontrol Vertikal (Waterpas)
e) Pengukuran profil memanjang dan potongan melintang
f) Pengukuran situasi topografi, Jalur KA, Utilitas dan bangunan pelengkap
g) Survey jalur KA, jaringan utilitas dan bangunan pelengkap

Pengolahan data dan penggambaran :

a) Input data dan prosesing


b) Penggambaran

15
DAFTAR PUSAKA

1. PT. DWI ELTIS KONSULTAN (2015), Draft laporan pendahuluan Pekerjaan


Penetapan Batas Ruang Perkeretaapian Semarang Pekalongan 2015
2. http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/15038/g.%20Bab%20III.pdf?se
quence=7&isAllowed=y

16

Anda mungkin juga menyukai