Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN TUGAS BESAR STRUKTUR BAJA II

THE TWIST BRIDGE


Diajukan untuk memenuhi syarat kelulusan Mata Kuliah Struktur Baja II

Dosen:
Dr. Mohammad Ihsan, ST., MT., M.Sc.

Disusun oleh:
Siti Rizkya Chandradini
1162004033

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS BAKRIE - JAKARTA
Juni 2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT karena berkah dan rahmat-Nya yang
dilimpahkan, kami dapat mengikuti dan menyelesaikan makalah tugas besar
Struktur Baja II yang bertema jembatan rangka baja dengan judul “THE TWIST
BRIDGE”. Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan mata
kuliah Struktur Baja II.
Dalam kesempatan ini kami bermaksud mengucapkan terima kasih kepada
pihak-pihak yang mendukung dalam membantu pembuatan tugas besar Struktur
Baja II ini, yaitu:
1. Dr. Mohammad Ihsan, ST., MT., M.Sc., selaku dosen Struktur Baja II yang
telah memberikan arahan serta bimbingan dalam pembuatan tugas besar
jembatan rangka baja.
2. Teman-teman Teknik Sipil khususnya keluarga besar Program Studi Teknik
Sipil yang selalu memberikan motivasi dan semangat kepada kami.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca. Kami mengharapkan kritik dan saran terhadap laporan ini agar
kedepannya dapat kami perbaiki. Karena kami sadar, laporan yang kami buat ini
masih banyak terdapat kekurangannya.

Jakarta, Juni 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... 2


DAFTAR ISI .......................................................................................................... 3
BAB I ...................................................................................................................... 5
PENDAHULUAN .................................................................................................. 5
1.1. LATAR BELAKANG ........................................................................................................ 5
1.2. POKOK BAHASAN........................................................................................................... 6
1.3. TUJUAN PENULISAN ...................................................................................................... 6
1.4. RUMUSAN MASALAH .................................................................................................... 6
BAB II .................................................................................................................... 8
TEORI DASAR ..................................................................................................... 8
2.1. JEMBATAN RANGKA BATANG .................................................................................. 8
2.1.1. Triangulasi ....................................................................................... 8
2.1.2. Konfigurasi Segitiga......................................................................... 9
2.1.3. Gaya Batang ..................................................................................... 9
2.1.4. Komponen Jembatan Rangka ........................................................ 10
2.2. MATERIAL BAJA CANAI DINGIN ........................................................................... 11
2.2.1. Sifat Mekanis Baja Canai Dingin ................................................. 12
2.2.2. Tegangan Regangan Baja Canai Dingin ...................................... 13
2.3. JEMBATAN PEJALAN KAKI ...................................................................................... 14
2.4. ..................................................................................................................... 14
BAB III ................................................................................................................. 16
PERMODELAN STRUKTUR ........................................................................... 16
3.1. ACUAN PERATURAN DAN SOFTWARE ................................................................. 16
3.2. PROSEDUR PERMODELAN DI SAP2000 ................................................. 16
3.3. PERMODELAN DI TEKLA STRUCTURES LEARNING........................................ 22
BAB IV ................................................................................................................. 23
ANALISA PERHITUNGAN SAP ..................................................................... 23
4.1. DATA INPUT SAP ................................................................................... 23
4.2. ANALISA HASIL SAP.............................................................................. 24
BAB V................................................................................................................... 25
PENUTUP ............................................................................................................ 25
5.1. KESIMPULAN ................................................................................................................. 25
5.2. SARAN ............................................................................................................................... 25
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Jembatan merupakan suatu struktur yang dibangun untuk
menyebrangi jurang atau rintangan seperti sungai, rel kereta ataupun jalan
raya. Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
34 Tahun 2006 tentang Jalan, yang dimaksud dengan “jembatan” adalah
jalan yang terletak di atas permukaan air dan/atau di atas permukaan tanah.
Dengan adanya jembatan memungkinkan penyebrangnya berjalan di atas
rintangan tersebut.
Dalam perkembangannya pembangunan jembatan sangat berkaitan
dengan upaya pengembangan wilayah dalam mendukung kegiatan ekonomi
seperti pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan, industri, pariwisata,
pertambangan serta pengembangan kegiatan social kemasyarakatan.
Teknologi mengenai jembatan suah seharusnya dikuasai oleh bangsa
Indonesia untuk terciptanya peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM)
dibidang Teknik jembatan. Hal ini mendorong rasa semangat putra-putri
Indonesia untuk mampu merencanakan serta merealisasikan suatu
konstruksi jembatan yang memenuhi kriteria dengan material yang kuat,
stabil, ringan, dan ekonomis merupakan suatu keharusan khususnya bagi
setiap lulusan Teknik Sipil.
Konfigurasi jembatan rangka baja telah banyak dikembangkan
untuk mendapatkan desain yang efisien dari penggunaan material yang
memiliki kekuatan optimal, serta indah dari segi estetika. Berdasarkan
pemikiran terebut, kami merancang model jembatan yang mengacu pada
teori-teori yang telah diajarkan dalam mata kuliah Struktur Baja II dan
sumber-sumber yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku seperti SNI
(Standar Nasional Indonesia) yang digunakan dalam perencanaan
konstruksi jembatan di Indonesia dan LRFD (Load and Resistance Factor
Design) tanpa mengesampingkan nilai estetika.

1.2. Pokok Bahasan


Bahasan yang kami ambil dalam penyusunan laporan ini adalah
mendesain konstruksi struktur jembatan rangka baja dengan konstruksi
utama berada di atas lantai jematan untuk kendaraan yang kuat, ekonomis
dan kreatif dilihat dari segi struktur, biaya, estetika, dan kemudahan
pelaksanaan.

1.3. Tujuan Penulisan


Maksud dan tujuan dari penulisan laporan ini adalah:
a. Sebagai salah satu syarat kelulusan mata kuliah Struktur Baja II.
b. Mahasiswa mampu mengolah, menganalisa, dan merencanakan suatu
jembatan rangka baja sesuai dengan ilmu yang telah diajarkan.
c. Mahasiswa dapat mengoperasikan program SAP2000.
d. Mahasiswa dapat mengoperasikan program Tekla Structure.

1.4. Rumusan Masalah


Permasalahan-permasalahan yang akan dibahas dalam laporan ini
adalah:
a. Bagaimana model rangka jembatan baja yang akan direncanalan dan
dianalisa?
b. Apa saja data teknis dan spek material yang dibutuhkan dalam
perancangan?
c. Bagaimana menentukan dan memperhitungkan pembebanan serta
dimensi penampang yang efisien pada diafragma?
d. Bagaimana cara mengetahui perhitungan dan menentukan gaya tarik
dan tekan yang bekerja pada struktur utama jembatan?
e. Bagaimana cara mengetahui lendutan pada diafragma?
f. Bagaimana pembebanan yang bekerja pada struktur utama rangka
jembatan?
g. Bagaimana merencanakan sambungan yang digunakan pada struktur
rangka jembatan?

Mengingat begitu kompleksnya dalam perencanaan struktur


jembatan maka untuk perencanaan pier head, abutment, dan pondasi
diabaikan dalam perumusan masalah di atas.
BAB II

TEORI DASAR

2.1. Jembatan Rangka Batang


Jembatan rangka batang adalah struktur konstruksi jembatan yang
tersusun dari rangka-rangka yang diletakkan pada suatu bidang dan
dihubungkan dengan sendi pada setiap titik hubungnya. Pada dasarnya
jembatan rangka adalah gabungan elemen berbentuk segitiga yang sesusun
secara stabil dan tidak terjadi pergerakan titik pada struktur di luar pengaruh
deformasi elemen. Struktur rangka batang lebih dominan menerima gaya
aksial tarik atau tekan saja, sedangkan lentur sangat kecil dan sering
diabaikan. Untuk itu maka beban pada struktur rangka harus melalui titik
hubungnya (joint) agar pengaruh lentur boleh diabaikan (Schodek, 1979).
Jembatan rangka batang memiliki beberapa keuntungan,
diantaranya berat yang relatif ringan dan dalam pembangunannya dapat
dirakit per bagian. Semua rangka batang dapat menahan beban-beban yang
bekerja dalam bidang rangkanya.

2.1.1. Triangulasi
Prinsip utama yang mendasari penggunaan rangka batang
sebagai struktur pemikul beban adalah penyusunan elemen menjadi
konfigurasi segitiga yang menghasilkan bentuk stabil. Pada bentuk
segiempat atau bujursangkar, bila struktur diberi beban maka akan
terjadi deformasi masif dan menjadikan struktur tak stabil. Bila struktur
ini diberi beban, maka akan membentuk mekanisme runtuh (collapse).
Struktur seperti itu dapat berubah bentuk dengan mudah tanpa adanya
perubahan panjang pada setiap batang. Sebaliknya konfigurasi segitiga
tidak dapat berubah bentuk atau runtuh, sehingga dapat dikatakan bahwa
bentuk ini stabil.
Gambar 1 Konfigurasi rangka batang yang stabil dan tidak stabil

2.1.2. Konfigurasi Segitiga


Bila susunan segitiga dari batang-batang adalah bentuk stabil,
maka sembarang susunan segitiga juga membentuk struktur stabil dan
kokoh. Bentuk kaku yang lebih besar untuk sembarang geometri dapat
dibuat dengan memperbesar segitiga-segitiga itu. Pada struktur stabil,
gaya eksternal menyebabkan timbulnya gaya pada batang-batang. Gaya-
gaya tersebut adalah gaya tarik dan tekan (Daniel L. Schodek, 1998).

Gambar 2 Konfigurasi rangka batang pada jembatan

Untuk rangka batang yang hanya memikul beban vertikal, pada


umumnya pada bagian atas mengalami gaya tekan dan pada bagian
bawah mengalami gaya tarik. Keruntuhan dapat terjadi jika pembebanan
diberikan secara langsung kepada struktur yang tidak stabil. Maka dari
itu, untuk menentukan kestabilan rangka dapat digunakan persamaan
2J=M+3.
Dimana, J = Joint (titik/nodal)
M = Member (batang)

2.1.3. Gaya Batang


Gaya batang merupakan prinsip yang mendasari Teknik analisis
bahwa setiap struktur harus dalam keadaan seimbang. Artinya, gaya
batang merupakan gaya perlawanan yang diberikan oleh batang akibat
gaya-gaya luar yang diterima oleh batang tersebut. Gaya batang dapat
berupa gaya tarik (positif) maupun gaya tekan (negative). Gaya tarik
adalah gaya batang yang menjauhi titik simpul dan gaya tekan adalah
gaya batang yang menuju titik simpul.

Gambar 3 Gaya tekan dan gaya tarik

2.1.4. Komponen Jembatan Rangka


Struktur jembatan dibagi menjadi dua bagian utama, yakni
struktur atas dan struktur bawah. Struktur atas berfungsi sebagai
pemikul langsung beban lalu lintas yang melewatinya, sedangkan
struktur bawah berfungsi sebagai pemikul dari beban bangunan atas
yang selanjutnya diteruskan kepada pondasi. Struktur atas jembatan itu
sendiri, yang selanjutnya terdapat komponen jembatan, sedangkan
struktur bawah terdiri atas abutment, pilar dan pondasi.
Komponen jembatan rangka disajikan dalam gambar berikut,

Gambar 4 Komponen Jembatan Rangka

Dalam gambar 4, secara umum dijelaskan bahwa komponen


jembatan rangka terdiri atas:
a. Top chord member, batang tepi atas
b. Bottom chord member, batang tepi bawah
c. Top chord bracing, pengaku bagian atas
d. Bottom chord bracing, pengaku bagian bawah
e. Stringer, balok memanjang
f. Cross girder, balok melintang
g. Diagonal, batang tegak dan diagonal

2.2. Material Baja Canai Dingin


Baja cold formed atau canai dingin adalah komponen struktur baja
dari lembaran dengan proses pengerjaan dingin. Potongan penampang,
konfigurasi, proses manufaktur dan fabrikasi canai dingin berbeda dengan
baja konfensional. Pada produksi canai dingin, baja dibentuk sedemikian
rupa dalam suhu ruangan dengan menggunakan bending brakes, press
brakes, dan roll-forming machines. Baja canai dingin semakin popular
digunakan sebagai alternatif material bangunan.
Riset tentang baja canai dingin untuk bangunan dimulai oleh Prof.
George Winter dari Universitas Cornell mulai tahun 1939. Berdasarkan
riset-riset beliau maka dapat dilahirkan edisi pertama tentang “Light Gauge
Steel Design Manual” tahun 1949 atas dukungan AISI (American Iron and
Steel Institute). Sejak dikeluarkan peraturan tersebut atau lebih dari lima
dekade ini, maka pemakaian material baja canai dingin semakin
berkembang untuk kontruksi bangunan, mulai struktur sekunder sampai
struktur utama, misalnya untuk balok lantai, rangka atau dan dinding pada
bangunan industri, komersial maupun rumah tinggal.
Bahkan untuk kategori struktur dinding-tipis (thin-walled
structures) dapat lebih luas lagi pemakaiannya; seperti box-girder jembatan,
anjungan kapal (ship hulls) dan badan pesawar terbang. Dapat juga untuk
pekerjaan infrastruktur sebagai elemen struktur yang ditanam di tanah
seperti tangka, pipa dan saluran (culvert). Ie dari struktur dengan baja canai
dingin adalah mendapatkan kekuatan maksimum dari material seminimum
mungkin.
Kenyataannya di lapangan, pemakaian baja canai dingin bila
digabungkan dengan strategi perencanaan yang inovatif dan tepat dengan
diwujudkan untuk berbagai keperluan, mulai dari rak penyimpanan sebagai
bangunan hangar raksasa untuk pesawat Boeing 747.
Sebagai kelompok yang sama dalam system struktur dinding tipis
maka baja canai dingin mempunyai kekhususan dalam perencanaannya
yaitu pengaruh bentuk geometri penampang sangat besar terhadap perilaku
dan kekuatannya dalam memikul beban. Adanya perubahan bentuk yang
sedikit saja dari penampangnya maka kekuatan elemen struktur tersebut
akan berbeda sama sekali termasuk juga perilaku tekuknya. Pemberian
sedikit tekukan pada profil sehingga menjadi penampang corrugated maka
kinerjanya mengalami peningkatan yang signifikan disbanding perilaku
penampang pekat datar.
Kekhususan tersebut mengakibatkan proses perencanaannya
relative lebih rumit disbanding proses perencanaan baja konvensional.
Tetapi karena keuntungan yang diberikan lebih besar, seperti misalnya [1]
kemudahan fabrikasi, [2] rasio kuat/berat yang relative tinggi dan [3] sesuai
untuk ebrbagai aplikasi, maka konstruksi baja canai dingin tetap popular. Di
inggris bahkan diberitakan industry konstruksinya menghabiskan sekitar
300.000 ton komponen baja canai dingin setiap tahunnya dan selanjutnya
memperlihatkan pertumbuhan yang meningkat (RA Santoso, USU
Institutional Repository, 2011).

2.2.1. Sifat Mekanis Baja Canai Dingin


Dalam SNI 7971:2013 diatur bahwa karakteristik material yang
penting untuk desain struktur canai dingin adalah tegangan leleh, kuat
tarik, dan daktalitas. Daktalitas adalah kemampuan baja menahan
regangan plastis atau permanen sebelum mengalami fraktur.
Kemampuan diukur dengan penguluran baja sampai 50 mm satuan
panjang. Penguluran yang terjadi tidak boleh kurang dari 10% untuk
panjang gauge 50 mm atau 7% untuk panjang gauge 200 mm.
Kekuatan minimum baja yang tercantum dalam SNI 7971:2013
sesuai dengan AS 1397 disajikan dalam table 1 berikut,
Tabel 1 Kekuatan Minimum Baja Sesuai dengan AS 1397

Tegangan Leleh (fy) Kekuatan Trik (fu)


Mutu
MPa MPa
G250 250 320
G300 300 340
G350 350 420
G450 450 480
G500+ 500 520
G550++ 550 550
Modulus elastisitas : E = 200.000 MPa

Koefisien pemuaian : 𝛼 = 12 x 10-6 per °C

Modulus geser : G = 80.000 MPa

Angka poisson : v = 0,3

2.2.2. Tegangan Regangan Baja Canai Dingin


Dalam fabrikasi baja canai dingin, dilakukan pembentukan
lembaran baja menjadi bentuk yang diinginkan. Proses pembentukan
dilakukan hingga menghasilkan regangan pada kisaran strain
hardening. Fenomena ini dikenal sebagai strain-aging yang memiliki
efek meningkatkan kekuatan tarik namun sekaligus mengurangi
daktilitas (Total Materia, 2013). Peningkatan kekuatan tarik disajikan
dalam gambar 5 berikut,

Gambar 5 Efek stain hardening dan strain aging pada karakteristik tegangan regangan
2.3. Jembatan Pejalan Kaki
Jembatan penyeberangan pejalan kaki adalah jembatan yang hanya
diperuntukan bagi lalu lintas pejalan kaki yang melintas di atas jalan raya
atau jalan kereta api (Tata Cara Perancangan Jembatan Pejalan Kaki di
Perkotaan, 1995). Namun banyak juga dibangun jembatan yang khusus
diperuntukan bagi pejalan kaki untuk melintasi sungai, lembah, dan
rintangan lain.
Pedoman Perencanaan dan Pelaksanan Teknik Jembatan Gantung
untuk Pejalan Kaki Tahun 2010 menyebutkan bahwa pengguna jembatan
dan tingkat lalu lintas harus diidentifikasi secara jelas karena akan
menentukan lebar lantai jembatan yang diperlukan dan beban hidup
jembatan yang akhirnya akan menentukan biaya konstruksi, dan lebar
standar yang dianjurkan dalam pedoman ini adalah:
a. Lebar 1,0 – 1,4 m diperuntukan bagi pejalan kaki dua arah (jembatan
pejalan kaki kelas II).
b. Lebar 1,4 – 1,8 m diperuntukan bagi tiga pejalan kaki yang beriringan
(jembatan pejalan kaki kelas I).

Sedangkan berdasarkan Footbridges Manual for Construction at


Community and District Level (2004), lebar jembatan pejalan kaki yang
disarankan adalah:

a. Lebar 1,4 m diperuntukan bagi pejalan kaki, sepeda, hewan ternak,


hewan pembawa barang.
b. Lebar 2,1 m diperuntukan bagi pejalan kaki, kereta yang ditarik oleh
hewan dan kendaraan ringan lainnya.

Pedoman ini juga menyebutkan bahwa hanya satu kendaraan yang


diperbolehkan melintas agar jembatan tetap aman. Berikut disajikan gambar
agar lebih mudah dipahami.

2.4.
BAB III

PERMODELAN STRUKTUR

3.1. Acuan Peraturan dan Software


Pada perencanaan struktur baja ini digunakan RSNI – T – 02 2005,
Standar Pembebanan untuk Jembatan, atau SNI 1725 2016, SNI
Pembebanan untuk Jembatan. Dalam laporan ini digunakan 2 software
untuk membantu perhitungan, yaitu:
1. SAP2000
2. TEKLA STRUCTURES LEARNING

3.2. Prosedur Permodelan di SAP2000


1. Membuka lembar kerja baru dengan cara klik File > New Model > OK.

2. Kemudian klik Draw pada menubar kemudian klik Edit Grid. Langkah
ini dilakukan karena grid yang muncul belum sesuai dengan desain yang
akan kita buat, maka dari itu kita perlu mengedit grid tersebut agar
sesuai dengan kebutuhan desain kita.
3. Kemudian membuat material yang akan digunakan yaitu dengan cara
Define > Materials > Add New Material.
4. Setelah itu membuat desain penampang dengan cara klik Define >
Frame Saction > Add New Property > Tube.

5. Membuat beban kombinasi yang akan dimasukkan pada perencanaan


struktur ini dengan cara Define > Load Patterns.

6. Kemudian membuat gaya gempa yang akan dimasukkan sesuai


ketentuan dengan cara klik Define > Function > Response Spectrum >
Add New Function.
7. Membat beban gempa yang akan dimasukkan kombinasi beban dengan
cara Define > Function > Load Case > Add New Load Case. Disini
kami membuat 2 gaya yaitu satu untuk arah X dan satunya lagi untuk
arah Y.

8. Kemudian membuat beban kombinasi yang akan dimasukkan ke dalam


struktur yang akan dibuat dengan cara Define > Load Combination >
Add New Combo.
9. Setelah semua material, frame dan pembebanan selesai dibuat,
kemudian menggambar desain pada grid area yang telah dibuat sesuai
dengan desain yang direncanakan.

10. Mengubah perletakkan menjadi jepit dan memasangkan frame yang


telah dibuat dengan cara klik batang-batang yang akan dipasangkan
frame propertiesi kemudian klik Assign > Frame > Frame Section >
pilih nama frame yang sesuai.

11. Memasukkan beban kombinasi yang telah dibuat ke dalam struktur


dengan cara memilih semua frame kemudian klik Design > Steel Frame
Design > Select Design Combo > lalu pilih semua kombinasi yang akan
dimasukkan.

12. Setelah semuanya selesai, kemudian merunning desain struktur yang


telah dibuat.

13. Memunculkan Moment yang terjadi pada struktur tersebut dengan cara
klik Display > Show Force/Stresses > Frames/Cables/Tendons > pilih
Moment 3-3 untuk melihat Momen, pilih Shear 2-2 untuk melihat gaya
geser dan pilih Axial Force untuk melihat gaya normal.
3.3. Permodelan di Tekla Structures Learning
BAB IV

ANALISA PERHITUNGAN SAP

4.1. Data Input SAP


Kombinasi Beban

Tabel 2 Jenis Beban Kombinasi

RSNI T- SNI Beda


No Jenis Beban Dipakai
02-2005 1725:2016 (%)
1 Berat Sendiri (Ms) 53719,1 53719,1 0% √
Beban Mati Tambahan
2 20251,8 20251,8 0% √
(MA)
3 Beban Lajur “D” (TD) 19358,8 19358,8 0% -
4 Gaya Rem (TB) 447,1 398,9 12 % -
5 Beban Pejalan Kaki (TP) 1265,6 1265,6 0% -
6 Beban Angin (EW) 922,6 1312,2 30 % √
Pengaruh Temperatur
7 117,7 117,7 0% √
(ER)
8 Beban Gempa (EQ) 33594,6 23565,6 43 % √
Tabel 3 Kombinasi Pembebanan Berdasarkan RSNI T-02-2005

Kombinasi
No Jenis Beban Faktor
1 2 3 4 5 6 7
1 Berat Sendiri (Ms) 1,2 √ √ √ √ √ √ √
2 Beban Mati Tambahan (MA) 2,0 √ √ √ √ √ √ √
3 Beban Lajur “D” (TD) 1,8
4 Gaya Rem (TB) 1,8
5 Beban Pejalan Kaki (TP) 1,8
6 Beban Angin (EW) 1,2 √ √
7 Pengaruh Temperatur (ER) 1,2 √ √
8 Beban Gempa (EQ) 1,0 √
4.2. Analisa Hasil SAP

Setelah dilakukan perhitungan SAP didapatkan hasil perhitungan


Momen yaitu sebesar -164,49 Kgf.m dan Lendutan sebesar 0,013927 m.
Jadi struktur ini hanya dapat menahan momen sebesar 164,49 Kgf.m, karena
struktur ini hanya sebagai estetika suatu jembatan pejalan kaki maka tidak
terpengaruh beban dari struktur jembatan dan beban pejalan kaki.
BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Dari hasil perhitungan pada percobaan SAP dan analisa di atas dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Momen yang terjadi pada desain struktur ini adalah sebesar -164,49
Kgf.m.
2. Lendutan yang terjadi pada desain struktur ini adalah sebesar 0,013927
m.
3. Momen dan lendutan berbanding lurus, semakin besar momen maka
akan semakin besar pula lendutan yang terjadi. Begitu juga sebaliknya.

5.2. Saran
Setelah dilakukannya perhitungan pada percobaan SAP dan analisa
di atas serta selesainya laporan ini, didapatkan beberapa saran sebagai
berikut:
1. Untuk hasil analisis yang lebih akurat, beban kombinasi dapat
diperbanyak sesuai dengan ketentuan dan beban yang digunakan.
2. Menggunakan profil baja serta properties sesuai dengan ketentuan yang
ada.

Anda mungkin juga menyukai