Disusun oleh :
MUHAMMAD ABELSEA OKTANZA
11511007
Disetujui:
Pembimbing
DAFTAR ISI
JUDUL ..................................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. v
DAFTAR TABEL .................................................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 LATAR BELAKANG ............................................................................ 1
1.2 RUMUSAN MASALAH ....................................................................... 2
1.3 TUJUAN PENELITIAN ........................................................................ 2
1.4 MANFAAT PENELITIAN .................................................................... 3
1.5 BATASAN PENELITIAN ..................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 5
2.1 KURVA KAPASITAS ........................................................................... 5
2.2 DINDING GESER ................................................................................. 5
2.3 PENELITIAN TERDAHULU ............................................................... 7
2.4 KEASLIAN PENELITIAN .................................................................. 10
BAB III LANDASAN TEORI .............................................................................. 13
3.1 BANGUNAN TAHAN GEMPA ......................................................... 13
3.2 BEBAN GEMPA .................................................................................. 14
3.2.1 Faktor Keutamaan dan Kategori Risiko Struktur Bangunan....... 14
3.2.2 Kombinasi Beban untuk Metode Ultimit .................................... 16
3.2.3 Faktor Redundansi, ρ, untuk Kategori Desain Seismik D sampai F
..................................................................................................... 17
3.2.4 Pengaruh Beban Gempa .............................................................. 17
3.2.5 Pengaruh Beban Gempa Horisontal ............................................ 18
3.2.6 Pengaruh Beban Gempa Vertikal ................................................ 19
3.3 SPEKTRUM RESPON ........................................................................ 19
3.3.1 Parameter Percepatan Gempa ..................................................... 19
iv
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
1
2
5. kombinasi beban yang ditinjau adalah beban mati, beban hidup, dan beban
gempa,
6. beban angin tidak diperhitungkan dalam analisis ini,
7. pemodelan struktur menggunakan bantuan program ETABS v.9.7.0,
8. pondasi dan kondisi tanah tidak diteliti,
9. lokasi terletak di Yogyakarta, jenis tanah adalah tanah sedang,
10. perhitungan dan analisa beban gempa berpedoman pada peraturan SNI 03-
1726-2012,
11. mutu beton pada komponen struktur (f’c) = 25 MPa,
12. mutu baja tulangan fy = 240 MPa (Ø < P13),
13. mutu baja tulangan fy = 400 MPa (Ø > P13),
14. tumpuan diasumsikan jepit,
15. pelat lantai maupun atap kaku sempurna,
16. pemodelan struktur 3 dimensi,
17. konstruksi tangga maupun rencana lift tidak diperhitungkan,
18. analisis nonlinier dilakukan menggunakan analisis pushover,
19. hasil analisis pushover yang digunakan pada penelitian ini adalah kurva
kapasitas,
20. level kinerja bangunan tidak diperhitungkan,
21. pemodelan sendi plastis menggunakan frame nonlinear hinge properties yang
terdapat di dalam program ETABS v.9.7.0,
22. sistem rangka direncanakan sebagai sistem Struktur Rangka Pemikul Momen
Khusus (SRPMK),
23. rencana anggaran biaya gedung tidak diperhitungkan,
24. peraturan yang digunakan :
a. peraturan pembebanan SNI 03-1727-1989,
b. persyaratan beton struktural untuk bangunan gedung SNI 03-2847-2013,
c. tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan gedung
dan non gedung SNI 03-1726-2012, dan
d. FEMA 356 Prestandard and Commentary for the Seismic Rehabilitation
of Buildings.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
atau beban lain yang bekerja padanya. Dinding geser secara geometri dapat
diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu :
1. flexural wall (dinding langsing), yaitu dinding geser yang memiliki rasio hw/lw
> 2 dan desainnya dikontrol oleh perilaku lentur,
2. squat wall (dinding pendek), yaitu dinding geser yang memiliki rasio hw/lw <
2 dan desainnya dikontrol oleh perilaku geser, dan
3. coupled shearwall (dinding berangkai), dimana momen guling yang terjadi
akibat beban gempa ditahan oleh sepasang dinding, yang dihubungkan oleh
balok-balok perangkai, sebagai gaya-gaya tarik dan tekan yang bekerja pada
masing-masing dasar pasangan dinding tersebut.
Terdapat syarat ketebalan dinding pendukung yang dilakukan dengan cara
empiris tidak boleh kurang daripada 1/25 tinggi atau panjang bagian dinding yang
ditopang secara lateral, diambil yang terkecil, dan tidak pula kurang daripada 100
mm. Dalam perencanaan dinding geser harus dilakukan perhitungan terhadap beban
eksentris dan setiap beban lateral atau beban lainnya yang bekerja padanya.
Pada konstruksi pelat beton bertulang, lantai dapat dianggap tidak mengalami
distorsi karena kekakuan lantai sangat besar. Jadi gaya geser yang ditahan oleh
sistem struktur disetiap tingkat bisa dihitung berdasarkan rasio kekakuan dengan
memakai prinsip statis tak tertentu. Deformasi pada dinding kantilever menyerupai
deformasi balok kantilever yang tegak lurus tanah dan selain deformasi lentur,
dinding mengalami deformasi geser dan rotasi secara keseluruhan akibat deformasi
tanah. Sebagai perbandingan deformasi portal terbuka besarnya cenderung sama
pada tingkat atas dan bawah, sedangkan deformasi pada dinding geser sangat kecil
didasar dan besar dipuncak. Gedung yang sesungguhnya tidak memiliki dinding
geser yang berdiri sendiri karena dinding berhubungan dalam segala arah dengan
balok atau batang lain ke kolom-kolom disekitarnya. Sehingga deformasi dinding
akan dibatasi dan keadaan ini sebagai pengaruh pembatasan (boundary effect). Agar
daya tahan dinding dapat berfungsi sebagaimana mestinya, maka syarat-syarat
harus dipenuhi. (Ananda MS, 2013)
7
Yosafat Aji Pranata dan Yunizar (2011), dalam penelitiannya yang berujudul
“Pemodelan Dinding Geser Bidang sebagai Elemen Kolom Ekivalen pada Gedung
Beton Bertulang Bertingkat Rendah” bertujuan untuk mempelajari pemodelan
dinding geser bidang sebagai elemen kolom ekivalen pada studi kasus gedung beton
bertulang dengan klasifikasi gedung tidak beraturan. Dari penelitian tersebut
terdapat beberapa kesimpulan, yaitu sebagai berikut ini.
1. Hasil penelitian ini diperoleh faktor pengali penampang momen inersia untuk
gedung A yaitu 15, untuk gedung B yaitu 9. Dengan faktor pengali penampang
momen inersia tersebut diperoleh hasil waktu getar alami yang hampir sama
antara gedung dinding geser yang dimodelkan sebagai kolom ekivalen dengan
yang dimodelkan sebagai wall.
2. Hasil analisis dinamik gedung A yaitu gaya geser dasar sebagai berikut, %-
relatif perbedaan antara gedung A1 dan A2 untuk arah-x sebesar 0,12%, hasil
ini memperlihatkan bahwa pemodelan kolom ekivalen tepat dilakukan untuk
arah-x.
3. Hasil analisis dinamik gedung B yaitu gaya geser dasar sebagai berikut, %-
relatif perbedaan antara gedung B1 dan B2 untuk arah-x sebesar 0,57%, hasil
ini memperlihatkan bahwa pemodelan kolom ekivalen tepat dilakukan untuk
arah-x.
4. Hasil analisis dinamik gedung A yaitu peralihan atap sebagai berikut, %-relatif
perbedaan antara gedung A1 dan A2 untuk arah-x sebesar 7,17%, hasil ini
memperlihatkan bahwa pemodelan kolom ekivalen tepat dilakukan untuk arah-
x.
5. Hasil analisis dinamik gedung B yaitu peralihan atap sebagai berikut, %-relatif
perbedaan antara gedung B1 dan B2 untuk arah-x sebesar 78,46%, hasil ini
memperlihatkan bahwa pemodelan kolom ekivalen tidak tepat dilakukan untuk
arah-x.
Ananda MS (2013) dalam penelitian yang berjudul “Perencanaan Penulangan
Dinding Geser (Shear Wall) Berdasarkan Tata Cara SNI 03-2847-2002” bertujuan
untuk menentukan besar gaya pada dinding geser pada suatu konstruksi portal 6
lantai dimana letak shearwall simetris dan beraturan, dimana shearwall dengan dan
9
tanpa tulangan. Merencanakan penulangan dari dinding geser sesuai dengan gaya-
gaya yang terjadi akibat kombinasi beban gempa (konsep gaya dalam) serta
membandingkan antara dinding geser yang menggunakan tulangan dengan dinding
geser tanpa tulangan. Dari penelitian tersebut dapat ditarik kesimpulan seperti
berikut.
1. Dinding geser (shear wall) yang direncanakan menggunakan dimensi panjang
/lebar dinding geser 6 m dan tebal 30 cm dengan tinggi gedung 24 m.
2. Gaya geser maksimum yang terjadi pada dinding geser (Vumax) adalah
2875,46 kN.
3. Dinding geser (shear wall) yang direncanakan menggunakan dua layer baja
tulangan D16-300.
4. Berdasarkan perhitungan analisa struktur pada perencanaan struktur dinding
geser diperoleh kuat geser (Vn) sebesar 5015,179 kN (Vn > Vumax). Dengan
demikian, dinding geser (shear wall) cukup kuat menahan gaya geser yang
terjadi pada struktur.
5. Dari data perbandingan struktur open frame dengan dinding geser (shear wall)
dan struktur open frame didapat :
a. Struktur Open Frame dengan Dinding Geser (shear wall)
1. Tulangan yang dibutuhkan adalah 53098,807 kg
2. Volume pekerjaan adalah 792,32 m3
b. Struktur Open Frame
1. Tulangan yang dibutuhkan adalah 61192,794 kg
2. Volume pekerjaan adalah 803,12 m3
Dari hasil penelitian tersebut didapat struktur open frame dengan dinding geser
(shear wall) lebih ekonomis dari struktur open frame.
Manalip dkk (2015), dalam penelitiannya yang berjudul “Penempatan
Dinding Geser pada Bangunan Beton Bertulang dengan Analisa Pushover”
bertujuan untuk menghitung kinerja struktur menggunakan metode pushover dan
mengetahui respon pada penempatan instrumen dinding geser. Dari penelitian
tersebut dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
10
1. Model penempatan dinding sesuai dengan kelas situs tanah dan hazard gempa
adalah sebagai berikut :
a. Untuk hazard gempa 2500 tahun, penempatan dinding geser pada kelas
Situs A mengikuti pola model 19, kelas situs B dan C mengikuti pola
model 13, kelas situs D mengikuti pola model 12, dan kelas situs E
mengikuti model 4.
b. Untuk hazard gempa 500 tahun, penempatan dinding geser pada kelas
seluruh kelas situs A sampai E mengikuti pola model 11.
c. Untuk hazard gempa 1000 tahun, penempatan dinding geser pada kelas
Situs A mengikuti pola model 19 dan atau 20, kelas situs B dan C,
mengikuti pola model 19 dan atau 4, kelas situs D, mengikuti pola model
11 dan atau 19, dan kelas situs E mengikuti pola model 4 dan atau 12.
d. Tipe model penempatan dinding geser direkomendasikan persamaan Y =
1,057082X – 17, 236 dimana nilai X merupakan prosentase perbandingan
antara besarnya base shear terhadap berat total struktur, nilai Y memenuhi
{ Y | Y ϵ A, Y ≤ 20 }.
Kombinasi antara desain berbasis kinerja dan penempatan dinding geser yang tepat
menghasilkan desain struktur yang optimal.
Terdapat perbedaan terhadap model dan subjek dinding geser yang akan
diteliti. Sehingga penelitian yang akan dilakukan dapat dipertanggungjawabkan
keasliannya dan tidak ada tindak plaginasi dalam penelitian ini.
BAB III
LANDASAN TEORI
13
14
Lanjutan Tabel 3.1 Kategori risiko bangunan gedung dan non gedung
Jenis Pemanfaatan Kategori Risiko
Gedung dan non gedung yang ditujukan sebagai fasilitas yang penting,
termasuk, tapi tidak dibatasi untuk :
- Bangunan-bangunan monumental
- Gedung sekolah dan fasilitas pendidikan
- Rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya yang memiliki fasilitas
bedah dan unit gawat darurat
- Tempat perlindungan terhadap gempa bumi, angin badai, dan
tempat perlindungan lainnya
- Fasilitas pemadam kebakaran, ambulans, dan kantor polisi, serta
garasi kendaraan darurat
- Fasilitas kesiapan darurat, komunikasi, pusat operasi dan fasilitas
IV
lainnya untuk tanggap darurat
- Pusat pembanngkit energi dan fasilitas publik lainnya yang
dibutuhkan pada saat keadaan darurat
- Struktur tambahan (termasuk menara telekomunikasi, tangki
penyimpanan bahan bakar, menara pendingin, struktur stasiun
listrik, tangki air pemadam kebakaran atau struktur rumah atau
struktur pendukung air atau material atau peralatan pemadam
kebakaran) yang disyaratkan untul beroperasi pada saat keadaan
darurat.
Gedung dan non gedung yang dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi
struktur bangunan lain yang masuk ke dalaIV
Sumber : SNI 03-1726-2012
E = Eh + Ev (3.1)
E = Eh + Ev (3.2)
18
Keterangan :
E = pengaruh beban gempa,
Eh = pengaruh beban gempa horisontal
Ev = pengaruh beban vertikal
Eh = ρQE (3.3)
Keterangan :
QE adalah pengaruh gaya gempa horisontal dari V atau Fp, ρ adalah faktor
redundansi. 𝐹𝑝 dapat dihitung menggunakan persamaan :
0,4𝑎𝑝 𝑆𝐷𝑆 𝑊𝑝 𝑧
𝐹𝑝 = 𝑅𝑝 (1 + 2 ℎ) (3.4)
( )
𝐼𝑝
Fp = 1,6SDSIpWp (3.5)
Fp = 0,35SDSIpWp (3.6)
Keterangan :
Fp = gaya seismik rencana
SDS = percepatan spektra pada perioda pendek, seperti yang ditentukan pada
Pasal 6.3 SNI 03-1726-2012
ap = faktor amplikasi elemen, bervariasai dari 1,00 sampai 2,50 (gunakan nilai
yang sesuai Tabel 18 atau 19 pada SNI 03-1726-2012)
Ip = faktor keutamaan elemen, bervariasi dari 1 sampai 1,5 (lihat Pasal 9.1.1
pada SNI 03-1726-2012)
Wp = berat operasional elemen
19
Ev = 0,25SDSD (3.7)
Keterangan :
SDS = parameter percepatan spektrum respon desain pada perioda pendek yang
diperoleh dari Pasal 6.10.4 pada SNI 03-1726-2012
D = pengaruh beban mati.
Keterangan :
Ss = parameter respons spektral percepatan gempa MCER terpetakan untuk perioda
pendek;
S1 = parameter respons spektral percepatan gempa MCER terpetakan untuk perioda
1,0 detik.
Dan koefisien situs Fa dan Fv mengikuti Tabel 3.3 dan Tabel 3.4. Jika
digunakan prosedur desain sesuai dengan pasal 8, maka nilai Fa harus ditentukan
sesuai Pasal 8.8.1 pada SNI 03-1726-2012 yaitu “geser dasar seismik” serta nilai
Fv, SMS, dan SM1 tidak perlu ditentukan.
22
2
SSD = 3 𝑆𝑀𝑆 (3.10)
2
SD1 = 3 𝑆𝑀1 (3.11)
Menurut Pasal 8.8.1 pada SNI 03-1726-2012 jika digunakan prosedur desain
yang disederhanakan sesuai Pasal 8, maka nilai SDS harus ditentukan, yaitu pada
“geser dasar seismik” dan nilai SD1 tidak perlu ditentukan.
𝑇
Sa = 𝑆𝐷𝑆 (0,4 + 0,6 𝑇 ) (3.12)
𝑜
2. Untuk perioda lebih besar dari atau sama dengan T0 dan lebih kecil dari atau
sama dengan Ts, spektrum respons percepatan desain, Sa, sama dengan SDS ;
3. Untuk perioda lebih besar dari Ts, spektrum respons percepatan desain, Sa,
diambil berdasarkan persamaan :
𝑆𝐷1
Sa = (3.13)
𝑇
Keterangan :
SDS = parameter respons spektral percepatan desain pada perioda pendek;
SD1 = parameter respons spektral percepatan desain pada perioda 1 detik;
24
𝑆𝐷1
T= (3.14)
𝑇
menurun, required strength kolom pada daerah kritik (M-) juga akan mengecil
sehingga kolom menjadi lebih efisien.
4. Memakai momen balok dan kolom di tepi atau di tempat muka pertemuan.
Dengan memakai momen pada muka kolom maka momen efektif akan lebih
kecil secara siknifikan dibanding dengan gross moment (terutama pada momen
M-). Pada momen positif kejadian sebaliknya mungkin terjadi.
Dari Gambar 3.5 tersebut ditentukan resultan gaya dalam tarik baja T adalah
T = As.fy (3.15)
C = 0,85.fc’.a.b (3.16)
dengan a = tinggi blok tegangan beton tekan persegi ekivalen, b = lebar penampang,
fc’ = tegangan tekan beton.
27
Jarak antara resultan gaya-gaya dalam dan merupakan lengan momen, sebesar
z = d-a/2 (3.17)
Untuk desain lebih lanjut dapat dilakukan dengan hitungan dan persamaan seperti
pada persamaan di bawah ini :
Cc = T1 (3.19)
𝑎
Mn1 = Cc’(𝑑 − 2) (3.21)
𝑀𝑛−𝑀𝑛𝑐
Cs’ = T2 = (3.22)
(𝑑−𝑑′ )
𝑑′
fs’ = (1 − 𝑥 ) 600 ≥ fy leleh, maka fs’= fy (3.23)
𝑑′
fs’ = (1 − 𝑥 ) 600 < fy belum leleh, maka fs’= fs’ (3.24)
𝐶𝑠′ 𝑇2
As’ = (𝑓𝑠′ −0,85.𝑓𝑐 ′ ) ; Ass = 𝑓𝑦 (3.25)
Tulangan perlu :
Kontrol kekuatan :
ϕMn ≥ Mu (3.27)
𝑎
Mn = 𝐶𝑐′ (𝑑 − 2) + 𝐶𝑠 ′ (𝑑 − 𝑑 ′ ) (3.28)
𝑎
Mn = 0,85. 𝑓𝑐 ′ . 𝑎. (𝑑 − 2) + 𝐴𝑠 ′ . 𝑓𝑦(𝑑 − 𝑑 ′ ) (3.29)
𝑎
Mn = 0,85. 𝑓𝑐 ′ . 𝑎. (𝑑 − 2) + 𝐴𝑠 ′ . 𝑓𝑠′(𝑑 − 𝑑′ ) (3.30)
Dimana :
∑ Mnc : jumlah kekuatan lentur nominal kolom yang merangka ke dalam joint,
29
𝑃𝑛 (maks) = 𝑃𝑜 (3.33)
𝑎𝑏
𝑀𝑛𝑏 = 𝑃𝑛𝑏 . 𝑒𝑏 = 0,85. 𝑓 ′ 𝑐 . 𝑎𝑏 . 𝑏. (𝑦 − ) + 𝐴′ 𝑠 . 𝑓 ′ 𝑠 . (𝑦 − 𝑑 ′ )
2
+ 𝐴𝑠 . 𝑓𝑦 . (𝑑 − 𝑦) (3.36)
𝑀𝑛𝑏
𝑒𝑏 = (3.37)
𝑃𝑛𝑏
Dimana : 𝑃𝑛𝑏 = kuat tekan nominal beton terhadap lebar muka tekan
komponen struktur
𝑀𝑛𝑏 = kuat lentur nominal beton terhadap lebar muka tekan
komponen struktur
𝑏 = lebar muka komponen struktur
𝐴′𝑠 = luas tulangan tekan
𝐴𝑠 = luas tulangan Tarik longitudinal non-prategang
𝑓′𝑠 = tegangan dalam tulangan tekan yang terkena beban
terfaktor
𝑦 = dimensi keseluruhan bagian persegi penampang yang lebih
panjang
𝑑′ = jarak dari serat tekan terjauh ke pusat tulangan tarik
longitudinal
Kapasitas penampang pada kondisi momen murni
Ditentukan dengan menganggap sebagai balok dengan tulangan tunggal
𝐴𝑠 .𝑓𝑦
𝑀𝑛 = 𝐴𝑠 . 𝑓𝑦 . (𝑑 − 0,59. 𝑓′ .𝑏 ) (3.38)
𝑐
Kemudian direduksi :
∅. 𝑀𝑛 (3.39)
Sehingga dapat digambarkan menjadi sebuah kurva seperti pada Gambar 3.6
dibawah ini.
31
𝑉𝑐 = 0,17𝜆√𝑓𝑐𝑏𝑤 . 𝑑 (3.40)
𝑉𝑢 𝑑
𝑉𝑐 = (0,16𝜆√𝑓𝑐 + 17𝜌𝑤 ) 𝑏𝑤 𝑑 (3.41)
𝑀𝑢
Untuk komponen struktur yang menerima gaya aksial kapasitas kemampuan untuk
menahan tekan aksial adalah
𝑁𝑢
𝑉𝑐 = 0,17 (1 + 14𝐴𝑔) . 𝜆√𝑓𝑐𝑏𝑤 𝑑 (3.43)
Untuk komponen struktur yang menerima gaya aksial kapasitas kemampuan untuk
menahan tarik aksial adalah
0,29𝑁𝑢
𝑉𝑐 = 0,17 (1 + ) . 𝜆√𝑓𝑐𝑏𝑤 𝑑 (3.44)
14𝐴𝑔
Apabila gaya geser yang bekerja vu lebih besar dari kapasitas geser beton ϕvc maka
diperlukan penulangan geser untuk memperkuatnya.
Dasar perencanaan tulangan geser adalah :
Φvn ≥ vu dimana : vn = vc + vs
𝐴𝑣 .𝑓𝑦.𝑑
𝑣𝑠 = (3.46)
𝑠
dengan Av adalah luas tulangan geser yang berada dalam rentang jarak s.
3.6.5 Perencanaan Dinding Geser
Menurut SNI 03-2847-2013 langkah-langkah perhitungan tulangan pada
dinding geser :
1. Penentuan baja tulangan horizontal dan transversal minimum yang diperlukan.
Kemudian diperlukan kontrol jika gaya geser terfaktor ( Vu ) melebihi kuat
dinding geser beton yang ada ( Vu ada ) maka harus digunakan dua layer.
1
𝑉𝑢 𝑎𝑑𝑎 = 𝐴𝑐𝑣 √𝑓 ′ 𝑐 (3.48)
6
Gambar 3.7 dimensi minimum komponen batas dinding pada sendi plastis
Sumber : Paulay and Pristley (1992)
Dimana bc merupakan tebal kritis yang didapat menggunakan sebuah grafik yang
menghubungkan antara ketebalan kritis dan daktilitas displacement (μΔ) yang
disajikan pada Gambar 3.8 berikut.
Dimana lw adalah panjang dinding geser, hw tinggi total bangunan, dan μΔ adalah
faktor daktilitas yang diambil ≤ 5. Kemudian luasan dinding geser tersebut
dikontrol menggunakan persamaan 3.50 berikut.
𝑏𝑐 . 𝑙𝑤⁄
𝑏𝑐 2 ≤ 𝐴𝑤𝑏 ≥ 10 (3.50)
lebih lanjut mengalami perubahan bentuk pasca-elastis yang besar sampai mencapai
kondisi plastis.
Menurut Manalip dkk, (2015) Analisa static nonlinier atau yang biasa dikenal
sebagai analisa pushover dilakukan dengan memberikan suatu pola beban lateral
statik pada struktur yang kemudian secara bertahap ditingkatkan dengan factor
pengali sampai satu target perpindahan lateral dari suatu titik acuan tercapai. Dalam
penelitian ini analisis pushover dilakukan menggunakan FEMA 356.
sendi plastis ditinjau dari beban aksial (P) maupun momen (M), kemudian opsi
default-M3 (untuk elemen struktur balok) yang menandakan bahwa perilaku sendi
plastis ditinjau dari momen (M)-nya saja. Contoh opsi-opsi tersebut akan
ditampilkan pada Gambar 3.12 berikut ini.
40
41
3. Beban gempa
Beban gempa direncanakan menggunakan SNI 03-1726-2012 dengan
respon spektrum desain. Menurut Widodo (2012) respons spektrum adalah
suatu spektrum yang disajikan dalam bentuk grafik/ plot antara periode getar
struktur T, lawan respons-respons maksimumnya untuk suatu rasio redaman
dan beban gempa tertentu. Pada akhirnya didapatkan suatu grafik respons yang
akan diperlihatkan pada Gambar 4.3.
MULAI
PEMBEBANAN
1. Beban gravitasi (beban mati dan beban hidup)
2. Beban gempa (dinamik)
3. Kombinasi Pembebanan
SELESAI
DAFTAR PUSTAKA
Standar Nasional Indonesia, 1989. Tata Cara Pembebanan Untuk Rumah dan
Gedung, Badan Standarisasi Nasional: SNI 03-1727, Jakarta.
Standar Nasional Indonesia, 2012. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa
untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung, Badan Standarisasi
Nasional: SNI 1726, Jakarta.
Standar Nasional Indonesia, 2013. Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan
Gedung, Badan Standarisasi Nasional: SNI 2847, Jakarta.
T. Paulay, M. J. N. Priestley, 1992, Seismic Design of Reinforced Concrete and
Masonry Buildings. A Wiley Interscience Publication. United States of
America.
Utomo, Cipto dan Rokhmad Irfan Susanto, 2012, Evaluasi Struktur dengan
Pushover Analysis pada Gedung Kalibata Residences Jakarta, e-jurnal S1,
Vol.I No. 1:1-10, Semarang.