Anda di halaman 1dari 45

PROPOSAL PENELITIAN

PERENCANAAN JEMBATAN BETON BERTULANG

PT.BERAU COAL SITE BINUNGAN

KABUPATEN BERAU

KALIMANTAN TIMUR

Disusun Oleh:

Muhammad Fitrah Hidayatullah (197011392)

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

UNIVERSITAS BALIKAPAPAN

BALIKPAPAN

2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
yang berjudul: “Diksi atau Pilihan Kata”.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan proposal penelitian ini masih dari jauh
dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, penulis telah
berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai
dengan baik dan oleh karenanya, penulis dengan rendah hati menerima masukan, saran dan usul
guna penyempurnaan makalah ini.

Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.

Balikpapan, 2 Desember 2019

Muhammad Fitrah Hidayatullah


ABSTRAK

Sarana dan prasarana lalu lintas memainkan peran yang sangat penting dalam pertumbuhan
ekonomi suatu daerah. Sarana dan prasarana lalu lintas yang tersedia dengan baik selalu
berbanding lurus dengan pertumbuhan ekonomi yang meningkat.

Pembangunan jembatan PT.Berau Coal Site Binungan ini merupakan salah satu proyek
pembangunan dikawasan tambang batu baru. Pembangunan jembatan ini merupakan proyek untuk
proses mobilisasi batu bara menjadi lebih lancar, cepat, dan aman. Jembatan ini memiliki bentang
50 m dan lebar 8,5 m ini merupakan jembatan beton bertulang. Dalam tugas proposal penelitian
ini dibahas tentang perencanaan struktur jembatan baikstruktur atas maupun struktur bawah
jembatan. Perencanaan strukur atas jembatan dimulai dengan perencanaan lantai kendaraan, tiang
sandaran, dan dilanjutkan dengan perencanaan struktur bawahnya yang meliputi perencanaan
pilar, abutmen dan pondasi.

Kata Kunci: Jembatan, Struktur Atas, Struktur Bawah


DAFTAR ISI

Halaman Judul ............................................................................................... i


Kata Pengantar......................................................................................................ii
Abstrak………………………………………………………………………….iii
Daftar Isi.............................................................................................................iv
BAB 1 Pendahuluan..........................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................1
1.2 Lokasi Proyek.................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.............................................................................2
1.4 Rumusan Masalah...........................................................................2
1.5 Metode Penyusunan........................................................................2
BAB II Tinjauan Pustaka...................................................................................3
2.1 Definisi Jembatan............................................................................3
2.1.1 Jembatan Beton Bertulang...........................................................3
2.2 Bagian-bagian Struktur Jembatan...................................................3
2.2.1 Struktur Bawah............................................................................5
2.2.2 Struktur Atas................................................................................10
2.3 Klasifikasi Jembatan.......................................................................13
2.4 Bentuk dan Tipe Jembatan..............................................................18
2.4.1 Jembatan Leengkung-Batu (Stone arch bridge)..........................18
2.4.2 Jembatan Rangka (Truss bridge).................................................18
2.4.3 Jembatan Gantung (Suspension bridge).......................................19
2.4.4 Jembatan Beton(Concrete bridge)...............................................19
2.4.5 Jembatan Haubans (Cable stayed)...............................................20
2.5 Pembebanan Umum........................................................................20
2.6 Beton Bertulang..............................................................................23
2.6.1 Kekuatan Nominal Beton.............................................................23
2.6.2 Tegangan Ijin...............................................................................24
2.6.3 Perencanaan Balok T...................................................................25
BAB III Metode Penelitian.................................................................................30
3.1 Pengumpulan Data..........................................................................31
3.2 Spesifikasi Konstruksi....................................................................32
3.3 Perencanaan Struktur Jembatan......................................................33
3.4 Peraturan-Peraturan yang Digunakan.............................................34
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 1.1 Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi suatu daerah sangat dipengaruhi oleh sarana
transportasinya. Sarana transportasi yang memadai memudahkan mobilisasi
muatan batu bara dan material lainnya. Sarana transportasi berupa jalan yang baik,
jembatan yang kuat, serta sarana-sarana lainnya hendaknya menjadi perhatian
engineer bagi pemenuhan kebutuhan dikawasan pertambangan. Sarana
transportasi yang baik sangat menunjang terciptanya iklim ekonomi yang baik
pula bagi masyarakat setempat.
Jembatan adalah suatu struktur konstruksi yang berfungsi untuk
menghubungkan dua bagian jalan yang terputus oleh adanya rintangan-rintangan
seperti lembah yang dalam, alur sungai saluran irigasi dan pembuang. Proyek
pembangunan jembatan ini merupakan pekerjaan yang sangat penting dalam arus
transportasi pertambangan dikawasan PT.Berau C. Selanjutnya hal ini tentu
berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi masyarakat setempat. Dengan
pembangunan jembatan ini, proses mobilisasi masyarakat Kota Sendawar menjadi
lebih lancar dan aman.
Seiring dengan makin berkembangnya teknologi angkutan jalan raya maka
konstruksi jembatan harus direncanakan sesuai dengan tuntutan transportasi baik
dari segi kenyamanan, keamanan, maupun keindahan. Oleh karena itu proses
perencanaannya harus diperhitungkan dengan sebaik mungkin. Pada umumnya
perhitungan jembatan terbagi atas dua bagian penting yaitu bagian atas jembatan
dan bagian bawah jembatan. Bagian atas jembatan akan memikul langsung beban
– beban lalu lintas diatasnya sedangkan bagian bawah jembatan memikul beban
diatasnya dan meneruskan beban – beban tersebut ke lapisan tanah keras.
1.2 Lokasi Proyek
Proyek pembangunan jembatan PT.Berau Coal Site Binungan ini
berlokasi di Site Binungan I, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur.

1.3 Rumusan Masalah


Rumusan yang penulis bahas dalam tugas akhir ini adalah:
1. Bagaimana perhitungan perencanaan bangunan atas jembatan ?
2. Bagaimana perhitungan perencanaan bangunan bawah
jembatan menggunakan metode beton bertulang ?

1.4 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan tugas akhir ini adalah antara lain;
1. Untuk menghitung bangunan atas jembatan.
2. Untuk menghitung bangunan bawah jembatan menggunakan metode beton
bertulang.

1.5 Metode Penyusunan


Metode yang penulis gunakan dalam penyusunan tugas akhir ini adalah
antara lain:
1. Pengumpulan Data
Digunakan untuk memperoleh data yang berhubungan dengan analisa
yang dibahas.
2. Metode Kepustakaan
Digunakan untuk mendapatkan acuan dari buku-buku referensi.
3. Metode Bimbingan
Dilakukan dengan dosen mengenai masalah yang dibahas untuk
mendapatkan petunjuk dalam pembuatan tugas akhir.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Jembatan


Menurut wikipedia bahasa indonesia jembatan merupakan struktur yang
dibuat untuk menyebrangi jurang atau rintangan seperti sungai, rel kereta api
ataupun jalan raya. Jembatan juga merupakan bagian dari infrastruktur
transportasi darat yang sangat vital dalam aliran perjalanan
(http://id.m.wikipedia.org/wiki/Jembatan). Sedangkan menurut Struyk dan Veen
jembatan adalah suatu konstruksi yang gunanya untuk meneruskan jalan melelui
rintangan yang berada lebih rendah. Rintangan ini biasanya jalan lain(jalan air
atau jalan lalu lintas biasa). (Struyk dan Veen, 1984).
Selanjutnya menurut Supriyadi dan Muntohar jembatan adalah suatu
bangunan yang memungkinkan suatu jalan menyilang sungai/saluran air, lembah
atau menyilang jalan lain yang tidak sama tinggi permukaannya. Secara umum
suatu jembatan berfungsi untuk melayani arus lalu lintas dengan baik, dalam
perencanaan dan perancangan jembatan sebaiknya mempertimbangkan fungsi
kebutuhan transportasi, persyaratan teknis dan estetika-arsitektural yang meliputi :
Aspek lalu lintas, Aspek teknis, Aspek estetika. (Supriyadi dan Muntohar, 2007).

2.1.1 Jembatan Beton Bertulang Balok T


Jembatan beton bertulang balok T merupakan merupakan jembatan yang
konstruksinya terbuat dari material utama bersumber dari beton. Jembatan tipe ini
digunakan secara luas dalam konstruksi jalan raya, tersusun dari slab beton yang
didukung secara integral dengan gelagar. Penggunaan jembatan ini akan lebioh
ekonomis pada bentang 40-80 ft (15-25 m)pada kondisi normal (tanpa kesalahan
pengerjaan). (Supriyadi dan Muntohar, 2007).

2.2 Bagian-bagian Struktur Jembatan


Menurut Departement Pekerjaan Umum (Pengantar Dan Prinsip – Prinsip
Perencanaan Bangunan bawah / Pondasi Jembatan, 1988) Suatu bangunan
jembatan pada umumnya terdiri dari 6 bagian pokok, yaitu :
1. Bangunan atas
2. Landasan
3. Bangunan bawah
4. Pondasi
5. Oprit
6. Bangunan pengaman jembatan

Gambar 2.1 Bagian - bagian jembatan


Keterangan Gambar :

1. Bangunan Atas
2. Landasan (Biasanya terletak pada pilar / abutment)
3. Bangunan Bawah (fungsinya : memikul beban – beban pada bangunan atas dan
pada bangunan bawahnya sendiri untuk disalurkan ke pondasi, kemudiandari
pondasi disalurkan ke tanah)
4. Pondasi
5. Oprit (terletak dibelakang abutmen, oleh karena itu tanah timbunan di belakang
abutment dibuat sepadat mungkin agar tidak terjadi penurunan tanah dibelakang
hari)
Secara umun bentuk dan bagian-bagian suatu struktur jembatan dapat
dibagi dalam empat bagian utama, yaitu : struktur bawah, struktur atas, jalan
pendekat, bangunan pengaman.

Kontruksi jembatan dibagi menjadi 2 (dua) bagian pokok yaitu :


1) Bangunan Bawah ( Sub Structure )
 Abutment ( Kepala Jembatan )
 Pondasi
 Pilar
2) Bangunan Atas (Upper Structure)
 Lantai kendaraan.
 Trotoar
 Gelagar diafragma.
 Gelagar induk.
 Perletakan atau andas
 Plat injak

2.2.1 Struktur Bawah


Menurut Departemen Pekerjaan Umum (Modul Pengantar Dan Prinsip-
Prinsip Perencanaan Bangunana Bawah / Pondasi Jembatan, 1988), fungsi utama
bangunan bawah adalah memikul beban – beban pada bangunan atas dan pada
bangunan bawahnya sendiri untuk disalurkan ke pondasi. Selanjutnya beban-
beban tersebut oleh pondasi disalurkan ke tanah. Bangunan bawah jembatan terdiri
dari:
1) Kepala Jembatan (abutment)
Karena letak abutment yang berada di ujung jembatan maka abutment ini
berfungsi juga sebagai penahan tanah. Umumnya abutment dilengkapi dengan
konstruksi sayap yang berfungsi menahan tanah dalam arah tegak lurus as
jembatan. Jenis abutment yang dipilih dilihat dari tinggi badan abutment
tersebut. Bentuk alternatif abutment tertera seperti dibawah ini :
Tabel 2.1 Jenis-jenis abutment jembatan
Jenis Abutment Tinggi ( meter )
Pangkal Tembok Penahan kantilever 0-8
Pangkal Tembok Penahan Gravitasi 3-4
Pangkal Tembok Penahan Kontrafort 6-20
Pangkal Kolom ”Spill Through ” 0-20
Pangkal Balok Cap Tiang Sederhana 0-20
Pangkal Tanah Bertulang 5-15

Dari beberapa alternatif tersebut diatas dipilih tipe abutment tembok penahan
kontrafort dengan bahan beton. Abutmen tipe ini dipilih karena kemampuan
abutment menahan beban, kekuatan bahan abutment dan pelaksanaannya
mudah. Untuk jembatan beton,bentuk umum dari abutmen beton tersebut
diasumsikan tersusun atas elemen-elemen berbentuk segi empat dan segi tiga.
Secara umum ada 3 kemungkian bentuk abutmen jembatan beton yang
didasarkan kepada tinggi dari abutmen tersebut.
- Tipe Dinding
- Tipe Balok Kepala/Beam Cap
- Peralihan Tipe Dinding dan Beam Cap

Tipe dinding

Tipe Peralihan Tipe Balok Kepala

Gambar 2.2 Bentuk abutmen jembatan beton

2) Pilar Jembatan
Pilar merupakan tumpuan gelagar yang terletak di antara ke dua abutment,
dimana tujuannya untuk membagi kedua bentang jembatan agar di dapatkan
bentang jembatan yang kecil atau tidak terlalu panjang untuk menghindari
adanya penurunan yang besar pada bangunan atas.
Gambar 2.3 Pilar
3) Pondasi
Pondasi merupakan bagian dari sebuah jembatan yang meneruskan beban-
beban langsung ke atau dari tanah atau batuan/lapisan tanah keras.
Berdasarkan sistemnya, pondasi abutment atau pier jembatan dapat di bedakan
menjadi beberapa macam jenis, antara lain :
- Pondasi telapak (spread footing)
- Pondasi sumuran ( Caisson)
- Pondasi tiang (pile foundation)
Karena dalam perencanaan jembatan ini menggunakan pondasi tiang pancang
maka penulis hanya mengulas mengenai pondasi tiang pancang.
 Penggolongan pondasi tiang pancang.
Pondasi tiang pancang dapat digolongkan berdasarkan pemakaian bahan, cara
tiang meneruskan beban dan cara pemasangannya, berikut ini akan dijelaskan
satu persatu.
a. Pondasi tiang pancang menurut pemakaian bahan dan karakteristik
strukturnya
Tiang pancang dapat dibagi kedalam beberapa kategori (Bowles, 1991)
antara lain:
1. Tiang pancanag kayu
Tiang pancang kayu ini sangat cocok untuk daerah rawa dan daerah-
daerah dimana sangat banyak terdapat hutan kayu seperti daerah
Kalimantan, sehingga mudah memperoleh balok/tiang kayu yang
panjang dan lurus dengan diameter yang cukup besar untuk digunakan
sebagai tiang pancang. Persyaratan dari tiang pancang tongkat kayu
tersebut adalah : bahan kayu yang dipergunakan harus cukup tua,
berkualitas baik dan tidak cacat, contohnya kayu berlian. Semula tiang
pancang kayu harus diperiksa terlebih dahulu sebelum dipancang untuk
memastikan bahwa tiang pancang kayu tersebut memenuhi ketentuan
dari bahan dan toleransi yang diijinkan.
2. Tiang pancang beton
- Precast Reinforced Concrete Pile
Precast renforced concrete pile adalah tiang pancang dari beton
bertulang yang dicetak dan dicor dalam acuan beton (bekisting),
kemudian setelah cukup kuat lalu diangkat dan dipancangkan.
Karena tegangan tarik beton adalah kecil dan praktis dianggap sama
dengan nol, sedangkan berat sendiri dari pada beton adalah besar,
maka tiang pancang beton ini haruslah dieri penulangan-penulangan
yang cukup kuat untuk menahan momen lentur yang akan timbul
pada waktu pengangkatan dan pemancangan.
- Precast Prestressed Concrete Pile adalah tiang pancang dari beton
prategang yang menggunakan baja penguat dan kabel kawat sebagai
gaya prategangnya.
- Cast in Place Pile
Pondasi tiang pancang tipe ini adalah pondasi yang di cetak di
tempat dengan jalan dibuatkan lubang terlebih dahulu dalam tanah
dengan cara mengebor tanah seperti pada pengeboran tanah pada
waktu penyelidikan tanah.
3. Tiang pancang baja
Pada umumnya, tiang pancang baja struktur harus berupa profil baja
gilas biasa, tetapi tiang pancang pipa dan kotak dapat digunakan.
Bilamana tiang pancang pipa atau kotak digunakan, dan akan diisi
dengan beton, mutu beton tersebut minimum harus K250. Kebanyakan
tiang pancang baja ini berbentuk profil H. Karena terbuat dari baja
maka kekuatan dari tiang ini sendiri sangat besar sehingga dalam
pengangkutan dan pemancangan tidak menimbulkan bahaya patah
seperti halnya pada tiang beton precast. Jadi pemakaian tiang pancang
baja ini akan sangat bermanfaat apabila kita memerlukan tiang pancang
yang panjang dengan tahanan ujung yang besar.
4. Tiang Pancang Komposit.
Tiang pancang komposit adalah tiang pancang yang terdiri dari dua
bahan yang berbeda yang bekerja bersama-sama sehingga merupakan
satu tiang. Kadang-kadang pondasi tiang dibentuk dengan
menghubungkan bagian atas dan bagian bawah tiang dengan bahan
yang berbeda, misalnya dengan bahan beton di atas muka air tanah dan
bahan kayu tanpa perlakuan apapun disebelah bawahnya. Biaya dan
kesulitan yang timbul dalam pembuatan sambungan menyebabkan cara
ini diabaikan.
b. Pondasi tiang pancang menurut pemasangannya
Pondasi tiang pancang menurut cara pemasangannya dibagi dua bagian
besar, yaitu:
1. Tiang pancang pracetak
Tiang pancang pracetak adalah tiang pancang yang dicetak dan dicor
didalam acuan beton (bekisting), kemudian setelah cukup kuat lalu
diangkat dan dipancangkan.
2. Tiang yang dicor ditempat (cast in place pile)
Tiang yang dicor ditempat (cast in place pile) ini menurut teknik
penggaliannya terdiri dari beberapa macam cara yaitu :
- Cara penetrasi alas
Cara penetrasi alas yaitu pipa baja yang dipancangkan kedalam tanah
kemudian pipa baja tersebut dicor dengan beton.
- Cara penggalian
Cara ini dapat dibagi lagi urut peralatan pendukung yang digunakan
antara lain penggalian dengan tenaga manusia dan penggalian
dengan tenaga mesin.
2.2.2 Struktur Atas
Struktur atas jembatan adalah bagian dari struktur jembatan yang secara
langsung menahan beban lalu lintas untuk selanjutnya disalurkan ke bangunan
bawah jembatan; bagian-bagian pada struktur bangunan atas jembatan terdiri atas
struktur utama, sistem lantai, sistem perletakan, sambungan siar muai dan
perlengkapan lainnya; struktur utama bangunan atas jembatan dapat berbentuk
pelat, gelagar, sistem rangka, gantung, jembatan kabel (cable stayed) atau
pelengkung. Struktur atas jembatan merupakan bagian-bagian jembatan yang
memindahkan beban-beban lantai jembatan kearah perletakan. Struktur atas
terdiri dari : gelagar-gelagar induk, struktur tumpuan atau perletakan, struktur
lantai jembatan/kendaraan, pertambahan arah melintang dan memanjang.

1) Lantai Jembatan
Merupakan bagian dari konstruksi jembatan yang memikul beban akibat jalur
lalu lintas secara langsung untuk kemudian disalurkan kepada konstruksi di
bawahnya. Lantai ini harus diberi saluran yang baik untuk mengalirkan air
hujan dengan cepat. Untuk keperluan ini maka permukaan jalan diberi
kemiringan sebesar 2 % kearah kiri dan kanan tepi jalan. Lantai kendaraan
untuk jembatan komposit ditopang oleh gelagar memanjang dan diperkuat
oleh diafragma.

Gambar 2.4 Lantai jembatan


2) Trotoar
Merupakan bagian dari konstruksi jembatan yang ada pada ke dua samping jalur
lalu lintas. Trotoar ini berfungsi sebagai jalur pejalan kaki dan terbuat dari beton
tumbuk, yang menyatu dan homogen dengan plat lantai kendaraan dan sekaligus
berfungsi sebagai balok pengeras plat lantai kendaraan.

Gambar 2.5 Trotoar

3) Gelagar Diafragma
Komponen ini terletak pada jembatan yang letaknya melintang arah jembatan
yang mengikat balok-balok gelagar induk. Komponen ini juga mengika
beberapa balok gelagar induk agar menjadi suatu kesatuan supaya tidak terjadi
pergeseran antar gelagar induk.

Gambar 2.6 Diafragma


4) Gelagar Memanjang
Gelagar memanjang ini merupakan tumpuan plat lantai kendaraan dalam arah
memanjang.Komponen ini merupakan suatu bagian struktur yang menahan
beban langsung dari pelat lantai kendaraan. Seperti ditunjukkan pada gambar
di bawah ini.
Gambar 2.7 Gelagar memanjang
5) Perletakan ( Andas)
Perletakan (andas) merupakan tumpuan perletakan atau landasan gelagar pada
Abutment. Landasan ini terdiri dari landasan roll dan landasan sendi.
Landasan sendi dipakai untuk menahan dan menerima beban vertikal maupun
horizontal dari gelagar memanjang, sedangkan landasan roll dipakai untuk
menerima beban vertikal sekaligus beban getaran.

Gambar 2.8 Andas

6) Plat injak
Plat injak berfungsi menghubungkan jalan dan jembatan sehingga tidak terjadi
perbedaan tinggi keduanya, juga menutup bagian sambungan agar tidak terjadi
keausan antara jalan dan jembatan pada pelat lantai jembatan.
2.3 Klasifikasi Jembatan
Menurut Siswanto (1999), jembatan dapat diklasifikasikan menjadi
bermacam-macam jenis/tipe menurut fungsi, keberadaan, material yang dipakai,
jenis lantai kendaraan dan lain-lain seperti berikut :
1) Klasifikasi jembatan menurut keberadaannya (tetap/dapat digerakkan)
 Jembatan tetap seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.9 di bawah ini,
dapat terbuat dari :
a. Jembatan kayu,
b. Jembatan baja,
c. Jembatan beton bertulang balok T,
d. Jembatan pelat beton,
e. Jembatan beton prategang,
f. Jembatan batu,
g. Jembatan komposit
Gambar 2.9 Jembatan tetap

 Jembatan yang dapat digerakkan (umumnya dari baja) seperti yang


ditunjukkan pada gambar 2.10 di bawah ini, dibagi menjadi :
a. Jembatan yang dapat berputar diatas poros mendatar, seperti :
1. Jembatan angkat
2. Jembatan baskul
3. Jembatan lipat strauss
b. Jembatan yang dapat berputar diatas poros mendatar dan yang
dapat berpindah sejajar mendatar,
c. Jembatan yang dapat berputar di atas poros tegak atau jembatan putar,
d. Jembatan yang dapat bergeser ke arah tegak lurus atau mendatar :
1. Jembatan angkat
2. Jembatan beroda
3. Jembatan goyah

Gambar 2.10 Jembatan yang dapat digerakkan


2) Klasifikasi jembatan menurut fungsinya
Klasifikasi jembatan menurut fungsingnya seperti yang ditunjukkan pada
gambar 2.11 berikut :
1. Jembatan jalan raya,
2. Jembatan jalan rel,
3. Jembatan untuk talang air/aquaduk, dan
4. Jembatan untuk menyebrangkan pipa-pipa (air, minyak, gas)

Gambar 2.11 Jembatan menurut fungsinya

3) Klasifikasi jembatan menurut material yang dipakai, seperti yang ditunjukkan


pada gambar 2.12 di bawah ini :
1. Jembatan kayu
2. Jembatan baja
3. Jembatan beton bertulang (konvensional, prategang)
4. Jembatan bambu
5. Jembatan pasangan batu kali/bata
6. Jembatan komposit

Gambar 2.12 Jembatan menurut material yang dipakai


4) Klasifikasi jembatan berdasarkan bentuk struktur atasnya, seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 2.13 berikut :
1. Jembatan balok/gelagar
2. Jembatan pelat
3. Jembatan pelengkung/busur (arch bridge)
4. Jembatan rangka
5. Jembatan gantung (suspension bridge)
6. jembatan cable stayed

Gambar 2.13 Jembatan berdasarkan bentuk struktur atasnya


5) Klasifikasi jembatan berdasarkan lamanya waktu penggunaan,
1. Jembatan sementara/darurat, merupakan jembatan yang penggunaannya
hanya bersifat sementara, sampai terselesaikannya pembangunan jembatan
permanen
2. Jembatan semi permanen yaitu jembatan sementara yang dapat ditingkatkan
menjadi jembatan permanen, misalnya dengan cara mengganti lantai
jembatan dengan bahan/material yang lebih baik/awet, sehingga kapasitas
serta umur jembatan menjadi bertambah baik,
3. Jembatan permanen, merupakan jembatan yang penggunaannya bersifat
permanen serta direncanakan mempunyai umur pelayanan tertentu (misal
dengan umur rencana 50 tahun)

2.4 Bentuk dan Tipe Jembatan


Menurut Supriyadi dan Muntohar (2007), jembatan yang berkembang
hingga saat ini dapat diklasifikasikan dalam beberapa bentuk struktur atas
jembatan, seperti yang diuraikan berikut ini.

2.4.1 Jembatan Lengkung-Batu (stone arch bridge)


Jembatan pelengkung (busur) dari bahan batu, ditemukan pada masa
Babylonia. Pada perkembangannya pengaplikasian pembuatan jembatan ini
semakin ditinggalkan dan saat ini hanya berupa sejarah.

Gambar 2.14 Jembatan lengkung dari batu

2.4.2 Jembatan Rangka (truss bridge)


Jembatan rangka dapat terbuat dari kayu atau logam. Jembatan rangka
kayum (wooden truss) termasuk tipe klasik yang sudah banyak tertinggal
mekanika bahannya. Jembatan rangka kayu hanya dibuat untuk mendukung beban
yang tidak terlalu besar. Pada perkembangannya setelah ditemukan bahan baja,
tipe rangka mulai menguinakan rangka baja dengan berbagai macam bentuk.

Gambar 2.15 Jembatan tipe rangka kayu

2.4.3 Jembatan Gantung (suspension bridge)


Dengan semakin majunya teknologi dan semakin banyak tuntutan
kebutuhan transportasi, manusia mengembangkan tipe jembatan gantung, yaitu
dengan memanfaatkan kabel-kabel baja. Tipe ini sering digunakan untuk jembatan
bentang panjang. Pertimbangan pemakaian tipe jembatan gantung adalah dapat
dibuat untuk bentang panjang tanpa pilar ditengahnya. Jembatan gantung
merupakan jenis jembatan yang digunakan untuk betang-bentang besar yaitu
antara 500 m sampai 2000 m atau 2 km.

Gambar 2.16 Jembatan gantung

2.4.4 Jembatan Beton (concrete bridge)


Beton telah banyak dikenal dalam dunia konstruksi. Dengan semakin
majunya teknologi beton dimungkinkan untuk memperoleh bentuk penampang
beton yang beragam. Dewasa ini jembatan beton tidak hanya berupa beton
bertulang konvensional saja tetapi juga berupa jembatan beton prategang.
Gambar 2.17 Jembatan Prategang

2.4.5 Jembatan Haubans (cable stayed)


Jembatan tipe ini sangat baik dan menguntungkan bila digunakan untuk
jembatan bentang panjang. Kombinasi pengunaan kabel dan dek beton prategang
merupakan keunggulan dari jembatan tipe ini. Besar bentang maksimum untuk
jembatan kabel sekitar 500 m sampai 900 m.

Gambar 2.18 Jembatan kabel

2.5 Pembebanan Umum


Berdasarkan, ” Peraturan Muatan Untuk Jembatan Jalan Raya” No. 12 /
Tahun 1987 pasal 1.
1) Muatan mati
 Beton bertulang σ = 2,5 t/m³
 Perkerasan Jalan Beraspal σ = 2,2 t/m³
 Air σ = 1,00 t/m³
2) Muatan hidup
Yaitu muatan dari berat kendaraan yang bergerak dan berat pejalan kaki
yang bekerja pada jembatan. Muatan hidup dibagi menjadi :
a) Muatan “ T “
Adalah muatan oleh kendaraan yang mempunyai beban roda ganda
sebesar 10 T, dengan ukuran – ukuran serta kedudukan tergambar.
Keterangan :
a1 = a2 = 30 cm ; Ms = Muatan rencana sumbu = 20 T
b1 = 12,50 cm
b2 = 50,00 cm

Gambar 2.19 Distribusi beban T


Kendaraan truck ”T” ini harus ditempatkan di tengah-tengah lajur lalu-
lintas rencana dengan ketentuan Jumlah maksimumnya seperti tercantum
dalam tabel berikut.
Tabel 2.2 Jumlah maksimum lajur lalu-lintas rencana

b) Muatan “ D “
Adalah muatan pada tiap jalur lalu lintas yang terdiri dari muatan
terbagi rata sebesar q T / m dan muatan garis P = 12 T melintang jalur
tersebut (belum termasuk muatan kejut). Gambar muatan garis dan muatan
terbagi rata pada jalur jalan muatan “ D “ berlaku 100% sebesar 5,5 m.
Jika lebar lebih 5,5 m maka sisanya dihitung 50% dari muatan “ D “

Gambar 2.20 Distribusi beban “D” yang bekerja pada jembatan

Besar q ditentukan sebagai berikut:


q = 2,2 t/m’, untuk L < 30 m
q = 22 – ( ) , untuk 30m < L < 60 m

q = 1,1 x ( ) t/ , untuk L > 60m

Gambar 2.21 Ketentuan penggunaan beban “D”


c) Muatan pada trotoar, kerb dan sandaran
1. Muatan pada trotoar
 Untuk konstruksi q = 500 kg / m2
 Untuk perhitungan gelagar q’ = 60 % q
= 60 % x 500
= 300 kg / m2
2. Muatan Kerb pada tepi lantai jembatan
Pk = 500 kg / m, arah horizontal pada puncak kerb atau 25 cm diatas
muka lantai kendaraan.
3. Muatan pada sandaran
Ps = 100 kg / m, arah horizontal.

Gambar 2.22 Muatan pada sandaran


d) Muatan kejut
Untuk memperhitungkan pengaruh – pengaruh getaran dan
pengaru lainnya. Tegangan akibat garis “ P “ harus dikalikan koefisien
kejut .
Rumus :

Keterangan:
K = Koefisien kejut
L = Panjang bentang

2.6 Beton Bertulang


Beton bertulang adalah beton yang ditulangi dengan luas dan jumlah
tulangan yang tidak kurang dari nilai minimum, yang disyaratkan dengan atau
tanpa prategang, dan direncanakan berdasarkan asumsi bahwa kedua material
bekerja bersama-sama dalam menahan gaya yang bekerja.

2.6.1 Kekuatan Nominal Beton


Menurut aturan “Perencanaan Struktur Beton Bertulang untuk Jembatan”
tahun 2008 halaman 2-3 , kekuatan nominal beton terdidi dari,
1) Kuat tekan
Kuat tekan beton untuk jembatan beton non prategang pada umur 28 hari, fc''
harus ≥20 MPa dan sedangkan untuk beton prategang 30 Mpa.
2) Kuat tarik
Kuat tarik langsung dari beton, bisa diambil dari ketentuan:

 √ pada umur 28 hari, dengan perawatan standar atau


 Dihitung secara probabilitas statistik dari hasil pengujian
3) Kuat tarik lentur
Kuat tarik lentur beton, bisa diambil sebesar:

 √ MPa pada umur 28 hari, dengan perawatan standar atau


 Dihitung secara probabilitas statistik dari hasil pengujian

2.6.2 Tegangan Ijin


Menurut “Perencanaan Struktur Beton Bertulang untuk Jembatan” tahun
2008 halaman 2-4 tegangan ijin beton terbagi atas,
1) Tegangan ijin tekan pada kondisi layan

Tegangan tekan ijin, layan = √ (untuk semua kombinasi beban).


2) Tegangan ijin tekan pada kondisi beban sementara atau kondisi transfer gaya
prategang untuk komponen beton prategang

Tegangan tekan ijin penampang beton, = √


Dimana:
adalah kuat tekan beton initial pada saat transfer gaya prategang
3) Tegangan ijin tarik pada kondisi batas
layan Tegangan tarik ijin penampang beton:

 Beton tanpa tulangan : √

 Beton prategang penuh : √


4) Tegangan ijin tarik pada kondisi transfer gaya prategang untuk komponen
beton prategang
Tegangan tarik yang diijinkan pada saat transfer gaya prategang:

 √ (selain di perletakan)

 √ (di perletakan)
2.6.3 Perencanaan Balok T
Menurut “Perencanaan Struktur Beton Bertulang untuk Jembatan” tahun
2008 halaman 4-36 tegangan ijin beton terdiri dari,

Gambar 2.23 Balok T dalam momen positif dan negatif

1) Balok T dan balok T semu


Untuk menentukan balok T semu atau sebenarnya perlu digunakan
pemeriksaan terlebih dahulu tinggi blok tekan beton, a dengan asumsi awal
tinggi blok tekan beton memotong flens.

Setelah a asumsi diperoleh, selanjutnya diperiksa apakah a memotong f lens


atau badan
Penampang balok:
 jika a (asumsi) ≤ , maka dianalisis sebagai balok T semu (balok persegi
seperti gambar 2.13b),
 jika a (asumsi)> , maka dianalisis sebagai balok T sebenarnya seperti
dapat dilihat pada gambar 2.13d

Lebar efektif sayap balok T berdasarkan SNI adalah nilai terkecil dari
persyaratan sebagai berikut :
 = L/4 , dimana L adalah panjang bentang balok tersebut
 = + 16
 = + dimana adalah jarak bersih antara balok dengan balok
sebelahnya
Sedangkan lebar efektif balok L (balok yang hanya mempunyai pelat pada
satu sisi saja) tidak boleh lebih dari :
 = + L/12
 =+6
 =+

Gambar 2.24 Lebar efektif balok dengan sayap

2) Balok T Tulangan Tunggal


a) Keruntuhan balans (seimbang)
Keruntuhan balans atau seimbang terjadi bila regangan maksimum
pada serat terluar pada daerah tekan beton telah mencapai = 0,003 dan
bersamaan dengan itu tulangan baja mencapai regangan leleh baja =
Keruntuhan balans ini digunakan untuk memeriksa penampang apakah
keruntuhan tarik (under reinforced) atau keruntuhan tekan (over
reinforced). Persamaan untuk keseimbangan gopel gayanya adalah sebagai
berikut.
T=C
Dimana:
T=

C = += + ()

( )

Dengan mendistribusikaa nilai maka diperoleh = ( () () )


b) Keruntuhan tarik (under reinforced)
Keruntuhan tarik terjadi bila keruntuhan dimulai dengan tulangan
tarik baja mengalami leleh terlebih dahulu. Persamaan untuk
keseimbangan gopel gayanya adalah sebagai berikut.
T=C
Dimana:
T=
C = += + ()

Jika a ≥ , maka b alok dianalisis sebagai balok T jika tidak cukup


dianalisis sebagai balok persegi. Perhitungan dilanjutkan dengan
menghitung momen nominal balok T :
Mn = (d- ) + (d- )

c) Keruntuhan tekan (over reinforced)


Keruntuhan tekan terjadi bila keruntuhan dimulai dengan
kehancuran pada daerah tekan beton terlebih dahulu. Hal ini terjadi bila
tulangan tarik baja lebih banyak dari luas tulangan balans, yang
dihitung pada pers atau regangan baja, < . Keruntuhan tekan bersifat
getas sehingga tidak disarankan merencanakan dengan kondisi keruntuhan
tekan. Keseimbangan gopel gaya:
T=C
Dimana:
T=
C = += + ()
Selanjutnya untuk menghitung momen nominal sama seperti menghitung
momen dalam kondisi keruntuhan tarik, yaitu:
Mn = (d- ) + (d- )
3) Balok T tulangan ganda
Seperti halnya dengan balok T tulangan tunggal ,a nalisis balok T sebenarnya
dilakukan bila tinggi blok tekan beton, a ≥ .
a) Keruntuhan tarik dengan tulangan tekan leleh
Untuk memeriksa apakah tulangan tekan leleh, maka perlu dihitung tinggi
blok tekan beton, dengan asumsi tulangan tekan leleh.

Bila a ≤ , maka balok dianalisis sebagai balok persegi, namun jika a >
maka balok dianalisis sebagai balok T. Keseimbangan gopel gaya :
T=C
Dimana:
T=

C = += + () +
Bila persamaan diselesaikan maka tinggi balok desak beton adalah

≤ (
) d, maka tulangan tarik leleh

≥ ( ) d’, maka tulangan tarik leleh

Selanjutnya menghitung momen nominal dengan persamaan sebagai berikut.

Mn = (d- ) + (d- ) + (d-d’)


b) Keruntuhan tarik dengan tulangan tekan tidak leleh
T=C
Dimana:
T=

C = += + ( ) + Regangan baja= ( )
Selanjutnya untuk mendapatkan nilai blok tekan beton dilakukan dengan
mendistribusikan persamaan di atas.

T=+

= 0,85+ 0,85( )+( )

0,8 + (0,85 ( )+ ) ( )=0


Dimana:

A = 0,85

B = (0,85 ( ) + )

C = ()

Momen nominalnya:
Mn = (d- ) + (d- ) + (d-d’)
BAB III

METODE PENELITIAN

Start

Rumusan Masalah

data
Pengumpulan

Data Primer Data Sekunder


 Data jembatan  Tinjauan pustaka
 Data lokasi  Data tanah
pengerjaan
Analisis Data
Perencanaan Struktur Atas
 Trotoar Perencanaan Struktur Bawah
 Plat lantai jembatan  Abutment
 Gelagar memanjang  Fondasi
 Diafragma
 Plat injak

Kontrol Desain

Gambar Rencana

Finish
3.1 Pengumpulan Data
1) Data Umum
a. Dimensi
 Bentang jembatan A – B = 25 m
 Lebar lalu lintas = 2 x 3,5 =7m
 Lebar trotoar = 2x 1 =2m
 Lebar total =9m
b. Konstruksi
 Tipe jembatan = Jembatan balok T
 Lantai jembatan = Beton K 350
 Gelagar memanjang = Beton K 350
 Diafragma = Beton K 350
 Abutment = Beton K 350
 Pilar = Beton K 350
 Pondasi = Tiang Pancang
2) Data Tanah
Dari hasil penyelidikan tanah di lokasi pembangunan jembatan
diperoleh pekerjaan Boring dilakukan pada 2 titik (BH 1 dan BH 2) namun
terdapat beda tinggi ± 2. Sedangkan untuk pekerjaan sondir dilakukan pada 4
titik. Pada keempat titik pelaksanaan menunjukkan hasil yang serasi dimana
lapisan lanau berlempung di permukaan memiliki konsistensi sangat lunak
hingg kedalaman -2.00 s/d -4.00 m.
Di bawah kedalaman ini dijumpai lapisan pasir agak padat hingga kedalaman
bervariasi -5.00 s/d -8.00 m. Lapisan selanjutnya adalah lapisan lempung dan
lanau dengan konsistensi sedang hingga kedalaman -11/-12 m. Lapisan
terakhir dijumpai adalah pasir berlanau dengan kapasitas agak padat sampai
dengan padat yang menyebabkan kapasitas alat sondir 250 kg/cm² tercapai di
kedalaman maksimum antara 13.20 m s/d 13.80 m.
3.2 Spesifikasi Konstruksi
Pada perencanaan proyek jembatan balok T dipakai mutu beton K 350
dan mutubaja U 39 (PBI ’71 tabel 10.42)
a) Angka n ( PBI ’71 hal 132 )
 n = 19 untuk pembebanan tetap
 b = 13 untuk pembebanan sementara
b) Daftar berat isi bahan–bahan bangunan (Jembatan “Bab III Peraturan
Pembebanan Jembatan hal. 37) :
 Baja Tuang = 7,85 t/m³
 Besi tuang = 7,25 t/m³
 Alumunium paduan = 2,80 t/m³
 Beton Bertulang = 2,40 t/m³
 Beton biasa, cycloope = 2,20 t/m³
 Pasangan batu atau kaca = 2,00 t/m³
 Kayu = 1,00 t/m³
 Tanah, pasir dan kerikil = 2,00 t/m³
 Perkerasan Jalan beraspal = 2,00–2,50 T t/m³
 Air = 1,00 t/m³
Tabel 3.1 Mutu beton K-350 dan tegangan yang diijinkan
Tabel 3.2 Tegangan-tegangan baja beton yang diijinkan ( PBI 71 hal. 103 )

3.3 Perencanaan Struktur Jembatan


Perencanaan struktur atas jembatan terdiri dari perencanaan struktur atas
dan perencanan struktur bawah.
1) Perencanaan Struktur Atas Jembatan
Perencanaan Struktur Atas Jembatan terdiri
dari:
 Perhitungan trotoar
 Perhitungan plat lantai jembatan
 Perhitungan gelagar memanjang
 Perhitungan diafragma
 Perhitungan plat injak
2) Perencanaan Struktur Bawah Jembatan
Perencanaan Struktur Bawah Jembatan terdiri
dari:
 Perhitungan abutment
 Perhitungan pondasi tiang pancang
3.4 Peraturan-peraturan yang Digunakan
1) Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 (PBI 1971)
2) Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (Beta
Version),2002
3) Pedoman Perencanaan Pembebanan Jembatan Jalan Raya 1987 (PPPJJR
1987)
4) Standar Pembebanan untuk Jembatan (RSNI T-02-2005)
5) Perencanaan struktur Beton Bertulang untuk Jembatan (Departemen
Pekerjaan Umum Direktorat Bina Jendersl Bina Marga,2008
Saran

Adapun saran-saran yang penulis simpulkan selama mengerjakan skripsi


ini adalah sebagai beikut:
1. Dalam melakukan perhitungan sebaiknya data-data yang diperlukan
disiapkan terlebih dahulu agar perhitungan sesuai dengan data-data
yang lapangan atau data yang telah diuji coba laboratorium
2. Dalam proses perhitungan sebaiknya mengacu pada peraturan-peraturan
yang sudah ditetapkan agar dimensi dan volume struktur dapat
ditetapkan sebaik mungkin.
3. Untuk mencapai perencanaan yang baik dan benar-benar matang maka
diperlukan studi kelayakan yang teliti dan referensi yang lengkap.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim,2009.Jembatan.(http://id.m.wikipedia.org/wiki/Jembatan) dikunjungi
pada tanggal 17 November 2019 pukul 21:30 WITA.

Asiyanto,2008.Metode Konstruksi Jembatan Beton,UI Press,Jakarta.

Asroni,A.210.Balok dan Plat beton Bertulang.Surakarta:Graha Ilmu.

Bowles, J. E.,1991,Analisa dan Desain Pondasi,Edisi keempat Jilid 1, Erlangga,


Jakarta.

Bowles, J. E.,1993,Analisa dan Desain Pondasi,Edisi keempat Jilid 2,Erlangga,


Jakarta

Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Bina Jendersl Bina Marga.2008.


Perencanaan struktur Beton Bertulang untuk Jembatan.

Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik.1979. Peraturan Beton


Bertulang Indonesia 1971. Depatemen Pekerjaan Umum dan Tenaga
Listrik Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan.

Departemen Pekerjaan Umum.RSNI T-02-2005:Standar Pembebanan untuk


Jembatan. Badan Litbang PU.

Gunawan, R.1988, Tabel Profil Konstruksi Baja, Kanisius,Yogyakarta.

Gunawan,R.1983, Pengantar Teknik Pondasi.Kanisius,Yogyakarta.

Pengantar Dan Prinsip – Prinsip Perencanaan Bangunan bawah / Pondasi


Jembatan, 1988.

Sunggono,KH.1984, Mekanika Tanah.Nova,Bandung.

Supryadi,B., Muntohar A.S., 2007, Jembatan, Beta Offset, Yogyakarta

Struyk, J.H., Van Der Veen, W.C.H.K., 1984, alih bahasa Soemargono, Jembatan,
Penerbit Pradnya Paramita, Jakarta.
Departemen Pekerjaan Umum.SNI0-03-2847-2002:Tata Cara
Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung Beta
Version).Bandung

Anda mungkin juga menyukai