KABUPATEN BERAU
KALIMANTAN TIMUR
Disusun Oleh:
UNIVERSITAS BALIKAPAPAN
BALIKPAPAN
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
yang berjudul: “Diksi atau Pilihan Kata”.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan proposal penelitian ini masih dari jauh
dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, penulis telah
berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai
dengan baik dan oleh karenanya, penulis dengan rendah hati menerima masukan, saran dan usul
guna penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.
Sarana dan prasarana lalu lintas memainkan peran yang sangat penting dalam pertumbuhan
ekonomi suatu daerah. Sarana dan prasarana lalu lintas yang tersedia dengan baik selalu
berbanding lurus dengan pertumbuhan ekonomi yang meningkat.
Pembangunan jembatan PT.Berau Coal Site Binungan ini merupakan salah satu proyek
pembangunan dikawasan tambang batu baru. Pembangunan jembatan ini merupakan proyek untuk
proses mobilisasi batu bara menjadi lebih lancar, cepat, dan aman. Jembatan ini memiliki bentang
50 m dan lebar 8,5 m ini merupakan jembatan beton bertulang. Dalam tugas proposal penelitian
ini dibahas tentang perencanaan struktur jembatan baikstruktur atas maupun struktur bawah
jembatan. Perencanaan strukur atas jembatan dimulai dengan perencanaan lantai kendaraan, tiang
sandaran, dan dilanjutkan dengan perencanaan struktur bawahnya yang meliputi perencanaan
pilar, abutmen dan pondasi.
PENDAHULUAN
1.1 1.1 Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi suatu daerah sangat dipengaruhi oleh sarana
transportasinya. Sarana transportasi yang memadai memudahkan mobilisasi
muatan batu bara dan material lainnya. Sarana transportasi berupa jalan yang baik,
jembatan yang kuat, serta sarana-sarana lainnya hendaknya menjadi perhatian
engineer bagi pemenuhan kebutuhan dikawasan pertambangan. Sarana
transportasi yang baik sangat menunjang terciptanya iklim ekonomi yang baik
pula bagi masyarakat setempat.
Jembatan adalah suatu struktur konstruksi yang berfungsi untuk
menghubungkan dua bagian jalan yang terputus oleh adanya rintangan-rintangan
seperti lembah yang dalam, alur sungai saluran irigasi dan pembuang. Proyek
pembangunan jembatan ini merupakan pekerjaan yang sangat penting dalam arus
transportasi pertambangan dikawasan PT.Berau C. Selanjutnya hal ini tentu
berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi masyarakat setempat. Dengan
pembangunan jembatan ini, proses mobilisasi masyarakat Kota Sendawar menjadi
lebih lancar dan aman.
Seiring dengan makin berkembangnya teknologi angkutan jalan raya maka
konstruksi jembatan harus direncanakan sesuai dengan tuntutan transportasi baik
dari segi kenyamanan, keamanan, maupun keindahan. Oleh karena itu proses
perencanaannya harus diperhitungkan dengan sebaik mungkin. Pada umumnya
perhitungan jembatan terbagi atas dua bagian penting yaitu bagian atas jembatan
dan bagian bawah jembatan. Bagian atas jembatan akan memikul langsung beban
– beban lalu lintas diatasnya sedangkan bagian bawah jembatan memikul beban
diatasnya dan meneruskan beban – beban tersebut ke lapisan tanah keras.
1.2 Lokasi Proyek
Proyek pembangunan jembatan PT.Berau Coal Site Binungan ini
berlokasi di Site Binungan I, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur.
TINJAUAN PUSTAKA
1. Bangunan Atas
2. Landasan (Biasanya terletak pada pilar / abutment)
3. Bangunan Bawah (fungsinya : memikul beban – beban pada bangunan atas dan
pada bangunan bawahnya sendiri untuk disalurkan ke pondasi, kemudiandari
pondasi disalurkan ke tanah)
4. Pondasi
5. Oprit (terletak dibelakang abutmen, oleh karena itu tanah timbunan di belakang
abutment dibuat sepadat mungkin agar tidak terjadi penurunan tanah dibelakang
hari)
Secara umun bentuk dan bagian-bagian suatu struktur jembatan dapat
dibagi dalam empat bagian utama, yaitu : struktur bawah, struktur atas, jalan
pendekat, bangunan pengaman.
Dari beberapa alternatif tersebut diatas dipilih tipe abutment tembok penahan
kontrafort dengan bahan beton. Abutmen tipe ini dipilih karena kemampuan
abutment menahan beban, kekuatan bahan abutment dan pelaksanaannya
mudah. Untuk jembatan beton,bentuk umum dari abutmen beton tersebut
diasumsikan tersusun atas elemen-elemen berbentuk segi empat dan segi tiga.
Secara umum ada 3 kemungkian bentuk abutmen jembatan beton yang
didasarkan kepada tinggi dari abutmen tersebut.
- Tipe Dinding
- Tipe Balok Kepala/Beam Cap
- Peralihan Tipe Dinding dan Beam Cap
Tipe dinding
2) Pilar Jembatan
Pilar merupakan tumpuan gelagar yang terletak di antara ke dua abutment,
dimana tujuannya untuk membagi kedua bentang jembatan agar di dapatkan
bentang jembatan yang kecil atau tidak terlalu panjang untuk menghindari
adanya penurunan yang besar pada bangunan atas.
Gambar 2.3 Pilar
3) Pondasi
Pondasi merupakan bagian dari sebuah jembatan yang meneruskan beban-
beban langsung ke atau dari tanah atau batuan/lapisan tanah keras.
Berdasarkan sistemnya, pondasi abutment atau pier jembatan dapat di bedakan
menjadi beberapa macam jenis, antara lain :
- Pondasi telapak (spread footing)
- Pondasi sumuran ( Caisson)
- Pondasi tiang (pile foundation)
Karena dalam perencanaan jembatan ini menggunakan pondasi tiang pancang
maka penulis hanya mengulas mengenai pondasi tiang pancang.
Penggolongan pondasi tiang pancang.
Pondasi tiang pancang dapat digolongkan berdasarkan pemakaian bahan, cara
tiang meneruskan beban dan cara pemasangannya, berikut ini akan dijelaskan
satu persatu.
a. Pondasi tiang pancang menurut pemakaian bahan dan karakteristik
strukturnya
Tiang pancang dapat dibagi kedalam beberapa kategori (Bowles, 1991)
antara lain:
1. Tiang pancanag kayu
Tiang pancang kayu ini sangat cocok untuk daerah rawa dan daerah-
daerah dimana sangat banyak terdapat hutan kayu seperti daerah
Kalimantan, sehingga mudah memperoleh balok/tiang kayu yang
panjang dan lurus dengan diameter yang cukup besar untuk digunakan
sebagai tiang pancang. Persyaratan dari tiang pancang tongkat kayu
tersebut adalah : bahan kayu yang dipergunakan harus cukup tua,
berkualitas baik dan tidak cacat, contohnya kayu berlian. Semula tiang
pancang kayu harus diperiksa terlebih dahulu sebelum dipancang untuk
memastikan bahwa tiang pancang kayu tersebut memenuhi ketentuan
dari bahan dan toleransi yang diijinkan.
2. Tiang pancang beton
- Precast Reinforced Concrete Pile
Precast renforced concrete pile adalah tiang pancang dari beton
bertulang yang dicetak dan dicor dalam acuan beton (bekisting),
kemudian setelah cukup kuat lalu diangkat dan dipancangkan.
Karena tegangan tarik beton adalah kecil dan praktis dianggap sama
dengan nol, sedangkan berat sendiri dari pada beton adalah besar,
maka tiang pancang beton ini haruslah dieri penulangan-penulangan
yang cukup kuat untuk menahan momen lentur yang akan timbul
pada waktu pengangkatan dan pemancangan.
- Precast Prestressed Concrete Pile adalah tiang pancang dari beton
prategang yang menggunakan baja penguat dan kabel kawat sebagai
gaya prategangnya.
- Cast in Place Pile
Pondasi tiang pancang tipe ini adalah pondasi yang di cetak di
tempat dengan jalan dibuatkan lubang terlebih dahulu dalam tanah
dengan cara mengebor tanah seperti pada pengeboran tanah pada
waktu penyelidikan tanah.
3. Tiang pancang baja
Pada umumnya, tiang pancang baja struktur harus berupa profil baja
gilas biasa, tetapi tiang pancang pipa dan kotak dapat digunakan.
Bilamana tiang pancang pipa atau kotak digunakan, dan akan diisi
dengan beton, mutu beton tersebut minimum harus K250. Kebanyakan
tiang pancang baja ini berbentuk profil H. Karena terbuat dari baja
maka kekuatan dari tiang ini sendiri sangat besar sehingga dalam
pengangkutan dan pemancangan tidak menimbulkan bahaya patah
seperti halnya pada tiang beton precast. Jadi pemakaian tiang pancang
baja ini akan sangat bermanfaat apabila kita memerlukan tiang pancang
yang panjang dengan tahanan ujung yang besar.
4. Tiang Pancang Komposit.
Tiang pancang komposit adalah tiang pancang yang terdiri dari dua
bahan yang berbeda yang bekerja bersama-sama sehingga merupakan
satu tiang. Kadang-kadang pondasi tiang dibentuk dengan
menghubungkan bagian atas dan bagian bawah tiang dengan bahan
yang berbeda, misalnya dengan bahan beton di atas muka air tanah dan
bahan kayu tanpa perlakuan apapun disebelah bawahnya. Biaya dan
kesulitan yang timbul dalam pembuatan sambungan menyebabkan cara
ini diabaikan.
b. Pondasi tiang pancang menurut pemasangannya
Pondasi tiang pancang menurut cara pemasangannya dibagi dua bagian
besar, yaitu:
1. Tiang pancang pracetak
Tiang pancang pracetak adalah tiang pancang yang dicetak dan dicor
didalam acuan beton (bekisting), kemudian setelah cukup kuat lalu
diangkat dan dipancangkan.
2. Tiang yang dicor ditempat (cast in place pile)
Tiang yang dicor ditempat (cast in place pile) ini menurut teknik
penggaliannya terdiri dari beberapa macam cara yaitu :
- Cara penetrasi alas
Cara penetrasi alas yaitu pipa baja yang dipancangkan kedalam tanah
kemudian pipa baja tersebut dicor dengan beton.
- Cara penggalian
Cara ini dapat dibagi lagi urut peralatan pendukung yang digunakan
antara lain penggalian dengan tenaga manusia dan penggalian
dengan tenaga mesin.
2.2.2 Struktur Atas
Struktur atas jembatan adalah bagian dari struktur jembatan yang secara
langsung menahan beban lalu lintas untuk selanjutnya disalurkan ke bangunan
bawah jembatan; bagian-bagian pada struktur bangunan atas jembatan terdiri atas
struktur utama, sistem lantai, sistem perletakan, sambungan siar muai dan
perlengkapan lainnya; struktur utama bangunan atas jembatan dapat berbentuk
pelat, gelagar, sistem rangka, gantung, jembatan kabel (cable stayed) atau
pelengkung. Struktur atas jembatan merupakan bagian-bagian jembatan yang
memindahkan beban-beban lantai jembatan kearah perletakan. Struktur atas
terdiri dari : gelagar-gelagar induk, struktur tumpuan atau perletakan, struktur
lantai jembatan/kendaraan, pertambahan arah melintang dan memanjang.
1) Lantai Jembatan
Merupakan bagian dari konstruksi jembatan yang memikul beban akibat jalur
lalu lintas secara langsung untuk kemudian disalurkan kepada konstruksi di
bawahnya. Lantai ini harus diberi saluran yang baik untuk mengalirkan air
hujan dengan cepat. Untuk keperluan ini maka permukaan jalan diberi
kemiringan sebesar 2 % kearah kiri dan kanan tepi jalan. Lantai kendaraan
untuk jembatan komposit ditopang oleh gelagar memanjang dan diperkuat
oleh diafragma.
3) Gelagar Diafragma
Komponen ini terletak pada jembatan yang letaknya melintang arah jembatan
yang mengikat balok-balok gelagar induk. Komponen ini juga mengika
beberapa balok gelagar induk agar menjadi suatu kesatuan supaya tidak terjadi
pergeseran antar gelagar induk.
6) Plat injak
Plat injak berfungsi menghubungkan jalan dan jembatan sehingga tidak terjadi
perbedaan tinggi keduanya, juga menutup bagian sambungan agar tidak terjadi
keausan antara jalan dan jembatan pada pelat lantai jembatan.
2.3 Klasifikasi Jembatan
Menurut Siswanto (1999), jembatan dapat diklasifikasikan menjadi
bermacam-macam jenis/tipe menurut fungsi, keberadaan, material yang dipakai,
jenis lantai kendaraan dan lain-lain seperti berikut :
1) Klasifikasi jembatan menurut keberadaannya (tetap/dapat digerakkan)
Jembatan tetap seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.9 di bawah ini,
dapat terbuat dari :
a. Jembatan kayu,
b. Jembatan baja,
c. Jembatan beton bertulang balok T,
d. Jembatan pelat beton,
e. Jembatan beton prategang,
f. Jembatan batu,
g. Jembatan komposit
Gambar 2.9 Jembatan tetap
b) Muatan “ D “
Adalah muatan pada tiap jalur lalu lintas yang terdiri dari muatan
terbagi rata sebesar q T / m dan muatan garis P = 12 T melintang jalur
tersebut (belum termasuk muatan kejut). Gambar muatan garis dan muatan
terbagi rata pada jalur jalan muatan “ D “ berlaku 100% sebesar 5,5 m.
Jika lebar lebih 5,5 m maka sisanya dihitung 50% dari muatan “ D “
Keterangan:
K = Koefisien kejut
L = Panjang bentang
√ (selain di perletakan)
√ (di perletakan)
2.6.3 Perencanaan Balok T
Menurut “Perencanaan Struktur Beton Bertulang untuk Jembatan” tahun
2008 halaman 4-36 tegangan ijin beton terdiri dari,
Lebar efektif sayap balok T berdasarkan SNI adalah nilai terkecil dari
persyaratan sebagai berikut :
= L/4 , dimana L adalah panjang bentang balok tersebut
= + 16
= + dimana adalah jarak bersih antara balok dengan balok
sebelahnya
Sedangkan lebar efektif balok L (balok yang hanya mempunyai pelat pada
satu sisi saja) tidak boleh lebih dari :
= + L/12
=+6
=+
C = += + ()
( )
Bila a ≤ , maka balok dianalisis sebagai balok persegi, namun jika a >
maka balok dianalisis sebagai balok T. Keseimbangan gopel gaya :
T=C
Dimana:
T=
C = += + () +
Bila persamaan diselesaikan maka tinggi balok desak beton adalah
≤ (
) d, maka tulangan tarik leleh
C = += + ( ) + Regangan baja= ( )
Selanjutnya untuk mendapatkan nilai blok tekan beton dilakukan dengan
mendistribusikan persamaan di atas.
T=+
Dimana:
A = 0,85
B = (0,85 ( ) + )
C = ()
Momen nominalnya:
Mn = (d- ) + (d- ) + (d-d’)
BAB III
METODE PENELITIAN
Start
Rumusan Masalah
data
Pengumpulan
Kontrol Desain
Gambar Rencana
Finish
3.1 Pengumpulan Data
1) Data Umum
a. Dimensi
Bentang jembatan A – B = 25 m
Lebar lalu lintas = 2 x 3,5 =7m
Lebar trotoar = 2x 1 =2m
Lebar total =9m
b. Konstruksi
Tipe jembatan = Jembatan balok T
Lantai jembatan = Beton K 350
Gelagar memanjang = Beton K 350
Diafragma = Beton K 350
Abutment = Beton K 350
Pilar = Beton K 350
Pondasi = Tiang Pancang
2) Data Tanah
Dari hasil penyelidikan tanah di lokasi pembangunan jembatan
diperoleh pekerjaan Boring dilakukan pada 2 titik (BH 1 dan BH 2) namun
terdapat beda tinggi ± 2. Sedangkan untuk pekerjaan sondir dilakukan pada 4
titik. Pada keempat titik pelaksanaan menunjukkan hasil yang serasi dimana
lapisan lanau berlempung di permukaan memiliki konsistensi sangat lunak
hingg kedalaman -2.00 s/d -4.00 m.
Di bawah kedalaman ini dijumpai lapisan pasir agak padat hingga kedalaman
bervariasi -5.00 s/d -8.00 m. Lapisan selanjutnya adalah lapisan lempung dan
lanau dengan konsistensi sedang hingga kedalaman -11/-12 m. Lapisan
terakhir dijumpai adalah pasir berlanau dengan kapasitas agak padat sampai
dengan padat yang menyebabkan kapasitas alat sondir 250 kg/cm² tercapai di
kedalaman maksimum antara 13.20 m s/d 13.80 m.
3.2 Spesifikasi Konstruksi
Pada perencanaan proyek jembatan balok T dipakai mutu beton K 350
dan mutubaja U 39 (PBI ’71 tabel 10.42)
a) Angka n ( PBI ’71 hal 132 )
n = 19 untuk pembebanan tetap
b = 13 untuk pembebanan sementara
b) Daftar berat isi bahan–bahan bangunan (Jembatan “Bab III Peraturan
Pembebanan Jembatan hal. 37) :
Baja Tuang = 7,85 t/m³
Besi tuang = 7,25 t/m³
Alumunium paduan = 2,80 t/m³
Beton Bertulang = 2,40 t/m³
Beton biasa, cycloope = 2,20 t/m³
Pasangan batu atau kaca = 2,00 t/m³
Kayu = 1,00 t/m³
Tanah, pasir dan kerikil = 2,00 t/m³
Perkerasan Jalan beraspal = 2,00–2,50 T t/m³
Air = 1,00 t/m³
Tabel 3.1 Mutu beton K-350 dan tegangan yang diijinkan
Tabel 3.2 Tegangan-tegangan baja beton yang diijinkan ( PBI 71 hal. 103 )
Anonim,2009.Jembatan.(http://id.m.wikipedia.org/wiki/Jembatan) dikunjungi
pada tanggal 17 November 2019 pukul 21:30 WITA.
Struyk, J.H., Van Der Veen, W.C.H.K., 1984, alih bahasa Soemargono, Jembatan,
Penerbit Pradnya Paramita, Jakarta.
Departemen Pekerjaan Umum.SNI0-03-2847-2002:Tata Cara
Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung Beta
Version).Bandung