Anda di halaman 1dari 13

PENILAIAN AKHIR SEMESTER

“Pekerjaan Konstruksi Jalan dengan Perkerasaan Lentur”

MK. METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI

Dosen Pengampuh :

Budi Setiawan, ST., MT

Disusun Oleh :
HELEN
(1940301072)

Lokal : A2/B

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BORNEO
TARAKAN 2021
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan Rahmat dan
Berkat-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas paper dengan judul “Pekerjaan
Kontruksi Jalan dengan Perkerasaan Lentur”

Tujuan membuat paper ini adalah untuk memenuhi penilaian akhir semester pada
mata kuliah Metode Pelaksanaan Konstruksi.

Keberhasilan dalam menyusun makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak.
Untuk itu tidak lupa saya mengucapkan terima Kasih kepada Bapak Budi Setiawan, S.T.,
M.T sebagai dosen mata kuliah Metode Pelaksanaan Konstruksi.

Saya sangat berharap paper ini dapat berguna dan menambah wawasan serta
pengetahuan. Dalam penyusunan paper ini, saya menyadar sepenuhnya bahwa makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan karena pengalamaan dan pengetahuan penulis masih sangat
terbatas. Oleh karena itu, keritik, saran dan usulan yang membangun akan penulis terima
dengan senang hati.

Tarakan, 22 June 2021

Penulis
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR................................................................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................................................3
BAB I......................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................4
BAB II.....................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................5
2.1 Pengertian Perkerasaan Lentur..................................................................................................5
2.2 Jenis-Jenis Perkerasaan Jalan.....................................................................................................5
2.2.1 Lapisan Permukaan (surface course)....................................................................................6
2.2.2 Lapisan Pondasi Atas (base course)......................................................................................7
2.2.3 Lapisan Pondasi Bawah (subbase course).............................................................................7
2.2.4 Lapisan Tanah Dasar (subgrade)...........................................................................................8
2.3 Penyebab Kerusakan Pekerasan Jalan Lentur............................................................................9
2.4 Jenis Pemeliharaan Jalan..........................................................................................................10
2.5 Keuntungan dan Kerugian Menggunakan Pekerasan Lentur...................................................10
2.6 Kriteria Konstruksi Perkerasan Jalan........................................................................................10
BAB III..................................................................................................................................................12
PENUTUP.............................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................................13
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jalan merupakan infrastruktur yang menghubungkan satu daerah dengan daerah lain
yang sangat penting dalam sistem pelayanaan masyarakat (Wirahadikusumah, 2007).
Lapisan perkerasaan jalan berfungssi unutuk menerima beban lalu lintas dan
menyebarkannya kelapisan dibawahnya kemudian diteruskan ketanah dasar. Berdasarkan
bahan pengikatnya, lapisan perkerasaan jalan dibagi menjadi dua kategori yaitu lapisan
perkerasaan lentur dan perkerasan kaku.
Jenis perkerasaan lentur yang digunakan di Indonesia umumnya menggunakan
campuran aspal panas baik untuk pelapisan ulang, pemeliharaan maupun pembangunan
jalan baru. Jenis-jenis perkerasan di Indonesia yang mempergunakan campuran aspal
panas antara lain: Lapis Aspal Beton (Laston) atau AC (Asphalt Concrete), Lapisan tipis
Aspal Beton (Lataston) atau HRS (Hot Rolled Sheets) dan Lapis Tipis Aspal Pasir
(Latasir).
Sistem Perkerasaan jalan di Indonesia dianggap masih tertinggal jauh dari Negara-
negara lain didunia. Kerusakaan jalan menjadi salah satu indicator yang memberikan
gambaran untuk hal tersebut. Perkerasaan jalan di Indonesia umumnya mengalami
kerusakan awal (kerusakaan dini) antara lain akibat pengaruh beban lalu lintas yang
berlebihaan (overloading), temperature (cuaca), air, kontruksi perkerasaan yang tidak
memenuhi persyaratan teknis dan hal-hal lainnya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Perkerasaan Lentur?
2. Apa sajakah jenis perkerasan jalan?
3. Apa sajakah penyebab dari kerusakan jalan?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Perkerasan lentur
2. Untuk mengetahui jenis-jenis perkerasan jalan yang terjadi
3. Untuk mengetahui penyebab kerusakan jalan
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Perkerasaan Lentur


Perkerasan lentur {flexible pavement) adalah perkerasan yang umumnya
menggunakan bahan campuran beraspal sebagai lapis permukaan serta bahan berbutir sebagai
lapisan di bawahnya. Sehingga lapisan perkerasan tersebut mempunyai flexibilitas/kelenturan
yang dapat menciptakan kenyaman kendaraan dalam melintas diatasnya. Perlu dilakuan
kajian yang lebih intensif dalam penerapannya dan harus juga memperhitungkan secara
ekonomis, sesuai dengan kondisi setempat, tingkat keperluan, kemampuan pelaksanaan dan
syarat teknis lainnya, sehingga konstruksi jalan yang direncanakan itu adalah yang optimal.

2.2 Jenis-Jenis Perkerasaan Jalan


Kontruksi perkerasaan lentur terdiri dari lapisan-lapisan yang diletakkan diatas tanah
dasar yang telah dipadatkan. Lapisan-lapisan tersebut berfungsi untuk menerima beban lalu
lintas dan menyebarkannya kelapisan di bawahnya. Beban kendaraan dilimpahkan
keperkerasaan jalan melalui bidang kontak roda berupa beban terbagi rata P0. Beban tersebut
diterima oleh lapisan permukaan dan disebarkan ketanah dasar menjadi P1 yang lebih kecil
dari daya dukung tanah tersebut.
Konstruksi perkerasaan lentur jalan raya terdiri atas lapisan-lapisan yang dapat
dikelompokkan menjadi 4 bagian, yaitu:

1. Lapisan permukaan (surface course)


2. Lapisan pondasi atas (base course)
3. Lapisan pondasi bawah (subbase course)
4. Lapisan tanah dasar (subgrade)

Sedangkan beban lalu lintas yang berkerja diatas konstruksi perkerasaan dapat dibedakan
atas:

1. Muatan kendaraan berupa gaya vertical


2. Gaya rem kendaraan berupa gaya horizontal
3. Pukulan roda kendaraan berupa getaran-getaran

Oleh karena sifat penyebaran gaya maka muatan yang diterima oleh masing-masing lapisan
berbeda dan semakin kebawah semakin kecil. Lapisan permukaan harus mampu menerima
seluruh jenis gaya yang berkerja, lapis pondasi atas menerima gaya vertical dan getaran,
sedangkan tanah dasar dianggap hanya menerima geteran vertical saja.

2.2.1 Lapisan Permukaan (surface course)


Lapisan yang terletak paling atas disebut lapis permukaan, berfungsi antara lain
sebagai berikut:

Sebagai bahan perkerasaan untuk menahan beban roda.

a. Sebagai lapisan rapat air untuk melindungi badan jalan kerusakan akibat cuaca.
b. Sebagai lapisan aus (wearing course).

Bahan untuk lapisan permukaan umumnya adalah sama dengan bahan untuk lapis
pondasi, dengan persyaratan yang lebih tinggi. Penggunaan bahan aspal diperlukan agar
lapisan dapat bersifat kedap air, disamping itu bahan aspal sendiri memberikan bantuan
tegangan tarik, yang berarti mempertinggi daya dukung lapisan terhadap beban roda lalu
lintas.

2.2.2 Lapisan Pondasi Atas (base course)


Lapis pondasi adalah bagian perkerasan yang terletak antara lapis permukaan dengan
lapis pondasi bawah (atau dengan tanah dasar bila tidak menggunakan lapis pondasi bawah).
Fungsi lapis pondasi atas adalah :

a. Sebagai bagian perkerasaan yang menahan roda.


b. Sebagai perletakan terhadap lapis permukaan.

Bahan-bahan untuk lapis pondasi umumnya harus cukup kuat dan awet sehingga dapat
menahan beban-beban roda. Sebelum menentukan suatu bahan untuk digunakan sebagai
bahan pondasi, hendaknya dilakukan penyelidikan dan pertimbangan sebaik-baiknya
sehubungan dengan persyaratan teknik.

Bermacam-macam bahan alam / bahan setempat (CBR > 50%, PI < 4%) dapat digunakan
sebagai bahan lapis pondasi, antara lain : batu pecah, kerikil pecah dan stabilisasi tanah
dengan semen atau kapur.
2.2.3 Lapisan Pondasi Bawah (subbase course)

Lapisan pondasi bawah adalah bagian perkerasan yang terletak antara lapis pondasi
dan tanah dasar.

Fungsi lapis pondasi bawah antara lain:

a. Sebagai bagian dari konstruksi perkerasan untuk mendukung dan menyebarkan beban
roda.
b. Mencapai efisiensi penggunaan material yang relatif murah agar lapisan-lapisan
selebihnya dapat dikurangi tebalnya (penghematan biaya konstruksi).
c. Untuk mencegah tanah dasar masuk ke dalam lapis pondasi.
d. Sebagai lapis pertama agar pelaksanaan dapat berjalan lancar.

Hal ini sehubungan dengan terlalu lemahnya daya dukung tanah dasar terhadap roda-roda
alat-alat besar atau karena kondisi lapangan yang memaksa harus segera menutup tanah dasar
dari pengaruh cuaca.

Bermacam-macam tipe tanah setempat (CBR > 20%, PI < 10%) yang relatif lebih baik
dari tanah dasar dapat digunakan sebagai bahan pondasi bawah. Campuran-campuran tanah
setempat dengan kapur atau semen portland dalam beberapa hal sangat dianjurkan, agar dapat
bantuan yang efektif terhadap kestabilan konstruksi perkerasan.

D 15 subbase
≥5
D 15 subbase

D15 subbase
≤5
D85 subbase

Dimana :

D15 = diameter butir pada keadaan banyaknya persen yang lolos 15%

D85 = diameter butir pada keadaan banyaknya persen yang lolos 85%

2.2.4 Lapisan Tanah Dasar (subgrade)

Tanah Dasar adalah permukaan tanah semula atau permukaan galian atau permukaan
tanah timbunan, yang dipadatkan dan merupakan permukaan dasar untuk perletakan bagian-
bagian perkerasan lainnya.
Kekuatan dan keawetan konstruksi perkerasan jalan sangat tergantung dari sifat- sifat dan
daya dukung tanah dasar. Umumnya persoalan yang menyangkut tanah dasar adalah sebagai
berikut:

a. Perubahan bentuk tetap (deformasi permanen) dari macam tanah tertentu akibat beban
lalu lintas.
b. Sifat mengembang dan menyusut dari tanah tertentu akibat perubahan kadar air.
c. Daya dukung tanah yang tidak merata dan sukar ditentukan secara pasti pada daerah
dengan macam tanah yang sangat berbeda sifat dan kedudukannya, atau akibat
pelaksanaan.
MR (psi) = 1.500 ×CBR

Ditinjau dari muka tanah asli, lapisan tanah dasar dapat dibedakan atas :

 Lapisan tanah dasar, tanah galian


 Lapisan tanah dasar, tanah timbunan
 Lapisan tanah dasar, tanah asli

2.3 Penyebab Kerusakan Pekerasan Jalan Lentur

Kerusakan pada konstruksi pekerasaan lentur dapat disebabkan oleh :

a. Lalu lintas, yang dapat berupa peningkatan beban dan repetisi beban.
b. Air, yang dapat berasal dari air hujan, sistem drainase jalan yang tidak baik
dan naiknya air akibat kapilaritas.
c. Material konstruksi perkerasan. Dalam hal ini dapat disebabkan oleh sifat material itu
sendiri atau dapat pula disebabkan oleh sistem pengolahan bahan yang tidak baik.
d. Iklim, Indonesia beriklim tropis dimana suhu udara dan curah hujan umumnya
tinggi yang dapat menjadi salah satu penyebab kerusakan jalan.
e. Kondisi tanah dasar yang tidak stabil. Kemungkinan disebabkan oleh sistem
pelaksanaan yang kurang baik, atau dapat juga disebabkan oleh sifat tanah
dasarnya yang memang kurang bagus.
f. Proses pemadatan lapisan di atas tanah dasar yang kurang baik.

Umumnya kerusakan-kerusakan yang timbul itu tidak, disebabkan oleh salah satu factor saja,
tetapi dapat merupakan gabungan penyebab yang saling berkaitan. Sebagai contoh : retak
pinggir, pada awalnya dapat diakibatkan oleh tidak baiknya sokongan drai samping. Dengan
terjadinya retak pinggir, memungkinkan air meresap masuk kelapis dibawahnya yang
melemahkan ikatan antara aspal dengan agregat, hal ini dapat menimbulkan lubang-lubang
disamping dan melemahkan daya dukung lapisan dibawahnya.

2.4 Jenis Pemeliharaan Jalan


Pemeliharaan jalan adalah penanganan jalan yang meliputi perawatan, rehabilitas,
penunjangan, dan peningkataan. Adapun jenis pemeliharaan jalan ditinjau dari waktu
pelaksanaanya adalah :

1. Pemeliharaan rutin adalah penanganan yang diberikan hanya pada lapis permukaan
yang sifatnya untuk meningkatkan kualitas berkendara (riding Quality), tanpa
meningkatkan kekuatan structural, dan dilakukan sepanjang tahun.
2. Pemeliharaan berkala adalah pemeliharaan yang dilakukan terhadap jalan pada waktu-
waktu tertentu (tidak menerus sepanjang tahun) dan sifatnya meningkatkan kekuataan
struktual.

2.5 Keuntungan dan Kerugian Menggunakan Pekerasan Lentur


 Keuntungan :
a) Dapat digunakan pada daerah dengan perbedaan penurunan (differential
settlement) terbatas.
b) Mudah diperbaiki.
c) Tambahan lapisan perkerasaan dapat dilakukan kapan saja.
d) Memiliki tahanan geser yang bail.
e) Warna perkerasaan memberi kesan tidak silau bagai pemakai jalan
 Kerugian :
a) Tabel totol struktur perkerasaan lebih tebal dibandingkan dengan
perkerasaan kaku.
b) Kelenturan dan sifat kohesi berkurang salama masa pelayanan.
c) Tidak baik digunakan jika sering digenangi air.
d) Menggunakan agregat lebih banyak.

2.6 Kriteria Konstruksi Perkerasan Jalan


Menurut Sukirman (1992) supaya perkerasan jalan dapat memberikan rasa aman dan
nyaman kepada si pemakai jalan, maka haruslah memenuhi syarat-syarat tertentu yang dapat
dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yaitu :

1. Syarat-syarat kenyamanan berlalu lintas Konstruksi perkerasan lentur dipandang dari


keamanan dan kenyamanan berlalu lintas haruslah memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut :
a) Permukaan jalan yang rata, tidak bergelombang, tidak melendut dan tidak
berlubang.
b) Permukaan yang cukup kaku, sehingga tidak mudah berubah bentuk akibat
beban yang bekerja di atasnya.
c) Permukaan cukup kesat, memberikan gesekan yang baik antara ban dan
permukaan jalan sehingga tidak mudah selip.
d) Permukaan tidak mengkilap, tidak silau jika terkena sinar matahari.
2. Syarat-syarat kekuatan/structural
Konstruksi perkerasan jalan dipandang dari segi kemampuan memikul dan
menyebarkan beban, haruslah memenuhi syarat-syarat :
a) Ketebalan yang cukup sehingga mampu menyebarkan beban lalu lintas
ketanah dasar.
b) Kedap terhadap air, sehingga air tidak akan mudah meresap ke lapisan
dibawahnya.
c) Permukaan mudah mengalirkan air, sehingga air hujan yang jatuh di atasnya
dapat cepat dialirkan.
d) Kekakuan untuk memikul beban yang bekerja tanpa menimbulkan deformasi
yang berarti.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

https://docplayer.info/31532943-A-lapisan-perkerasan-lentur.html?
_gl=1*1gfc3p0*_ga*aGFKbVA0NzlxenhMVHJGS3Fkb2Z3bWFrTzhuQ25jZE51NG
tUejFINl9VSXVqUkJ3eGtZUzJRWDZtLUxFU0xmdg.
https://dpupr.grobogan.go.id/info/artikel/29-konstruksi-perkerasan-lentur-flexible-pavement
https://repository.uhn.ac.id/bitstream/handle/123456789/3344/Benget%20Sihombing.pdf?
sequence=1&isAllowed=y

Anda mungkin juga menyukai