Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN TUGAS

METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI JALAN


Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Metode Pelaksanaan dan Pembongkaran Konstruksi

Dosen :
Fatin Adriati, S.T., M.T.

Disusun Oleh :
Ardini Ayuningtias 1503618061
Khalisa Mumtasyfana 1182004006
Krisna Bayu Ramadhan 1192004023
Olivia Dwi Apriani 1503618061
Vida Selina 1182004020

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS BAKRIE
JAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusunan Laporan Konstruksi Jalan ini
dapat terselesaikan dengan baik. Adapun Laporan ini kami susun dalam rangka memenuhi
tugas untuk mata kuliah Metode Pelaksanaan dan Pembongkaran Konstruksi.
Dalam penyusunan laporan ini, kami mengalami banyak kendala. Akan tetapi hal ini
dapat diselesaikan dengan adanya bantuan, bimbingan dan saran dari banyak pihak. Untuk
itu kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu sehingga laporan ini dapat terselesaikan.
Kami selaku penyusun menyadari bahwa laporan ini belumlah sempurna. Untuk itu,
kami sangat terbuka untuk menerima kritik dan saran dari pembaca. Kami berharap Laporan
ini dapat menjadi referensi untuk pembaca yang tertarik pada bidang konstruksi pembuatan
jalan raya dan dapat bermanfaat bagi semua.

Jakarta, 12 April 2021

Penyusun

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................................. 1
DAFTAR ISI............................................................................................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 3
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penulisan ......................................................................................................... 4
BAB II ISI ................................................................................................................................. 5
2.1 Pihak Terlibat .............................................................................................................. 5
2.2 Alat dan Bahan ............................................................................................................ 6
2.2.1 Alat ....................................................................................................................... 6
2.2.2 Bahan ................................................................................................................. 14
2.3 Metode Pelaksanaan .................................................................................................. 16
2.3.1 Pekerjaan Pemetaan (Pengukuran Badan Jalan) ................................................ 16
2.3.2 Pekerjaan Pembersihan Badan Jalan dari Pohon dan Sampah (Clearing and
Grubbing)........................................................................................................... 17
2.3.3 Pembentukan Badan Jalan (Pekerjaan Stripping) .............................................. 17
2.3.4 Pekerjaan Pemadatan Tanah (Sub Grade) ......................................................... 18
2.3.5 Pekerjaan Pondasi Bawah (Sub Base Course) ................................................... 18
2.3.6 Pekerjaan Pondasi Atas (Base Course) .............................................................. 18
2.3.7 Pekerjaan Lapisan Atas ATB (Hotmix Binder Coarse) ..................................... 19
2.3.8 Pekerjaan lapisan permukaan (surface) ............................................................. 19
2.3.9 Pekerjaan Finishing ........................................................................................... 19
2.3.10 Pekerjaan Marka Jalan ....................................................................................... 19
2.4 Kendala dan Solusi Penyelesaian .............................................................................. 19
2.4.1 Kendala – kendala .............................................................................................. 20
2.4.2 Solusi Penyelesaian ............................................................................................ 20
2.5 Teknologi Terbaru ..................................................................................................... 22
BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 24
3.1 Kesimpulan................................................................................................................ 24
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 25

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jalan merupakan sarana yang berfungsi menghubungkan suatu kawasan
dengan kawasan lain. Jalan merupakan suatu kontrsuksi yang bersifat permanen atau
semipermanen, dibuat untuk mempermudah aktivitas manusia. Pada dasarnya
pembangunan jalan raya adalah proses pembukaan ruangan lalu lintas yang mengatasi
berbagai rintangan geografi.
Proses ini melibatkan pengalihan muka bumi, pembangunan jembatan dan
terowong. Struktur jalan didesain sedemikian rupa untuk memberikan kenyamanan
kepada kendaraan yang melaluinya. Tahapan pembuatan jalan raya meliputi beberapa
proses yang harus diperhatikan dengan baik. Tanah diuji terlebih dahulu untuk dapat
melihat kemampuannya menahan beban kendaraan. Tanah yang memiliki sifat yang
tidak stabil harus diberi tambahan material dan harus dipadatkan agar sifat tanah dasar
menjadi stabil. Hal ini bertujuan agar perkerasan yang telah selesai dibuat memiliki
kekuatan yang baik, sehingga akan memberikan keuntungan yang maksimal sesuai
dengan biaya yang telah dikeluarkan.
Saat ini jalan raya terbagi kedalam tiga tipe perkerasan, adapun perkerasan
tersebut adalah:
1. Perkerasan kaku adalah perkerasan yang berkomposisi dari bahan beton dan dapat
diberi tulangan, sehingga bersifat lebih kaku dan lebih tahan lama.
2. Perkerasan lentur adalah perkerasan yang berkomposisi dari bahan HotMix
(aspal) yang berasal dari sisa penyaringan minyak bumi.
3. Perkerasan Komposit adalah jenis perkerasan kaku yang dikombinasikan dengan
perkerasan lentur sebagai lapisan permukaan. Jenis konstruksi ini sangat umum
digunakan pada jembatan.(Gunadharma,1999)

1.2 Rumusan Masalah


Berikut rumusan masalah yang dibahas pada laporan, sebagai berikut :
1. Siapa saja pihak yang terlibat dalam pelaksanaan konstruksi jalan?
2. Apa saja alat dan bahan yang digunakan dalam pelaksanaan konstruksi jalan?
3. Bagaimana metode pelaksanaan untuk konstruksi jalan?

3
4. Bagaimana kendala dan solusi penyelesaiannya dalam pelaksanaan konstruksi
jalan?
5. Bagaimana teknologi terbaru dalam pelaksanaan konstruksi jalan?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan dari penulisan dan penyusunan laporan ini adalaha untuk :
1. Mengetahui dan memahami proses pelaksanaan untuk konstruksi jalan dari
perencanaan hingga penyelesaian.
2. Mengetahui pihak yang terlibat, alat dan bahan pada proses pelaksanaan
konstruksi jalan.
3. Mengetahui dan memahami metode pelaksanaan untuk konstruksi jalan.
4. Mengetahui dan memahami kendala yang terjadi dan solusi untuk penyelesaian
yang terjadi pada pelaksanaan untuk kontruksi jalan.

4
BAB II
ISI

2.1 Pihak Terlibat


Pembahasan mengenai proyek konstruksi tidak dapat terpisahkan dengan
pihak-pihak yang terlibat didalamnya baik secara langsung maupun tidak langsung.
Dari rangkaian tahapan proses konstruksi, tentunya akan melibatkan berbagai unsur
yang bekerja secara bersama-sama dengan tujuan yang sama sehingga proyek dapat
berjalan sesuai dengan perencanaan. Secara umum pihak-pihak yangterlibat dalam
proyek konstruksi antara lain :
1. Pemilik proyek (Owner)
Merupakan pihak yang terlibat dalam penyusunan suatu proyek konstruksi,
terutama dalam menentukan lokasi proyek, menetapkan desain, dan menyediakan
modal. Sebagian pemilik proyek ikut mengawasi berlangsungnya proses
konstruksi dan mengoperasikan bangunan yang telah selesai.
2. Manajemen Konstruksi
Mengawasi proses pekerjaan di lapangan dan memastikan pelaksanaan kerja
sesuai dengan metode konstruksi yang benar.
3. Konsultan (consultant)
Merupakan pihak yang ditentukan oleh pemilik proyek untuk membantu didalam
merencanakan atau mendesain bangunan, melakukan studi kelayakan,
mengawasi berlangsungnya proses konstruksi, atau bahkan mengatur
pelaksanaan proyek konstruksi.
4. Kontraktor (contractor)
Merupakan pihak yang ditetapkan oleh pemilik proyek untuk mengatur
pelaksanaan kegiatan konstruksi dang mengolah sumber daya berupa bahan,
peralatan, tenaga kerja, metode dan modal, sehingga menghasilkan produk akhir
berupa konstruksi.
5. Tenaga Kerja (employee)
Merupakan pihak yang berada dibawah tanggung jawab kontraktor atau
subkontraktor untuk melaksanakan kegiatan konstruksi dilapangan dengan
keahlian atau keterampilan tertentu, baik secara individu maupun kelompok yang
dikoordinasikan oleh mandor.

5
6. Pemasok (Supplier)
Merupakan pihak yang terkait dalam pengadaan material konstruksi yang
dibutuhkan selama proyek berlangsung.
7. Pemerintah (Goverment)
Merupakan pihak sebagai pembuat kebijakan didalam mengatur perangkat
peraturan yang terkait dengan pelaksanaan konstruksi.
8. Bank
Merupakan institusi yang dapat menyediakan sumber keuangan atau sumber
pinjaman yang membantu pendanaan proyek.
9. Masyarakat
Masyarakat dapat melakukan pengawasan untuk mewujudkan tertib pelaksanaan
proyek. Memperoleh penggantian yang layak atas kerugian yang dialami secara
langsung akibat dari adanya proyek dan turut mencegah terjadinya perkerjaan
konstruksi yang membahayakan kepentingan umum.

2.2 Alat dan Bahan


2.2.1 Alat
Alat – alat yang digunakan pada pelaksanaan konstruksi jalan adalah sebagi
berikut :
1. Theodolit
Theodolit adalah alat ukur untuk mengukur sudut secara vertikal
maupun horizontal alat ini bekerja berdasarkan system optik. dan
theodolite juga salah satu alat ukur tanah dalam ilmu geodesi.

Gambar 2.1 Theodolit

6
2. Excavator
Pembersihan badan jalan dari pohon dan sampah pada tahap pekerjaan
clearing dan grubbing, sebelum jalan dibangun maka lahan perlu
dibersihkan dahulu dari sampah dan pepohonan supaya mempermudah
pekerjaan pada tahap selanjutnya. Untuk membersihkan lahan dan
menggali maupun mengurug tanah dapat menggunakan alat excavator.

Gambar 2.2 Excavator

3. Bulldozer
Setelah lahan dibersihkan kemudian dilakukan pekerjaan perataan
tanah dengan menggunakan alat berat yaitu bulldozer. Yang kemudian
tanah bekas galian akan dipindahkan dengan menggunakan dump truck.

Gambar 2.3 Bulldozer

7
4. Dump Truck
Dalam pelaksanaan konstruksi jalan, dump truck digunakan untuk
memudahkan dalam proses pengangkutan material seperti tanah, agregat,
dan material lainnya. Alat yang satu ini dapat membuat proses pengerjaan
konstruksi berlangsung lebih cepat dan efisien. Pemilihan dump truck
biasanya tergantung pada kondisi lapangan, volume material, waktu, serta
biaya proyek yang telah dianggarkan.

Gambar 2.4 Dump Truck

5. Tendem Roller
Penghamparan material pondasi bawah bmenggunakan alat
transportasi dump truk kemudian diratakan dan dipadatkan dengan
menggunakan alat tandem roller. Pekerjaan perataan dengan tandem roller
dilakukan lagi pada saat penghamparan lapis pondasi atas, dan lapis
permukaan. Pada saat penghamparan material pondasi dilakukan pekerjaan
pengukuran elevasi urugan dengan alat teodolit dan perlengkapannya.
Untuk menambah bobot dari wheel roller ini, maka roda silinder yang
kosong diisi dengan zat cair (minyak atau air) atau kadang-kadang juga
diisi dengan pasir. Pada umumnya berat compactor ini berkisar antara 6-12
ton. Penambahan bobot akibat pengisian zat cair pada roda silinder dapat
meningkatkan beratnya 15% - 35%.

8
Gambar 2.5 Tendem Roller

6. Asphalt Finisher
Setelah lapisan pondasi bawah selesai dikerjakan, proses selanjutnya
adalah penghamparan asphalt yang sebelumnya sudah dipanaskan terlebih
dahulu sehingga mencair. untuk menghamparkan asphalt digunakan alat
asphalt finisher.

Gambar 2.6 Asphalt Finisher

7. Double Drum Roller


Setelah asphalt berhasil dihamparkan dengan elevasi jalan raya yang
sudah diukur menggunakan theodolit sesuai perencanaan pekerjaan
selanjutnya adalah pemadatan dengan double drum roller hingga
memenuhi kepadatan dan elevasi yang direncanakan.

9
Gambar 2.7 Double drum Roller

8. Pneumatic Roller
Alat pneumatic roller digunakan untuk menyelesaikan pemadatan dan
perataan untuk jalan.

Gambar 2.8 Pneumatic Roller

9. Ripper
Ripper merupakan traktor dengan fungsi utama sebagai alat bajak.
Ripper memiliki batang baja berujung lancip (blade) yang dipasang di
bagian belakang bulldozer (traktor) untuk memecahkan (membajak)
lapisan batuan atau material yang keras.

10
Gambar 2.9 Ripper

10. Scrapper
Scrapper merupakan sejenis traktor dengan blade berada ditengah dan
memiliki bucket atau wadah untuk menampung material yang ingin
dipindahkan dengan kapasitas tertentu, scrapper berfungsi untuk
mengelupas material tanah dan material tersebut kemudian dimasukkan
dalam bucket atau wadah di dalam scrapper tersebut secara tertutup atau
bisa dikatakan sebagai alat berat beroda ban (tire) yang biasa dipakai
memuat / mengangkut dan membuang (spreading) secara individu dengan
atau tanpa dibantu pendorong (bulldozer).

Gambar 2.10 Scrapper

11
11. Motor Grader
Motor Grader adalah salah satu jenis traktor dengan fungsi sebagai
perata bentuk permukaan tanah, biasanya digunakan dalam proyek jalan
untuk membuat kemiringan tertentu suatu ruas jalan. Dengan blade yang
dapat diatur tingkat kemiringannya.

Gambar 2.11 Motor Grader

12. Loader
Loader memiliki bentuk yang hampir mirip dengan bulldozer
namun bucket loader dapat diangkat dengan ketinggian tertentu dan
digunakan sebagai alat pemuat. Loader dapat digunakan untuk material
tanah yang telah terurai atau tidak keras.

Gambar 2.12 Loader

12
13. Clam Shell
Clam shell merupakan excavator dengan fungsi sebagai pengeduk
jepit. Yang membedakan dengan back hoe adalah pada bucketnya,
bentuk bucket pada clam shell seperti penjepit seperti capit kepiting.

Gambar 2.13 Clam Shell

14. Power Shovel


Power shovel adalah jenis excavator untuk pengeduk arah kedepan.
Alat berat ini juga sering kita jumpai dalam pekerjaan pemindahan
tanah mekanis.

Gambar 2.14 Power Shovel

13
15. Water Tanker
Water tanker digunakan jika lapisan tanah atau agregat yang
akan dipadatkan memiliki kadar air yang lebih rendah dari kadar
air optimumnya.

Gambar 2.15 Water Tanker


.
2.2.2 Bahan
Bahan material yang digunakan dalam pelaksaan konstruksi jalan adalah
sebagai berikut :
1. Agregat
Agregat yang digunakan harus dalam keadaan bersih dari kotoran,
bahan-bahan organik atau bahan lain yang tidak dikehendaki, karena akan
mengurangi kinerja campuran. Secara umum jenis agregat digolongkan
sebagai berikut :
 Pasir
Pasir adalah material berbutir yang dihasilkan oleh pelapukan
alami batuan atau pemecahan bantuan pasir – batu.
 Kerikil
Kerikil diperoleh dari pelapukan alami batuan, berukuran lebih
besar dari pasir.
 Batu Pecah
Batu pecah dihasilkan dari pemecahan mekanik dari berbagai jenis
batuan. Contoh : batu kapur, granite, dsb.

14
2. Bitumen
Bitumen sering diartikan sebagai aspal, sebenarnya tidak demikian
karena Tar juga mengandung bitumen. Selanjutnya hanya dibahas Aspal
sebagai bahan bitumen. Semua aspal diperoleh dari destilasi minyak
mentah bumi (crude oil) baik secara mekanik mapun secara alami. Aspal
harus mampu mempunyai kekuatan dan keawetan yang baik. Bahan susun
lapisan perkerasan tediri dari: agregat dan aspal sebagai bahan pengikat.
Berdasarkan sumbernya, terbagi menjadi aspal alam dan aspal minyak.
Sedangkan berdasarkan jenisnya, terbagi menjadi aspal keras, aspal cair,
dan aspal emulsi.
3. Lapis Perekat (Tack Coat)
Lapis perekat (tack coat) merupakan lapisan aspal cair yang diletakkan
di atas lapisan beraspal atau lapis beton semen sebelum lapis berikutnya
dihampar. Bahan lapis perekat terdiri dari aspal emulsi yang cepat
menyerap atau aspal keras pen 80/100 atau pen 60/70 yang dicairkan
dengan 25 sampai 30 bagian minyak tanah per 100 bagian aspal.
Pemakaiannya berkisar antar 0,15 liter/m2 sampai 0,50 liter /m2. Lebih
tipis dibandingkan dengan pemakaian lapis resap pengikat.
4. Lapis Resap Pengikat (Prime Coat)
Lapis perekat (tack coat) merupakan lapisan aspal cair yang diletakkan
di atas lapisan beraspal atau lapis beton semen sebelum lapis berikutnya
dihampar. Bahan lapis perekat terdiri dari aspal emulsi yang cepat
menyerap atau aspal dengan penetrasi 80/100 atau penetrasi 60/70 yang
dicairkan dengan minyak tanah. Volume yang digunakan berkisar antara
0,4 sampai dengan 1,3 liter/ m2.
5. Bahan Pengisi (Filler)
Bahan pengisi (filler) yang merupakan material berbutir halus yang
lolos saringan no.200 (0,075 mm), dapat terdiri dari debu batu, kapur
padam, semen Portland, atau bahan non-plastis lainnya. Bahan pengisi
harus kering dan bebas dari bahan lain yang mengganggu. Bahan pengisi
yang biasa digunakan adalah Loess, semen portland, kapur padam, debu
berbutir, dan abu terbang (flyash).
Bahan pengisi ini mempunyai fungsi :

15
 Sebagai pengisi antara partikel agregat yang lebih kasar, sehingga
rongga udara menjadi lebih kecil dan menghasilkan tahanan gesek
serta penguncian antar butiran yang tinggi, dengan demikian akan
meningkatkan stabilitas campuran.
 Jika ditambahkan ke dalam aspal, bahan pengisi akan menjadi
suspensi, sehingga terbentuk mastik yang bersama-sama dengan
aspal mengikat partikel agregat. Dengan penambahan bahan
pengisi, aspal menjadi lebih kental, dan campuran agregat aspal
menjadi bertambahan kekuatannya.
6. Bahan Tambah (Additive)
Bahan tambah digunakan untuk meningkatkan :
 Daya lekat
Umumnya disebut stripping agent, digunakan untuk meningkatkan
daya lekat batuan jenis silikat dimana kelekatan agregat terhadap
aspal tidak memenuhi syarat (< 95%).
 Titik Lembek
Banyak jenis additive yang dapat menaikkan titik lembek.
Seringkali disebut modifier, karena mengubah sifat-sifat
(properties) aspal ke tingkat yang lebih baik.
 Modulus
banyak jenis modifier yang dipasarkan untuk meningkatkan sifat-
sifat campuran aspal sehingga dapat lebih tahan terhadap beban
berat dan lebih awet karena umurnya lebih panjang.

2.3 Metode Pelaksanaan


Berikut tahapan untuk metode pelaksanaan konstruksi jalan :
2.3.1 Pekerjaan Pemetaan (Pengukuran Badan Jalan)
Pada perkerjaan ini dilakukan agar mendapatkan ukuran jalan yang
diinginkan sesuai dengan kontur tanah juga tinggi tanah di daerah yang akan
dilaksanakannya proyek konstruksi jalan ini.

16
2.3.2 Pekerjaan Pembersihan Badan Jalan dari Pohon dan Sampah (Clearing
and Grubbing)
Lahan yang ditentukan untuk pembangunan jalan tentu memiliki
beragam kondisi. Ada yang hanya ditumbuhi rumput saja, tetapi banyak pula
yang dipadati semak belukar dan pepohonan. Untuk itulah pekerjaan
pembersihan harus dilakukan. Pekerjaan pembersihan meliputi penebangan
pepohonan, pembersihan semak belukar dan menggali akar-akar tanaman
supaya tidak tumbuh kembali.
Gimbalan rumput sebaiknya tidak dibuang begitu saja. Gimbalan
rumput bisa digunakan untuk menutup bahu jalan. Jika rumput-rumput
tersebut kelak bisa tumbuh dengan baik, maka rerumputan itu akan berfungsi
sebagai pelindung erosi khususnya di area miring dan bahu-bahu jalan.
Pekerjaan pembersihan ini tak hanya berlaku untuk tumbuh-tumbuhan saja,
tetapi juga untuk bongkahan-bongkahan batu yang berukuran besar dan
mengganggu pelaksanaan pembangunan jalan. Bongkahan batu-batu tersebut
dipindahkan dengan cara didorong, atau dipecahkan sehingga menjadi batu-
batu berukuran kecil. Acapkali pekerjaan membersihkan batu-batu ini
memakan waktu yang cukup lama dan tenaga yang besar.
Setelah dibersihkan, terkadang tahapan pembuangan permukaan tanah
diperlukan. Khususnya di wilayah-wilayah banjir yang memiliki tumpukan
endapan lumpur dan lembah-lembah sungai. Pembuangan permukaan tanah ini
diperlukan agar permukaan tanah memiliki kekuatan daya dukung yang baik
untuk pembangunan jalan.

2.3.3 Pembentukan Badan Jalan (Pekerjaan Stripping)


Pekerjaan ini juga dinamakan pekerjaan galian dan timbunan.Pekerjaan
galian adalah pekerjaan pemotongan tanah dengan tujuan untuk memperoleh
bentuk elevasi permukaan sesuai gambar yang di rencanakan,untuk
mengetahui elevasi jalan perlu menggunakan alat ukur Theodolit, lengkapnya
pekerjaan stripping dilakukan agar bentuk badan jalan ,tinggi dan belokannya
sesuai apa yang direncanakan.

17
2.3.4 Pekerjaan Pemadatan Tanah (Sub Grade)
Setelah badan jalan terbentuk maka tanah perlu dipadatkan inilah yang
dinamakan pekerjaan sub grade. Sub Grade adalah tanah dasar dibagian
bawah lapisan perkerasan jalan lapisan ini bisa berupa tanah asli yang di
padatkan jika tanah aslinya baik,atau tanah urugan yang di datangkan dari
tempat lain lalu dipadatkan,atau tanah yang di stabilkan dengan semen atau
kapur,yang terpenting adalah tanah harus bebas dari sampah dan rumput.
Untuk pemadatannya menggunakan Alat Buldozer dan Vibrator Roller.

2.3.5 Pekerjaan Pondasi Bawah (Sub Base Course)


Setelah lapisan sub grade memenuhi standar kepadatan pekerjaan
selanjutnya adalah penghamparan Material pondasi bawah berupa Batu
Kali/Batu Limstone menggunakan alat transportasi Dump Truck kemudian
diratakan dan di padatkan dengan menggunakan alat Tandem Roller. Untuk
ketebalan lapisan pondasi sub base course biasanya 30 cm.

 Pertama membuat patok-patok untuk mengukur ketebalan


 kemudian mendatangkan material kelapangan lalu dibuat dulu kepalanya
yaitu antara patok kanan dan patok kiri
 Setelah ada dua kepala kemudian disebarkan material pada area antara
kepala satu dan kepala yang lain.begitu seterusnya sampai selesai.
 Prinsip pemadatan dimulai dari pinggir dan area yang rendah ke ara yang
lebih tinggi.untuk perataan menggunakan Motor Grader dan
pemadatannya menggunakan Tandem Roller.
 jika pemadatan sudah terlihat cukup menurut pelaksana baru dapat
dilanjutkan pekerjan berikutnya.

2.3.6 Pekerjaan Pondasi Atas (Base Course)


Penghamparan Material Pondasi Bawah berupa Sirdam sama
menggunakan Dump Truck dan diratakan lagi dengan Tandem Roller,lapisan
ini di buat untuk menyempurnakaan daya dukung beban juga sebagai bantalan
terhadap lapis permukaan. Material terbaik untuk lapis pondasi atas adalah
campuran 70% batu pecahan berwarna abu keputihan ukuran 1 sampai dengan
5 cm,dan 30% lagi campuran abu batu atau pasir. Cara penghamparaan batu

18
Base course sama dengan penghamparan batu sub Base course. Setelah Base
course terhampar dengan rata barulah dilakukan pemadatan,jika pada saat
pemadatan masih terlihat rendah atau tinggi harus di tambah atau dikurangi.
Setelah kelihatan rata selanjutnya dipadatkan kembali menggunakan tire
Roller sambil disiram air secukupnya. Sebelum di hampar lapisan atas (ATB
=Asphalt Treated Base) atau ACB diperlukan Lapis resap pengikat antara
Base Course dan ATB yaitu Prime coat,dan untuk membersihkan debu
menggunakan Air Compressor.

2.3.7 Pekerjaan Lapisan Atas ATB (Hotmix Binder Coarse)


Setelah di cor menggunakan Prime Coat kemudian dilakukan Pelapisan
atas menggunakan material ashpalt jenis ATB (Asphalt Treated Base) Dan
pelapisannya menggunakan mesin finisher lalu di padatkan menggunakan
mesin Tandem Roller. Dan sebelum di hampar lapisan permukaan perlu di cor
tack coat (lem perekat antara ATB dengan asphalt hotmix) dan pembersihan
debu dengan Air compressor.

2.3.8 Pekerjaan lapisan permukaan (surface)


Pekerjaan selanjutnya setelah dicor tack coat adalah penghamparan
lapisan permukaan menggunakan Asphalt hotmix penghamparannya sama
menggunakan mesin asphalt finisher lalu dipadatkan mengunakan Tandem
Roller.

2.3.9 Pekerjaan Finishing


Untuk pekerjaan finishing dilakukan pemadatan dan perataan jalan
dengan alat peuneumatic roller.

2.3.10 Pekerjaan Marka Jalan


Pengerjaan marka jalan merupakan tahapan terakhir dan jalan raya
sudah jadi bagus dan berkualitas serta sudah siap digunakan.

2.4 Kendala dan Solusi Penyelesaian


Kendala – kendala yang sering terjadi saat proses pelaksanaan konstruksi jalan
beserta solusi untuk penyelesainnya adalah sebagai berikut :
19
2.4.1 Kendala – kendala
1. Pembebasan Lahan
 Kendala teknis yang meliputi permasalahan pembebasan tanah
wakaf, permasalahan pembebasan tanah aset desa, permasalahan
pengurusan administrasi waris, dan permasalahan kejelasan status
kepemilikan lahan.
 Kendala perencanaan yang meliputi permasalahan proses lelang dan
permasalahan belum adanya dokumen perencanaan teknis; dan
 Kendala kelembagaan yang meliputi Permasalahan egosentris
kabupaten/kota.
2. Pendanaan dan pembiayaan yang besar agar pembangunan jalan tetap
simultan dan tidak terpotong
3. pembangunan jalan layang malah menambah parah kemacetan karena
terjadi penyempitan ruang jalan
4. Kendala Operasional
2.4.2 Solusi Penyelesaian
Tahap selanjutnya adalah merumuskan rekomendasi penyelesaian
permasalahan dari program pengembangan jalan sebagaimana penjabaran
berikut :
1. Rekomendasi penyelesaian permasalahan pembebasan tanah wakaf
Pada dasarnya, harta benda wakaf dilarang untuk dijadikan jaminan,
dijual, ditukar, atau dialihkan dalam bentuk pengalihan hak lainnya kecuali
apabila harta benda wakaf yang telah diwakafkan digunakan untuk
kepentingan umum sesuai dengan rencana umum tata ruang (RUTR)
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
tidak bertentangan dengan syariah (Sumber: Undang-Undang Nomor 41
Tahun 2004 tentang Wakaf). Solusi yang dapat ditawarkan adalah pihak
pemerintah dapat mengganti tanah wakaf dengan harta benda penukar
yang memiliki Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) sekurangkurangnya sama
dengan NJOP harta benda wakaf, atau dapat dengan menukar harta wakaf
dengan harta benda penukar yang berada di wilayah strategis dan mudah
untuk dikembangkan, hal ini sesuai dengan Pasal 50 Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia.

20
2. Rekomendasi penyelesaian permasalahan pembebasan tanah aset desa
Pemerintah dapat mengganti rugi tanah aset desa sesuai harga yang
menguntungkan desa dengan mempertimbangkan harga pasar dan Nilai
Jual Objek Pajak (NJOP) dan uang tersebut harus digunakan untuk
membeli tanah lain yang lebih baik dan berlokasi di desa setempat, hal ini
sesuai dengan Pasal 15 Permendagri Nomor 4 Tahun 2007 tentang
Pedoman Pengelolaan Kekayaan Desa. Selain itu aset desa berupa tanah
dapat dimanfaatkan dengan skema sewa, kerjasama pemanfaatan, dan
bangun serah guna (Pasal 11 Permendagri Nomor 1 Tahun 2016 tentang
Pengelolaan Aset Desa). Penjelasan masing-masing skema pemanfaatan
aset desa tersebut adalah:
 Pemanfaatan aset desa berupa sewa : tidak merubah status
kepemilikan aset desa dengan jangka waktu sewa paling lama 3
(tiga) tahun dan dapat diperpanjang.
 Pemanfaatan aset desa berupa kerjasama pemanfaatan :
dilaksanakan guna mengoptimalkan daya guna dan hasil guna aset
desa dengan pihak lain paling lama 15 (lima belas) tahun sejak
perjanjian dan dapat diperpanjang.
 Pemanfaatan aset desa berupa bangun serah guna dilaksanakan
apabila Pemerintah Desa memerlukan bangunan dan fasilitas bagi
penyelenggaraan pemerintahan desa dengan jangka waktu paling
lama 20 (dua puluh) tahun dan dapat diperpanjang.
3. Rekomendasi penyelesaian permasalahan pengurusan administrasi waris
yang belum diselesaikan pemilik lahan (ahli waris)
Dapat mengajukan pengurusan Fatwa Waris ke PengadilanmAgama
setempat dengan menyelesaikan persyaratan-persyaratan yang dibutuhkan,
Fatwa Waris tersebut merupakan bukti kelengkapan untuk proses
pengurusan baik itu jual beli atau peralihan hak atas tanah warisan.
Adapun jangka waktu penyelesaian surat Fatwa Waris tersebut harus
sudah diputus atau diselesaikan dalam jangka waktu 6 (enam) bulan
(sesuai dengan Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 3 Tahun 1998
tentang Penyelesaian Perkara).

21
4. Rekomendasi penyelesaian permasalahan kejelasan status kepemilikan
lahan
Pengurusan masalah ganti rugi tanah dengan status kepemilikan lahan
yang belum jelas dapat dititipkan dipengadilan (sistem konsinyasi), hal ini
sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan
Umum.
5. Metode Sosrobahu untuk mengatasi kemacetan
Metode Sosrobahu merupakan pilihan yang tepat untuk para kontrakto,
karena dengan metode ini pembangunan jalan layang tidak akan
mengganggu lalu lintas di sekililingnya. Jika menilik kebelakang,
Indonesia pernah menggunakan metode ini pada tahun 80an yang
diciptakan oleh Ir Tjokorda Raka Sukawati. Awal metode ini tercipa yaitu
ketika Insinyur tersebut dituntut untuk membangun jalan layang dari
Cawang ke Tanjung Priok dengan panjang 16,5 kilometer tanpa harus
menggangu arus lalu lintas disekitarnya.

2.5 Teknologi Terbaru


Vacuum Consolidation Method (VCM) adalah metode perbaikan untuk tanah
lempung yang sangat lunak hinggal lunak atau lempung berlumpur dengan kandungan
air dan pastisitas. Metode ini memperbaiki jenis tanah yang tidak cocok untuk
penggunaan teknik apapun, seperti konstruksi jalan. Vacuum Consolidation Method
(VCM) terdiri dari :
 Sistem drainase vertikal melalui Perforated Verical Drain (PVD)
 Sistem drainase horizontal melalui media pasir dan Perforated Horizontal
Pipe (PHD)

22
Gambar 2.16 Vacuum consolidation method

Kemudian keseluruhan sistem ditutup dengan geomembrane supaya kedap


terhadap air dan udara dari luar. Konsolidasi pada metode ini bersifat isotropik
sehingga resiko ketidakstabilan lereng dapat dieliminir/dihindari. Geomembrane
tersebut selanjutnya dikunci kedalam lapisan kedap disekeliling area yag kemudian
akan divakum. Proses konsolidasi antara 3 - 4 bulan area kerja.
 Keuntungan :
1. Relatif cepat, dan murah dibandingkan dengan metode preloading
konvesional.
2. Proses pemuatan dimulai segera setelah selesainya pemasangan pompa dan
penyegelan (dibandingkan dengan berminggu-minggu menunggu dengan
pengisian tambahan).
3. Kinerja dapat dipantau secara real time.
 Kekurangan :
1. Metode ini tidak begitu efektif jika ada lapisan pasir yang berada jauh di
dalam endapan lunak.
2. Metode ini membutuhkan pemantauan yang cermat selama pemasangan
membran untuk mencegah kebocoran vakum.

23
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan pada laporan metode pelaksanaan
konstruksi jalan mengenai pihak terkait, alat dan bahan, metode pelaksanaan, kendala
– kendala yang sering terjadi, hingga teknologi terbaru, maka dapat diambil
kesimpulan, bahwa :
1. Untuk mendapatkan jalan dengan ketahanan, dan kekuatan yang baik maka harus
dilakukan pemilihan material – material yang telah sesuai dengan standar yang
ada.
2. Penggunaan teknologi terbaru Vacuum Consolidation Method (VCM) dapat
mempercepat proses konsolidasi lebih cepat dari preloading konvesional.

24
DAFTAR PUSTAKA

Gunarto, April. Candra, Agata Iwan. “Peneliatan Campuran Aspal Beton dengan
Menggunakan Filler Bunga Pinus”. Universitas Kadari.
Departemen Pekerjaan Umum. 2005. “Bahan Perkerasan Jalan”. Jakarta : Yayasan Badan
Penerbit PU.
Departemen Pekerjaan Umum. 1987. “Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan
Raya Dengan Metode Analisa Komponen”. Jakarta : Yayasan Badan Penerbit Pu.
East. Proxsis. 2020. “Alat Berat, Si Penunjang Kerja”
https://surabaya.proxsisgroup.com/jenis-alat-
berat/#:~:text=Dalam%20bidang%20konstruksi%2C%20penggunaan%20dump,ber
langsung%20lebih%20cepat%20dan%20efisien.
Anonymous. 2015. “Hubungan Pihak – Pihak Dalam Proyek”
http://dhimastsp.blogspot.com/2015/10/hubungan-pihak-pihak-dalam-
proyek.html?m=1
Yunus, Ruslan Muhammad. 2006. “Kegagalan Dini Perkerasan Jalan Akibat Pelaksanaan
Konstruksi”. Majalah Ilmiah Mektek.
Budiyani, Sri. 2015. “Penyebab Utama Keterlambatan Pelaksanaan Konstruksi Jalan Bebas
Hambatan Akses Tanjung Priok”. Jurnal Konstruksia.
Dinas Pupr. 2020. “Cara Menghitung Volume Tack Coat dan Prime Coat”.
http://dinaspupr.bandaacehkota.go.id/2020/07/11/cara-menghitung-volume-tack-
coat-dan-prime-
coat/#:~:text=Prime%20Coat%20%2F%20Lapis%20Pengikat&text=Fungsi%20da
ri%20prime%20coat%20antara,agregat%20sebelum%20dihampar%20campuran%
20aspal.
Indonesia, Strong. 2018. “Teknik Pelaksanaan Pembangunan Jalan Dari Awal Hingga
Akhir”. Strong Indonesia. https://strong-indonesia.com/artikel/teknik-pelaksanaan-
pembangunan-jalan/
Tonyanwar31. 2017. “Tahapan Pembuatan Jalan dan Pengaspalan”.
http://aspalmixingplan.blogspot.com/2017/10/tahapan-pembuatan-jalan-dan-
pengaspalan.html
Hargasatuan.com . 2018. “Inilah Tahapan Proses Pembuatan Jalan Raya Sampai Selesai”.
https://www.hargasatuan.com/tahapan-proses-pembuatan-jalan-raya-asphalt

25

Anda mungkin juga menyukai