Anda di halaman 1dari 20

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat
Nya, kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah Rekayasa Lingkungan.

Makalah ini disusun untuk menunjang mata kuliah Rekayasa Lingkungan,


dimana merupakan salah satu prasyarat nilai ujian tengah semester Rekayasa
Lingkungan sarjana Teknik Sipil, Universitas Sains Dan Teknologi Jayapura. Dalam
makalah ini saya juga mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Alfred B. Alfon, MT Selaku dosen Bahan Bangunan Universitas


Sains Dan Teknologi Jayapura.

2. Tim kerja kelompok 1 kelas B yang telah bekerja sama dengan baik selama
pengerjaan makalah

Akhir kata kami menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat dalam
makalah ini. Untuk itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun bagi pembaca. Kami berharap semoga Makalah Rekayasa Lingkungan
ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Jayapura, 01 Desember 2015

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................................................................... 1


DAFTAR ISI .......................................................................................................................................................................... 2
ABSTRAK........................................................................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................................................... 5
1.3 Tujuan ............................................................................................................................................................. 5
1.4 Manfaat ............................................................................................................................................................ 5
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................................................................... 6
2.1. Pembangunan Infrastruktur Jalan dan Jembatan ................................................................... 6
2.2. Pengelolaan dan Pemantauan dalam Pembangunan Infrastruktur ............................... 7
2.3. Pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur Jalan dan Jembatan ....................................... 17
BAB III PENUTUP .............................................................................................................................................................. 18
3.1 Simpulan .......................................................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................................................ 19

2
ABSTRAK
Akhir-akhir ini isu lingkungan menjadi isu pokok dalam berbagai aktivitas
manusia, salah satunya adalah kegiatan pembangunan infrastruktur. Pembangunan
infrastruktur memberikan dampak terhadap kerusakan lingkungan termasuk
pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan. Namun bila pembangunan tersebut
memperhatikan aspek-aspek lingkungan, maka dapat menyelamatkan lingkungan dan
mengurangi dampak fatalitas bencana. Pemerintah sebagai penanggung jawab dan
penyelenggara infrastruktur jalan dan jembatan wajib menyelenggarakan
infrastruktur jalan dan jembatan yang berwawasan lingkungan sehingga tercipta
infrastruktur jalan dan jembatan yang berkelanjutan. Namun dalam kenyataan di
lapangan aspek lingkungan masih kurang diperhatikan, baik pihak proyek sebagai
pemilik (owner) maupun penyedia jasa (kontraktor).
Artikel ini merupakan hasil telaah pustaka yang bersumber dari literatur
ilmiah dan peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah dan bertujuan
untuk memaparkan dan menjelaskan aspek-aspek lingkungan yang harus
mendapatkan perhatian dalam pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan.
Dengan adanya penjelasan tersebut diharapkan pihak-pihak pemangku
kepentingan (stakeholder) akan lebih peduli terhadap lingkungan dalam pelaksanaan
pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan, sehingga pembangunan yang
dilaksanakan selain akan memberikan dampak bagi peningkatan kesejahteraan
masyarakat juga turut melestarikan lingkungan.
Secara umum kegiatan pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan
dimulai dari perencanaan, pelaksanaan dan operasi serta pemeliharaan. Setiap
tahapan harus memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan, dalam tahap
perencanaan pembangunan jalan dan jembatan supaya rute (trase) jalan dan
jembatan tidak melalui daerah konservasi serta dalam pelaksanaan dan
pengoperasian serta pemeliharaannya haruslah seminimal mungkin gangguannya
terhadap lingkungan, baik flora dan fauna maupun masyarakat sekitarnya.
Kata kunci : infrastruktur jalan dan jembatan, stakeholder, lingkungan

3
BAB I.
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan bertujuan untuk
mendukung distribusi lalu lintas barang maupun manusia dan membentuk
struktur ruang wilayah (Renstra Kementerian PU 2010-2014,2010), sehingga
pembangunan infrastruktur memiliki 2 (dua) sisi yaitu : tujuan pembangunan
dan dampak pembangunan. Setiap kegiatan pembangunan yang dilaksanakan
pasti menimbulkan dampak terhadap lingkungan baik dampak positif maupun
dampak negatif, yang perlu diperhatikan adalah bagaimana melaksanakan
pembangunan untuk mendapatkan hasil dan manfaat yang maksimum dengan
dampak negatif terhadap lingkungan yang minimum.
Para pemangku kepentingan (stakeholder) yang terlibat dalam kegiatan
pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan, yang terdiri dari pemerintah
sebagai pemilik (owner) sekaligus pembuat kebijakan (policy maker),
pengusaha/kontraktor sebagai penyedia jasa dan lembaga swadaya masyarakat
(LSM) yang peduli terhadap infrastruktur jalan dan jembatan, haruslah
bersama-sama melaksanakan dan mengawasi kegiatan pembangunan sehingga
infrastruktur jalan dan jembatan yang dibangun tersebut tidak hanya berfungsi
sebagaimana mestinya tapi juga berwawasan lingkungan sehingga produk
infrastruktur yang dihasilkan ramah terhadap lingkungan.
Pemerintah telah banyak mengeluarkan peraturan dan pedoman yang
mengatur masalah pembangunan jalan dan jembatan yang berwawasan
lingkungan, Dalam implementasi di lapangan peraturan dan pedoman tersebut
telah dimasukkan dalam pasal syarat-syarat kontrak, sehingga kontraktor
sebagai penyedia jasa wajib melaksanakan pasal pasal tersebut.

4
1.2 Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud dengan pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan
yang berwawasan lingkungan?
Bagaimana pengelolaan dan pemantauan lingkungan dalam pembangunan
infrastruktur jalan dan jembatan?
Bagaimana pelaksanaan pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan yang
berwawasan lingkungan di Indonesia?
1.3 Tujuan
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, artikel ini
bertujuan untuk membahas pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan yang
berwawasan lingkungan sehingga tercipta pembangunan yang berkelanjutan.
Pembahasan akan dimulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga pengoperasian
dan pemeliharaan infrastruktur jalan dan jembatan serta bagaimana
pelaksanaannya di Indonesia.
1.4 Manfaat
Artikel ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada para
stakeholder bagaimana pelaksanaan pembangunan infrastruktur jalan dan
jembatan yang berwawasan lingkungan, sehingga kegiatan pembangunan
tersebut tidak hanya untuk pembangunan semata, tapi juga dalam rangka
pelestarian lingkungan. Bagi masyarakat luas, artikel ini juga bertujuan untuk
memberikan pemahaman bagaimana seharusnya pembangunan infrastruktur
jalan dan jembatan dilaksanakan sehingga tidak merusak lingkungan, dan pada
akhirnya dapat tercipta apa yang disebut dengan pembangunan yang
berkelanjutan.

5
BAB II.
PEMBAHASAN

2.1 Pembangunan Infrastruktur Jalan dan Jembatan yang Berwawasan


Lingkungan

Pembangunan merupakan proses perubahan yang direncanakan untuk


memperbaiki taraf hidup masyarakat, yang ditandai dengan adanya
pertumbuhan ekonomi, industrialisasi dan modernisasi. Namun dalam
pelaksanaan khususnya pada pembangunan yang bersifat fisik seringkali para
pihak yang terlibat mengabaikan masalah lingkungan, sehingga menyebabkan
kerusakan lingkungan. Demikian juga dengan pembangunan infrastruktur jalan
dan jembatan, masalah lingkungan tidak terlalu diperhatikan, baik pada saat
perencanaan maupun pada saat pengoperasiannya, hal ini karena pihak- pihak
yang terlibat dalam kegiatan pembangunan tersebut lebih mengutamakan hasil
atau produk dari pembangunan itu sendiri, sementara dampaknya terhadap
lingkungan masih diabaikan. Pada dasarnya kegiatan pembangunan
infrastruktur jalan dan jembatan pasti mengakibatkan dampak terhadap
lingkungan baik dampak positif maupun dampak negatif, sebagai contoh
pembangunan jalan pada daerah yang tidak stabil dapat mengakibatkan
kejadian tanah longsor yang efeknya bahkan lebih besar daripada penebangan
hutan (Sumarwoto et.al,2001). Agar pembangunan infrastruktur jalan dan
jembatan yang dilaksanakan tidak menimbulkan kerusakan lingkungan atau
setidaknya meminimalisasi dampaknya terhadap lingkungan maka
pembangunan tersebut harus berwawasan lingkungan.
Pembangunan yang berwawasan lingkungan adalah pembangunan yang
baik dari sudut pandang ekologi atau lingkungan, dengan kata lain adanya
keharmonisan dengan alam (Mustika,2006). Untuk dapat mewujudkan
pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan yang berwawasan lingkungan,

6
maka dalam setiap tahapan pembangunan harus memperhitungkan dampaknya
terhadap lingkungan. Pembangunan yang berwawasan lingkungan dengan
sendirinya akan menciptakan pembangunan yang berkelanjutan (sustainable
development).

2.2 Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan dalam Pembangunan


Infrastruktur Jalan dan Jembatan

Kebijakan pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan yang


berwawasan lingkungan telah diatur dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No. 69/PRT/M/1995 tentang Pedoman Teknis AMDAL Proyek Bidang
Pekerjaan Umum, yang pada prinsipnya mengatur semua aspek lingkungan
pada seluruh siklus pembangunan proyek bidang pekerjaan umum, termasuk
proyek pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan.
Siklus pembangunan proyek infrastruktur jalan dan jembatan terdiri dari
8 (delapan) kegiatan (Pedoman Umum Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang
Jalan,DPU,2006) yaitu :

1. Perencanaan umum 5. Pra konstruksi


2. Pra studi kelayakan 6. Konstruksi
3. Studi kelayakan 7. Pasca konstruksi
4. Perencanaan teknis 8. Evaluasi pasca konstruksi

7
Sumber : Pedoman Umum Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan, DPU

Gambar 2.1 Bagan Integrasi Pertimbangan Lingkungan dalam Siklus


Pembangunan Infrastruktur Jalan dan Jembatan.

Namun, tidak semua siklus dilaksanakan dalam kegiatan


pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan, sebagai contoh dengan
pertimbangan tertentu suatu proyek pembangunan jalan dan jembatan setelah
perencanaan umum langsung studi kelayakan tanpa adanya pra studi kelayakan.
Penerapan pertimbangan lingkungan seperti yang tercantum pada gambar 2.1 di
atas, dapat dijelaskan sebagai berikut :

8
a. Tahap perencanaan umum
Siklus proyek atau pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan
diawali dengan perencanaan umum yang berupa gagasan awal baik ide
pembangunan jalan atau jembatan baru maupun peningkatan jalan atau
jembatan yang telah ada. Walaupun masih berupa perencanaan umum dan
belum adanya kegiatan fisik, namun pihak pemrakarsa proyek sudah harus
mengidentifikasi sedini mungkin dampak yang akan ditimbulkan dengan
adanya proyek atau pembangunan jalan dan jembatan terhadap lingkungan,
melalui proses penyaringan lingkungan. Dengan adanya proses penyaringan
tersebut akan didapat gambaran apakah suatu proyek perlu adanya AMDAL
(Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) atau cukup dengan RKL (Rencana
Pengelolaan Lingkungan) dan RPL (Rencana Pemantauan Lingkungan) ataupun
cukup dengan penerapan SOP (Standard Operation Procedure). Adapun
kriteria kegiatan pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan yang wajib
AMDAL atau RKL dan RPL dapat dilihat pada tabel 2.1 di bawah.

9
Tabel 2.1 Kriteria Pembangunan Infrastruktur Jalan dan Jembatan yang Wajib
dilengkapi dengan AMDAL atau RKL dan RPL.
( Berdasarkan skala / besaran rencana kegiatan )

Wajib dilengkapi Wajib dilengkapi


NO. Jenis Proyek AMDAL RKL dan RPL
(Skala/besaran)*) (Skala/besaran)**)
1. Jalan tol dan jalan layang
a. Pembangunan jalan tol a. Semua besaran
b. Pembangunan jalan laying atau b. Panjang 2 km b. Panjang < 2 km
subway - c. Semua besaran
c. Peningkatan jalan tol dengan
pembebasan lahan untuk Damija - d. Panjang 5 km
d. Peningkatan jalan tol tanpa
pembebasan lahan untuk Damija
2. Jalan raya
a. Pembangunan/peningkatan jalan
dengan pelebaran di luar Damija

Di kota besar/metropolitan : Panjang 5 km 1 km panjang < 5 km


Panjang, atau Luas 5 Ha 2 Ha luas < 5 Ha
Luas pembebasan tanah
Di kota sedang Panjang 10 km 3 km panjang < 10 km
Panjang, atau Luas 10 Ha 5 Ha luas < 10 Ha
Luas pembebasan tanah
Pedesaan/antar kota Panjang 30 km 5 km panjang < 30 km
Panjang
b. Peningkatan jalan dengan pelebaran
pada Damija yang ada

Di kota besar/metropolitan - Panjang 10 km


(Jalan arteri atau kolektor)

3. Jembatan
a. Pembangunan jembatan di kota - Panjang 20 m
besar / metropolitan
b. Pembangunan jembatan di kota - Panjang 60 m
sedang / lebih kecil

*) : Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 17 Tahun 2001


**) : Berdasarkan Kepmen Kimpraswil No. 17/KPTS/2003

Catatan :
Kota metropolitan : Jumlah penduduk > 1.000.000 jiwa
Kota besar : Jumlah penduduk 500.000 1.000.000 jiwa
Kota sedang : Jumlah penduduk 200.000 500.000 jiwa
Kota kecil : Jumlah penduduk 20.000 200.000 jiwa
Kota di pedesaan : Jumlah penduduk 3000 20.000 jiwa

10
b. Tahap pra studi kelayakan
Kegiatan proyek pada tahap ini adalah perumusan garis besar rencana
kegiatan yang meliputi penentuan beberapa alternatif koridor trase / alinyemen
jalan atau jembatan, dan setiap alternatif dikaji aspek teknis, ekomis dan juga
kelayakan lingkungan melalui proses kajian awal lingkungan.
c. Tahap studi kelayakan
Kegiatan utama proyek pada tahap ini adalah analisis kelayakan teknis,
ekonomi, finansial dan lingkungan secara lebih mendalam terhadap alternatif
trase jalan atau jembatan berdasarkan data yang didapat dari hasil survey.
Analisis kelayakan lingkungan dilakukan melalui studi AMDAL atau RKL dan
RPL.
Rencana trase atau lalu lintas yang akan melewati jalan tersebut, harus
dapat diterima oleh lingkungan di sekitarnya, baik pada waktu pembangunan,
pengoperasian maupun pemeliharaannnya (Studi Kelayakan Proyek Jalan dan
Jembatan,DPU,2005), misalnya :
1. Alternatif rute tidak melalui daerah konservasi
2. Alternatif rute tidak menimbulkan dampak yang besar terhadap
lingkungan sekitarnya
3. Dampak sosial dan pengadaan tanah perlu diantisipasi
4. Identifikasi keperluan penyusunan AMDAL atau RKL dan RPL, serta
menyiapkan kerangka acuan kerja
5. Mendukung tata ruang dari wilayah studi
Kesimpulan dan rekomendasi dari studi kelayakan lingkungan
disajikan dalam bentuk dokumen RKL dan RPL yang merupakan
pedoman untuk pengelolaan lingkungan pada tahap perencanaan teknis
(detail design), pra konstruksi, konstruksi dan pasca konstruksi.

11
d. Tahap perencanaan teknis
Lingkup pekerjaan pada tahap perencanaan teknis antara lain :
Penetapan trase/rute jalan secara definitif berdasarkan pengukuran
lapangan yang akurat
Perhitungan struktur, pembuatan gambar rencana rencana teknis detail
jalan, jembatan dan bangunan pelengkapannya serta penetapan syarat-
syarat dan spesifikasi teknis yang digunakan pada tahap konstruksi
Perhitungan biaya konstruksi
Penyusunan dokumen lelang dan dokumen kontrak pekerjaan konstruksi
Integrasi pertimbangan lingkungan yang diperlukan pada tahap ini
adalah penjabaran RKL dalam bentuk gambar-gambar dan syarat-syarat serta
spesifikasi dalam pengelolaan lingkungan. Untuk keperluan tersebut, konsultan
perencana teknis harus memahami dokumen RKL yang telah ditetapkan, karena
itu tim konsultan perencana seyogyanya dilengkapi dengan tenaga ahli
lingkungan. Dalam kegiatan
Dalam perhitungan biaya konstruksi jalan dan jembatan sudah harus
mencakup biaya pengelolaan lingkungan, baik pada tahap konsruksi maupun
pada tahap pasca konsruksi. Jika diperlukan pengadaan tanah, maka pada tahap
ini perlu dilakukan studi pengadaan tanah dan pemukiman kembali termasuk
semua dampak yang akan timbul, sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan dalam dokumen RKL.

e. Tahap pra konstruksi


Kegiatan pada tahap ini adalah pengadaan tanah dan pemukiman
kembali penduduk yang terkena proyek (bila perlu) yang dilaksanakan oleh
pemrakarsa proyek atau instansi terkait. Pengelolaan lingkungan pada tahap ini
adalah pelaksanaan dan pemantapan RKL dan RPL untuk penanganan dampak
sosial yang mungkin terjadi.

12
f. Tahap konstruksi
Kegiatan pada tahap konstruksi terutama pekerjaan teknik sipil, meliputi
pekerjaan tanah, struktur jalan atau jembatan, bangunan pelengkap dan
perlengkapannya. Penerapan pertimbangan lingkungan pada tahap ini adalah
pelaksanaan dan pemantapan RKL dan RPL tahap konstruksi, untuk menangani
semua dampak yang timbul akibat pelaksanaan kegiatan konstruksi, seperti
erosi, pencemaran udara, kebisingan, gangguan pada prasarana umum dan
utilitas di areal proyek dan sebagainya.

Tabel 2.2 Potensi Dampak Kegiatan Pembangunan Jalan dan Jembatan dan Alternatif
Pengelolaannya.
Kegiatan yang Prakiraan Dampak Yang Alternatif Pengelolaan
Menimbulkan Dampak Timbul Lingkungan
Persiapan Pekerjaan
Konstruksi
1. Mobilisasi tenaga kerja a. Kecemburuan sosial a.1. Tenaga kerja lokal
diprioritaskan
a.2. Sosialisasi pada penduduk
lokal
b. Peningkatan kesempatan b.1. Pemberian informasi tentang
kerja (dampak positif) tenaga kerja yang diperlukan
b.2. Pelatihan tenaga kerja local

2. Mobilisasi peralatan berat a. Kerusakan prasarana jalan a.1. Perbaikan jalan yang rusak
a.2. Membatasi tonase

3. Pembuatan jalan masuk a. Pencemaran udara a. Penyiraman jalan secara


berkala

13
Pelaksanaan Pekerjaan
Konstruksi
a. Di lokasi proyek
1. Pembersihan dan a. Gangguan pada flora dan a. Penghijauan
penyiapan lahan fauna b. Penyiraman
b. Pencemaran udara c. Pembuatan tanggul atau
c. Pencemaran air permukaan drainase sementara untuk
pengendalian air larian
d. Pemindahan dan perbaikan
d. Gangguan pada utilitas utilitas

2. Pekerjaan tanah (galian / a. Pencemaran udara (debu) a. Penyiraman secara berkala


timbunan) b. Pencemaran air b. Pembuatan tanggul atau
drainase sementara untuk
pengendalian air larian
c. Gangguan pada aliran air c. Pembuatan sistem drainase
tanah dan air permukaan
d. Gangguan stabilitas d.1. Perkuatan tebing
d.2. Pengendalian air tanah
e. Perubahan bentang alam / e. Penataan lansekap
lansekap

3. Pekerjaan badan jalan / a. Pencemaran udara (debu) a. Penyiraman secara berkala


lapis perkerasan b. Gangguan lalu lintas b.1. Pengaturan lalu lintas
b.2. Pemasangan rambu lalu
lintas
4. Pembuatan sistem a. Gangguan lalu lintas a.1. Pengaturan lalu lintas
drainase a.2. Pemasangan rambu lalu
lintas

5. Pemancangan tiang a. Kebisingan a. Pemberitahuan kepada


pancang masyarakat sekitar dan
pengaturan jadwal kerja
b. Getaran (kerusakan bangunan b. Penggunaan bor

14
sekitar)
c. Gangguan lalu lintas c.1. Pengaturan lalu lintas
c.2. Pemasangan rambu lalu
lintas

6. Pekerjaan bangunan a. Gangguan lalu lintas a.1. Pengaturan lalu lintas


bawah dan bangunan atas a.2. Pemasangan rambu lalu
jembatan atau jalan laying lintas

7. Pembangunan bangunan a. Peningkatan estetika a. Penanaman pohon dan


pelengkap jalan lingkungan (dampak positif) tanaman hias

b. Di lokasi quarry dan jalur


transportasi material
1. Pengambilan tanah dan a. Pencemaran udara (debu) a. Penyiraman berkala dan bak
material bangunan di truk ditutup terpal
quarry dan borrow area b. Kebisingan b. Perawatan kendaraan
di darat c. Kerusakan badan jalan c. Pemeliharaan/perbaikan
d. Gangguan lalu lintas jalan
d.1. Pengaturan lalu lintas
d.2. Pemasangan rambu lalu
lintas
2. Pengambilan material di a. Degradasi dasar sungai a. Pemilihan lokasi quarry
quarry sungai yang tepat
b. Pencemaran air sungai b. Pengendalian bahan buangan
c. Gangguan terhadap biota air c. Pengendalian bahan buangan
d. Longsor tebing sungai d.1. Perkuatan tebing
d.2. Penggalian bertahap

3. Pengangkutan tanah dan a. Pencemaran udara (debu) a. Penyiraman secara berkala


bahan bangunan b. Kebisingan b. Perawatan kendaraan
c. Kerusakan badan jalan c. Pemeliharaan/perbaikan
d. Gangguan lalu lintas jalan
d. Pengaturan lalu lintas

15
c. Di lokasi base camp dan
AMP
1.3 Pengoperasian base camp a. Kecemburuan social a. Pendekatan kepada
(barak pekerja, kantor, masyarakat
stone*) crusher dan b. Pencemaran udara b. Perawatan peralatan
AMP**)) c. Kebisingan c. Perawatan peralatan
d. Pencemaran air permukaan d. Pengendalian limbah cair
e. Kecelakaan lalu lintas e. Pengaturan lalu lintas

Sumber : Pedoman Umum Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan, DPU


Keterangan : *) Stone crusher : alat pemecah batu
**) AMP (Asphalt Mixing Plant) : Unit pencampur aspal panas

g. Tahap pasca konstruksi


Kegiatan proyek pada tahap pasca konstruksi adalah pengoperasian
(pemanfaatan) jalan atau jembatan dan sekaligus pemeliharaannya agar dapat
dimanfaatkan secara optimal dan berkelanjutan. Untuk menangani dampak
terhadap lingkungan akibat pengoperasian dan pemeliharaan ruas jalan atau
jembatan tersebut, diperlukan pelaksanaan dan pemantapan RKL dan RPL
tahap pasca konstruksi, antara lain meliputi pengaturan lalu lintas, pencemaran
udara dan kebisingan serta pengendalian penggunaan lahan di kiri-kanan jalan.
h. Tahap evaluasi pasca proyek
Evaluasi pasca proyek bertujuan untuk menilai penggunaan atau
pengoperasionalan ruas jalan atau jembatan yang telah dibangun / ditingkatkan
sampai dengan tercapainya umur rencana desain. Pertimbangan lingkungan
pada tahap ini adalah evaluasi pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan
lingkungan pada tahap sebelumnya agar dapat dijadikan masukan dalam
kegiatan perencanaan pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan
selanjutnya.
Kegiatan pengelolaan lingkungan yang terdapat dalam setiap siklus
kegiatan pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan yang telah dijelaskan di

16
atas harus dipantau pelaksanaannya agar dapat diketahui kualitas lingkungan
sebelum dan setelah pelaksanaan pembangunan jalan dan jembatan. Selain itu
dengan pemantauan pengelolaan lingkungan dapat diketahui keberhasilan
pengelolaan lingkungan pada kegiatan pembangunan infrastruktur jalan dan
jembatan.

2.3 Pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur Jalan dan Jembatan yang


Berwawasan Lingkungan di Indonesia
Pemerintah sebagai penentu kebijakan dalam kegiatan pembangunan
infrastruktur jalan dan jembatan, dalam hal ini Kementerian Pekerjaan Umum
telah banyak mengeluarkan keputusan, peraturan dan NSPM (Norma, Standar,
Pedoman dan Manual) pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan yang
berwawasan lingkungan. Aturan-aturan tersebut telah dijadikan bagian dari
dokumen kontrak seperti dituangkan dalam syarat-syarat kontrak dan dalam
spesifikasi teknis, sehingga aturan tersebut mengikat para pihak yang terlibat
dalam pelaksanaan kontrak pembangunan jalan dan jembatan baik pihak proyek
maupun penyedia jasa (kontraktor).
Akhir-akhir ini pemerintah tengah menggalakkan program green
construction yaitu kegiatan pembangunan atau konstruksi yang ramah
lingkungan. Dalam kegiatn pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan,
pemerintah tengah menggalakkan program penggunaan material daur ulang,
yaitu penggunaan kembali bahan agregat dari konstruksi jalan yang telah rusak
dengan menggunakan teknik dan campuran tertentu sedemikian rupa agregat
tersebut dapat digunakan kembali untuk pembangunan jalan baru sehingga
dapat menghemat penggunaan sumberdaya alam batuan dan pasir. Dalam hal
konstruksi penahan longsor badan jalan tengah dikembangkan penggunaan
rumput vetifer, selain murah, kuat dan ramah lingkungan juga menambah nilai
estetika.

17
BAB III.
PENUTUP
3.1. Simpulan
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan :
1. Kegiatan pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan berpotensi menyebabkan
kerusakan lingkungan, sehingga setiap siklus kegiatan perlu adanya pengelolaan
dan pemantauan dampak lingkungan.
2. Perlu adanya kesadaran pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan
kontrak konstruksi, baik pihak proyek (owner) maupun penyedia jasa (kontraktor)
dalam pengelolaan lingkungan pada pelaksanaan konstruksi jalan dan jembatan.
3. Pengelolaan lingkungan di bidang jalan dan jembatan perlu ditunjang penguatan
kapasitas institusional dan sumberdaya manusia

18
DAFTAR PUSTAKA
____________ 2001. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 17 tahun
2001, tentang Jenis Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib dilengkapi
dengan AMDAL. Kementerian Negara Lingkungan Hidup, Jakarta.
____________ 2003. Keputusan Menteri Kimpraswil No. 17/KPTS/M/2003, tentang
Penetapan Jenis Usaha dan/atau Kegiatan Bidang Permukiman dan
Prasarana Wilayah yang Wajib dilengkapi dengan UKL dan UPL.
Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, Jakarta.
____________ 2011. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 07/PRT/M/2011,
tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan Jasa
Konsultasi. Kementerian Pekerjaan Umum, Jakarta.
____________ 2010. Spesifikasi Umum, Direktorat Jenderal Bina Marga,
Kementerian Pekerjaan Umum. Jakarta.
Sumarwoto, O. 2001. Atur Diri Sendiri Paradigma Baru Pengelolaan Lingkungan
Hidup. Bandung.
Manik, K.E.S, 2007. Pengelolaan Lingkungan Hidup. Bandar Lampung.
Michell, B., Setiawan, B. dan Rahmi, D.H. 2000. Pengelolaan Sumberdaya dan
Lingkungan. Yogyakarta.
____________ 2006, Pedoman Umum Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan
No. 08/BM/05. Direktorat Jenderal Prasarana Wilayah, Departemen
Pekerjaan Umum. Jakarta.
____________ 2009, Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang
Jalan No. 010/BM/2009. Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen
Pekerjaan Umum. Jakarta.
____________ 2009. Pedoman Pemantauan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang
Jalan No. 011/BM/2009. Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen
Pekerjaan Umum. Jakarta.

19
____________ 2005. Pedoman Studi Kelayakan Proyek Jalan dan Jembatan No. Pd
T-19-2005-B. Departemen Pekerjaan Umum. Jakarta.
Suratmo, F. Gunawan. 2009. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Yogyakarta
Mustika, S. 2006. Pembangunan Berwawasan Lingkungan dalam Usaha Menjaga
Kelestarian Lingkungan Hidup. Bulletin BPKSDM, Badan Pembinaan
Konstruksi dan Sumber Daya Manusia, Departemen Pekerjaan Umum Edisi
III 2006. Jakarta.
____________ 2001. Environmental Awarenes for Civil Construction Projects.
Transport South Australia. Walkerville SA.

20

Anda mungkin juga menyukai