Anda di halaman 1dari 8

Pembangunan Infrastruktur Berwawasan Lingkungan

Infrastructure Development with Environmental Insights


Susatyo Adhi Pramono1 , Priyono Yulianto2
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Wijayakusuma Purwokerto
email : susatyoadhi58@gmail.com

Abstrak
Sebagai penentu kebijakan pemerintah, diharapkan Kementerian Pekerjaan Umum akan
mengembangkan NSPM (Norma, Standar, Pedoman dan Manual) berdasarkan peraturan
pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan yang berwawasan lingkungan. Dengan
memprioritaskan pengembangan bentuk pembangunan ramah lingkungan dari rencana "green
construction", pemerintah berharap dapat mengurangi dampak negatif lingkungan.Banyak
konstruksi infrastruktur (dalam hal ini, jalan dan jembatan) dapat menyebabkan kerusakan
lingkungan. Oleh karena itu, setiap kegiatan Perencanaan, pengelolaan, dan pemantauan
diperlukan di semua tahap, dan dampaknya terhadap lingkungan harus mendukung pengelolaan
lingkungan dari kegiatan pembangunan jalan dan jembatan dengan memperkuat kemampuan
kelembagaan dan sumber daya manusia berkualitas tinggi.
Kata-kata kunci : Pembangunan, Infrastruktur, Lingkungan

Abstract
As a determinant of government policy, it is hoped that the Ministry of Public Works will develop NSPM
(Norms, Standards, Guidelines and Manuals) based on environmentally sound road and bridge
infrastructure development regulations. By prioritizing the development of an environmentally friendly form
of development of the "green construction" plan, the government hopes to reduce the negative environmental
impacts. Many infrastructure constructions (in this case, roads and bridges) can cause environmental
damage. Therefore, all planning, management and monitoring activities are needed at all stages, and their
impact on the environment must support the environmental management of road and bridge development
activities by strengthening institutional capacity and high quality of human resources.

Key words: Development, Infrastructure, Environment

1. PENDAHULUAN lingkungan. Steakholder yang terlibat dalam


pembangunan infrastruktur, pemerintah
1.1 Latar Belakang sebagai pemilik (owner) dan pembuat
Pembangungan infrastruktur adalah kebijakan, pengusaha /kontraktor sebagai
bagian dari pembangunan nasional, yang penyedia layanan, dan organisasi non-
bertujuan untuk mendukung kegiatan pemerintah (LSM), memonitor dampak
ekonomi dalam mempermudah kehidupan pembangunan jalan dan jembatan proses
manusia dan membentuk juga struktur ruang pengembangan infratruktur berwawasan
wilayah ( Renstra Kemntrian PU 2010-2014, lingkungan, oleh karena itu, infrastruktur
2010), [1]. Akan ada efek positif dan negatif yang dibangun mungkin bermanfaat bagi
dalam kegiatan pembangunan, sehingga kita pengguna dan tidak akan berdampak negatif
perlu memperhatikan pelaksanaan proses terhadap lingkungan.Beberapa aturan serta
pengembangan. Dalam hal tujuannya, pedoman dalam pelaksanaan proyek yang
pembangunan infrastruktur harus direvisi dan dimasukan pada pasal-pasal,
memberikan manfaat maksimal dan oleh pemerintah bertujuan untuk mencegah
meminimalkan dampak negatif terhadap terjadinya permasalahan dalam proses
pembangunan jalan dan jembatan.

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR BERWASASAN LINGKUNGAN 89


1.2. Rumusan Masalah dalam perbaikan kehidupan masyarakat,
ditandai dengan pertumbuhan ekonomi
a. Bagaimana menentukan tujuan didalam masyarakat. Dalam pembangunan
pembangunan yang ramah lingkungan? infastruktur sarana prasarana fisik sering
b. Strategi apa yang dapat digunakan untuk dijumpai kontraktor mengabaikan masalah
manajemen lingkungan dan pemantauan lingkungan sehingga menyebabkan dampak
pembangunan infrastruktur jalan dan kerusakan lingkungan. Bagi masyarakat ,
jembatan? sering dijumpai kurangnya perhatian
c. Tindakan apa yang harus diambil untuk pemerintah baik pemerintah pusat maupun
mengimplementasikan konstruksi daerah pada proses pemeliharaan
jembatan jalan raya dengan wawasan infrastruktur jalan dan jembatan sehingga
lingkungan di Indonesia? dapat memicu degradasi lingkungan yang
lebih parah. Kegiatan ini menyebabkan
1.3. Tujuan dampak terhadap lingkungan baik dampak
Artikel ini akan membahas tentang positif dan dampak negatif, sebagai contoh
pembangunan infrastruktur jalan dan pembanguan jalan pada daerah yang
jembatan yang memiliki wawasan mempunyai kontruksi tanah yang labil
lingkungan agar menciptakan berpotensi mengakibatkan tanah longsor
pembangungan yang bermanfaat dan yang efek negatifnya bahkan melebihi
berkelanjutan. Pembahasan akan dimulai penebangan hutan, [2]. (Sumarwoto
dari perencanaan, pelaksanaan sampai et.a1,2001). Dari sudut pandang ekologis atau
pengoperasian dan pemeliharaan lingkungan, pembangunan ramah lingkungan
infrastrukur. dapat diartikan sebagai pembangunan yang
1.4 Manfaat baik, sehingga menciptakan harmoni dengan
Diharapkan artikel ini akan alam (Mustika, 2006)., [3]. Dengan
memberikan informasi kepada para mematuhi peraturan untuk pembangunan
pemangku kepentingan untuk merumuskan berwawasan lingkungan, pembangunan
kebijakan, mengimplementasikan dan berkelanjutan diharapkan
mengawasi pengembangan infrastruktur
2.2 Pemantauan dan pemantauan
jalan dan jembatan yang ramah lingkungan lingkungan dalam pembangunan
untuk melindungi lingkungan. Biarkan infrastruktur jalan dan jembatan
masyarakat memahami bagaimana jalan dan Menurut Peraturan Menteri
jembatan harus mengembangkan Pekerjaan Umum No. 69 / PRT / M / 1995,
infrastruktur dalam situasi ini, sehingga yang melibatkan pedoman teknis proyek
proses implementasi tidak akan merusak pekerjaan umum AMDAL, mengatur semua
lingkungan, sehingga menciptakan
masalah lingkungan dalam seluruh siklus
pembangunan berkelanjutan.
pengembangan proyek pekerjaan umum,
termasuk proyek pembangunan infrastruktur
2. Tinjuan Pustaka jalan dan jembatan. Tahap konstruksi jalan
2.1 Definisi pembangunan infrastruktur dan jembatan dari Kementerian Pekerjaan
jalan dan jembatan dengan wawasan Umum mencakup 8 (delapan) pedoman
lingkungan kegiatan ("PedomanUmum Pengelolaan
Pembangunan merupakan rangkaian Lingkungan Hidup Bidang Jalan, DPU,
proses perubahan yang dalam pelaksanaanya 2006), [4]. yaitu:
memerlukan perencanaan sehingga berguna

90 Teodolita, Vol 21, No 1 Juni 2020


Evaluasi
Perenca Prastudi Studi Perenca Pra Pasca
Konstru pasca
naan kelayak kelayak naan konstru konstru
ksi konstru
umum an an teknis ksi ksi
ksi

Gambar 1.1. Pedoman pengelolaan Lingkungan Hidup dan Bidang Jalan


3. Metodologi bahwa proyek tersebut mungkin berdampak
3.1. Tahap perencanaan umum pada lingkungan. Dengan memperoleh
gambaran umum, apakah proyek
Pembangunan infrastruktur jalan dan memerlukan penilaian dampak lingkungan
jembatan dimulai dengan konsep awal (AMDAL) atau hanya rencana pengelolaan
infrastruktur perencanaan, ketika masih lingkungan (RKL) dan rencana pemantauan
dalam perencanaan dan tidak ada kegiatan lingkungan (RPL), atau hanya melalui
olahraga, dapat diselesaikan melalui proses penerapan prosedur operasi standar (SOP).
penyaringan lingkungan ketika ditentukan
Tabel 3.1 Standar pengembangan infrastruktur jalan dan jembatan AMDAL atau RKL dan RPL harus
digunakan. (Menurut skala kegiatan yang direncanakan)

Wajib dengan Wajib RKL dan RPL


No Jenis Proyek (Skala/besaran)**) (Skala/besaran)**)
1 Jalan tol dan jalan layang
a. Pembangunan jalan tol a. Semua besaran a. –
b. Pembangunan jalan
layang atau subway b. Panjang > 2 km b. Panjang < 2km

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR BERWASASAN LINGKUNGAN 89


c. Peningkatan jalan tol dengan c. – c. Semua besaran
pembebasan lahan untuk Daerah
Milik Jalan
d. Peningkatan jalan tol tanpa d. – d. Panjang > 5 km
pembebasan lahan untuk
Daerah Milik Jalan

Jalan raya
a. 1 km < panjang <
a. Pembangunan/peningkatan jalan a. Panjang > 5 km 5 km
dengan pelebaran di luar
Daerah Milik Jalan Di kota b. 2 Ha < luas < 5
besar/ metropolitan b. Luas > 5 Ha
2 b. Panjang, atau Luas Ha
pembebasan tanah Di kota c. Panjang = 10 km
sedang c. 3 km < panjang <
c. Panjang, atau Luas Luas > 10 Ha
pembebasan tanah 10 km
Pedesaan/antu kota Panjang d. 5 Ha < luas < 10
d. Peningkatan jalan dengan e. Panjang > 30 km Ha
pelebaran pada Daerah Milik
Jalan Yang ada a. 5 Km < panjang <
e. Di kota besar/metropolitan 30 km
b. Panjang > 10 km
(Jalan arteri atau kolektor) c. Panjang > 20 m
Jembatan d. Panjang > 60 m
a. Pembangunan jembatan di
kota besar / metropolitan
b. Pembangunan jembatan di kota
sedang/-lebih kecil

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 17 Tahun 2001, [5] , Kepmen
Kimpraswil No- L7/KPTS/2003, [6],
Catatan:
Tabel 3.2. Jenis kota berdasarkan jumlah penduduk

No Kota Jumlah Penduduk


1. Metropolitan > 1.000.000 jiwa
2. Besar 500.000- 1.000.000 jiwa
3. Sedang 200.000 - 500.000 jiwa
4. Kecil 20.000-200.000 jiwa
5. Pedesaan 3000 - 20.000 jiwa
3.2. Tahap pra studi kelayakan Tahap proyek ini akan melakukan
Kegitan dalam tahap ini adalah analisis yang lebih mendalam tentang
membuat perumusan rencana kegiatan kelayakan teknis, ekonomi dan lingkungan
dengan
3 cara penentuan alternatif latar dalam konteks pembangunan jalan atau
belakang pembangunan jalan atau jembatan, jembatan berdasarkan data yang diperoleh
untuk setiap alternatif harus dikaji secara dari hasil survei lapangan. Analisis kelayakan
aspek teknis, ekonomis dan kelayakan lingkungan diperoleh melalui serangkaian
melalui proses kajian awal lingkungan. studi AMDAL, RLK atau RPL. Rencana lalu
lintas yang melintasi jalan harus disetujui
3.3. Tahap studi kelayakan oleh lingkungan sekitar selama konstruksi,

90 Teodolita, Vol 21, No 1 Juni 2020


operasi dan pemeliharaan (studi kelayakan mengikuti dokumen RKL yang telah
proyek jalan dan jembatan, DPU, 2005), [7]. ditetapkan, dan kemudian tim perencanaan
seperti: konsultan harus memiliki pakar lingkungan.
a. Rute alternatif yang tidak dapat melewati Perhitungan biaya konstruksi jalan
kawasan lindung dan jembatan yang dicakup harus mencakup
b. Rute alternatif tidak banyak berdampak biaya manajemen lingkungan dari semua
pada lingkungan sekitar tahap konstruksi dan tahap pasca konstruksi.
c. Antisipasi dampak sosial dan kebutuhan Jika pengadaan tanah diperlukan selama
pembebasan lahan kegiatan proyek, penelitian pengadaan tanah
d. Menentukan persyaratan persiapan dan pemukiman kembali harus dilakukan
AMDAL atau RKL dan RPL, dan sesuai dengan ketentuan dalam file RKL,
merumuskan kerangka acuan termasuk semua dampak yang akan
e. Mendukung perencanaan tata ruang dihasilkan.
wilayah studi 3.5. Tahap konstruksi
Dokumen RKL dan RPL berfungsi sebagai Untuk pemukiman yang terkena
pedoman manajemen lingkungan untuk dampak proyek selama implementasi
tahap perencanaan teknis, pra-konstruksi, pendukung atau organisasi terkait (jika ada
konstruksi sampa dengan pasca-konstruksi. tanah), pelaksanaannya didasarkan pada
3.4. Tahap perencanaan teknis RKL dan RPL sebagai panduan untuk
Lingkup pekerjaan dalam tahap perencanaan mengatasi dampak lingkungan dan sosial.
teknis dapat dilakukan sebagai berikut: 3.6. Tahap konstruksi
a. Penentuan penyelarasan jalan / rute Kegiatan konstruksi di bidang teknik
didasarkan pada hasil pengukuran sipil meliputi pekerjaan tanah, struktur jalan
lapangan yang akurat atau jembatan, fasilitas dan infrastruktur.
b. Melakukan perhitungan struktural dan Pada tahap ini, pertimbangan lingkungan
menggambar rencana teknis rinci adalah untuk mengimplementasikan dan
sebelum membangun jalan dan menampilkan RKL dan RPL selama fase
jembatan. konstruksi untuk memperkirakan dampak
c. Hitung biaya konstruksi sesuai dengan yang mungkin terjadi akibat kegiatan
data konstruksi, seperti erosi, penghematan
d. Pengaturan dokumen penawaran dan udara, kebisingan, dan kerusakan pada
dokumen kontak kontrak fasilitas dan infrastruktur publik di sekitar
Tindakan pencegahan lingkungan yang proyek. Pembangunan jembatan jalan raya.
harus disiapkan pada tahap ini adalah Melalui manajemen lingkungan,
mengubah RKL menjadi bentuk gambar, pengawasan dapat menjadi indikator
persyaratan dan spesifikasi dalam keberhasilan pengelolaan lingkungan dalam
pengelolaan lingkungan. Kemudian, kegiatan pembangunan infrastruktur jalan
konsultan perencanaan teknis harus dan jembatan.
Tabel 2.2 Dampak potensial dari kegiatan pembangunan jembatan dan jembatan serta manajemen
alternatifnya.

Kegiatan yang Persiapan Pekerjaan


menimbulkan Dampak Konstruksi
a. Mobilisasi tenaga kerja
b. Mobilisasi peralatan berat
c. Pembuatan jalan masuk
d. Pelaksanaan Pekerjaan
Konstruksi Di lokasi proyek
a. Pembersihan dan
penyiapan lahan b. Pekerjaan tanah/galian
/ timbunan) Pekerjaan badan jalan /lapis perkerasan

90 Teodolita, Vol 21, No 1 Juni 2020


Prakiraan Dampak yang a) Kecemburuan sosial
Timbul b) Peningkatan kesempatan kerja (dampak positifl
c) Kerusakan prasarana jalan
d) Pencemaran udara Gangguan pada flora dan fauna
e) Gangguan pada utilitas
-Pencemaran udara (debu)
-Pencemaran air
-Gangguan pada aliran air tanah dan air permukaan
f) Perubahan bentang alam
Alternatif pengelolaan a) Tenaga kerja lokal diprioritaskan
lingkungan b) Sosialisasi pada penduduk lokal
c) Pemberian informasi tentang tenaga kerja yang diperlukan
d) Penghijauan
f) Pembuatan tanggul atau drainase sementara untuk
pengendalian air larian
g) Pemindahan dan perbaiki utilitas
h) Pengaturan lalu lintas

4. Data Dan Pembahasan digunakan kembali untuk pembangunan


4.1. Implementasi infrastruktur jalan dan jalan baru, seperti menghemat penggunaan
jembatan yang ramah lingkungan di sumber daya alam seperti batu dan pasir.
Indonesia Saat ini, Rumput vertifer telah banyak
digunakan dalam konstruksi dinding
Pemerintah sebagai pemegang penahan tanah longsor, dan harga
kebijakan kegiatan pembangunan lingkungan yang rendah memiliki nilai
infrastruktur jalan dan jembatan adalah estetika
bahwa Kementerian Pekerjaan Umum
memiliki hak untuk mengeluarkan 5. Kesimpulan Dan Saran
keputusan, peraturan, dan NSPM ((Norma, 5.1. Kesimpulan
Standar, Pedoman dan Manual) untuk
mengembangkan infrastruktur jalan dan Saat ini, pemerintah sedang melaksanakan
jembatan yang ramah lingkungan. Aturan- rencana " green construction ". Dalam
aturan ini telah menjadi bagian dari rencana ini, semua proyek atau kegiatan
dokumen kontrak yang dijabarkan dalam pembangunan atau konstruksi adalah
persyaratan kontrak dan spesifikasi teknis, kegiatan perlindungan lingkungan. Dalam
oleh karena itu, aturan ini dapat membatasi pengembangan infrastruktur jalan dan
para pihak yang terlibat dalam pelaksanaan jembatan, pemerintah menyediakan banyak
kontrak konstruksi jalan dan bahan terkait untuk didaur ulang dan
jembatan.Dalam kasus ini, kontraktor penggunaan agregat. Rencana investasi. Ini
proyek dan penyedia layanan sama-sama adalah bentuk penghematan sumber daya
kontraktor. alam dengan menghancurkan konstruksi
Dalam beberapa tahun terakhir, jalan dengan mencampurkan dengan bahan
pemerintah mempromosikan rencana " lain sehingga dapat digunakan kembali untuk
green construction " yang kegiatan konstruksi jalan baru
pembangunannya ramah lingkungan, dan Realisasi pembangunan nasional
dalam pembangunan infrastruktur jalan dan membutuhkan pembangunan jalan dan
jembatan, pemerintah telah menggunakan jembatan. Berdasarkan hal di atas,
agregat dalam pembangunan jalan yang kesimpulan berikut dapat ditarik:
rusak untuk penggunaan bahan daur ulang.
Dan program pencampuran dengan bahan a. Kegiatan pembangunan
memberikan input. Yang lain dapat infrastruktur jalan dan

90 Teodolita, Vol 21, No 1 Juni 2020


jembatan dapat jembatan dalam pengelolaan
menyebabkan kerusakan lingkungan, membutuhkan
lingkungan, sehingga setiap pemahaman tingkat tinggi
tahap kegiatan tentang dampak
membutuhkan pengelolaan pembangunan.
dan pemantauan dampak c. Dalam pengelolaan
lingkungan. lingkungan jalan dan
b. Pelaksanaan kegiatan jembatan, kemampuan
konstruksi, baik proyek kelembagaan dan sumber
(pemilik) atau penyedia jasa daya manusia sangat
(kontraktor) melaksanakan dibutuhkan.
konstruksi jalan dan

Daftar Pustaka
[1]. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20/Prt/M/2012 Tentang Perubahan Kedua Atas
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 02/Prt/M/2010 Tentang Rencana Strategis
Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2010 – 2014
[2]. Sumarwoto et.a1,2001. Ekologi, Lingkungan dan Pembangunan. Jakarta:Djembatan
[3]. Mustika, S. 2006. Pembangunan Berwawasan Linglangan dalam Usaha Menjaga
Kelestarian Lingkungan Hidup. Bulletin BPKSDM, Badan Pembinaan Konstruksi dan
Sumber Daya Manusia, Departemen Pekerjaan Umum Edisi III 2006. Jakarta.
[4]. PedomanUmum Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan, DPU, 2006
[5]. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 17 Tahun 2001Tentang : Jenis Rencana
Usaha Dan/Atau KegiatanYang Wajib Dilengkapi Dengan Analisis Mengenai
DampakLingkungan Hidup
[6]. Keputusan Menteri Permukiman Dan Prasarana Wilayah Nomor : 339 /Kpts/M/2003 Tentang
Petunjuk Pelaksanaan Pengadaan Jasa Konstruksi Oleh Instansi Pemerintah
[7]. Pedoman Teknis Studi Kelayakan Proyek Jala Dan Jembatan Pd T-19-2005-B
[8]. Suratno, F. Gunawan. 2009. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Yogyakarta.
[9]. Anonim 2001. Environmental Awarenes for Civil Construction Projects. Transport South
Australia. Walkerville SA
[10]. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). 2003. Sistem Pengelolaan Sampah Kota
Secara Terpadu. Pelatihan Teknologi Pengolahan Sampah Kota Secara Terpadu Menuju Zero
Waste, Jakarta
[11]. Darmawijaya, M.I. 1997: Klasifikasi Tanah Dasar Teori Bagi Peneliti Tanah dan Pelaksana
Pertanian Di Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
[12]. Direktorat, Jenderal Cipta Karya. 1999, Petunjuk Teknis Bidang Persampahan. Direktorat
Jenderal Cipta Karya. Departemen Pekerjaan Umum. Jakarta.
[13]. Sutanto, H., B., 2002, Manfaat DUAL TPA-Sanitary Landfill Guna Ulang (TPA-Sissala-
GU) menuju Kawasan Habitat Buatan Berwawasan Lingkungan., Berita BPPT,
[14]. Anonim 2017, Spesifikasi Area Penimubunan Sampah dengan Sistem lahan Urug Terkendali
di TPA Sampah, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta.
[15]. Wahyono, S., dkk 2017., Mengolah sampah menjadi kompos, Pusat Pengkajian dan
Penerapan Teknologi Lingkungan, BPPT.
[16]. Anonim 2014, Kebijakan Pemerintah dalam Program Daur Ulang dan Pengomposan, Pusat
Pendidikan dan Pelatihan, Balai Pelatihan Air Bersih dan Penyehatan Lingkungan Permukiman,
Depkimpraswil.
[17]. Anonim 2011, Kemenkes RI, Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan, Direktorat Bina
Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan, Pedoman Teknis Instalasi Pengolahan Air
Limbah Dengan Sistem Biofilter Anaerob Aerob Pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan..

90 Teodolita, Vol 21, No 1 Juni 2020


Ir. Nusa Idaman Said, M.Eng 2012. Pengolahan Air Limbah Domestik Di Dki Jakarta "Tinjauan
Permasalahan, Strategi dan Teknologi Pengolahan", Pusat Teknologi Lingkungan Deputi Bidang
Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi.
[18]. Peraturan Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2007 tentang Pengendalian Lingkungan
hidup Provinsi Jawa Tengah
[19]. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup no. 13 tahun 2010 tentang Upaya Pengelolaan
Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup dan Surat Pernyataan Kesanggupan
Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup

90 Teodolita, Vol 21, No 1 Juni 2020

Anda mungkin juga menyukai