Anda di halaman 1dari 40

DAFTAR ISI

Kata pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Maksud, Tujuan dan Sasaran yang Akan dicapai
1.3 Lokasi Pekerjaan dan Aksesbilitasnya
1.4 Lingkup Kegiatan
1.5 Sistematika Penyusunan Laporan

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PEKERJAAN


2.1 Wilayah Administrasi Kabupaten Kutai Barat
2.1.1 Aspek Geografis
2.1.2 Aspek kependudukan
2.1.3 Kondisi Topografi
2.1.4 Iklim dan Curah Hujan
2.1.5 Kondisi Sosial
2.2 Wilayah Administrasi Kecamatan Barong Tongkok
2.2.1 Aspek Geografis
2.2.2 Aspek Kependudukan

BAB III DASAR PERENCANAAN


3.1 Konstruksi Perkerasan kaku (Rigid Pavement)
3.1.1 Struktur dan Jenis Perkerasan Beton Semen
3.1.2 Beton Semen
3.1.3 Umur Rencana
3.1.4 Pertumbuhan lalu Lintas
3.1.5 Lalu Lintas Rencana
3.1.6 Bahu
3.1.7 Sambungan
3.1.8 Perkerasan Beton semen Untuk Kelandaian Curam
3.1.9 Langkah Perencanaan Perkerasan Beton Semen
3.1.10 Perencanaan Tulangan
3.1.11 Perkerasan Beton Semen Bersambung Tanpa Tulangan
3.1.12 Perkerasan Beton semen Bersambung Dengan Tulangan
3.1.13 Perkerasan Beton Semen Menerus Dengan Tulangan
3.1.14 Perencanaan Lapis Tambah
3.1.15 Pelapisan Tambahan Perkerasan Beton Aspal di Atas Perkerasan
Beton Semen

BAB IV RENCANA PELAKSANAAN STUDI


4.1 Organisasi Pelaksanaan studi
4.2 Personil yang Dibutuhkan
4.3 Jadwal Penugasan Tenaga Ahli
4.4 Pelaporan

BAB V PENUTUP
KATA PENGANTAR

Sehubungan dengan pelaksanaan pekerjaan Perencanaan Semenisasi Jalan


Pemandian Juhan Asa, pada Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kab.
Kutai Barat yang dipercayakan kepada CV. ARCHITILA BORNEO KONSULTAN maka
dengan ini kami menyusun :

“LAPORAN PENDAHULUAN”

Laporan Pendahuluan ini disamping untuk memenuhi apa yang disyaratkan


dalam KAK (Kerangka Acuan Kerja), juga untuk menjadi bahan acuan dalam kajian
bersama guna menentukan langkah-langkah selanjutnya untuk pekerjaan yang
belum terselesaikan. Laporan ini merupakan laporan yang didasarkan atas survey
pendahuluan yang telah dilaksanakan, gambaran umum lokasi pekerjaan, metode
pekerjaan dan dasar perencanaan yang akan dilakukan.
Dalam kesempatan ini konsultan menyampaikan terimakasih kepada semua
pihak khususnya Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kab. Kutai Barat yang
telah memberikan kepercayaan dan kesempatan penuh kepada CV. ARCHITILA
BORNEO KONSULTAN untuk berpartisipasi dalam pembangunan. Dalam pembuatan
laporan berikutnya, konsultan tidak menutup kritik dan saran untuk kesempurnaan
dan tercapainya sasaran yang diharapkan.
Demikian “Laporan Pendahuluan” ini dibuat untuk didistribusikan kepada
pihak-pihak yang berkepentingan dan berkenaan dengan adanya pekerjaan ini.

Sendawar, September 2020


CV. ARCHITILA BORNEO KONSULTAN
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sektor prasana jalan merupakan salah satu urat nadi dalam pertumbuhan
ekonomi wilayah, sehingga penyediaannya melalui besarnya investasi adalah suatu
hal yang sangat penting. Berkaitan dengan perkembangan ekonomi, Investasi jalan
dan atau jembatan memiliki pengaruh yang luas baik bagi pengguna jalan dan/atau
jembatan maupun bagi wilayah secara keseluruhan. Untuk itu diperlukan kebijakan
yang tepat dalam penyelenggaraan jalan sehingga dapat mendukung
pengembangan wilayah dan pertumbuhan ekonominya. Isu strategis yang dihadapi
dalam penyelenggaraan jalan, terutama jalan nasional dan atau jalan perkotaan
diantaranya adalah kurang memadainya sistem jaringan jalan primer dan atau
kolektor dalam melayani arus lalu lintas menerus dan atau arus lalu lintas
perkotaan. Hal ini telah menyebabkan terhambatnya arus barang / jasa dan
manusia tingkat regional, nasional bahkan internasional yang menyebabkan biaya
ekonomi dan sosial yang semakin tinggi.

Menurut Pasal 1 (4) UU No. 38 tahun 2004, adalah :


…..Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,
termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu
lintas, yang berada pada permukaan tanah, diatas permukaan tanah, dibawah
permukaan tanah dan/atau air, serta diatas permukaan air, kecuali jalan kereta
api, jalan lori, dan jalan kabel…

Jalan yang dimaksud pada Pasal 1 (4) diatas, diperluas lagi menjadi dua,
yaitu jalan umu (public facility) jalan khusus (private facility). Jalan yang disebut
pertama diadakan oleh pemerintah sebagai prasarana fungsi social dan menjadi
bagian dari public services. Sementara jalan kedua biasanya diadakan oleh instansi
swasta, badan usaha, perseorangan, atau kelompok masyarakat untuk kepentingan
sendiri.
Lebih lanjut Pasal 1 ayat (12), (13) dan (14), menambahkan sebagai berikut :
(12) Pembangunan Jalan adalah kegiatan pemrograman dan penganggaran,
perencanaan teknis, pelaksanaan konstruksi, serta pengoperasian dan
pemeliharaan jalan;
(13) Pengawasan Jalan adalah kegiatan yang dilakukan untuk mewujudkan tertib
pengaturan, pembinaan, dan pembangunan jalan;
(14) Penyelenggara Jalan adalah pihak yang melakukan pengaturan, pembinaan,
pembangunan, dan pengawasan jalan sesuai dengan kewenangannya.
Salah satu keberhasilan pembangunan kota adalah tersedianya sarana dan
prasarana transportasi yang baik didaerah tersebut. Selain berperan dalam
menunjang kelancaran kegiatan sosial ekonomi juga akan menunjang
perkembangan fisik didaerah yang bersangkutan. Pemerintah daerah dengan visi
kota sebagai kota perdagangan dan jasa mengalami perkembangan yang sangat
pesat, baik pertumbuhan penduduknya maupun sarana dan prasarana perkotaan
yang dimilikinya.
Kebutuhan akan prasarana jalan yang baik merupakan sesuatu yang baik
yang diharapkan masyarakat dan merupakan factor penunjang lancarnya
perekonomian dan pembuka daerah terisolir. Mengingat kondisi sarana jalan yang
ada saat ini banyak yang rusak, baik diakibatkan oleh factor alam maupun factor
manusia. Sehingga perlu diadakan perbaikan dan peningkatan guna memenuhi
kebutuhan lalu lintas yang makin tinggi. Didalam proses perencanaan sebagai dasar
untuk pelaksanaan perlu diperhatikan factor-faktor diantaranya kenyamanan,
keamanan, lingkungan serta faktor lain yang mendukung perencanaan yang matang
dan terencana.

1.2 Maksud, Tujuan dan Sasaran Yang Akan Dicapai


Maksud dari pekerjaan ini adalah melaksanakan pekerjaan perencanaan
teknis Jalan sehingga didapat hasil perencanaan jalan yang mencakup perencanaan
teknik konstruksi, rincian dan rencana anggaran biaya, serta waktu pelaksanaan
yang sesuai dengan persyaratan teknis maupun peraturan lainnya yang telah
ditetapkan.
Tujuan utamanya adalah didapatkan hasil perencanaan yang dapat
diaplikasikan dengan baik dilapangan sehingga pekerjaan teknis dapat diselesaikan
tepat waktu dan sesuai dengan spesifikasi teknis yang direncanakan serta
tercapainya umur rencana sesuai dengan yang diharapkan.
Dengan adanya perencanaan ini diharapkan adanya hasil perencanaan teknis
yang baik agar dapat diaplikasikan dengan baik dan tepat guna sehingga
mendukung tercapainya pelaksanaan fisik yang tepat waktu, konstruksi yang baik
dan dapat dipertanggungjawabkan serta dapat dirasakan manfaatnya bagi
masyarakat khususnya warga masyarakat yang ada dilingkungan Jalan Pemandian
Juhan Asa Kec. Barong Tongkok Kabupaten Kutai Barat.

1.3 Lokasi Pekerjaan dan Aksesbilitasnya


Lokasi kegiatan merupakan Jalan Lingkungan yang ada di Kampung Juhan Asa
Kecamatan Barong Tongkok yang secara administrasi merupakan bagian Kabupaten
Kutai Barat.

Kec. Barong Tongkok

Gambar 1.1 Lokasi Kecamatan Barong Tongkok Kab. Kutai Barat


1.4 Lingkup Kegiatan
Lingkup kegiatan yang akan dilakukan pada pekerjaan Perencanaan
Semenisasi Jalan Pemandian Juhan Asa mencakup kegiatan perencanaan
teknik/struktur terhadap ruas jalan yang bersangkutan yang mencakup bidang
survey kondisi wilayah, perencanaan teknis konstruksi, rincian dan rencana
anggaran biaya, dan waktu pelaksanaan sesuai syarat-syarat yang ditetapkan dalam
Dokumen Kontrak serta standar –standar yang berlaku. Pada penugasannya,
konsultan perencana mempunyai ruang lingkup sebagai berikut :
a. Identifikasi, inventarisasi kondisi jalan lingkungan, pada area di maksud
mencakup perencanaan teknik / struktur terhadap ruas jalan yang
bersangkutan yang mencakup bidang survey kondisi tanah wilayah,
perencanaan teknik konstruksi rincian dan rencana anggaran baiaya, dan
waktu pelaksanaan sesuai syarat yang ditetapkan dalam dokumen kontrak
serta standard yang berlaku.
b. Mengevaluasi kondisi system Infrastuktur jalan lingkungan yang sudah ada
dan akan dibangun.
c. Mengkaji ketepatan pendekatan, metode, dan teknologi dalam membangun
Infrastruktur jalan lingkungan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan
kondisi wilayah agar terhindar dari Pembangunan Infrastruktur yang tidak
dimanfaatkan.
d. Menyusun detail perencanaan teknis insfrasturtur jalan lingkungan yang
tepat guna sesuai kebutuhan serta kondisi wilayahnya.

1.5 Sistematika Penyusunan Laporan


Sistematika Penyusunan Laporan Bulanan pada pekerjaan Perencanaan
Semenisasi Jalan Pemandian Juhan Asa disusun ke dalam 5 (lima) Bab, yang
mencakup bahasan sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan, Dalam bab ini pembahasan mencakup mengenai


latar belakang, maksud, tujuan dan sasaran yang ingin dicapai,
lokasi pekerjaan dan aksesibilitasnya, lingkup pekerjaan serta
sistematika penyusunan laporan.
BAB II : Gambaran Umum Lokasi Pekerjaan, Dalam bab ini membahas
wilayah administrasi dan aspek-aspek pendukung yang berada di
Kabupaten Kutai Barat dan Deskripsi lokasi perencanaan di
Kecamatan Linggang Bigung.
BAB III : Dasar Perencanaan Pekerjaan, Dalam bab ini membahas
mengenai Struktur dan Jenis Perkerasan Kaku/Perkerasan Beton
Semen (Rigid Pavement), Tebal Plat Beton, Penulangan Plat
Beton, serta penggunaan Dowel dan Penyelidikan Tanah.
BAB IV : Rencana Pelaksanaan Studi, Dalam bab ini membahas tentang
organisasi pelaksanaan pekerjaan, tenaga ahli yang dibutuhkan,
jadwal penugasan tenaga ahli, jadwal pelaksanaan pekerjaan
dan pelaporan.
BAB V : Penutup, Dalam bab ini, membahas mengenai kesimpulan dan
saran/rekomendasi dari hasil hasil laporan pendahuluan.
BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI PEKERJAAN

2.1 Wilayah Administrasi Kabupaten Kutai Barat


2.1.1 Aspek Geografis
Kabupaten Kutai Barat dengan Ibukota Sendawar merupakan pemekaran dari
wilayah Kabupaten Kutai yang ditetapkan berdasarkan UU. Nomor 47 tahun 1999.
Dengan Luas Sekitar 20.381,59 km2 atau kurang lebih 15,19 persen dari luas
Propinsi Kalimantan Timur yang terdiri dari 16 kecamatan dan 190 desa/kampong
dengan 4 kelurahan. Secara Geografis Kabupaten Kutai barat terletak antara
114⁰44’59,05” BT - 116⁰07’15,23” BT dan 00⁰07’54,50” LU - 01⁰08’58,18” LS
dengan batas administratif sebagai berikut :
Sebelah Utara : Berbatasan Kabupaten Mahakam Ulu
Sebelah Timur : Berbatasan Kabupaten Kutai Kartanegara
Sebelah Selatan : Berbatasan Kabupaten Penajam Paser Utara
Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kabupaten barito Utara dan kabupaten
Murung Raya Propinsi Kalimantan Tengah

Gambar 2.1. Peta Administrasi Kabupaten Kutai Barat


Kabupaten Kutai Barat terbagi menjadi 16 Kecamatan dan 190
Desa/Kampung dengan 4 Kelurahan. Ke-Enam Belas Kecamatan tersebut adalah
Kecamatan Bongan, Kecamatan Jempang, Kecamatan Linggang Bigung, Kecamatan
Muara Pahu, Kecamatan Muara Lawa, Kecamatan Damai, Kecamatan Linggang
Bigung, Kecamatan Melak, Kecamatan Long Iram, Kecamatan Bentian Besar,
Kecamatan Linggang Bigung, Kecamatan Linggang Bigung, Kecamatan Siluq Ngurai,
Kecamatan Manor Bulatn, Kecamatan Sekolaq Darat, Kecamatan Tering.

Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Kutai Barat

Luas
Kecamatan Persentase
No. Wilayah
Sub District Pecentage
Area (Km2)
1 Bongan 2.305,31 11,31
2 Jempang 744,47 3,65
3 Linggang Bigung 192,08 0,94
4 Muara Pahu 1.110,64 5,45
5 Muara Lawa 436,54 2,14
6 Damai 2.025,53 9,94
7 Linggang Bigung 430,58 2,11
8 Melak 179,11 0,88
9 Long Iram 1.657,95 8,13
10 Bentian Besar 1.287,86 6,32
11 Linggang Bigung 5.718,07 28,06
12 Siluq Ngurai 1.629,10 7,99
13 Linggang Bigung 1.312,62 6,44
14 Sekolaq Darat 48,94 0,24
15 M.Manaar Bulatn 960,57 4,71
16 Tering 342,22 1,68
Jumlah 20.381,59 100,00

2.1.2 Aspek Kependudukan


Penduduk mempunyai kedudukan yang sentral dalam pembangunan daerah,
yaitu kedudukannya sebagai subyek pembangunan dan juga sekaligus sebagai obyek
pembangunan. Sebagai subyek pembangunan diharapkan dengan jumlah penduduk
yang besar dapat memberikan keuntungan ekonomis diantaranya biaya tenaga
kerja yang relative murah dan terjaminnya persediaan tenaga kerja. Sedangkan
kedudukan kedua sebagai obyek pembangunan mengandung arti bahwa segala
uapaya yang dilakukan oleh pembangunan sasarannya adalah guna meningkatkan
kesejahteraan dan kualitas penduduk.

a. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk


Berdasarkan data Proyeksi Penduduk hasil SP2018 BPS Kabupaten
Kutai Barat, jumlah penduduk Kabupaten Kutai Barat Tahun 2018
mencapai 158.560 jiwa. Dimana Kecamatan yang memiliki jumlah
penduduk terbesar adalah Kecamatan Linggang Bigung yaitu sebesar
24.850 jiwa atau sekitar 17,11 persen dari total populasi penduduk Kutai
Barat. Sedangkan Kecamatan dengan jumlah paling sedikit adalah
Kecamatan Bentian Besar yaitu sebesar 3.233 jiwa (2,22%)
b. Rata-rata Penduduk per Rumah Tangga
Jumlah rumah tangga di Kabupaten Kutai Barat pada tahun 2018
adalah sebesar 51,571 jiwa per rumah tangga adalah 3,48 jiwa per
rumah tangga. Kecamatan dengan rata-rata penduduk per rumah tangga
terbesar adalah Kecamatan Muara Pahu yaitu sebesar 3,62 jiwa per
rumah tangga, sedangkan Kecamatan Sekolaq Darat merupakan
kecamatan dengan rata-rata penduduk per rumah tangga terkecil yaitu
sebesar 3,29 jiwa per rumah tangga.
c. Komposisi Penduduk
Penduduk Kabupaten Kutai Barat hingga akhir tahun 2016 tercatat
sebesar 146.998 jiwa, dimana sebesar 77.588 jiwa (52,78%) merupakan
penduduk laik-laki dan 69.410 jiwa merupakan penduduk perempuan
(47.21%). Dari jumlah penduduk tersebut diatas, terlihat bahwa
penduduk laki-laki lebih dominan jika dibandingkan dengan penduduk
perempuan dengan rasio sebesar 112. Dengan pengertian bahwa untuk
setiap 100 penduduk perempuan terdapat 112 laki-laki. Kemudian rasio
jenis kelamin tertinggi terdapat di Kecamatan Bentian Besar yaitu
126.85 sedangkan yang terendah adalah Kecamatan Linggang Bigung
yaitu sebesar 107.24

d. Ketenagakerjaan
Kondisi Ketenagakerjaan suatu daerah dapat menggambarkan daya
serap perekonomian terhadap penyerapan tenaga kerja. Menurut teori,
penduduk dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu penduduk
usia kerja dan penduduk bukan usia kerja. Penduduk usia kerja sendiri
dibedakan menjadi angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Yang
termasuk angkatan kerja adalah mereka yang sekolah, mengurus rumah
tangga dan lainnya.

2.1.3 Kondisi Topografi


Daerah kabupaten Kutai Barat didominasi Topografi bergelombang, dari
kemiringan landau sampai curam dengan ketinggian berkisar antara 0 – 1.500 meter
diatas permukaan laut dengan kemiringan antara 0 – 60 persen. Daerah dataran
rendah pada umumnya dijumpai di kawasan danau dan kawasan sepanjang sungai
(DAS). Sedangkan daerah perbukitan dan pegunungan memiliki ketinggian rata-rata
lebih dari 1.000 meter diatas permukaan laut dengan kemiringan 30% terdapat
dibagian barat laut yang berbatasan langsung dengan wilayah Malaysia.

2.1.4 Iklim dan Curah Hujan


Karakteristik iklim Kabupaten Kutai Barat termasuk dalam kategori iklim
tropika humida, dengan rata-rata curah hujan tertinggi terdapat pada bulan April
dan terendah di bulan Agustus serta tidak menunjukkan adanya bulan kering atau
sepanjang bulan dalam satu tahun selalu terdapat sekurang-kurangnya tujuh hari
hujan. Namun demikian dalam tahun-tahun terakhir ini, keadaan iklim di
Kabupaten Kutai Barat terkadang tidak menentu. Pada bulan-bulan yang
seharusnya turun hujan dalam kenyataannya tidak hujan, atau sebaliknya pada
bulan-bulan yang seharusnya kemarau bahkan terjadi hujan dengan musim yang
lebih panjang.
Temperatur minimum umumnya terjadi pada bulan Oktober sampai dengan
Januari sedangkan temperature maksimum terjadi antara bulan Juli sampai dengan
bulan Agustus. Daerah beriklim seperti ini tidak mempunyai perbedaan yang jelas
antara musim hujan dan musim kemarau. Pada musim angin barat hujan turun
sekitar bulan Agustus sampai bulan Maret, sedangkan pada musim timur hujan
relatif kurang, hal ini terjadi pada sekitar bulan April sampai bulan September.
2.1.5 Kondisi Sosial
a. Pendidikan
Pendidikan formal merupakan suatu proses yang berjenjang dari
tingkat SD sampai Perguruan Tinggi. Untuk menunjang keberhasilan
pembangunan dibidang pendidikan, pendidikan formal yang umumnya
diselenggrakan disekolah-sekolah tidak hanya dibawahi oleh Dinas
Pendidikan Nasional saja tetapi ada juga yang dibawahi oleh Departemen
diluar Depdiknas seperti Departemen Agama, Departemen Kesehatan,
Departemen Sosial dan lain-lain.
Berdasarkan data Dinas Pendidikan Kab. Kutai Barat diketahui bahwa
jumlah sekolah dari tingkat Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah baik
negeri maupun swasta pada tahun 2018 tercatat sebanyak 324 sekolah
yang terdiri atas 217 untuk tingkat SD, 69 untuk tingkat SLTP dan 38
untuk tingkat SMU/SMK.
Perbandingan atau rasio antara guru dan murid akan menggambarkan
beban murid yang harus dihadapi oleh seorang guru dalam mengajar.
Tenaga pengajar yang terdaftar di Kabupaten Kutai Barat untuk semua
jenjang pendidikan sudah memadai walaupun pada tingkat Sekolah
Menengah terlihat bahwa beban guru relative lebih berat jika
dibandingkan dengan jenjang pendidikan yang lebih rendah. Hal ini
dikarenakan semakin tinggi jenjang pendidikan, membutuhkan tenaga
pengajar yang menguasai bidang/ilmu pengetahuan yang harus
diajarkan.
b. Kesehatan
Pada dasarnya pembangunan dibidang kesehatan bertujuan untuk
memberikan pelayanan keshatan secara mudah, merata, dan murah.
Dengan meningkatnya pelayanan kesehatan, pemerintah berupaya
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Salah satu upaya
pemerintah dalam rangka memeratakan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat adalah dengan penyediaan fasilitas kesehatan terutama
puskesmas dan puskesmas pembantu karena kedua fasilitas tersebut
dapat menjangkau segala lapisan masyarakat hingga ke daerah terpencil.
Pada tahun 2018 jumlah Puskesmas yang berada di Kabupaten Kutai
Barat berjumlah 19 Puskesmas dan untuk Puskesmas Pembantu tercatat
berjumlah 83 Puskesmas Pembantu. Untuk Tenaga Kesehatan Puskesmas
yang tersebar di Kabupaten Kutai Barat berjumlah 750 orang.

2.2 Wilayah Administrasi Kecamatan Barong Tongkok


Kecamatan Tongkok merupakan sebuah Kecamatan yang terletak diwilayah
Ibu Kota Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur, Kecamatan Barong Tongkok
memiliki luas wilayah mencapai 492.21 km2 yang dibagi dalam 21 Kampung. Ke 21
kampung tersebut adalah Kampung Barong Tongkok, Simpang Raya, Mencimai, Rejo
Basuki, Engkuni Pasek, Pepas Eheng, Sumber Sari, Juhan Asa, Asa, Muara Asa,
Geleo Asa, Geleo Baru, Juaq Asa, Pepas Asa, Ombau Asa, Ongko Asa, Gemuhan Asa,
Ngenyan Asa, Sendawar, Belempung Ulaq, Balok Asa.

2.2.1 Aspek Geografis


Lokasi perencanaan yang dilaksanakan berada di Kecamatan Barong
Tongkok. Secara geografis Kecamatan Barong Tongkok terletak antara 115⁰BT -
115⁰46’BT dan 0⁰50’LS, dengan batas administrative sebagai berikut :
Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kec. Tering
Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kec. Manoor Bulant dan Sekolq Darat
Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kec. Damai
Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kec. Linggang Bigung dan Kec. Nyuatan

Lokasi Pengukuran Topografi dilaksanakan berada didaerah dalam ibukota Kec.


Barong Tongkok yang wilayahnya berada di Kec. Barong Tongkok Kab. Kutai Barat.

2.2.2 Aspek Kependudukan


Dengan luas wilayah kecamatan Barong Tongkok 492,21 km2 dengan jumlah
kepadatan penduduk adalah 43,95 jiwa/km2. Sedangkan keseluruhan penduduk
21,631 jiwa berdasarkan proyeksi Data BPS Tahun 2018.
BAB III
DASAR PERENCANAAN

3.1 KONSTRUKSI PERKERASAN KAKU (RIGIV PAVEMENT)


Pelaksanaan perencanaan ini mengacu pada Pedoman Perencanaan
Perkerasan Jalan Beton Semen (PD T-14-2003) yang merupakan penyempurnaan
Petunjuk Perencanaan Perkerasan kaku (Rigid Pavement) yang diterbitkan oleh
Departemen Pekerjaan Umum Tahun 1985 – SKBI 2.3.28.1985.
Dalam penerapan jalan beton semen, pengambil kebijakan harus
mempertimbangkan factor-faktor lingkungan disekitar lokasi proyek, sehingga tidak
terjadi kesulitan ataupun permasalahan dikemudian hari setelah perkerasan beton
semen dilaksanakan.
Perlu diketahui bahwa pedoman Pd T-14-2003 merupakan adopsi dari
AUSTROADS, Pavement Design, A guide to the Structural Design of Pavements
(1992), dengan demikian setelah diterbitkannya pedoman ini, maka pedoman yang
terdahulu oleh Departemen Pekerjaan Umum dinyatakan tidak berlaku lagi.

3.1.1 Struktur dan Jenis Perkerasan Beton Semen


Perkerasan beton semen dibedakan ke dalam 4 (empat) jenis, yaitu :
 Perkerasan beton semen bersambung tanpa tulangan;
 Perkerasan beton semen bersambung dengan tulangan;
 Perkerasan beton semen menerus dengan tulangan;
 Perkerasan beton semen pra-tegang.
Jenis perkerasan beton pra-tegang tidak dibahas dalam laporan ini.
Perkerasan beton semen adalah struktur yang terdiri atas pelat beton semen yang
bersambung (tidak menerus) tanpa atau dengan tulangan, atau menerus dengan
tulangan, terletak diatas lapis pondasi bawah atau tanah dasar, tanpa atau dengan
lapis permukaan beraspal. Struktur perkerasan beton semen secara tipikal
sebagaimana terlihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 3.1 : Tipikal Struktur Perkerasan Beton Semen

Pada perkerasan beton semen, daya dukung perkerasan terutama diperoleh


dari pelat beton. Sifat, daya dukung dan keseragaman tanah dasar sangat
mempengaruhi keawetan dan kekuatan perkerasan beton semen. Faktor-faktor
yang perlu diperhatikan adalah kadar air pemadatan, kepadatan dan perubahan
kadar air selama masa pelayanan. Lapis pondasi bawah pada perkerasan beton
semen adalah bukan merupakan bagian utama yang memikul beban, tetapi
merupakan bagian yang berfungsi sebagai berikut :
 Mengendalikan pengaruh kembang susut tanah dasar;
 Mencegah intrusi dan pemompaan pada sambungan, retakan dan tepi-tepi
pelat;
 Memberikan dukungan yang mantap dan seragam pada pelat;
 Sebagai perkerasan lantai kerja selama pelaksanaan.
Pelat beton semen mempunyai sifat yang cukup kaku serta dapat
menyebarkan beban pada bidang yang luas dan menghasilkan tegangan rendah
pada lapisan-lapisan dibawahnya. Bila diperlukan tingkat kenyamanan yang tinggi,
permukaan perkerasan beton semen dapat dilapisi dengan lapis campuran beraspal
setebal 5 cm.

3.1.2 Beton Semen


Kekuatan beton harus dinyatakan dalam nilai kuat tarik lentur (flexural
strength) umur 28 hari, yang didapat dari hasil pengujian balok dengan
pembebanan tiga titik (ASTM C-78) yang besarnya secara tipikal sekitar 3-5 MPa
(30-50 kg/cm2). Kuat tarik lentur beton yang diperkuat dengan bahan serat
penguat seperti serat baja, aramit atau serat karbon, harus mencapai kuat tarik
lentur 5-5,5 MPa (50-55 kg/cm2). Kekuatan rencana harus dinyatakan dengan kuat
tarik lentur karakteristik yang dibulatkan hingga 0,25 MPa (2,5 kg/cm2) terdekat.
Hubungan antara kuat tekan karakteristik dengan kuat tarik lentur beton
dapat didekati dengan rumus berikut :
fcf = K (fc’)0,50 dalam MPa
fcf = 3,13 K (fc’)0,50 kg/cm2
Dimana,
fcf = kuat tekan beton karakteristik 28 hari (kg/cm2)
fcf = kuat tarik lentur beton 28 hari (kg/cm2)
K = 0,7 untuk agregat tidak pecah
0,75 untuk agregat pecah

Kuat tarik lentur dapat juga ditentukan dari hasil uji kuat tarik belah beton
yang dilakukan menurut SNI 03-2491-1991 sebagai berikut :
fcf = 1,37 fcs, dalam MPa atau
fcf = 13,44 fcs, dalam kg/cm2
Dimana, fcs : kuat tarik belah beton 28 hari
Beton dapat diperkuat dengan serat baja (steel-fibre) untuk meningkatkan
kuat tarik lenturnya dan mengendalikan retak pada pelat khususnya untuk bentuk
tidak lazim. Serat baja dapat digunakan pada campuran beton, untuk jalan plaza
tol, putaran dan perhentian bus. Panjang serat baja antara 15 mm dan 50 mm yang
bagian ujungnya melebar sebagai angker dan/atau sekrup penguat untuk
meningkatkan ikatan. Secara tipikal serat dengan panjang antara 15 dan 50 mm
dapat ditambahkan kedalam adukan beton, masing-masing sebanyak 75 dan 45
kg/m3.Semen yang akan digunakan untuk pekerjaan beton harus dipilih dan sesuai
dengan lingkungan dimana perkerasan akan dilaksanakan.

3.1.3 Umur Rencana


Umur rencana perkerasan jalan ditentukan atas pertimbangan klasifikasi
fungsional jalan, pola lalu lintas serta nilai ekonomi jalan yang bersangkutan, yang
dapat ditentukan antara lain dengan metode Benefit Cost Ratio (BCR), Internal
Rate of Return (IRR), kombinasi dari metode tersebut atau cara lain yang tidak
terlepas dari pola pengembangan wilayah. Umumnya perkerasan beton semen
dapat direncanakan dengan umur rencana (UR) 20 tahun sampai 40 tahun.
3.1.4 Pertumbuhan Lalu Lintas
Volume lalu lintas akan bertambah sesuai dengan umur rencana atau sampai
tahap dimana kapasitas jalan dicapai dengan factor pertumbuhan lalu lintas yang
dapat ditentukan berdasarkan rumus sebagai berikut :

(1 + i)UR - 1
R=
1

Dimana,
R = Faktor pertumbuhan lalu lintas
i = Faktor pertumbuhan lalu lintas per tahun dalam %
UR = Umur rencana

3.1.5 Lalu Lintas Rencana


Lalu lintas rencana adalah jumlah kumulatif sumbu kendaraan niaga pada
jalur rencana selama umur rencana, meliputi proporsi sumbu serta distribusi beban
pada setiap jenis sumbu kendaraan. Beban pada suatu jenis sumbu secara tipikal
dikelompokkan dalam interval 10kN (1 ton) bila diambil dari survey beban. Jumlah
sumbu kendaraan niaga selama umur rencana dihitung dengan rumus berikut :

JSKN = JSKNH x 365 x R x C


Dimana,
JSKN : Jumlah total sumbu kendaraan niaga selama umur rencana;
JSKNH : Jumlah total sumbu kendaraan niaga per hari pada saat jalan
dibuka;
R : Faktor pertumbuhan komulatif yang besarnya tergantung dari
pertumbuhan lalu lintas tahunan dan umur rencana
C : Koefisien distribusi kendaraan

3.1.6 Bahu
Bahu dapat terbuat dari bahan lapisan pondasi bawah dengan atau tanpa
lapisan penutup beraspal atau lapisan beton semen. Perbedaan kekuatan antara
bahu dengan jalur lalu lintas akan memberikan pengaruh pada kinerja perkerasan.
Hal tersebut dapat diatasi dengan bahu beton semen, sehingga akan meningkatkan
kinerja perkerasan dan mengurangi tebal pelat.
Bahu beton semen dalam pengertian ini adalah bahu yang dikunci dan
diikatkan dengan jalur lalu lintas dengan lebar minimum 1,50 m, atau bahu yang
menyatu dengan jalur lalu lintas selebar 0,60 m, yang juga dapat mencakup saluran
dan kereb.

3.1.7 Sambungan
Sambungan memanjang dan melintang pada perkerasan beton semen
ditujukan untuk :
 Membatasi tegangan dan pengendalian retak yang disebabkan oleh
penyusutan, pemharuh lenting serta beban lalu lintas;
 Memudahkan pelaksanaan
 Mengakomodasi gerakan pelat
Pada perkerasan beton semen terdapat beberapa jenis sambungan antara lain :
 Sambungan memanjang
 Sambungan melintang
 Sambungan isolasi
Semua sambungan harus ditutup dengan bahan penutup (joint sealer),
kecuali pada sambungan isolasi terlebih dahulu harus diberi bahan pengisi (joint
filler).
1. Memanjang Dengan Batang Pengikat (tie bars)
Pemasangan sambungan memanjang ditujukan untuk mengendalikan
terjadinya retak memanjang. Jarak antar sambungan memanjang sekitar 3 –
4 m. Sambungan memanjang harus dilengkapi dengan batang ulir dengan
mutu minimum BJTU-24 dan diameter 16 mm.
Ukuran batang pengikat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :

At = 204 x b x h dan
I = (38,3 x ) + 75
Dimana,
At = Luas penampang tulangan per meter panjang sambungan (mm 2);
b = Jarak terkecil antar sambungan atau jarak sambungan dengan tepi
Perkerasan (m);
h = Tebal pelat (m);
l = Panjang batang pengikat (mm);
 = Diameter batang pengikat yang dipilih (mm);
Jarak batang pengikat yang digunakan adalah 75 cm. Tipikal sambungan
memanjang diperlihatkan pada halaman berikutnya.

Gambar 3.2 : Tipikal Struktur Perkerasan Beton Semen

2. Sambungan Pelaksanaan Memanjang


Sambungan pelaksanaan menunjang umumnya dilakukan dengan cara
penguncian. Bentuk dan penguncian dapat berbentuk trapezium atau
setengah lingkaran sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 3.3

Gambar 3.3 : Ukuran Standar Penguncian Sambungan Memanjang


Sebelum penghamparan pelat beton disebelahnya, permukaan sambungan
pelaksanaan harus dicat dengan aspal atau kapur tembok untuk mencegah
terjadinya ikatan beton lama dengan yang baru.

3. Sambungan Susut Memanjang


Sambungan susut memanjang dapat dilakukan dengan salah satu dari
dua cara ini, yaitu menggergaji atau membentuk pada saat beton masih
plastis dengan kedalaman sepertiga dari tebal pelat.

4. Sambungan Susut Melintang


Kedalaman sambungan kurang lebih mencapai seperempat dari tebal
pelat untuk perkerasan dengan lapis pondasi berbutir atau sepertiga dari
tebal pelat untuk lapis pondasi stabilisasi semen sebagaiman diperlihatkan
pada Gambar 3.4 dan 3.5. Jarak sambungan susut melintang untuk
perkerasan beton bersambung tanpa tulangan sekitar 4 – 5 m, sedangkan
untuk perkerasan beton bersambung dengan tulangan 8 – 15 m dan untuk
sambungan perkerasan beton menerus dengan tulangan sesuai dengan
kemampuan pelaksanaan. Sambungan ini harus dilengkapi dengan ruji polos
panjang 45 cm, jarak antara ruji 30 cm, lurus dan bebas dari tonjolan tajam
yang akan mempengaruhi gerakan bebas pada saat pelat beton menyusut.
Setengah panjang ruji polos harus dicat atau dilumuri dengan bahan anti
lengket untuk menjamin tidak ada ikatan dengan beton.

Gambar 3.4 : Sambungan Susut Melintang Tanpa Ruji


Gambar 3.5 : Sambungan Susut Melintang Dengan Ruji

5. Sambungan Pelaksanaan Melintang


Sambungan pelaksanakan melintang yang tidak direncanakan (darurat)
harus menggunakan batang pengikat berulir, sedangkan pada sambungan
yang direncanakan harus menggunakan batang tulangan polos yang
diletakkan ditengah tebal pelat. Tipikal sambungan pelaksanaan melintang
diperlihatkan pada Gambar 3.6 dan Gambar 3.7. Sambungan pelaksanaan
tersebut diatas harus dilengkapi dengan batang pengikat berdiameter 16
mm, panjang 69 cm dan jarak 60 cm, untuk ketebalan pelat sampai 17 cm.
Untuk ketebalan lebih dari 17 cm, ukuran batang pengikat berdiameter 20
mm, panjang 84 cm dan jarak 60 cm.

Gambar 3.6 : Sambungan pelaksanaan yang direncanakan dan tidak


direncanakan untuk pengecoran per lajur.
Gambar 3.7 : Sambungan pelaksanaan yang direncanakan dan yang
tidak direncanakan untuk pengecoran seluruh lebar
perkerasaan.

6. Sambungan Isolasi
Sambungan isolasi memisahkan perkerasaan dengan bangunan yang
lain, misalnya manhole, jembatan, tiang listrik, jalan lama, persimpangan
dan lain sebagainya. Contoh persimpangan yang membutuhkan sambungan
isolasi diperlihatkan pada Gambar 3.8. Sambungan isolasi harus dilengkapi
dengan bahan penutup (joint sealer) setebal 5 – 7 mm dan sisanya diisi
dengan bahan pengisi (joint filler) sebagai mana diperlihatkan pada Gambar
3.9.

Gambar 3.8 : Contoh Persimpangan Yang Membutuhkan Sambungan


Isolasi

Gambar 3.9a : Sambungan Isolasi Dengan Ruji


Gambar 3.9b : Sambungan Isolasi Tanpa Ruji

Gambar 3.9c : Sambungan Isolasi Dengan Penebalan Tepi

7. Pola Sambungan
Pola sambungan pada perkerasan beton semen harus mengikuti
batasan-batasan sebagai berikut :
 Hindari bentuk panel yang tidak teratur. Usahakan bentuk panel
sepersegi mungkin;
 Perbandingan maksimum panjang panel terhadap lebar adalah 1,25;
 Jarak maksimum sambungan memanjang 3 – 4 meter;
 Jarak maksimum sambungan melintang 25 kali tebal pelat,
maksimum 5,0 meter;
 Semua sambungan susut harus menerus sampai kerb dan mempunyai
kedalaman seperempat dan sepertiga dari tebal perkerasaan masing-
masing untuk lapis pondasi berbutir dan lapis stabilisasi semen;
 Antar sambungan harus bertemu pada satu titik untuk menghindari
terjadinya retak refleksi pada lajur yang bersebelahan;
 Sudut antar sambungan yang lebih kecil dari 60 derajat harus
dihindari dengan mengatur 0,5 m panjang terakhir dibuat tegak lurus
terhadap tepi perkerasaan;
 Apabila sambungan berada dalam area 1,5 meter dengan manhole
atau bangunan yang lain, jarak sambungan harus diatur sedemikian
rupa sehingga anatara sambungan dengan manhole atau bangunan
yang lain tersebut membentuk sudut tegak lurus. Hal tersebut
berlaku untuk bangunan yang berbentuk bundar. Untuk bangunan
berbentuk segi empat, sambungan harus berada pada sudutnya atau
diantara dua sudut;
 Semua bangunan lain seperti manhole harus dipisahkan dari
perkerasan dengan sambungan muai selebar 12 mm yang meliputi
keseluruhan tebal pelat;
 Perkerasan yang berdekatan dengan bangunan lain atau manhole
harus ditebalkan 20% dari ketebalan normal dan berangsur-angsur
berkurang sampai ketebalan normal sepanjang 1,5 meter;
 Panel yang tidak persegi empat dan mengelilingi manhole harus
diberi tulangan berbentuk anyaman sebesar 0,15% terhadap
penampang beton semen dan dipasang 5 cm dibawah permukaan
atas. Tulangan harus dihentikan 7,5 cm dari sambungan.

8. Penutup Sambungan
Penutup sambungandimaksudkan untuk mencegah masuknya air dan
atau benda lain kedalam sambungan perkerasan. Benda-benda lain masuk
kedalam sambungan dapat menyebabkan kerusakan berupa gombal dan atau
pelat beton yang saling menekan ke atas (blow up).

Gambar 3.10 : Detail Potongan Melintang Sambungan Perkerasaan


Keterangan Gambar :
A = Sambungan isolasi
B = Sambungan pelaksanaan memanjang
C = Sambungan susut memanjang
D = Sambungan susut melintang
E = Sambungan susu melintang yang direncanakan
F = Sambungan pelaksanaan melintang yang tidak direncanakan

3.1.8 Perkerasan Beton Semen Untuk Kelandaian Curam


Untuk jalan dengan kemiringan memanjang yang lebih besar dari 3%
perencanaannya harus ditambah dengan angker panel (panel anchored) dan angker
blok (anchor block). Jalan dengan kondisi ini harus dilengkapi dengan angker yang
melintang untuk keseluruhan lebar pelat sebagaiman diperlihatkan pada Gambar
3.11 dan Gambar 3.12.

Gambar 3.11 : Angker Panel

Gambar 3.12 : Angker Blok

3.1.9 Langkah Perencanaan Perkerasaan Beton Semen


Bagan alir perencanaan perkerasan beton semen dapat dilihat pada Gambar
3.13 dibawah ini atau secara penjelasan dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Gambar 3.13 : Bagan Alir Perencanaan Perkerasan Beton Semen

Tabel 3.1 : Langkah-langkah Perencanaan Perkerasan Beton Semen


1. Pilih jenis perkerasan beton semen, bersambung tanpa ruji, bersambung
dengan ruji, atau menerus dengan tulangan.
2. Tentukan apakah menggunakan bahu beton atau tidak.
3. Tentukan jenis dan tebal pondasi bawah berdasarkan nilai CBR rencana
dan perkiraan jumlah sumbu kendaraan niaga selama umur rencana.
4. Tentukan CBR efektif berdasarkan nilai CBR rencana dan jenis pondasi
bawah yang dipilih.
5. Pilih kuat tarik lentur atau kuat tekan beton pada umur 28 hari (fcf).
6. Pilih factor keamanan beban lalu lintas (FKB).
7. Taksir tebal pelat beton (taksiran awal dengan tebal tertentu
berdasarkan pengalaman atau menggunakan contoh yang tersedia.
8. Tentukan tegangan ekivalen (TE) dan factor erosi (FE) untuk STRT
9. Tentukan factor rasio tegangan (FRT) dengan membagi tegangan
ekivalen (TE) oleh kuat tarik-lentur (fcf)
10. Untuk setiap rentang beban kelompok sumbu tersebut, tentukan beban
per roda dan kalikan dengan factor keaman bebab (Fkb) untuk
menentukan beban rencana per roda. Jika beban rencana per roda ≥
65kN (6,5 ton), anggap dan gunakan nilai tersebut sebagai batas
tertinggi.
11. Untuk setiap rentang beban kelompok sumbu tersebut, tentukan beban
per roda dan kalikan dengan factor kemanan beban (Fkb) untuk
menetukan beban rencana per roda. Jika beban rencana per roda ≥
65kN (6,5 ton), anggap dan gunakan nilai tersebut sebagai batas
tertinggi
12. Dengan factor rasio tegangan (FRT) dan beban rencana, tentukan
jumlah repetisi ijin untuk fatik dari Gambar 19, yang dimulai dari beban
roda tertinggi dari jenis sumbu STRT tersebut.
13. Hitung persentase dari repetisi fatik yang direncanakan terhadap jumlah
repetisi ijin.
14. Dengan menggunakan factor erosi (FE), tentukan jumlah repetisi ijin
untuk erosi.
15. Hitung persentase dari repetisi erosi yang direncanakan terhadap jumlah
repetisi ijin.
16. Ulangi langkah 11 sampai dengan 14 untuk setiap beban per roda pada
sumbu tersebut sampai jumlah repetisi beban ini, yang masing-masing
mencapai 10 juta dan 100 juta repetisi.
17. Hitung jumlah total fatik dengan menjumlahkan persentase fatik dari
setiap beban roda pada STRT tersebut. Dengan cara yang sama hitung
jumlah total erosi dari setiap beban roda pada STRT tersebut.
18. Ulangi langkah 8 sampai dengan langkah 16 untuk setiap jenis kelompok
sumbu lainnya.
19. Hitung jumlah total kerusakan akibat fatik dan jumlah total kerusakan
akibat erosi untuk seluruh jenis kelompok sumbu.
20. Ulangi langkah 7 sampai dengan langkah 18 hingga diperoleh ketebalan
tertipis yang menghasilkan total kerusakan akibat fatik dan atau erosi ≤
100%. Tebal tersebut sebagai tebal perkerasan beton semen yang
direncanakan.

3.1.10 Perencanaan Tulangan


Tujuan utama pemakaian perkuatan / penulangan pada perkerasan beton
semen, adalah untuk :
 Membatasi lebar retakan, agar kekuatan pelat tetap dapat dipertahankan;
 Memungkinkan penggunaan pelat yang lebih panjang agar dapat mengurangi
jumlah sambungan melintang sehingga dapat meningkatkan kenyamanan;
 Mengurangi biaya pemeliharaan;
Jumlah tulangan yang diperlukan dipengaruhi oleh jarak sambungan susut,
sedangkan hal beton bertulang menerus, diperlukan jumlah tulangan yang cukup
untuk mengurangi sambungan susut.

3.1.11 Perkerasaan Beton Semen Bersambung Tanpa Tulangan


Pada perkerasan beton semen bersambung tanpa tulangan, ada kemungkinan
penulangan perlu dipasang guna mengendalikan retak. Bagian-bagian pelat yang
diperkirakan akan mengalami retak akibat konsentrasi tegangan yang tidak dapat
dihindari dengan pengaturan pola sambungan, maka pelat harus diberi tulangan.
Penerapan tulangan umumnya dilaksanakan pada :
 Pelat dengan bentuk tak lazim (odd-shaped slabs);
 Pelat disebut tidak lazim bila perbandingan antara panjang dengan lebar
lebih besar dari 1,25 atau bila pola sambungan pada pelat tidak benar-benar
berbentuk bujur sangkar atau empat persegi panjang;
 Pelat dengan sambungan tidak sejalur (mismatched joint);
 Pelat berlubang (pits or structures);

3.1.12 Perkerasan Beton Semen Bersambung Dengan Tulangan


Luas penampang tulangan dapat dihitung dengan persamaan berikut :
Dimana,
As = Luas penampang tulangan baja (mm2/m lebar pelat)
Fs = Kuat tarik ijin tulangan (MPa). Biasanya 0,6 kali tegangan leleh.
g = Grafitasi (m/detik2)
h = Tebal pelat beton (m)
L = Jarak antara sambungan yang tidak diikat dan/atau tepi bebas
pelat (m)
M = Berat per satuan volume pelat (kg/m3)
µ = Kooefisien gesek antara pelat beton dan pondasi bawah

3.1.13 Perkerasan Beton Semen Menerus Dengan Tulangan


Tulangan memanjang yang dibutuhkan pada pekerjaaan beton semen
bertulang menerus dengan tulangan dihitung dari persamaan berikut :

Dimana,
Ps = Persentase luas tulangan memanjang yang dibutuhkan terhadap
luas penampang beton (%)
fct = Kuat tarik langsung beton = (0,4 – 0,5 fcf) (kg/cm2)
fy = Tegangan leleh rencana baja (kg/cm2
n = Angka ekivalensi antara baja dan beton (Es/Ec), dapat dihitung
dari persamaan tersebut
µ = Koefisien gesekan antara pelat beton dengan lapisan
dibawahnya
Es = Modulus elastisitas baja = 2,1 x 106 (kg/cm2)
Ec = Modulus elastisitas beton = 1485  fc (kg/cm2)
Untuk menjamin agar didapat retakan-retakan yang halus dan jarak antara
retakan yang optimum, maka :
 Persentase tulangan dan perbandingan antara keliling dan luas tulangan
harus besar.
 Perlu menggunakan tulangan ulir (deformed bars) untuk memperoleh
tegangan lekat yang lebih tinggi.
Jarak retakan teoritis yang dihitung dengan persamaan diatas harus
memberikan hasil antara 150 dan 250 cm. Jarak antar tulangan 100 mm – 225 mm.
diameter batang tulangan memanjang berkisar antara 12 mm dan 20 mm.
sementara untuk luas tulangan melintang (As) yang diperlukan pada perkerasaan
beton menerus dengan tulangan direkomendasikan sebagai berikut :
 Diameter batang ulir tidak lebih kecil dari 12 mm
 Jarak maksimum tulangan dari sumbu ke sumbu 75 cm
Penulangan melintang pada perkerasan beton semen harus ditempatkan
pada kedalaman lebih besar dari 65 mm dari permukaan untuk tebal pelat ≤ 20 cm
dan maksimum sampai sepertiga tebal pelat untuk tebal pelat > 20 cm. Tulangan
arah memanjang dipasang diatas tulangan arah melintang.

3.1.14 Perencanaan Lapis Tambah


Pelapisan tambahan pada perkerasan beton semen dibedakan atas :
 Pelapisan tambahan perkerasan beton semen diatas perkerasan lentur
 Pelapisan tambahan perkerasan beton semen diatas perkerasan beton semen
 Pelapisan tambahan perkerasan diatas perkerasan beton semen

3.1.15 Pelapisan Tambahan Perkerasan Beton Aspal di Atas Perkerasan


Beton Semen
Struktur perkerasan beton semen harus dievaluasi agar supaya tebal
efektifnya dapat dinilai sebagai aspal beton. Untuk menetukan tebal efektif (Te)
setiap lapisan perkerasan yang ada harus dikonversikan kedalam tebal ekivalen
aspal beton sesuai dengan Daftar Tabel 3.2. Dengan demikian tebal lapisa
tambahan yang diperlukan, dihitung berdasarkan perhitungan lapis tambahan pada
perkerasan lentur. Dalam menentukan tebal ekivalen perkerasan beton semen
perlu memperhatikan kondisi dan daya dukung lapisan beton semen yang ada.
Apabila lapisan-lapisan perkerasan telah diketahui dan kondisinya ditetapkan,
kemudian factor konversi yang sesuai dipilih dari daftar Tabel 3.2 dan tebal efektif
dari setiap lapisan dapat ditentukan.
Tabel efektif setiap lapisan merupakan hasil perkalian antara tebal lapisan
dan factor konversi. Tebal efektif untuk seluruh perkerasan merupakan jumlah
tebal efektif dari masing-masing lapisan. Tebal lapisan tambahan dihitung dengan
rumus sebagai berikut :
Tr = T - Te
Dimana,
Tr = Tebal lapisan tambahan
T = Tebal perlu berdasarkan beban rencana dan daya dukung tanah
dasar dan atau lapis pondasi bawah dari jalan lama sesuai
prosedur yang telah diuraikan
Te = Tebal efektif perkerasan lama
Tebal lapistambahan perkerasan lentur yang diletakkan langsung diatas
perkerasan beton semen dianjurkan minimum 100 mm. apabila tebal lapisan
tambahan lebih dari dari 180 mm, konstruksi lapis tambahan dapat menggunakan
lapisan peredam retak sebagaimana terlihat pada gambar berikut ini.

Gambar 3.14 : Lapisan Peredam Retak Pada Sistem Pelapisan Tambahan


Keterangan :
1. Beton aspal sebagai lapisan aus
2. Beton aspal sebagai lapis perata
3. Beton aspal sebagai lapisan peredam retak
4. Perkerasan beton semen lama (yang ada)
5. Tanah dasar
Tabel 3.2 : Faktor Konversi Lapis Perkerasan Lama Untuk Perencanaan Lapis
Tambahan Menggunakan Perkerasan Beton Aspal
Klasifikas Deskripsi Bahan Faktor
i Bahan Konversi
I. Tanah dasar asli, tanah dasar perbaikan dengan 0
bahan berbutir, atau stabilisasi kapur
II. Lapis pondasi atau pondasi bawah yang terdiri 0,1 – 0,2
dari bahan berbutir bergradasi baik, keras
mengandung bahan halus bersifat plastic, dengan
CBR ≥ 20. FK = 0,2 untuk PI (Plastik Indek) ≤ 6,
dan 0,1 untuk PI > 6.
III. Lapis pondasi atau pondasi bawah yang 0,2 – 0,3
distabilisasi semen atau kapur dengan PI ≤ 10.
IV. a. Lapis permukaan atau lapis pondasi dengan 0,3 – 0,5
bahan pengikat aspal emulsi atau aspal cair
yang telah retak menyeluruh, pelepasan butir,
penurunan mutu agregat, pengaluran pada
jejak roda, dan penurunan stabilitas.
b. Perkerasan beton semen (termasuk perkerasan
yang telah ditutup lapis pengaspalan) yang
telah patah-patah menjadi potongan dengan
berukuran ≤ 0,6 m dalam arah dimensi
maksimal. FK = 0,5 apabila digunakan lapis
pondasi bawah, dan 0,3 apabila pekat langsung
diatas tanah dasar.
V. a. Lapis permukaan dan lapis pondasi beton 0,5 – 0,7
aspal, yang telah menunjukkan pola retak yang
jelas.
b. Lapis permukaan dan lapis pondasi, dengan
bahan pengikat aspal emulsi atau aspal cair,
yang telah menunjukkan retak halus,
pelepasan butir atau penurunan mutu agregat,
dan alur kecil pada jejak roda tapi masih
mantap.
c. Perkerasan beton semen (termasuk perkerasan
yang telah ditutup peraspalan) yang telah
retak dan tidak rata dan tidak bias ditutup
secara baik. Potongan-potongan pelat
berukuran sekitar 1 sampai 4 m2, dan telah
diperbaiki.
VI a. Lapis permukaan dan lapis pondasi beton aspal 0,7 – 0,9
yang telah menunjukkan retak halus dengan
pola setempat-setempat dan alur kecil pada
jejak roda tapi masih mantap.
b. Lapis permukaan dan lapis pondasi dengan
bahan pengikat aspal emulsi atau aspal cair
yang masih mantap, secara umum belum retak,
tidak menunjukkan kegemukan (bleeding), dan
terjadi alur kecil pada jejak roda.
c. Perkerasan beton semen (termasuk perkerasan
yang telah ditutup lapis peraspalan) yang
masih mantap dan telah ditutup (undersealed),
telah retak-retak tapi tidak terdapat potongan-
potongan pelat yang berukuran lebih kecil dari
1 m2.
VII a. Lapis permukaan dan lapis pondasi beton 0,9 – 1,0
aspal, secara umum belum retak, dan terdapat
alur kecil pada jejak roda.
b. Perkerasan beton semen yang masih mantap,
sudah ditutup (undersealed) dan umumnya
belum retak.
c. Lapis pondasi beton semen, dibawah lapis
permukaan beraspal, yang masuh mantap,
tidak terjadi pumping (umping) dan
memberikan retak refleksi yang kecil pada
permukaan.
BAB IV
RENCANA PELAKSANAAN STUDI

4.1 Organisasi Pelaksanaan Studi


Organisasi studi memiliki struktur jaringan pelaksana studi yang menjelaskan
alur pelimpahan tugas dan wewenang serta hubungan kerja masing-masing anggota
tim dan pemberi tugas dalam pekerjaan pekerjaan Perencanaan Semenisasi Jalan
Pemandian Juhan Asa. Penjelasan secara umum mengenai struktur janringan
organisasi pelaksana studi digambarkan pada bagan alur sebagai berikut :

STRUKTUR ORGANISASI PELAKSANAAN


PERENCANAAN SEMENISASI JALAN PEMANDIAN JUHAN ASA

PPK-DPUPR
Kab. Kutai Barat

Asisten Ahli (Sub Profesional Staff )


SUMARSONO, ST.

Surveyor
CAD Operator
AHMAD B. MUSLIM
THEODORUS

Gambar 4.1 : Organisasi Pelaksana Pekerjaan

4.2 Personil yang dibutuhkan


Tim Pelaksana Pekerjaan dipimpin oleh Asisten Ahli (Sub Profesional Staff )
dan dibantu tenaga-tenaga pendukung yang berpengalaman dibidangnya.
Berdasarkan Kerangka Acuan Kerja (KAK), Tenaga Ahli yang dibutuhkan adalah Ahli
Sipil, Surveyor. Penjelasan secara detail mengenai kualifikasi dan uraian tugas
masing-masing tenaga ahli diuraikan sebagai berikut :

Personil yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan ini adalah :


A. Asisten Ahli (Sub Profesional Staff )
Asisten Ahli (Sub Profesional Staff )adalah :
1. Memonitoring atau memantau progress pekerjaan yang dilakukan tenaga
pendukung.
2. Bertanggung jawab dalam melaksanakan koordinasi dalam membina
kerjasama team yang solid.
3. melaksanakan desain dan perhitungan kebutuhan anggaran dan biaya yang
dilaksanakan berdasarkan ketentuan dan persyaratan yang telah
ditentukan dalam dokumen kontrak.
4. Bertanggung jawab dalam mencapai suatu target pekerjaan yang telah
ditetapkan dan sesuai dengan aturan.
B. Surveyor
Tugas Surveyor adalah :
1. Melaksanakan pengukuran lokasi kegiatan, mengumpulkan semua data
yang dibutuhkan dari lapangan dan bertanggung jawab atas ketelitian
hasil pengukuran yang diperoleh.
2. Memeriksa ukuran dan dimensi/elevasi apakah sudah sesuai dengan
gambar rencana kerja sebelum pekerjaan mulai dilaksanakan.
3. Mengelola hasil data pengukuran.
C. CAD Operator
CAD Operator adalah :
1. Melakukan pengukuran untuk pengambilan data lapangan untuk di plot
didalam gambar rencana.Memeriksa ukuran dan dimensi/elevasi apakah
sudah sesuai dengan gambar rencana kerja sebelum pekerjaan mulai
dilaksanakan.
2. Melaksanakan penggambaran hasil pengukuran dan perhitungan dari
lapangan diatas kertas ukuran A3.

4.3 Jadwal Penugasan Tenaga Ahli


Konsultan perencana mengatur jadwal penugasan tenaga ahli dan tenaga
pendukung sesuai waktu yang diberikan dan sesuai dengan kebutuhan waktu yang
nyata untuk masing-masing tenaga ahli dalam melaksanakan tugasnya. Dengan
waktu pelaksanaan 20 (Sepuluh Empat) hari kalender.

4.4 Jadwal Pelaksanaan Studi


Untuk mencapai hasil yang sesuai dengan maksud dan tujuan dalam kerangka
acuan serta tepat pada waktu yang diberikan, tahapan pelaksanaan pekerjaan ini
dipantau melalui jadwal pelaksaan pekerjaan yang diajukan oleh konsultan.
Pemantauan terhadap pelaksaan pekerjaan juga dilakukan dengan
pembuatanpelaporan oleh konsultan pada setiap tahapan pelaksanaan pekerjaan.
Waktu pelaksanaan selama 20 Hari Kalender.

4.5 Pelaporan
Keluaran yang akan dihasilkan dari pekerjaan ini berupa dokumen kegiatan,
berupa laporan hasil survey dan laporan lainnya dengan ukuran kertas format A4
serta A3 untuk gambar rencana, juga soft copy dalam disimpan didalam flash disk
dan diserahkan kepada Pejabat Pembuat Komitmen. Laporan tersebut meliputi :
1. Laporan Pendahuluan
Laporan ini berisi latar belakang proyek, deskripsi wilayah / pra-analisis
wilayah perencanaan, metodologi pendekatan, strategi penanganan proyek,
mekanisme koordinasi dan rencana kerja, alokasi personil, desain riset, alat
survey lainnya. Selain hal tersebut diatas juga mencakup Laporan Fakta dan
Analisis, yang berisi hasil-hasil survey lapangan, identifikasi, dan analisis
kondisi fisik dan non fisik wilayah perencanaan. Laporan ini diperbanyak
dengan jumlah 5 (lima) buku / eksemplar. Format buku adalah A4 / Kuarto.
2. Laporan Akhir (Perencanaan Desain)
Laporan Akhir (Perencanaan Desain) merupakan laporan akhir dari seluruh
kegiatan yang berisi seluruh muatan dari awal pekerjaan hingga akhir
pekerjaan setelah dilakukan revisi dan penyempurnaan laporan sebelumnya
(Gambar Hasil Perencanaan, RAB, RKS, dan laporan lainnya yang terkait).
Jumlah Buku adalah sebanyak 5 (lima) buku / eksemplar. Format buku adalah
A4 serta Soft Copy yang disimpan dalam bentuk Flash Disk atau Media lainnya.
3. Back Up Invoice
Laporan Back Up Invoice meliputi :
 Daftar absensi harian tenaga ahli dan tenaga pendukung
 Daftar gaji dan bukti tanda terima masing-masing tenaga ahli pendukung
 Kuitansi pembelian ataupun sewa (surat perjanjian sewa) untuk belanja
non personil (dilampirkan dengan foto dokumentasi item yang dimaksud).
Laporan ini diperbanyak dengan jumlah 5 (lima) buku / eksemplar. Format
buku adalah A4 / kuarto.
4. Gambar Rencana Design
Gambar Rencana Desain merupakan Gambar produk yang dihasilkan dari
seluruh kegiatan yang berisi seluruh muatan adari awal pekerjaan hingga akhir
pekerjaan setelah dilakukan revisi dan penyempurnaan laporan sebelumnya
yang dituangkan dalam RAB, spesifikasi teknis, dan laporan lainnya yang
terkait. Jumlah buku adalah sebanyak 5 (lima) buku / eksemplar. Format buku
adalah A3.
5. Foto Dokumentasi
Memuat foto kegiatan selama melaksanakan kegiatan perencanaan yang
berbentuk foto dokumentasi kegiatan. Jumlah buku adalah sebanyak 5 9lima)
buku / eksemplar. Format buku adalah A4 yang berisi foto kegiatan
menggunakan kertas foto.

BAB V
PENUTUP

Laporan pendahuluan pada kegiatan pekerjaan “Perencanaan Semenisasi


Jalan Pemandian Juhan Asa” adalah laporan awal dari sekian rangkaian pelaporan
dalam satu paket pekerjaan perencanaan. Berkenaan dengan hal tersebut, maka
tim konsultan perencana CV. ARCHITILA BORNEO KONSULTAN untuk selanjutnya
akan melakukan koordinasi yang intens dengan pemberi kerja dalam hal ketentuan
umum dan ketentuan teknis suatu perencanaan jalan.
Ketentuan-ketentuan tersebut, diantaranya adalah geometri jalan,
alinyemen (horizontal/vertical), topografi, kondisi tanah sekitar jalur perencanaan
dan lain-lain. Aspek yang perlu dipertimbangkan, misalnya :
1. Aspek keselamatan, kelancaran, efisiensi, ekonomi, ramah lingkungan dan
tingkat kenyamanan selama pelaksanaan maupun setelah dimanfaatkan.
2. Aspek peruntukan jalan yang dihubungkandengan dimensi kendaraan yang akan
melewatinya.
3. Aspek manfaat jalan.
4. Lokasi perencanaan jalan berada di Kecamatan Barong Tongkok yang merupakan
akses jalan dalam lingkungan menuju pemandian yang ada di Kampung Juhan
Asa Kecamatan Barong Tongkok Kabupaten Kutai Barat.
5. Akhir kata, semoga kepercayaan yang disandangkan oleh pemberi kerja kepada
tim konsultan perencana CV. ARCHITILA BORNEO KONSULTAN dapat lebih
ditingkatkan di waktu mendatang berkenan dengan terpuaskannya keinginan
pemberi kerja berkenaan dengan produk-produk yang kami hasilkan.

Anda mungkin juga menyukai