Kata pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Maksud, Tujuan dan Sasaran yang Akan dicapai
1.3 Lokasi Pekerjaan dan Aksesbilitasnya
1.4 Lingkup Kegiatan
1.5 Sistematika Penyusunan Laporan
BAB V PENUTUP
KATA PENGANTAR
“LAPORAN PENDAHULUAN”
Jalan yang dimaksud pada Pasal 1 (4) diatas, diperluas lagi menjadi dua,
yaitu jalan umu (public facility) jalan khusus (private facility). Jalan yang disebut
pertama diadakan oleh pemerintah sebagai prasarana fungsi social dan menjadi
bagian dari public services. Sementara jalan kedua biasanya diadakan oleh instansi
swasta, badan usaha, perseorangan, atau kelompok masyarakat untuk kepentingan
sendiri.
Lebih lanjut Pasal 1 ayat (12), (13) dan (14), menambahkan sebagai berikut :
(12) Pembangunan Jalan adalah kegiatan pemrograman dan penganggaran,
perencanaan teknis, pelaksanaan konstruksi, serta pengoperasian dan
pemeliharaan jalan;
(13) Pengawasan Jalan adalah kegiatan yang dilakukan untuk mewujudkan tertib
pengaturan, pembinaan, dan pembangunan jalan;
(14) Penyelenggara Jalan adalah pihak yang melakukan pengaturan, pembinaan,
pembangunan, dan pengawasan jalan sesuai dengan kewenangannya.
Salah satu keberhasilan pembangunan kota adalah tersedianya sarana dan
prasarana transportasi yang baik didaerah tersebut. Selain berperan dalam
menunjang kelancaran kegiatan sosial ekonomi juga akan menunjang
perkembangan fisik didaerah yang bersangkutan. Pemerintah daerah dengan visi
kota sebagai kota perdagangan dan jasa mengalami perkembangan yang sangat
pesat, baik pertumbuhan penduduknya maupun sarana dan prasarana perkotaan
yang dimilikinya.
Kebutuhan akan prasarana jalan yang baik merupakan sesuatu yang baik
yang diharapkan masyarakat dan merupakan factor penunjang lancarnya
perekonomian dan pembuka daerah terisolir. Mengingat kondisi sarana jalan yang
ada saat ini banyak yang rusak, baik diakibatkan oleh factor alam maupun factor
manusia. Sehingga perlu diadakan perbaikan dan peningkatan guna memenuhi
kebutuhan lalu lintas yang makin tinggi. Didalam proses perencanaan sebagai dasar
untuk pelaksanaan perlu diperhatikan factor-faktor diantaranya kenyamanan,
keamanan, lingkungan serta faktor lain yang mendukung perencanaan yang matang
dan terencana.
Luas
Kecamatan Persentase
No. Wilayah
Sub District Pecentage
Area (Km2)
1 Bongan 2.305,31 11,31
2 Jempang 744,47 3,65
3 Linggang Bigung 192,08 0,94
4 Muara Pahu 1.110,64 5,45
5 Muara Lawa 436,54 2,14
6 Damai 2.025,53 9,94
7 Linggang Bigung 430,58 2,11
8 Melak 179,11 0,88
9 Long Iram 1.657,95 8,13
10 Bentian Besar 1.287,86 6,32
11 Linggang Bigung 5.718,07 28,06
12 Siluq Ngurai 1.629,10 7,99
13 Linggang Bigung 1.312,62 6,44
14 Sekolaq Darat 48,94 0,24
15 M.Manaar Bulatn 960,57 4,71
16 Tering 342,22 1,68
Jumlah 20.381,59 100,00
d. Ketenagakerjaan
Kondisi Ketenagakerjaan suatu daerah dapat menggambarkan daya
serap perekonomian terhadap penyerapan tenaga kerja. Menurut teori,
penduduk dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu penduduk
usia kerja dan penduduk bukan usia kerja. Penduduk usia kerja sendiri
dibedakan menjadi angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Yang
termasuk angkatan kerja adalah mereka yang sekolah, mengurus rumah
tangga dan lainnya.
Kuat tarik lentur dapat juga ditentukan dari hasil uji kuat tarik belah beton
yang dilakukan menurut SNI 03-2491-1991 sebagai berikut :
fcf = 1,37 fcs, dalam MPa atau
fcf = 13,44 fcs, dalam kg/cm2
Dimana, fcs : kuat tarik belah beton 28 hari
Beton dapat diperkuat dengan serat baja (steel-fibre) untuk meningkatkan
kuat tarik lenturnya dan mengendalikan retak pada pelat khususnya untuk bentuk
tidak lazim. Serat baja dapat digunakan pada campuran beton, untuk jalan plaza
tol, putaran dan perhentian bus. Panjang serat baja antara 15 mm dan 50 mm yang
bagian ujungnya melebar sebagai angker dan/atau sekrup penguat untuk
meningkatkan ikatan. Secara tipikal serat dengan panjang antara 15 dan 50 mm
dapat ditambahkan kedalam adukan beton, masing-masing sebanyak 75 dan 45
kg/m3.Semen yang akan digunakan untuk pekerjaan beton harus dipilih dan sesuai
dengan lingkungan dimana perkerasan akan dilaksanakan.
(1 + i)UR - 1
R=
1
Dimana,
R = Faktor pertumbuhan lalu lintas
i = Faktor pertumbuhan lalu lintas per tahun dalam %
UR = Umur rencana
3.1.6 Bahu
Bahu dapat terbuat dari bahan lapisan pondasi bawah dengan atau tanpa
lapisan penutup beraspal atau lapisan beton semen. Perbedaan kekuatan antara
bahu dengan jalur lalu lintas akan memberikan pengaruh pada kinerja perkerasan.
Hal tersebut dapat diatasi dengan bahu beton semen, sehingga akan meningkatkan
kinerja perkerasan dan mengurangi tebal pelat.
Bahu beton semen dalam pengertian ini adalah bahu yang dikunci dan
diikatkan dengan jalur lalu lintas dengan lebar minimum 1,50 m, atau bahu yang
menyatu dengan jalur lalu lintas selebar 0,60 m, yang juga dapat mencakup saluran
dan kereb.
3.1.7 Sambungan
Sambungan memanjang dan melintang pada perkerasan beton semen
ditujukan untuk :
Membatasi tegangan dan pengendalian retak yang disebabkan oleh
penyusutan, pemharuh lenting serta beban lalu lintas;
Memudahkan pelaksanaan
Mengakomodasi gerakan pelat
Pada perkerasan beton semen terdapat beberapa jenis sambungan antara lain :
Sambungan memanjang
Sambungan melintang
Sambungan isolasi
Semua sambungan harus ditutup dengan bahan penutup (joint sealer),
kecuali pada sambungan isolasi terlebih dahulu harus diberi bahan pengisi (joint
filler).
1. Memanjang Dengan Batang Pengikat (tie bars)
Pemasangan sambungan memanjang ditujukan untuk mengendalikan
terjadinya retak memanjang. Jarak antar sambungan memanjang sekitar 3 –
4 m. Sambungan memanjang harus dilengkapi dengan batang ulir dengan
mutu minimum BJTU-24 dan diameter 16 mm.
Ukuran batang pengikat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
At = 204 x b x h dan
I = (38,3 x ) + 75
Dimana,
At = Luas penampang tulangan per meter panjang sambungan (mm 2);
b = Jarak terkecil antar sambungan atau jarak sambungan dengan tepi
Perkerasan (m);
h = Tebal pelat (m);
l = Panjang batang pengikat (mm);
= Diameter batang pengikat yang dipilih (mm);
Jarak batang pengikat yang digunakan adalah 75 cm. Tipikal sambungan
memanjang diperlihatkan pada halaman berikutnya.
6. Sambungan Isolasi
Sambungan isolasi memisahkan perkerasaan dengan bangunan yang
lain, misalnya manhole, jembatan, tiang listrik, jalan lama, persimpangan
dan lain sebagainya. Contoh persimpangan yang membutuhkan sambungan
isolasi diperlihatkan pada Gambar 3.8. Sambungan isolasi harus dilengkapi
dengan bahan penutup (joint sealer) setebal 5 – 7 mm dan sisanya diisi
dengan bahan pengisi (joint filler) sebagai mana diperlihatkan pada Gambar
3.9.
7. Pola Sambungan
Pola sambungan pada perkerasan beton semen harus mengikuti
batasan-batasan sebagai berikut :
Hindari bentuk panel yang tidak teratur. Usahakan bentuk panel
sepersegi mungkin;
Perbandingan maksimum panjang panel terhadap lebar adalah 1,25;
Jarak maksimum sambungan memanjang 3 – 4 meter;
Jarak maksimum sambungan melintang 25 kali tebal pelat,
maksimum 5,0 meter;
Semua sambungan susut harus menerus sampai kerb dan mempunyai
kedalaman seperempat dan sepertiga dari tebal perkerasaan masing-
masing untuk lapis pondasi berbutir dan lapis stabilisasi semen;
Antar sambungan harus bertemu pada satu titik untuk menghindari
terjadinya retak refleksi pada lajur yang bersebelahan;
Sudut antar sambungan yang lebih kecil dari 60 derajat harus
dihindari dengan mengatur 0,5 m panjang terakhir dibuat tegak lurus
terhadap tepi perkerasaan;
Apabila sambungan berada dalam area 1,5 meter dengan manhole
atau bangunan yang lain, jarak sambungan harus diatur sedemikian
rupa sehingga anatara sambungan dengan manhole atau bangunan
yang lain tersebut membentuk sudut tegak lurus. Hal tersebut
berlaku untuk bangunan yang berbentuk bundar. Untuk bangunan
berbentuk segi empat, sambungan harus berada pada sudutnya atau
diantara dua sudut;
Semua bangunan lain seperti manhole harus dipisahkan dari
perkerasan dengan sambungan muai selebar 12 mm yang meliputi
keseluruhan tebal pelat;
Perkerasan yang berdekatan dengan bangunan lain atau manhole
harus ditebalkan 20% dari ketebalan normal dan berangsur-angsur
berkurang sampai ketebalan normal sepanjang 1,5 meter;
Panel yang tidak persegi empat dan mengelilingi manhole harus
diberi tulangan berbentuk anyaman sebesar 0,15% terhadap
penampang beton semen dan dipasang 5 cm dibawah permukaan
atas. Tulangan harus dihentikan 7,5 cm dari sambungan.
8. Penutup Sambungan
Penutup sambungandimaksudkan untuk mencegah masuknya air dan
atau benda lain kedalam sambungan perkerasan. Benda-benda lain masuk
kedalam sambungan dapat menyebabkan kerusakan berupa gombal dan atau
pelat beton yang saling menekan ke atas (blow up).
Dimana,
Ps = Persentase luas tulangan memanjang yang dibutuhkan terhadap
luas penampang beton (%)
fct = Kuat tarik langsung beton = (0,4 – 0,5 fcf) (kg/cm2)
fy = Tegangan leleh rencana baja (kg/cm2
n = Angka ekivalensi antara baja dan beton (Es/Ec), dapat dihitung
dari persamaan tersebut
µ = Koefisien gesekan antara pelat beton dengan lapisan
dibawahnya
Es = Modulus elastisitas baja = 2,1 x 106 (kg/cm2)
Ec = Modulus elastisitas beton = 1485 fc (kg/cm2)
Untuk menjamin agar didapat retakan-retakan yang halus dan jarak antara
retakan yang optimum, maka :
Persentase tulangan dan perbandingan antara keliling dan luas tulangan
harus besar.
Perlu menggunakan tulangan ulir (deformed bars) untuk memperoleh
tegangan lekat yang lebih tinggi.
Jarak retakan teoritis yang dihitung dengan persamaan diatas harus
memberikan hasil antara 150 dan 250 cm. Jarak antar tulangan 100 mm – 225 mm.
diameter batang tulangan memanjang berkisar antara 12 mm dan 20 mm.
sementara untuk luas tulangan melintang (As) yang diperlukan pada perkerasaan
beton menerus dengan tulangan direkomendasikan sebagai berikut :
Diameter batang ulir tidak lebih kecil dari 12 mm
Jarak maksimum tulangan dari sumbu ke sumbu 75 cm
Penulangan melintang pada perkerasan beton semen harus ditempatkan
pada kedalaman lebih besar dari 65 mm dari permukaan untuk tebal pelat ≤ 20 cm
dan maksimum sampai sepertiga tebal pelat untuk tebal pelat > 20 cm. Tulangan
arah memanjang dipasang diatas tulangan arah melintang.
PPK-DPUPR
Kab. Kutai Barat
Surveyor
CAD Operator
AHMAD B. MUSLIM
THEODORUS
4.5 Pelaporan
Keluaran yang akan dihasilkan dari pekerjaan ini berupa dokumen kegiatan,
berupa laporan hasil survey dan laporan lainnya dengan ukuran kertas format A4
serta A3 untuk gambar rencana, juga soft copy dalam disimpan didalam flash disk
dan diserahkan kepada Pejabat Pembuat Komitmen. Laporan tersebut meliputi :
1. Laporan Pendahuluan
Laporan ini berisi latar belakang proyek, deskripsi wilayah / pra-analisis
wilayah perencanaan, metodologi pendekatan, strategi penanganan proyek,
mekanisme koordinasi dan rencana kerja, alokasi personil, desain riset, alat
survey lainnya. Selain hal tersebut diatas juga mencakup Laporan Fakta dan
Analisis, yang berisi hasil-hasil survey lapangan, identifikasi, dan analisis
kondisi fisik dan non fisik wilayah perencanaan. Laporan ini diperbanyak
dengan jumlah 5 (lima) buku / eksemplar. Format buku adalah A4 / Kuarto.
2. Laporan Akhir (Perencanaan Desain)
Laporan Akhir (Perencanaan Desain) merupakan laporan akhir dari seluruh
kegiatan yang berisi seluruh muatan dari awal pekerjaan hingga akhir
pekerjaan setelah dilakukan revisi dan penyempurnaan laporan sebelumnya
(Gambar Hasil Perencanaan, RAB, RKS, dan laporan lainnya yang terkait).
Jumlah Buku adalah sebanyak 5 (lima) buku / eksemplar. Format buku adalah
A4 serta Soft Copy yang disimpan dalam bentuk Flash Disk atau Media lainnya.
3. Back Up Invoice
Laporan Back Up Invoice meliputi :
Daftar absensi harian tenaga ahli dan tenaga pendukung
Daftar gaji dan bukti tanda terima masing-masing tenaga ahli pendukung
Kuitansi pembelian ataupun sewa (surat perjanjian sewa) untuk belanja
non personil (dilampirkan dengan foto dokumentasi item yang dimaksud).
Laporan ini diperbanyak dengan jumlah 5 (lima) buku / eksemplar. Format
buku adalah A4 / kuarto.
4. Gambar Rencana Design
Gambar Rencana Desain merupakan Gambar produk yang dihasilkan dari
seluruh kegiatan yang berisi seluruh muatan adari awal pekerjaan hingga akhir
pekerjaan setelah dilakukan revisi dan penyempurnaan laporan sebelumnya
yang dituangkan dalam RAB, spesifikasi teknis, dan laporan lainnya yang
terkait. Jumlah buku adalah sebanyak 5 (lima) buku / eksemplar. Format buku
adalah A3.
5. Foto Dokumentasi
Memuat foto kegiatan selama melaksanakan kegiatan perencanaan yang
berbentuk foto dokumentasi kegiatan. Jumlah buku adalah sebanyak 5 9lima)
buku / eksemplar. Format buku adalah A4 yang berisi foto kegiatan
menggunakan kertas foto.
BAB V
PENUTUP