Anda di halaman 1dari 126

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT

KANTOR OTORITAS PELABUHAN WILAYAH I BELAWAN

PENYUSUNAN RENCANA INDUK


PELABUHAN MALAHAYATI
PROVINSI ACEH

LAPORAN AKHIR
BUKU I KOMPILASI DATA

TAHUN 2015
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh

KATA PENGANTAR

Dokumen Kompilasi Data ini merupakan bagian dari Laporan Akhir pada Studi Penyusunan Rencana
Induk Pelabuhan pada lokasi Pelabuhan Malahayati Provinsi Aceh. Buku Kompilasi Data ini berisikan data
- data yang terkait dengan studi, berupa presentasi daerah hinterland dan presentasi data Pelabuhan
Malahayati.

Akhir kata, kami ucapkan banyak terima kasih atas kesempatan yang diberikan kepada kami untuk dapat
berperan dalam pekerjaan Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati Provinsi Aceh ini. Semoga
keseluruhan pekerjaan ini dapat diselesaikan dengan baik dan dapat memberikan hasil seperti yang
diharapkan.

Bandung, November 2015

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data i
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh

DAFTAR ISI
Uraian halaman
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
Daftar Gambar v
Daftar Tabel vii

1 PENGANTAR 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Lokasi Pekerjaan 2

2 KEBIJAKAN PEMERINTAH 4
2.1 LANDASAN HUKUM 4
2.2 RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) PROVINSI ACEH 5
2.2.1 Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Provinsi Aceh 5
2.2.2 Rencana Pengembangan Transportasi Laut 10
2.2.3 Rencana Pengembangan Transportasi Darat 12
2.3 RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN ACEH BESAR 13
2.3.1 Kebijakan Penataan Ruang Kabupaten Aceh Besar 13
2.3.2 Strategi Penataan Ruang Kabupaten Aceh Besar 14
2.3.3 Rencana Pengembangan Transportasi Laut 16
2.3.4 Sistem Jaringan Transportasi Darat 16
2.3.5 Sistem Jaringan Transportasi Kereta Api 18
2.4 RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PIDIE 19
2.4.1 Kebijakan Penataan Ruang Kabupaten Pidie 19
2.4.2 Strategi Penataan Ruang Kabupaten Pidie 20
2.4.3 Sistem Jaringan Transportasi Laut 21
2.5 RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA BANDA ACEH 21
2.5.1 Kebijakan Penataan Ruang Kota Banda Aceh 21
2.5.2 Kebijakan dan Strategi Pengembangan Pola Ruang Kota 22
2.5.3 Kebijakan dan Strategi Pengembangan Kawasan Strategis Kota 23
2.5.4 Rencana Jaringan Jalan 24
2.5.5 Rencana Pengembanagan Sistem Transportasi Laut 25
2.5.6 Sistem Transportasi Sungai 25
2.6 RENCANA INDUK PELABUHAN NASIONAL (RIPN) 26
2.7 RENCANA INDUK PELABUHAN ACEH 27
2.7.1 Latar Belakang 27
2.7.2 Konsep Tatanan Kepelabuhanan Aceh 2035 27
2.7.3 Prediksi Demand Pelabuhan Malahayati 29
2.7.4 Lokasi Pelabuhan 31
2.8 Pelabuhan Pendukung Tol Laut 34

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data ii
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh
3 GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI 36
3.1 PROVINSI ACEH 36
3.1.1 Letak Dan Administratif Wilayah 36
3.1.2 Profil Demografi 38
3.1.3 Profil Perekonomian 39
3.1.4 Inflasi /Deflasi 42
3.1.5 Data Potensi Wilayah 43
3.1.6 Data Jaringan Transportasi Wilayah 45
3.2 KABUPATEN ACEH BESAR 49
3.2.1 Letak Dan Administratif Wilayah 49
3.2.2 Kondisi Iklim 52
3.2.3 Struktur Tanah dan Penggunaan Lahan 52
3.2.4 Profil Demografi 55
3.2.5 Profil Perekonomian 54
3.2.6 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Aceh Besar 55
3.2.7 Data Potensi Wilayah 56
3.2.8 Data Jaringan Transportasi Wilayah 60
3.3 KABUPATEN PIDIE 64
3.3.1 Letak Dan Administratif Wilayah 64
3.3.2 Kondisi Iklim 65
3.3.3 Profil Demografi 65
3.3.4 Profil Perekonomian 66
3.3.5 Data Potensi Wilayah 68
3.3.6 Data Jaringan Transportasi Wilayah 68
3.4 KOTA BANDA ACEH 69
3.4.1 Letak Dan Administratif Wilayah 69
3.4.2 Kondisi Iklim 70
3.4.3 Struktur Tanah dan Penggunaan Lahan 71
3.4.4 Profil Demografi 72
3.4.5 Profil Perekonomian 72
3.4.6 Pertumbuhan Ekonomi Kota Banda Aceh 74
3.4.7 Data Potensi Wilayah 74
3.4.8 Data Jaringan Transportasi Wilayah 76

4 HASIL SURVEY LAPANGAN 78


4.1 DATA SEKUNDER 78
4.1.1 Klimatologi 78
4.1.2 Hidrooceanografi 79
4.2 DATA PRIMER 80
4.2.1 Survey Bathimetri 80
4.2.2 Survey Hidrooceanografi 81
4.2.2 Topografi 90
4.3 SURVEY DI LOKASI WILKER PELABUHAN SIGLI 93
4.4 KESIMPULAN 94

5 KONDISI EKSISTING PELABUHAN 95


5.1 Hidrografi dan Hinterland Pelabuhan Malahayati 95
5.1.1 Hidrografi Pelabuhan Malahayati 95
5.1.2 Hinterland Pelabuhan Malahayati 97

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data iii
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh
5.1.3 Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) dan Daerah Lingkungan Kepentingan
(DLKp) di Pelabuhan Malahayati 99
5.2 Lokasi dan Fasilitas yang ada di Pelabuhan Malahayati 100
5.2.1 Lokasi Pelabuhan Malahayati 100
5.2.2 Fasilitas dan Peralatan Pelabuhan Malahayati 102
5.2.3 Kinerja Operasional Pelabuhan Malahayati tahun 2011 – Smt I 2015 105
5.3 Lokasi dan Fasilitas yang ada di Ex Wilker Pelabuhan Sigli 108
5.4 Pengecekan terhadap Koordinat Batas-batas DLKr Daratan, DLKr Perairan dan
DLKp Perairan Pelabuhan Malahayati. 110
5.4.1 Posisi dan Luas DLKr Daratan 110
5.4.2 Posisi dan Luas DLKr Perairan 111
5.4.3 Posisi dan Luas DLKp Perairan. 111
6 Lampiran Notulen Rapat Focus Group Discussion (FGD) 112

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data iv
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh

DAFTAR GAMBAR
Uraian halaman
Gambar 1.1 Lokasi Pekerjaan Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati –
Kabupaten Aceh Besar-Provinsi Aceh 3

Gambar 2.1 Peta Rencana Struktur Ruang 7


Gambar 2.2 Peta Rencana Pola Ruang 10
Gambar 2.3 Peta Wilayah Laut Kewenangan Provinsi Aceh 12
Gambar 2.4 Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Aceh Besar 13
Gambar 2.5 Peta Kawasan Strategis Kabupaten Aceh Besar 15
Gambar 2.6 Peta Jaringan Transportasi Darat di sekitar Pelabuhan Malahayati 17
Gambar 2.7 Peta Jaringan Jalan KA di sekitar Pelabuhan Malahayati 18
Gambar 2.8 Peta Rencana Struktur Ruang Kabupaten Pidie 19
Gambar 2.9 Peta Rencana Kawasan Strategis Kabupaten Pidie 20
Gambar 2.10 Peta Rencana Struktur Ruang Kota Banda Aceh 22
Gambar 2.11 Peta Rencana Pola Ruang Kota Banda Aceh 23
Gambar 2.12 Peta Rencana Kawasan Strategis Kota Banda Aceh 25
Gambar 2.13 Total Prediksi Volume Surplus Daerah Hinterland Pelabuhan Malahayati 31
Gambar 2.14 Peta Lokasi Pelabuhan Laut Aceh 32
Gambar 2.15 Pelabuhan Strategis Pendukung Tol Laut sesuai RPJMN Bappenas 34
Gambar 2.16 Jalur Tol Laut Skenario I dan Skenario II sesuai Studi Puslitbang Laut 2014 35

Gambar 3.1 Peta Administratif Provinsi Aceh 36


Gambar 3.2 Laju Pertumbuhan Produk Domestik Bruto Atas Dasar Hharga Konstan 2000
dengan Migas dan Tanpa Migas 40
Gambar 3.3 Inflasi/Deflasi Banda Aceh, Lhokseumawe, Aceh dan Nasional, 2012-2013 42
Gambar 3.4 Grafik Laju Inflasi Indonesia dan Provinsi Aceh bln April 2012-Maret 2013 (%) 43
Gambar 3.5 Persentase Panjang Jalan Menurut Jenis Jalan di Provinsi Aceh, 2013 46
Gambar 3.6 Peta Jaringan Jalan Nasional di Provinsi Aceh 48
Gambar 3.7 Peta Batas Administrasi Kabupaten Aceh besar 49
Gambar 3.8 Grafik kenaikan Jumlah Penduduk Kabupaten Aceh besar tahun 2009-2013 53
Gambar 3.9 Kontribusi Produksi Padi Sawah, Kecamatan terhadap Produksi
Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013 58
Gambar 3.10 Produksi Semen PT Lafarge Cement Indonesia tahun 2013 60
Gambar 3.11 Peta Jaringan Jalan Kabupaten Aceh Besar 62
Gambar 3.12 Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Pidie 64
Gambar 3.13 Peta Administrasi Kota Banda Aceh 69

Gambar 4.1 Wind Rose Blang Bintang. 79

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data v
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh
Gambar 4.4 Foto penempatan papan ukur (peilschaal) Pasut 81
Gambar 4.5 Pengikatan (levelling) terhadap peilschaal 82
Gambar 4.6 Grafik Fluktuasi Muka Air di Perairan Pelabuhan Malahayati. 83
Gambar 4.7 Peta Bathimetri Perairan Pelabuhan Malahayati 86
Gambar 4.8 Peralatan Pengukur GPS dan Peralatan Echo Sounder 87
Gambar 4.9 Pelaksanaan pekerjaan bathimetri dan pengambilan sampel air laut 87
Gambar 4.10 Pengukuran arus pada 3 kedalaman laut 88
Gambar 4.11 Grafik kecepatan arus laut pada 3 lokasi kedalaman 88
Gambar 4.12 Peralatan Current Meter 89
Gambar 4.13 Peta Topografi di Pelabuhan Malahayati 92
Gambar 4.14 Pengukuran Topografi di Patok BM Bakosurtanal dengan alat TS 93
Gambar 4.15 Lokasi pengukuran Topografi 93
Gambar 4.16 Foto Lokasi Kantor Wilker Sigli dan pantai bekas Pelabuhan 93
Gambar 4.17 Peta Geografis Lokasi Kantor Wilker Sigli 94

Gambar 5.1 Peta Hidrografi Teluk Kruengraya 96


Gambar 5.2 Foto jalan masuk Gerbang Pelabuhan Malahayati 97
Gambar 5.3 Hinterland Pelabuhan Malahayati 98
Gambar 5.4 Peta Batas-batas Daerah Lingkungan Kerja Daratan Pelabuhan Malahayati 99
Gambar 5.5 Peta Batas-batas Daerah Lingkungan Kerja Perairan dan
Daerah Lingkungan Kepentingan Perairan Pelabuhan Malahayati 100
Gambar 5.6 Peta Google Pelabuhan Malahayati 101
Gambar 5.7 Peta Layout Pelabuhan Malahayati 101
Gambar 5.8 Foto dua buah bouy tambat disebelah kiri dermaga dan sero nelayan
di Perairan Pelabuhan Malahayati 102
Gambar 5.9 Foto Lokasi PT Avaqindo Sagara dan Silo PT Semen Padang 102
Gambar 5.10 Foto dermaga dan trestel BKR dan dermaga lama (ada petikemas kosong) 103
Gambar 5.11 Foto trestel dermaga lama dan kerusakan di balok trestel lama 104
Gambar 5.12 Kerusakan lantai trestel lama dan penutupan trestel dengan pagar 104
Gambar 5.13 Foto Peralatan Forklift dan Mobil Crane 105
Gambar 5.14 Foto Peralatan Rich Stacker didalam gudang Pelabuhan Malahayati 105
Gambar 5.15 Grafik Arus Bongkar Muat Barang, Petikemas di dermaga umum
Pelabuhan Malahayati tahun 2010 sd Juni 2015 106
Gambar 5.16 Foto Penyandaran Kapal Rimba Segara Line (semen) 108
Gambar 5.17 Foto instalasi hose pipe Semen Padang di dermaga Decorient
Pelabuhan Malahayati 108
Gambar 5.19 Foto bekas lokasi kantor Pelabuhan Sigli dan rumah dinas 109
Gambar 5.20 Foto bekas lokasi Pelabuhan Sigli 109
Gambar 5.21 Foto lokasi Pelabuhan Ikan TPI Sigli 109
Gambar 5.22 Hasil Pengecekan Koordinat DLKr Daratan Pelabuhan Malahayati 110
Gambar 5.23 Hasil Pengecekan Koordinat DLKr Perairan Pelabuhan Malahayati 111
Gambar 5.24 Hasil Pengecekan Koordinat DLKp Perairan Pelabuhan Malahayati 112

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data vi
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh

DAFTAR TABEL

Uraian halaman

Tabel 2.1 Hirarki Pelabuhan sesuai RIPN 26


Tabel 2.2 Prediksi Volume Surplus daerah Hinterland Pelabuhan Malahayati
menurut RIP Aceh 30
Tabel 2.3 Lokasi Pelabuhan Laut Aceh dalam RIP Aceh 31
Tabel 2.4 Rencana Pengembangan Fasilitas Pelabuhan Malahayati
Hasil Studi RIP Aceh 2014 33

Tabel 3.1 Nama-Nama Ibukota Kabupaten/Kota, Jumlah Kecamatan, Mukim, Gampo/Desa 37


Tabel 3.2 Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota tahun 2009-2013 (jiwa) 38
Tabel 3.3 Jumlah dan Kepadatan Penduduk per Kilometer Persegi Menurut
Kabupaten/Kota Tahun 2008-2013 (jiwa/km2) 39
Tabel 3.4 PDRB Atas Harga Berlaku Berdasarkan Lapangan Usaha (Milyar Rupiah) 41
Tabel 3.5 PDRB Atas Dasar Harga Konstan Berdasarkan Lapangan Usaha (Milyar Rupiah) 41
Tabel 3.6 Luas Panen dan Produksi Pertanian Provinsi Aceh 43
Tabel 3.7 Luas Kawasan Hutan di Provinsi Aceh, 2013 44
Tabel 3.8 Jumlah Ternak di Provinsi Aceh, 2013 45
Tabel 3.9 Panjang Jalan Nasional Menurut Kondisi Jalan di Provinsi Aceh (km), 2013 47
Tabel 3.10 Panjang Jalan Nasional Menurut Jenis Permukaan di Provinsi Aceh (km), 2013 47
Tabel 3.11 Luas Daerah Kabupaten Aceh Besar Menurut Kecamatan, 2013 50
Tabel 3.12 Jumlah Mukim dan Desa Dirinci Per Kecamatan tahun 2011 50
Tabel 3.13 Lokasi dan Luas Kawasan Hutan di Kabupaten Aceh Besar, 2013 51
Tabel 3.14 Rata-rata Curah Hujan dan Hari Hujan di Kabupaten Aceh Besar, 2011-2013 52
Tabel 3.15 Perkembangan Jumlah Penduduk per Kecamatan di Kabupaten Aceh Besar,
2009 - 2013 53

Tabel 3.16 PDRB Kabupaten Aceh Besar Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga
Konstan (Tahun Dasar 2000), 2010-2013 54
Tabel 3.17 PDRB Kabupaten Aceh Besar Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga
Berlaku, 2010-2013 55
Tabel 3.18 Tingkat Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Aceh Besar, 2010-2013
(Tahun Dasar 2000) 56
Tabel 3.19 Luas Tanam, Luas Panen dan Produksi Tanaman Padi Sawah
Menurut Kecamatan di Kabupaten Aceh Besar, 2013 57
Tabel 3.20 Panjang Jalan Menurut Jenis Permukaan Jalan di Kabupaten Aceh Besar, 2013 60
Tabel 3.21 Panjang Jalan Kabupaten dirinci Menurut Kecamatan dan Kondisi Jalan
Di Kabupaten Aceh Besar, 2013 61
Tabel 3.22 Banyaknya Kendaraan Bermotor yang Terdaftar Menurut Jenis Kendaraan
Di Kabupaten Aceh Besar, 2013 62

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data vii
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh
Tabel 3.23 Jumlah Pesawat dan Penumpang Penerbangan Domestik dan Internasional
Yang datang dan berangkat per Bulan melalui Bandara Sultan Iskandar Muda
Kabupaten Aceh Besar, 2013 63
Tabel 3.24 Jumlah Penduduk Kabupaten Pidie per Kecamatan menurut Jenis Kelamin 65
Tabel 3.25 PDRB Kabupaten Pidie Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku
(Jutaan Rupiah), 2011-2013 66
Tabel 3.26 PDRB Kabupaten Pidie Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Jutaan Rupiah),
2011-2013 67
Tabel 3.27 Nama Kecamatan Kota Banda Aceh 70
Tabel 3.28 Klimatologi: Rata-rata tTekanan Udara, Suhu Udara, Kelembaban Nisbi yang
tercatat pada Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Blang Bintang, 2013 70
Tabel 3.29 Arah dan Kecepatan Angin yang tercatat pada Badan Meteorologi,
Klimatologi dan Geofisika Blang Bintang, 2013 71
Tabel 3.30 Luas Wilayah Kota Banda Aceh Menurut Penggunaan Lahan, 2013 71
Tabel 3.31 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan Kota Banda Aceh, 2009 - 2013 72
Tabel 3.32 Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku
Kota Banda Aceh (Juta Rupiah), 2011-2013 73
Tabel 3.33 Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan
Kota Banda Aceh (Juta Rupiah), 2011-2013 73
Tabel 3.34 Luas Panen dan Produksi Padi Ladang dan Padi Sawah
di Kota Banda Aceh, 2010 - 2013 74
Tabel 3.35 Jumlah Pemotongan Hewan di Rumah Potong Hewan (RPH) dan
Rumah Potong Unggas (RPU) di Kota Banda Aceh, 2013 75
Tabel 3.36 Statistik Kunci Kota Banda Aceh, 2011 - 2013 75
Tabel 3.37 Panjang Jalan Menurut Status dan Jenis Permukaan di Kota Banda Aceh, 2013 76
Tabel 3.38 Panjang Jalan Menurut Status dan Kondisi Jalan di Kota Banda Aceh, 2013 77
Tabel 3.39 Perusahaan, Jumlah, dan daya Angkut Kapal Penyeberangan Penumpang
pada Pelabuhan Penyeberangan Ulee Lheue di Kota Banda Aceh, 2013 77
Tabel 3.40 Jumlah Penumpang Kapal Penyeberangan pada Pelabuhan Penyeberangan
Ulee Lheue di Kota Banda Aceh, 2013 78

Tabel 4.1 Lokasi Pengukuran Pasang Surut di Pelabuhan Malahayati 81


Tabel 4.2 Elevasi penting pasang surut di Perairan Malahayati 83
Tabel 4.3 Komponen pasang surut 84
Tabel 4.4 Hasil pengamatan pasang surut 85

Tabel 5.1 Dermaga TERSUS/TUKS di Sekitar Pelabuhan Malahayati 98


Tabel 5.2 Fasilitas Pelabuhan Malahayati 102
Tabel 5.3 Peralatan Pelabuhan Malahayati 104
Tabel 5.4 Volume Arus Bongkar Muat Barang, Petikemas di dermaga umum
Pelabuhan Malahayati tahun 2010 sd Juni 2015 106
Tabel 5.5 Kinerja Operasional dermaga umum Pelabuhan Malahayati 2011-Smt I 2015 106

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data viii
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh

BUKU I : KOMPILASI DATA


1 PENGANTAR

Dokumen Kompilasi Data ini merupakan bagian dari dokumen penyusunan Rencana Induk Pelabuhan
Malahayati yang terdiri dari empat dokumen yaitu 1). Kompilasi Data; 2). Analisis dan Prediksi, 3.)
Rencana Pembangunan dan Pengembangan dan 4.) Album Gambar.

Dokumen Kompilasi Data ini berisikan penjabaran mengenai data yang berhubungan dengan wilayah
perencanaan dan wilayah pengaruh pada wilayah perencanaan pelabuhanyang dijadikan dasar dalam
melakukan analisis dan penyusunan dokumen Rencana Induk Pelabuhan. Data yang dikumpulkan
meliputi data sekunder instansional serta data lapangan/primer yang meliputi aspek-aspek:
a. Kebijakan pemerintah;
b. Tata guna lahan dan perairan;
c. Ekonomi dan kependudukan;
d. Keselamatan dan keamanan pelayaran;
e. Pengembangan pelayaran;
f. Kondisi alam dan lingkungan;
g. Teknis dan operasional pelabuhan.

Kedelapan aspek tersebut diatas menjadi nomenklatur dalam penulisan dokumen Kompilasi Data ini yang
dijabarkan pada masing-masing bab.

1.1. Latar Belakang

Pelabuhan Malahayati dibawah KSOP Kelas IV Malahayati dengan Operator PT Pelindo I Cabang
Malahayati merupakan suatu simpul dan mata rantai kelancaran muatan angkutan laut dan darat dan
berfungsi sebagai peralihan antar mode transport.
Pelabuhan Malahayati terletak di Kabupaten Aceh Besar, Kecamatan Masjid Raya, tepatnya di teluk
Krueng Raya Pantai Utara Aceh. Secara geografis berada pada koordinat 05° 35’ 50‖ LU - 95° 30’ 35‖
BT dengan jarak tempuh lebih kurang 32,5 Km dari Kota Banda Aceh.
Ditinjau dari posisi letaknya, Pelabuhan Malahayati memiliki keunggulan komparatif karena berada pada
jalur perdagangan internasional. Pelabuhan yang dibangun pada Tahun 1975 sebagai pengganti dari
Pelabuhan Ulee Lheue dan merupakan pintu gerbang perekonomian bagi Provinsi Aceh .

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 1
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh
Kegiatan utama di pelabuhan ini adalah berupa kegiatan bongkar muat barang dan penumpang terutama
kegiatan bongkar muat barang antar pulau dan penumpang lokal yang berasal dari dan ke Sabang
dengan perkiraan pertumbuhan kegiatan tersebut sebesar 1% s.d 4% pertahunnya, disamping angkutan
sembilan bahan pokok lainnya untuk kebutuhan masyarakat setempat.

Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati di Provinsi Aceh ini adalah untuk memprediksi kembali
kebutuhan fasilitas, peralatan pelabuhan serta penyusunan tata ruang darat serta perairan dan tahapan
pengembangannya sehingga selanjutnya dapat dipakai sebagai acuan tahapan pembangunan serta
pembenahan dari Pelabuhan Malahayati.

Kerangka dasar tersebut tertuang dalam suatu rencana pengembangan tata ruang yang kemudian
dijabarkan dalam suatu tahapan pelaksanaan pembangunan jangka pendek, menengah dan panjang. Hal
ini diperlukan untuk menjamin kepastian usaha dan pelaksanaan pembangunan pelabuhan yang
terencana, terpadu, tepat guna, efisien dan berkesinambungan.

Dalam rangka mewujudkan harapan tersebut, maka perlu segera dilakukan langkah-langkah dalam
tataran strategis, teknis dan akhirnya bermuara pada program implementasi pekerjaan dalam waktu yang
sesegera mungkin. Dengan demikian, perlu dilakukan serangkaian pekerjaan yang dimulai dari studi ini.

Mengingat pentingnya peran fasilitas Pelabuhan Malahayati untuk menunjang kegiatan operasional di
masa yang akan datang, maka perlu dibuat rencana induk atau master plan sebagai kerangka dasar
arahan pengembangan dan pembangunan fasilitas kepelabuhan serta memenuhi ketentuan Pemerintah
di bidang kepelabuhan.

Disamping itu, dengan ditetapkannya rencana induk suatu pelabuhan, maka akan diperoleh suatu
jaminan kepastian hukum dalam penyelenggaraan operasional pelabuhan, meningkatkan keselamatan
dan keamanan operasional pelabuhan dan mendukung pengembangan perekonomian pelabuhan dan
daerah sekitarnya.

1.2. Lokasi Pekerjaan

Lokasi pekerjaan Studi Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati berada di Provinsi Nanggroe
Aceh Darusalam. Lokasi pekerjaan bisa dilihat pada Gambar 1.1.

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 2
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh
Gambar 1.1. Lokasi Pekerjaan Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati -Kabupaten
Aceh Besar - Provinsi Aceh

Malahayati Sigli (Ex Wilker)

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 3
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh
2 KEBIJAKAN PEMERINTAH

2.1 LANDASAN HUKUM

Untuk menyesuaikan dengan Kebijakan Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah, penyusunan
Rencana Induk Pelabuhan Malahayati ini perlu memperhatikan UU dan Ketentuan Perundangan lain
yang ada, antara lain sebagai berikut.
1. Undang-Undang No 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran;
2. Undang-Undang No 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh
3. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Nasional Jangka Panjang
2005 – 2025;
4. Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
5. Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;
6. Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah;
7. Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan sebagaimana telah diubah
terakhir dengan Peraturan Pemerintah No. 64 Tahun 2015;
8. Peraturan Pemerintah No 22 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No. 20
Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan;
9. Peraturan Pemerintah No. 5 Tahun 2010 Tentang Kenavigasian;
10. Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;
11. Peraturan Presiden No. 32 Tahun 2011 tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011 – 2025 (MP3EI);
12. Permenhub No. KM 49 Tahun 2005 tentang Sistem Transportasi Nasional;
13. Permenhub No. KM 31 Tahun 2006 tentang Proses Perencanaan di Lingkungan Departemen
Perhubungan;
14. Permenhub No. KM 49 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Departemen
Perhubungan 2005 – 2025;
15. Permenhub No. KM 64 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Syahbandar;
16. Permenhub No. KM 44 Tahun 2011 tentang Perubahan Peraturan Menteri Perhubungan No. KM
62 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan;
17. Permenhub No. KM 45 Tahun 2011 tentang Perubahan Peraturan Menteri Perhubungan No KM
63 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Otoritas Pelabuhan;
18. Permenhub No. PM 23 Tahun 2015 tentang Peningkatan Fungsi Penyelenggara Pelabuhan Pada
Pelabuhan Yang Diusahakan Secara Komersial;

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 4
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh
19. Permenhub No. PM 135 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Permenhub No PM 36 Tahun 2012
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan;
20. Keputusan Menteri Perhubungan No. KP 199 tahun 2015 tentang Penunjukan Otoritas
Pelabuhan Sebagai Koordinator Kegiatan Pemerintahan dan Pengusahaan Di Pelabuhan;
21. Permenhub No. PM 25 tahun 2011 tentang Sarana Bantu Navigasi Pelayaran;
22. Permenhub No. PM 26 tahun 2011 tentang Telekomunikasi Pelayaran;
23. Permenhub No. PM 68 Tahun 2011 tentang Alur Pelayaran di laut;
24. Permenhub No. PM 93 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan dan Pengusahaan Angkutan Laut;
25. Permenhub No. PM 20 Tahun 2015 tentang Standar Keselamatan Pelayaran;
26. Permenhub No. PM 51 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan Laut;
27. Permenhub No. PM 57 Tahun 2015 tentang Pemanduan dan Penundaan Kapal;
28. Permenhub No. PM 136 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri
Perhubungan No PM 52 Tahun 2011 tentang Pengerukan dan Reklamasi;
29. Kepmenhub No. KP 414 Tahun 2013 tentang Penetapan Rencana Induk Pelabuhan Nasional.
30. Kepmenhub No. KP 725 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Kepmenhub Nomor KP 414 Tahun
2013 tentang Penetapan Rencana Induk Pelabuhan Nasional.
31. Peraturan Menteri Perhubungan No. PM 15 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Permenhub No
PM 6 Tahun 2013 tentang Jenis, Struktur, dan Golongan Tarif Jasa Kepelabuhanan;
32. Qanun Aceh No 19 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Aceh tahun 2013 – 2033;
33. Qanun Kabupaten Aceh Besar No 4 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Aceh Besar tahun 2012 – 2032;
34. Qanun Kabupaten Pidie No 5 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Aceh
Besar tahun 2014 – 2034;
35. Qanun Kota Banda Aceh No 4 Tahun 2009 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Banda

Aceh tahun 2009 – 2029;

2.2 RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) PROVINSI ACEH


Dasar Qanun Aceh No 19 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah tahun 2013-2033

2.2.1 Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Provinsi Aceh


2.2.1.1 Kebijakan dan Strategi Pengembangan Struktur Ruang

a) Kebijakan pengembangan struktur ruang meliputi:


 Peningkatan fungsi dan akses pelayanan pada pusat-pusat kegiatan dalam wilayah Aceh;

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 5
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh
 Peningkatan akses dari dan ke luar wilayah Aceh, baik dalam lingkup nasional maupun lingkup
internasional; dan
 Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi, energi listrik,
telekomunikasi dan informatika, pengelolaan sumber daya air dan air minum, serta mitigasi dan
adaptasi bencana di seluruh wilayah Aceh.
b) Strategi pengembangan struktur ruang untuk peningkatan fungsi dan akses pelayanan pada pusat
kegiatan dalam wilayah Aceh meliputi:
 Mengembangkan dan meningkatkan fasilitas dan/atau sarana pelayanan pusat kegiatan;
 Mengembangkan fungsi atau kegiatan baru pada pusat-pusat kegiatan yang dapat meningkatkan
kualitas pelayanannya dalam rangka mendorong pertumbuhan wilayah yang dilayaninya;
 Menjaga dan meningkatkan keterkaitan antar pusat-pusat kegiatan; dan
c) Strategi pengembangan struktur ruang untuk peningkatan akses dari dan ke luar wilayah Aceh, baik
dalam lingkup nasional maupun internasional meliputi:
 Mengembangkan Banda Aceh, Aceh Besar, Sabang, Aceh Utara, Lhokseumawe, Takengon,
Langsa, Meulaboh, Blangpidie dan Singkil sebagai pintu gerbang utama Pulau Sumatera, dalam
hubungan ekonomi, kebudayaan, pendidikan, pariwisata, transportasi, ITC (Information
Technology Center) dan Aceh digital;
 Mengembangkan Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) Bandar Aceh Darussalam
serta Kawasan Sabang, sehingga dapat berperan sebagai pintu gerbang utama Pulau Sumatera
dalam hubungan ekonomi secara internasional; dan
 Meningkatkan kapasitas dan intensitas pusat-pusat kegiatan yang mewadahi aktivitas
perdagangan, jasa, industri dan pariwisata berskala regional, nasional dan internasional dengan
melengkapi sarana dan prasarana pendukung.
d) Strategi pengembangan struktur ruang untuk peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan
prasarana transportasi, energi, telekomunikasi dan informatika, pengelolaan sumber daya air dan air
minum, serta mitigasi dan adaptasi bencana di seluruh wilayah Aceh meliputi:
 Meningkatkan jaringan prasarana transportasi terpadu (darat, laut, dan udara) yang berskala
regional, nasional dan Internasional;
 Meningkatkan jaringan energi listrik secara optimal dan menjamin pasokan energi untuk sektor-
sektor strategis serta mewujudkan keterpaduan sistem penyediaan tenaga listrik;
 Mendorong peningkatan sistem jaringan telekomunikasi dan informatika yang lebih efektif untuk
peningkatan daya saing Aceh dan yang dapat menjangkau seluruh wilayah Aceh;
 Mengembangkan jaringan prasarana untuk mendukung upaya mitigasi dan adaptasi bencana.

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 6
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh
Gambar 2.1 Peta Rencana Struktur Ruang

Sumber : RTRW Aceh, Bappeda Aceh

2.2.1.2 Kebijakan dan Strategi Pengembangan Pola Ruang


Kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang wilayah Aceh meliputi:
a.Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan lindung; dan
b.Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan budidaya.
a) Kebijakan pengembangan kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam huruf a meliputi:
 Pemeliharaan dan peningkatan kualitas kawasan lindung;
 Pemeliharaan kelestarian lingkungan hidup dalam rangka meningkatkan kualitas jasa lingkungan;
dan
 Pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan kerusakan kawasan
lindung.
b) Strategi pengembangan kawasan lindung untuk pemeliharaan dan peningkatan kualitas kawasan
lindung, meliputi:
 Memelihara dan meningkatkan fungsi kawasan lindung yang telah menurun fungsi
perlindungannya dalam rangka memelihara keseimbangan ekosistem wilayah;
 Meningkatkan kualitas kawasan hutan yang berfungsi sebagai kawasan lindung, yaitu kawasan
hutan lindung dan kawasan hutan konservasi; dan
 Memperkuat status kawasan lindung yang dianggap penting dan strategis oleh masyarakat.

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 7
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh
c) Strategi pengembangan kawasan lindung untuk pemeliharaan kelestarian lingkungan hidup dalam
rangka meningkatkan kualitas jasa lingkungan, meliputi:
 Menetapkan fungsi lindung dan/atau fungsi perlindungan di ruang darat, ruang laut, ruang
udara, termasuk ruang di dalam bumi; dan
 Meningkatkan efisiensi pengelolaan kawasan-kawasan lindung tertentu dengan mekanisme
imbal jasa lingkungan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat penyedia jasa lingkungan.
d) Strategi pengembangan kawasan lindung untuk pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang
dapat menimbulkan kerusakan kawasan lindung, meliputi:
 Mengelola sumber daya alam tidak terbarukan untuk menjamin pemanfaatannya secara
bijaksana;
 Mengelola sumber daya alam yang terbarukan untuk menjamin kesinambungan
ketersediaannya;
 Mengendalikan kegiatan-kegiatan yang berada dalam kawasan lindung yang tidak sesuai dengan
fungsi perlindungannya.
 Membatasi pengembangan kegiatan budidaya di kawasan rawan bencana;
 Meningkatkan peranan masyarakat termasuk kearifan lokal dan hukum adat dalam pengelolaan
kawasan lindung; dan
 Meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan lindung.
e) Kebijakan pengembangan kawasan budidaya, sebagaimana dimaksud dalam huruf b diatas meliputi:
 Pemanfaatan kawasan budidaya secara efektif, efisien dan berkelanjutan;
 Peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antar kegiatan budidaya; dan
 Pengendalian perkembangan kegiatan budidaya agar tidak melampaui daya dukung dan daya
tampung lingkungan.
f) Strategi pengembangan kawasan budidaya dengan pemanfaatan kawasan budidaya secara efektif,
efisien dan berkelanjutan meliputi:
 Meningkatkan produktivitas kawasan budidaya pertanian dengan intensifikasi dan diversifikasi
pertanian yang sesuai dengan perkembangan teknologi, kondisi lahan dan agroklimat;
 Membatasi alih fungsi lahan pertanian kepada peruntukan fungsi lainnya; dan
 Memanfaatkan kawasan budidaya non pertanian sesuai dengan karakteristik kawasan.
g) Strategi pengembangan kawasan budidaya untuk peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antar
kegiatan budidaya, meliputi:
 Mengembangkan kawasan budidaya unggulan beserta sarana dan prasarana pendukungnya
sesuai dengan standar yang berlaku secara sinergis untuk mendorong pengembangan ekonomi;

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 8
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh
 Mewujudkan pengembangan kawasan pembangunan dan pelayanan terpadu yang multi fungsi
(mixed use) dalam satu kawasan dan antar kawasan;
 Mengembangkan kawasan budidaya pertanian pangan terpadu untuk mendukung ketahanan
pangan;
 Mengembangkan wilayah perbatasan, daerah terpencil, wilayah pesisir, pulau-pulau kecil dan
pulau-pulau terdepan yang potensial dengan pendekatan gugus pulau, untuk meningkatkan
daya saing; dan
 Mengembangkan kegiatan pengelolaan sumber daya kelautan yang bernilai ekonomi tinggi di
wilayah laut kewenangan Aceh.
h) Strategi pengembangan kawasan budidaya untuk pengendalian perkembangan kegiatan budidaya
agar tidak melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan meliputi:
 Membatasi perkembangan kegiatan budidaya sesuai dengan daya dukung dan daya tampung
lingkungan;
 Menerapkan pengembangan berbasis mitigasi bencana pada kawasan budidaya rawan bencana;
 Mengembangkan kawasan perkotaan dengan bangunan bertingkat terutama untuk fungsi
komersial/bernilai ekonomi tinggi guna penghematan ruang dan penyediaan ruang terbuka; dan
 Mengendalikan perkembangan kawasan terbangun di kawasan perkotaan untuk meningkatkan
dan/atau mempertahankan pelayanan prasarana dan sarana kawasan perkotaan serta
mengoptimalkan fungsi kawasan Gampong atau nama lain di sekitarnya.

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 9
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh
Gambar 2.2 Peta Rencana Pola Ruang

Sumber : RTRW Aceh, Bappeda Aceh

2.2.2 Rencana Pengembangan Transportasi Laut


a. Jenis kepelabuhanan di Aceh terdiri atas:
 Pelabuhan laut; dan
 Pelabuhan sungai dan danau.
b. Pelabuhan laut melayani:
 Angkutan laut; dan
 Angkutan penyeberangan.
c. Pelabuhan laut berdasarkan hierarki fungsinya terdiri atas:
 Pelabuhan utama;
 Pelabuhan pengumpul;
 Pelabuhan pengumpan regional; dan
 Pelabuhan pengumpan lokal.
d. Pelabuhan laut dikelompokkan ke dalam beberapa zona kerja berdasarkan letak geografis dan
rencana pengembangan kawasan strategis Aceh, dengan pengelolaan sebagai berikut:
a). Zona Pusat, terdiri atas:
1). Pelabuhan Sabang dan Pelabuhan Penyeberangan Balohan (Kota Sabang);
2). Pelabuhan Malahayati dan Pelabuhan Penyeberangan Lamteng Pulo Aceh (Kabupaten Aceh
Besar);
3). Pelabuhan Penyeberangan Ulee Lheue (Kota Banda Aceh).

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 10
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh
b). Zona Utara - Timur, terdiri atas:
1). Pelabuhan Krueng Geukuh (Kabupaten Aceh Utara);
2). Kuala Langsa (Kota Langsa);
3). Idi (Kabupaten Aceh Timur);
c). Zona Barat, terdiri atas:
1). Pelabuhan Meulaboh dan Pelabuhan Penyeberangan Meulaboh (Kabupaten Aceh Barat);
2). Pelabuhan Calang (Kabupaten Aceh Jaya);
d). Zona Tenggara-Selatan, terdiri atas:
1). Pelabuhan Singkil, Pelabuhan Penyeberangan Singkil dan Pulau Banyak (Kabupaten Aceh
Singkil);
2). Pelabuhan Sinabang dan Pelabuhan Penyeberangan Sinabang (Kabupaten Simeulue);
3). Pelabuhan Tapaktuan dan Pelabuhan Penyeberangan Labuhan Haji (Kabupaten Aceh Selatan);
4). Pengembangan Pelabuhan Susoh di Teluk Surin (Kabupaten Aceh Barat Daya).
e. Pelabuhan laut sebagaimana dimaksud dikembangkan sesuai dengan peran sebagai berikut:
a). Pelabuhan Sabang (Kota Sabang) sebagai Pelabuhan Bebas (Free Port) dan Pelabuhan Utama
yang melayani angkutan laut, alih muat angkutan laut (transhipment) serta berperan sebagai
international hub dan pintu gerbang utama Pulau Sumatera dengan jenis layanan utama
kontainer dan general cargo;
b). Pelabuhan Krueng Geukueh (Kabupaten Aceh Utara), Pelabuhan Singkil (Kabupaten Aceh Singkil),
Pengembangan Pelabuhan Susoh di Teluk Surin (Kabupaten Aceh Barat Daya), Pelabuhan
Meulaboh (Kabupaten Aceh Barat) dan Pelabuhan Malahayati (Kabupaten Aceh Besar) sebagai
pelabuhan utama yang terbuka bagi perdagangan luar negeri dengan jenis pelayanan utama
kontainer, kargo umum, curah cair dan curah kering lingkup nasional dan internasional;
c). Pelabuhan Kuala Langsa (Kota Langsa) sebagai pelabuhan pengumpul yang terbuka bagi
perdagangan luar negeri dengan jenis pelayanan utama general cargo, curah cair, curah kering
lingkup nasional dan internasional serta penyeberangan luar negeri;
d). Pelabuhan Calang (Kabupaten Aceh Jaya) sebagai pelabuhan pengumpan regional yang
terbuka bagi perdagangan luar negeri di wilayah Barat dengan pelayanan utama general cargo
lingkup nasional dan internasional serta penyeberangan dalam negeri;
e). Pelabuhan Sinabang (Kabupaten Simeulue), Pelabuhan Tapaktuan (Kabupaten Aceh Selatan), dan
Pelabuhan Idi (Kabupaten Aceh Timur) sebagai pelabuhan pengumpan regional dengan jenis
pelayanan utama general cargo dan curah cair lingkup nasional;
f). Pelabuhan penyeberangan Ulee Lheue (Kota Banda Aceh), Balohan (Kota Sabang), dan Krueng
Geukueh (Kabupaten Aceh Utara) sebagai pelabuhan laut yang melayani penyeberangan dalam
dan luar negeri; dan
g). Pelabuhan penyeberangan Meulaboh (Kabupaten Aceh Barat), Sinabang (Kabupaten Simeulue),
Singkil dan Pulau Banyak (Kabupaten Aceh Singkil), Lamteng (Kabupaten Aceh Besar), Labuhan

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 11
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh
Haji (Kabupaten Aceh Selatan), dan Sibigo (Kabupaten Simeulue) sebagai pelabuhan laut yang
melayani penyeberangan dalam negeri.
f. Pelabuhan laut dikembangkan secara terintegrasi dengan jalan dan/atau kereta api.
g. Setiap pelabuhan wajib memiliki rencana induk pelabuhan yang mencakup Daerah Lingkungan Kerja
dan Daerah Lingkungan Kepentingan pelabuhan, yang disusun oleh penyelenggara pelabuhan, dan
ditetapkan oleh Gubernur untuk pelabuhan utama, pengumpul, dan pengumpan regional, serta oleh
Bupati/Walikota untuk pelabuhan pengumpan lokal serta pelabuhan sungai dan danau.
h. Pengaturan pelabuhan laut pengumpan lokal, pelabuhan sungai dan danau diatur dalam RTRW
Kabupaten/Kota.
Gambar 2.3 Peta Wilayah Laut Kewenangan Provinsi Aceh

Sumber : RTRW Aceh, Bappeda Aceh

2.2.3 Rencana Pengembangan Transportasi Darat


Pengembangan sistem jaringan jalan bebas hambatan (highway) meliputi ruas jalan:
a. Lintas timur yang menghubungkan simpul-simpul Blang bintang (Aceh Besar) – Sigli – Meureudu
– Bireuen – Kota Lhokseumawe – Lhoksukon – Idi–Kuala Simpang–Perbatasan Sumatera Utara;
b. Lintas tengah yang menghubungkan simpul-simpul Krueng raya – Laweung – Tangse –
Geumpang – Pameu–Linge Isaq–Blangkeujeren – Kutacane-Lawe Pakam–Subulussalam– Singkil.

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 12
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh
2.3 RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN ACEH BESAR
Qanun Kabupaten Aceh Besar Nomor 4 Tahun 2013, Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Aceh Besar Tahun 2012 – 2032.
2.3.1 Kebijakan Penataan Ruang Kabupaten Aceh Besar
Kebijakan penataan ruang wilayah Kabupaten Aceh Besar, meliputi :
 Peningkatan aksesibilitas dengan pemerataan sarana prasarana di seluruh wilayah kabupaten;
 Pengembangan pusat-pusat pelayanan secara bersinergis sesuai dengan daya dukung dan daya
tampung lingkungan;
 Pemantapan sistem agropolitan untuk meningkatkan komoditi pertanian unggulan/penataan
lahan pertanian lahan basah;
 Pengembangan kegiatan perikanan;
 Pengembangan kegiatan industri yang sesuai dengan potensi alam dan sumber daya manusia;
 Pengembangan kegiatan wisata dengan memanfaatkan potensi alam yang memperhatikan
kelestarian lingkungan hidup dan budaya setempat ; dan
 Peningkatan fungsi kawasan untuk kepentingan pertahanan dan keamanan negara.

Gambar 2.4 Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Aceh Besar

Sumber : RTRW Aceh Besar, Bappeda Aceh Besar

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 13
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh
2.3.2 Strategi Penataan Ruang Kabupaten Aceh Besar

Strategi untuk peningkatan aksesibilitas dengan pemerataan sarana prasarana di seluruh wilayah
Kabupaten Aceh Besar, meliputi:
 Membangun, meningkatkan dan memelihara kualitas jaringan transportasi ke seluruh bagian
wilayah kabupaten; dan
 Menyediakan fasilitas pelayanan sosial ekonomi (kesehatan, pendidikan, air bersih, listrik, pasar,
dan lain-lain) secara merata.
Strategi untuk pengembangan pusat-pusat pelayanan secara bersinergis sesuai dengan daya dukung dan
daya tamping lingkungan,meliputi :
 Meningkatkan akses jaringan jalan;
 Meningkatkan sarana dan prasarana lingkungan;
 Memantapkan keterkaitan fungsional antar pusat pelayanan; dan
 Mengembangkan dan memantapkan kawasan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di pusat-pusat
pelayanan yang berada di perkotaan.
Strategi untuk pemantapan sistem agropolitan untuk meningkatkan komoditi pertanian unggulan atau
penataan lahan pertanian lahan basah,meliputi :
 Meningkatkan akses jalan dari sentra agropolitan ke pusat pemasaran;
 Mengembangkan kawasan agropolitan khususnya di sekitar Kecamatan Indrapuri, Kecamatan
Lembah Seulawah, Jalin untuk meningkatkan perekonomian masyarakat;
 Mempertahankan luas pertanian tanaman pangan berkelanjutan sebagai sumber pangan dan
basis perekonomian kabupaten; dan
 Memperluas jaringan irigasi dan mempertahankan pertanian irigasi teknis.
Strategi untuk pengembangan kegiatan perikanan, meliputi :
 Menetapkan kawasan minapolitan;
 Mengembangkan kawasan minapolitan;
 Mempertahankan luasan lahan perikanan darat yang ditetapkan sebagai kawasan minapolitan;
 Mengembangkan sentra produksi dan usaha berbasis perikanan; dan
 Mengembangkan sarana dan prasarana pendukung kegiatan perikanan.
Strategi untuk pengembangan kegiatan industri yang sesuai dengan potensi alam dan sumber daya
manusia, meliputi:
 Mengembangkan zona kawasan industri terpadu di Gampong Ladong, Kecamatan Mesjid Raya;
 Mengoptimalkan kawasan peruntukan industri;
 Meningkatkan penataan kawasan peruntukan industri kecil dan menengah di setiap kecamatan;
 Meningkatkan infrastruktur penunjang kegiatan industri; dan
 Menunjang pembangunan untuk zona bunker minyak di kawasan Pulo Aceh
Strategi untuk pengembangan kegiatan wisata dengan memanfaatkan potensi alam yang memperhatikan
kelestarian lingkungan hidup dan budaya setempat, meliputi :

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 14
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh
 Meningkatkan kompetensi produk dan tema wisata;
 Mengembangkan objek unggulan;
 Mengembangkan infrastruktur wisata;
 Mendorong investasi dan partisipasi swasta dan masyarakat dalam pengembangan dan
pengelolaan objek dan daya tarik wisata;
Strategi untuk peningkatan fungsi kawasan untuk kepentingan pertahanan dan keamanan negara,
meliputi :
 Mendukung penetapan kawasan strategis nasional dengan fungsi khusus pertahanan dan
keamanan negara;
 Mengembangkan kegiatan budidaya secara selektif di dalam dan di sekitar kawasan strategis
nasional untuk menjaga fungsi pertahanan dan keamanan negara;
 Mengembangkan kawasan lindung dan atau kawasan budidaya tidak terbangun di sekitar
kawasan strategis nasional sebagai zona penyangga yang memisahkan kawasan strategis
nasional dengan kawasan budidaya tidak terbangun; dan
 Turut serta menjaga dan memelihara aset-aset pertahanan dan keamanan negara dan daerah.

Gambar 2.5 Peta Kawasan Strategis Kabupaten Aceh Besar

Sumber : RTRW Aceh Besar, Bappeda Aceh Besar

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 15
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh
2.3.3 Rencana Pengembangan Transportasi Laut

Sistem jaringan transportasi laut, meliputi :


 Tatanan kepelabuhanan; dan
 Alur pelayaran.
Tatanan kepelabuhanan di Kabupaten Aceh Besar, terdiri atas :
 Pelabuhan Malahayati di Gampong Lamreh Kecamatan Mesjid Raya sebagai Pelabuhan Utama;
 Pelabuhan Samudera Gugop di Gampong Gugop di Kecamatan Pulo Aceh sebagai Pelabuhan
pengumpul;
 Pelabuhan pengumpan, terdiri atas :
a. Pelabuhan Rakyat Meulingge di Gampong Meulingge Kecamatan Pulo Aceh; dan
b. Dermaga Rakyat Lhoh di Gampong Lhoh Kecamatan Pulo Aceh.
Alur pelayaran, terdiri atas :
 Rencana alur pelayaran nasional adalah Pelabuhan Malahayati – Pelabuhan Belawan;
 Rencana alur pelayaran regional terdiri atas :
a. Pelabuhan Malahayati – Pelabuhan Kuala Raja – Pelabuhan Krueng Geukuh – Pelabuhan Kuala
Idi ;
b. Pelabuhan Malahayati – Pelabuhan Meulaboh – Pelabuhan Surin – Pelabuhan Singkil -
Pelabuhan Sinabang

2.3.4 Sistem Jaringan Transportasi Darat


Sistem jaringan transportasi darat, terdiri atas :
 Jaringan jalan dan jembatan;
 Jaringan prasarana lalu lintas angkutan jalan;
 Jaringan pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan; dan
 Jaringan sungai, danau dan penyeberangan.
Jaringan jalan dan jembatan, terdiri atas:
 Ruas Jalan Arteri Primer dengan status jalan nasional memiliki total panjang
200,13 km, terdiri atas:
a. Ruas Jalan Batas Kota Banda Aceh – Krueng Raya dengan panjang ruas 25,68 km;
b. Ruas Jalan Krueng Raya - Batas Pidie dengan panjang ruas 33,38 km;
c. Ruas Jalan Batas Kota Banda Aceh – Lambaro dengan panjang ruas 5,08 km; dst.
 Ruas Jalan Kolektor Primer 1 (K1) dengan status jalan Strategis Nasional, dengan total panjang
37,53 Km, terdiri atas:

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 16
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh
a. Ruas Jalan BORR dengan panjang ruas 39,33 km;
b. Ruas Jalan Simpang BORR - Lamtamot Highway Complementer dengan panjang ruas 47,16
km;
c. Rencana Pembangunan Jembatan Pulau Breueh -Pulau Nasi dengan panjang 0,34 km;
d. Rencana Pembangunan Jembatan Batee Rayeuk – Pulau Breueh dengan panjang 3,27 km;
e. Rencana Pembangunan Jembatan Peukan Bada - Batee Cut dengan panjang 0,51 km;
f. Rencana Pembangunan Jembatan Batee Cut- Batee Rayeuk dengan panjang 0,19 km;
g. Ruas Jalan Banda Aceh - Krueng Raya - Pidie Highway Complemen dengan panjang 46,78 km;
 Ruas Jalan Kolektor Primer (K2) dengan status jalan Provinsi/Strategis Provinsi, dengan total
panjang 50,27 Km, terdiri atas:
a. Ruas Jalan Batas Kota Banda Aceh – Simpang Lam Ateuk dengan panjang ruas 4,98 km;
b. Ruas Jalan Simpang Tujuh – Simpang Limpok dengan panjang ruas 1,41 km;
c. Ruas Jalan Blang Bintang - Krueng Raya dengan panjang ruas 22,19 km; dst.
 Ruas Jalan Kolektor Primer (K4) dengan status jalan Kabupaten dalam wilayah Kabupaten Aceh
Besar mempunyai panjang keseluruhan 81,54 Km, diantaranya:
a. Ruas Jalan Seulimeum – Krueng Raya, dengan panjang 33,36 km;
b. Ruas Jalan Kota Jantho – Indrapuri, dengan panjang 8,17 km;
c. Ruas Jalan Mata Ie – Lhoknga, dengan panjang 9,18 km; dst.
Gambar 2.6 Peta Jaringan Transportasi Darat di sekitar Pelabuhan Malahayati

Sumber : Dinas PU Kabupaten Aceh Besar

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 17
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh
2.3.5 Sistem Jaringan Transportasi Kereta Api
 Perwujudan pengembangan prasarana kereta api, terdiri atas :
a. Pembangunan jalur kereta api lintas tengah dari Batas Pidie –Lamtamot – Seulimeum –
Lampakuk – Indrapuri – Samahani –Sibreh – Lambaro – Batas Banda Aceh;
b. Pembangunan jalur kereta api dari Lambaro – Bandara Sultan Iskandar Muda;
c. Pembangunan jalur kereta api lintas timur dari Batas Banda Aceh – Pelabuhan Malahayati –
Batas Kabupaten Pidie;
 Pembangunan stasiun kereta api koridor, terdiri atas :
Koridor Lintas Timur meliputi stasiun kereta api Malahayati di Kecamatan Mesjid Raya, stasiun Blang
Bintang di Kecamatan Blang Bintang, stasiun kereta api Sibreh di Kecamatan Sukamakmur, stasiun
kereta api Samahani di Kecamatan Kuta Malaka, stasiun kereta api Lampakuk di Kecamatan Kuta Cotglie,
stasiun kereta api Seulimeum di Kota Jantho dan stasiun kereta api Lamtamot di Kecamatan Lembah
Seulawah;
Gambar 2.7 Peta Jaringan Jalan KA di sekitar Pelabuhan Malahayati

Sumber : RTRW Aceh Besar, Bappeda Aceh Besar

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 18
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh
2.4 RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PIDIE
Qanun Kabupaten Pidie Nomor 5 Tahun 2014, Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pidie
Tahun 2014 – 2034.
2.4.1 Kebijakan Penataan Ruang Kabupaten Pidie
Kebijakan penataan ruang Kabupaten Pidie, meliputi:
a. Pemantapan sistem pusat-pusat pelayanan dikembangkan dengan penetapan pusat-pusat layanan
dan pembagian fungsi kawasan;

b. Pencapaian peningkatan akses serta peningkatan pelayanan jaringan prasarana ke seluruh wilayah
kabupaten;
c. Pencapaian pemantapan dan pengendalian kawasan lindung;
d. Pengembangan lahan pertanian lahan basah;
e. Pengembangan wisata potensial ramah lingkungan dan ramah budaya;

f. Penataan lahan perkebunan dan lahan hutan;


g. Pengembangan pemanfaatan potensi perikanan dan kelautan sesuai potensi lestari;
h. Pengembangan kegiatan peternakan;

i. Pengembangan kegiatan sektor industridan perdaganganyang sesuai dengan potensi alam dan
sumber daya manusia; dan
j. Pengembangan Kawasan Strategis.

Gambar 2.8 Peta Rencana Struktur Ruang Kabupaten Pidie

Sumber : RTRW Pidie, Bappeda Pidie

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 19
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh

2.4.2 Strategi Penataan Ruang Kabupaten Pidie

Strategi pencapaian peningkatan akses serta peningkatan pelayanan jaringan prasarana ke seluruh
wilayah kabupaten Pidie meliputi:

a. Mengembangkan sarana dan prasarana transportasi;

b. Mengembangkan infrastruktur penghubung simpul kegiatan ekonomi produksi;


c. Meningkatkan status dan kualitas jalan;
d. Meningkatkan tipe terminal selaras hirarki kota;
e. Mengaktifkan transportasi kereta api secara terpadu;

f. Menyediakan energi dan telekomunikasi;


g. Menyediakan jaringan prasarana sumber daya air;

h. Mengembangkan jaringan irigasi dan jaringan pengairan lainnya;

i. Menyediakan sarana prasarana persampahan dan meningkatkan sistem pengelolaan; dst.

Gambar 2.9 Peta Rencana Kawasan Strategis Kabupaten Pidie

Sumber : RTRW Pidie, Bappeda Pidie

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 20
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh

2.4.3 Sistem Jaringan Transportasi Laut


Sistem jaringan transportasi laut, meliputi:
a. tatanan kepelabuhanan; dan
b. alur pelayaran.
Tatanan kepelabuhanan, terdiri atas:
 Pelabuhan Rakyat:
1) Pelabuhan Ujong Pie Kecamatan Muara Tiga; dan
2) Pelabuhan Jeumerang di Kecamatan Kembang Tanjong.
 Terminal khusus sebagai pelabuhan pengangkutan semen di Gampong Cot Kecamatan Muara Tiga.
Alur pelayaran yaitu rencana alur pelayaran regional terdiri atas :
1) Pidie – Banda Aceh;
2) Pidie – Sabang; dan
3) Pidie – Pidie Jaya – Langsa

2.5 RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA BANDA ACEH


Qanun Kota Banda Aceh Nomor 4 Tahun 2009, Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Banda Aceh
Tahun 2009 – 2029.

2.5.1 Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Kota Banda Aceh


1) Kebijakan pengembangan struktur ruang kota meliputi:
a. peningkatan pelayanan Kota secara merata dan berhirarki;
b. peningkatan kapasitas dan kualitas jaringan prasarana kota secara merata ke seluruh wilayah Kota
2) Strategi Peningkatan pelayanan kota secara merata dan berhirarki meliputi :
a. mengembangkan Pusat Lingkungan pada kawasan-kawasan yang aman dari kemungkinan bencana
di bagian selatan Kota;
b. Mengembangkan PK Lama dan PK Baru;
c. Mengembangkan SPK untuk mendukung pelayanan perkotaan pusat Kota ganda
3) Strategi Peningkatan kapasitas dan kualitas jaringan prasarana kota secara merata ke seluruh wilayah
Kota meliputi :
a. mengembangkan jaringan prasarana transportasi ke Pusat Lingkungan;
b. mengembangkan jaringan Jalan Arteri Primer dan Jalan Arteri Sekunder untuk meningkatkan
aksesibilitas Kota dari kawasan sekitar;
c. meningkatkan kapasitas pelayanan air bersih pada kawasan yang sudah terlayani dan
mengembangkan jaringan prasarana air bersih pada kawasan yang didorong perkembangannya di
bagian selatan;

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 21
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh
d. mengembangkan jaringan prasarana telekomunikasi pada kawasan yang didorong perkembangan
nya di bagian selatan; dan
e. meningkatkan kapasitas pelayanan jaringan listrik di seluruh wilayah Kota;

Gambar 2.10 Peta Rencana Struktur Ruang Kota Banda Aceh Tahun 2029

Sumber : RTRW Kota Banda Aceh, 2009

2.5.2 Kebijakan dan Strategi Pengembangan Pola Ruang Kota


1) Kebijakan pengembangan pola ruang kota meliputi :
a. kebijakan pengembangan kawasan lindung; dan
b. kebijakan pengembangan kawasan budidaya
2) Kebijakan pengembangan kawasan lindung meliputi :
a. pelestarian fungsi lingkungan hidup dan keberlanjutan pembangunan Kota dalam jangka panjang;
b. penetapan kawasan perlindungan setempat, RTH, kawasan cagar budaya dan kawasan rawan
bencana
3) Kebijakan pengembangan kawasan budidaya meliputi :
a. perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antar kegiatan budidaya;dan
b. pengendalian perkembangan kegiatan budi daya agar tidak melampaui daya dukung dan daya
tampung lingkungan;

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 22
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh
Gambar 2.11 Peta Rencana Pola Ruang Kota Banda Aceh Tahun 2029

Sumber : RTRW Kota Banda Aceh, 2009

2.5.3 Kebijakan dan Strategi Pengembangan Kawasan Strategis Kota


1) Kebijakan pengembangan kawasan budidaya strategis Kota meliputi :
a. pengembangan dan peningkatan fungsi kota dalam pengembangan perekonomian Kota yang
produktif, efisien, dan mampu bersaing dalam perekonomian nasional dan regional;
b. pelestarian nilai-nilai budaya dan sejarah;dan
c. pengembangan kawasan baru yang didorong perkembangannya.
2) Strategi Pengembangan dan peningkatan fungsi kota dalam pengembangan perekonomian Kota yang
produktif, efisien, dan mampu bersaing dalam perekonomian nasional dan regional meliputi :
a. mengembangkan kegiatan-kegiatan ekonomi berdasarkan prospek pengembangan dan daya
dukung lahan serta sektor ekonomi unggulan sebagai penggerak utama pengembangan wilayah
Kota;
b. menciptakan iklim investasi yang kondusif;
c. mengelola dampak negatif kegiatan perkotaan agar tidak menurunkan kualitas lingkungan hidup
dan efisiensi kawasan;
d. mengintensifkan promosi peluang investasi; dan
e. meningkatkan pelayanan prasarana dan sarana penunjang kegiatan ekonomi Kota.
3) Strategi Pelestarian nilai nilai budaya dan sejarah meliputi :

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 23
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh
a. melestarikan situs warisan budaya Aceh:
b. pemetaan, penataan dan revitalisasi kawasan-kawasan wisata budaya dan spritual yang merupakan
peninggalan budaya Aceh;
c. mendorong pengembangan kawasan wisata dan sejarah; dan
d. mengembangkan kegiatan pariwisata budaya dan sejarah.
4) Strategi Pengembangan kawasan baru yang didorong perkembangannya meliputi :
a. menetapkan kawasan-kawasan yang akan didorong perkembangannya di bagian selatan Kota;
b. mengembangkan kawasan pengembangan baru berdasarkan prospek pengembangan dan daya
dukung lahan serta kegiatan budi daya unggulan sebagai penggerak utama pengembangan wilayah
Kota;
c. mengembangkan dan meningkatkan aksesibilitas antara kawasan PK Lama dengan kawasan baru;
d. mengembangkan prasarana dan sarana penunjang kegiatan sosial ekonomi masyarakat;

2.5.4 Rencana Jaringan Jalan


Jalan raya utama yang berfungsi sebagai Arteri Primer meliputi :
a. Jalan Lingkar Selatan, dengan lintasan yang dimulai dari Simpang Lamteumen (Dodik) – Jl.
Soekarno Hatta menuju ke arah Lambaro (Kabupaten Aceh Besar) - Lamgugob – Krueng Cut;
b. Jalan Lingkar Utara, dengan lintasan yang dimulai dari Simpang Lamteumen (Dodik) - Jl. Tgk
Abdurahman Meunasah Meucab - Lampoh Daya – Lamjame – Ulee Pata – Uleu Lheue – Deah
Glumpang – Deah Baro – Alue Deah Teungoh - Gampong Pande – Gampong Jawa – Lampulo –
Lamdingin - Lambaro Skep – Tibang – Krueng Cut;

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 24
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh
Gambar 2.12 Peta Rencana Kawasan Strategis Kota Banda Aceh Tahun 2029

Sumber : RTRW Kota Banda Aceh, 2009

2.5.5 Rencana Pengembangan Sistem Transportasi Laut


1) Rencana pengembangan pelabuhan meliputi pelabuhan penyeberangan penumpang, dan pelabuhan
perikanan;
2) Pelabuhan penyeberangan penumpang melayani pelayaran lokal, regional dan internasional
dikembangkan pada pelabuhan penyeberangan Ulee Lheue;
3) Pelabuhan perikanan berupa pelabuhan perikanan samudera diarahkan pada kawasan Lampulo,
sedangkan pelabuhan pendaratan ikan diarahkan pada kawasan Ulee Lheue, Lampulo dan Alue Naga.
2.5.6 Sistem Transportasi Sungai
1) Sistem transportasi sungai dikembangkan untuk transportasi umum, transportasi barang dan
transportasi wisata.
2) Pengembangan jaringan transportasi sungai dilaksanakan di sepanjang Krueng Aceh, Krueng Cut,
Krueng Daroy, Krueng Doy, Krueng Neng, Krueng Lueng Paga dan Krueng Titi Panjang.
3) Untuk mendukung pengembangan sistem jaringan transportasi sungai, maka dibangun terminal/
dermaga di Peunayong, Gampong Jawa, dan Beurawe.

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 25
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh
2.6 RENCANA INDUK PELABUHAN NASIONAL (RIPN)

Rencana Induk Pelabuhan Nasional merupakan pedoman dalam penetapan lokasi, pembangunan,
pengoperasian, pengembangan pelabuhan, dan penyusunan Rencana Induk Pelabuhan. Setiap pelabuhan
wajib mempunyai rencana induk pelabuhan yang didalamnya termasuk rencana penggunaan wilayah
daratan dan perairan. Rencana induk pelabuhan harus disiapkan dengan jangka waktu yang berbeda
yaitu jangka panjang rentan waktu 15 – 20 tahun, menengah dengan rentan waktu 10-15 tahun dan
jangka pendek dengan waktu 5-10 tahun. Penyusunan rencana induk pelabuhan harus berdasarkan :
a) Rencana Induk Pelabuhan Nasional;
b) Rencana tata ruang propinsi;
c) Rencana tata ruang kabupaten/kota;
d) Keserasian dan keseimbangan dengan kegiatan yang terkait di pelabuhan;
e) Kelaikan tehnis ekonomis dan lingkungan hidup;
f) Keamanan dan keselamatan lalu lintas kapal dari dan ke pelabuhan.
Berdasarkan Kepmen Perhubungan No. KP 414 tahun 2013 tentang Penetapan Rencana Induk Pelabuhan
Nasional pengembangan Pelabuhan Malahayati sudah terdapat dalam Dokumen Rencana Induk
Pelabuhan Nasional tahun 2013. Dalam dokumen tersebut Pelabuhan Malahayati direncanakan kedepan
sebagai Pelabuhan Pengumpul. Adapun perencanaan Pelabuhan Malahayati dan sekitarnya berdasarkan
Hierarki Pelabuhan disajikan pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Hierarki Pelabuhan di Kabupaten Aceh Besar, Kota Banda Aceh, Kota Sabang dan
Kabupaten Pidie
No Kabupaten Nama Hierarki Pelabuhan
Ket.
. /Kota Pelabuhan 2011 2015 2020 2030
1. Aceh Besar Malahayati Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul
Pengumpan Pengumpan Pengumpan Pengumpan
2. Aceh Besar Meulingge
Lokal Lokal Lokal Lokal
3. Banda Aceh Ulee Lheue Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul
4. Sabang Sabang Utama Utama Utama Utama
Pengumpan Pengumpan Pengumpan Pengumpan
5. Pidie Sigli
Lokal Lokal Lokal Lokal
Pengumpan Pengumpan Pengumpan Pengumpan
6. Pidie Laweung
Lokal Lokal Lokal Lokal

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 26
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh
2.7 RENCANA INDUK PELABUHAN ACEH

Pada awal tahun 2015 telah disusun RIP Aceh oleh Dinas Perhubungan, Komunikasi, Informasi dan
Telamatika Aceh.

2.7.1 Latar Belakang


Pengembangan pelabuhan di Aceh dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Aceh berpedoman pada suatu
tatanan kepelabuhanan yang secara hirarkhi dan terorganisasi dalam beberapa zona pengembangan
transportasi. Zona transportasi ini terbagi atas empat wilayah : Zona Pusat, Zona Utara - Timur, Zona
Barat, dan Zona Tenggara Selatan. Setiap zona diarahkan menjadikan Pelabuhan sebagai titik simpul
jaringan yang akan menjembatani ke simpul transportasi di luar Aceh (skala regional, nasional dan
internasional).
Dalam kenyataannya, potensi pendayagunaan pelabuhan di Aceh belum termaksimalkan. Persoalan
mendasar yang terjadi adalah keberadaan pengembangan jaringan transportasi laut yang belum
terencana dan terpadu dan didukung dengan pengembangan moda transportasi lainnya. Demikian juga
pengembangan wilayah seharusnya juga ikut didukung oleh keberadaan pelabuhan-pelabuhan besar
yang ada di Aceh sehingga keberadaan efektifitas pelabuhan-pelabuhan ini masih berjalan terpisah
dengan pembangunan wilayah.
Pembangunan yang dilaksanakan masih dijalankan secara terpisah diakibatkan berbagai persoalan
kelembagaan dan kewenangannya, pendanaan dan visi yang berbeda-beda di tiap daerah.
Mendasari persoalan diatas, Dinas Perhubungan, Komunikasi, Informasi dan Telamatika Aceh bermaksud
menyiapkan suatu pedoman yang dapat menjadi arah pengembangan pelabuhan Aceh sampai dengan
tahun 2035. Didalam Rencana Induk Pelabuhan Aceh terdapat prediksi arus bongkat muat di pelabuhan
sesuai dengan potensi hinterland masing-masing pelabuhan, kebutuhan pengembangan fisik pelabuhan,
kebutuhan investasi dan kebijakan serta strategi guna mendukung pengembangan dan pemantapan
pelabuhan di Aceh.

2.7.2 Konsep Tatanan Kepelabuhan Aceh 2035

Tatanan Kepelabuhan Aceh merupakan suatu sistem kepelabuhan yang memuat peran, fungsi, jenis,
hierarki pelabuhan, Rencana Induk Pelabuhan Aceh dan lokasi pelabuhan serta keterpaduan intra dan
antar moda serta keterpaduan dengan sektor lainnya. Rencana Induk Pelabuhan Aceh merupakan
pengaturan ruang kepelabuhanan Aceh yang memuat tentang kebijakan pelabuhan, rencana lokasi dan
hierarki pelabuhan yang merupakan pedoman dalam penetapan lokasi, pembangunan, pengoperasian,
dan pengembangan pelabuhan.

Adapun berbagai arah pengembangan jaringan prasarana transportasi laut wilayah Aceh berdasarkan
zona pengembangan, seperti:

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 27
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh
1. Zona Pusat
Pengembangan dan pemantapan pelabuhan-pelabuhan laut:
 Pelabuhan Sabang, sebagai pelabuhan utama hub internasional, sebagai prasarana pendukung
terkait dengan fungsi PKSN Sabang. Pelabuhan Sabang juga sebagai pintu masuk kegiatan
ekspor/impor dan angkutan dalam negeri dari/ke zona pusat serta melayani kegiatan alih muat
muatan General Cargo & Peti Kemas dalam jumlah besar, dan sebagai tempat asal tujuan barang
yang terintegerasi dengan Pelabuhan Malahayati (KAPET Bandar Aceh Darusallam) serta
berfungsi sebagai pertahanan dan keamanan Nasional.
 Pelabuhan Malahayati, Kab. Aceh Besar sebagai pelabuhan yang mendukung PKNp Banda
Aceh, dengan fungsi sebagai pelabuhan pengumpul, yang melayani kegiatan ekspor/impor dan
angkutan dalam negeri dari/ke zona pusat serta melayani kegiatan alih muat muatan Curah
Kering selain General Cargo & Peti Kemas dalam jumlah besar, dan sebagai tempat asal tujuan
barang yang terintegrasi dengan Pel. Sabang (KAPET Bandar Aceh Darussalam).
2. Zona Utara-Timur
Pengembangan dan pemantapan pelabuhan-pelabuhan laut:
 Pelabuhan Krueng Geukeuh, Kab. Aceh Utara sebagai pelabuhan yang mendukung PKN
Lhokseumawe. Pelabuhan Krueng Geukueh ditetapkan dengan fungsi sebagai pelabuhan
pengumpul (2015) dan pengembangan sebagai Pelabuhan Utama Tahun 2020, yang melayani
kegiatan ekspor/impor dan angkutan dalam negeri dari/ke zona barat serta melayani kegiatan
alih muat muatan Peti Kemas, General Cargo, Curah Kering & Curah Cair (CPO) dalam jumlah
besar, dan sebagai tempat asal tujuan barang dalam rangka mendukung program MP3EI.
 Pelabuhan Kuala Langsa, Kota Langsa sebagai pelabuhan yang mendukung PKW Langsa, dengan
fungsi sebagai Pelabuhan Pengumpul (2015) dan Pemantapan sebagai Pelabuhan Pengumpul,
yang melayani kegiatan angkutan laut dalam negeri/antarprovinsi, alih muat angkutan General
Cargo & Curah Cair (CPO) dalam jumlah menengah, dan sebagai tempat asal tujuan barang.
 Pelabuhan Idi, Kab. Aceh Timur sebagai pelabuhan yang mendukung PKL Idi Rayeuk, dengan
fungsi sebagai Pelabuhan Pengumpan Regional, yang melayani kegiatan angkutan laut dalam
provinsi, alih muat angkutan General Cargo dalam jumlah terbatas dan pengumpan bagi
pelabuhan utama dan pelabuhan pengumpul.
3. Zona Barat
Pengembangan dan pemantapan pelabuhan-pelabuhan laut:
 Pelabuhan Meulaboh, Kab. Aceh Barat sebagai pelabuhan yang mendukung PKW Meulaboh,
dengan fungsi sebagai Pelabuhan Pengumpul (2015) dan peningkatan status menjadi Pelabuhan
Utama (2025), yang melayani kegiatan ekspor/impor dan angkutan dalam negeri dari/ke zona
barat serta melayani kegiatan alih muat muatan General Cargo, Curah Kering & Curah Cair (CPO)
dalam jumlah besar, dan sebagai tempat asal tujuan barang.

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 28
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh
 Pelabuhan Calang, Kota Aceh Jaya sebagai pelabuhan yang mendukung PKL Calang, dengan
fungsi sebagai Pelabuhan Pengumpan Regional (2015) dengan peningkatan status menjadi
pelabuhan pengumpul (2025), yang melayani kegiatan angkutan laut dalam negeri/antarprovinsi,
alih muat angkutan dalam jumlah menengah, dan sebagai tempat asal tujuan barang.
Mendukung fungsi Pelabuhan Meulaboh sebagai Pelabuhan Pengumpul (2015) dan peningkatan
status menjadi Pelabuhan Meulaboh menjadi Pelabuhan Utama (2025).
4. Zona Selatan-Tenggara
Pengembangan dan pemantapan pelabuhan-pelabuhan laut:
 Pelabuhan Singkil, Kab. Singkil sebagai pelabuhan yang mendukung PKL Singkil, dan juga PKWp
Subulussalam, dengan fungsi sebagai Pelabuhan Pengumpan Regional (2015) dengan
peningkatan status menjadi Pelabuhan Pengumpul (2020), dan Pelabuhan Utama (2035) yang
melayani kegiatan ekspor/impor dan angkutan dalam negeri dari/ke zona selatan tenggara serta
melayani kegiatan alih muat muatan General Cargo & Curah Cair (CPO) dalam jumlah besar, dan
sebagai tempat asal tujuan barang. Pelabuhan P. Banyak, P. Sarok & Gosong Telaga sebagai
Pelabuhan Pengumpan Lokal.
 Pelabuhan Tapak Tuan, Kab. Aceh Selatan sebagai pelabuhan yang mendukung PKL Tapaktuan,
dengan fungsi sebagai Pelabuhan Pengumpan Regional yang melayani kegiatan angkutan laut
dalam negeri/antarprovinsi, alih muat angkutan General Cargo & Curah Kering dalam jumlah
menengah, dan sebagai tempat asal tujuan barang. Pelabuhan Sibade dijadikan sebagai
Pelabuhan Pengumpan Lokal untuk mendukung pelabuhan ini.
 Pelabuhan Susoh/Teluk Surin, Kab. Aceh Barat Daya sebagai pelabuhan yang mendukung PKWp
Blangpidie, dengan fungsi sebagai Pelabuhan Pengumpan Regional (2015) dengan peningkatan
status pelabuhan Pengumpul (2025), yang melayani kegiatan angkutan laut dalam provinsi, alih
muat angkutan General Cargo dalam jumlah terbatas. Pengembangan fungsi sebagai pelayanan
Curah Cair (CPO).
 Pelabuhan Sinabang, Kab. Simeulue sebagai pelabuhan yang mendukung PKL Sinabang, dengan
fungsi sebagai Pelabuhan Pengumpan Regional, yang melayani kegiatan angkutan laut dalam
provinsi, alih muat angkutan General Cargo dalam jumlah terbatas dan pengumpan bagi
pelabuhan utama dan pelabuhan pengumpul serta membuka wilayah yang terisolasi.

2.7.3 Prediksi Demand Pelabuhan Malahayati


 Prediksi demand Pelabuhan Malahayati dengan daerah hinterland Kota Banda Aceh, Kabupaten
Aceh Besar dan Kabupaten Pidie disajikan pada tabel berikut.
 Kabupaten Aceh Besar dan Kota Banda Aceh memberikan suplus pada produksi pertanian
terutama ubi jalar, padi dan buah-buhan. Produksi perkebunan seperti kemiri, kelapa, cengkeh,
pinang dan kopi, sampai dengan tahun rencana mampu memberikan surplus sebagai daerah
hinterland Pelabuhan Malahayati. Perikanan dan peternakan berupa produksi unggas, kambing
dan telur mampu memberikan surplus pada Tahun 2035.

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 29
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh
 Kabupaten Pidie memberikan suplus pada produksi pertanian berupa padi dan buah-buhan.
Untuk kacang kedelai akan memberikan surplus pada Tahun 2025. Produksi perkebunan seperti
kelapa, pinang, kopi, kakao sampai dengan tahun rencana mampu memberikan surplus sebagai
daerah hinterland Pelabuhan Malahayati. Produksi perikanan dan peternakan berupa telur
mampu memberikan surplus untuk kabupaten ini.
 Dari total prediksi volume bongkar muat daerah hinterland Pelabuhan Malahayati terlihat daerah
hinterland memiliki produk unggulan berupa ubi jalar, kemiri, padi, kelapa, cengkeh, pinang,
kopi, telur, kakao, serta buah. Produksi pertanian seperti kacang kedelai dan tomat akan
memberikan surplus pada Tahun 2030 ke atas. Perikanan baru akan memberikan suplus pada
Tahun 2030. Produk perkebunan seperti kopi, kakao menjadi surplus yang disumbangkan oleh
Kabupaten Pidie.
 Untuk lebih jelasnya mengenai total prediksi volume surplus daerah hinterland Pelabuhan
Malahayati dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut ini :

Tabel 2.2 Prediksi Volume Surplus daerah Hinterland Pelabuhan Malahayati menurut RIP Aceh
Volume (Ton)
No Komoditas
Tahun 2015 Tahun 2020 Tahun 2025 Tahun 2030 Tahun 2035 Tahun 2040 Tahun 2045
1 Ubi Kayu -2.759,11 -5.548,97 -8.235,70 -10.889,01 -13.529,24 -16.218,07 -18.955,59
2 Ubi Jalar 156,40 371,73 720,10 1.127,17 1.732,19 2.449,38 3.453,99
3 Kacang Panjang -1.457,78 -1.794,28 -2.088,09 -2.453,16 -2.759,09 -3.134,67 -3.428,09
4 Kemiri 840,27 636,00 711,09 468,81 488,48 207,13 172,02
5 Kacang Hijau -5.996,97 -6.717,20 -7.325,40 -8.046,90 -8.468,53 -9.000,47 -8.885,87
6 Kacang Kedelai -7.181,72 -7.035,81 -5.770,32 -3.829,70 652,76 6.559,62 17.217,58
7 Kacang Tanah -7.774,28 -8.826,80 -9.849,68 -10.958,05 -11.959,67 -13.017,61 -13.818,36
8 Padi 433.627,32 419.096,53 406.279,69 377.493,07 350.783,19 309.069,88 270.581,59
9 Jagung -10.240,61 -11.318,83 -12.097,26 -12.727,22 -12.663,83 -12.103,82 -10.162,29
10 Kelapa 14.199,53 15.201,75 18.614,15 20.479,11 25.469,10 28.401,23 35.208,96
11 Cengkih 336,64 267,81 284,39 225,53 224,71 177,62 170,26
12 Pinang 2.044,49 1.975,13 2.143,67 2.130,17 2.355,69 2.404,26 2.704,74
13 Tomat -760,22 -612,96 -158,82 643,62 2.131,40 4.443,20 8.231,58
14 Cabe Merah 1.868,35 846,52 -9,16 -791,82 -1.479,44 -2.137,78 -2.746,51
15 Kopi 1.951,72 1.805,10 2.146,79 1.964,88 2.263,78 2.045,50 2.301,82
16 Bawang Merah -1.883,13 -2.416,97 -2.932,79 -3.462,70 -3.993,21 -4.552,65 -5.121,13
17 Ikan -9.979,97 -7.602,28 -3.695,67 2.308,73 11.151,81 23.794,22 41.477,61
18 Unggas -2.356,11 -2.215,53 -1.829,41 -1.059,37 299,50 2.550,04 6.139,55
19 Kambing -3.134,21 -3.341,99 -3.462,08 -3.433,66 -3.168,45 -2.539,21 -1.363,30
20 Sapi -2.374,45 -2.861,97 -3.387,92 -3.957,17 -4.573,27 -5.238,75 -5.955,48
21 Telur 2.493,61 3.173,43 4.036,20 5.130,83 6.519,24 8.279,82 10.511,78
22 Kakao 3.636,28 5.562,70 9.931,82 13.988,96 21.884,77 27.799,89 38.138,23
23 Pala -196,10 -234,10 -254,25 -298,39 -324,35 -373,83 -403,46
24 Buah 37.994,90 49.250,23 63.742,22 82.371,54 106.272,96 136.873,21 175.963,18
Total Bongkar -56.094,65 -60.527,71 -61.096,57 -61.907,15 -62.919,09 -68.316,86 -70.840,09
Total Muat 499.149,50 498.186,92 508.610,12 508.332,42 532.229,56 555.054,99 612.272,88
Total 555.244,15 558.714,63 569.706,69 570.239,57 595.148,65 623.371,85 683.112,97
Ket: Bongkar
Muat

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 30
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh

Gambar 2.13 : Total Prediksi Volume Surplus Daerah Hinterland Pelabuhan Malahayati

700000
600000
Total Potensi (ton)
500000
400000
Bongkar
300000
Muat
200000
Total
100000
0
-100000 2015 2020 2025 2030 2035 2040 2045
Tahun

Sumber : RIP Aceh


2.7.4 Lokasi Pelabuhan
Lokasi pelabuhan merupakan wilayah daratan dan perairan tertentu yang meliputi Daerah Lingkungan
Kerja Pelabuhan (DLkr) dan daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan (DLKp).

Pembangunan, pengoperasian dan pengembangan pelabuhan di Aceh hanya dapat dilakukan


berdasarkan Rencana Induk Pelabuhan Aceh dan Rencana Induk Setiap Pelabuhan.
Untuk lebih jelasnya mengenai lokasi masing-masing pelabuhan dapat dilihat pada Tabel dan Gambar
berikut.
Tabel 2.3 : Lokasi Pelabuhan Laut Aceh dalam RIP Aceh
No. Kabupaten/Kota Nama Pelabuhan Posisi (Koordinat)
ZONA PUSAT
1 Sabang Sabang 05° 53' 00” LU / 95°19' 00” BT
2 Aceh Besar Malahayati 05° 35' 50” LU / 95°30' 35” BT
ZONA UTARA - TIMUR
3 Aceh Utara Krueng Geukueh 05° 10' 15” LU / 97° 09' 27” BT
4 Aceh Timur Idi 04° 58’ 00” LU. 97° 47’ 05” BT
5 Langsa Kuala Langsa 04° 31’ 24” LU. 98° 10’ 05.33” BT
ZONA BARAT
6 Aceh Jaya Calang 04° 37’ 18” LU, 95° 34’15” BT
7 Aceh Barat Meulaboh 04° 07’ 64’’ LU, 96° 07’92’’ BT
ZONA TENGGARA-SELATAN
8 Aceh Barat Daya Susoh/Teluk Surin 03°43’ 00” LU, 96° 48’ 38” BT
9 Aceh Selatan Tapaktuan 03° 15’00” LU, 97° 11’ 00” BT
10 Aceh Singkil Singkil 02° 15’ 03’’ LU, 97° 48’ 00’’ BT
11 Simeulue Sinabang 03° 01’ 00” LU, 96° 41’ 00’’ BT

Sumber : RIP Aceh 2014

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 31
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh

Gambar 2.14 Peta Lokasi Pelabuhan Laut Aceh dalam RIP Aceh

Sumber : RIP Aceh 2014

Sumber : RIP Aceh 2014

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 32
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh

Tabel 2.4 Rencana Pengembangan Fasilitas Pelabuhan Malahayati Hasil Studi RIP Aceh 2014

Rencana Pengembangan Fasilitas Pelabuhan


Jenis Fasilitas & Alat Satuan Eksisting Jangka Jangka Jangka
Pendek Menengah Panjang
(2015-2020) (2020-2025) (2025-2035)
1 Panjang dermaga m' 380x16 0 0 0
2 Gudang Cargo m2 0 0 0 0
3
Lapangan Penumpukan m2 23,991 0 0 0
4 Luas lahan parkir truk m2 0 0 0 0

5 Container Yard CY m2 6,980 0 0 0


6 Container Freight Station CFS m2 800 3000 700 800
7 REACH STACKER. 45 ton unit 1 1 0 0
8 TRANSTAINER 45 TON 0 1 0 0
9 MOBIL CRANE 45 ton unit 1 2 0 0
10 MOBIL CRANE 25 ton unit 1 1 0 0
11 FORKLIFT 7 ton unit 2 1 0 0
12 FORKLIFT. 5 ton unit 6 0 0 0
13 FORKLIFT. 3 ton unit 5 0 0 1
14 Trailer unit 4 1 0 1
15 Terminal Curah Kering unit 1
Pengembangan Tambahan
16
Pengembangan Container Yard m2 7,500 7,500
17 Pengadaan Jembatan Timbang unit 1
18 Pengadaan Container Port Crane 1
19
Pelebaran Dermaga m2 2,280
20
Pengerukan Kolam Pelabuhan m3 60,000
24
Pengembangan Lahan Parkir Truk m2 2,500
21 Water & Bunkering Service LOT 1 1
22 SPBU m2 600 600
23 Utilitas (Air, Listrik, Telepon) LOT 1 1
Navigation Aids and Port Safety
Pacit
25 Suplay and Instalation of 1 1
Nafigation Aids Ls
26 Management Information System 1
(MIS) unit
27 Closed Circuit TV (CCTV) unit 1

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 33
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh

2.8 PELABUHAN PENDUKUNG TOL LAUT

Pelabuhan Strategis Pendukung Tol Laut terdiri dari 24 Pelabuhan terdiri dari 5 Pelabuhan Hub :
Belawan/Kuala Tanjung, Tanjung Priok/Kali Baru, Tanjung Perak, Makassar dan Teluk Bintuni/Sorong dan
19 Pelabuhan Feeder : Malahayati, Batu Ampar Batam, Teluk Bayur, Jambi, Palembang, Panjang,
Tanjung Emas Semarang, Pontianak, Sampit, Banjarmasin, Kariangau Balikpapan, Palaran Samarinda,
Pantoloan, Kendari, Tenau Kupang, Ternate, Ambon, .Sorong, dan .Jayapura

Gambar 2.15 Pelabuhan Strategis Prndukung Tol Laut sesuai RPJMN Bappenas.

Sumber : RPJMN Bappenas

Dari Kajian Pengembangan marine highway atau tol laut di Indonesia dan potensi pergerakan barangnya
tahun 2014 oleh Badan Penelitian dan Pengembangan, Pusat Penelitian dan Pengembangan
Perhubungan Laut, Kementerian Perhubungan disampaikan 2 skenario :

Pada Skenario I, Pelabuhan Sabang/Malahayati dan Belawan merupakan hinterland bagi Pelabuhan
Kuala Tanjung. Pelabuhan Dumai, Palembang, dan Pelabuhan Pontianak, merupakan hinterland
Pelabuhan Batam. Pelabuhan Teluk Bayur, Banten, Cilacap, dan Pelabuhan Panjang, merupakan
hinterland Pelabuhan Tanjung Priok. Pelabuhan Sampit, Tanjung Emas, dan Pelabuhan Benoa,
merupakan hinterland Pelabuhan Tanjung Perak. Pelabuhan Donggala atau Pantoloan dan Pelabuhan
Balikpapan, merupakan hinterland Pelabuhan Makassar untuk pergerakan pintu barat dan Pelabuhan

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 34
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh
Donggala atau Pantoloan akan menjadi hinterland Pelabuhan Bitung untuk pergerakan pintu timur.
Pelabuhan Ternate, Ambon, Merauke, Sorong, dan Pelabuhan Jayapura, merupakan hinterland
Pelabuhan Bitung.

Skenario II, Pelabuhan Sabang/Malahayati dan Belawan merupakan hinterland bagi Pelabuhan Kuala
Tanjung. Pelabuhan Dumai, Palembang, dan Pelabuhan Pontianak, merupakan hinterland Pelabuhan
Batam. Pelabuhan Teluk Bayur, Banten, Cilacap, dan Pelabuhan Panjang, merupakan hinterland
Pelabuhan Tanjung Priok. Pelabuhan Sampit, Tanjung Emas, dan Pelabuhan Benoa, merupakan
hinterland Pelabuhan Tanjung Perak. Pelabuhan Donggala atau Pantoloan dan Pelabuhan Balikpapan,
merupakan hinterland Pelabuhan Makassar. Pelabuhan Bitung, Ternate, Ambon, Merauke, dan
Pelabuhan Jayapura, merupakan hinterland Pelabuhan Sorong. Diagram hasil penyusunan tiap rute,
dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 2.16 Jalur tol laut scenario I dan Skenario II sesuai


Studi Puslitbang Laut, 2014, Kementerian Perhubungan

Skenario

II Skenario I

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 35
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh
3 GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

3.1. PROVINSI ACEH

3.1.1. Letak Dan Administratif Wilayah

Provinsi Aceh merupakan provinsi paling barat di Pulau Sumatera yang terletak pada titik koordinat
antara 01° 58' 37,2" — 06° 04' 33,6" Lintang Utara dan 94 ° 57' 57,6" — 98° 17' 13,2" Bujur Timur
dengan ketinggian rata-rata 125 meter di atas permukaan laut .
Gambar 3.1. Peta Administrasi Provinsi Aceh

Sumber : RTRW Provinsi Aceh


Batas-batas wilayah Provinsi Aceh, sebelah Utara dan Timur berbatasan dengan Selat Malaka, sebelah
Selatan dengan Provinsi Sumatera Utara dan sebelah Barat dengan Samudera Indonesia. Satu -satunya
hubungan darat hanyalah dengan Provinsi Sumatera Utara, sehingga memiliki ketergantungan yang
cukup tinggi dengan Provinsi Sumatera Utara.

Luas Provinsi Aceh 5.677.081 ha, dengan hutan sebagai lahan terluas yang mencapai 2.270.080 ha,
diikuti lahan perkebunan rakyat seluas 800.401 ha. Sedangkan lahan industri mempunyai luas terkecil
yaitu 3.928 ha.

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 36
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh
Lokasi suaka alam/objek wisata alam di Provinsi Aceh ada di sembilan lokasi, yaitu Taman Buru Linge
Isaq, Cagar Alam Serbajadi, Taman Nasional Gunung Leuser, Taman Wisata dan Taman Laut Pulau
Weh Sabang, Cagar Alam Jantho, Hutan untuk Latihan Gajah (PLG), Taman Wisata Laut Kepulauan
Banyak, dan Suaka Margasatwa Rawa Singkil.
Pada tahun 2013 Provinsi Aceh dibagi menjadi 18 Kabupaten dan 5 kota, terdiri dari 289 kecamatan,
761 mukim dan 6.464 gampong atau desa.

Tabel 3.1. Nama-Nama Ibu Kota Kabupaten/Kota, Jumlah Kecamatan, Mukim, Gampo/Desa
di Provinsi Aceh tahun 2013

Kabupaten /
Banyaknya
No Kota Ibukota
Gampong /
Kecamatan Mukim
Desa
1 Simeulue Sinabang 10 29 138
2 Aceh Singkil Singkil 11 16 116
3 Aceh Selatan Tapaktuan 18 43 260
4 Aceh Tenggara Kutacane 16 51 385
5 Aceh Timur Idi 24 53 511
6 Aceh Tengah Takengon 14 18 295
7 Aceh Barat Meulaboh 12 32 322
8 Aceh Besar Kota Jantho 23 68 604
9 Pidie Sigli 23 94 727
10 Bireuen Bireuen 17 75 609
11 Aceh Utara Lhoksukon 27 67 852
12 Aceh Barat Daya Blangpidie 9 20 132
13 Gayo Lues Blangkejeren 11 25 136
14 Aceh Tamiang Karang Baru 12 27 213
15 Nagan Raya Suka Makmue 10 30 222
16 Aceh Jaya Calang 9 21 172
Simpang Tiga
17 Bener Meriah 10 11 232
Redelong
18 Pidie Jaya Meureudu 8 34 222
19 Banda Aceh Banda Aceh 9 17 90
20 Sabang Sabang 2 7 18
21 Langsa Langsa 5 6 66
22 Lhokseumawe Lhokseumawe 4 9 68
23 Subulussalam Subulussalam 5 8 74
Jumlah 289 761 6464
Sumber : Provinsi Aceh Dalam Angka 2014

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 37
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh

3.1.2. Profil Demografi


Dari hasil sensus penduduk yang telah dilaksanakan, menunjukan bahwa jumlah penduduk Provinsi Aceh
setiap tahunnya terus bertambah, pada tahun 2013 jumlah penduduk Provinsi Aceh berjumlah 4.791.900
jiwa, dengan kepadatan penduduk di Provinsi Aceh tahun 2013 adalah 84 jiwa per km 2. Kepadatan
penduduk yang paling tinggi diantara Kabupaten/Kota se-Provinsi Aceh dengan tingkat kepadatan
penduduk sebesar 4.451 jiwa per km2 adalah pada Kota Banda Aceh.

Berikut adalah informasi tentang jumlah penduduk tahun 2009 - 2013 dan kepadatan pada tahun 2008 -
2013 seperti yang tersaji dibawah ini :
Tabel 3.2. Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota tahun 2009 – 2013 (jiwa)

Tahun
Kabupaten/Kota
2009 2010x 2011 2012 2013
1 2 3 4 5 6
1. Simeulue 82 344 80 674 82 521 82 762 83 173
2. Aceh Singkil 102 505 102 509 104 856 107 781 110 706
3. Aceh Selatan 215 315 202 251 206 881 208 002 210 071
4. Aceh Tenggara 177 024 179 010 183 108 184 150 186 083
5. Aceh Timur 340 728 360 475 368 728 380 876 393 135
6. Aceh Tengah 189 298 175 527 179 546 182 680 185 733
7. Aceh Barat 158 499 173 558 177 532 182 495 187 459
8. Aceh Besar 312 762 351 418 359 464 371 412 383 477
9. Pi d i e 386 053 379 108 387 787 393 225 398 446
10. Bireuen 359 032 389 288 398 201 406 083 413 817
11. Aceh Utara 532 537 529 751 541 878 549 370 556 556
12. Aceh Barat Daya 124 813 126 036 128 922 131 087 133 191
13. Gayo Lues 75 165 79 560 81 382 82 962 84 511
14. Aceh Tamiang 241 734 251 914 257 681 261 125 264 420
15. Nagan Raya 125 425 139 663 142 861 146 243 149 596
16. Aceh Jaya 82 904 76 782 78 540 82 172 85 908
17. Bener Meriah 114 464 122 277 125 076 128 538 131 999
18. Pidie Jaya 135 345 132 956 136 000 138 415 140 769
19. Banda Aceh 212 241 223 446 228 562 238 784 249 282
20. Sabang 29 184 30 653 31 355 31 782 32 191
21. Langsa 140 415 148 945 152 355 154 722 157 011
22. Lhokseumawe 159 239 171 163 175 082 178 561 181 976
23. Subulussalam 66 451 67 446 68 990 70 707 72 414
Jumlah 4 363 477 4 494 410 4 597 308 4 693 934 4 791 924
Sumber : Aceh Dalam Angka 2014

Tabel 3.3. Jumlah dan Kepadatan Penduduk per Kilometer Persegi Menurut Kabupaten/Kota
Tahun 2008 – 2013 (jiwa/km2)

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 38
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh

Tahun
No Kabupaten / Kota
2008 2009 2010 2011 2012 2013
1 Simeulue 40 40 44 45 45 46
2 Aceh Singkil 39 39 55 56 58 60
3 Aceh Selatan 55 56 48 49 50 50
4 Aceh Tenggara 42 42 42 43 44 45
5 Aceh Timur 55 56 66 67 70 72
6 Aceh Tengah 42 44 39 40 41 42
7 Aceh Barat 52 54 62 64 66 68
8 Aceh Besar 104 105 121 123 128 132
9 Pidie 133 135 119 122 124 126
10 Bireuen 188 189 216 221 226 230
11 Aceh Utara 160 165 196 201 204 207
12 Aceh Barat Daya 53 53 67 68 70 71
13 Gayo Lues 13 13 14 14 15 15
14 Aceh Tamiang 124 125 118 121 123 125
15 Nagan Raya 32 32 39 40 41 42
16 Aceh Jaya 20 22 19 20 21 22
17 Bener Meriah 59 60 64 66 68 69
18 Pidie Jaya 138 143 140 143 146 148
19 Banda Aceh 3551 3459 3978 4069 4251 4451
20 Sabang 191 191 251 256 260 264
21 Langsa 535 535 732 749 761 773
22 Lhokseumawe 877 879 1115 1141 1164 1189
23 Subulussalam 64 66 57 58 60 62
Provinsi Aceh 74 75 79 81 83 84
Sumber : Aceh Dalam Angka 2014
3.1.3. Profil Perekonomian
Kinerja perekonomian Aceh mencerminkan kondisi yang semakin membaik. Selama tiga tahun terakhir,
kondisi ekonomi Aceh tanpa memperhitungkan migas mencapai pertumbuhan positif dan terus menguat. Meski
masih di bawah capaian angka pertumbuhan nasional pada tahun 2013 yang mencapai 5,78 persen, ekonomi
Aceh tanpa migas telah tumbuh hingga mencapai 5,36 persen. Secara bersamaan, kinerja ekonomi Aceh
dengan migas juga menunjukkan pertumbuhan yang optimis selama tahun 2011-2013 yaitu dari 4,84
persen pada tahun 2011, lalu naik menjadi 5,14 persen pada tahun 2012 dan berlanjut sampai dengan
tahun 2013 hingga mencapai sebesar 4,18 persen.

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 39
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh
Gambar 3.2 Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000
Dengan Migas dan Tanpa Migas, 2010-2013

Sumber : Aceh Dalam Angka 2014

Nilai PDRB Aceh ADHB dengan migas pada tahun 2013 mencapai Rp 103.,05 triliun, meningkat sebesar Rp 7,97
triliun dibanding tahun 2012 atau Rp 15,52 triliun dibanding tahun 2011. Sedangkan tanpa migas, nilai PDRB Aceh
pada tahun 2013 mencapai nilai sebesar Rp 80,72 triliun, meningkat sebesar Rp 7,26 triliun dibanding tahun
sebelumnya atau sebesar Rp 14,72 triliun dibanding tahun 2011. Capaian ini mengindikasikan tren peningkatan
agregat ekonomi di Aceh selama tiga tahun terakhir.

Sementara itu, nilai PDRB Aceh AHDK 2000 dengan migas pada tahun 2013 mencapai Rp 38,01 triliun, meningkat
sebesar Rp 1,53 triliun dibanding tahun 2012 atau sebesar Rp 3,31 triliun dibanding tahun 2011. Sedangkan nilai
PDRB Aceh ADHK 2000 tanpa migas mencapai Rp 34,34 triliun, bertambah sebesar Rp 1,75 triliun dari sebesar Rp
32,59 triliun pada tahun 2012 atau bertambah sebesar Rp 3,61 triliun dari tahun 2011.
Struktur PDRB Aceh ADHB pada tahun 2013 dengan menyertakan m igas menunjukkan bahwa
dua sektor yang merupakan leading sektor bagi perekonomian Aceh ialah sektor pertanian yang
mencapai 27,22 persen dan sektor perdagangan, hotel dan restoran yaitu sebesar 17,66 persen. Sektor
dengan kontribusi terbesar ketiga dalam struktur perekonomian Aceh ialah sektor konstruksi yang
mencapai 11,67 persen.
Untuk penjelasan PDRB beradasarkan harga berlaku dan harga konstan di Provinsi Aceh tahun 2011 –
2013 (Milyar rupiah) dapat dilihat pada Tabel 3.4, Tabel 3.5 berikut :

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 40
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh
Tabel 3.4. PDRB Atas Harga Berlaku Berdasarkan Lapangan Usaha (Miiyar Rupiah)

No Lapangan Usaha Tahun

2011 2012 2013

1 Pertanian 24,030.61 26,105.06 28,052.07


2 Pertambangan dan Penggalian 9,811.66 9,944.56 9,850.80
a. Pertambangan Minyak dan Gas Bumi 8,816.11 8,837.65 8,614.39
b. Penggalian dan Penggaraman 995.55 1,106.92 1,236.41
3 Industri Pengolahan 7,872.80 8,355.69 8,347.56
a. Industri Migas 5,251.66 5,511.82 5,322.32
b. Industri Tanpa Migas 2,621.15 2,843.87 3,025.24
4 Listrik, Gas dan Air Minum 417.18 485.94 541.30
5 Konstruksi 9,556.90 10,750.49 12,021.15
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 14,442.64 16,180.52 18,202.54
7 Pengangkutan dan Komunikasi 9,204.44 10,128.79 11,169.40
8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 2,348.08 2,747.74 3,155.93
9 Jasa - Jasa 9,846.11 10,375.42 11,704.82

PDRB 87,530.42 95,074.22 103,045.56


PDRB Tanpa Migas 66,005.80 3,462.65 80,724.75

Sumber : Aceh Dalam Angka 2014

Tabel 3.5. PDRB Atas Dasar Harga Konstan Berdasarkan Lapangan Usaha
(Milyar Rupiah)

No Lapangan Usaha Tahun

2011 2012 2013

1 Pertanian 9,317.16 9,892.41 10,215.24


2 Pertambangan dan Penggalian 2,613.51 2,564.64 2,532.39
a. Pertambangan Minyak dan Gas
2,155.64 2,083.86 2,017.33
Bumi
b. Penggalian dan Penggaraman 457.87 480.78 515.06
3 Industri Pengolahan 3,549.83 3,594.35 3,467.71
a. Industri Migas 1,822.99 1,812.85 1,656.09
b. Industri Tanpa Migas 1,726.84 1,781.49 1,811.63
4 Listrik, Gas dan Air Minum 130.93 140.82 147.52
5 Konstruksi 2,500.73 2,669.27 2,865.02
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 7,069.94 7,568.94 8,107.75

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 41
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh
7 Pengangkutan dan Komunikasi 2,579.87 2,579.87 2,852.33
8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 660.99 707.57 755.56
9 Jasa - Jasa 6,282.72 6,625.04 7,069.54

PDRB 34,704.82 36,487.88 38,012.97


PDRB Tanpa Migas 30,726.19 32,591.17 34,339.55

Sumber : Aceh Dalam Angka 2014


3.1.4. Inflasi/Deflasi

Infrastruktur yang membaik serta distribusi barang dan jasa yang semakin lancar menjadikan
perkembangan harga berbagai komoditas di Aceh secara umum membaik. Seiring dengan
perkembangan inflasi di tingkat nasional, inflasi Aceh secara umum pada tahun 2013 naik menjadi 7,31
persen dari sebesar 0,22 persen pada tahun 2012. Capaian ini ditopang oleh meningkatnya inflasi di Kota
Lhokseumawe dari sebesar 0,39 persen menjadi sebesar 8,27 persen. Terlebih lagi, inflasi di Kota Banda
Aceh yang bergerak dari sebesar 0,06 persen pada tahun 2012 menjadi sebesar 6,39 persen pada tahun
2013.
Secara lebih rinci, kelompok bahan makanan dan transpor dan komunikasi merupakan penyumbang
inflasi tertinggi di Kota Banda Aceh, masing-masing yaitu sebesar 11,82 persen dan 10,85 persen.
Sedangkan di Kota Lhokseumawe, inflasi tertinggi terjadi pada kelompok bahan makanan sebesar
18,39 persen dan kelompok transpor dan komunikasi sebesar 10,81 persen.

Gambar 3.3 Inflasi/Deflasi Banda Aceh, Lhokseumawe, Aceh dan Nasional (Persen), 2012-2013

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 42
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh

Gambar 3.4. Grafik Laju Inflasi Indonesia dan Provinsi Aceh bulan April 2012-Maret 2013 (%)

Sumber : Aceh Dalam Angka 2014

3.1.5 Data Potensi Wilayah

3.1.5.1 Pertanian
Pada sektor pertanian, tahun 2013 tercatat luas areal panen padi sawah 411.455 ha, jumlah produksi
1.937.890 ton dan padi ladang 7.728 ha, jumlah produksi 19.049 ton. Untuk komoditas jagung luas areal
panen 44.099 ha dengan jumlah produksi 168.889 ton, Sedangkan untuk komoditas kedelai luas areal
panen 30.579 ha dengan jumlah produksi 44.029 ton, ubi kayu luas areal panen 2.725 ha dengan
produksi 35.043 ton.
Tabel 3.6. Luas Panen dan Produksi Pertanian Provinsi Aceh

No. Komoditi Luas Panen (Ha) Produksi (Ton)


1 Padi Sawah 411.455 1.937.890
2 Padi Ladang 7.728 19.049
3 Jagung 44.099 168.899
4 Kacang Tanah 3.118 3.804
5 Kedelai 30.576 44.029
6 Ubi Kayu 2.725 35.043
7 Ubi jalar 1.094 11.563
Sumber : Aceh Dalam Angka 2014

3.1.5.2 Kehutanan
Di sektor kehutanan tahun 2013, alokasi fungsi hutan terbagi atas hutan lindung seluas 1.790.256 ha,
hutan suaka alam dan pelestarian alam seluas 856.919 ha, hutan produksi tetap seluas 556.795 ha hutan

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 43
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh
produksi terbatas seluas 141.856 ha, hutan konversi seluas 15.442 ha dan areal penggunaan lainnya
seluas 2.323.069 ha. Total luas wilayah 5.674.337 ha, pengusahaan hutan (HPH) di provinsi ini pada
2013 jumlah produksi 3.053,46 m3.

Tabel 3.7 Luas Kawasan Hutan di Provinsi Aceh, 2013

No Kawasan Hutan Luas Persentase Persentase


dari dari
( Ha )
Kawasan Wilayah
I. Kawasan Hutan
1. Kawasan Hutan
a. Cagar Alam 15,688 0.59 0.28
b. Suaka Marga Satwa 81,827 3.10 1.44
c. Taman Nasional 624,388 23.68 11.00
d. Taman Hutan Rakyat 8,620 0.33 0.15
e. Taman Wisata Alam 30,076 1.14 0.53
f. Taman Buru 86,320 3.27 1.52
g. Pusat Latihan Gajah - - -
h. Hutan Lindung 1,790,256 67.89 31.55
i. Kebun Plasma Nutfah - - -
j. Taman Wisata Alam Laut 211,023
2. Kawasan Budidaya
a. Hutan Produksi Terbatas 141,856 19.87 2.50
b. Hutan Produksi Tetap 556,795 77.97 9.81
c. Hutan Produksi Konversi 15,442 2.16 0.27
Kawasan Lindung di Luar Kawasan
II. - - -
Hutan
III. Kawasan Pengembangan Hutan - - -
IV. Areal Penggunaan Lain 2,323,069 40.94

Luas Wilayah 5,674,337 100.00


Sumber: Aceh Dalam Angka 2014

3.1.5.3 Peternakan
Di sektor peternakan, pada 2013 tercatat populasi sapi potong berjumlah 404.221 ekor, produksi daging
sapi 8.747 ton/tahun. Kerbau berjumlah 111.950 ekor, produksi daging kerbau 2.676 ton/tahun. Ternak
kecil berupa kambing dengan jumlah populasi 655.650 ekor dan jumlah produksi 2.228,5 ton/tahun,
domba dengan jumlah populasi 157.111 ekor, produksi daging domba 356,6 ton/tahun dan babi
sebanyak 4.065 ekor dengan jumlah produksi 44 ton/tahun. Lalu unggas meliputi ayam buras dengan
jumlah populasi 6.054.553 ekor dan jumlah produksi 12.694 ton/tahun, ayam petelur sebanyak
2.676.094 ekor dengan jumlah produksi telur sebanyak 4.772,2 ton/tahun, ayam pedaging/broiler
3.041.218 ekor dengan jumlah produksi 4.044 ton/tahun, itik 2.328.054 dengan jumlah produksi daging
950 ton/tahun, telor itik 9.028 ton/tahun.

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 44
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh

Tabel 3.8 Jumlah Ternak di Provinsi Aceh, 2013


Kabupaten / Sapi
No Kuda Sapi Kerbau Kambing Domba
Kota Perah
1 Simeulue - 1,039 - 22,412 12,013 -
2 Aceh Singkil - 3,709 - 745 8,116 2,296
3 Aceh Selatan - 1,944 - 5,142 15,755 1,997
4 Aceh Tenggara 3,628 - 352 7,746 1,250
71
5 Aceh Timur 1 48,444 1 4,082 68,666 15,751
6 Aceh Tengah 954 5,480 4 11,918 12,650 589
7 Aceh Barat 6 4,695 - 18,863 12,969 1,451
8 Aceh Besar 6 60,221 12 10,864 110,270 27,562
9 Pidie - 46,252 2 6,285 80,461 5,134
10 Bireuen 2 49,074 - 1,363 38,117 23,402
11 Aceh Utara - 65,307 - 2,142 138,343 50,780
12 Aceh Barat Daya - 1,167 - 3,558 13,723 4,848
13 Gayo Lues 376 5,078 - 9,185 4,591 3,367
14 Aceh Tamiang - 47,984 - 276 20,149 6,802
15 Nagan Raya - 9,398 - 8,321 12,795 596
16 Aceh Jaya - 13,084 - 2,387 34,784 3,957
17 Bener Meriah 312 903 - 2,197 11,230 399
18 Pidie Jaya - 17,229 - 1,463 14,135 1,005
19 Banda Aceh 8 2,194 2 40 4,993 78
20 Sabang 6 2,052 - 42 3,035 16
21 Langsa - 5,487 - 155 5,044 829
22 Lhokseumawe 2 7,858 - 36 19,169 3,439
23 Subulussalam - 1,940 - 122 6,896 1,563
2013 1,744 404,221 25 111,950 655,650 157,111
2012 2,314 505,171 28 164,294 581,676 163,542
Jumlah
2011 3,433 701,284 41 303,156 768,869 168,994
2010 3,366 671,086 41 306,212 746,475 164,251
Sumber : Aceh Dalam Angka, 2014

3.1.6 Data Jaringan Transportasi Wilayah

Perhubungan memiliki peranan dan dampak yang sangat besar terhadap kelancaran pembangunan suatu daerah.
Akses yang mudah, cepat, dan murah akan memperlancar perputaran roda perekonomian. Dengan demikian
potensi perekonomian khususnya hasil perkebunan, pertanian, kehutanan dan perindustrian yang ada di
daerah ini dapat dengan segera dipasarkan.

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 45
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh
Jalan sebagai sarana penunjang transportasi memiliki peran penting khususnya untuk transportasi darat.
Untuk mendukung transportasi darat, pemerintah telah membangun jalan sepanjang 13.841,07 km jalan
kabupaten/kota, 1.570,51 km jalan provinsi dan 1.803,37 km jalan nasional.

Pada tahun 2013, panjang jalan kabupaten/kota di seluruh Provinsi Aceh adalah 13.841,07 km dimana 3.165,44 km
diantaranya berada dalam kondisi baik, dan 5.681,06 km dalam kondisi sedang dan selebihnya sebesar 4.994,57 km
dalam kondisi rusak. Sementara itu bila dilihat dari jenis permukaaannya, maka dari total panjang jalan
kabupaten/kota, 6.203,57 km beraspal, 4.837,42 km berpermukaan kerikil dan selebihnya sepanjang 2.800,08 km
masih berpermukaan tanah.

Sebagai konsekuensinya dalam upaya mencapai tujuan tersebut maka pemerintah daerah Provinsi Aceh
dari tahun ke tahun berusaha untuk meningkatkan pengembangan prasarana jalan baik dari segi
kuantitas maupun kualitas. Data panjang jalan Provinsi Aceh menurut persentase jenis jalan, kondisi jalan
nasional dan jenis permukaannya dapat dilihat pada Gambar 3.5., Tabel 3.7 dan Tabel 3.8 berikut ini.

Gambar 3.5. Persentase Panjang Jalan Menurut Jenis Jalan di Provinsi Aceh, 2013

Jalan Provinsi
9.12%
Jalan Nasional
10.48%
Jalan Kabupaten/ Kota
79,28%

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 46
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh
Tabel 3.9. Panjang Jalan Nasional menurut Kondisi Jalan di Provinsi Aceh (km), Tahun 2013

Belum
Kabupaten/Kota Baik Sedang Rusak Jumlah
Tembus
1 2 3 4 5 6
1. Simeulue - - - - -
2. Aceh Singkil 29,38 46,52 1,21 0,30 77,41
3. Aceh Selatan 84,29 40,18 1,40 3,80 129,67
4. Aceh Tenggara 46,74 21,67 3,80 0,80 73,01
5. Aceh Timur 82,18 24,34 1,80 1,50 109,82
6. Aceh Tengah 51,73 83,46 14,60 17,76 167,55
7. Aceh Barat 44,84 14,50 0,30 - 59,64
8. Aceh Besar 113,93 15,64 0,20 - 129,77
9. Pi d i e 82,33 33,04 4,70 21,30 141,37
10. Bireuen 67,07 10,60 0,60 1,10 79,37
11. Aceh Utara 46,59 6,70 0,20 0,10 53,59
12. Aceh Barat Daya 76,47 31,63 0,10 0,10 108,30
13. Gayo Lues 58,22 57,22 5,40 3,80 124,64
14. Aceh Tamiang 36,03 13,00 1,40 0,40 50,83
15. Nagan Raya 69,46 17,07 0,30 0,20 87,03
16. Aceh Jaya 86,90 21,70 1,30 0,10 110,00
17. Bener Meriah 30,30 26,70 3,50 0,69 61,19
18. Pidie Jaya 74,98 19,36 0,30 0,10 94,74
19. Banda Aceh 13,81 2,30 0,10 - 16,22
20. Sabang 9,00 9,67 0,90 - 19,57
21. Langsa 10,55 7,28 0,52 - 18,36
22. Lhokseumawe 29,28 4,20 2,10 6,00 41,58
23. Subulussalam 22,60 25,80 1,19 0,10 49,69
Jumlah 1 166,68 532,58 45,92 58,15 1 803,37
Sumber : Aceh Dalam Angka 2014

Tabel 3.10. Panjang Jalan Nasional Menurut Jenis Permukaan di Provinsi Aceh (km), Tahun 2013

Jenis
Kabupaten/Kota
Permukaan
Aspal n Kerikil Tanah Jumlah
1 2 3 4 5
1. Simeulue - - - -
2. Aceh Singkil 77,42 - - 77,42
3. Aceh Selatan 129,67 - - 129,67
4. Aceh Tenggara 73,01 - - 73,01
5. Aceh Timur 109,82 - - 109,82
6. Aceh Tengah 147,46 - 20,10 167,56
7. Aceh Barat 59,64 - - 59,64
8. Aceh Besar 129,77 - - 129,77

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 47
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh
9. Pi d i e 122,37 - 19,00 141,37
10. Bireuen 74,47 - 4,90 79,37
11. Aceh Utara 53,59 - - 53,59
12. Aceh Barat Daya 108,30 - - 108,30
13. Gayo Lues 124,64 - - 124,64
14. Aceh Tamiang 50,83 - - 50,83
15. Nagan Raya 87,03 - - 87,03
16. Aceh Jaya 110,00 - - 110,00
17. Bener Meriah 61,19 - - 61,19
18. Pidie Jaya 94,74 - - 94,74
19. Banda Aceh 16,22 - - 16,22
20. Sabang 19,57 - - 19,57
21. Langsa 18,36 - - 18,36
22. Lhokseumawe 28,68 - 12,90 41,58
23. Subulussalam 49,69 - - 49,69
Jumlah 1 746,47 - 56,90 1 803,37
Sumber : Aceh Dalam Angka 2013

Gambar 3.6 Peta Jaringan Jalan Nasional di Provinsi Aceh

Sumber : Dinas Bina Marga Provinsi Aceh, 2015

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 48
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh

3.2. KABUPATEN ACEH BESAR

3.2.1. Letak Dan Administratif Wilayah

Kabupaten Aceh Besar terletak antara 05 0,12‖ – 050,48‖ Lintang Selatan dan 950,00‖ – 950,48‖ Bujur
Timur, Ibukota Kabupaten di Kota Jantho di lereng pegunungan Seulawah dengan ketinggian 0 – 200
meter dari permukaan laut.
Luas wilayah Kabupaten Aceh Besar mencapai ± 2.903,50 km2 habis dibagi menjadi 23 kecamatan, yang
terdiri atas 68 mukim dan 604 gampo/desa. Batas geografis Kabupaten Aceh Besar adalah :

 Sebelah Utara : Selat Malaka, Kota Sabang dan Kota Banda Aceh
 Sebelah Selatan : Kabupaten Aceh Jaya
 Sebelah Barat : Samudera Indonesia
 Sebelah Timur : Kabupaten Pidie

Gambar 3.7 Peta Batas Administrasi Kabupaten Aceh Besar

Sumber : RTRW Kabupaten Aceh Besar

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 49
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh
Setelah pemekaran pada tahun 1970 dengan pemindahan ibukota kabupaten ke Kota Jantho, secara
administratif Kabupaten Aceh Besar pada tahun 2013 terdiri 23 Kecamatan dengan jumlah 68 Mukim dan
604 kelurahan/desa. Secara rinci luas daerah Kabupaten Aceh Besar menurut Kecamatan dan pembagian
daerah administratif, banyaknya mukim, kampung / kelurahan di sajikan pada Tabel 3.11. dan Tabel 3.12

Tabel 3.11. Luas Daerah Kabupaten Aceh Besar


Menurut Kecamatan, 2013

Kecamatan / Luas / Area


Subdistricts ( Km2 )
(1) (2)
1. Lhoong 149,03
2. Lhoknga 87,95
3. Leupung 169,15
4. Indrapuri 197,04
5. Kuta Cot Glie 332,25
6. Seulimeum 404,35
7. Kota Jantho 593,00
8. Lembah Seulawah 319,60
9. Mesjid Raya 129,93
10. Darussalam 38,43
11. Baitussalam 20,84
12. Kuta Baro 61,07
13. Montasik 59,73
14. Blang Bintang 41,75
15. Ingin Jaya 24,34
16. Krueng Barona Jaya 6,96
17. Sukamakmur 43,45
18. Kuta Malaka 22,82
19. Simpang Tiga 27,60
20. Darul Imarah 24,35
21. Darul Kamal 23,05
22. Peukan Bada 36,25
23. Pulo Aceh 90,56
Jumlah/Total 2.903,50
Sumber : Aceh Besar Dalam Angka 2014

Tabel 3.12. Jumlah Mukim dan Desa Dirinci Per Kecamatan Tahun 2013

No Kecamatan Mukim Desa


1 Lhoong 4 28
2 Lhoknga 4 28
3 Leupung 1 6
4 Indrapuri 3 52
5 Kuta Cot Glie 2 32
6 Seulimeum 5 47

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 50
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh
7 Kota Jantho 1 13
8 Lembah Seulawah 2 12
9 Mesjid Raya 2 13
10 Darussalam 3 29
11 Baitussalam 2 13
12 Kuta Baro 5 47
13 Montasik 3 39
14 Blang Bintang 3 26
15 Ingin Jaya 6 50
16 Krueng Barona Jaya 3 12
17 Sukamakmur 4 35
18 Kuta Malaka 1 15
19 Simpang Tiga 2 18
20 Darul Imarah 4 32
21 Darul Kamal 1 14
22 Peukan Bada 4 26
23 Pulo Aceh 3 17
Sumber : Aceh Besar Dalam Angka 2014

Kabupaten Aceh Besar juga memiliki Kawasan Hutan baik berupa Kawasan Lindung maupun Kawasan
Budidaya. Kawasan Lindung memiliki luas 81.334,80 hektar, dimana Hutan Lindung merupakan
areal terluas yaitu mencapai 86,56 persen dari luas kawasan lindung yang ada atau seluas 70.402,49
hektar. Kemudian disusul dengan Cagar Alam seluas 4.163,56 hektar. Sedangkan Kawasan Budidaya
yang merupakan Hutan Produksi Tetap memiliki luas 68.594,43 hektar.

Tabel 3.13. Lokasi Dan Luas Kawasan Hutan Di Kabupaten Aceh Besar, 2013

No Penggunaan Lahan Luas ( Ha )

1 Kawasan Lindung
a. Cagar Alam 4,163.56
b. Taman Hutan Raya ( Tahura ) 6,143.75
c. Hutan Lindung 70,402.49
d. Hutan Lindung yang Ditetapkan Sementara Sebagai HPTS
e. Kebun Plasma 625

2 Kawasan Budidaya
a. Hutan Produksi Tetap 68,594.43

3 a. Kawasan Lindung di Luar Kawasan Hutan


b. Kawasan Pengembangan Hutan Rakyat

4 Areal Penggunaan Lain


2013 149,929.23
Jumlah 2012 187,214.00

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 51
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh
Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Aceh Besar 2014

3.2.2. Kondisi Iklim


Kabupaten Aceh Besar terletak dekat dengan garis khatulistiwa, sehingga wilayah ini tergolong
beriklim tropis. Pada tahun 2013, suhu udara rata -rata berkisar antara 26°C - 28°C.

Tabel 3.14 . Rata-Rata Curah Hujan dan Hari Hujan di Kabupaten Aceh Besar
2011 - 2013
Curah Hujan (mm)/bulan Hari Hujan/bulan
Bulan 2011 2012 2013 2011 2012 2013
1 2 3 4 5 6 7
Januari 152,5 91,7 283,3 15 9 16
Februari 82,3 78,4 136,1 14 11 15
Maret 223,5 99,5 89,7 17 10 8
April 142,3 78,6 106,2 13 9 12
Mei 58,8 98,4 131,1 11 15 13
Juni 19,8 41,0 167,2 5 5 13
Juli 55,6 28,0 83,8 8 9 9
Agustus 68,1 38,0 40,4 7 6 11
September 136,8 77,6 164,6 13 6 7
Oktober 41,8 177,2 56,6 16 15 11
November 164,4 199,1 149,8 12 12 16
Desember 123,4 150,2 214,8 20 18 20
Sumber : Stasiun Meteorologi Klas II, Blang Bintang, Aceh Besar

3.2.3. Struktur Tanah dan Penggunaan Lahan


Umumnya jenis tanah yang terdapat di kabupaten Aceh Besar berupa tanah jenis Podzolid Merah
Kuning yaitu sekitar 31,55 persen dari seluruh jenis tanah yang ada di Kabupaten ini. Jika dilihat
menurut klasifikasi lereng, dapat dikatakan bahwa 44,17 persen wilayah Kabupaten Aceh Besar
memiliki kelas lereng 40% lebih dan pada kelas lereng 0 - 2% hanya 14,26 persen.

3.2.4. Profil Demografi

Jumlah penduduk Kabupaten Aceh Besar menurut hasil estimasi tahun 2013 adalah 383.477 jiwa.
Penduduk laki-laki berjumlah 197.029 jiwa dan penduduk perempuan berjumlah 186.448 jiwa dengan sex
ratio 105,68.
Jika dilihat dari jumlah penduduk di tingkat kecamatan, kecamatan yang paling banyak jumlah
penduduknya adalah Kecamatan Darul Imarah yang berjumlah 50.864 jiwa, sedangkan kacamatan
yang paling sedikit jumlah penduduknya adalah Kecamatan Leupung yaitu sebanyak 2.791 jiwa.
Walaupun penduduk terbanyak terdapat di Kecamatan Darul Imarah, Kecamatan Krueng Barona Jaya
ternyata menjadi Kecamatan terpadat. Ada sekitar 2.215 jiwa/km2 di Kecamatan Krueng Barona Jaya.

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 52
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh
Darul Imarah menjadi kecamatan terpadat kedua dengan rata-rata 2.089 jiwa/km2. Sedangkan yang
terjarang terdapat di Kecamatan Kota Jantho yaitu hanya 16 jiwa/km2.
Tabel 3.15. Perkembangan Jumlah Penduduk Per Kecamatan Di Kabupaten Aceh Besar, 2009 – 2013
Kecamatan /
2009 2010 2011 2012 2013
Subdistricts
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Lhoong 8.897 9.093 9.302 9.592 9.904
2. Lhoknga 14.561 14.874 15.214 15.659 16.168
3. Leupung 2.497 2.553 2.611 2.703 2.791
4. Indrapuri 19.231 19.975 20.433 21.020 21.703
5. Kuta Cot Glie 12.047 12.388 12.672 13.040 13.464
6. Seulimeum 21.163 21.519 22.012 22.806 23.547
7. Kota Jantho 8.066 8.443 8.636 8.923 9.213
8. Lembah Seulawah 10.170 10.753 10.999 11.346 11.715
9. Mesjid Raya 20.307 20.864 21.342 22.033 22.749
10. Darussalam 22.266 22.633 23.151 23.950 24.728
11. Baitussalam 16.176 16.590 16.969 17.491 18.059
12. Kuta Baro 23.018 23.541 24.080 24.823 25.629
13. Montasik 17.382 17.732 18.138 18.695 19.302
14. Blang Bintang 10.488 10.723 10.969 11.416 11.787
15. Ingin Jaya 27.027 28.064 28.706 29.628 30.590
16. Krueng Barona Jaya 13.594 14.096 14.419 14.931 15.416
17. Sukamakmur 13.569 13.905 14.224 14.634 15.109
18. Kuta Malaka 5.827 5.891 6.026 6.222 6.424
19. Simpang Tiga 5.241 5.360 5.483 5.609 5.791
20. Darul Imarah 45.725 46.397 47.460 49.264 50.864
21. Darul Kamal 6.586 6.766 6.920 7.145 7.377
22. Peukan Bada 14.904 15.462 15.815 16.483 17.018
23. Pulo Aceh 3.793 3.796 3.883 3.999 4.129
Jumlah 342.537 351.418 359.464 371.412 383.477
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Besar (Registrasi Penduduk) 2014

Gambar 3.8. Grafik kenaikan Jumlah Penduduk Kabupaten Aceh Besar tahun 2009-2013

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 53
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh

3.2.5. Profil Perekonomian

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator makro ekonomi yang dapat
menggambarkan seluruh kegiatan ekonomi pada suatu daerah dalam jangka waktu tertentu. Data PDRB
ini dapat memberikan gambaran tentang tingkat pertumbuhan ekonomi regional baik secara menyeluruh
maupun sektoral, gambaran struktur ekonomi daerah, potensi ekonomi suatu daerah, tingkat fluktuasi
harga yang terjadi di suatu daerah dan perkembangan pendapatan regional per kapita.
PDRB Kabupaten Aceh Besar disajikan dalam 2 bentuk yaitu atas dasar harga berlaku (ADHB) dan
atas dasar harga konstan (ADHK) agar pengaruh harga dapat diikuti secara berkala dan dapat pula
dieliminir.
Berdasarkan harga berlaku, nilai PDRB Kabupaten Aceh Besar tahun 2013 sebesar 7,526 triliun
rupiah. Sedangkan berdasarkan harga konstan pada tahun yang sama tercatat sebesar 2,859
triliun rupiah.
Adapun sumbangan PDRB terbesar atas dasar harga berlaku (HB) adalah dari lapangan usaha
pertanian sebesar 2,047 triliun rupiah. Sementara atas dasar harga konstan (HK) yaitu pada
lapangan usaha pertanian sebesar 721 milyar rupiah.
Pada tahun 2013, kontribusi PDRB Kabupaten Aceh Besar berdasarkan atas harga berlaku sektor
Pertanian masih merupakan penyumbang terbesar dengan persentase 27,21 persen diikuti oleh
sektor Perdagangan Hotel dan Restoran sebesar 22,10 persen, kemudian sektor Konstruksi
sebesar 14,79 persen.
Jika kita lihat berdasarkan atas harga konstan 2000 pada tahun 2013 sektor Pertanian juga mendominasi
dalam pembentukan PDRB yaitu sebesar 25,23 persen, kemudian disusul oleh sektor Perdagangan Hotel
dan Restoran 23,13 persen dan sektor Jasa-jasa sebesar 20,83 persen.

Tabel 3.16. PDRB Kabupaten Aceh Besar Menurut Lapangan Usaha


Atas Dasar Harga Konstan (Tahun Dasar 2000), 2010-2013
( Jutaan Rupiah )
Lapangan Usaha
2010 2011 2012 2013
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Pertanian 647.651,61 666.359,02 692.704,94 721.550,48

2 Pertambangan Dan Penggalian 64.445,34 65.586,51 66.307,24 67.438,68

3 Industri Pengolahan 72.127,99 74.993,88 78.750,63 82.347,90

4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 6.999,48 7.294,98 7.689,62 8.114,40


5 Kontruksi
402.164,25 426.263,28 452.062,28 469.320,97

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 54
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh
6 Perdagangan, Hotel, dan
Restoran
532.714,14 578.144,97 618.575,56 661.457,80

7 Pengangkutan dan Komunikasi 174.309,24 179.177,17 185.576,92 194.782,40

8 Keuangan, Real
Estate, dan Jasa Perusahaan 51.992,20 53.916,70 56.142,89 59.083,60
9 Jasa-Jasa 548.782,23 565.947,68 580.454,91 595.652,30

P D R B Berlaku 2.501.186,4 2.617.684,18 2.738.264,97 2.859.748,54


8
Sumber : BPS Kabupaten Aceh Besar 2014
Tabel 3.17. PDRB Kabupaten Aceh Besar Menurut Lapangan Usaha
Atas Dasar Harga Berlaku, 2010-2013

( Jutaan Rupiah)
Lapangan Usaha
2010 2011 2012 2013
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Pertanian 1.627.693,88 1.781.035,54 1.907.545,00 2.047.535,96
2 Pertambangan Dan
Penggalian 131.845,08 143.241,13 149.962,28 156.269,80
3 Industri Pengolahan
162.086,61 181.603,75 198.550,22 212.891,63

4 Listrik, Gas, dan Air


Bersih 19.023,08 21.819,52 24.110,65 26.076,49

5 Kontruksi
922.343,39 996.650,20 1.069.741,20 1.113.142,20

6 Perdagangan, Hotel,
dan Restoran
1.114.456,60 1.315.831,38 1.499.073,86 1.663.079,97
7 Pengangkutan dan
Komunikasi
725.253,16 801.269,50 872.110,03 996.718,76

8 Keuangan, Real Estate,


dan Jasa Perusahaan
231.558,30 253.459,43 270.921,37 294.831,51
9 Jasa-Jasa 812.546,85 894.475,20 972.488,55 1.015.755,76

P D R B Berlaku 5.746.806,96 6.389.385,64 6.964.503,15 7.526.302,08


Sumber : BPS Kabupaten Aceh Besar 2014

3.2.6. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Aceh Besar


Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Aceh Besar tahun 2013 sebesar 4,44 persen. Angka ini menurun
jika dibandingkan dengan tahun 2012 yaitu sebesar 4,61 persen.
Walaupun angka pertumbuhan ekonomi Kabupaten Aceh Besar pada tahun 2013 menurun dari
tahun 2012, akan tetapi jika dibandingkan dengan tahun 2011 angka ini tidak jauh berbeda yaitu

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 55
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh
4,66 persen. Oleh karena itu pertumbuhan ekonomi ini perlu benar -benar lebih diperhatikan lagi
agar tidak berdampak buruk terhadap lapangan kerja yang secara otomatis akan berpengaruh
pada tingkat kesejahteraan hidup masyarakat Aceh Besar.

Tabel 3.18. Tingkat Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Aceh Besar, 2010-2013


(TAHUN DASAR 2000)
Rincian 2010 2011 2012 2013
(1) (2) (3) (4) (5)

I ATAS DASAR HARGA BERLAKU

1PDRB 13,60 11,18 9,00 8,07


2 PENDAPATAN REGIONAL 13,60 11,18 9,00 8,07
3 PDRB PER KAPITA 10,14 8,69 5,49 6,61
4 PENDAPATAN REGIONAL PER 10,14 8,69 5,49 6,61
KAPITA

II ATAS DASAR HARGA KONSTAN


2000
1PDRB 4,81 4,66 4,61 4,44
2 PENDAPATAN REGIONAL 4,81 4,66 4,61 4,44
3 PDRB PER KAPITA 3,15 2,29 3,32 1,37
4 PENDAPATAN REGIONAL PER
1,61 2,29 3,32 1,37
KAPITA

Sumber : BPS Kabupaten Aceh Besar 2014

3.2.7. Data Potensi Wilayah

3.2.7.1. Tanaman Bahan Makanan


Produksi padi sawah di Kabupaten Aceh Besar tahun 2013 berjumlah 243.734 ton dengan luas
panen tercatat 36.209 hektar. Jumlah ini agak menurun jika dibandingkan dengan produksi
tahun sebelumnya (2012) sebanyak 288.521 ton.
Di tahun 2013 ini, kecamatan yang memberikan sumbangsih terbesar untuk produksi padi sawah
adalah Kecamatan Seulimeum, yaitu mencapai 36.551 ton atau 15 persen dari seluruh produksi
padi sawah di Kabupaten Aceh Besar. Kemudian disusul dengan Kecamatan Indrapuri yang
menghasilkan 26.930 ton.

Adapun Luas Lahan Baku Sawah di Kabupaten Aceh Besar tahun 2013 yaitu 28.958 hektar, dimana lahan
sawah irigasi memiki luas 21.457 hektar yang terdiri dari irigasi tehnis, irigasi pedesaan dan irigasi 1/2
tehnis. Kemudian lahan sawah tadah hujan seluas 9.338 hektar.

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 56
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh
Tabel 3.19. Luas Tanam, Luas Panen dan Produksi Tanaman Padi Sawah menurut Kecamatan di
Kabupaten Aceh Besar, 2013

Luas Tanam Luas Panen Produksi


Kecamatan
(Ha) (Ha) (Ton)

(1) (2) (3) (4)


1. Lhoong 1.579 2.486 17.651
2. Lhoknga 1.375 1.350 8.370
3. Leupung 350 338 2.035
4. Indrapuri 3.689 3.689 26.930
5. Kuta Cot Glie 2.062 2.659 17.018
6. Seulimeum 5.573 5.538 36.551
7. Kota Jantho 1.240 954 5.724
8. Lembah Seulawah 932 1.313 9.322
9. Mesjid Raya 16 39 187
10. Darussalam 1.860 1.680 10.920
11. Baitussalam 56 41 225
12. Kuta Baro 3.551 2.163 15.141
13. Montasik 4.239 3.253 23.096
14. Blang Bintang 2.761 1.943 13.990
15. Ingin Jaya 3.628 2.330 15.844
16. Krueng Barona Jaya 295 300 2.160
17. Sukamakmur 1.722 1.717 11.160
18. Kuta Malaka 739 739 4.730
19. Simpang Tiga 1.446 1.408 9.011
20. Darul Imarah 630 793 4.996
21. Darul Kamal 633 683 3.825
22. Peukan Bada 661 568 3.408
23. Pulo Aceh 221 225 1.440
2013 39.258 36.209 243.734
Jumlah
2012 47.475 42.296 288.521
2011
41.398 43.108 273.517

Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Aceh Besar 2014

Produksi kacang tanah dan kacang hijau di Kabupaten Aceh Besar tahun 2013 masing-masing
tercatat 401 ton untuk kacang tanah dan 173 ton kacang hijau. Produksi kacang tanah tahun
2013 terlihat bertambah jika dibandingkan dengan hasil produksi beberapa tahun sebelumnya.
Produksi kacang kedele di Kabupaten Aceh Besar tercatat 369 ton. Penghasil terbesar ada di
Kecamatan Kota Janhto yaitu berjumlah 98 ton atau sebesar 26,56 persen dari jumlah produksi
kacang kedele di Kabupaten Aceh Besar.

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 57
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh

Gambar 3.9. Kontribusi Produksi Padi Sawah Kecamatan terhadap Produksi Kabupaten Aceh Besar Tahun
2013

3.2.7.2. Perikanan

Luas areal budidaya perikanan di Kabupaten Aceh Besar tercatat seluas 1.700,90 hektar, dimana areal
budidaya tambak memiliki luas 632,00 hektar dan budidaya kolam 89,30 hektar.

Produksi ikan laut pada tahun 2013 berjumlah 474 ton.


Banyaknya prasarana perikanan yang ada di kabupaten Aceh Besar tahun 2012 diantaranya TPI
sebanyak 6 buah, PPI sebanyak 2 buah, dermaga 9 buah dan balai nelayan tercatat sebanyak 13 buah.

3.2.7.3. Peternakan
Populasi ternak di Kabupaten Aceh Besar tahun 2013 terdiri dari ternak besar dan kecil yaitu Sapi
berjumlah 79.000 ekor, Kerbau sebanyak 21.128 ekor, Kambing 110.270 ekor dan Domba sebanyak
27.562 ekor. Sedangkan untuk populasi jenis ternak unggas seperti Ayam Ras Pedaging/ Petelur ada
sebanyak 392.331 ekor dan Ayam Buras berjumlah 405.774 ekor, serta Itik sebanyak 195.166 ekor.

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 58
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh
Banyaknya pemotongan ternak pada tahun 2013 tercatat untuk ternak Sapi sebanyak 13.705 ekor,
Kerbau sebanyak 2.799 ekor, Kambing sejumlah 66.377 ekor dan Domba sebanyak 15.361 ekor. Untuk
produksi telur yang paling banyak dihasilkan adalah telur Itik berjumlah 774.081 kg, kemudian disusul
dengan Ayam Ras Petelur yaitu sebanyak 579.361 kg, dan telur Ayam Buras berjumlah 172.545 kg.

3.2.7.4. Perkebunan

Produksi Kelapa Dalam di Kabupaten Aceh Besar sepanjang tahun 2013 berjumlah 9.025,5 ton
dimana daerah penghasil terbanyak adalah Kecamatan Pulo Aceh sejumlah 1.020,8 ton atau 11,31
persen dari total produksi di Kabupaten Aceh Besar.

Untuk Cengkeh, Kecamatan Lhoknga menjadi penghasil terbanyak Dari 359,0 ton, Kecamatan
Lhoknga menyumbang 81,9 ton untuk produksi Cengkeh Aceh Besar atau sebesar 22,81%.

Produksi tanaman Kopi pada tahun 2013 berjumlah 1.609,8 ton. Daerah penghasil terbanyak
adalah Kecamatan Seulimeum sejumlah 349,2 ton atau 21,69 persen dari total produksi di
Kabupaten Aceh Besar.

Kecamatan Seulimeum juga menjadi penghasil Pinang dan Kemiri terbanyak di Kabupaten Aceh Besar. Produksi
Pinang dan Kemiri Kabupaten Aceh Besar adalah 1554,4 ton dan 1394,9 ton. Sedangkan Produksinya di Kecamatan
Seulimeum adalah 235,2 ton (15,13%) dan 364,0 ton (26,10%).
Untuk Komoditi Kakao, Kabupaten Aceh Besar memproduksi 426 ton di tahun 2013. Sekitar 33,64% atau 144
ton berasal dari Kecamatan Lembah Seulawah yang merupakan penyumbang terbesar komoditi Kakao.

3.2.7.5. Industri
Nilai investasi pada sektor Industri Kecil Formal di Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013 memiliki jumlah
yang cukup besar pada Industri Pangan yaitu sebesar 3,25 milyar rupiah kemudian disusul d engan
Industri Logam dan Elektronika senilai 2,06 milyar rupiah. Sedangkan industry sandang memiliki nilai
investasi yang paling sedikit yaitu senilai 150 juta rupiah.
Untuk sektor Industri Kecil Non Formal nilai investasinya juga didominasi oleh Industri Pangan yaitu
sebesar 28,60 milyar rupiah. Sedangkan nilai investasi terkecil yaitu Industri Logam dan Elektronika
senilai 12,40 milyar rupiah.
Sedangkan untuk sektor Industri Non Formal unit usaha terbanyak adalah juga Industri Pangan sebanyak
1.137 unit usaha yang mampu menampung tenaga kerja sebanyak 3.258 orang.
Produksi Semen pada PT Lafarge Cement Indonesia Kabupaten Aceh Besar tahun 2013 berjumlah
1.553.274 ton. Untuk Pemasaran di Provinsi Aceh berjumlah 366.095 ton sedangkan pemasaran di luar
Aceh sejumlah 1.200.278 ton.
Jika dibandingkan Pemasaran Semen di Provinsi Aceh pada tahun 2013 dengan tahun 2012 yang
berjumlah 554.644 ton terlihat adanya penurunan sekitar 188.549 ton. Akan tetapi lain halnya dengan

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 59
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh
pemasaran di luar Aceh jika dbandingkan dengan tahun 2012 mengalami penurunan sekitar 144.968
ton.
Gambar 3.10. Produksi Semen PT. Lafarge Cement Indonesia Tahun 2013

Sumber : Aceh Besar Dalam Angka 2014

3.2.8. Data Jaringan Transportasi Wilayah

3.2.8.1 Angkutan Darat


Panjang jalan di Kabupaten Aceh Besar tahun 2013 tercatat 1.320 km untuk status jalan
kabupaten, sedangkan jalan negara mencapai 207,62 km dan jalan provinsi dilaporkan mencapai
134,86 km. Jika dilihat dari jenis permukaan jalan dengan status jalan kabupat en ternyata masih
terdapat permukaan jalan yang berupa tanah sepanjang 86,40 km, kerikil 340,40 km, dan yang
sudah diaspal sepanjang 893,20 km.

Tabel 3.20. Panjang Jalan Menurut Jenis Permukaan Jalan


di Kabupaten Aceh Besar, 2013

Status Jalan (Km)


Jalan Jalan Jalan
Jenis Permukaan Negara Provinsi Kabupaten

1 2 3 4
1 Aspal 188,52 80,69 893,20
2Kerikil 23,00 340,40
3Tanah 19,10 31,17 86,40
4 Tidak Diperincikan
2013 207,62 134,86 1.320,00

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 60
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh
Jumlah 2012 207,62 134,86 1.320,00
2011 207,62 134,86 1.320,00
Sumber : Dinas Bina Marga Dan Cipta Karya Kabupaten Aceh Besar 2014

Sementara kondisi jalan kabupaten yang baik pada tahun 2013 ada sepanjang 629,55 km, rusak
ringan sepanjang 504,55 km, dan yang mengalami rusak berat sepanjang 83,40 km. Adapun
kecamatan yang memiliki jalan rusak berat paling panjang adalah Kecamatan Lembah Seulawah
sepanjang 31 km.

Tabel 3.21 Panjang Jalan Kabupaten Dirinci Menurut Kecamatan Dan Kondisi Jalan Di Kabupaten Aceh Besar, 2013
Kondisi Jalan (Km)
Kecamatan /
Sedang / Rusak / Rusak Berat /
Baik /
Subdistricts
Good Moderate Damage Hard Damage
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Lhoong 25,40 10,70 0,80
2. Lhoknga 37,00 2,50 8,70 2,30
3. Leupung 7,70 1,80
4. Indrapuri 29,20 8,10 50,10 3,20
5. Kuta Cot Glie 23,50 1,50 33,90 4,50
6. Seulimeum 37,60 5,80 83,40 10,60
7. Kota Jantho 40,50 4,20 24,40 3,20
8. Lembah Seulawah 22,50 0,50 14,30 31,30
9. Mesjid Raya 29,20 3,00 3,10 1,00
10. Darussalam 27,30 3,60 17,10 1,30
11. Baitussalam 20,50 3,50 8,30
12. Kuta Baro 27,90 1,30 24,70 0,30
13. Montasik 54,80 5,60 17,80 1,50
14. Blang Bintang 17,30 2,90 12,00 0,50
15. Ingin Jaya 43,90 16,20 18,50 1,40
16. Krueng Barona Jaya 21,20 3,70 3,40
17. Sukamakmur 24,80 4,50 42,80 0,50
18. Kuta Malaka 18,30 2,00 8,10 1,70
19. Simpang Tiga 3,00 7,40 32,10 1,20
20. Darul Imarah 58,95 9,20 12,35 3,00
21. Darul Kamal 7,00 3,80 27,40 2,10
22. Peukan Bada 35,30 3,20 16,60 8,20
23. Pulo Aceh 16,70 10,00 33,00 4,80
2013 629,55 102,50 504,55 83,40
Jumlah
2012 599,10 103,90 548,60 68,40
2011 558,90 103,60 548,00 73,50
Sumber : Dinas Bina Marga Dan Cipta Karya Kabupaten Aceh Besar 2014

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 61
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh
Gambar 3.11 Peta Jaringan Jalan Kabupaten Aceh Besar

Sumber : Dinas PU Bina Marga Kabupaten Aceh Besar, 2015


Banyaknya kejadian kecelakaan lalu lintas sepanjang tahun 2013 di Kabupaten Aceh Besar
berjumlah 111 kejadian, dimana kejadian terbanyak ada pada bulan Januari dengan kerugian
materi sebesar 80 juta rupiah yang menelan 9 korban jiwa.
Adapun untuk kendaraan bermotor yang terdaftar di POLRES Kabupaten Aceh Besar tahun 2013 ada
sebanyak 48.412 unit dengan jenis kendaraan terbanyak adalah Sepeda Motor berjumlah 41.883
unit, kemudian disusul dengan Mobil Penumpang yang berjumlah 2.262 unit.

Tabel 3.22 Banyaknya Kendaraan Bermotor yang Terdaftar Menurut Jenis Kendaraan
di Kabupaten Aceh Besar, 2013
Jumlah / Total
Jenis Kendaraan / Type of Vehicle
(unit)
(1) (2)

01 Mobil Barang / Truck 1.011

02 Mobil Penumpang 2.262

03 Jeep 1.092

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 62
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh

04 Sedan 1.049

05 Pick Up 1.073

06 Sepeda Motor 41.883

07 Becak Motor 14

08 Becak Barang -

Sumber : Aceh Besar Dalam Angka 2014

3.2.8.2. Angkutan Udara


Lalu lintas penerbangan udara baik dalam maupun luar negeri di Bandara Sultan Iskandar
Muda Kabupaten Aceh Besar tahun 2013 tercatat jumlah pesawat yang datang sebanyak
3.367 penerbangan domestik dan 556 penerbangan internasional dengan 328.294
penumpang domestik dan 50.305 penumpang internasional.
Sedangkan pesawat yang berangkat sebanyak 3.373 penerbangan domestik dan 543 penerbangan
internasional dengan 345.324 penumpang domestik dan 48.183 penumpang internasional.
Tabel 3.23 Jumlah Pesawat Dan Penumpang Penerbangan Domestik Dan Internasional Yang Datang Dan Berangkat
Per Bulan Melalui Bandara Sultan Iskandar Muda Kabupaten Aceh Besar, 2013
Pesawat Penumpang
Bulan Jenis Penerbangan Arvl Dep Arvl Dep
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
01 Januari/ Domestik 245 246 27.626 29.305
January Internasiona 34 35 3.643 3.514
lDomestik 188 190 23.323 24.433
02 Pebruari/
February Internasiona 35 33 3.047 2.919
lDomestik 228 228 26.817 28.787
03 Maret/
March Internasiona 39 39 3.424 2.919
lDomestik 248 248 25.178 26.339
04 April/
April Internasiona 38 38 3.067 3.157
lDomestik 313 313 27.017 28.546
05 Mei/
May Internasiona 42 42 3.317 2.937
lDomestik 283 283 29.548 32.977
06 Juni/
June Internasiona 41 41 3.410 3.811
lDomestik 288 288 25.481 25.112
07 Juli/
July Internasiona 42 42 3.427 2.870
l
08 Agustus/ Domestik 291 292 27.011 29.031
August Internasiona 53 53 4.821 4.846
l
09 September/ Domestik 325 327 28.577 30.209
September Internasiona 70 59 4.485 4.780
lDomestik 341 340 29.476 30.895
10 Oktober/
October Internasiona 56 57 4.710 6.783
l
11 Nopember/ Domestik 307 308 29.646 30.813
November Internasiona 54 53 7.684 4.418
lDomestik 310 310 28.594 28.877
12 Desember/
December Internasiona 52 51 5.270 5.229
lDomestik 3.367 3.373 328.294 345.324
2013 Internasional 556 543 50.305 48.183
Jumlah Domestik 2.582 2.577 315.458 307.815
2012
Internasional 498 502 48.321 46.735

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 63
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh
Domestik 2.407 2.400 281.246 285.544
2011 Internasional 561 565 41.463 44.704
Sumber : Kanwil Dirjen Perhubungan Udara Wilayah I Bandara Sultan Iskandar Muda 2014

3.3. KABUPATEN PIDIE

3.3.1. Letak Dan Administratif Wilayah


Kabupaten Pidi berada di pesisir timur Pulau Sumatera, antara 4 0 30’ – 40 60’ Lintang Utara dan 950 75’ –
960 20’ Bujur Timur. Di sebelah utara Kabupaten Pidie berbatasan dengan Selat Malaka, sebelah timur
berbatasan dengan Kabupaten Pidie Jaya, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Aceh Barat dan
Aceh Jaya, dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Besar. Luas wilayah Kabupaten Pidie
mencakup 6,27 persen dari seluruh luas wilayah Provinsi Aceh.
Semenjak diberlakukannya otonomi daerah tahun 2001 telah terjadi pemekaran wilayah administrasi
Kabupaten Pidie, baik itu pemekaran tingkat kabupaten hingga pemekaran di tingkat kecamatan. Pada 2
Januari 2007 terjadi pemekaran Kabupaten Pidie Jaya dari wilayah Kabupaten Pidie. Kemudian pada
tahun 2008 terjadi pemekaran kecamatan di Kabupaten Pidie yang sebelumnya berjumlah 22 kecamatan
menjadi 23 kecamatan.
Kabupaten Pidie terdiri dari 731 desa/ gampong, termasuk 1 UPT (Unit Pemukiman Transmigrasi) di
Kecamatan Geumpang. Desa-desa tersebut kemudian tergabung ke dalam 94 mukim.
Gambar 3.12 Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Pidie

Sumber : RTRW Kabupaten Pidie

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 64
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh
3.3.2. Kondisi Iklim

C u r a h H u j a n d i K a b u pa t e n P i d ie mencapai 125,21 mm pada tahun 2012 atau rata-rata berkisar


111,43 mm per bulan. Curah hujan tertinggi terjadi pada Bulan Desember dan curah hujan terendah
terjadi pada Bulan Februari. Sementara untuk hari hujan selama tahun 2012 paling banyak terjadi pada
bulan Desember sedangkan jumlah hari hujan terendah terjadi di bulan Agustus.

3.3.3. Profil Demografi

Populasi penduduk Kabupaten Pidie pada tahun 2013 berjumlah 398.446 jiwa, meningkat sebesar 1,32
persen dari jumlah penduduk tahun 2012. Komposisi penduduk menurut jenis kelamin terdiri dari
194.150 jiwa laki-laki dan 204.296 jiwa perempuan sehingga rasio jenis kelamin ( sex ratio) sebesar 95.
Ini berarti lebih banyak penduduk perempuan dibandingkan laki-laki, dimana tiap 100 jiwa penduduk
perempuan terdapat 95 jiwa penduduk laki-laki.
Pada kelompok umur 0-14 tahun, perbandingan banyaknya penduduk laki-laki dan perempuan adalah
lebih banyak penduduk laki-laki dibandingkan perempuan, dengan sex ratio sebesar 105. Namun angka
ini mengecil (lebih banyak penduduk perempuan dibandingkan laki-laki) untuk kelompok umur 15-64
tahun dan kelompok umur 65 tahun ke atas dengan sex ratio masing-masing sebesar 92 dan 62 persen.

Untuk jumlah penduduk menurut jenis kelamin di Kecamatan wilayah Kabupaten Pidi dapat dilihat pada
Tabel 3.22. dibawah ini :

Tabel 3.24. Jumlah Penduduk Kabupaten Pidie per Kecamatan menurut jenis kelamin tahun 2013

Jenis Kelamin
No Kecamatan Jumlah Pesebaran
Laki - Laki Perempuan
1 Geumpang 3,229 3,069 6,298 1.58
2 Mane 3,968 4,030 7,998 2.01
3 Glumpang Tiga 8,537 9,087 17,624 4.42
4 Glumpang Baro 4,780 5,338 10,118 2.54
5 Mutiara 9,299 9,932 19,231 4.83
6 Mutiara Timur 15,534 16,948 32,482 8.15
7 Tiro / Truseb 3,656 3,800 7,456 1.87
8 Tangse 12,194 12,610 24,804 6.23
9 Keumala 4,646 4,721 9,367 2.35
10 Titeue 3,253 3,112 6,365 1.60
11 Sakti 9,580 10,069 19,649 4.93
12 Mila 4,069 4,389 8,458 2.12
13 Padang Tiji 10,211 10,491 20,702 5.20
14 Delima 9,562 10,128 19,690 4.94
15 Grong-Grong 3,197 3,304 6,501 1.63
16 Indrajaya 10,366 11,417 21,783 5.47
17 Peukan Baro 9,331 9,853 19,184 4.81
18 Kembang Tanjung 9,880 10,358 20,238 5.08
19 Simpang Tiga 10,155 11,100 21,255 5.33
20 Kota Sigli 9,765 10,048 19,813 4.97
21 Pidie 20,353 21,701 42,054 10.55

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 65
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh

22 Batee 9,395 9,608 19,003 4.77


23 Muara Tiga 9,190 9,183 18,373 4.61
Total 194,150 204,296 398,446 100
Sumber : Pidie Dalam Angka 2014

3.3.4. Profil Perekonomian

3.3.4.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator makro ekonomi yang dapat
menggambarkan seluruh kegiatan ekonomi pada suatu daerah dalam jangka waktu tertentu. Data PDRB
ini dapat memberikan gambaran tentang tingkat pertumbuhan ekonomi regional baik secara menyeluruh
maupun sektoral, gambaran struktur ekonomi daerah, potensi ekonomi suatu daerah, tingkat fluktuasi
harga yang terjadi di suatu daerah dan perkembangan pendapatan regional per kapita.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku Kabupaten Pidie pada tahun 2013
sebesar 6.198,3 miliar rupiah, meningkat dari 794,4 miliar dari tahun 2012. Sementara jika dihitung
berdasarkan harga konstan 2000 nilai PDRB adalah sebesar 1.959,4 miliar rupiah.
Secara sektoral, perekonomian Kabupaten Pidie bergantung pada sektor pertanian. Hal ini ditandai
dengan kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB yang mencapai 54,41 persen pada tahun 2013
dengan nilai nominal mencapai 3.372,2 miliar rupiah. Sektor dengan kontribusi terbesar kedua adalah
sektor jasa-jasa, dengan kontribusi sebesar 18,96 persen. Sementara sektor dengan kontribusi terkecil
terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Pidie adalah listrik, gas dan air bersih yakni sebesar 0,36
persen.
Pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor listrik, gas dan gas sebesar 16,44 persen. Sementara sektor
pertanian yang memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB pertumbuhannya jauh lebih rendah yakni
sebesar 1,60 persen. Sektor pengangkutan dan komunikasi sebagai kontributor terbesar kedua tumbuh
8,07 persen di bandingkan tahun 2012.

Tabel 3.25 PDRB Kabupaten Pidie Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku
(Jutaan Rupiah), 2011-2013

TAHUN
No LAPANGAN USAHA
2011* 2012* 2013**
1 PERTANIAN 2,673,981.37 3,012,910.48 3,372,175.21
2 PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 44,989.66 53,261.75 63,200.63
3 INDUSTRI PENGOLAHAN 163,336.31 185,911.82 213,797.13
4 LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 15,540.64 17,284.91 22,181.66
5 KONSTRUKSI 319,654.11 371,962.56 430,484.68
PERDAGANGAN, HOTEL DAN
6 247,475.56 281,309.28 324,088.01
RESTORAN
7 PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 325,059.00 387,383.77 458,192.78
8 KEUANGAN, REAL EASTATE DAN 101,706.56 119,472.23 138,788.89

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 66
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh
JS.PRSH
9 JASA-JASA 803,151.90 960,057.08 1,175,161.30
PDRB BERLAKU 4,694,895.11 5,389,553.88 6,198,070.29
*) Angka diperbaiki
**) Angka Sementara
Sumber : Pidie Dalam Angka 2014
Tabel 3.26 PDRB Kabupaten Pidie Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan
(Jutaan Rupiah), 2011-2013

TAHUN
No LAPANGAN USAHA
2011* 2012* 2013**
1 PERTANIAN 806,824.68 821,040.10 834,184.86
2 PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 18,797.25 19,882.78 21,224.71
3 INDUSTRI PENGOLAHAN 92,308.53 96,422.29 100,919.02
4 LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 8,841.03 9,135.09 10,636.93
79,820.81 83,032.44 87,054.51
5 KONSTRUKSI

6 PERDAGANGAN, HOTEL DAN 112,238.46 117,807.60 123,796.81


RESTORAN
119,755.43 129,410.71 139,855.02
7 PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI

KEUANGAN, REAL EASTATE DAN 31,291.34 31,790.53 33,699.74


8
JS.PRSH

9 JASA-JASA 521,795.96 564,493.94 608,096.62


PDRB KONSTAN 1,791,673.49 1,873,015.48 1,959,468.22
*) Angka diperbaiki
**) Angka Sementara
Sumber : Pidie Dalam Angka 2014

3.3.4.2. Laju Pertumbuhan Ekonomi


Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pidie pada 2011-2013 selalu positif dan berfluktuasi. Pada tahun 2010
perkonomian Pidie tumbuh 4,38 persen dibandingkan tahun 2009. Kemudian pada tahun 2011
pertumbuhan ekonomi meningkat hingga 4,49 persen. Pada tahun 2012 pertumbuhan ekonomi Pidie
sebesar 4,54 persen. Dan di tahun 2013 perekonomian tumbuh sekitar 4,62 persen.

3.3.4.3. Pendapatan Regional per Kapita


Pada tahun 2013, berdasarkan harga berlaku, pendapatan regional per kapita Pidie mencapai 14,51 juta
rupiah, dalam setahun atau mengalami kenaikan sebesar 11,71 persen dari tahun 2012 Sementara
berdasarkan harga konstan 2000 pendapatan regional per-kapita tahun 2013 tercatat sebesar 4,33
juta rupiah, mengala-mi peningkatan 1,62 persen dibanding tahun 2012 yang sebesar 4,26 juta rupiah

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 67
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh
3.3.5. Data Potensi Wilayah

3.3.5.1. Tanaman Pangan


Kabupaten Pidie memiliki potensi pertanian yang cukup tinggi. Sektor ini menjadi sektor unggulan
sebagai kontributor terbesar terhadap perekonomian Pidie di tahun 2013. Kontribusi subsektor tanaman
bahan makanan yang meliputi tanaman padi (padi sawah dan padi ladang), jagung, kacang-kacangan,
ketela, sayuran dan buah-buahan mencapai 24,50 persen terhadap PDRB. Diantara komoditas tersebut
produksi komoditas padilah yang memberi andil terbesar.
Kabupaten Pidie merupakan salah satu sentra produksi padi di Aceh. Tercatat pada tahun 2013 luas
panen padi Kabupaten Pidie adalah 43,76 ribu hektar, sedikit meningkat dibandingkan luas panen tahun
2012 yang seluas 43,69 ribu hektar. Aktivitas penanaman dapat dijumpai di semua kecamatan kecuali
Kota Sigli.
Komoditas buah-buahan utama Kabupaten Pidie adalah pisang. Produksi tanaman pisang pada tahun
2013 sebanyak 168.684 kuintal, naik 42 persen dibandingkan produksi tahun 2012. Budidaya tanaman
pisang dapat dijumpai di seluruh wilayah kecamatan. Hampir 85 persen produksi pisang dihasilkan di
Kecamatan Padang Tiji dan Muara Tiga.
Selain itu Kabupaten Pidie juga terkenal sebagai sentra penghasil melinjo di Aceh. Produksinya pada
tahun 2013 mencapai 86.694 kuintal, meningkat hamper 7.34 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Komoditi ini selanjutnya digunakan sebagai bahan baku industri emping melinjo yang menjadi salah satu
komoditi khas Kabupaten Pidie.
Komoditas tanaman sayuran lainnya dengan produksi terbanyak di Kabupaten Pidie adalah cabe merah
dengan produksi sebesar 3.160 ton dan mentimun dengan produksi 718 ton.

3.3.5.2. Perikanan
Hasil perikanan darat di Kabupaten Pidie pada tahun 2013 sebanyak 2.395 ton dengan nilai produksi
mencapai 58,46 miliar rupiah. Produksi tersebut mencakup perikanan darat d i lahan tambak, kolam
maupun lainnya seluas 3.259 hektar. Komoditas perikanan yang banyak diusahakan diantaranya
adalah Ikan Bandeng, udang dan kepiting. Nilai produksi ikan bandeng sendiri pada tahun 2012.

3.3.6. Data Jaringan Transportasi Wilayah

Hingga tahun 2013 sarana transportasi darat di Kabupaten Pidie telah didukung dengan jalan sepanjang
1.119,36 kilometer dimana 68,04 persen diantaranya merupakan jalan Kabupaten, 11,22 persen jalan
provinsi dan 20,73 persen jalan negara.
Secara keseluruhan 12,96 persen jalan di Kabupaten Pidie dalam kondisi rusak bahkan 23,14 persen
lainnya dalam kondisi rusak berat. Kerusakan ini terutama dijumpai di jalan kabupaten yang 31,41
persen diantaranya berada dalam kondisi rusak berat. Permukaan jalan kabupaten yang di aspal sekitar
64,96 persen. Sementara masih terdapat 25,14 persen jalan kerikil dan 9,32 persen jalan tanah.
Sementara sisanya sebanyak 0,58 persen jalan tidak dirinci apakah berbahan material aspal, kerikil
atau tanah. Biasanya yang masuk dalam kelompok ini adalah jalan di desa-desa.

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 68
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh
Untuk jalan negara yang melintasi Kabupaten Pidie secara umum dalam kondisi yang relatif baik. Hal ini
tergambar dari persentase panjang jalan negara yang dalam konsisi baik sebesar 83,42 persen dan untuk
jalan provinsi sebesar 54,91 persen dalam kondisi baik

3.4. KOTA BANDA ACEH

3.4.1. Letak Dan Administratif Wilayah


Kota Banda Aceh terletak antara 50 16’ 15‖–50 36’ 16‖ Lintang Utara dan 950 16’ 15‖–950 22’ 25‖ Bujur
Timur atau terletak dibelahan bumi bagian utara, Kota Banda Aceh terletak di ketinggian 0,80 meter dari
permukaan laut.
Luas wilayah Kota Banda Aceh mencapai ± 61,36 km2 habis dibagi menjadi 9 kecamatan, yang terdiri
atas 17 mukim dan 90 gampo/desa.
Batas geografis Kota Banda Aceh adalah :

 Sebelah Utara : Selat Malaka


 Sebelah Selatan : Kabupaten Aceh Besar
 Sebelah Barat : Samudera Indonesia
 Sebelah Timur : Kabupaten Aceh Besar
Gambar 3.13 Peta Administrasi Kota Banda Aceh

Sumber : Banda Aceh Dalam Angka 2014

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 69
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh
Tabel 3.27 Nama Ibu Kota Kecamatan Kota Banda Aceh, 2013

Jumlah Jumlah
No. Kecamatan Ibu Kota Kemukiman Gampong

1 Meuraxa Ulee Lheue 2 16


2 Jaya Baru Lampoh Daya 2 9
3 Banda Raya Lamlagang 2 10
4 Baiturrahman Neusu Jaya 2 10
5 Lueng Bata Lueng Bata 1 9
6 Kuta Alam Bandar Baru 2 11
7 Kuta Raja Keudah 1 6
8 Syiah Kuala Lamgugob 3 10
9 Ulee Kareng Ulee Kareng 2 9
2013 17 90
Jumlah 2012 17 90

2011 17 90
Sumber : Banda Aceh Dalam Angka 2014

3.4.2. Kondisi Iklim


Tabel 3.28 Klimatologi: Rata-rata Tekanan Udara, Suhu Udara, Kelembaban Nisbi
yang Tercatatpada Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Blang Bintang, 2013
Tekanan
Suhu Udara Kelembaban
Udara
Nisbi Rata-
Bulan Rata-rata Rata-rata
rata
o
(mb) C (%)
(1) (2) (3) (4)
Januari 1 010,9 26,9 84,0
Februari 1 010,0 26,3 84,0
Maret 1 010,4 27,3 83,0
April 1 009,2 27,3 83,0
Mei 1 008,8 27,4 81,0
Juni 1 008,3 28,0 74,0
Juli 1 008,7 27,6 73,0
Agustus 1 009,5 27,0 77,0
September 1 009,8 27,4 74,0
Oktober 1 011,0 26,5 82,0
November 1 009,4 26,3 86,0
Desember 1 010,0 26,1 87,0
Rata-rata 2013 1 009,7 27,0 80,7
2012 1 009,5 27,2 78,0
2011 1 009,4 26,9 79,2
Sumber : Banda Aceh Dalam Angka 2014
Tabel 3.29 Arah dan Kecepatan Angin yang Tercatat pada Badan Meteorologi, Klimatologi

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 70
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh
dan Geofisika Blang Bintang, 2013

Arah Angin Kecepatan Angin


Bulan Terbanyak Rata-rata
knot
Januari 150 5,0
Februari 130 5,0
Maret 130 5,0
April 130 5,0
Mei 260 5,0
Juni 230 6,0
Juli 310 5,0
Agustus 330 5,0
September 260 6,0
Oktober 260 5,0
November 150 5,0
Desember 130 5,0
2013 - 5,1
Rata-Rata 2012 Tenggara 4,9
2011 Tenggara 4,9

Sumber : Banda Aceh Dalam Angka 2014

3.4.3. Struktur Tanah dan Penggunaan Lahan

Tabel 3.30 Luas Wilayah Kota Banda Aceh Menurut Penggunaan Lahan (Ha), 2013

Jenis Penggunaan Luas Persentase


(Ha) %
(1) (2) (3) (4)
Kawasan Lindung
1. Sempadan Sungai 179,90 2,93
2. Kawasan Hutan Bakau 434,38 7,08
3. Ruang Terbuka Hijau 552,72 9,01
4. Kawasan Cagar 16,65 0,27
Kawasan Budidaya
1. Kawasan Perumahan 3 042,63 49,59
2. Kawasan Perdagangan 522,23 8,51
3. Kawasan Perkantoran 149,56 2,44
4. Kawasan Pariwisata 51,31 0,84
5. Ruang Terbuka Non 25,39 0,41
Hijau 6. Kawasan Perikanan 32,07 0,52
7. Kawasan Pelayanan 293,86 4,79
Umum 8. Kawasan Pelabuhan 11,76 0,19
9. Kosong 341,55 5,57

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 71
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh
10. Air 482,02 7,86

Sumber : Banda Aceh Dalam Angka 2014

3.4.4. Profil Demografi


Dari hasil sensus penduduk yang telah dilaksanakan, menunjukan bahwa jumlah penduduk Kota Banda
Aceh setiap tahunnya terus bertambah, pada tahun 2013 jumlah penduduk Kota Banda Aceh berjumlah
249.282 jiwa, dengan kepadatan penduduk di Kota Banda Aceh tahun 2013 adalah 4.451 jiwa per km 2.

Tabel 3.31 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan Kota Banda Aceh, 2009-2013

No. Kecamatan 2009 2010 2011 2012 2013

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1 Meuraxa 12 189 16 484 16 861 17 614 18 962

2 Jaya Baru 20 127 22 031 22 535 23 543 24 460

3 Banda Raya 20 352 20 891 21 369 22 325 22 941

4 Baiturrahman 35 153 30 377 31 073 32 463 35 218

5 Lueng Bata 21 437 23 592 24 132 25 211 24 560

6 Kuta Alam 42 664 42 217 43 184 45 115 49 503

7 Kuta Raja 7 890 10 433 10 672 11 149 12 819

8 Syiah Kuala 32 564 34 850 35 648 37 243 35 671

9 Ulee Kareng 19 865 22 571 23 088 24 121 25 147

Jumlah 212 241 223 446 228 562 238 784 249 282

Sumber : Banda Aceh Dalam Angka 2014

3.4.5. Profil Perekonomian


PDRB Kota Banda Aceh disajikan dalam 2 bentuk yaitu atas dasar harga berlaku (ADHB) dan atas
dasar harga konstan (ADHK) agar pengaruh harga dapat diikuti secara berkala dan dapat pula
dieliminir.
Berdasarkan harga berlaku, nilai PDRB Kota Banda Aceh tahun 2013 sebesar 11.781.706 juta
rupiah. Sedangkan berdasarkan harga konstan pada tahun yang sama tercatat sebesar 3.651.734
juta rupiah.

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 72
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh
Adapun sumbangan PDRB terbesar atas dasar harga berlaku (HB) adalah dari lapangan usaha
jasa jasa sebesar 4.229,089 milyar rupiah. Sementara atas dasar harga konstan (HK) yaitu pada
lapangan usaha jasa jasa sebesar 1,646,704 milyar rupiah.

Tabel 3.32 Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Kota Banda Aceh
(Juta Rupiah), 2011-2013

No. Sektor 2011 2012* 2013**

(1) (2) (3) (4) (5)

I Pertanian 176,231.55 189,317.69 201,958.65


II Pertambangan dan Penggalian - - -

III Industri Pengolahan 172,720.10 190,907.52 208,982.65

IV Listrik Gas dan Air Minum 71,095.61 90,514.13 110,227.18

V Konstruksi 782,637.44 878,745.31 965,626.86


Perdagangan Hotel dan
VI Restoran 1,995,021.58 2,293,635.22 2,613,108.17

VII Pengangkutan dan Komunikasi 2,640,522.39 2,820,931.11 3,011,140.90

VIII Keuangan Persewaan & Jasa 368,502.57 414,414.87 441,571.73

X Jasa-jasa 2,785,316.42 3,480,915.73 4,229,089.62

Jumlah 8,992,047.66 10,359,381.58 11,781,705.76

Sumber : Banda Aceh Dalam Angka 2014


')Angka Diperbaiki
**) Angka Sementara

Tabel 3.33 Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan Kota Banda Aceh
(Juta Rupiah), 2011-2013
No. Sektor 2011 2012* 2013**

(1) (2) (3) (4) (5)

I Pertanian 113,651.43 117,997.40 122,668.80

II Pertambangan dan Penggalian - - -

III Industri Pengolahan 72,373.85 76,033.07 79,843.85

IV Listrik Gas dan Air Minum 15,778.60 17,993.23 20,580.76

V Konstruksi 202,252.09 215,038.47 228,198.82

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 73
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh
Perdagangan Hotel dan
VI Restoran 738,283.06 811,701.66 890,748.02

VII Pengangkutan dan Komunikasi 529,759.34 549,491.24 575,427.32

VIII Keuangan Persewaan & Jasa 82,955.85 84,582.61 87,562.20

X Jasa-jasa 1,486,119.35 1,568,316.29 1,646,704.73

Jumlah 3,241,173.57 3,441,153.97 3,651,734.50


Sumber : Banda Aceh Dalam Angka 2014
')Angka Diperbaiki
**) Angka Sementara

3.4.6. Pertumbuhan Ekonomi Kota Banda Aceh


Pertumbuhan Ekonomi Kota Banda Aceh tahun 2013 sebesar 6,12 persen. Angka ini menurun jika
dibandingkan dengan tahun 2012 yaitu sebesar 6,17 persen.
Walaupun angka pertumbuhan ekonomi Kabupaten Aceh Besar pada tahun 2013 menurun dari
tahun 2012, akan tetapi jika dibandingkan dengan tahun 2011 angka ini masih lebih tinggi yaitu
6,02 persen. Oleh karena itu pertumbuhan ekonomi ini perlu benar -benar lebih diperhatikan lagi
agar tidak berdampak buruk terhadap lapangan kerja yang secara otomatis akan berpengaruh
pada tingkat kesejahteraan hidup masyarakat Aceh Besar.
3.4.7. Data Potensi Wilayah

3.4.7.1 Pertanian

Pada sektor pertanian, tahun 2013 tercatat luas areal panen padi sawah dan padi ladang 105 ha, jumlah
produksi 439 ton dengan demikian rata-rata produktivitasnya 4,18 ton/ha.

Tabel 3.34 Luas Panen dan Produksi Padi Ladang dan Padi Sawah di Kota Banda Aceh, 2010-2013

Jenis
2010 2011 2012 2013

(1) (2) (3) (4) (5)


Padi Sawah
1. Luas Panen (Ha) 116 134 69 105
2. Produktivitas
(Kw/Ha) 39,56 40,37 41,30 41,80
3. Produksi (Ton) 459 541 285 439
Padi Ladang
1. Luas Panen (Ha) 0 0 0 0
2. Produktivitas
(Kw/Ha) 0 0 0 0
3. Produksi (Ton) 0 0 0 0
Padi Sawah + Padi
Ladang

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 74
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh
1. Luas Panen (Ha) 116 134 69 105
2. Produktivitas
(Kw/Ha) 39,56 40,37 41,30 41,80
3. Produksi (Ton) 459 541 285 439

Sumber : Banda Aceh Dalam Angka 2014

3.4.5.2 Peternakan
Di sektor peternakan, pada 2013 tercatat populasi sapi potong berjumlah 2.801 ekor. Kerbau berjumlah
1.029 ekor. Ternak kecil berupa ayam buras dengan jumlah populasi 5.475 ekor, ayam ras pedaging
dengan jumlah populasi 292.990 ekor, itik dengan jumlah populasi 87.250 ekor,

Tabel 3.35 Jumlah Pemotongan Hewan di Rumah Potong Hewan (RPH) dan Rumah Potong Unggas
(RPU) di Kota Banda Aceh, 2013

No. Jenis Ternak Banyak


(Ekor)
1 Sapi 2 801
2 Kerbau 1 029
3 Kambing 0
4 Domba
Ayam Buras
5 (Kampung) 5 475
6 Ayam Ras (Petelur) 335
7 Ayam Ras Pedaging 292 990
8 Itik 87 250

Sumber : Banda Aceh Dalam Angka 2014

Tabel 3.36 Statistik Kunci Kota Banda Aceh, 2011-2013

Rincian Satuan 2011 2012 2013

SOSIAL
Penduduk Jiwa 228.562 238.784 249.282
Laki-Laki Jiwa 117.732 122.874 128.333
Perempuan Jiwa 110.83 115 910 120.949
Sex Ratio Jiwa 106,23 106,01 106,01
Laju Pertumbuhan Penduduk % 2,29 4,47 4,40
Rumah Tangga - 56.287 58.804 60.033
Indeks Pembangunan Manusia % 78,00 78,50 79,00
Angka Harapan Hidup Tahun 71,15 71,42 71,72
Angka Melek Huruf Usia 15+ Tahun 99,18 99,25 99,39
Rata-Rata Lama Sekolah Tahun 12,20 12,25 12,27

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 75
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh
Pengeluaran Per Kapita Ribu
636,28 640,06 643,83
Disesuaikan Rupiah
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja % 61,7 61,7 57,0
Tingkat Pengangguran Terbuka % 8,5 7,17 -
Penduduk Miskin Jiwa 20,84 20,39 19,42
Persentase Penduduk Miskin % 9,08 8,65 8,03
Garis Kemiskinan Rupiah 477.669 485.543 493.558
EKONOMI
Juta
PDRB Harga Berlaku 8.992.047 10.359.382 11.781.706
Rupiah
PDRB Per Kapita Harga Berlaku Rupiah 39.341.831 44.087.915 47.262.561
Juta
PDRB Harga Konstan 3.241.173 3.441.154 3.651.734
Rupiah
Laju Pertumbuhan Ekonomi % 6,02 6,17 6,12
Inflasi % 3,32 0,06 6,39
Pengeluaran per Kapita Bulan 1.321.108 1.297.418 1.443.707
Pengeluaran Makanan Bulan 552.121 599.349 650.18
Pengeluaran Bukan Makanan Bulan 768.987 698.069 793.527
% Pengeluaran Makanan Bulan 41,79 46,20 45,04
% Pengeluaran Bukan Makanan Bulan 58,21 53,80 54,96
Juta
Posisi Dana Simpanan Rupiah 9.591.596 12.926.123 11.861.913
Rupiah
Posisi Kredit Rupiah/Valuta Juta
4.155.554 5.569.413 6.680.884
Asing Rupiah
Juta
Pendapatan Asli Daerah 85.559,78 99.022,05 129.170,16
Rupiah

Sumber : Banda Aceh Dalam Angka 2014

3.4.8. Data Jaringan Transportasi Wilayah


3.4.8.1 Angkutan Darat
Panjang jalan di Kota Banda Aceh tahun 2013 tercatat 707.343 m untuk status jalan kota dan
desa, sedangkan jalan negara mencapai 18.083 m dan jalan provinsi dilaporkan mencapai 40.240
m. Jika dilihat dari jenis permukaan jalan dengan status jalan kota dan desa ternyata permukaan
jalan yang berupa tanah sepanjang tidak ada, kerikil 2.122 m, dan yang sudah diaspal sepa njang
705.221 m.
Tabel 3.37 Panjang Jalan Menurut Status dan Jenis Permukaan
di Kota Banda Aceh (m), 2013

No. Jenis Nasional Provinsi Jalan Kota


Permukaan KoKota
dan Desa

(1) (2) (3) (4) (5)


1 Aspal 18 083 40 240 705 221
2 Kerikil 0 0 2 122
3 Tanah 0 0 0
4 Lainnya 0 0 0

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 76
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh
Jumlah
18 083 40 240 707 343

Sumber : Banda Aceh Dalam Angka 2014

Tabel 3.38 Panjang Jalan Menurut Status dan Kondisi Jalan


di Kota Banda Aceh (m), 2013

Jenis Jalan
No. Nasional Provinsi
Permukaan Kota
dan Desa

(1) (2) (3) (4) (5)


1 Balk 18 083 40 240 705 221
2 Sedang 0 0 0
3 Rusak 0 0 2 122
4 Rusak Berat 0 0 0
Jumlah
18 083 40 240 707 343

Sumber : Banda Aceh Dalam Angka 2014

3.4.8.2 Angkutan Penyeberangan

Tabel 3.39 Perusahaan, Jumlah, dan Daya Angkut Kapal Penyeberangan Penumpang pada Pelabuhan
Penyeberangan Ulee Lheue di Kota Banda Aceh, 2013

Daya Angkut
Nama
No. Kapal (orang)
Perusahaan

(1)
1 (2)
PT. ASDP KMP Tanjung Urang (3) 321 (4)
KMP Papuyu 103
KMP Seumeulu 263
KMP Labuhan Haji 223
KMP BRR 340
2 PT. Sea Asih Lines KMP Pulo Rondo 210
3 KMP Express Bahari 3B 208
PT. Pelayaran Sakti
Internasional KMP Express Chantika
Makmur 237
89

Sumber : Banda Aceh Dalam Angka 2014

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 77
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh

Tabel 3.40 Jumlah Penumpang Kapal Penyeberangan pada Pelabuhan Penyeberangan Ulee Lheue
di Kota Banda Aceh, 2013

Bulan Jumlah
Penumpang

(2)
(1)
Januari 47,896
Februari 30,682
Maret 34,155
April 31,689
Mei 45,980
Juni 30,009
Juli 29,617
Agustus 58,974
September 33,375
Oktober 45,220
November 39,453
Desember 46,140
Jumlah 482,190
Sumber : Banda Aceh Dalam Angka 2014

4. HASIL SURVEY LAPANGAN


4.1 Data Sekunder.
4.1.1 Klimatologi
4.1.1.1 Umum.
Provinsi Aceh terletak diwilayah khatulistiwa dimana tekanan udara rendah dan mempunyai
iklim tropikal . Perubahan iklim sangat kecil sehingga iklim harian dapat dipridiksi dengan mudah
. Dalam kondisi khusus hujan lebat kadang terjadi di sepanjang garis pantai.
4.1.1.2 Temperatur dan Kelembaban.
Suhu udara harian di Krueng Raya berkisar antara 22°C - 33°C dengan kelembaban sangat
tinggi dengan rata rata 82%.
4.1.1.3 Angin
Angin dominan adalah angin muson timur laut yang bertiup sepanjang bulan Nopember hingga
bulan Maret. Sedangkan angin muson Barat daya bertiup dari bulan Juni hingga bulan
September dengan kekuatan rata rata 10 knot dari arah Selat Malaka .
A. Analisis Angin
Angin mengakibatkan gelombang laut, oleh karena itu data angin dapat digunakan untuk
memperkirakan tinggi dan arah gelombang di lokasi studi .
Sehingga data angin diperlukan sebagai masukan dalam peramalan gelombang .

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 78
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh
Analisis angin dilakukan pada data sekunder angin jam-jaman selama 10 tahun, yang diperoleh
dari BMG Blang Bintang. Informasi hasil analisis merupakan grafik distribusi angin (windrose)
berdasarkan durasi/kejadian dan persentasenya dalam delapan arah mata angin dan kejadian
tidak ada angin.
Gambar 4.1 Windrose Blang Bintang

B. Angin Maksimum
Dari rangkaian data angin yang tersedia, dilakukan pencarian besaran angin maksimum yang
pernah terjadi yang mewakili masing-masing tahun kejadian. Hasilnya ditabulasikan pada Tabel
5.1. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa kecepatan angin maksimum yang pernah terjadi
berkisar antara 10 hingga 40 knot.
4.1.1.4 Curah Hujan.
Rata rata curah hujan bulanan untuk periode 10 tahunan bervariasi antara 100 – 260
mm/bulan. Dari data tersebut diketahui bahwa rata rata curah hujan bulanan lebih tinggi
diantara bulan September hingga bulan Desember.

4.1.2 Hidrooseanografi.

Kondisi hidrooseanografi yang didapat oleh Konsultan adalah sebagai berikut.:

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 79
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh
4.1.2.1 Pasang surut.
Pasang surut di Pelabuhan Malahayati termasuk pasang surut tipe semi diurnal. Elevasi muka air
acuan di Pelabuhan Malahayati berdasarkan literatur adalah sebagi berikut :
Highest High Water Springs HHWS 1,79 m
Mean High Water Springs MHWS 1,34 m
Mean High Water Level MHWL 0,64 m
Mean Sea Level MSL 1,17 m
Mean Low Water Neaps MLWN 1,12 m
Mean Low Water Springs MLWS 0,46 m
Low Water Springs LWS 0,00 m
Lowest Low Water Springs LLWS 0,04 m

4.1.2.2 Gelombang.
Gelombang yang terjadi disepanjang garis pantai berasal dari gelombang laut dalam dari arah
utara ke timur laut , yang dibangkitkan sesuai fetch di perairan Selat Malaka . Gelombang ini
terjadi pada saat muson timur laut signifikan yang merupakan penyebab utama terjadi nya erosi
pantai.

4.2 Data Primer .


Survey untuk mengetahui kondisi fisik lokasi studi terdiri dari 3 macam kegiatan, yakni:
1. Survey bathimetri.
2. Survey hidrooceanografi.
3. Survey topografi
Survey akan menghasilkan produk akhir berupa data data sebagai berikut.
1. Peta bathimetri.
2. Karakteristik pasang surut , gelombang, pola arus diperairan sekitar wilayah pelabuhan.
3. Peta topografi disekitar pelabuhan

4.2.1 Survey Bathimetri.


Survey bathimetri atau sering disebut dengan pemeruman (sounding) dimaksudkan untuk
mengetahui keadaan topografi laut atau kondisi konfigurasi laut. Cara yang dipakai dalam
pengukuran ini adalah dengan menentukan posisi posisi kedalaman laut pada jalur memanjang dan
jalur melintang untuk cross check. Penentuan posisi posisi kedalaman dilakukan menggunakan
DGPS.
Metodologi pelaksanaan survey batimetri ini adalah sebagai berikut :

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 80
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh
Jalur sounding adalah jalur perjalanan kapal yang melakukan sounding dari titik awal sampai ke
titik akhir dari kawasan survey. Jarak antara jalur sounding tergantung pada resolusi ketelitian
yang diinginkan.
Biasanya dilaksanakan jarak antara jalur sounding 10 meterr untuk tiap jalur sounding dilakukan
pengambilan data kedalaman perairan sejauh 5 s/d 10 meter, dan untuk data control di cross
dengan interval 100 m. Titik awal dan akhir untuk tiap jalur sounding dicatat dan kemudian data
tersebut di input ke dalam alat pengukur yang dilengkapi dengan fasilitas Echosounder Raytheon
type DE-719c, untuk dijadikan acuan atau patokan perjalanan motorboat sepanjang jalur sounding.

4.2.2 Survey Hidrooceanografi.


Survey hidrooceanografi dilakukan sebagai salah satu metode untuk mendapatkan parameter
parameter hidrooceanografi untuk keperluan studi ini beserta fasilitas fasilitas keairan yang
dibutuhkan.
Parameter hidrooceanografi yang diperoleh dari hasil survey ini adalah ;
1. Angin (data sekunder)
2. Gelombang (data sekunder).
3. Pasang surut (data primer).
4. Arus laut (data primer).
5. Peta bathimetri (data primer).
Tiga parameter terakhir diperoleh melalui survey yang telah dilaksanakan pada tanggal 28 Juli
2015 s/d 13 Agustus 2015. Lokasi titik pengamatan pasang surut tersebut ditampilkan pada
Tabel 4.1
Tabel 4.1 Lokasi Pengukuran Pasang Surut di Pelabuhan Malahayati
Station Koordinat
Tide gauge 05° - 35’ – 48‖,38 LU 95° - 31’ – 28‖,83 BT
Gambar 4.4 Foto penempatan papan ukur (peilschaal) Pasut

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 81
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh
4.2.2.1 Pengamatan Pasang Surut
Pengamatan Pasang Surut dilaksanakan selama 15 hari dengan pembacaan ketinggian air setiap
satu jam. Pengukuran dilakukan pada suatu tempat yang secara teknis memenuhi syarat.
Pengamatan pasang surut dilaksanakan menggunakan papan ukur dengan interval 1 (satu) cm.
Hasil pengamatan dicatat pada formulir pencatatan elevasi air pasang surut yang telah disediakan.
Kemudian diikatkan (levelling) ke patok (BM) Pengukuran Topografi terdekat pada salah satu patok
yang permanen yang telah ditetapkan ketinggian terhadap muka surutan, yang dibuat oleh
Konsultan yang terdahulu, untuk mengetahui elevasi nol peilschaal dengan menggunakan waterpass
wild. Sehingga referensi topografi pengukuran bathimetri dan pasang surut mempunyai datum
(bidang referensi) yang sama
Elevasi Nol Peilschaal = TP + BT.1 – BT.2, dimana:
TP = Tinggi titik patok terdekat dengan peilschaal
BT.1 = Bacaan benang tengah di patok
BT.2 = Bacaan benang tengah di peilschaal
Gambar 4.5 Pengikatan (Levelling) terhadap peilschaal

Jadi dari hasil pengamatan pasang surut tersebut ada 4(empat) macam konstanta harmonik yang dapat
menentukan type pasang surut yaitu,K1,O1,M2,S2.Dalam hal ini, klasifikasi type pasang surut
berdasarkan pada perbandingan antara jumlah Amplitudo Konstanta diurnal (K1, O1) dengan jumlah
Amplitudo konstanta konstanta diurnal (M2,S2).Perbandingan tersebut dituliskan sebagai berikut:
K1  O1
f 
M 2  S2
Dimana :
f : 0 - 0,25 , pasang surut harian ganda (semidiurnal).
f : 0,25 – 1,50 pasangsurut campuran condong ganda (Mixed Semi Diurnal)
f : 1,50 – 3,00 , pasang surut Campuran Condong Tunggal (Mixed Diurnal).
f : 3,00 - > , pasang surut harian Tunggal.(Diurnal).
Jadi dari hasil pengamatan pasang surut dilokasi tersebut type pasang surut dapat kita uraikan sebagai
berikut.

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 82
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh

09  08
f   0,27
48  14
Type pasang surut adalah : 0,25 – 1,50 : Pasut harian ganda. ( Semi Diurnal).
Jadi disekitar Perairan Malahayati umumnya terjadi 2(dua) kali pasang surut setiap hari.

Tabel 4.2. Elevasi penting pasang surut di perairan Malahayati


High Water Spring HWS 1,80 m
Mean High Water Spring MHWS 1,63 m
Mean High Water Level MHWL 1,47 m

Mean Sea Level MSL 0,96 m


Mean Low Water Level MLWL 0,64 m
Mean Low Water Spring MLWS 0,34 m
Lowest Water Spring LWS 0,00 m

Gambar 4.6 Grafik Fluktuasi Muka air di perairan Pelabuhan Malahayati

FLUKTUASI MUKA AIR DI PELABUHAN MALAHAYATI BANDA ACEH


200
180
160
ELEVASI MUKA AIR (CM)

140
120
100 Pengamatan
80 Ramalan
60
40
20
0
0 50 100 150 200 250 300 350 400 450

WAKTU (JAM KE)

4.2.2.2 Analisa Pasang Surut.


Dari hasil pengamatan pasang surut yang dilakukan selama 15 hari dapat dihitung komponen
komponen pasang surut (tidal constituents) yang akan dipakai untuk meramalkan elevasi pasang

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 83
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh
surut di wilayah perencanaan. Dari hasil analisa pasang surut dapat diuraikan komponen komponen
pasang surut.
Komponen komponen pasang surut penting yang akan dihitung adalah :
M2 : Komponen utama bulan (semi diurnal).
S2 : Komponen utama matahari (semi diurnal)
N2 : Komponen eliptis bulan.
K2 : Komponen bulan.
K1 : Komponen bulan.
O1 : Komponen utama bulan (diurnal).
P1 : Komponen utama matahari (diurnal).
M4 : Komponen utama bulan (kuarter diurnal).
MS4 : Komponen matahari – bulan .

Berikut ini hasil pengamatan perhitungan :


Tabel 4.3 Komponen pasang surut
So M2 S2 N2 K1 O1 M4 MS4 K2 P1

A cm 99 48 14 04 09 08 01 08 04 03
g° 280 160 78 103 19 57 94 160 78

Untuk mendapatkan nilai nilai elevasi penting Pasang Surut dilaksanakan untuk kurun waktu yang cukup
panjang yaitu selama 20 tahun, kerena permukaan air laut rata rata (MSL) akan terulang selama 18,61
tahun (Julian Years). Perlu diketahui pengamatan 18,61 tahun adalah yang terbaik untuk menentukan
nilai MSL (Mean Sea Level).
Apa sebab pengamatan yang terbaik selama 18,61 tahun, bahwa untuk mengetahui peredaran matahari
bulan mengelilingi bumi, garis edar matahari mengelilingi bumi disebut ―ekliptika‖. Matahari melalui
ekliptika lamanya 365,2422 hari (Mean Polar Days). Satu keliling garis edar bulan membentuk sudut 5º 8’
terhadap ekliptika. Satu kali keliling bulan beredar melalui garis edarnya memakan waktu 27,3216 hari
keliling (Mean Solar Days) perbedaannya 27,3216 hari dan 27,2122 hari adalah 0,1094 hari.Jadi simpul
itu bergerak ke Barat 0,1094 hari setiap 27,2122 hari. Sewaktu bulan dan matahari bergerak ke Timur,
simpul bulan akan kembali ketempat semula setelah :

27,3216 27,2122
  18,61tahun
0,1094 365,25
Berdasarkan perhitungan tersebut diatas dengan melakukan pengamatan 18,61 tahun diyakini semua
variasi harmonik yang ada telah tercakup semuanya .Hasil elevasi penting dalam perencanaan , sebagai
berikut.

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 84
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh
Hasil peramalan tersebut kemudian dianalisa lebih lanjut untuk memperoleh beberapa elevasi penting
dalam perencanaan , sebagi berikut :
- HWS : hight water spring, muka air tinggi.
- MHWS : mean high water spring, rata rata muka air tinggi saat purnama.
- MHWL : mean high water level, rata rata seluruh muka air tinggi.
- MSL : mean sea level, rata rata seluruh muka air yang terjadi.
- MLWL : mean low water level, rata rata seluruh muka air rendah .
- MLWS : mean low water spr ing,rata rata mukah saat purnama.
- LWS : lowest water spring, muka air terendah.
Secara khusus angka elevasi rata rata muka air saat purnama (spring) , yaitu MHWS dan MLWS diperoleh
dari merata ratakan pasang tertinggi dan surut terendah setiap periode waktu purnama (pada umumnya
terjadi satu kali dalam kurun waktu selama 15 hari).
Tabel 4.4 Hasil Pengamatan Pasut.

TempatPelabuhan Malahayati Lintang 05°


: -35' - 48,38" U
Seri pendek ( 15 piantan ) --------------------------
-------------------------- Bujur :95° - 31' - 28,83" T
Dari tanggal 30 Juli s/d 13 Agustus 2015-

Tgl/Jam 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23

30/07 74 49 34 44 54 68 104 124 144 159 154 134 99 64 39 14 34 49 69 99 124 134 142 109
31/7/15 101 79 44 24 39 64 89 109 140 162 159 144 124 105 63 42 28 25 44 83 126 146 143 137
01/8/15 117 97 75 44 36 43 56 94 136 166 173 166 143 125 98 56 35 24 32 67 107 137 147 144
02/8/15 137 112 98 66 37 26 36 67 106 144 164 167 154 146 116 78 57 24 23 36 76 117 136 145
3/8/2015 144 138 115 87 57 34 37 47 78 116 146 165 162 157 133 107 67 39 24 35 58 94 127 135
4/8/2015 144 147 136 117 76 45 28 38 56 98 124 144 153 158 147 115 99 58 34 37 39 79 118 125
5/8/2015 138 148 146 136 105 65 43 38 51 69 96 113 132 146 147 149 116 89 46 32 45 58 87 106
6/8/2015 128 135 147 148 138 99 65 44 47 58 78 95 116 125 137 144 136 107 76 46 38 45 67 84
7/8/2015 104 116 135 147 144 128 98 67 54 58 65 86 97 106 116 137 136 127 102 73 54 58 67 74
8/8/2015 89 97 117 136 148 145 127 104 67 63 62 66 76 88 96 117 128 133 117 97 78 67 63 76
9/8/2015 79 92 97 116 136 147 147 116 98 78 79 80 67 65 64 87 109 126 137 118 100 76 78 74
10.8.15 78 80 91 118 147 156 148 117 96 88 84 79 67 54 76 87 117 125 129 117 97 92 88 78
11/8/2015 65 68 69 102 128 144 156 139 126 115 98 78 68 47 45 57 88 118 136 127 116 97 95 89
12/8/2015 78 55 58 68 109 134 154 158 137 127 106 98 88 67 36 38 52 77 106 125 137 125 115 106
13/8/15 92 78 54 62 83 118 136 167 158 145 132 116 93 76 45 41 56 86 114 125 145 136 127 116

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 85
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh

Gambar 4.7 Peta Bathimetri Perairan Pelabuhan Malahayati

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 86
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh
Gambar 4.8 Peralatan Pengukur GPS dan Peralatan Echo Sounder

Gambar 4.9 Pelaksanaan pekerjaan Bathimetri dan pengambilan sampel air laut.

4.2.2.3 Pengukuran Hidrometri (Kecepatan Arus).


Tujuan pengukuran kecepatan arus adalah untuk mendapatkan besaran kecepatan dan arah arus
yang akan berguna dalam penentuan sifat dinamika perairan lokal.Metoda pelaksanaan pengukuran
dijelaskan sebagai berikut.
Pengukuran arus dilakukan pada 1 (satu) lokasi dimana arus mempunyai pengaruh penting .Lokasi
pengukuran arus di kolam pelabuhan .
Penempatan titik pengamatan ini disesuaikan dengan kondisi oseanografi lokal dan ditentukan dari
hasil studi pengamatan / survey pendahuluan (reconnaissance survey) yang dilakukan adalah
pengukuran distribusi kecepatan, dalam hal ini pengukuran dilakukan dibeberapa kedalaman dalam
satu penampang. Berdasarkan teori yang ada, kecepatan arus rata rata pada suatu penampang
yang besar adalah :

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 87
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh

V = 0,25 (V 0,2d + 2 X V 0,6d +V 0,8d)


Dimana : V 0,2 d = arus pada kedalaman 0,2 d.
d = kedalaman lokasi pengamatan arus.
Pengamatan kecepatan arus dilakukan pada kedalaman 0,2 d, 0,6 d, 0,8 d seperti yang ditampilkan
pada Gambar 4.7
Pengukuran arus dilakukan pada saat pasang tertinggi (spring tide) dan surut terendah (neap
tide).Lama pengukuran selama 2x24 jam dengan interval waktu satu jam, yaitu dari saat surut
sampai saat surut berikutnya atau pada saat pasang sampai pasang berikutnya atau sering disebut
1(satu) siklus pasang surut.
Disamping mengetahui besar arus, arah arus juga diamati.

Gambar 4.10 Pengukuran arus pada 3 kedalaman laut

0.2 d

0.6 d

0.8 d

GAMBAR 3.5 PENGUKURAN ARUS PADA 3 KEDALAMAN LAUT


Gambar 4.11 Grafik Kecepatan Arus Laut pada 3 lokasi kedalaman

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 88
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh

0.07

0.06

0.05

0.04
Kecepatan m/detik

0,2d
0,6d
0.03
0,8d

0.02

0.01

Gambar 4.12 Peralatan Current Meter


0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
jam ke

Gambar 4.12 Peralatan Current Meter untuk pengukuran arus

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 89
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh
4.2.3 Topografi.
Pelabuhan Malahayati terletak di Kabupaten Aceh Besar tepatnya di pantai Utara Provinsi Aceh
didaratan pantai yang memanjang menyelusuri pantai dari arah Barat kearah Timur Teluk Krueng
Raya. Sedangkan ketinggian rupa bumi berupa topografi daratan di areal pelabuhan ketinggian
antara +3,0 mLWS samapai +4,0 mLWS diatas permukaan laut (LWS). Keadaan topografi
disekitar areal Pelabuhan Malahayati dataran pantai aluvial landai dan meninggi kearah dataran
tinggi dengan kemiringan 0 – 30%.
Daerah pantai disekitar Pelabuhan Malahayati terdiri dari tanah jenis lumpur berpasir hingga 200
m kearah lepas pantai. Kondisi pantai mencapai kemiringan 1 : 400 hingga kedalaman -12
MLWS. Laut dalam dengan kedalaman -15 MLWS memanjang hingga 3,0 km kearah Utara arah
laut hingga laut lepas .
Bentangan alam perbukitan berada disebelah Timur dan Selatan dan Barat pada kemiringan 30°
sampai 60°. Pekerjaan topografi terbatas hanya dalam pengukuran posisi posisi dermaga dan
fasilitas pelabuhan lainnya dan ketingian terhadap bidang surutan LWS , pekerjaan topografi
mengggunakan peralatan Total station (TS) (teodolit), yang hasilnya mendapatkan posisi
horizontal dan vertical (x,y,z) seperti yang telah disajikan dalam peta terlampir.
Penampatan Bench mark (BM) diperlukan untuk sebagai titik control yang terletak di areal
pelabuhan yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang yaitu Badan Koordinasi Survey dan
pemetaan nasional (Bakosurtanal) sebagai dasar pemetaan topografi di areal pelabuhan
Malahayati
.
4.2.3.1 Kegiatan survey Pengukuran dan Pemetaan Topografi
Kegiatan survey pengukuran dan pemetaan topogradi secara garis besarnya meliputi tahapan
sebagai berikut :
A. Pekerjaan Persiapan.
Pekerjaan persiapan terdiri dari persiapan peralatan dan bahan untuk pelaksanaan survey
lapangan , kegiatan persiapan survey lapangan antara lain mencakup pekerjaan :
1. Indentifikasi batas tanah dan kebutuhan lahan untuk pengembangan pelabuhan dan
pengembangan areal komersil.
2. Membuat peta rencana kerja yang berisi rencana pengukuran , distribusi Bench Mark dan
rencana jalur pengukuran kerangka polygon tertutup serta profil memanjang dari batas
permukaan air terendah 0,0 mLWS .
3. Membuat patok patok kayu dan patok sementara Bench Mark.
B. Pekerjaan Survey Pengukuran dan Pemetaan.
Pekerjaan survey pengukuran dan pemetaan disini secara garis besarnya meliputi kegiatan :
1. Pemasangan patok patok tetap dan tik control point (CP) yang mengacu pada spesifikasi
antara lain :

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 90
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh
 BM yang telah ada berukuran 20 X 20 cm dan dengan panjang 1,0 meter dan ditanam 70 cm .
 Control Point dipasang pada tempat yang aman dan mudah dicari serta dipasang sesuai
dengan tempat yang telah di rencanakan pada tahap persiapan.
2. Pengukuran Kerangka Dasar Horizontal .
Pengukuran kerangka Dasar Horizontal menggunakan metode Polygon tertutup, pengukuran
Polygon bertujuan untuk membuat atau menambah titik titik kerangka dasar horizontal
pemetaan. Titik titik Polygon ini kemudian akan digunakan sebagai titik referensi dalam
pengukuran koordinat . Pengukuran Polygon di ikatkan pada titik ikat kerangka dasar horizontal.
Untuk pengukuran sudut dan jarak :
o Alat yang digunakan adalah Theodolith ETS Topcon .
o Salah penutup sudut maksimum 10‖ √ N , dimana N = jumlah titik.
o Salah Linear jarak 1 : 10.000 meter.
Pelaksanaan pengukuran yang dilakukan semua patok polygon pengukuran diambil referensi
dari Bench Mark (BM) yang dibuat oleh Bakosurtanal.
3. Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal.
Pengukuran kerngka dasar vertical di maksud untuk menetukan beda tinggi antara titik titik di
muka bumi serta menentukan ketinggian terhadap suatu bidang referensi (bidang 0,0 mLWS)
yang telah ditetapkan . Bidang tinggi didifinisikan sebagai selisih jarak terpendek antara dua
bidang nivo yang melalui dua titik di atas permukaan bumi. Karena ketinggian titik referensi
terhadap permukaan permukaan laut (0,0 mLWS) . Setiap bidang nivo yang melalui titik
dipermukaan bumi akan merupakan bidang atau garis yang sejajar dengan permukaan laut .
Alat yang dipergunakan adalah :
a. Total Station (TS) .
b. Jalur pengukuran kerangka vertical mengikuti jalur polygon .
c. Toleransi kesalahan penutup maksimum (8√D) mm, dimana D adalah jumlah jarak dalam
satuan Km.
C. Pengukuran Data Situasi.
Pelaksanaan pengukuran dilakukan dengan metode tachimetri, terhadap semua detail bangunan
fasilitas yang ada . Pengukuran situasi dimaksud untuk mendapatkan detail situasi yang
dilengkapi dengan garis garis kountur ketinggian semua kenampakan yang ada , baik yang
alamiah maupun buatan manusia diukur dengan teliti dan benar. Alat ukur yang digunakan
adalah ETS . Pengukuran mencakup sisi Utara fasilitas pelabuhan dermaga trestle, bangunan
bangunan , areal komersil areal pelabuhan

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 91
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh

Gambar 4.13 Peta Topografi di Pelabuhan Malahayati

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 92
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh
Gambar 4.14 Pengukuran Topografi di Patok BM Bakosurtanal dengan alat TS

Gambar 4.15 Lokasi pengukuran topografi

4.3 Survey Di Lokasi Ex Wilker Pelabuhan Sigli


Lokasi Ex Wilker Pelabuhan Sigli terletak di pusat kota Sigli, kondisinya tinggal bangunan kantor bekas
Syahbandar Sigli dan Pelabuhan Sigli sudah tidak kelihatan bekasnya. Bekas lokasi pelabuhan sudah
menjadi tempat wisata dan sedang diadakan pengurugan jalan dari pantai di tepi sungai menuju laut.
Pemetaan hanya dilakukan dengan GPS untuk lokasi di bekas Kantor Syahbandar.
Gambar 4.16 Foto Lokasi Kantor Wilker Sigli dan pantai bekas Pelabuhan

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 93
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh

Gambar 4.17 Peta Geografis Lokasi Kantor Wilker Sigli

4.4 Kesimpulan Survey Lapangan


Kesimpulan berdasarkan peta bathimetri yang telah dilaksanakan dengan rincian data sebagai
berikut :
 Perubahan kedalaman di kolam pelabuhan dan alur masuk pelabuhan bila dibandingkan dengan
peta laut Hidral No 9 tidak ada perbedaan signifikan.
 Batas alur di sebelah Timur adalah buoy merah dengan posisi koordinat
05°- 36’-30,48‖ U dan 95°-31’-30,10‖ BT
 Rata-rata kedalaman kolam Dermaga = - 3 MLWS sd - 7 MLWS
 Kecepatan arus maksimum = 0,04 m/det.
 Posisi stasion pasang surut 05°- 35’- 48,38‖ LU & 95°- 31’ - 28,83‖ BT.
 Type pasang surut ― Semidiurnal ― pasang ganda.
 Air tertinggi (HHWS) = 1,80 mLWS.
 Duduk Tengah (MSL) = 0,96 mLWS.
 Z0 = 90 cm.
 Kecepatan angin maksimum = 40 knot.
 Posisi buoy merah batas kolam pelabuhan 05°-36’-54,61‖ LU & 95°-31’-27,45‖ BT,

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 94
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh

5. KONDISI EKSISTING PELABUHAN

Pelabuhan yang dibangun pada Tahun 1975 sebagai pengganti dari Pelabuhan Ulee Lheue merupakan
pintu gerbang perekonomian bagi Provinsi Aceh. Kegiatan utama di pelabuhan ini adalah berupa kegiatan
bongkar muat barang dan penumpang terutama kegiatan bongkar muat barang antar pulau dan
penumpang lokal yang berasal dari dan ke Sabang dengan perkiraan pertumbuhan kegiatan tersebut
sebesar 1% s.d 4% pertahunnya, disamping angkutan sembilan bahan pokok lainnya untuk kebutuhan
masyarakat setempat. Dengan kondisi hidrografis dan geografis yang dimiliki Pelabuhan Malahayati,
untuk masa yang akan datang pelabuhan ini diarahkan menjadi pelabuhan cargo antar pulau.

5.1. Hidrografi dan Hinterland Pelabuhan Malahayati

5.1.1 Hidrografi Pelabuhan Malahayati

Pantai di sekitar Pelabuhan Malahayati cukup landai dan dasar laut umumnya berpasir. Pelabuhan ini
terlindung dari ombak baik pada musim angin barat maupun musim angin timur. Namun demikian pada
periode Bulan April – Oktober dapat terjadi gelombang setinggi 2 meter, yang sangat membahayakan
pelayaran.
Kedalaman terkecil di depan dermaga sekitar -6 M LWS dan di sebelah Ujung Batu sekitar- 3,4 – 5,9 M
LWS.
 Pasang Surut

Waktu tolok : GMT + 07.00


Sifat pasut : Campuran condong ganda (Mixed semi diurnal)
Tunggang air rata – rata pada pasang purnama 120 cm dan saat pasang mati 50 cm, dengan muka
surutan (Zo) 100 cm di bawah DT.
 Arus

Arus pasang bergerak dari Timur Laut menuju Barat Daya dengan kecepatan maksimum 0,4 knot.
Dengan kecepatan yang sama akan surut dari arah Barat menuju ke Timur Laut.

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 95
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh

Gambar 5.1 Peta Hidrografi Teluk Kruengraya.

Alur masuk pelabuhan ditandai buoy merah

Turning basin Pelabuhan


Malahayati

 Cuaca

Suhu udara rata – rata di daerah ini 32oC, dengan kelembaban 80 %. Hujan jatuh sepanjang tahun dan
sering berturut – turut 2 – 3 hari. Musim hujan terjadi pada periode April – Nopember. Periode yang
relatif kering terjadi pada Bulan Juni – Juli.
Musim Timur berlangsung Bulan Nopember – April dengan arah angin bertiup dari Timur. Musim Barat
berlangsung dari Bulan Mei – Oktober dengan arah angin bertiup dari Barat Daya. Pada periode
Desember – Pebruari angin bertiup rata –rata lebih kencang daripada bulan lainnya. Sedangkan pada
periode Juli – Oktober merupakan bulan yang terbanyak curah hujannya.

 Penglihatan

Penglihatan mendatar umumnya baik dan mencapai rata – rata lebih dari 10 Km, kecuali di saat adanya
kabut dan hujan pada pagi hari. Pada kondisi ini penglihatan hanya mampu mencapai kurang dari 4 Km.

 Tekanan Udara

Tekanan udara rata – rata bulanan sepanjang tahun berkisar antara 1008,0 mb – 1012 mb.

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 96
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh
Gambar 5.2 Foto Jalan Masuk Gerbang Pelabuhan Malahayati

5.1.2 Hinterland Pelabuhan Malahayati

Berdasarkan hasil Studi Potensi Hinterland Tahun 1998 PT Pelindo I tercatat hinterland Pelabuhan
Malahayati meliputi Kota Banda Aceh, Kabupaten Aceh Besar dan Kabupaten Pidie. Komoditi utama yang
dihasilkan dari ketiga daerah hinterlandnya meliputi semen, pasir besi, coklat, padi, ikan laut, karet serta
kelapa.

Dari wilayah cakupan hinterland tersebut komoditi unggulan yang melewati Pelabuhan Malahayati untuk
jenis barang ekspor adalah pozzolan, barang impor adalah aspal, barang antar pulau muat adalah
cengkeh dan pasir besi serta untuk antar pulau bongkar adalah semen, BBM. Kegiatan yang paling besar
berada di lokasi TERSUS berupa pertambangan semen curah, gypsum, batu bara dan BBM.

Sedangkan persentase distribusi muat komoditi pekebunan yang melewati pelabuhan di daerah Provinsi
Aceh lebih kecil dibandingkan dengan provinsi lainnya di daerah Sumatera, hal ini mengindikasikan
produksi perkebunan di daerah ini belum memanfaatkan secara optimal pelabuhan yang ada di
daerahnya dan lebih banyak mengandalkan moda angkutan darat sebagai sarana transportasi komoditi
keluar daerah Aceh.

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 97
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh
Gambar 5.3 Hinterland Pelabuhan Malahayati

P. WEH Sabang
Balohan
Lampuyang
MALAHAYATI
BANDA ACEH
Ule Lhee
Peukanbada
Kruengraya Ibukota Propinsi
Sp. Rima

LHOKNGA
Sibreh
Sigli Ibukota Kabupaten
Seulimeun Reubee
Caloue
KABUPATEN ACEH BESAR
Lhong Jantho Kotabakti
Meureudu Kruenggeukuh
Samalanga Bireuen Geurugok
Lhokseumawe
Kota Lain
Keumala
Jeunieb Peudada Matangpayang
Lamno
KABUPATEN Geudong Batas Propinsi
Tangse
ACEH UTARA Lhoksukon Idicut
KABUPATEN

Lhokkruet
Sp. Turu
PIDIE
Idi
Batas Kabupaten
Peureulak
Geumpang
Lampahan Janarata Jalan Lintas
Pameue Sp. Tiga
Lageuen Takengon
Calang
Sp.Kebanyakan
Jalan Kereta Api
KABUPATEN
ACEH TENGAH KABUPATEN Kualalangsa

Teunom
KABUPATEN
ACEH BARAT
ACEH TIMUR Langsa Garis Pantai
Uwak

Danau
Suaktiman Meulaboh
Rikitgaib
Kuala Tuha
Aliebili
Lokasi Pelabuhan

Ke
Blangkejeren

Bin
SENTRA PRODUKSI KOMODITI

jai
Kotabahagia

Pulaukryet
KABUPATEN
ACEH TENGGARA PELABUHAN Nama Pelabuhan
Blangpidie

Kab. Aceh Besar Semen Mangeng


Tangantangan
Hinterland Pelabuhan
KABUPATEN Tanahmerah
Kodya Banda Aceh Pasir besi Labuhanhaji

Kutobaro
ACEH SELATAN
Kutacane
Ngakram

Kab. Pidie Coklat Samadua


Sawang
Lawesigalagala

Padi Tapaktuan

Ke
Ikan laut

Ko
ta
bu
luh
Karet Kandang
Bakangan
G. Kapur
Kelapa Sangiran
Sibigo
P. SIMEULUE
Truman
Krueng Luas

Munafa
Datimun

Nosrehe Subulussalam
Koboi
Kampungair
Bulohsama
Ulul Umbang
Sinabang
Lipatkajang
Lasikin Labuhan Bajau P. UJUNGBATU

Gosong Telaga
Singkil

P. LASIA
Pulaibanyak Ke
Ba
P. TUANGKU rus
P. BABI
P. BANGKARU

Selain itu juga ada TERSUS serta TUKS di kawasan DLKr Perairan Pelabuhan Malahayati yang
kegiatannya cukup penting bagi perekonomian daerah Malahayati, yaitu TERSUS Pertamina, serta TUKS
PT. Avaqindo Sagara.

Tabel 5.1 Dermaga TERSUS/TUKS di Sekitar Pelabuhan Malahayati

Bidang
No. Nama Operator Posisi Keterangan
Usaha
1 PT. Pertamina Distribusi Malahayati Dermaga
BBM
2 PT. Avaqindo Sagara Perikanan Malahayati Dermaga

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 98
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh
5.1.3 Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) dan Daerah Lingkungan Kepentingan (DLKp) di
Pelabuhan Malahayati

Pengelolaan atas Pelabuhan Malahayati saat ini ini dilakukan oleh PT Pelindo I Cabang Malahayati.
Pelabuhan Malahayati termasuk dalam klasifikasi sebagai Pelabuhan Kelas III dibawah KSOP Malahayati.
Sesuai Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP 414 Tahun 2013 tentang Penetapan Rencana Induk
Pelabuhan Nasional, hierarki peran dan fungsi Pelabuhan Malahayati ini adalah sebagai pelabuhan
pengumpul.

Sesuai Keputusan Menteri Perhubungan KM No 58 Tahun 1999 tentang Batas-batas Daerah Lingkungan
Kerja dan Daerah Linggkungan Kepentingan Pelabuhan Malahayati, meliputi Daerah Lingkungan Kerja
Pelabuhan daratan seluas 205.290 m2 (20,529 Ha), Daerah Lingkungan Kerja Perairan seluas 700 Ha dan
Daerah Lingkungan Kepentingan Perairan Pelabuhan seluas 2.000 Ha.

Gambar 5.4 Peta Batas-batas Daerah Lingkungan Kerja Daratan Pelabuhan Malahayati.

Sumber : PT Pelindo I

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 99
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh
Gambar 5.5 Peta Batas-batas Daerah Lingkungan Kerja Perairan dan Daerah Lingkungan Kepentingan
Perairan Pelabuhan Malahayati

Sumber : PT Pelindo I

5.2 Lokasi dan Fasilitas yang ada di Pelabuhan Malahayati

5.2.1 Lokasi Pelabuhan Malahayati


Pelabuhan Malahayati, berlokasi di Jalan Krueng Raya, Kecamatan Mesjid Raya, Kabupaten Aceh Besar,
Provinsi Aceh. Posisi pada Koordinat 05° 35’ 50‖ Lintang Utara dan 95° 30’ 35‖ Bujur Timur. Dari Kota
Banda Aceh melalui jalan negara Krueng Raya berjarak 32,5 km. Berdekatan dengan jalur pelayaran
internasional Selat Malaka dan Pelabuhan Sabang.
Panjang Dermaga Malahayati 380 M’ , terdiri dari dermaga lama panjang 100 M’ , dermaga BRR Aceh
panjang 140 M’ dan dermaga bantuan Belanda (Decorient) panjang 140 M’. Kedalaman dermaga antara -
3,5 M LWS s/d – 9 M LWS. Makin arah kiri dermaga sering terjadi pendangkalan pasir, sehingga perlu
perawatan pengerukan secara berkala. Hanya berjarak -/+ 10 meter didepan dermaga kedalaman
mencapai -9 M LWS keatas.

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 100
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh
Gambar 5.6 Peta Google Pelabuhan Malahayati

Gambar 5.7 Peta Layout Pelabuhan Malahayati

Sumber : Pelindo I Medan

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 101
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh
Gambar 5.8 Foto dua buah Bouy tambat disebelah kiri dermaga dan sero nelayan di perairan Pelabuhan
Malahayati

Gambar 5.9 Foto lokasi PT Avaqindo Sagara dan Silo PT Semen Padang di Pelabuhan Malahayati

5.2.2 Fasilitas dan Peralatan Pelabuhan Malahayati

Tabel 5.2 Fasilitas Pelabuhan Malahayati

URAIAN KAPASITAS

1 Luas Area Perairan 7.000 Ha

2 Panjang Alur Pelayaran 800 meter

3 Lebar Alur Pelayaran 400 meter

4 Kedalaman Alur Pelayaran - 20 M LWS

5 Luas Kolam Pelabuhan 156 Ha

6 Kedalaman Kolam Dermaga BRR -3,5 sd -6,5 M LWS

7 Kedalaman Kolam Dermaga Lama -7 M LWS

8 Kedalaman kolam Dermaga Decorient - 7 sd - 9 M LWS

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 102
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh

9 Luas Area Daratan 20,52 Ha

10 Panjang Dermaga 380 (140+100+140) M’

(140x26)+(100x16)+(1
11 Luas Dermaga 40x16) M²

(120x9,6)+(100x10)+(7
12 Luas Trestle 8x9,6) M²

13 Gudang 800 M²

15 Lapangan Penumpukan 23.991 M²


16 Lapangan Penumpukan Petikemas 6.980 M²

17 Terminal Penumpang Kelas B 500 M²

18 Jalan pelabuhan (aspal/Conblock) 6.911 M²

19 Kantor Pelabuhan 521 M²

20 Garasi Alat Berat 108 M²

21 Rumah Pompa air 39 M²


22 Rumah Genset 39 M²

23 Pos Jaga/security 24 M²
Sumber : Pelindo I
* Kondisi Terminal Penumpang : Rusak tidak terpakai
Kondisi Trestel dermaga lama berlobang (ditutup operasional), dibawah dermaga lama dan
trestel bagian balok dan lantai sudah terkelupas/kelihatan penulangan beton.

Gambar 5.10 Foto dermaga dan trestel BKR dan dermaga lama (ada petikemas kosong)

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 103
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh
Gambar 5.11 Trestle dermaga lama dan kerusakan di balok trestel lama

Gambar 5.12 Kerusakan lantai trestel lama dan penutupan trestel dengan pagar

Tabel 5.3 Peralatan Pelabuhan Malahayati

URAIAN KAPASITAS/UNIT

1 Kapal Tunda HP 1 UNIT

2 Reach Stacker 45 TON 1 UNIT

3 Mobil Crane 40 TON 1 UNIT

4 Forklift 7 TON 10 UNIT

5 Flat Back Truck 20‖ 2 UNIT

6 Head Truck 20‖ 6 UNIT


Sumber : Pelindo I
* 1 unit HMC baru untuk Pelabuhan Malahayati sedang dalam proses erection.

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 104
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh
Gambar 5.13 Peralatan Forklift dan Mobil Crane

Gambar 5.14 Peralatan Rich Stacker didalam gudang Pelabuhan Malahayati

5.2.3 Kinerja Operasional Pelabuhan Malahayati 2011-Smt I 2015

Dari hasil evaluasi data arus barang di Pelabuhan Malahayati (termasuk kawasan) selama lima tahun
terakhir (2010 -2014) terjadi fluktuasi (rata-rata 1.697.000 ton selama 4 tahun) dan menurun sejak
tahun 2014 menjadi 815.237 ton. Petikemas rata-rata masih dibawah 1.000 teus per tahun. Jenis barang
yang dominan diangkut di Pelabuhan Malahayati adalah barang-barang antar pulau muat (AP. Muat), dan
barang AP. Bongkar. Untuk kunjungan kapal terjadi kenaikan secara linier, dari tahun 2010 sebesar 386
call/ 1.412.917 GT menjadi 846 call/ 2.799.050 GT

Komoditi potensial dari wilayah hinterland Pelabuhan Malahayati adalah pinang, kapok, kemiri, kelapa,
ternak sapi, udang, minyak kelapa, beras, pisang, melinjo olahan serta ikan laut.

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 105
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh
Tabel 5.4 Volume Arus Bongkar Muat Barang, Petikemas di dermaga umum Pelabuhan Malahayati
tahun 2010 sd Juni 2015

Jumlah Muatan Barang Jumlah Peti Kemas


Total Total
Tahun Muat Bongkar Muat Bongkar

(Ton) (Ton) (Ton) (TEU) (TEU) (TEU)


2010 38,898 212,852 251,750 988
2011 32,182 159,702 191,884 -
2012 9,539 181,660 191,199 -
2013 6,222 181,555 187,777 534
2014 49,788 281,101 330,887 114
sd Juni
2015 1,187 82,057 83,244 -

Sumber : Rekapitulasi Konsultan

Gambar 5.15 Grafik Volume Arus Bongkar Muat Barang, Petikemas di dermaga umum Pelabuhan
Malahayati tahun 2010 sd Juni 2015

Tabel 5.5 Kinerja operasional dermaga umum Pelabuhan Malahayati 2011- Smt I 2015

Realisasi
Satuan
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1 2 3 4 5 6 7 8

A. TRAFIK
1. Kunjungan Kapal Call 92 62 115 129 46
Grt 304,361 220,228 422,601 456,142 158,137
2. Jumlah Bongkar muat Ton 191,884 191,199 187,777 330,887 83,244
3. Rata-rata LOA Meter - 99 101 98.137 94

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 106
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh
B. SERVICE TIME
1.Waiting Time (WT) Jam/Kapal 6.16 0.00 0.16 0.00 0.08
a. Pilot Jam/Kapal - 0.01 0.16 0.00 0.02
b. Dermaga Jam/Kapal - 0.00 0.00 0.00 0.06
2.Postpone Time (PT) Jam/Kapal 12.38 2.33 18.72 8.64 5.61
3.Approach Time (AT) Jam/Kapal 24.16 2.01 3.41 0.61 0.47
4.Berthing Time (BT) Jam/Kapal 414.52 7.22 41.02 77.79 82.13
a.Berth Working Time (BWT) Jam/Kapal 342.18 57.98 48.46 54.66 49.90
1) Effective Time (ET) Jam/Kapal 5.64 44.06 13.80 31.71 17.60
2) Idle Time (IT) Jam/Kapal 336.53 14.06 24.68 23.10 34.82
b.Non Operating Time (NOT) Jam/Kapal 73.31 1.77 23.50 39.74 36.06
5.Turn Round Time (TRT) Jam/Kapal 484.72 41.26 37.09 86.90 70.28
6. ET/BT % - - - - 22.78
C. UTILIZATION
1.Dermaga
a. Berth Occupancy Ratio (BOR) % 0.22 15.44 16.46 33.74 22.29
b. Berth Through Put (BTP) Ton/M 111.28 721.68 471.93 881.73 39.62
2.Lapangan Penumpukan
a. Yard Occupancy Ratio (YOR) % 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
b. Yard Through Put (YTP) Ton/M2 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
3.Gudang Penumpukan
a. Shed Occupancy Ratio (SOR) % 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
b. Shed Through Put (STP) Ton/M2 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
D. PRODUKTIVITY
1.General Cargo T/G/H 3 33.00 33.00 78.02 24.48
2.Bag Cargo T/G/H 0.00 0.00 151.02 17.26
381
3.Unitized T/G/H 1 0.00 0.00 43.71 0.00
4.Curah Cair
a. Truck Lossing T/G/H 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
b. Pipa Lossing T/P/H 0.00 0.00 599.54 64
10,289
5.Curah Kering
a. Truck Lossing T/G/H 0.00 0.00 283.20 0.00
b.Pipa Lossing T/P/H 118.00 118.00 2570.40 684
3,577
6.Container Konvensional
a. Truck Lossing B/C/H 0.00 2.00 2.00 1.00 0.00
b. Lapangan B/C/H 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Sumber : PT Pelindo I Cabang Malahayati

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 107
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh
Gambar 5.16 Foto Penyandaran Kapal Rimba Segara Line (semen)

Gambar 5.17 Instalasi hose pipe Semen Padang di dermaga Decorient Pelabuhan Malahayati

5.3 Lokasi dan Fasilitas yang ada di Wilayah Kerja (Ex Wilker) Pelabuhan Sigli
Lokasi Wilker Pelabuhan Sigli terletak di pusat kota Sigli, kondisinya tinggal bangunan kantor bekas
Syahbandar Sigli dan Pelabuhan Sigli sudah tidak kelihatan bekasnya. Bekas lokasi pelabuhan sudah
menjadi tempat wisata dan sedang diadakan pengurugan jalan dari pantai di tepi sungai menuju laut.
Kegiatan Wilker Pelabuhan Sigli hanya pelayanan kesyahbandaran untuk kapal-kapal ikan. Sesuai RTRW
Kabupaten Pidie, untuk transportasi laut Pelabuhan Sigli sudah tidak dimasukkan dalam Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Pidie guna pengembangan sampai tahun 2035.

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 108
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh
Gambar 5.19 Foto Udara bekas lokasi Pelabuhan Sigli dan rumah dinas Pelabuhan Sigli

Gambar 5.20 Foto bekas lokasi Pelabuhan Sigli

Gambar 5.21 Foto Lokasi Pelabuhan Ikan TPI Sigli

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 109
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh
5.4 Pengecekan terhadap Koordinat Batas-batas DLKr Daratan, DLKr Perairan dan DLKp
Perairan Pelabuhan Malahayati.
Dari hasil pengecekan terhadap koordinat batas-batas DLKr maupun DLKp Pelabuhan Malahayati sesuai
Keputusan Menteri Perhubungan KM No 58 Tahun 1999 tentang Batas-batas Daerah Lingkungan Kerja
dan Daerah Linggkungan Kepentingan Pelabuhan Malahayati, terdapat perbedaan posisi maupun luas
sesuai data Google Earth sebagai berikut :

5.4.1 Posisi dan Luas DLKr Daratan.


Posisi koordinat bergeser kedepan dermaga dan luasnya menjadi 21,59 Ha. Hal ini perlu dilakukan
koreksi terhadap koordinat sesuai data hasil pengukuran dengan GPS terhadap lokasi yang ada.

Gambar 5.22 Hasil Pengecekan Koordinat DLKr Daratan Pelabuhan Malahayati

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 110
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh
5.4.2 Posisi dan Luas DLKr Perairan.
Posisi koordinat A1 di Ujung Batu Kapal bergeser kekiri dilaut dan Koordinat DD ke darat, luasnya
menjadi 596 Ha. Hal ini perlu dilakukan koreksi terhadap koordinat sesuai data hasil pengukuran dengan
GPS terhadap lokasi yang ada.

Gambar 5.23 Hasil Pengecekan Koordinat DLKr Perairan Pelabuhan Malahayati

5.4.3 Posisi dan Luas DLKp Perairan.


Posisi koordinat BB di Ujung Baka Kapal dan AA dekat Kreung Rangmanyang bergeser arah laut dilaut
dan luasnya menjadi 2.384 Ha. Hal ini perlu dilakukan koreksi terhadap koordinat sesuai data hasil
pengukuran dengan GPS terhadap lokasi yang ada

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 111
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh

Gambar 5.24 Hasil Pengecekan Koordinat DLKp Perairan Pelabuhan Malahayati

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 112
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh

6. NOTULEN RAPAT PADA FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD) Banda Aceh 29 Juli 2015

I. Maksud dan tujuan acara FGD.


Maksud di adakan acara FGD adalah untuk mendapatkan masukan serta diskusi diantara Instansi
Pemerintah terkait dalam rangka penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati pada
Propinsi Aceh.
Dengan tujuan adanya sinkronisasi antara Pengembangan Pelabuhan Malahayati dan Pelabuhan
Pidie di antara Penyelenggara, Operator Pelabuhan dan rencana Pengembangan wilayah oleh
Pemerintah Daerah.
II. Pengantar dari Pimpinan Rapat dan KSOP Malahayati
1. Pengantar dari Pimpinan Rapat.
Menyampaikan maksud dan tujuan dari acara FGD, serta proses penyusunan RIP sampai
dengan persetujuan Kementrian Perhubungan.
2. Sambutan dari KSOP Malahayati.
KSOP Malahayati menyambut baik program RIP Malahayati, mendukung kegiatan tersebut
serta mengharapkan dukungan dari Instansi Pemerintah terkait untuk membantu dan
memberikan informasi dan masukan yang di perlukan dalam rangka penyusunan RIP
tersebut.
III. Laporan dari tim konsultan.
1. Menyampaikan ke para peserta FGD dalam bentuk expose sebagai bahan diskusi selama
FGD berlangsung, yaitu berupa beberapa informasi sehubungan dengan penyusunan RIP
Malahayati antara lain berupa,
a. Maksud dan tujuan penyusunan RIP.
b. Methode Penyusunan.
c. Data sekunder dan primer yang di perlukan.
d. Konsep awal rencana pengembangan.
2. Juga menyampaikan Instansi terkait yang telah di kunjungi dalam rangka pengumpulan data
serta masukan masukan berkaitan dengan koordinasi penyusunan RIP. Instansi yang telah
di kunjungi adalah;
a. Kantor Bappeda Propinsi Aceh.
b. Kantor Dinas Bina Marga / Kasub Din Bina Program Propinsi Aceh.
c. Kantor Dinas Perhubungan dan Komintel Propinsi Aceh.
d. Kantor Bappeda Kabupaten Aceh Besar
e. Kantor Dinas Perhubungan dan Komintel Kabupaten Aceh Besar
f. Kantor Dinas PU. Kabupaten Aceh Besar
g. Kantor Bappeda Kabupaten Pidie.

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 113
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh
IV. Tanggapan dari Peserta FGD.
1. Dari Bappeda Propinsi Aceh.
a. Bappeda akan mendukung rencana pengembangan Pelabuhan Malahayati.
b. Akan ada revisi dari RTRW Propinsi dan ini akan disesuaikan dengan rencana
pengembangan pelabuhan tersebut, termasuk peruntukan tanah disisi kanan
(menghadap laut).
c. Sesuai dengan RTRW Propinsi Banda Aceh Pelabuhan Malahayati tetap akan di
pertahankan sebagai Pelabuhan Umum dengan status Pelabuhan Utama di Propinsi Aceh.
2. Dari Bappeda Kabupaten Aceh Besar.
a. Mendukung rencana Pengembangan Pelabuhan Malahayati.
b. Ada rencana meningkatkan jalan penghubung antar Kabupaten.
c. Memberi informasi tentang telah ada pembebasan tanah di Ujung Karuh seluas 50 ha
untuk keperluan Kawasan Industri.
3. Dari Bappeda Kabupaten Pidie Jaya.
a. Memberikan masukan ada rencana pembangunan Pelabuhan Khusus untuk pabrik semen
yang akan di bangun di Laweung (Gua 7) dengan rencana produksi Tahun 1 sebesar 1,5
juta ton per tahun.
b. Mengusulkan ke Pihak Propinsi Aceh agar jalan yang menghubung antara Kota Sigli dan
Pelabuhan Malahayati di benahi sehingga aman untuk kendaraan besar angkutan peti
kemas.
c. Di Sigli tidak ada rencana membangun Pelabuhan Umum, yang ada adalah
mengembangankan Pelabuhan Perikanan yang sudah beroperasi saat ini.
4. Dari KaDis Perhubungan dan Komintel Propinsi Aceh.
a. Pada RIP ini agar juga di dasarkan pada studi studi terdahulu yang telah pernah
diadakan.
b. Pengembangan Pelabuhan Malahayati agar juga memperhatikan rencana angkutan kereta
api di Aceh. Di informasikan juga telah ada pembebasan tanah untuk angkutan kereta
api tersebut untuk angkutan dari Kabupaten Sigli ke Banda Aceh.
b. Didalam pengembangan agar juga memperhatikan aspek lingkungan.
c. Juga pada analisa pengembangan di pertimbangkan juga yang berkaitan dengan rencana
Kawasan Industri di Aceh.

5. Dari KaDis. Perhubungan dan Komintel Kabupaten Aceh Besar.


Sangat mendukung dan mengharapkan agar Pelabuhan Malahayati cepat berfungsi.

6. Dari KaDis Bina Program Provinsi Aceh.

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 114
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh
a. Akan mendukung berupa perencanaan dan peningkatan sarana jalan yang di perlukan
terutama jalan Nasional sehubungan dengan pengembangan Pelabuhan Malahayati.
b. Untuk jalan Nasional mendukung angkutan barang terutama angkutan peti kemas yang
menghubungkan antara Kabupaten Pidie dan Pelabuhan Malahayati akan di sesuaikan
dengan kebutuhan serta volume dari angkutan jalan serta perkembangan Pelabuhan
Malahayati.
c. Membenarkan ada suatu rencana pembuatan semacam jalan lingkar pada Kota Banda
Aceh, sehingga angkutan barang dari dan ke Pelabuhan Malahayati tidak melalui Kota
Banda Aceh depeti saat ini.

7. Dari Kabid. Jalan PU Kabupaten Aceh Besar.


a. Mendukung rencana pengembangan Pelabuhan Malahayati terutama penyediaan jalan
Kabupaten.
b. Pada anggaran tahun 2015 sedang dilaksanakan proyek peningkatan jalan Krueng Raya
– Blang Bintang dan Krueng Raya – Perbatasan Pidie ( ke Laueweung).

8. Dari GM PT Pelindo I Cab Malahayati.


a. Menyampaikan informasi tentang tanah yang berada disisi kanan (menghadap laut) yang
akan dipergunakan untuk pengembangan Dermaga curah, saat ini masih terikat kontrak
tanah pelabuhan perusahaan lain.

Jakarta, Agustus 2015.

Ir.P.Pudji Hartoyo MM
Ketua Tim Konsultan

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 115
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh
Daftar Hadir Rapat FGD RIP Malahayati di Banda Aceh :

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 116
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Malahayati
Provinsi Aceh
Foto FGD RIP Malahayati di Banda Aceh

Laporan Akhir
Buku I : Kompilasi Data 117

Anda mungkin juga menyukai