BAB I
PENDAHULUAN
1.1 UMUM
Sesuai dengan kebutuhan dibidang angkutan laut khususnya pelabuhan
perikanan untuk daerah ini, maka pengembangan fasilitas pelabuhan Perikanan
Kuala Tuha merupakan bagian penting dalam memperlancar jalur
perekonomian di wilayah ini. Tahap pekerjaan dalam perencanaan adalah
sebagai berikut :
a. Melakukan analisa terhadap hasil survey topografi, hidrografi, dan
penyelidikan tanah yang akan digunakan sebagai dasar dalam perencanaan
pondasi dermaga, layout, pengembangan dermaga serta tata ruang lokasi
dermaga.
b. Pemilihan tipe kontruksi dermaga dengan menggunakan desain kontruksi
strandart atau dengan prototipe yang telah ada
c. Perumusan akhir dan perencanaan detail dengan perhitungan dan gambar
untuk seluruh pekerjaan desain
d. Membuat daftar rekapitulasi rencana anggaran biaya kontruksi dermaga dan
fasilitas lainnya.
2. Arus
Kecepatan arus terendah 0,030 m/s dan kecepatan arus terbesar 0,487 m/, rata-
rata kecepatan arus pada kedalaman 0,2d adalah 0,240 m/s
3. Iklim
Suhu udara rata - rata 28,78OC, suhu minimum mencapai 25,7OC,
terjadi pada bulan November, Sedangkan suhu maksimum 28,60 OC sampai
30,9OC terjadi pada bulan Juni. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Juni
mencapai 39 mm/bulan , Sedangkan curah hujan terendah pada umumnya
terjadi pada bulan juli mencapai 170 mm/bulan, rata -rata lamanya penyinaran
matahari minimum terjadi pada bulan Agustus dan Nopember, yaitu 37 jam,
dan penyinaran maksimum 71 jam pada bulan April. Menurut Smith dan
Ferguson termasuk Daerah yang beriklim Tipe A (Iklim Tropik Basah).
4. Karakteristik Tanah
Berdasarkan hasil penyelidikan tanah yang dilaksanakan dilokasi
rencana dermaga dan bangunan utama (PPI), permukaan tanah berupa lempung
lunak-kelanauan, berwarna abu-abu gelap dengan kekakuan rendah, plastisitas
rendah dan kadar air sedang. Pada kedalaman 1,00 meter sampai 5,00 meter
memilki N SPT = 30. Selanjutnya tanah berupa lempung kepasiran, warna abu-
abu gelap, kekakuan rendah, plastisitas sedang dan kadar air sedang. Pada
kedalaman 15 N SPT = 45, sedangkan tanah keras dengan N SPT ≥ 50 berada
pada kedalaman 30,50 s/d 35 meter.
5. Gempa
Koefisien gempa dasar R = 0,05 g untuk struktur diatas tanah keras ;
dan R = 0,03 g untuk struktur diatas tanah lunak. Klasifikasi struktur kelas A
dengan koefisien keutamaan I, sehingga nilai I = 1,2 koefisien gempa rencana k
= R x I = 0,03 x 1,2 = 0,036 untuk tanah keras dan k = 0,036 untuk tanah lunak.
BAB II
DASAR PERENCANAAN
B. Standar Teknis
1. Perlindungan Pantai
- Shore Protection Manual, Department of The Army, Water Way
Experiment Station, Corp of Engineers. CERC, 1984.
- Coastal Engineering, Harbour and Beach Problems (Delft The
Netherlands, 1978,
- PIANC Regulations.
2. Konstruksi Bangunan Laut
- Recommendations of The Committee for the Water Front Structures
(EAU, 1980)
- Technical Satnadars for Port and Harbour Facilities in Japan 1991,
The Overseas Coastal Area Development Institute of Japan.
3. Pengerukan, Reklamasi dan Pondasi
- American Standard for Testing and Materials (ASTM)
- American Association for State Highway and Transportation Official
(AASHTO)
tumpukan ikan, barang dan kendaraan maupun gerobak yang berada di atas
dermaga. Gaya-gaya tersebut merupakan gaya yang sifatnya bergerak atau
disebut beban hidup. Gaya yang diakibatkan oleh berat sendiri bangunan
misalnya plat lantai dermaga, balok-balok dermaga, balok poor, tangga, lampu
fender dsb. Gaya-gaya tersebut di sebut beban mati.
dengan :
E = energi benturan (ton meter)
V = komponen tegak lurus sisi dermaga dari kecepatan kapal
Membentur dermaga (m/det)
W = displacement (berat kapal)
g = percepatan gravitasi
Cm = koefisien massa
Ce = Koefisien eksentrisitas
Cs = Koefisien kekerasan (diambil 1)
Cc = Koefisien bentuk dari tambatan (diambil 1)
KECEPATAN MERAPAT
UKURAN KAPAL
(DWT) LAUT TERBUKA
PELABUHAN (m/det)
(m/det)
Sampai 500 0,25 0,30
500 – 10.000 0,15 0,20
10.000 – 30.000 0,15 0,15
Diatas 30.000 0,12 0,15
Koefisien massa tergantung pada gerakan air di sekeliling kapal, yang dapat
dihitung dengan persamaan berikut :
di mana :
dengan :
Cb = koefisien Blok Kapal
d = draft kapal (m)
B = lebar kapal (m)
Lpp = panjang garis air (m)
γo = berat jenis air laut (t/m3)
energi sisa dan energy kinetik kapal yang merapat, dan dapat dihitung dengan
formula berikut :
dengan :
l = jarak sepanjang permukaan air dermaga dari pusat berat kapal
sampai titik seperti terlihat dalam gambar 2.1
r = jari-jari putaran di sekeliling pusat berat kapal pada permukaan air
Panjang garis air (Lpp) dapat dihitung dengan formula empiris berikut :
3. Gaya longitudinal apabila angin datang dari arah lebar (α= 90º)
di mana :
dengan :
Rw = gaya akibat angin (Kg)
Qa = tekanan angin (Kg/m2)
V = kecepatan angin (m/det)
Aw = proyeksi bidang yang tertiup angin (m2)
dermaga dan alat penambat. Besar gaya yang ditimbulkan oleh arus ditentukan
dengan persamaan berikut ini.
2. Gaya tekanan karena arus yang bekerja dalam arah sisi kapal :
dengan :
R = gaya akibat arus (Kgf)
S = luas tampang kapal yang terendan air (m2)
ρ = rapat massa air laut , ρ = 104.5 (Kgf.d /m4)
C = Koefisien tekanan arus
V = kecepatan arus (m/d)
B’ = luas sisi kapal di bawah muka air (m2)
memperhatikan cuaca dan kondisi laut, konstruksi alat penambat dan data
pengukuran gaya tarikan.
e. Gaya Gempa
Bangunan pelabuhan termasuk dalam bangunan kategori khusus, maka
besaran koefisien gempa harus dihitung 2x dari koefisien gempa dasar. Arah
kerja gempa harus dianalisis pada segala arah.
Sebagai akibat gaya gempa yang mendadak, maka metoda hitungannya
memberikan toleransi adanya kenaikan tegangan-tegangan yang diijinkan pada
konstruksi-konstruksi kayu, beton dan baja sebesar sekitar 1.5 x dari tegangan
tegangan yang diijinkan bagi tegangan-tegangan tarik, tekan dan geser, sedang
daya dukung tanah diijinkan kenaikan antara (30% - 50 %) tergantung dari
jenis/klasifikasi tanah.
Besarnya gaya gempa dihitung berdasarkan Peraturan Perencanaan
Tahan Gempa Indonesia untuk gedung 1983 dan mengacu pada SNI 1726-1989,
Kabupaten Nagan Raya termasuk di wilayah gempa 2 . Koofesien gempa
mengacu pada Uniform Building Code (UBC) 1985 , yaitu seperti pada tabel 2.3.
URAIAN I CS K
Struktur Bangunan Gedung 1,5 0,14 1
Struktur Baja 1,5 0,14 1
Struktur Beton Bertulang 1,5 0,14 1
Dermaga dan Trestle 1,5 0,14 0,6
dengan
μ = Z.I.K.CS. dan
W = DL + 0,5 LL
W = berat bangunan dari struktur dan peralatan permanent.
pembebanan yang lebih dominan ditetapkan sebagai beban rencana yang perlu
ditahan oleh struktur. Asumsi yang digunakan dalam pembebanan adalah,
bahwa kejadian beban tidak terjadi secara bersamaan. Kombinasi pembebanan
adalah seperti berikut :
dengan :
Qult = daya dukung batas tiang pancang ( ton)
Qall = daya dukung ijin (ton)
Ap = luas ujung penampang tiang pancang ( m2)
As = Luas keliling tiang pancang = keliling tiang x panjang (m2)
Qu = nilai unconfined compressive strength tanah lempung
Pd = tekanan overburden effektif di ujung tiang pancang (t/m2)
N = nilai SPT pada ujung tiang
Nrata = nilai SPT rata-rata sepanjang tiang
Ks = koefesien tekanan tanah lateral
Cu = kohesi rata-rata sekeliling tiang ( t/m2)
δ = sudut geser antara tiang dan tanah , untuk baja = 20
Op = keliling tiang pancang ( m)
dengan :
qa = daya dukung yang diijinkan untuk penurunan 2,54 cm
qc = tekanan konus ( kg/cm2)
dimana :
Qult = Daya dukung ultimit (ton)
Wr = Berat Ram (ton)
Wp = Berat tiang pancang (ton)
H = Tinggi jatuh Ram (cm)
S = final set (cm)
K = Elastis rebound (cm)
2. Beban Hidup
Beban merata = 1,00 ton/m2
Beban merata (kondisi gempa) = 0,50 ton/m2
Beban roda = 8,00 T
BRANDEH LESTARI CONSULTANT 15
NOTA DESAIN
DED PPI KUALA TUHA KABUPATEN NAGAN RAYA
b. Beban Horisontal
1. Energi benturan kapal dan jenis fender
menentukan Cm
di mana :
dengan :
Cb = koefisien Blok Kapal
d = draft kapal (m)
B = lebar kapal (m)
Lpp = panjang garis air (m)
γo = berat jenis air laut (t/m3)
menentukan Ce
dimana
l = ¼ x Loa
Sehingga besarnya Energi Benturan diperoleh, untuk hitungan Energi benturan
ditunjukkan seperti pada tabel 2.5.
Energi Tambat Maksimum adalah = 1,17845 Tm. Energi ini harus ditahan
oleh fender. Dalam analisis struktur dermaga pelabuhan PPI Kuala Tuha, fender
direncanakan mampu untuk menyerap setengah (½) dari seluruh energi
tersebut, yaitu : E/2 = 1,17845/2 = 0,58922 Ton meter
Analisa gaya reaksi fender dilakukan terhadap kondisi berthing dengan sudut
10o. Analisis dilakukan terhadap beberapa tipe fender. Hitungan gaya reaksi
fender seperti pada tabel 2.7
Dari Tabel 2.7 tersebut terlihat bahwa Dimensi dan kapasitas fender Karet Tipe
V,maka dapat dipakai Fender Karet Bridgestone super Arch Tipe V : FV002-3-1
dengan :
L = jarak maksimum antara fender (m)
r = jari–jari kelengkungan sisi haluan (m)
h = tinggi fender
untuk menetapkan nilai r, bisa digunakan persamaan berikut :
Log r = -1.055 + 0.650 log (DWT)
Konversi dari kapal dengan satuan GT ke satuan DWT adalah sebagai berikut :
GT = 0,541 DWT
OCDI (1991) juga memberikan jarak interval antara fender sebagai fungsi
kedalaman air seperti diberikan dalam tabel 2.8 berikut:
4-6 4-7
6-8 7-10
8-10 10-15
1 Ukuran Kapal GT 60
DWT 110.9057301
2 Log r = -1.055+0.650 Log (DWT)
3 r= m 1.880269
BRANDEH LESTARI CONSULTANT 19
4 h= m 0.75
5 L = 2.(r2 - (r-h)2)1/2 m 2.2579035
NOTA DESAIN
DED PPI KUALA TUHA KABUPATEN NAGAN RAYA
Dari tabel 2.9 tampak bahwa untuk kedalaman air 4 - 6m jarak antar fender L =
4-7 m untuk kedalaman air 4- 6 m. Berdasar analisis tersebut jarak antar
fender 2,25 m, untuk itu ditetapkan L = 4 m, hal ini mengingat standar
toleransi panjang kapal
3. Gaya Angin
Tiupan angin dan atau benturan kapal akan menimbulkan gaya
horisontal. Gaya ini bekerja dalam arah tegak lurus sisi memanjang dermaga.
Gaya-gaya tersebut ditentukan dengan cara berikut dan hitungan seperti pada
tabel 2.11.
• Gaya Tiupan Angin
Tekanan Angin Qa = 0.063 . V2
Gaya Total terhadap Sisi Kapal
Rw = 1.1 x Qa x Aw