Anda di halaman 1dari 7

Executive Summary

Rencana Induk Pelabuhan Sabang, Provinsi Aceh

7.2 KUALITAS AIR PERMUKAAN


VII. KAJIAN RONA AWAL LINGKUNGAN
Pemantauan dan evaluasi kecenderungan penurunan Kualitas Air Permukaan pada kegiatan operasional
pelabuhan pada dua titik lokasi pengambilan dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
7.1 KUALITAS UDARA AMBIEN DAN KEBISINGAN
Tabel-7.2
Berdasarkan hasil analisa dari Laboratorium Dinas Kesehatan Provinsi Aceh, diperoleh tingkat debu pada
Hasil Pengujian Kualitas Air Permukaan (Lokasi-1)
titik pengamatan pada koordinat 5°52'55.4"LU ;
095°19'28.0"BT di lokasi pengujian Desa Kota Timur atau
depan pintu masuk Terminal Multipurpose dan Penumpang
dapat dilihat pada Tabel-7.1. Pemantauan kualitas udara
dilakukan terhadap kualitas udara ambien disekitar lokasi
yang diperkirakan akan terkena dampak dilakukan secara
langsung. Pengukuran kualitas udara ini dilakukan untuk Sumber : Lab. Pengujian Kualitas Lingkungan USK, 2020
mengetahui ada tidaknya dampak yang ditimbulkan oleh
Tabel-7.3
kegiatan operasional pelabuhan. Tolak ukur dampak Hasil Pengujian Kualitas Air Permukaan (Lokasi-2)
mengacu pada Peraturan Pemerintah RI No. 41 tahun 1999 tentang pengendalian pencemaran udara.

Tabel-7.1
Hasil Pengukuran Kualitas Udara Ambien

Sumber : Lab. Pengujian Kualitas Lingkungan USK, 2020

Dari tabel dapat dilihat bahwa untuk 2 (dua) lokasi kecenderungan parameter uji untuk kualitas air
permukaan seperti : suhu, ph, TSS, serta Ammonia pada umumnya masih berada di bawah baku mutu yang
telah ditetapkan yakni PP Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air. Terlihat juga bahwa untuk perubahan dari rona lingkungan awal sampai ke tahap operasi
untuk peningkatan masing-masing parameter terhadap satu lokasi pengambilan tidak terlalu signifikan, hal
Sumber : Lab. Pengujian Kualitas Lingkungan USK, 2020 ini disebabkan karena pengujian dilakukan saat operasi yaitu setelah kegiatan konstruksi selesai
dilaksanakan.
Berdasarkan baku mutu yang digunakan, keseluruhan nilai pada parameter SO2 dan NO2 pada umumnya
masih berada di bawah baku mutu yang telah ditetapkan yakni Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999
7.3 KUALITAS AIR LAUT
Tentang Baku Mutu Udara Ambien. Untuk peningkatan masing-masing parameter terhadap rona lingkungan
Kualitas air laut diketahui dengan cara melakukan analisa berdasarkan parameter-parameter yang terdiri dari
awal di sekitar lokasi kegiatan juga tidak terlalu signifikan. Hal ini juga disebabkan karena pengujian
pengukuran langsung di lapangan (in situ measurement) dan pengujian laboratorium. Pengukuran langsung
dilakukan saat operasi yaitu setelah kegiatan konstruksi selesai dilaksanakan. Sedangkan pengujian
di lapangan meliputi : pengukuran suhu, pH, dan oksigen terlarut (Dissolved Oxygen, DO), sedangkan
kebisingan di lokasi terukur diperoleh 57,97 dBA untuk lokasi sampling depan gudang dan 61,65 dBA untuk
pengujian di laboratorium meliputi : tingkat kekeruhan, Chemical Oxygen Demand (COD), Biochemical
lokasi sampling di belakang gudang, nilai tersebut masih di bawah ambang batas kebisingan yaitu 70 dBA
Oxygen Demand (BOD), salinitas, dan unsur kimia lainnya. Penilaian terhadap kualitas air laut di rencana
dan tidak menunjukkan hasil yang berbeda dengan sebelumnya, sehingga aktivitas kepelabuhan tidak
lokasi pelabuhan mengacu pada syarat baku mutu kualitas air laut yang dikeluarkan oleh Pemerintah melalui,
mengganggu dengan tingkat kebisingan
PPLH No.51/Men LH/Per/IX/2004 untuk Baku Mutu Air laut. Pengujian kualitas baku mutu dilakukan di 2

80
Executive Summary
Rencana Induk Pelabuhan Sabang, Provinsi Aceh

lokasi, dimana dari hasil pengujian di laboratorium yang dilakukan semua memenuhi baku mutu yang nucifera), belimbing (Averrhoa bilimbi) dan serei (Cymbopogon citratus). Jenis tumbuhan liar
ditetapkan, berikut ini disajikan hasil pengujian baku mutu dari sample yang diambil di lokasi studi. yang tumbuh di semak belukar yang dijumpai di lokasi kegiatan diantaranya krinyuh
(Chromolaena odorata), putri malu (Mimosa pudica), tempuh wiyang (Emelia sonchifolia), biduri
Tabel-7.4 (Calotropis gigantea), alang-alang (Imperata cylindrica) dan kuda-kuda (Lannea grandis).
Hasil Pengujian Kualitas Air Laut Titik-1
Keseluruhan jenis tumbuhan liar yang dijumpai mempunyai khasiat sebagai obat herbal, dapat
mengobati beberapa jenis penyakit atau dapat mencegah penyakit tertentu. Selain itu ada juga
beberapa jenis tumbuhan hias, yang dijumpai pada vegetasi semak belukar. Jenis tumbuhan
hias yang dijumpai antara lain yaitu bugenvil (Bougenvilia spectabilis), lidah mertua (Sansevieria
sp.), dan puring (Codiaeum variegatum).

Tabel-7.6
Keanekaragaman Tumbuhan di Kawasan Pelabuhan Sabang

No Nama lokal Nama ilmiah Jumlah INP


1 Kayu manis Cinnamomum verum 9 4.03
2 Seri Muntingia calabura 13 8.55
Sumber : UPT Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Aceh, 2020
3 Biduri Calotropis gigantea 45 14.90
4 Pinang Areca catechu 21 10.57
5 Krinyuh Chromolaena odorata 51 21.68
Tabel-7.5 6 Alang-alang Imperata cylindrica 44 19.91
Hasil Pengujian Kualitas Air Laut Titik-2 7 Melinjo Gnetum gnemon 8 9.04
8 Mangga Mangifera indica 13 5.04
9 Pepaya Carica papaya 8 3.77
10 Bugenvil Bougenvilia spectabilis 4 4.52
11 Puring Codiaeum variegatum 6 6.78
12 Tebu Saccharum officinarum 7 8.78
13 Pandan Pandanus sp. 8 7.28
14 Singkong Manihot esculenta 7 3.52
15 Asam jawa Tamarindus indica 11 6.29
16 Jamblang Syzygium cumini 8 5.53
17 Kuda-kuda Lannea grandis 15 5.55
18 Pete cina Leucaena leucochepala 16 7.55
19 Kelapa Cocos nucifera 31 9.60
20 Belimbing Averrhoa bilimbi 11 6.29
21 Lidah mertua Sansevieria sp. 6 3.27
22 Putri malu Mimosa pudica 12 6.54
23 Tempuh wiyang Emelia sonchifolia 12 4.79
Sumber : UPT Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Aceh, 2020 24 Bunga kupu-kupu Bauhinia purpurea 15 7.30
25 Serei Cymbopogon citratus 6 6.78
26 Waru Hisbiscus tilliaceus 8 3.77
7.4 PEMANTAUAN BIOTA DARAT DAN PERAIRAN Jumlah Spesies 395
Indeks Keanekaragaman
1. Biota Darat 2.988
(H’)
a. Flora
Sumber : Hasil Pengamatan, 2020
Hasil pengamatan mengenai jenis tumbuhan di lokasi kegiatan kawasan Pelabuhan Sabang,
dijumpai 395 total individu, dari 26 jenis tumbuhan. Tumbuhan yang dijumpai di lokasi kegiatan Jenis tumbuhan dengan INP tertinggi yaitu krinyuh (Chromolaena odorata) dengan INP sebesar
terdiri dari vegetasi semak belukar dan juga tumbuhan budidaya yang sengaja ditanam oleh 21.68, jenis alang-alang (Imperata cylindrica) juga memiliki nilai tertinggi setelah krinyuh, yaitu
waga di halaman rumahnya maupun di perkebunan. Jenis tumbuhan budidaya antara lain INP sebesar 19.91, kemudian diikuti oleh tumbuhan biduri (Calotropis gigantea) dengan jumlah
melinjo (Gnetum gnemon), pepaya (Carica papaya), mangga (Mangifera indica), tebu INP 14.90. Tumbuhan krinyuh dan alang-alang merupakan tumbuhan yang mampu menyebar
(Saccharum officinarum), pandan (Pandanus sp.), asam jawa (Tamarindus indica), jamblang sangat cepat dalam kondisi apapun. Hal ini disebabkan oleh tumbuhan tersebut merupakan
(Syzygium cumini), singkong (Manihot esculenta), pinang (Areca catechu), kelapa (Cocos tumbuhan invasif, yang dapat mengubah komposisi vegetasi suatu ekosistem dan berakibat

81
Executive Summary
Rencana Induk Pelabuhan Sabang, Provinsi Aceh

menurunnya tingkat keanekaragaman jenis. Hasil analisis data menunjukkan bahwa indeks Tabel-7.8
Keanekaragaman Jenis Plankton di Kawasan Pelabuhan Sabang
keanekaragaman jenis tumbuhan di lokasi Pelabuhan Sabang pada kategori sedang (H’= 2.988).
No Spesies Divisi Class Jumlah
1 Trichomes sp. Cyanophyta Cyanophyceae 27
b. Fauna 2 Anabaena cilyndrica Cyanophyta Cyanophyceae 21
Pengamatan terhadap fauna dilakukan sepanjang kegiatan berlangsung, fauna yang dijumpai 3 Cylindrospermum sp Cyanophyta Cyanophyceae 29
4 Stigonema sp. Cyanophyta Cyanophyceae 12
pada saat kegiatan dicatat dalam nama daerah dan juga nama ilmiah. Fauna yang dijumpai di 5 Palmella sp. Chlorophyta Chlorophyceae 17
6 Peronia sp. Chrysophyta Bacillariophyceae 20
lokasi terdiri dari kelas reptil seperti biawak (Varanus sp.), bunglon (Calotes sp.), kadal (Maboya 7 Stigeoclunium lubricum Chlorophyta Chlorophyceae 12
sp.) dan kelas amphibi seperti katak (Rana sp.). Biawak merupakan hewan yang status 8 Enteromorpha prolifera Chlorophyta Chlorophyceae 18
9 Uronema elengatum Chlorophyta Chlorophyceae 15
keberadaannya dilindungi oleh undang-undang, sedangkan jenis lainnya yang dijumpai di lokasi 10 Klyniella lalvica Rhodophyta Rhodophyceae 11
11 Gloeoboltrys limnetica Chrysophyta Xanthophyceae 11
tidak termasuk hewan yang dilindungi. Untuk lebih jelas jenis fauna yang dijumpai di lokasi 12 Leuvenia nalans Chrysophyta Xanthophyceae 12
kegiatan dapat dilihat pada table berikut : 13 Bumilleriopsis sp. Chrysophyta Xanthophyceae 4
14 Lemanea annulate Chlorophyta Chlorophyceae 18
15 Volvulina sp. Chlorophyta Chlorophyceae 26
16 Eudoria elegans Chlorophyta Chlorophyceae 11
Tabel-7.7 17 Volvox carteri Chlorophyta Chlorophyceae 30
Jenis Fauna di Kawasan Pelabuhan Sabang 18 Campsopogan coerulens Rhodophyta Rhodophyceae 16
19 Didinium sp. Cliophora Cilliata 20
No Nama lokal Nama ilmiah Class
20 Discomorpha sp. Rotifera Monogononta 9
1 Biawak Varanus sp. Reptil 21 Pelomyxa sp. Cliophora Cilliata 24
2 Kadal Maboya sp. Reptil 22 Hemialus sp. Chrysophyta Bacillariophyceae 10
3 Bunglon Calotes sp. Reptil Total individu/liter 373
4 Katak Rana sp. Amphibi Total taxa 22
Indeks keanekaragaman (H’) 2.456
Sumber : Hasil Pengamatan, 2020 Indeks dominansi (C) 0.053
Sumber: Laboratorium Biologi FKIP Unsyiah 2020.
2. Biota Perairan
Komponen biota laut yang diamati terdiri dari plankton dan bentos. Komponen biota laut tersebut
Jenis plankton yang banyak dijumpai pada lokasi ini yaitu jenis Volvox carteri sebanyak 30
kemudian dilakukan identifikasi di laboratorium FKIP USK. Dihitung jumlah spesies yang
individu, kemudian jenis Cylindrospermum sp. sebanyak 29 individu, selanjutnya diikuti jenis
teridentifikasi, jumlah taxa, indeks keanekaragaman (H’), dan indeks dominansi (C).
Trichomes sp. sebanyak 27 individu. Jenis yang sedikit dijumpai yaitu Bumilleriopsis sp.
sebanyak 4 individu, dan Discomorpha sp. sebanyak 9 individu. Total individu yang dijumpai
a. Plankton
sebanyak 373, dengan total taxa 22. Indeks keanekaragaman jenis plankton tergolong sedang
Plankton adalah organisme yang terapung atau melayang-layang didalam air dan berperan
(H’= 2.456) dan indeks dominasi tergolong rendah, karena ˂ 1, yang artinya tidak ada dominasi
penting dalam ekosistem perairan. Pergerakan dari plankton relatif pasif, sehingga selalu
suatu jenis dalam komunitas tersebut dan komunitas dalam kondisi stabil. Dari hasil analisis
terbawa oleh arus air. Plankton terdiri dari fitoplankton dan zooplankton. Fitoplankton
data terdapat 6 divisi dan 7 class pada lokasi kegiatan, Chlorophyta merupakan divisi yang
merupakan tumbuhan yang seringkali ditemukan di seluruh massa air pada zona eufotik,
paling banyak dijumpai pada lokasi yaitu sebanyak 8 jenis atau 36%, kemudian Chrysophyta (5
berukuran mikroskopis dan memiliki klorofil sehingga mampu mengubah zat anorganik menjadi
jenis) atau 23%, Cyanophyta (4 jenis) atau 18%, Rhodophyta (2 jenis) atau 9%, Cliophora (2
zat organik melalui proses fotosintesis. Zooplankton adalah plankton yang bersifat
jenis) atau 9% dan Rotifera (1 jenis) atau 5%. Kategori class dengan persentase tinggi yaitu
hewani.Pengambilan sampel di lokasi kegiatan dilakukan dengan menggunakan alat plankton
Chlorophyceae sebesar 36%, kemudian diurutan kedua diduduki Cyanophyceae sebesar 18%,
net, dengan tiga kali pengulangan. Tehnik pengambilan sampel dengan cara menyaring air
dan urutan ketiga Xanthophyceae sebesar 14%.
sebanyak 100 liter ke dalam plankton net, kemudian air yang masuk ke dalam tabung film yang
berada dibagian bawah nyaring plankton net, diambil dan dimasukkan kedalam botol flakon,
b. Bentos
sampel diberi larutan lugol sebanyak 4 tetes, lalu ditutup dengan rapat. Kemudian sampel
Bentos adalah organisme dasar perairan, baik berupa hewan maupun tumbuhan, baik yang
diidentifikasi dan dilakukan analisis data di laboratorium Biologi FKIP Unsyiah.
hidup di permukaan dasar ataupun di dasar perairan. Bentos memiliki sifat kepekaan terhadap
.
beberapa bahan pencemar, mobilitas yang rendah, mudah ditangkap dan memiliki kelangsungan
82
Executive Summary
Rencana Induk Pelabuhan Sabang, Provinsi Aceh

hidup yang panjang. Oleh karena itu peran bentos dalam keseimbangan suatu ekosistem Konsep green port bertujuan untuk meng-integrasikan metode ramah lingkungan ke dalam pelaksanaan
perairan dapat menjadi indikator kondisi ekologi terkini pada kawasan tertentu. Keragaman jenis kegiatan, operasional dan pengelolaan pelabuhan. Selain itu, penerapan konsep green port bertujuan untuk
merupakan parameter yang sering digunakan untuk mengetahui tingkat kestabilan yang meningkatkan efisiensi sumber daya, mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan, meningkatkan
mencirikan kekayaan jenis dan keseimbangan suatu komunitas. Pengambilan sampel di lokasi pengelolaan lingkungan pelabuhan, serta meningkatkan kualitas pelabuhan dan kawasan sekitarnya.
kegiatan dilakukan dengan menggunakan alat Ekman Dredge, dengan tiga kali pengulangan. Penerapan konsep green port Pelabuhan Sabang dengan mengurangi polusi udara, merancang pelabuhan
Bentos yang tertangkap di dalam Ekman Dredge kemudian diidentifiikasi dengan menggunakan dengan vegetasi atau banyak pohon untuk dapat mengurangi kebisingan dan polusi, menggunakan energi

buku identifikasi Recent & fossil Indonesian Shells, selanjutnya jenis bentos yang telah terbarukan dan menggunakan bahan yang dapat didaur ulang. Penerapan program pelaksanaan Green Port

diidentifikasi dilakukan analisis data di laboratorium Biologi FKIP Unsyiah, untuk mengetahui terdiri dari beberapa program kegiatan berdasarkanb hasil wawancara dari pihak stakeholder maupun survey

indeks keanekaragaman (H’), dan indeks dominasi (C). pemantauan, terdiri dari :

Tabel-7.9 a. Program Pengelolaan Penurunan Kualitas Air Laut / Permukaan


Jenis Bentos di Kawasan Pelabuhan Sabang
 Pemeliharaan secara berkala untuk mempertahankan vegetasi tingkat pohon di areal kawasan,
No Spesies Filum Class Jumlah sehingga kualitas air yang berada di sekitar pelabuhan tetap terjaga.
1 Radix sp. Moluska Gastropoda 23  Pemantauan dan penelitan terhadap biota yang ada di sekitar laut baik darat mapun laut yang
2 Physa sp. Moluska Gastropoda 21
3 Puperita siquijorensis Moluska Gastropoda 31 dapat mempengaruhi penurunan kualitas air laut disekitaran pelabuhan.
4 Ergalatax margariticola Moluska Gastropoda 14  Bekerjasama dan memberikan penyuluhan pada masyarakat yang hidup dan tinggal di sekitar
5 Vexillum unifascialis Moluska Gastropoda 25
6 Tritonoharpa antiquata Moluska Gastropoda 16 pelabuhan untuk menjaga kualitas air laut.
7 Neritodryas cornea Moluska Gastropoda 13
8 Turris dollyae Moluska Gastropoda 22
9 Xenophora crispa Moluska Gastropoda 20 b. Program Pengelolaan Penurunan Kualitas Air Bersih
10 Barbatia lacerata Moluska Bivalvia 19
11 Barbatia bistrigata Moluska Bivalvia 17  Pemantauan pada ketersediaan air bersih di sekitar pelabuhan dengan mengambil sampel air di
12 Nassarium optimus Moluska Gastropoda 17
sekitar kegiatan operasional
13 Neritina pulligera Moluska Gastropoda 14
14 Melanoides maculata Moluska Gastropoda 19  Mempertahankan vegetasi tingkat pohon di dalam areal kawasan operasional pelabuhan
15 Villosa sp. Moluska Gastropoda 20
16 Hemitapes sp. Moluska Bivalvia 17 terutama di terminal cargo dan petikemas yang direncanakan 25% dari luas keseluruhan.
Total individu/m2 308
 Pemantauan pada volume air bersih yang didistribusikan oleh PDAM Sabang dan juga memantau
Total taxa 16
Indeks keanekaragaman (H’) 2.064 apakah kualitas air bersih menurun terhadap kesehatan masyarakat yang menggunakan air
Indeks dominansi (C) 0.066
bersih dari sekitar pelabuhan ini.
Sumber: Laboratorium Biologi FKIP Unsyiah 2020.

c. Program Pengelolaa dan Penanganan Limbah


Jenis bentos yang paling banyak ditemukan di lokasi kegiatan yaitu Puperita siquijorensis (31
 Penanganan melalui Instalasi Pelelolaan Limbah (IPAl), melalui Bak pemisah lemak, bak
individu), kemudian Vexillum unifascialis (25 individu), Radix sp. (23 individu). Jenis yang paling
ekualisasi, bak pengendapan awal, bak biofilter anaerob, bak biofilter aerob, bak pengendapan
sedikit dijumpai yaitu Neritodryas cornea (13 individu) dan Ergalatax margariticola (14 individu).
akhir dan bak penampungan akhir.
Total individu yang dijumpai 308, dengan 16 total taxa. Indeks keanekaragaman tergolong sedang
yaitu (H’)= 2.064, artinya tidak terlalu banyak jenis yang ditemukan pada perairan laut pelabuhan
c. Program Pengelolaan Kesempatan Kerja
internasional teluk sabang. Indeks dominasi tergolong rendah, karena nilai C ˂ 1 maka tidak ada
 Penerimaan dan perlakukan tenaga kerja mengacu pada peraturan perundang-undangan
jenis dominan dalam komunitas perairan tersebut, dan berada dalam keadaan stabil.
keternagakerjaan yang berlaku yakni Undang-Undang No 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan
7.5 KONSEP ECOPORT DAN GREENPORT
 Koordinasi dengan Pemerintah Kota Sabang, dalam hal ini Geuchik Kecamatan Sukakarya, dan
Kecamatan Sukajaya dalam penerimaan tenaga kerja.

83
Executive Summary
Rencana Induk Pelabuhan Sabang, Provinsi Aceh

 Memberikan perioritas kepada masyarakat setempat untuk diterima menjadi tenaga kerja  Melakukan upaya program perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dengan masyarakat sekitar
apabila ada kebutuhan penambahan tenaga kerja. dan bekerjasama dengan instansi terkait. Kegiatan ini bisa berupa promosi kesehatan untuk
 Proses penerimaan dan informasi kebutuhan tenaga kerja dilakukan secara terbuka, dan memperbaiki kondisi sanitasi rumah dan sanitasi lingkungan.
dikoordinasikan dengan aparat pemerintah setempat, bentuk pemberian informasi dapat berupa  Melakukan pemantauan kualitas air bersih dengan metode analisis laboratorium dengan periode
pengumuman yang ditempelkan di di kantor kepala desa setempat. 1 (satu) bulan sekali dan mengacu kepada baku mutu sesuai dengan Permenkes-RI No. 32
 Memberikan informasi tentang peluang kerja (pekerjaan-pekerjaan/proyek-proyek) yang dapat Tahun 2017 tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air
diisi atau menjadi rekanan kerja dalam kegiatan operasional kepada masyarakat sekitar lokasi Untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus pe Aqua dan permandian Umum
egiatan dan aparat desa, dengan bentuk membuat pengumuman pelelangan pekerjaan yang
dapat ditempelkan di kantor kepala desa setempat. Ruang terbuka hijau yang di rencanakan di kawasan perkantoran dan peragangan di Zona B merupakan
 Memberlakukan perlindungan, pengupahan dan kesejahteraan untuk tenaga kerja mengacu salah satu fasilitas yang memiliki fungsi sebagai ruang interaksi sosial dengan memberikan ruang yang cukup
pada Undang-Undang Tenaga Kerja No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, Bab X Pasal untuk terjadinya kontak sosial termasuk dapat menetralisir polusi udara dan cahaya yang berlebihan.
67 – 101. Penggunaan elemen vegetasi atau tanaman disesuaikan dengan area pesisir seperti pohon ficus microcarpa,
 Memberikan asuransi JAMSOSTEK/BPJS kepada tenaga kerja yang direkrut, agar ada jaminan pohon kelapa (cocos mucifera), palm (hyophorbe lagenicaulis), pohon ketapang (termanila catappa), pohon
biaya pengobatan untuk tenaga kerja yang mengalami kecelakaan kerja. waru laut (thespesia populnea), pohon kimunding dan pohon tanjung.

d. Program Pengelolaan Perubahan Sikap dan Presepsi Masyarakat 7.6 ARAHAN STUDI LINGKUNGAN
 Kegiatan pengelolaan lingkungan untuk dampak primer dan sekunder maupun tersier yang Pembangunan pelabuhan merupakan salah satu kegiatan pembangunan yang perlu disertai dengan dokumen
muncul dari kegiatan penerimaan tenaga kerja dan operasional kegiatan operasional AMDAL. Dokumen AMDAL diperlukan dalam seliap pembangunan fasllitas pelabuhan baik fasilitas yang ada
 Menyediakan pos pengaduan/tempat pengaduan, yang ditempatkan di lokasi BPKS Kota Sabang didaratan ataupun fasilitas yang ada di perairan. Dalam dokumen tersebut perlu disertai dengan prediksi
sebagai wadah menampung aspirasi dari masyarakat, khususnya bagi masyarakat yang terkena dampak pada saat pra konstruksi, konstruksi pasca konstruksi termasuk rencana pengelolaan lingkungan dan
dampak dan merespon dengan cepat aspirasi dan saran yang disampaikan oleh masyarakat rencana pementauan lingkungan. Dalam dokumen executive summary ini rencana pengelolaan lingkungan
tersebut. bersifat umum sebagai rambu rambu garis besar yang perlu ditindaklanjuti dengan PENYUSUNAN DOKUMEN
 Melaksanakan program-program CSR (Corporate sosial Responsibility), khususnya untuk AMDAL. Penyajian rona lingkungan, analisa kajian dampak, rencana pengelolaan dan pemantauan linkungan
masyarakat setempat, program-program tersebut antara lain : pemberian bantuan perbaikan yang ditelaah dalam buku ini belum didasarkan pada analisis laboratorium dan analisis yang mendalam
sarana dan prasarana desa, keringanan biaya pemasangan baru untuk masyarakat miskin yang sebagaimana dokumen dalam AMDAL, akan tetapi dapat menuntut pengelola pelabuhan dalam
ada di wilayah kegiatan, bantuan sarana dan fasilitas pendidikan, beasiswa anak sekolah, mempertimbangkan aspek teknis, ekonomis, dan aspek lingkungan serta pencegahan pencamaran, sehingga
pemberian pelatihan-pelatihan untuk para petani, kegiatan penghijauan, pemberian bibit untuk dapat meminimalisir dampak negatif yang akan terjadi. Konsep green port adalah kerangka pengelolaan
petani serta program- program UKM, serta program-program lainnya yang diusulkan oleh pelabuhan untuk mencapai kesetimbangan antara nilai/biaya lingkungan dan menfaat ekonomi, sahingga ada
masyarakat pada saat dilakukannya musyawarah desa (pertemuan yang dilakukan oleh pihak keselarasan aspek komersial dan lingkungan dalam menunjang pengelolaan yang berkelanjutan. Oleh
BPKS dengan masyarakat dan aparat desa serta tokoh masyarakat), prioritas program CSR yang karenanya Rencana Induk Pelabuhan Sabang tidak hanya menyangkut segi konomis/komersial dan prospek,
dilaksanakan dapat juga berdasarkan hasil musyawarah desa. tetapi juga harus mengakomodasi aspek lingkungan mulai dari tahap perencanaan, perancangan dan
 Bekerja sama dengan pihak aparat setempat diwilayah kegiatan, Tokoh Masyarakat, MUSPIKA pengoperasian.Lingkungan dapat diartikan sebagai semua faktor baik fisik, klmia, biologi, maupun biologi
Kecamatan, serta SKPD terkait apabila terjadi kesalahan dilapangan dalam kegiatan penerimaan yang membawa akibat baik secara langsung maupun tidak langsung, capat atau lambat pada makhluk hidup.
tenaga kerja dan operasional pelabuhan. Setiap gangguan terhadap sistem ini diartikan sebagai dampak dan survei lingkungan bertujuan untuk
menemukan, memperkirakan dan mangatasi dampak tersebut. Dalam menyusun rencana induk pelabuhan,
e. Program Pengelolaan Kesehatan Masyarakat telah memperhatikan aspek-aspek tersebut serta membawa perubahan pada sifat kimia, fisik , dan biologi
wilayah tersebut seperti:

84
Executive Summary
Rencana Induk Pelabuhan Sabang, Provinsi Aceh

a. Peningkatan kadar debu dan peningkatan kebisingan hanya saja dengan sumber penyebab yang berbeda. Dampak penurunan kualitas air akibat kegiatan
Sumber dampak bersumber dan aktivitas proses pemabngunan dan pengembangan pelabuhan dan pelayanan kapal ini bersifat sementara, yakni pada saat adanya ceceran limbah dari kapal dan pada
aktivitas pelabuhan ketika operasional saat arus di teluk tidak terlalu tinggi. Dampak ini dapat mengganggu kehidupan biota air dan
b. Penurunan kualitas air disekitar wilayah pelabuhan merugikan jika tidak ditangani dengan semestinya sehingga dapat digolongkan sebagai dampak
Sumber dampak berasal dari limbah rumah tangga yang masuk ke dalam perairan pelabuhan serta mengarah ke negatif.
aktifitas perkapalan.
c. Tata ruang kawasan pelabuhan 7.7.2 Dampak terhadap Komponen Biologis
Terjadinya tidak keserasian tata ruang kawasan pelabuhan, permukiman penduduk dan fasilitas umum 1. Tahap Pra Konstruksi
di dalam lingkungan kerja pelabuhan serta penumpukan barang yang melebihi kapasitas. Pada tahapan ini, rencana kegiatan pembangunan pelabuhan tidak akan memberikan dampak
d. Penurunan populasi mahluk hidup akuatis, misalnya planton, benthos, dan kerang – kerangan serta terhadap komponen fisik kimia lingkungan karena masih dalam tahap survei dan desain.
ikan. Sumber dampak berasal dari limbah rumah tangga yang masuk ke dalam perairan pelabuhan
serta aktivitas perkapala dan kegiatan penimbunan dan pembangunan dermaga. 2. Tahap Konstruksi
e. Peningkatan jumlah penduduk, serta adanya sarana dan prasarana yang menyangkut utilitas umum di Hal yang menjadi sumber dampak terhadap komponen biologis pada tahap konstruksi adalah
dalam daerah lingkungan kerja pelabuhan. kegiatan pekerjaan tanah dan pembangunan struktur di perairan. Jenis dampak yang terjadi adalah
f. Gangguan kesehatan berasal dari tingginya kandungan debu akibat kegiatan pengangkutan komoditi terjadinya gangguan terhadap biota perairan secara langsung maupun secara tidak langsung.
curah kering di lingkungan kerja pelabuhan. Dampak secara langsung yang dapat terjadi adalah karena adanya pemasangan tiang pancang (pile)
yang kemungkinan dapat melukai dan membunuh biota air, terutama adalah hewan dasar (benthos),
7.7 ANALISA SUMBER DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN sedangkan dampak secara tidak langsung yang dapat terjadi adalah kekeruhan di dasar perairan
7.7.1 Dampak terhadap Komponen Fisik Kimia dimana hal ini dapat berakibat negatif terhadap biota air karena dapat menutupi bagian luar biota air
1. Tahap Pra Konstruksi sehingga menggangu proses fisikologi (terutama respirasi), dampak negatif lain dari kegiatan
Pada tahapan ini, rencana kegiatan pembangunan pelabuhan tidak akan memberikan dampak konstruksi ini adalah meningkatnya kadar zat hara di perairan.
terhadap komponen fisik kimia lingkungan karena masih dalam tahap survei dan desain.
3. Tahap Operasi
2. Tahap Konstruksi Sumber dan jenis dampak yang dapat terjadi terhadap komponen biologi pada tahap operasi serupa
Kegiatan-kegiatan pada tahap konstruksi dapat menjadi sumber dampak terhadap komponen fisik dengan sumber dan jenis dampak yang terjadi terhadap komponen fisik-kimia.
kimia lingkungan. Kegiatan-kegiatan tersebut meliputi kegiatan pekerjaan tanah, pengoperasian
alat-alat berat, pembangunan struktur di perairan. Jenis dampak yang dapat timbul adalah 7.7.3 Komponen Sosial Kemasyaratakatan.
penurunan kualitas air yang disebabkan oleh kegiatan pemasangan tiang pancang (pile) yang terjadi Salah satu komponen lingkungan sosial kemasyarakatan adalah kependudukan yang menggambarkan
sewaktu pembangunan dermaga yang mengakibatkan masuknya bahan pencemar dan kekeruhan mengenai kondisi kependudukan (jumah, kepadatan , jenis kelamin /sex ratio , serta pranata sosial dan
pada badan air, selain itu pun penurunan dampak kualitas air disebabkan oleh buangan limbah dan kelembagaan) yang ada di wilayah studi dapat dilihat lebih lanjut pada bagian kompilasi data dan analisis
ceceran dari material adukan beton serta sampah-sampah material buangan konstruksi lainnya. prediksi dalam buku laporan ini. Kajian rona lingkungan awal yang berkaitan dengan komponen sosial
Tingkat kekeruhan yang terjadi tergantung pada kondisi substrat/sedimen dan kekuatan arus. ekonomi dan budaya maksudnya adalah menjelaskan gambaran awal/ eksisting tentang kondisi sosial,
ekonomi dan budaya. Rona lingkungan awal yang akan dijelaskan adalah tentang sosial ekonomi dan bidaya.
3. Tahap Operasi Rona lingkungan awal yang berkaitan dengan sosial, ekonomi dan budaya yang dijelaskan adalah kondisi
Sumber dampak terhadap komponen fisik kimia pada tahap operasi adalah kegiatan pelayanan kapal, awal kependudukan, untuk memberikan gambaran tentang penduduk yang ada dan tingkat dampak yang
barang dan penumpang. Kegiatan ini berpeluang menimbulkan sampah padat dan cair serta dimungkinkan.Pembangunan pelabuhan diharapkan dapat mendorong tumbuh kembangnya lapangan usaha
tumpahan minyak dan atau oli dari kapal ke pantai itu sendiri. Jenis dampak yang timbul sama baru bagi penduduk usia produktif di Kota Sabang. Dengan jumlah penduduk usia produktif yang relative
dengan dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan tahap konstruksi, yaitu penurunan kualitas air, besar diharapkan dapat diserap dalam sektor pembangunan dan pengembangan kepelabuhan. Penyerapan

85
Executive Summary
Rencana Induk Pelabuhan Sabang, Provinsi Aceh

tenaga kerja diharapkan dapat dimulai sejak masa pra konstruksi, masa konstruksi dan pasca konstruksi
yaitu beroperasinya Pelabuhan Sabang. Penyerapan tenaga kerja diharapkan pula dapat mendorong
tumbuhnya daya saing pekerja lokal. Dengan perkembangan dan pengembangan aktivitas pelabuhan,
diperkirakan tingkat kepadatan penduduk akan lebih meningkat. Untuk itu diperlukan antisipasi terhadap
upaya kebijakan dan penataan kawasan permukiman penduduk sehingga tidak memusat disekitar
pelabuhan, pemerataan kepadatan penduduk memerlukan sinergi penataan permukiman

Pembangunn pelabuhan bagi peningkatan kepadatan penduduk perlu pula mempertimbangkan penduduk
pendatang, dan penduduk yang memiliki tingkat mobilitas tinggi. Hal ini dimungkinkan pada saat pelabuhan
telah beroperasi penuh, akan ditemukan penduduk pendatang dan penduduk yang menginap untuk
sementara waktu di Kabupaten Sabang. Pengaturan penginapan bagi penduduk, pengaturan transportasi
perlu diselaraskan sehingga aksesbilitas penduduk tidak terganggu dan penduduk pendatang mendapatkan
pelayanan akomodasi dan transportasi secara maksimal. Pembangunan pelabuhan akan menimbulkan
dampak secara sosial dan ekonomi bagi masyarakat dan pemerintah Kabupaten Sabang. Dampak sosial yang
diperdiksi akan muncul berkaitan dengan perubahan kehidupan dan aktivitas bagi masyarakat sekitar.
Dampak sosial yang terjadi terutama pada masa konstruksi, masa pra konstruksi dan masa pasca konstruksi.

Perkembangan aspek sosial dalam AMDAL lebih dinamis dari perkembangan AMDAL itu sendiri, dalam bab
pembukaan dari Undang - undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, disebutkan
bahwa lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan mahluk hidup,
termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perkehidupan dan kesejahteraan
manusia serta mahluk hidup lain. Dari rumusan ini jelas bahwa, Undang - undang tersebut secara eksplisit
memperhatikan lingkungan sosial, Lingkungan Hidup, menurut Undang - undang ini, merupakan sebuah
system yang terdiri dari lingkungan hayati, lingkungan non hayati dan lingkungan sosial.Terdapat dua
paradiga tentang penerapan aspek sosial AMDAL , yaitu paradigma teknis dan pembangunan masyarakat
(community development).

MENTERI PERHUBUNGAN

…………………………………………………

86

Anda mungkin juga menyukai