Anda di halaman 1dari 26

PERSYARATAN TEKNIS

PPI KUALA TUHA KABUPATEN NAGAN RAYA

PERSYARATAN - PERSYARATAN TEKNIS


PEKERJAAN SHEET PILE (TURAP)

BAB I. SYARAT-SYARAT TEKNIS UMUM

Pasal 01. LINGKUP PEKERJAAN

Lingkup Pekerjaan Sheet Pile (Turap) meliputi :


1. Pemancangan sheet pile (turap) beton untuk menahan tebing di belakang area
pengembangan yang ditimbun (reklamasi), agar tidak longsor setelah pengerukan
kolam labuh.
2. Membetuk area pengembangan PPI dan untuk melakukan aktivitas perikanan.

Pasal 02. SETTING OUT

1. Untuk menentukan posisi dan ketinggian rencana bangunan di lapangan Pemborong


harus melakukan pengukuran di lapangan secara teliti dan benar, sesuai dengan
referensi Bench Mark atau titik tetap di lapangan seperti ditunjukkan dalam gambar
atau atas petunjuk Direksi.
2. Pengukuran untuk penentuan posisi dilakukan dengan peralatan yang mempunyai
presisi tinggi dengan metode triangulasi dan hasilnya disampaikan ke Direksi untuk
mendapatkan persetujuan.
3. Dalam hal terdapat perbedaan rencana gambar dan hasil pengukuran yang
dilaksanakan pemborong dengan kenyataan yang ada di lapangan, maka sebelum
melanjutkan pekerjaan yang mungkin di pengaruhi perbedaan tersebut pemborong
harus melaporkan hal ini kepada Direksi untuk mendapatkan keputusan dan
dinyatakan dalam Berita Acara.
4. Keputusan akan hasil pengukuran oleh Pemborong akan didasarkan atas keamanan
konstruksi dan kelancaran operasional penggunaan bangunan tersebut.

Pasal 03. PATOK-PATOK REFERENSI, BOUPLANK DAN PENGUKURAN

1. Direksi akan menetapkan 2 (dua) Bench Mark sebagai referensi yang ditetapkan di
lapangan. Bila Bench Mark belum ada makn pemborong berkewajiban membuat
Bench Mark sesuai dengan petunjuk Direksi.
2. Semua batas ketinggian (elevasi) dinyatakan dalam satuan Matrik terhadap Low
Water Spring (LWS), sedangkan ukuran-ukuran dinyatakan dalam satuan matrik,
kecuali bila dinyatakan lain.
3. Pemborong harus atau wajib membuat Bowplank dan memasang patok-patok
pembantu, sebagai pedoman pelaksanaan pekerjaan untuk menjadi ketelitian bentuk,
posisi, arah elevasi dan lain-lain, yang harus dipelihara keutuhan letak dan
ketinggiannya selama pekerjaan berlangsung.
4. Sebelum pekerjaan dimulai patok-patok pembantu, Bowplank harus disetujui Direksi.
Patok-patok dan referensi lainnya tidak boleh disingkirkan sebelum diperintahkan oleh
Direksi.

SP-1
PERSYARATAN TEKNIS
PPI KUALA TUHA KABUPATEN NAGAN RAYA

5. Pemborong harus mengadakan pengamatan pasang surut selama pelaksanaan


pekerjaan berlangsung. Pengamatan pasang surut boleh menggunakan peralatan
otomatis (Automatic Tide Gauge) atau dengan pemasangan palem dan diamati
berkala secara manual, hasilnya akan ditempatkan di tempat yang aman.

Pasal 04. PEKERJAAN PERSIAPAN

1. Persiapan Lapangan
Untuk tempat kerja, penumpukan bahan-bahan, bangunan gudang, Direksi Keet dan
lain-lain pemborong harus membersihkan dan membenahi lapangan.

2. Penerangan, Pagar dan tanda-tanda Pengaman


Pemborong harus menyediakan penerangan di daerah kerja, membuat pagar
sementara di sekeliling lokasi kerja menyediakan tanda-tanda pengamanan yang
perlu.

3. Bangunan Sementara
Untuk menjamin keamanan bahan dan pelengkapan lain yang dianggap perlu,
Pemborong harus menyediakan gudang penyimpanan yang tertutup kuat dan aman
dari risiko hilang atau rusak. Dan pemborong juga diwajibkan menyediakan
barakbarak untuk pekerja.

4. Kantor Direksi dan Pemborong


a. Pemborong harus menyediakan kantor Direksi di lapangan, yang letaknya dekat
dengan kantor Pemborong, terdiri dari ruangan-ruangan sebagai berikut :
 Ruang Direksi (3 x 4) = 12 m2
 Ruang Teknis (3 x 3) = 9 m2
 Ruang Rapat (4 x 4) = 16 m2
 Gudang dan Los Kerja (5 x 5) = 25 m2

Kontruksi kantor bersifat sementara, lantai dari ruang-ruang dibuat dari beton
rabat, dinding dari papan. Pemborong juga harus menyediakan kantor sementara
dengan luas dan kualitas minimum sama dengan kantor Direksi.
b. Pemborong juga harus menyediakan listrik dan air secukupnya yang diperlukan
kantor Direksi.

c. Perlengkapan kantor Pemborong mneyediakan perlengkapan, Kantor


Pemborong dan Kantor Direksi. Pemborong diwajibkan menyediakan alat
komunikasi agar hubungan antara Direksi Keet, Keet Kontraktor dan site dapat
berjalan dengan lancar.
d. Pemborong bertanggung jawab atas perawatan kantor dan perlengkapan kantor
Direksi.
e. Setelah pekerjaan selesai seluruh kantor dan perlatannya harus dipindahkan dan
Pemborong berkewajiban untuk membongkar dan memindahkan bila diminta
Direksi.

Pasal 05. DAERAH KERJA DAN JALAN MASUK

SP-2
PERSYARATAN TEKNIS
PPI KUALA TUHA KABUPATEN NAGAN RAYA

Pemborong akan diberikan daerah kerja untuk peiaksanaan pekerjaan ini. Lokasi
tersebut dapat diperoleh dengan cara sewa/pinjam berdasarkan ketentuan yang
berlaku. Harus membatasi operasinya di lapangan yang betul-betui diperlukan untuk
pekerjaan tersebut. Tata letak yang meliputi jalan masuk, lokasi penyimpanan bahan
bangunan dan jalur pengangkutan material dibuat oleh Pemborong dengan
persetujuan Direksi.

Pasal 06. MATERIAL

Material yang dipakai dalam pekerjaan-pekerjaan ini diutamakan produksi dalam


negeri yang memenuhi persyaratan teknis yang diperlukan. Jika pemborong
menggunakan bahan lain selain yang disyaratkan, maka mutunya minimal harus sama
dengan yang disyaratkan dalam Dokumen Tender, sebelum pemesanan bahan harus
diberitahukan pada Direksi yang meliputi jenis, kualitas dan kuantitas bahan yang
dipesan, untuk mendapatkan persetujan.

Pasal 07. KODE STANDARD, SERTIFIKAT DAN LITERATUR DARI PABRIK

Pemborong harus menyediakan di lapangan antara lain Foto Copy persyaratan,


standard bahan, katalog, rekomendasi dan sertifikat dari pabrik dan informasi lainnya
yang diperlukan untuk semua material yang dipergunakan dalam proyek ini serta
petunjuk pemasangan barang-barang tersebut harus mengikuti prosedur yang
direkomendasikan oleh pabrik.

Pasal 08. LALU LINTAS

Dalam melaksanakan pekerjaan dan pengangkutan bahan-bahan untuk keperluan


pekerjaan, Pemborong harus berhati-hati sedemikian sehingga tidak mengganggu
kelancaran Ialu lintas atau menimbulkan kerusakan terhadap jalan yang telah ada dan
prasarana lainnya. Bila mana terjadi kerusakan, Pemborong berkewajiban untuk
memperbaiki/mengganti.

Pasal 09. CUACA

Pekerjaan harus dihentikan bila cuaca tidak mengijinkan yang mengakibatkan


penurunan mutu suatu pekerjaan.

Pasal 10. SERVICE SEMENTARA

Pemborong harus menyediakan air dan listrik yang diperlukan selama pelaksanaan
pekerjaan berlangsung.

SP-3
PERSYARATAN TEKNIS
PPI KUALA TUHA KABUPATEN NAGAN RAYA

Pasal 11. PERALATAN SURVEY

Pemborong harus menyediakan peralatan yang sewaktu-waktu akan dipakai oleh


Direksi dan staf, alat-alat tersebut harus disetujui Direksi. Selama pelaksanaan
pekerjaan pemborong wajib menyediakan operator dari peralatan tersebut dan setelah
pekerjaan selesai seluruh peralatan tersebut akan dikembalikan kepada pemborong.

Alat-alat yang diperlukan minimal terdiri dari :


 2 buah theodolit-wild T1 atau yang sejenis
 1 buah level-wid Na2 atau yang sejenis
 2 buah leveling rods, panjang 3 dan 5 m dibuat dari aliminium atau kayu
 2 buah "staft buble"-adjustable type
 1 buah optical square (prism), 2 way
 1 buah 300 m tag line, 6 mm diameter polypropylene dan 1 m diameter reel
 1 buah 50 m sounding line and lead weight

Pemborong harus menyediakan perahu (motor boat) untuk keperluan pelaksaan


pekerjaan (survey), Pemborong bertanggung jawab atas semua peralatan survey
tersebut terhadap parawatan, kerusakan/kehilangan.

Pasal 12. PERALATAN LABORATORIUM

Pemborong harus menyedinkan peralatan laboratorium yang akan dipakai oleh Direksi
dan Staf. Alat-alat tersebut harus disetujui Direksi. Selama pelaksanaan pekerjaan
pemborong wajib menyediakan operator peralatan tersebut. Setelah pekerjaan
selesai, seluruh peralatan tersebut akan dikembalikan kepada pemborong.
Alat-alat tersebut terdiri dari :
 1 buah concrete hammer test
 1 set ayakan berukuron 3/4, no. 4, 10, 40 dan 200
 1 timbangan neraca
 3 set alat pembuatan kubus beton
 2 alat percobaan slump test
BAB II. PERSYARATAN BAHAN-BAHAN

Pasal 13. UMUM

1. Semua bahan-bahan yang akan dipakai dalam pekerjaan ini harus memenuhi
ketentuan-ketentuan umum yang berlaku di Indanesia, mengenai bahan bangunan
serta persyaratannya akan dicantumkan di bawah ini.
2. Bilamana akibat satu dan lain hal bahan yang disyaratkan tidak dapat diperoleh,
pemborong boleh mengajukan usul perubahan kepada Direksi sepanjang mutunya
paling tidak sama atau lebih tinggi apa yang disyaratkan.
3. Direksi akan menilai dan memberikan persetujuannya secara tertulis sepanjang
memenuhi persyaratan teknis dan pemborong diwajibkan untuk sejauh mungkin
mempergunakan bahan-bahan produksi dalam negeri.

SP-4
PERSYARATAN TEKNIS
PPI KUALA TUHA KABUPATEN NAGAN RAYA

Pasal 14. BAHAN DAN AGREGAT BETON

1. Agregat halus atau pasir untuk pekerjaan beton dan adukan harus berbutir keras,
bersih dari kotoran-kotoran, zat-zat kimia organik dan anorganik dan yang dapat
merugikan mutu beton ataupun baja tulang dan bersudut tajam. Susunan pembagian
butir harus memenuhi persyaratan seperti Tabel1

2. Prosentase berat faksi butiran yang lebih halus dari 0,074 mm, kotoran atau lumpur
tidak boleh lebih dari 5 % terhadap berat keseluruhan. Kecuali ketentuan diatas,
semua ketentuan mengenai agregat halus beton (pasir) pada PBI 1991 harus
dipenuhi.
3. Agregat kasar adalah batu pecah (split) dengan ukuran maximum 3 cm yang
mempunyni bidang pecah minimal 4 buah dan mempunyai bentuk lebih kurang seperti
kubus.
4. Batu pecah diperoleh dari batu yang keras sesuai dengan persyaratan PBI, bersih
serta bebas dari kotoran-kotoran yang dapat mempengaruhi kekuatan dan mutu beton
maupun baja. Pembagian butir harus memenuhi ketentuan seperti Tabel Prosentase
Lewat Saringan di bawah ini.

5. Bilamana diperlukan pemborong harus mengadakan pencampuran-pencampuran butir


untuk memperoleh pembagian butir (grain size distribution) seperti yang disyaratkan
pada butir 1 dan butir 2 pada pasal 14.

Pasal 15. BAJA TULANGAN

1. Besi untuk tulang beton yang akan digunakan dalam pekerjnan sipil/civil works yaitu
konstruksi dermaga adalah baja dengan mutu BJTP 40 SNI 07-2052-2002 dengan
diameter pengenal seperti ditetapkan pada gambar kerja dan untuk pekerjaan
bangunan/ building works seperti kantor pelabuhan dan gudang adalah BJTP 24 SNI
07-2052-2002 untuk diameter <12 mm dan BJTP 40 SNI 07-2052-2002 untuk
diameter >12 mm.
2. Baja tulangan ulir (deformasi) digunakan jenis baja ulir U 32, produksi Krakatau Steel
atau yang setara.
3. Setiap pengiriman sejumlah besi tulangan ke proyek harus dalam keadaan baru dan
disertai dengan sertifikat dari pabrik pembuat dan bila Direksi memandang perlu,
contoh akan diuji di Laboratorium atas beban pemborong. Jumlahnya akan ditentukan
kemudian sesuai kebutuhan.

SP-5
PERSYARATAN TEKNIS
PPI KUALA TUHA KABUPATEN NAGAN RAYA

4. Penyimpanan atau penumpukan harus sedemikian sehingga baja tulangan terhindar


dari pengotoran- pengotoran minyak, udara lembab lingkungan yang dapat
menyebabkan baja berkarat dan lain-lain pengaruh luar yang mempengaruhi mutunya,
sebaiknya baja terlindung atau ditutup dengan terpal-terpal sebelum dan setelah
pembengkokan. Baja tulangan ditumpuk di atas balok-balok kayu agar tidak langsung
berhubungan dengan tanah.

Pasal 16. SEMEN

1. Jenis semen yang dipakai untuk beton dan adukan dalam pekerjaan ini adalah port
land semen Type I yang memenuhi ketentuan dan syarat-syarat dalam SNI 0013-81.
2. Semen yang didatangkan ke proyek harus dalam keadaan utuh dan baru,
kantongkantong pembungkus harus utuh dan tidak ada sobekan-sobekan.
3. Penyimpanan semen harus dilakukan dalam gudang tertutup dan terlindung dari
pengaruh hujan dan lembab udara dan tanah semen ditumpuk di dalamnya di atas
lantai tanggung kayu minimal 30 cm di atas tanah. Tinggi penumpukan maksimum 15
kantong semen, yang kantongnya pecah tidak boleh dipakai dan harus disingkirkan
keluar proyek.
4. Semen yang dipakai selalu diperiksa oleh Direksi sebelumnya. Semen yang mulai
mengeras harus segera dikeluarkan dari proyek. Urutan pemakaian semen harus
mengikuti urutan tibanya semen tersebut di lapangan sehingga untuk itu pemborong
diharuskan menumpuk semen berkelompok menurut urutannya tiba di lapangan.
5. Semen yang umurnya lebih dari tiga bulan sejak keluarnya dari pabrik tidak
diperkenankan dipakai untuk pekerjaan-pekerjaan yang sifatnya struktural. Bilamnna
Direksi memandang perlu, pemborong harus mefakukan pemeriksaan laboratorium
untuk memeriksa dan melihat apakah mutu semen memenuhi syarat, atas biaya
pemborong.

Pasal 17. AIR KERJA

1. Air yang dipakai untuk adukan beton dan adukan spesi harus bersih, bebas zat-zat
organik atau unorganik yang terkandung dalam air, yang dapat mempengaruhi
kekuatan keawetan dari beton. Mutu air tersebut sedapat mungkin bermutu air minum.
2. Air yang akan dipakai untuk pekerjaan beton, membilas, membasahi dan lain-lain
harus mendapat persetujuan dari Direksi sebelum dipakai.
3. Pemborong harus menyediakan tempat-tempat penampungan air kerja di lapangan
untuk menjamin kelancaran kerja.
4. Untuk memenuhi kebutuhan air kerja, apabila dipandang perlu pemborong
diperbolehkan membuat sumur air bersih dalam daerah kerja pelabuhan sepanjang
memenuhi persyaratan atas beban biaya pihak pemborong.

Pasal 18. BEKISTING

1. Kayu yang dipakai untuk cetakan beton adalah kayu mutu klas II bila menurut
kebutuhan PPKI 1970 atau kayu lapis (plywood) ataupun kayu lokal yang memenuhi
persyaratan.

SP-6
PERSYARATAN TEKNIS
PPI KUALA TUHA KABUPATEN NAGAN RAYA

2. Ukuran tebal papan bekisting minimal 3 cm dan toleransi perbedaan tebal minimal
adalah ± 2 mm. Sila untuk papan bekisting dipakai plywood tebal minimal 16 mm.
Papan bekisting harus kering udara agar tidak menyusut pada waktu dipakai.
3. Apabila kayu yang akan digunakan sesuai gambar, jenis dan ukurannya tidak dapat
diperoleh di pasaran, maka pemborong boleh mengajukan usul perubahan kepada
Direksi dengan jenis dan ukuran kayu yang berbeda namun mutunya minimal sama
atau lebih tinggi dari yang disyaratkan. Direksi akan menilai dan memberikan
persetujuan secara tertulis.
4. Untuk konstruksi gelagar/rusuk-rusuk penguat dipakai kayu sejenis atau yang lebih
baik dengan ukuran yang memadai sesuai perhitungan. Bilamana akan digunakan
dolken, diameter minimal harus 12 cm, lurus, tidnk banyak cacat dan diameter terkecil
pada salah satu ujungnya harus lebih besar dari 10 Cm.
5. Setelah umur beton dilewati, maka harus dilakukan pembongkaran cetakan beton
(bekisting) serta memotong stek tulangan yang muncul ke permukaan beton dan
menutupnya dengan adukan beton.

Pasal 19. URUGAN

1. Material urugan yang boleh digunakan adalah material yang memenuhi syarat besar
butir rata-rata kurang dari 20 % lewat saringan No. 200. Untuk material urugan
tersebut harus memenuhi batas-batas gradasi (grain size distribution) sebagai berikut

2. Material urugan harus bersih dan tidak dibolehkan mengandung bahan-bahan organik,
seperti sisa-sisa tanaman dan lain-lain.
3. Butiran material urugan harus cukup keras dan tidak mudah lapuk, serta mempunyai
berat jenis minimal 1,7 ton/m3 dan specific gravity minimal (Gs) adalah rata-rata 2,4.

Pasal 20. MATERIAL SIRTU

1. Material Sirtu yang dipergunakan dalam pekerjaan ini harus memenuhi persyaratan
batas gradasi sebagai berikut :

SP-7
PERSYARATAN TEKNIS
PPI KUALA TUHA KABUPATEN NAGAN RAYA

2. Material sirtu harus bersih dan tidak dibolehkan mengandung bahan-bahan organik,
seperti sisa-sisa tanaman dan lain-lain.
3. Butiran material sirtu cukup keras dan tidak mudah lapuk, serta mempunyai berat jenis
minimal 1,7 ton/m3 dan specific gravity minimal (Gs) adalah rata-rata 2,4.

Pasal 21. SUMBER MATERIAL URUGAN DAN SIRTU

1. Pemborong harus bertanggung jawab atas supply seluruh material yang diperlukan
sebagai bahan urugan atau sirtu dalam pekerjaan ini, serta mencari lokasi-lokasi
sumber material ynag akan ditetapkan dengan petunjuk Direksi.
2. Pemborong diwajibkan mengambil beberapa sample dan memeriksa grain size
distribution dan mutu bahan urugan dan sirtu tersebut untuk diajukan kepada Direksi.
3. Bila material urugan dan sirtu tidak tersedia secara cukup di satu lokasi, maka Direksi
dapat menyetujui penggunaan material campuran dari beberapa lokasi. Dalam hal ini
material-material tersebut harus dicampur terlebih dahulu untuk memenuhi
persyaratan di atas sebelum dipakai.

Pasal 22. BATU

1. Batu yang akan dipakai untuk berbagai keperluan dalam pekerjaan ini haruslah batu
pecah (belah) yang ukurannya disesuaikan dengan keperluan atau gambar kerja.
2. Batu yang diperluknn untuk kontruksi talud, batu pelindung (armor rock) harus dari
batu yang bersifat keras, specific gravity (Gs) minimum 2,5 ton/m3, tidak menunjukkan
tanda lapuk, bentuk persegi panjang tak beraturan, bergradasi baik, dengan ukuran
sesuai dengan persyaratan, berupa batu belah yang berasal dari batu kali atau batu
gunung. Batu yang fidak bersudut sama sekali tidak diperbolehkan untuk dipakai.
3. Untuk kontruksi pasangan batu-kosong bentuk batu sedemikian rupa mengingat
pasangannya tidak menggunakan perekat, sehingga celah-celah yang kosong dapat
dan harus diisi dengan batu yang berukuran lebih kecil, dan disesuaikan dengan
gambar desain atau gambar kerja.

BAB III PEKERJAAN BETON BERTULANG

Pasal 23. LINGKUP PEKERJAAN

Pekerjaan ini terdiri dari menyediakan semua peralatan kerja, tenaga kerja, alat-alat
perlengkapan dan pelaksanaan untuk semua pekerjaan beton dan grouting yang
berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan beton sesuai dengan ketentuan dan

SP-8
PERSYARATAN TEKNIS
PPI KUALA TUHA KABUPATEN NAGAN RAYA

persyaratan dalam kontrak. Persyaratan yang disebutkan berikut ini akan berlaku
secara umum dan meliputi semua pekerjaan beton bertulang seperti balok, poer dan
lain-lain sebagainya, kecuali untuk pekerjaan-pekerjaan yang disyaratkan secara
khusus.

Pasal 24. PEKERJAAN BEKISTING DAN PENYANGGA

Untuk mendapatkan bentuk penampang dan ukuran dari beton seperti dalam gambar
kerja (kontruksi), maka bekisting harus dikerjakan dengan baik, lurus, rata, teiiti dan
kokoh. Bekisting untuk pekerjaan beton pada lantai, balok lantai, poer dan lain
sebagainya dapat memakai kayu atau pelat baja besi. Pengerjaan bekisting, seperti
sokongan-sokongan perancah dan lain-lain yang memerlukan perhitungan harus
diajukan ke Direksi untuk disetujui. Diameter minimum dolken adalah 15 cm dan jarak
antara balok pendukung papan bekisting maksimum 40 cm. Sebelum pengecoran
dimulai, bagian dalam dari bekisting harus bersih dari kotoran dan kering dari air, agar
mendapatkan mutu beton yang diharapkan sebagai jaminan bahwa bagian dalam
bekisting bersih dan tidak ada genangan air digunakan kompresor. Finishing beton
bertulang dalam arti penambahan-penambahan sejauh mungkin dihindari dan
perataan permukaan beton bila terpaksa harus dilakukan sesuai petunjuk Direksi.
Pembongkaran bekisting beton tidak boleh dilakukan sebelum waktu pengerasan
menurut PBI 1971 dan SKSNI 1991 dipenuhi dan pembongkarannya dilakukan hati-
hati dan tidak merusak beton yang sudah mengeras, dengan terlebih dahulu
mendapatkan persetujuan Direksi. Bekisting balok tidak boleh dibuka, sampai lantai di
atasnya sudah sesuai dicor dan telah mengeras.

Pasal 25. PEKERJAAN BAJA TULANGAN

1. Gambar rencana kerja untuk baja tulangan, meliputi rencana pemotongan,


pembengkokan sambungan, penghentian, dibuat oleh kontraktor dan diajukan kepada
Direksi untuk mendapatkan persetujuan terlebih dahulu sebelum pelaksanaan. Semua
detail harus memenuhi persyaratan seperti yang dicantumkan dalam gambar kerja
dan syarat-syarat yang harus diikuti menurut PBI 1971 dan SKSNI 1991.
2. Diameter-diameter pengenal harus sama seperti persyaratan dalam gambar kerja dan
jika diameter tersebut akan diganti, maka jumlah luas penampang per satuun lebar
beton harus minimal sama dengan luar penampang rencana, sebelum melakukan
perubahan-perubahan harus mendapat persetujuan Direksi.
3. Semua pembengkokan tulangan harus dilakukan sebelum penyetelan/penempatan,
dan tidak diperkenankan membengkokkan tulangan bila sudah ditempatkan kecuali
apabila hal itu terpaksa dan sudah mendapat persetujuan Direksi.
4. Tulangan harus ditempatkan dengan teliti pada posisi sesuai rencana dan harus
dijaga jarak antara tulangan dengan bekisting untuk mendapatkan tebal selimut (beton
deking) = 7 cm, untuk bagian yang langsung berhubungan dengan air laut ataupun
yang berhadapan dengan air/hawa laut, sedangkan bagian lainnya atau yang tidak
berhubungan dengan air laut = 5 cm.
5. Sebelum melakukan pengecoran, semua tulangan harus terlebih dahulu
diperiksauntuk memastikan penelitian tempatnya, kebersihan dan untuk mendapatkan

SP-9
PERSYARATAN TEKNIS
PPI KUALA TUHA KABUPATEN NAGAN RAYA

perbaikan bila mana perlu. Tulangan yang berkarat harus segera dibersihkan atau
digambar bila mana dianggap Direksi akan melemahkan kontruksi.
6. Pengecoran tidak diperkenankan apabila belum diperiksa dan disetujui oleh Direksi.
7. Khusus untuk tebal selimut beton, dudukan harus cukup kuat dan jaraknya
sedemikian sehingga tulangan tidak melengkung dan beton penutup tidak kurang dari
yang disyaratkan. Toleransi yang diperkenankan untuk penyimpangan terhadap
bidang horizontalnya adalah ± 5 mm.

Pasal 26. PEKERJAAN PERCOBAAN CAMPURAN BETON DAN ADUKAN BETON

Pekerjaan beton dalam pelaksanaannya harus memenuhi persyaratan-persyaratan


yang termuat dalam PBI 1971 dan SKSNI 1991, baik mengenai material koral, pasir
semen dan baja maupun pelaksanaannya.

1. Mutu beton
Untuk beton bertulang kekuatan yang disyaratkan dalam pekerjaan ini adalah
berdasarkan kekuatan karakteristik (K). Kekuatan karakteristik beton 300 kg/cm2
dengan pemakaian PC minimum 400 kg untuk tiap 1 m3 beton, faktor air semen
maksimum 0,45 dan slump beton yang diperkenankan di lapangan = 7 cm, untuk ini
pemborong harus membuat mixed design dengan persetujuan Direksi.

2. Kelas Beton

3. Percobaan Campuran (Mixed Design)


Sebelum pelaksanaan pembetonan, pemborong terlebih dahulu harus mengadakan
percobaan campuran (Mixed Design) untuk membuat mutu karakteristik beton seperti
yang disyaratkan dan untuk mengetahui komposisi campuran beton (Pasir, semen
dan batu pecah).

4. Slump yang diperkenankan adalah 8-10 cm.


Dalam menentukan atau mendapatkan mutu beton sesuai dengan karakteristik yang
sudah ditentukan, harus dilakukan dengan menggunakan ukuran yang sudah tertentu,
baik material betonnya maupun ukuran penggunaan air (ember tertentu) yang mana
ukuran tersebut nantinya akan digunakan selama pelaksanaan konstruksi (seperti
gambar)

 Semen = s

SP-10
PERSYARATAN TEKNIS
PPI KUALA TUHA KABUPATEN NAGAN RAYA

 Kerikil = k
 Pasir = p
 Air = a
Percobaan ini dilakukan sampai mendapatkan mutu beton yang sesuai dengan
karakteristik yang sudah ditentukan yaitu :

K > K Syarat (k = 300)


Pekerjaan kontruksi pengecoran/beton boleh dilaksanakan, tetapi kalau:
K < K Syarat (k = 300)
Maka percobaan harus terus dilakukan dengan komposisi lain, sampai mendapatkan
mutu beton sesuai dengan yang disyaratkan. Bilamana kekuntan karakteristik telah
dicapai dengan komposisi agregat tersebut di atas dan telah disetujui oleh Direksi
harus digunakan dalam pemakaian selanjutnya. Segala perubahan dalam masa
pelaksanaan terhadap campuran agregat yang telah disetujui harus menclapat
persetujuan Direksi. Jumlah sample harus disediakan oleh pemborong untuk tiap seri
pengetesan atau percobaan adalah 20 (dua puluh) buah dan laboratorium tempat
percobaan nkan ditentukan Direksi atau dengan persetujuan Direksi.

Pasal 27. PEKERJAAN PENGECORAN BETON

1. Pekerjaan pengecoran beton harus dilaksanakan sekaligus dan harus dihindarkan


adanya penghentian pengecoran (cold-joint) kecuali bila sudah diperhitungkan pada
tempat yang aman dan sebelumnya sudah menclapat persetujuan Direksi.
Pemborong harus sudah mempersiapkan segala sesuatunya (peralatan) untuk
pengamanan, pelindung dan lain-lain yang dapat menjamin kontinuitas pengecoran.
2. Untuk mendapatkan campuran beton yang baik dan merata pemborong harus
memakai mesin pengaduk. Mesin pengaduk harus mempunyai kapasitas yang cukup
untuk melayani volume pekerjaan yang direncanakan. Mesin pengaduk harus
dibersihkan dengan air dan dihindarkan dari minyak sebelum dipakai. Setiap
campuran beton harus diaduk sehingga merata/homogen dan waktu pengadukan
minimum adalah 2 menit untuk setiap kali pencampuran.
3. Bilamana perlu pemborong diperkenankan untuk menggunaKan concrete pump,
gerobak-gerobak dorong untuk mengangkut adukan ke tempat yang akan dicor.
Pengangkutan beton tidak dibenarkan dengan ember-ember.
4. Sebelum pengecoran dimulai, semua peralatan material serta tenaga yang diperlukan
sudah harus siap dan cukup untuk suatu tahap pengecoran sesuai dengan rencana
yang sebelumnya disetujui Direksi. Tulangan, jarak bekisting dan lain-lain, harus
dijaga dengan baik sebelum dan selama pelaksanaan pengecoran.
5. Segera setelah beton dituangkan ke dalam bekisting, adukan harus dipadatkan
dengan concrete vibrator yang jumlahnya harus mencukupi. Penggetaran dengan
concrete vibrator dapat dibantu dengan penyodokan apabila dengan concrete vibrator
tidak mungkin dilakukan dengan harus mendapatkan persetujuan dari Direksi terlebih
dahulu.
6. Pengecoran harus menerus dan hanya boleh berhenti di tempat-tempat yang
diperhitungkan aman dan telah direncanakan terlebih dahulu dan sebelumnya
mendapatkan persetujunn dari Direksi. Penghentian maksimum 2 jam. Untuk
menyambung suatu pengecoran, pengecoran sebelumnya harus dibersihkan
permukaannya dan dibuat kasar dengan sikat baja agar sempurna sambungannya

SP-11
PERSYARATAN TEKNIS
PPI KUALA TUHA KABUPATEN NAGAN RAYA

dan sebelumnya adukan beton dituangkan, permukaan yang akan disambung harus
disiram dengan air semen campuran 1 PC: 0,45 air.
7. Selama waktu pengerasan beton harus dilindungi dengnn air bersih atnu ditutup
dengan karung karung yang senantiasa dibasahi dengan air, terus menerus selama
paling tidak 10 hari setelah pengecoran.
8. Apabila cuaca diragukan, sedangkan pengawas atau Direksi menghendaki agar
pengecoran tetap harus berlangsung, maka pihak pemborong harus menyediakan
9. alat pelindung atau terpal yang cukup untuk melindungi tempat yang sudah/akan
dicor. Pengecoran tidak diizinkan selama hujan lebat atau ketika suhu udara naik di
atas 32°C.
10. Untuk setiap 5 m3 pengecoran, pemborong diwajibkan mengambil contoh (sample)
untuk pemeriksaan kekuatan tekan kubus, pemeriksaan slump test, dengan prosedur
sebagaimana ditentukan dalam PBI 1971 dan SKSNI 1991. Slump yang
diperkenankan dalam pelaksanaan adalah antara 7 cm dan faktor air semen
maximum 0,45. Pengambilan-pengambilan contoh di atas sesuai petunjuk Direksi.
Kubus-kubus dijaga agar dapat mengeras dengan baik. 10. Kubus beton yang diambil
selama pengecoran harus diuji kekuatan tekan karakteristiknya di laboratorium yang
dapat disetujui Direksi dan hasilnya dilaporkan secara tertulis kepada Direksi untuk
dievaluasi. Bilamana hasil pengujian menunjukkan mutu beton kurang dari K yang
disyaratkan (K.300) maka pemborong diwajibkan untuk mengajukan rencana dan
mengadakan penguatan/penyempurnaan konstruksi dengan biaya pemborong.
11. Apabila hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa mutu beton kurang dari nilai yang
disyaratkan pemborong harus mengambil core-sample dari bagian-bagian konstruksi
yang diragukan. Jumlah core-sample untuk tiap pemeriksaan adalah tiga buah, dan
selanjutnya akan diperiksa di laboratorium dengan persetujuan Direksi. Hasilnya akan
dievaluasi Direksi dan bila nilai yang diperoleh membahayakan konstruksi, harus
dilakukan perbaikan konstruksi tersebut atas biaya pemborong.
12. Seluruh pekerjaan beton bertulang ditambahkan bahan campuran beton serat
polypropylene murni yang dapat mengontrol retak yang disebabkan oleh muai dan
susut karena panas, meningkatkan daya tahan terhadap kejut, mengurangi
permeabilitas dan menambah daya tahan beton.

Sifat-sifat polypropylene murni harus memenuhi syarat sebagai berikut :


Penyerapan : nol
Berat jenis : 0,9
Panjang serta : 19,0 mm
Titik leleh : 160-170°C
Titik bakar : 570°C
Daya hantar panas : rendah
Ketahanan terhadap asam dan garam : tinggi
Ketahanan terhadap alkali : tinggi
Kekuatan tarik : 5600-7700 kg/cm2
Modulus Young's : 35.000 kg /cm2

13. Pengecoran plat beton dermaga ditambahkan floor hardener dan dihaluskan dengan
mesin penggosok taller.

SP-12
PERSYARATAN TEKNIS
PPI KUALA TUHA KABUPATEN NAGAN RAYA

14. Campuran beton perlu ditambah dengan fly ash, untuk membuat beton kedap air dan
ukuran spilt maksimum adalah 2 cm. Slump beton maksimum 8-10 cm. Guna
memperlambat setting time dapat ditambahkan retarder atau air es.

Pasal 28. PEKERJAAN BALOK DAN LANTAI BETON

Mutu beton yang disyaratkan untuk pekerjaan balok dan lantai adalah K-300.
Tulangan yang direncanakan untuk pekerjaan ini adalah besi beton mutu U-32,
produksi Krakatau Steel atau yang setara. Bilamana pemborong hendak memakai
baja tulangan lebih tinggi dari yang disyaratkan, pemborong mengajukan pada Direksi
untuk persetujuan. Kontruksi bekisting harus cukup kokoh agar tidak terjadi
perubahan-perubahan bentuk pada waktu pengecoran maupun masa pengerasan.
Pemborong harus mengajukan rencana konstruksi bekisting kepada Direksi untuk
diperiksa dan disetujui. Ukuran penopang jadi dari beton tidak boleh kurang dari apa
yang disyaratkan dalam gambar kerja dan penyimpangan tidak boleh lebih 1% dari
ukuran yang bersangkutan. Selimut beton yang disyaratkan untuk pekerjaan
konstruksi yang berhubungan langsung dengan air lout harus memakai selimut beton
setebal 7 cm, sedangkan konstruksi yang tidak berhubungan langsung dengan air lout
cukup setebal 5 cm. Dalam pelaksanaan pekerjaan ini pemborong harus mengikuti
persyaratan-persyaratan sesuai pekerjaan beton bertulang dan ketentuan-ketentuan
lain dalam PBI 1971 dan SKSNI 1991. Kanstin beton dilaksanakan bersamaan
dengan pengecoran beton di tempat, dengan ukuran 15 x 15 cm, yang selanjutnya
difinishing dan dicat dengan warna selang-seling kuning hitam (lihat gambar rencana).

Pasal 29. PEKERJAAN BIT

1. Pembuatan bit dilakukan harus sesuai dengan gambar.


2. Struktur bit terdiri dari dua material utama, yaitu pipa baja galvanis yang diisi dengan
cor beton. Untuk tempat ikatan tali kapal pada bit, sebuah batang silinder dari besi
galvanis dipasang melintang menembus pipa bit melalui lubang yang dibuat
sebelumnya. Setelah dimasukkan melintang melalui lubang yang tersedia, batang
silinder kemudian dilas dengan pipa utama.
3. Pekerjaan beton dan pemancangan bit harus sesuai dengan bab mengenai pekerjaan
beton dan pekerjaan pemancangan. Pipa bit harus dilas dengan besi tulangan dari
struktur dermaga pada posisi yang terdekat.
4. Pada tahap penyelesaian harus bit yang terlebih dulu diselesaikan, stek-stek besi
tulangan dan kemudian secara bersamaan dilakukan pengecoran dengan konstruksi
beton poer, sehingga didapatkan konstruksi yang monolit. Bitt dicat dengan warna
hitam atau dengan warna yang disetujui Direksi.

Pasal 30. AIR KERJA

1. Untuk adukan, maka air yang dipakai hnrus bebas dari asam, garam, bahan alkali dan
bahan organik yang dapat mengurangi mutu beton.
2. Pengurangan air kerja harus mendapat persetujuan Direksi.

SP-13
PERSYARATAN TEKNIS
PPI KUALA TUHA KABUPATEN NAGAN RAYA

3. Bila akan dipakai air bukan berasal dari air minum dan mutunya meragukan, maka
Direksi dapat minta kepada Pemborong untuk mengadakan penyelidikan air secara
laboratoris dan penyelidikan tersebut atas tanggungan pemborong.

Pasal 31. BETON PRACETAK

1. Persyaratan umum yang berhubungan dengan beton bertulang biasa tetap berlaku,
sedangkan persyaratan lain yang berhubungan dengan pekerjaan beton pracetak
terdapat di dalam pasal-pasa! berikut ini.
2. Pemborong harus menyerahkan usulan rencana-rencananya secara fierperinci untuk
pelaksanaan fabrikasi beton pracetak/precast, perawatan dan kemudian
pembongkaran, serta pengangkutan dari tempat pencetakan elemen-elemen beton
pracetak. Semua rencana tersebut harus mendapat persetujuan dari Direksi.
3. Pemborong harus menyediakan lapangan yang cukup luas dengan lantai beton yang
kokoh dan rata tempat pekerjaan pembuatan beton pracetak akan di lakukan.
4. Elemen-elemen beton pracetak/precast dicetak dengan pengecoran beton secara
kontinyu dengan suatu cara pelaksanaan dan peralatan yang memndai, yang
sebelumnya mendapat persetujuan Direksi.
5. Unsur beton pracetak harus dicetak dengan toleransi ukuran ± 5 mm dari ukuran yang
telah ditetapkan dalam gambar. Lebih lanjut tidak ada permukaan balok atau lantai
yang menyimpang lebih dari 5 mm dari pinggir yang lurus sepanjang 3 m dan pada
bagian tengah dari unsur tidak boleh menyimpang lebih dari 10 mm dari garis tengah.
6. Cetakan/bekisting harus dibuat kokoh, rapat pada sambungan-sambungannya, rapi
dan benar, serta harus direncanakan sedemikian hingga mudah untuk dibuka dan
dipasang kembali. Bagian-bagian yang memerlukan ketelitian dan atau kerapian pada
elemen beton pracetak harus dibuat dengan cetakan yang terdiri dari lembaran plat
baja. Cetakan harus ditempatkan dengan betul untuk mencegah penonjolan atau
penyimpangan bentuk hasil pengecoran.
7. Cetakan pada bagian-bagian pinggiran dari beton pracetak boleh dipindahkan setelah
72 jam asalkan beton tersebut telah mengeras dan disetujui Direksi.
8. Pemborong harus menyerahkan perhitungan rencana cetakannya dan gambargambar
kepada Direksi untuk persetujuan.
9. Pada pertemuan atau sambungan konstruksi antara unsur pracetak beton biasa,
maka semua permukaan horizontal dan vertikal dari unit beton pracetak harus
dibersihkan dengan sikat kawat untuk menyingkirkan semua benda dan kotoran atau
bagian agregat yang menonjol.
10. Setiap bagian/eleman beton pracetak harus diberi tanda pengenal pada bagian atas
permukaan untuk menunjukkan nomor urut, lokasinya atau bagian manutari struktur
dermaga atau trestle dan tanggal pembuatan/pengecorannya. Tanda-tanda identitas
ini harus sejalan dengan rencana penempatan.
11. Pemborong diminta untuk mengajukan rencana pengangkatan, pengangkutan,
penurunan dan pengumpulan semua elemen beton pracetak dan selama masa
pengerasan beton pracetak harus dirawat sesuai persyaratan. Dalam masa tersebut
beton precast tidak boleh dipindahkan kecuali dengan persetujuan Direksi.
12. Unit-unit beton pracetak harus diangkat tepat pada rencana titik angka yang telah
disetujui Direksi. Unit beton pracetak dapat diangkat dari tempat pracetaknya untuk
menyimpan kalau kekuatan rata-rata dari paling sedikit 3 kubus yang dibuat dari

SP-14
PERSYARATAN TEKNIS
PPI KUALA TUHA KABUPATEN NAGAN RAYA

bahan beton yang sama paling sedikit 2,5 kali tegangan yang dihasilkan pada saat
diangkat.
13. Unit beton pracetak harus dikumpulkan dan disusun dengan cara yang telah disetujui
Direksi. Pengumpulan beton harus diatur sehingga unit-unitnya dapat digunakan
menurut umur. Unit-unit beton pracetak harus dilindunyi dari sinar matahari langsung.
14. Beton deking yang dimaksud adalah untuk peiindungan tulangan-tulangan terhadap
bahaya karat. Tebal selimut beton pracetak disyaratkan 5 cm, kecuali bagian-bagian
tertentu yang langsung terkena atau terpengaruh air laut minimal 7 cm. Untuk
menjamin hal ini perlu dibuat tahu tahu beton dengan ukuran 5 x 5 atau 8 x 8 cm
dibuat diatas tanah yang rata, didasari tripleks dan pada bagian atas tahu-tahu beton
tersebut harus terpasang pengikat dari kawat ikat/bindrad.
15. Sebelum pengecoran beton pracetak (precast) dilakukan, permukaan pada baja agar
diolesi form oil agar permukaannya sempurna dan mudah mengangkatnya.
16. Unit-unit beton pracetak baru boleh dipindahkan dari tempat pengumpulan ke tempat
pemasangannya bila telah berumur paling sedikit 21 hari, atau beton 1 telah mencapai
tegangan minimal (3 conch) 95 % dari tegangan pada usia beton 28 hari.
17. Penempatan elemen-elemen beton pracetak pada tempat yang sebenarnya harus
dengan memakai peralatan yang memadai sehingga elemen beton-beton pracetak
tidak mengalami gaya gaya yang berlebihan yang dapat menyebabkan retak-retak
rambut, serta agar dapat dilaksanakan dengan rapi dan rapat satu sama lainnya
sehingga pengecoran beton di atasnya terjamin tidak bocor serta dapat diiakukan
dengan baik.
18. Sebelumnya dilakukan pengecoran beton ditempat, semua tulangan yang diperiukan
harus sudah terpasang di tempatnya dengan kokoh. Bagian dalam bekisting;
permukaan beton dan tulangan harus dibersihkan dari kotoran yang dapat
menurunkan mutu beton, celah-celah yang ada antara elemen-elemen beton pracetak
dan lain-iain harus ditutup dengan baik, serta kemudian permukaan beton disiram
dengan campuran air semen sampai merata.

BAB IV. PEKERJAAN TURAP (SHEET PILE)

Pasal 32 JENIS DAN UKURAN TURAP

Material yang digunakan adalah sheet pile yang mempunyai :


a. Sheet Pile Type Plat (FPC)
b. Cracking Momen 1,45 (ton.m)
c. Kuat desak = 700 kgf/cm2
Yang termasuk pada pekerjaan Sheet piles ini ialah :
 Memancang Type Sheet Piles yaitu Corrugated Prestressed Concrete Sheet Piles (CPC)
beton dengan panjang sesuai dengan gambar kerja.
 Ukuran dan bentuk penampang sheet piles harus sesuai
dengan spesifikasi yang telah
Ditetapkan, sehingga tidak mempersulit pada saat penyambungannya.
 Metode pemancangan menggunakan vibro hammer
dan water jet (special order)

Pasal 33. TOLERANSI TITIK PANCANG

SP-15
PERSYARATAN TEKNIS
PPI KUALA TUHA KABUPATEN NAGAN RAYA

1. Pelaksanaan pemancangan turap harus tegak sedemikian sehingga diperoleh hasil


sesuai dengan ketentuan dalam gambar kerja.
2. Toleransi maksimum yang diijinkan terhadap hasil pemancangan turap adalah 10 cm
penyimpangan dari posisi yang benar.
3. Bila toleransi terlampaui, tiang harus diperbaiki, diperkuat dengan konstruksi tertentu,
dicabut atau lain sebagainya sesuai dengan keputusan Direksi, dengan biaya
Pemborong.

Pasal 34. ALAT PANCANG/SHEET PILE DRIVING HAMMER

1. Pemborong harus menyediakan peralatan untuk pemancangan sedemikian lengkap


sehingga semua persyaratan teknis yang diminta dapat dipenuhi.
2. Mesin pancang atau hammer harus jenis Vibro-Hammer
3. Hammer harus dapat melakukan pemancangan kontinyu sampai kedalaman yang
direncanakan.
4. Penghentian pemancangan sebelum mencapai setting atau kedalaman rencana harus
mendapat persetujuan Direksi.
5. Alat pancang harus dilengkapi dengan ladder yang cukup panjang dan dapat
digerakkan secara hydrolik atau mekanis, untuk menjamin pemancangan tiang-tiang
tegak dapat dilaksanakan.
6. Pemancangan sheet pile harus dikerjakan secara terus menerus sampai mencapai
kedalaman penetrasi yang telah dipersyaratkan. Jika pada waktu pemancangan
didapati lapisan tanah keras pada kedalaman Yang berbeda dengan yang disyaratkan
pada gambar kerja, sehingga pemancangan tidak mungkin dilanjutkan, Kontraktor
wajib memberikan laporan pada Direksi dan Konsultan Pengawas. Pemancangan
akan diteruskan / dihentikan sesuai dengan keputusan dari Direksi dan Konsultan
Pengawas.
7. Kedalaman Tiang Pancang berdasarkan hasil soil test dan perhitungan adalah sesuai
dengan gambar kerja.
8. Kontraktor dibayar sesuai dengan panjang tiang pancang yang terpasang dari toelevel
sampai dengan caping level. Panjang atau dalamnya tiang pancang mungkin berubah
sesuai hasil di lapangan. Tambahan akan dibayarkan jika Kontraktor dapat
membuktikan bahwa kondisi tanah yang tidak memenuhi kriteria perencanaan. Namun
jika kegagalan tersebut sebagai akibat kesalahan metoda pemancangannya, maka
Kontraktor tidak akan dibayar meskipun terjadi penambahan pemancangan,
penggantian tiang pancang uji beban atau pekerjaan-pekerjaan lain yang terpengaruh
olehnya. Kerja tambah harus mendapat persetujuan tertulis dari Direksi dan Konsultan
Pengawas.

Pasal 35. PEMANCANGAN TURAP

1. Pemancangan turap dilakukan dengan alat tersebut diatas dan bila tidak
memungkinkan dapat dengan pengeboran terlebih dahulu yang dilakukan setelah
mendapat persetujuan dari Direksi.
2. Urutan-urutan pemancangan tiang-tiang agar direncanakan sesuai kondisi pekerjaan
sedemikian sehingga pelaksanaan pemancangan dapat berjalan dengan lancar dan
baik serta turap-turap yang dipancang lebih dahulu tidak terganggu. Pemborong harus

SP-16
PERSYARATAN TEKNIS
PPI KUALA TUHA KABUPATEN NAGAN RAYA

mengajukan rencana kerja pemancangan kepada Direksi untuk dievaluasi dan diberi
persetujuan tertulis oleh Direksi.
3. Pemancangan turap dilaksanakan sampai final set, apabila terjadi permasalahan di
lapangan penghentian dapat dilaksanakan hanya bila diperintahkan atau disetujui oleh
Direksi.
4. Pemborong tidak boleh memindahkan alat pancang dari kepala turap tanpa
persetujuan Direksi.
5. Turap hanya dipancang selama ada Direksi dan tersedia fasilitas bagi Direksi untuk
memperoleh informasi pemancangan turap yang diperlukan. Meskipun demikian
Pemborong tetap bertanggung jawab atas pekerjaan ini.
6. Pemborong harus memberitahu Direksi dengan segera apabila perubahan-perubahan
yang tidak normal selama pemancangan turap. Pemborong harus berhati-hati untuk
mencegah timbulnya gaya lateral pada turap selama pemancangan yang diakibatkan
oleh alat pancang.
7. Turap yang tidak dipakai akibat "over acting" atau tidak memenuhi toleransi yang
diijinkan, maka harus diganti ditarik kembali dan diganti dengan turap yang baru atas
persetujuan Direksi.
8. Kalendering turap akan dipakai sebagai penentuan daya dukung turap dan
panjangnya tiang pancang lebih lanjut.
9. Sebelum dipancang tiap turap harus diberi tanda setiap interval 50 cm dan 100 cm
yang dimulai dari kaki turap agar dapat diketahui panjang turap yang terpancang.
10. Pada bagian turap ditempatkan kertas grafik untuk menentukan pukulan-pukulan
terakhir, untuk mengetahui "Final Set" pada saat pemancangan.
11. Pemborong harus melakukan pencatatan pemancangan masing-masing turap, yang
disampaikan kepada Direksi untuk dievaluasi.

Pencatatan meliputi :
1) Tanggal dan hari pemancangan
2) Nomor turap
3) Panjang turap
4) Ukuran penampang
5) Type hammer
6) Berat ram
7) Evaluasi dasar tanah pada titik pancang
8) Turap masuk tanpa dipukul
9) Benaman per interval jumlah pukulan atau sebaliknya (jumlah pukulan /100 cm,
50 cm, 25 cm).
10) Total set/benaman
11) Rebound (cm)
12) Tinggi jatuh hammer (m)
13) Penyimpangan posisi/kemiringan dari rencana
14) Hal-hal khusus yang ditemui pada waktu pemancangan

Dalam melaksanakan pemancangan dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu : Metoda


pemancangan bersama-sama (panel driving) dan pemancangan tunggal (single
driving).

 Metoda pemancangan secara bersama-sama (panel driving)


Apabila sheet pile cenderung untuk berputar pada waktu pemancangan, maka

SP-17
PERSYARATAN TEKNIS
PPI KUALA TUHA KABUPATEN NAGAN RAYA

biasanya digunakan metoda pemancangan secara bersama-sama. Pada metode


ini sekitar lokasi ditempatkan secara merata sehingga dapat berdiri sendiri, dalam
metode panel driving harus diperhatikan urutan pemancangan :
 Ketinggian Rig harus mencukupi untuk penyetelan dan pemancangan
 Kestabilan pada waktu penyetelan terhadap gaya-gaya luar (angin, gelombang
dll).

Dalam metoda ini dipergunakan pile guide beam yang berfungsi sebagai pengarah
untuk penempatan dan pemancangan.

 Metoda Pemancangan tunggal


Metoda ini adalah memancang 1 sampai 2 sheet pile untuk menentukan level
sekaligus, ketinggian Rig dapat lebih dari pada metode pemancangan bersama,
tetapi sheet pile baja cendrung akan mengalami torsi. Dalam metode ini juga
diperlukan pile guide beam untuk menjaga kelurusan dari sheet pile dan
diperlukan juga peralatan yang cukup untuk memperbaiki ketidak lurusan.

Wales dan Tie Rods


Untuk menyatukan Tie rods dan sheet pile dipasang wales / bracing sepanjang
dari sheet pile dan detail sambungan dari wales dapat dilihat pada gambar detail.
Tie Rods yang dipergunakan adalah dari jenis Stressing bar yang mempunyai
dead end dan live end pada kedua ujungnya, pada ujung tie rods dipasang
Deadman yang terbuat dari pelat beton bertulang ukuran, posisi dalamnya
pemasangan deadman dapat dilihat pada gambar detail. Untuk pelaksanaan
pemasangan Wales, Tie rods, dead end dan live end Kontraktor dapat
berkonsultasi dengan pabrik pembuat stressing bar.

Pasal 36. PANJANG TURAP (LIHAT GAMBAR RENCANA)

1. Turap pada dasarnya harus dipancang sampai mencapai final set sesuai dengan
persyaratan daya dukung.
2. Apabila final set telah dicapai sebelum panjang turap/kedalaman rencana, maka
bagian turap berlebih (diatas cut off level) harus dipotong, pemotongan kelebihan
turap ini harus mendapat persetujuan Direksi.
3. Apabila seluruh panjang turap rencana telah terpancang, tetapi final set belum
terpengaruh, maka turap pancang tersebut harus disambung. Penyambungan
kekurangan panjang turap ini harus mendapat persetujuan Direksi.
4. Harga turap pancang yang panjangnya tidak sesuai dengan gambar akan
diperhitungkan dengan harga satuan panjang seperti pada penawaran.

Pasal 37. KEPALA TURAP DAN POER (PILE GAP)

1. Pemborong harus melakukan tindakan-tindakan untuk mencegah kerusakan kepala


turap pada waktu pemancangan. Kepala turap harus diberi peiindung kayu keras
selama pemancangan agar tidak langsung terpukul oleh landasan hammer. Turap
pancang yang lebih dari elevasi rencana dipotong dengan syarat bagian ujung turap
pancang akan tertanam dalam poer (pile cap) minimal sepanjang 1 x lebar turap.

SP-18
PERSYARATAN TEKNIS
PPI KUALA TUHA KABUPATEN NAGAN RAYA

2. Di atas tiap-tiap turap akan dibuatkan poer untuk merapikan puncak turap untuk dasar
penempatan plat injak sambungan dermaga dengan tanah daratan yang bentuk,
ukuran-ukuran dan penulangannya seperti yang ditunjukkan dalam gambar kerja.
3. Pada ujung turap dilas tulangan menurut jumlah dan diameter sesuai dengan gambar
kerja yang berfungsi sebagai tulangan penyalur dan akan tertanam dalam poer.
Demikian pula pada bagian atas di dalam turap diberi tulangan dan dicor beton,
dengan ukuran sesuai dengan gambar kerja.
4. Sebelum melakukan pengecoran adukan, semua tulangan harus sudah terpasang
dengan baik, bersih dari karat dan kotoran. Pelaksanaan pengecoran harus
diperhitungkan waktunya sedemikian sehingga adukan yang sudah dituangkan tidak
terganggu oleh pasang surut sebelum beton mencapai umur 3 jam.
5. Apabila terdapat besi-besi bekas anker bekisting atau baja tulangan yang menonjol
dari permukaan beton, maka besi atau baja tersebut harus dipotong sedemikian
sehingga nantinya dapat tertanam dan ditutup dengan adukan beton atau material lain
yang kedap air minimal setebal selimut beton.

Pasal 38. PEMASANGAN ANCHOR BOLT

Pemasangan anchor-bolt untuk fondasi equipment/struktur baja harus memenuhi


ketentuan sebagai berikut :

1. Anchor Bolt dengan Template


Pada saat pemasangan anchor bolt dengan Template maka harus dipasang tulangan
penahan jarak sedemikian sehingga dapat mencegah bergesernya posisi anchor bolt
dengan template-nya pada saat pelaksanaan pengecoran beton. Rangka penumpu
dari penahan jarak untuk pemasangan template tersebut tidak boleh diikatkan (fix)
terhadap baja tulangan yang masih dapat bergerak pada saat pengecoran beton baru,
akan tetapi harus diikatkan pada tulangan yang sudah tertanam kaku pada beton lama
dibawahnya (existing). Toleransi untuk penyetelan Template adalah sebagai berikut :

posisi gratasi Level Ver


+ / = 3 + / - 2 mm + 5 mm (T/300) mm
mm - 0 mm

2. Anchor Bolt dengan Gauge Plate


Gauge plate digunakan untuk pemasangan langsung anchor bolt untuk struktur baja
dimana tidak menggunakan Template. Toleransi untuk penyetelan Gauge plate adalah
sebagai berikut :

Posisi : + / -10 mm
Level : + 5 mm
- 0 mm

3. Anchor Bolt dengan Anchor Box / Sleeve


Ukuran dan kedalaman anchor box/sleeve harus sesuai dengan gambr rencana.
Toleransi untuk penyetelan anchor box/sleeve adalah sebagai berikut :
Posisi : + / - 10 mm
SP-19
PERSYARATAN TEKNIS
PPI KUALA TUHA KABUPATEN NAGAN RAYA

Level : + 0 mm
- 20 mm
Penyetelan anchor bolt harus dilakukan setelah isi dalam dri anchor box/sleeve
dibersihkan dan kering. Material pengisi untuk kedalam box/sleeve harus sesuai
dengan ketentuan dalam gambar rencana. Untuk anchor bolt yang menimpu mesin-
mesin, equipment dll, harus digunakan material Non-shrinking Grout sebagai
pengisi box/sleeve. Kontraktor harus mengirimkan Catalogue, brosur atau
spesifikasi dan sample untuk mendaptkan persetujuan dari Direksi Lapangan atau
Konsultan Pengawas atau Pemilik Proyek.

Pasal 39. PEKERJAAN BAJA

Yang termasuk dalam pekerjaan baja ini adalah Gantry, Platform dan bagian-bagian
lain pelengkapnya yang belum disebutkan tapi ada pada gambar kerja. Gambar kerja
( shop drawing ), jadwal pekerjaan baja (fabrikasi), gambar pemasangan semua
komponen dalam pekerjaan ini harus dibuat kontraktor dan diberikan kepada Direksi
Lapangan atau Konsultan Pengawas untuk mendapatkan persetujuan terlebih dahulu
sebelum difabrikasi. Pendetailan harus sesuai dengan persyaratan. Dalam segala
hal, persetujuan Direksi Lapangan atau Konsultan Pengawas tidak membebaskan
kontraktor dari tanggung jawabnya terhadap ketelitian dan / atau selesainya pekerjaan
pendetailan.

1. Material Baja
Setiap baja yang digunakan harus disertai sertifikat atau laporan hasil pengujian untuk
membuktikan bahwa bahan tersebut sesuai dengan yang disyaratkan oleh Direksi
Lapangan atau Konsultan Pengawas untuk mendapatkan persetujuan sebelum bahan
tersebut digunakan.

2. Material Persediaan Fabrikator


Fabrikator biasanya mempunyai persediaan untuk pekerjaan fabrikasinya. Jika bahan
yang akan digunakan pada pekerjaan baja ini diambil dari persediaan fabricator maka
harus dapat dibuktikan bahwa bahan tersebut memiliki kualitas yang sama dengan
yang disyaratkan Direksi Lapangan atau Konsultan Pengawas. Bahan persediaan
fabrikator yang tidak disertai spesifikasi yang jelas atau tanpa disertai laporan hasil
pengujian tidak boleh digunakan tanpa persetujuan Direksi Lapangan atau Konsultan
Pengawas kecuali jjika mutu bahan tersebut tidak mempengaruhi struktur secara
keseluruhan.

3. Fabrikasi dan pengiriman


 Sebelum dikirim ke fabrikasi atau pelaksana lain, baja mutu tinggi dan
baja pesanan sesuai permintaan harus diberi tanda oleh pemasok.
 Baja pesanan tanpa diberi tanda khusus oleh pemasok tidak boleh
digunakan hingga identifikasi melalui pengujian sesuai peraturan-peraturan
tersedia dan hingga ditandai oleh fabrikator.
 Selama fabrikasi, hingga perakitan batang, setiap baj mutu tinggi dan
baja lain yang akan digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan harus

SP-20
PERSYARATAN TEKNIS
PPI KUALA TUHA KABUPATEN NAGAN RAYA

mencantumkan tanda identifikasi dari fabricator atau tanda identifikasi asli dari
pemasok. Tanda identifikasi fabrikator yang tersedia, yang dibuat dalam bentuk
daftar dan sebagai bahan informasi bagi pemilik proyek, dibuat terlebih dahulu
sebelum fabrikasi.
 Batang terbuat dari baja mutu tinggi dan baja lain yang akan
dipergunakan tidak boleh diberi tanda perakitan yang sama untuk batang yang
terbuat dari mutu baja yang berbeda, meskipun ukuran dan detailnya sama.

4. Persiapan bahan
 Pemotongan termal baja struktur dapat dilakukn dengan tangan atau
peralatan mekanis otomat dengan persetujuan Direksi Lapangan atau Konsultan
Pengawas.
 Permukaan yang disebut finished pada gambar kerja adalah yang
mempunyai kekasaran maksimum 500 (menurut ANSI ). Teknik fabrikasi, seperti
penggergajian geser, penggergajian dingin, dan lain-lain, yang menghasilkan
permukaan kontak yang baik untuk permukaan “finished” dapat digunakan dengan
Persetujuan Direksi Lapangan atau Konsultan Pengawas.

5. Pemasangan dan penyetelan


 Elemen tambahan untuk sistim penyambungan harus dapat menjamin bahwa
elemen tersebut mengahasilkan kontak yang baik antara permukaan-permukaan
sambungan.
 “Run off tabs” diperlukan untuk menghasilkan penjelasan yang baik dan fabricator
atau Kontraktor harus melepaskan kembali hingga diperoleh kembali hingga
diperoleh bentuk semula yang disyaratkan.
 Semua baja mutu tinggi untuk penyambungan dipasang di bengkel kerja sesuai
dengan spesifikasi yang ada, kecuali disyaratkan lain dalam gambar kerja.

6. Toleransi ukuran
 Variasi hingga sebesar 1 mm (maksimum) bisa diterima untuk semua ukuran
batang yang kedua ujungnya diselesaikan “ finished” sebagaimana disebut
dalam item 1 (b).
 Batang yang tanpa permukaan “finished” pada ujung-ujungnya untuk
pendukung kontak (contact bearing), yang akan disusun bersama elemen
struktur lain, dapat mempunyai variasi tidak lebih dari 1 5 mm untuk panjang
batang kurang dari 10 m dan tidak lebih dari 3 mm untuk batang lebih dari 10
mm.
 toleransi kelurusan (straightress) batas profil untuk batang tekan adalah 1/1000
panjang aksial diantara dua perletakan. Batang-batang elemen struktur harus
bebas dari puntiran dan lenturan awal, dan Direksi Lapangan atau Konsultan
Pengawas bisa menolak bahan tersebut.
 balok dan rangka yang didetail tanpa pendukung sementara ( camber) pada
gambar-gambar rencana boleh ditambahkan camber pada saat fabrikasi dan
dilepaskan pada saat setelah selesai pemasangan (erection).

7. Pemasangan ( Erection )
 Metode Pelaksanaan
SP-21
PERSYARATAN TEKNIS
PPI KUALA TUHA KABUPATEN NAGAN RAYA

Metode pemasangan yang akan diterapkan kontraktor harus terlebih dhulu


disetujui ole Pemilik Proyek..
Pertimbangan utama dalam penyusunan metode pelaksanaan adalah
sedemikian hingga agar pemasangan yang dilaksanakan tidak mengganggu
aktivitas pekerjaan yang lain.

 Sumbu Bangunan
Kontraktor bertanggung jawab terhadap akurasi dari survey-survey horizontal
dan vertical sesuai dengan gambar rencana.

8. Pemasangan Baut Angker


 Baut angker dan baut pondasi yang sebagaimana tercantum dalam gambar
rencana dilaksanakan dengan ketentuan variasi yang bisa diterima.
 Baut angker harus benar-benat vertikal.

9. Base Plate
Toleransi elevasi base plate terhadap elevasi yang telah ditentukan dalam gambar
pelaksanaan adalah ± 2 mm.

10. Grouting
Grouting dilaksanakan setelah semua elemen terpendan ( anchor bolt) diperiksa
terhadap akurasi posisinya dan tidak melebihi toleransi yang diijinkan.
Lubang-lubang di mana akan dilakukan grouting hrus dibersihkan dari segala macam
kotoran dan benda asing serta bebas dri genangan air.
Kontraktor harus memberikan jadwal pelaksanaan pekerjaan grouting yang akan
dilaksanakan kepada Direksi Lapangan atau Konsultan Pengawas. Dan grouting
dilaksanakan setelah mendapt persetujuan dari Direksi Lapangan atau Konsultan
Pengawas.

Pelaksanaan Grouting untuk fondasi equipment/struktur baja harus memenuhi


ketentuan sebagai berikut :
 Material grout harus sesuai dengan ketentuan pada spesifikasi material grout.
material Non-shrinking harus digunakan khususnya untuk menumpu support
dari heavy duty dan reciprocating equipment dimana level dan alignment
harus tetap terpenuhi.
 Penggunaan material Grouting dan teknis pemakaiannya harus
dipertanggung jawabkan oleh Kontraktor, oleh karena itu Kontraktor harus
berkonsultasi dengan seksama pada pabrik pembuat Grout tersebut
mengenai cara penggunaannya mulai dari : persiapan, komposisi air,
pengadukan (mixing), pengecoran dan pemompaan injeksi, pemeliharaan
grout curing dll.
 Permukaan beton yang akan menerima grout harus dikasarkan/chipping
untuk menghasilkan perlekatan yang sempurna antara grout dengan beton.
 Seluruh permukaan anchore bolt, box/sleeve dan permukaan fondasi
dibersihkan dan bebas dari oil, grease, air dan kotoran konstruksi.
 Ketebalan dari Grout harus sesuai dengan ketentuan pada gambar.
 Bentuk grout harus dibuat miring (slope) mulai dari sisi base plate atau base
frame sisi fondasi.
SP-22
PERSYARATAN TEKNIS
PPI KUALA TUHA KABUPATEN NAGAN RAYA

11. Lubang Struktur Baja Sementara


 Umum
Komponen pendukung struktur baja sementara seperti bracing, cribbing dan
element lain yang diperlukan untuk membantu selama ereksi disediakan oleh
kontraktor dengan persetujuan Direksi Lapangan atau Konsultan Pengawas.
 Elemen pendukung struktur baja sementara hars dilepaskan kembali setelah
selesai ereksi.

12. Toleransi Elemen Frame


 Dimensi
variasi secara keseluruhan yang terjadi setelah dimensi secara keseluruhan
diselesaikan bisa diterima, bila variasi tersebut masih dalam batas yang diterima
dalam praktek dan tidak melebihi efek kumulatif dari toleransi rolling, toleransi
fabrikasi dan toleransi ereksi.
 Titik kerja dan garis kerja
Toleransi ereksi didefinisikan relative terhadap titik kerja batang adalah titik
kerja dan garis kerja batang sebagai berikut :
 Untuk selain batang horizontal, titik kerja dan garis kerja batang-batang
pada masing-masing ujung.
 Batang horizontal, titik kerja batang adalah garis pusat flange atau
permukaan atas pada masing-masing ujung.
 Garis kerja adalah garis lurus yang menghubungkan titik kerja batas.
 Alinyemen (Aligment)
Toleransi alinyemen titik kerja dan garis kerja dan titik kerja batang adalah
sebagai berikut :

Kolom
- Penyimpangan terhadap garis vertikal tidak boleh melebihi 1 : 500.
- Penyimpangan titik kerja batang sumbu kolom tidak lebih dari batang
batang bukan kolom
- Penyimpangan terhadap elevasi yang ditentukan dalam gambar tidak
boleh lebih dari + 4 mm atau -7 mm.
- Penyimpangan terhadap arah yang telah ditentukan dalam gambar tidak
boleh lebi dari 1 : 500.
- Koreksi terhadap penyimpangan.
- Untuk penyimpangan yang kecil, koreksi/perbaikan dapat dilakukan
dengan metode metode yang disetujui Direksi Lapangan atau Konsultan
Pengawas.
- Untuk penyimpangan-penyimpangan besar yang terjadi dan berpengaruh
terhadap sistem konstruksi, maka pemilik proyek berhak untuk mengambil
langkah-langkah keputusan selanjutnya.
- Dan untuk setiap langkah lanjutan tersebut, Kontraktor yang menanggung
semua biaya yang dikeluarkan dan tidak ada perubahan dalam jadwal
pelaksanaan.
- Pemeliharaan dan penyimpanan

SP-23
PERSYARATAN TEKNIS
PPI KUALA TUHA KABUPATEN NAGAN RAYA

 Kontraktor harus melakukan pemeliharaan dan penyimpanan baja selama


pelaksanaan untuk menghindari akumulasi kotoran dan bahan asing lain.
 Pengecatan di lapangan
Kontraktor harus melakukan pengecatan sebagaimana telah ditentukan di
lapangan terhadap kepala but, nut, kerusakan cat pabrik sebelumnya akibat
gesekan.
 Pembersihan terakhir
Setelah selesai pengereksian, dan sebelum penyerahan akhir, kontraktor harus
menyingkirkan false work, bracing, sampah dan kotoran serta bangunan-
bangunan sementara lain.

13. Pekerjaan Pengelasan (Welding)


Las dari baja lunak (mild steel) harus dilakukan dengan electrical arc welding dan
harus sesuai dengan persyaratan BS 1856 atau JIS Z 3801 dan Z 3841.
Semua pekerjaan pengelasan harus dilakukan oleh tenaga-tenaga yang
berpengalaman mempunyai pengalaman paling tidak 6 bulan termasuk 2 bulan
berturut sebelum pekerjaan ini dilakukan. Kontraktor harus menyerahkan daftar
tenaga ahli lasnya yang menunjukkan nama, pengalaman, detail-detail lainnya
masing-masing ke pemilik proyek untuk diapproval. Arc welding plant, beserta
peralatan dan accessoriesnya harus digunakan sesuai dengan persyaratan dari BS
638 atau JIS C 9301. elektode juga harus digunakan sesuai dengan standar D
4316 (AWS A5.1 E 7016), JIS Z 3211 untuk layer pertama DN untuk layer
berikutnya elektroda yang digunakan harus sesuai dengan standar JIS Z 3212.D
5016 (AWS A5.1.E7016) atau BS 639.

 Pemotongan dan Penjelasan Cutting dan Welding


Material baja harus dipotong akurat dengan proses oxyacetylene process.
Perhatian ekstra harus dilakukan pada pemotongan material yang panjang atau
yang mudah berdeformasi, hal ini dimaksudkan untuk meyakinkan bahwa tidak
terjadi deformasi.

 Pemotongan pipa baja harus dilakukan dengan las pada areal pengelasan di
lapangan dan pengelasan harus dikerjakan dengan semi otomatis seperti yang
diuraikan pada JIS Z 3605 dan harus disesuaikan dengan gambar rencana.

 Pengelasan
Pekerjaan persiapan meliputi penyediaan bahan, pemilihan mesin las,
penunjukan juru las dan penentuan alat perakit, dan lain-lain yang sesuai dengan
peraturan-peraturan yang ada dan disetujui Pemilik Proyek. Penentuan alat
perakit atau alat Bantu harus dengan persetujuan dengan Direksi Lapangan atau
Konsultan Pengawas. Jenis alur las harus disesuaikan dengan tebal plat yang
akan dilas, dan tebal pengelasan. Dan harus disesuaikan dengan peraturan-
peraturan dalam DIN, JIS atau peraturan lain dengan persetujuan Direksi
Lapangan atau Konsultan Pengawas. Sebelumnya pengelasan dilaksanakan,
semua permukaan yang akan dilas dan disekitarnya harus bersih dari karat, cat
atau debu dan kotoran lain dengan sikat atau sand blasting dengan persetujuan
Direksi Lapangan atau Konsultan Pengawas.

SP-24
PERSYARATAN TEKNIS
PPI KUALA TUHA KABUPATEN NAGAN RAYA

 Kontraktor bertanggung jawab terhadap


pengawasan peralatan, bahan las, pelaksanaan, ketrampilan juru las dan
prosese pengelasan. Juga kontraktor bertanggung jawab terhadap pengamanan
selama pelaksanaan, antara lain
- Penggunaan baju kerja yang sesuai dan aman bagi juru
las.
- Penggunaan pelindung dengan baik.
- Pengelasan ditempat yang tinggi harus menggunakan
alat pengaman yang memadai.

 Finishing
Bagian yang telah dianggap selesai dilas harus bebas dari semua cacat, lubang,
kerusakan-kerusakan lainnya akibat dari kesalahan penanganan . las perbaikan
harus dilakukan pada permukaan yang bebas dari cacat. Las perbaikan tidak
boleh lebih dari 5 cm panjangnya termasuk random arc strikes.
Semua pengelasan harus dicampur bersama dengan halus pada sambungan-
sambungan. Jika, menurut pendapat pemilik proyek, sambungan las
mengandung kontribusi ketidakteraturan geometric pada stress konsentrasi atau
efek notch akibat deposisi ketidakteraturan las, kobntraktor harus menghilangkan
kondisi tersebut dengan gurinda atau sesuai ukuran yang disetujui oleh Pemilik
Proyek. Kelebihan las tidak diizinkan untuk membenarkan kondisi demikian. Jika
tambahan las dipertimbangkan membantu koreksi seperti ini, hanya dapat
dilakukan apabila disetujui oleh Pemilik Proyek.

 Pemeriksaan las
Pengelasan harus diperiksa oleh pemilik proyek atau representatif Pemilik Proyek
sesuai dengan persyaratan JIS Z 3146 dan harus termasuk tetapi tidak terbatas
pada pemeriksaan visual, ultrasonic testing, dan radiografik testing.
Metoda apapun yang digunakan untuk memeriksa hasil las tersebut, semua hasil
pengelasan harus diperiksa secara visual. Pemeriksaan visual harus termasuk
cek terhadap sambungan fit-up yang harus di las untuk melihat bahwa hasil las
tersebut mempunyai alignment dan cocok sesuai dengan persyaratan prosedur
pengelasan dengan memperhatikan terhadap factor sudut lobang, bukaan dan
sebagainya. Jika terjadi order demikian, kontraktor harus menyediakan atau
membuat jadwal untuk suplai dan operasi pada semua alat-alat yang diperlukan.

Pasal 40. PEKERJAAN FINISHING

1. Penimbunan tanah pada areal disamping sheet pile sesuai lokasi dn elevasi yang ada
pada gambar rencana, pelaksanaan pekerjaan ini mengacu pada spesifikasi
pekerjaan tanah pada bab 4.3
2. mengadakan pengukuran akhir, pengukuran ini disaksikan oleh pengawas pekerjaan
dari Direksi Lapangan atau Konsultan Pengawas dan hasil pengukuran dilaporkan
kepada Direksi Lapangan atau Konsultan Pengawas.
3. pembersihan tempat kerja dan sekitarnya dari sias-sisa material fabrikasi dan
perbaikan.
4. Pembongkaran Direksi Keet, instalasi listrik dan air yang dipakai selama pelaksanaan
pekerjaan.

SP-25
PERSYARATAN TEKNIS
PPI KUALA TUHA KABUPATEN NAGAN RAYA

5. Demobilisasi alat, pengangkutan kembali alat-alat kerja dari lokasi proyek.


6. Pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan lain yang berhubungan dengan penyelesaian
pekerjaan.

Pasal 41. PENUTUP

Apabila dalam Syarat Syarat Adminitrasi, Syarat-Syarat Umum, Syarat-Syarat Teknis


dalam Rencana Kerja dan Syarat-Syarat ( RKS ) ini, masih terdapat kekurangan
(masih terdapat kesalahan terhadap kesalahan teknis maupun Adminitrasi ) maka
digunakan ketentuan dan peraturan yang berlaku.

SP-26

Anda mungkin juga menyukai