Anda di halaman 1dari 12

PERSYARATAN TEKNIS

PPI KUALA TUHA KABUPATEN NAGAN RAYA

PERSYARATAN - PERSYARATAN TEKNIS


PEKERJAAN PENGERUKAN DAN PENIMBUNAN (REKLAMASI)

BAB I. SYARAT-SYARAT TEKNIS UMUM

Pasal 01. LINGKUP PEKERJAAN

Lingkup Pekerjaan Pengerukan Kolam Pelabuhan meliputi :


1. Pengerukan badan sungai untuk menyediakan luasan dan kedalaman kolam putar
serta alur masuk pelabuhan yang memadai, dan pembuangan hasil kerukan ke lokasi
yang ditetapkan yaitu pada area pengembangan PPI (sebelah utara)
2. Pembentukan tebing alue setelah pengerukan agar sesuai dengan kemiringan
alaminya untuk mencegah longsoran tebing.

Pasal 02. SETTING OUT

1. Untuk menentukan posisi dan ketinggian rencana bangunan di lapangan Pemborong


harus melakukan pengukuran di lapangan secara teliti dan benar, sesuai dengan
referensi Bench Mark atau titik tetap di lapangan seperti ditunjukkan dalam gambar
atau atas petunjuk Direksi.
2. Pengukuran untuk penentuan posisi dilakukan dengan peralatan yang mempunyai
presisi tinggi dengan metode triangulasi dan hasilnya disampaikan ke Direksi untuk
mendapatkan persetujuan.
3. Dalam hal terdapat perbedaan rencana gambar dan hasil pengukuran yang
dilaksanakan pemborong dengan kenyataan yang ada di lapangan, maka sebelum
melanjutkan pekerjaan yang mungkin di pengaruhi perbedaan tersebut pemborong
harus melaporkan hal ini kepada Direksi untuk mendapatkan keputusan dan
dinyatakan dalam Berita Acara.
4. Keputusan akan hasil pengukuran oleh Pemborong akan didasarkan atas keamanan
konstruksi dan kelancaran operasional penggunaan bangunan tersebut.

Pasal 03. PATOK-PATOK REFERENSI, BOUPLANK DAN PENGUKURAN

1. Direksi akan menetapkan 2 (dua) Bench Mark sebagai referensi yang ditetapkan di
lapangan. Bila Bench Mark belum ada makn pemborong berkewajiban membuat
Bench Mark sesuai dengan petunjuk Direksi.
2. Semua batas ketinggian (elevasi) dinyatakan dalam satuan Matrik terhadap Low
Water Spring (LWS), sedangkan ukuran-ukuran dinyatakan dalam satuan matrik,
kecuali bila dinyatakan lain.
3. Pemborong harus atau wajib membuat Bowplank dan memasang patok-patok
pembantu, sebagai pedoman pelaksanaan pekerjaan untuk menjadi ketelitian bentuk,
posisi, arah elevasi dan lain-lain, yang harus dipelihara keutuhan letak dan
ketinggiannya selama pekerjaan berlangsung.
4. Sebelum pekerjaan dimulai patok-patok pembantu, Bowplank harus disetujui Direksi.
Patok-patok dan referensi lainnya tidak boleh disingkirkan sebelum diperintahkan oleh
Direksi.

PR-1
PERSYARATAN TEKNIS
PPI KUALA TUHA KABUPATEN NAGAN RAYA

5. Pemborong harus mengadakan pengamatan pasang surut selama pelaksanaan


pekerjaan berlangsung. Pengamatan pasang surut boleh menggunakan peralatan
otomatis (Automatic Tide Gauge) atau dengan pemasangan palem dan diamati
berkala secara manual, hasilnya akan ditempatkan di tempat yang aman.

Pasal 04. PEKERJAAN PERSIAPAN

1. Persiapan Lapangan
Untuk tempat kerja, penumpukan bahan-bahan, bangunan gudang, Direksi Keet dan
lain-lain pemborong harus membersihkan dan membenahi lapangan.

2. Penerangan, Pagar dan tanda-tanda Pengaman


Pemborong harus menyediakan penerangan di daerah kerja, membuat pagar
sementara di sekeliling lokasi kerja menyediakan tanda-tanda pengamanan yang
perlu.

3. Bangunan Sementara
Untuk menjamin keamanan bahan dan pelengkapan lain yang dianggap perlu,
Pemborong harus menyediakan gudang penyimpanan yang tertutup kuat dan aman
dari risiko hilang atau rusak. Dan pemborong juga diwajibkan menyediakan
barakbarak untuk pekerja.

4. Kantor Direksi dan Pemborong


a. Pemborong harus menyediakan kantor Direksi di lapangan, yang letaknya dekat
dengan kantor Pemborong, terdiri dari ruangan-ruangan sebagai berikut :

Ruang Direksi ± 14 m2

Ruang Teknis ± 10,5 m2

Ruang Istirahat ± 7,5 m2

Ruang Mandi, WC dan dapur ± 15 m2

Ruang Rapat ± 28 m2

Ruang Pemborong ± 14 m2

Ruang Lab. Lapangan ± 5 m2

Kontruksi kantor bersifat sementara, lantai dari ruang-ruang dibuat dari beton
rabat, dinding dari papan. Pemborong juga harus menyediakan kantor sementara
dengan luas dan kualitas minimum sama dengan kantor Direksi.

b. Pemborong juga harus menyediakan listrik dan air secukupnya yang diperlukan
kantor Direksi.

c. Perlengkapan kantor Pemborong mneyediakan perlengkapan, Kantor


Pemborong dan Kantor Direksi, antara lain masing-masing adalah :
 Kursi dan Meja Tamu : Secukupnya
 Kursi dan Meja Rapat : Secukupnya
 Kursi dan Meja Tulis : Secukupnya
 Kotak P3K : Secukupnya
 Papan Tulis : Satu buah

PR-2
PERSYARATAN TEKNIS
PPI KUALA TUHA KABUPATEN NAGAN RAYA

 Almari Kayu : Satu buah


 Mesin Tik Portable : Satu/iokasi
 AC Split : Satu unit
 Komputer : Satu unit
 Dan lain-lain yang menurut Direksi diperlukan

Pemborong diwajibkan menyediakan alat komunikasi agar hubungan antara


Direksi Keet, Keet Kontraktor dan site dapat berjalan dengan lancar.

d. Pemborong bertanggung jawab atas perawatan kantor dan perlengkapan kantor


Direksi.

e. Setelah pekerjaan selesai seluruh kantor dan perlatannya harus dipindahkan dan
Pemborong berkewajiban untuk membongkar dan memindahkan bila diminta
Direksi.

Pasal 05. DAERAH KERJA DAN JALAN MASUK

Pemborong akan diberikan daerah kerja untuk peiaksanaan pekerjaan ini. Lokasi
tersebut dapat diperoleh dengan cara sewa/pinjam berdasarkan ketentuan yang
berlaku. Harus membatasi operasinya di lapangan yang betul-betui diperlukan untuk
pekerjaan tersebut. Tata letak yang meliputi jalan masuk, lokasi penyimpanan bahan
bangunan dan jalur pengangkutan material dibuat oleh Pemborong dengan
persetujuan Direksi.

Pasal 06. MATERIAL

Material yang dipakai dalam pekerjaan-pekerjaan ini diutamakan produksi dalam


negeri yang memenuhi persyaratan teknis yang diperlukan. Jika pemborong
menggunakan bahan lain selain yang disyaratkan, maka mutunya minimal harus sama
dengan yang disyaratkan dalam Dokumen Tender, sebelum pemesanan bahan harus
diberitahukan pada Direksi yang meliputi jenis, kualitas dan kuantitas bahan yang
dipesan, untuk mendapatkan persetujan.

Pasal 07. KODE STANDARD, SERTIFIKAT DAN LITERATUR DARI PABRIK

Pemborong harus menyediakan di lapangan antara lain Foto Copy persyaratan,


standard bahan, katalog, rekomendasi dan sertifikat dari pabrik dan informasi lainnya
yang diperlukan untuk semua material yang dipergunakan dalam proyek ini serta
petunjuk pemasangan barang-barang tersebut harus mengikuti prosedur yang
direkomendasikan oleh pabrik.

PR-3
PERSYARATAN TEKNIS
PPI KUALA TUHA KABUPATEN NAGAN RAYA

Pasal 08. LALU LINTAS

Dalam melaksanakan pekerjaan dan pengangkutan bahan-bahan untuk keperluan


pekerjaan, Pemborong harus berhati-hati sedemikian sehingga tidak mengganggu
kelancaran Ialu lintas atau menimbulkan kerusakan terhadap jalan yang telah ada dan
prasarana lainnya. Bila mana terjadi kerusakan, Pemborong berkewajiban untuk
memperbaiki/mengganti.

Pasal 09. CUACA

Pekerjaan harus dihentikan bila cuaca tidak mengijinkan yang mengakibatkan


penurunan mutu suatu pekerjaan.

Pasal 10. SERVICE SEMENTARA

Pemborong harus menyediakan air dan listrik yang diperlukan selama pelaksanaan
pekerjaan berlangsung.

Pasal 11. PERALATAN SURVEY

Pemborong harus menyediakan peralatan yang sewaktu-waktu akan dipakai oleh


Direksi dan staf, alat-alat tersebut harus disetujui Direksi. Selama pelaksanaan
pekerjaan pemborong wajib menyediakan operator dari peralatan tersebut dan setelah
pekerjaan selesai seluruh peralatan tersebut akan dikembalikan kepada pemborong.

Alat-alat yang diperlukan minimal terdiri dari :


 2 buah theodolit-wild T1 atau yang sejenis
 1 buah level-wid Na2 atau yang sejenis
 2 buah leveling rods, panjang 3 dan 5 m dibuat dari aliminium atau kayu
 2 buah "staft buble"-adjustable type
 1 buah optical square (prism), 2 way
 1 buah 300 m tag line, 6 mm diameter polypropylene dan 1 m diameter reel
 1 buah 50 m sounding line and lead weight

Pemborong harus menyediakan perahu (motor boat) untuk keperluan pelaksaan


pekerjaan (survey), Pemborong bertanggung jawab atas semua peralatan survey
tersebut terhadap parawatan, kerusakan/kehilangan.

Pasal 12. PERALATAN LABORATORIUM

Pemborong harus menyedinkan peralatan laboratorium yang akan dipakai oleh Direksi
dan Staf. Alat-alat tersebut harus disetujui Direksi. Selama pelaksanaan pekerjaan
pemborong wajib menyediakan operator peralatan tersebut. Setelah pekerjaan
selesai, seluruh peralatan tersebut akan dikembalikan kepada pemborong.

PR-4
PERSYARATAN TEKNIS
PPI KUALA TUHA KABUPATEN NAGAN RAYA

Alat-alat tersebut terdiri dari :


 1 set ayakan berukuron 3/4, no. 4, 10, 40 dan 200

BAB II. PERSYARATAN BAHAN-BAHAN

Pasal 13. UMUM

1. Semua bahan-bahan yang akan dipakai dalam pekerjaan ini harus memenuhi
ketentuan-ketentuan umum yang berlaku di Indanesia, mengenai bahan bangunan
serta persyaratannya akan dicantumkan di bawah ini.
2. Bilamana akibat satu dan lain hal bahan yang disyaratkan tidak dapat diperoleh,
pemborong boleh mengajukan usul perubahan kepada Direksi sepanjang mutunya
paling tidak sama atau lebih tinggi apa yang disyaratkan.
3. Direksi akan menilai dan memberikan persetujuannya secara tertulis sepanjang
memenuhi persyaratan teknis dan pemborong diwajibkan untuk sejauh mungkin
mempergunakan bahan-bahan produksi dalam negeri.

BAB III PENGERUKAN KOLAM LABUH, ALUR MASUK PELABUHAN

Pasal 14. BIDANG REFERENSI DAN PENGUKURAN KEDALAMAN

1. Semua kedalaman air harus diukur dari referensi permukaan air (garis bidang
referensi), yang didefinisikan sebagai tinggi muka air referensi 0.00 yaitu muka air
tenang (MSL).
2. Pengukuran kedalaman air untuk kebutuhan perhitungan volume pengerukan
hendaknya dilakukan Penyedia Barang/ Jasa dengan pengukur digital (echo
sounder) atau peralatan manual yang dapat disetujui direksi.
3. Penyedia Barang/ Jasa hendaknya menyediakan dan merawat pengukur pasang
surut yang memadai di sekitar lokasi pengerukan dan mengajukan surat ijin kepada
direksi mengenai jenis alat ukur yang digunakan, lokasi yang dipasang dan metode
pembacaan yang tepat.

Pasal 15. KARAKTERISTIK MATERIAL YANG DIKERUK

1. Material yang dikeruk terdiri dari material lempung kehitaman dan pasir lempung abu-
abu sedang yang berada di kolam pelabuhan, alur pelayaran dan sediment trap.
Contoh material yang akan dikeruk diberikan pada lampiran.
2. Penyedia Barang/ Jasa harus menyesuaikan alat keruk yang akan digunakan agar
sesuai dengan material yang akan dikeruk.

Pasal 16. BIAYA PENGERUKAN

1. Harga dan biaya pekerjaan dalam RAB mencakup pengerukan semua material
apakah keras atau lunak dan pembuangan hasil kerukan ke daerah reklamasi yang
ditunjukkan dalam gambar.

PR-5
PERSYARATAN TEKNIS
PPI KUALA TUHA KABUPATEN NAGAN RAYA

2. Volume hasil kerukan yang dibayar adalah volume yang dihitung berdasarkan
perubahan elevasi permukaan dasar perairan yang dikeruk melalui pengukuran
batimetri daerah pengerukan.

Pasal 17. METODE PELAKSANAAN

1. Penyedia Barang/ Jasa hendaknya menyampaikan proposal yang berisi metode


pelaksanaan, peralatan yang digunakan, formasi jalannya pengerukan pada daerah
yang akan dikeruk serta jadwal penyelesaian pekerjaan, kepada direksi ditembuskan
kepada pemberi tugas sekurang-kurangnya 14 hari kalender sebelum pekerjaan
pengerukan dilaksanakan.
2. Peralatan yang digunakan untuk pengerukan adalah kapal keruk jenis dredging yang
dilengkapi jetting. Pemakaian alat long arm backhoe dapat digunakan di daerah
daratan.
3. Metode pelaksanaan pengerukan harus menjamin keamanan jetty serta dermaga
maupun fasilitas pelabuhan lainnya yang telah ada saat ini.
4. Metode pengerukan dan pemindahan material hendaknya mengantisipasi kerugian
lingkungan. Metoda pengerukan dan pemindahan hasil kerukan tidak boleh
mengganggu kegiatan kapal nelayan.
5. Penyedia Barang/ Jasa harus mengukur batimetri daerah yang akan dikeruk baik
sebelum dilakukan pengerukan maupun setelah selesai pengerukan.
6. Penyedia Barang/ Jasa harus menjaga daerah di luar pengerukan, baik dalam
pelabuhan maupun alur pelayaran agar tidak terendapi sedimen hasil kerukan.
7. Penyedia Barang/ Jasa harus membersihkan endapan hasil kerukan di daerah kolam
pelabuhan dan di alur pelayaran sesuai dengan arahan direksi.
8. Semua alat yang digunakan tidak boleh membahayakan operasional pelabuhan
sesuai petunjuk direksi.

Pasal 18. KONTROL POSISI DAN BANTUAN NAVIGASI

1. Penyedia Barang/ Jasa hendaknya melaksanakan metode pelaksanaan yang telah


disetujui direksi untuk menjamin posisi yang tepat dari alat-alat keruk.
2. BM dan titik kontrol utama dibuat oleh Penyedia Barang/ Jasa melalui persetujuan
direksi pekerjaan. Penyedia Barang/ Jasa hendaknya menyediakan titik kontrol yang
lain apabila diperlukan.
3. Penyedia Barang/ Jasa hendaknya menjamin bahwa alat keruk (misalnya kapal) dan
pemindahan hasil kerukan dilengkapi dengan peralatan pencahayaan dan peralatan
sinyal sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Pasal 19. BATAS PENGERUKAN DAN KELEBIHAN VOLUME PENGERUKAN

1. Pengerukan hendaknya memenuhi garis, kemiringan dan level yang diperlihatkan


dalam ambar rencana atau sesuai arahan direksi pekerjaan sebagai berikut :
1) Alur Masuk dan Kolam Pelabuhan
 Saluran Masuk : dikeruk hingga – 3,50 meter
 Kolam Pelabuhan : dikeruk hingga – 3,50 meter

PR-6
PERSYARATAN TEKNIS
PPI KUALA TUHA KABUPATEN NAGAN RAYA

 Lokasi dermaga : dikeruk hingga kedalaman yang cukup untuk fondasi


dinding penahan tanah (dermaga), sesuai dengan
gambar rencana.

Ketelitian pengerukan adalah sebagai berikut:


Pada seluruh lokasi yang dikeruk tidak diperkenankan adanya elevasi yang lebih
tinggi dari yang telah ditentukan yaitu -3,50 meter.

2) Daerah yang di keruk


Daerah yang dikeruk adalah di dalam kolam dan alur pelayaran sesuai dengan
gambar rencana, khususnya untuk sediment trap sesuai dengan gambar.
Penyedia Barang/ Jasa harus mengukur secara teliti daerah yang akan dikeruk
untuk menentukan posisi horizontal batas daerah pengerukan dan elevasi awal
dasar perairan yang akan dikeruk. Pengukuran harus dilakukan bersama sama
dengan direksi atau yang ditunjuk. Hasil pengukuran dan hitungan volume
pengukuran dilaporkan kepada direksi untuk dimintakan persetujuan.

2. Penyedia Barang/ Jasa harus melakukan pengukuran sekali lagi setelah selesai
seluruh pekerjaan (termasuk pekerjaan dermaga) dan dimintakan persetujuan pemilik
pekerjaan.

Pasal 20. PEMBUANGAN MATERIAL KERUKAN

Hasil kerukan yang merupakan tanah yang baik, ditimbun dan diratakan di lokasi
timbunan sesuai arahan direksi. Pembuangan material hasil kerukan harus dilakukan
dengan mengantisipasi agar hasil kerukan tidak mengotori perairan.

Pasal 21. PERTIMBANGAN LINKUNGAN

1. Pendahuluan
Pertimbangan yang cermat perlu diberikan kepada dampak yang mungkin timbul
terhadap lingkungan sekitarnya selama kegiatan pengerukan berlangsung agar
dampak tersebut dapat di tekan sekecil mungkin. Analisa mengenai dampak
lingkungan harus dibuat terlebih dahulu sebelum kegiatan pengerukan dimulai.
Apabila tidak tercapai tingkat dampak lingkungan maka diperlukan saran dari tenaga
ahli analisa mengenai dampak lingkungan. Pentingnya dampak yang ditimbulkan
akibat pekerjaan pengerukan terhadap lingkungan disekitarnya sangat tergantung
pada kondisi alam dari lingkungan itu sendiri. Dampak yang mungkin terjadi dari
pekerjaan pengerukan diantaranya adalah kekeruhan air, pergerakan dan
pengendapan sedimen halus (kadang-kadang dapat dicemari oleh bahan berbahaya),
kebisingan dan goncangan atau getaran. Selain itu juga perubahan arus, erosi dan
rembesan air bawah tanah (seepage).

2. Pelepasan Partikel Halus


Partikel halus kemungkinan terbang dan tersuspensi dalam air akibat berbagai jenis
kegiatan pengerukan. Adanya proses-proses seperti pengerukan ajitasi menyebabkan
terbentuknya suspensi dari partikel hasil penyebaran selanjutnya suspensi tersebut

PR-7
PERSYARATAN TEKNIS
PPI KUALA TUHA KABUPATEN NAGAN RAYA

tergantung pada pola pergerakan air setempat. Pada daerah-daerah dimana partikel
halus biasanya terdapat dalam material yang lebih kasar atau tersementasi seperti
pasir berlumpur atau kapur, kegiatan pengerukan dapat melepaskan partikel-partikel
halus ke lingkungan dalam jumlah sedikit. Hal ini tidak akan menimbulkan dampak
yang merugikan. Namun demikian apabila jumlah partikel halus yang dilepaskan dan
diendapkan besar, maka kerusakan terhadap kehidupan laut dapat terjadi dalam
jangka pendek atau tetap. Jika perlu dibuat suatu studi model untuk memperkirakan
pola penyebaran partikel halus dan akibat yang mungkin terjadi pada lingkungan
sekitar dan suatu program monitoring sebaiknya dilakukan selama kegiatan
pengerukan.

3. Pelepasan Bahan Berbahaya


Umumnya konsentrasi bahan berbahaya yang tinggi paling sering terjadi di daerah
industri atau bagian hilir daerah industri yang terkena polusi, bahanbahan berbahaya
merupakan bahan yang mungkin besar terdapat dalam endapan halus; sebagian dari
bahan tersebut bersatu dengan partikel sedimen dan tetap menyatu walaupun adanya
goncangan selama pengerukan dilakukan; Bahan lainnya seperti logam berat mungkin
terlepas sebagai hasil pengerukan. Hal penting yang perlu diperhatikan pada
pengerukan bahan yang tercemar adalah mengurangi volume bahan yang dilepaskan
menjadi suspensi dan oleh karena itu pengerukan agitasi dalam bentuk apapun tidak
diperbolehkan. Limpasan hoppers harus dikurangi atau dicegah. Sistem tertutup
dimana bahan kerukan dibuang dengan mempergunakan pompa kedalam, suatu
daerah tertutup yang diawasi secara hati-hati dapat mengakibatkan beberapa
masalah, tetapi penimbunan sampah di laut dengan saran ahli mungkin merupakan
pilihan lain untuk mengurangi dampak lingkungan.

4. Kebisingan
Umumnya kebisingan yang timbul akibat kegiatan pengerukan tidak berlebihan.
Meskipun demikian frekuensi emisi kebisingan dari berbagai jenis peralatan tertentu
seperti bucket chain dredger mungkin mengganggu permukiman yang ada
didekatnya. Biasanya peralatan pengerukan bekerja selama 24 jam sehari. Tingkat
kebisingan yang dapat ditoleransi pada waktu siang hari mungkin tidak dapat diterima
pada waktu malam hari. Penentuan tingkat emisi kebisingan yang dapat ditoleransi
sebagai suatu pedoman adalah merupakan hal yang mustahil dilakukan.

5. Perikanan
Umumnya populasi ikan tidak terpengaruh oleh pekerjaan pengerukan, kecuali bila
pengerukan atau dampak pengerukan tersebut merusak tanah atau tempat dimana
makanan ikan tersedia. Populasi yang tidak berpindah-pindah tempat seperti kerang-
kerang dan telur ikan akan terancam, baik secara langsung dengan adanya pekerjaan
pengerukan pada tempat kehidupannya, maupun secara tidak langsung dengan
berkurangnya penetrasi cahaya matahari atau oksigen karena bertambahnya
kekeruhan air atau terbentuknya selaput dari endapan-endapan halus. Seluruh bentuk
kehidupan laut dapat dipengaruhi oleh pelepasan bahan berbahaya dalam jumlah
yang cukup besar tetapi pencemaran yang umumnya kecil pada daerah perikanan
yang penting. ' Sebelum pekerjaan pengerukan dimulai, lokasi perikanan setempat
harus diidentifikasi dan tempat yang mungkin timbul akibat pekerjaan pengerukan
terhadap lokasi perikanan harus ditaksir. Harus diperhatikan bahwa pekerjaan
pengerukan yang akan dilakukan tidak akan merusak sumber makanan atau habitat

PR-8
PERSYARATAN TEKNIS
PPI KUALA TUHA KABUPATEN NAGAN RAYA

perikanan. Mungkin dapat dicari suatu metode pengerukan yang tidak membahayakan
perikanan. Pada beberapa contoh metode ini mengakibatkan biaya pengerukan yang
lebih tinggi.

6. Perubahan arus
Pengerukan merupakan kegiatan pendalaman baik alur pelayaran maupun kolam
labuh. Kolam labuh dan alur pelayaran yang semula dangkal, berubah menjadi dalam.
Perubahan tersebut akan mengakibatkan perubahan lokasi gelombang pecah dari
laut. Gelombang yang besar sebelum dilakukan pengerukan akan pecah pada lokasi
agak jauh dari kolam labuh. Dengan adanya pengerukan gelombang pecah semakin
masuk di alur (dan kolam labuh). Gelombng pecah tersebut akan menimbulkan arus
yang akan mengganggu stabilitas dinding tebing khususnya alur pelayaran. Mengingat
lokasi kolam labuh cukup jauh dari mulut jetty, maka adanya arus tersebut tidak akan
membahayakan kapal, perahu atau erosi pada daerah kolam labuh dan tebing alur
pelayaran

7. Erosi dan sedimentasi


Pengerukan di kolam labuh dan alur pelayaran serta sediment trap merupakan
kegiatan pendalaman pada lokasi tersebut. Daerah disekitar kolam labuh dan alur
pelayaran kedalamnnya seperti kondisi semula. Dalam jangka panjang , daerah
sekitar pengerukan akan mengalami erosi yang akan diisikan di daerah kerukan
tersebut. Daerah yang dikeruk akan mengalami sedimentasi dari waktu ke waktu ,
sedemikian sehingga akan terjadi pendangkalan. Apabila pendangkalan tersebut
sudah mengganggu kapal di alur pelayaran dan kolam labuh, maka diperlukan
pengerukan lagi. Sementara itu, sediment trap secara periodik harus dikeruk apabila
sudah terisi penuh.

8. Rembesan air dalam tanah dan longsoran


Pengerukan kolam labuh dan alur pelayaran serta sediment trap membuat perbedaan
elevasi tanah antara daerah sampingnya dengan daerah yang dikeruk. Perbedaan
muka air air tanah tersebut akan mengakibatkan terjadinya aliran air dari daerah yang
tinggi ke daerah yang rendah. Aliran air terjadi di daerah tebingtebing. Aliran air yang
besar dan membawa material akan mengakibatkan longsoran tebing. Untuk
menghindari adanya longsoran tebing dan aliran air tanah dilakukan dengan :
a. Pembuatan lubang-lubang drainasi di tebing-tebing sehingga air keluar lewat
lubang drainasi
b. Perkuatan tebing dengan tumpukan batu dan pemasangan sheet pile.
c. Penanaman rumput pada tebing.

Pasal 22. KOMUNIKASI

Supaya manajemen pengoperasian pengerukan menjadi efektif diperlukan komunikasi


yang baik dan terpercaya. Hal ini hanya dapat dilakukan dengan menggunakan radio.
Sebagian besar mesin-mesin pengeruk dan mesin-mesin tambahan yang
berkemampuan navigasi bebas, dilengkani dengan radio yang bekerja pada frekuensi
yang cocok dengan kondisi di laut (marine band). Untuk mencapai hasil komunikasi
yang memuaskan perlu untuk menggabungkan antara kapal kecil dengan operasi
kerja yang dikumpulkan di pantai seperti pengawasan daerah reklamasi ke dalam

PR-9
PERSYARATAN TEKNIS
PPI KUALA TUHA KABUPATEN NAGAN RAYA

suatu sistem jaringan kerja. Hal ini membutuhkan lisensi gelombang VHF. Selain itu
berlaku mengadakan kontrol secara menyeluruh, seperti pentingnya pelaksanaan dan
sistem fungsi keselamatan.

Pasal 23. STANDAR PELAKSANAAN PENGERUKAN LAINNYA

Hal-hal berkaitan dengan pengerukan kolam labuh dan alur masuk pelabuhan yang
belum tercantum dalam spesifikasi ini harus mengacu pada Standar Tata Cara
Pengerukan Muara Sungai dan Pantai (SNI 19-6471.1-2000, SNI 19-6471.2-2000,
SNI 19-6471.3-2000, SNI 19-6471.4-2000), serta harus selalu dikomunikasikan
dengan dan memperoleh persetujuan dari direksi sebelum pelaksanaannya.

BAB IV. PEKERJAAN PENIMBUNAN (REKLAMASI)

Pasal 24. LOKASI PENIMBUNAN

1. Timbunan hendaknya dilaksanakan pada areal dan elevasi yang diperlihatkan dalam
gambar rencana.
2. Lokasi penimbunan yang ditunjukkan dalam gambar atau sesuai dengan arahan
direksi.

Pasal 25. MATERIAL DAN STANDAR PENGUJIAN

1. Walaupun tanah timbunan yang akan digunakan untuk areal dermaga dianjurkan
adalah material hasil kerukan dari kolam pelabuhan, namun demikian Penyedia
Barang/ Jasa tetap harus menunjukkan hasil uji laboratorium terhadap karakteristik
fisik material tersebut berdasarkan standar ASTM.
2. Hasil pengujian disampaikan kepada direksi dan pemberi tugas untuk mendapatkan
persetujuan penggunaan material tersebut untuk bahan pengisi pada areal dermaga.
3. Tipe material yang sesuai digunakan untuk bahan timbunan/reklamasi adalah material
dengan gradasi tidak seragam mulai dari butir lolos ayakan no 4 ASTM (4,75 mm) dan
sebagian lolos saringan no 200 (0,75 mm) namun tidak lebih dari 10 %, non plastis
sesuai dengan batasan ASTM D24. Dalam hal di dalam bahan timbunan terdapat
bongkah bongkah besar melebihi batas normal, Penyedia Barang/ Jasa berkewajiban
untuk mengadakan sortir secukupnya hingga persyaratan dapat terpenuhi.
4. Material yang tidak layak pakai adalah material selain material yang memenuhi
spesifikasi dan tidak termasuk batasan berikut:
1) Material yang mudah busuk atau material yang mudah terbakar.
2) Lempung yang memiliki batas cair melebihi 80 atau batas plastis melebihi 55 jika
di uji dengan ASTM D423 dan D424.
3) Material yang memiliki kadar air lebih besar dari batas material yang mencapai
tingkat kepadatan sesuai dengan pasal 7 kecuali ada persetujuan dari direksi.
4) Material dengan total kadar asam sulfat (SO3) lebih besar dari 1 % kecuali jika
ada ijin dari direksi.
5. Semua material terbebas dari bahan yang tidak dikehendaki seperti daun, rumput,
akar dan sebagainya.

PR-10
PERSYARATAN TEKNIS
PPI KUALA TUHA KABUPATEN NAGAN RAYA

6. Penyedia Barang/ Jasa bertanggung jawab terhadap suplai dan transportasi dari
sumber material.

Pasal 26. PEMBERSIHAN

1. Seluruh permukaan daerah yang akan ditimbun harus bersih dari akar, batu atau
bahan lain yang tidak dikehendaki.
2. Kecuali daerah galian, lubang, segala macam rintangan harus disingkirkan kemudian
ditimbun dengan material terpilih dan di padatkan sesuai dengan ketentuan
pemadatan yang dijelaskan pada bagian lain dari spek teknik ini.
3. Material dan endapan yang tak terpakai hendaknya dibuang keluar dari batas lokasi
pekerjaan.

Pasal 27. METODE PELAKSANAAN PENIMBUNAN

1. Penyedia Barang/ Jasa hendaknya mengajukan ijin kepada direksi perihal metode
pelaksanaan penimbunan dan tipe peralatan yang digunakan.
2. Area penimbunan yaitu di area pengembangan PPI sebelah utara dermaga.
3. Kepadatan lapis demi lapis, sehingga mencapai kepadatan yang maksimal untuk
bangunan.
4. Seluruh daerah yang ditimbun, hendaknya diperiksa dan disetujui oleh direksi
sebelum pelaksanaan pekerjaan.
5. Timbunan/reklamasi harus dipadatkan sesuai dengan spek tek ini.
6. Timbunan harus di padatkan 90 % kepadatan maksimum standar laboratorium. Untuk
selanjutnya kepadatan maksimum hendaknya ditentukan dari standar laboratorium.
7. Penyedia Barang/ Jasa boleh menggunakan ketebalan lebih dari 20 cm jika bias
melampirkan atau membuktikan hasil kepadatan sesuai dengan spesifikasi.

Pasal 28. STANDAR PENGUJIAN UNTUK PEMADATAN PENIMBUNAN

1. Kepadatan maksimum dan kadar air optimum laboratorium hendaknya ditentukan


sesuai dengan Rancangan ASTM D1557 terkini, metode standar tes hubungan
kepadatan dengan kadar air tanah menggunakan 10 lb (4,5 kg) palu dan 18 inch (457
mm) jatuh.
2. Kepadatan tanah dengan metode sand cone (ASTM D 1556) atau metode yang
diijinkan.
3. Kepadatan tanah relatif tanah non kohesi (ASTM D 2049). Uji serupa dapat
dilaksanakan untuk setiap pemadatan berikut hingga memenuhi hasil yang di capai.

Pasal 29. KUANTITAS PENGUJIAN

1. Satu pengujian kepadatan lapangan dilakukan untuk tiap 300 m2 luas permukaan
areal yang dipadatkan.
2. Dari tiap 1000 m3 material timbunan dilakukan tes kepadatan standar laboratorium.

PR-11
PERSYARATAN TEKNIS
PPI KUALA TUHA KABUPATEN NAGAN RAYA

3. Penentuan lokasi pengujian kepadatan lapangan dan pengambilan sample untuk


pengujian laboratorium, harus dikonsultasikan dengan direksi.

Pasal 30. MATERIAL YANG DITOLAK

Material timbunan yang tidak memenuhi spesifikasi teknik ditolak diganti dengan tanah
yang memenuhi.

Pasal 31. TOLERANSI

Batas toleransi elevasi akhir ± 5 cm di daerah timbunan. Toleransi lereng ±10 cm


diukur tegak lurus lereng. Batas toleransi posisi bidang horizontal ± 25 cm.

Pasal 32. PENUTUP

Apabila dalam Syarat Syarat Adminitrasi, Syarat-Syarat Umum, Syarat-Syarat Teknis


dalam Rencana Kerja dan Syarat-Syarat ( RKS ) ini, masih terdapat kekurangan
( masih terdapat kesalahan terhadap kesalahan teknis maupun Adminitrasi ) maka
digunakan ketentuan dan peraturan yang berlaku.

PR-12

Anda mungkin juga menyukai