PEKERJAAN :
PEMBANGUNAN POSKESDES DAN
PAGAR DESA BUENG KEC. KOTA
JANTHO
LOKASI :
ACEH BESAR
KONSULTAN PERENCANA :
1
SPESIFIKASI TEKNIS
SYARAT-SYARAT TEKNIS
A. URAIAN UMUM
Nama pekerjaan dari proyek ditentukan oleh Owner adalah Detail Enginering design
Pembangunan Poskesdes dan Pagar. Tempat dan lokasi pekerjaan adalah di desa
Bueng Kec. Kota Jantho. Item-Item Pekerjaan yang harus dikerjakan dan diselesaikan
oleh Kontraktor Pelaksana ditentukan oleh Owner dalam Kontrak Kerja Dan Bill of Quantity.
Pasal 1
Gambar-Gambar untuk Pelaksanaan Pekerjaan
Dalam pelaksanaan pekerjaan ini memiliki beberapa gambar teknik dengan ukuran satuan
yang dipergunakan dalam spesifikasi adalah satuan metric.
Pasal 2
Daerah Operasi bagi Penyedia Barang
Penyedia Barang harus melakukan pengaturan daerah operasinya sendiri, antara lain untuk:
penyimpanan bahan-bahan bangunan, peralatan konstruksi, peralatan pengadukan beton,
kantor-kantor sementara dan lain-lain. Areal yang dipilih Penyedia Barang harus mendapat
persetujuan Direksi/Engineer /Pengawas. Penyedia Barang harus menjaga kebersihan dan
keteraturan daerah operasinya selama pelaksanaan pembangunan. Penyedia Barang harus
mengatur sendiri pengaturan untuk : air bersih, tenaga listrik, alat komunikasi dan
keperluan-keperluan lainnya selama pelaksanaan pembangunan atas biaya sendiri. Pada
akhir pembangunan, penyedia Barang harus membersihkan daerah operasinya dan diterima
baik oleh Direksi, Engineer/Pengawas.
Pasal 3
Bahan-Bahan Bangunan dan Kualitas Pembangunan
Penyedia Barang harus menyelesaikan pekerjaan seperti yang disyaratkan dalam Dokumen
Kontrak dan gambar-gambar pelaksanaan dengan menggunakan bahan-bahan yang terbaik,
dan metoda melaksanakan pekerjaan dengan kemampuan terbaiknya. Bahan-bahan
bangunan dan pekerjaan-pekerjaan yang telah dilaksanakan, apabila tidak memenuhi
persyaratan, akan ditolak dan Penyedia Barang harus mengganti/melaksanakan ulang
pekerjaan-pekerjaan yang tidak memenuhi standar tanpa perpanjangan waktu pelaksanaan.
2
SPESIFIKASI TEKNIS
Pasal 4
Pelaksanaan Pekerjaan
Penyedia Barang harus mengambil langkah-langkah yang diperlukan agar diperoleh
kemajuan yang memuaskan yang sesuai dengan detail program operasi yang telah disetujui
Direksi/ Engineer/ Pengawas. Penyedia Barang harus mempersiapkan dan menjamin akan
kelancaran dan cukupnya : mesin-mesin cadangan, bahan-bahan bangunan dan peralatan
yang harus ada setiap saat untuk menjamin penyelesaian pekerjaan sesuai dengan jadwal
yang telah disetujui.
Pasal 5
Persetujuan Direksi/Engineer/Pengawas
Kecuali dinyatakan lain, semua gambar-gambar, dokumen-dokumen, contoh-contoh bahan
bangunan dan hal-hal lain yang memerlukan persetujuan Direksi/Engineer/Pengawas harus
diserahkan dalam 3 (tiga) rangkap, dan apabila disetujui 1 (satu) dari padanya akan
dikembalikan kepada penyedia barang dan yang lainnya disimpan oleh direksi-
Engineer/Pengawas.
Pasal 6
Buku Harian
6.1 Pelaksana wajib menyediakan Buku Harian ditempat pekerjaan. Segala Kejadian yang
menyangkut pelaksanaan pekerjaan harus dicatat setiap harinya. Catatan tersebut
meliputi antara lain :
6.1.1. Banyaknya pekerjaan yang dikerjakan setiap hari.
6.1.2. Hari-hari kerja, hari-hari tidak bekerja dan lain-lain.
6.1.3. Bahan-bahan bangunan yang datang, yang telah dipergunakan dan yang
ditolak atau diterima.
6.1.4. Kemajuan dari pekerjaan.
6.1.5. Kejadian-kejadian di tempat pekerjaan yang menyangkut pelaksanaan
pekerjaan.
6.2 Buku harian tersebut harus ditanda tangani bersama antara Pelaksana dan Pengawas
harian sebagai tanda persetujuan. Apabila terjadi perbedaan pendapat, maka
masing-masing dapat mengajukan persoalan kepada Direksi Harian/Kepala Pelaksana
untuk mendapat penyelesaian.
6.3 Disamping buku harian Penyedia Barang juga harus menyediakan Buku Direksi,
dimana dicatat semua instruksi Direksi yang ditanda tangani oleh Direksi.
3
SPESIFIKASI TEKNIS
Pasal 7
Keamanan Proyek
Penyedia Barang diwajibkan :
7.1 Menjaga keamanan dan tata tertib ditempat pekerjaan.
7.2 Mengambil tindakan yang perlu demi untuk kepentingan keselamatan para pekerja.
7.3 Mentaati peraturan-peraturan setempat dan mengusahakan perijinan penggunaan
jalan, bangsal dan sebagainya.
7.4 Mentaati semua kewajiban yang dibebankan kepada berhubungan dengan peraturan
pelaksanaan pula peraturan yang diadakan selama penyelenggaraan.
Pasal 8
Keselamatan Kerja
8.1 Penyedia Barang berkewajiban :
8.1.1 Menyediakan segala alat penolong untuk menghindari bahaya dan memberikan
pertolongan jika terjadi kecelakaan ditempat pekerjaan, biaya perawatan menjadi
tanggung jawab penyedia barang.
8.1.2 Segera memberitahukan secara tertulis kepada Direksi mengenai terjadinya
kecelakaan dengan disertai keterangan seperlunya.
8.1.3 Menyediakan peralatan yang sesuai dengan peraturan kesehatan ditempat
pekerjaan.
8.1.4 Penyedia barang harus membuat pengaturan dengan rumah sakit terdekat
dan dengan dokter setempat sehingga bagi para pegawai/pekerjanya yang
sakit atau mengalami kecelakan segera dapat menerima pengobatan yang
baik, pada setiap saat baik siang maupun malam.
8.1.5 Menyediakan air minum yang cukup dan memenuhi syarat-syarat kesehatan
bagi para pekerja, yang semuanya menjadi beban penyedia barang.
Pasal 9
Konstruksi Pembantu/Sementara
9.1 Penyedia barang bertanggung jawab atas kekuatan dan penggunaan secara tepat
alat pembantu (konstruksi penolong). Dalam hal ini Direksi akan memberikan
petunjuk dan penyedia barang bertanggung jawab pada pelaksanaan dan
pemeliharaannya, misalnya profil dari kayu, bouwplank, bekisting, jalan masuk,
jembatan darurat, bedeng dan lain sebagainya.
4
SPESIFIKASI TEKNIS
Pasal 11
Pekerjaan Yang Tidak Memenuhi Syarat
Untuk pekerjaan-pekerjaan yang tidak memenuhi syarat karena tidak sesuai dengan gambar
atau RKS, maka atas perintah Direksi/Engineer/Pengawas pihak penyedia barang harus
membongkarnya dalam jangka waktu yang ditetapkan oleh Direksi/Engineer/Pengawas dan
memperbaiki kembali atas tanggungan biaya pihak Penyedia Barang.
5
SPESIFIKASI TEKNIS
B. BAHAN-BAHAN BANGUNAN
Pasal 1
Umum
Sedapat mungkin harus dipakai bahan-bahan dalam negeri untuk keperluan konstruksi.
1.1. Spesifikasi Standar
Kecuali ditentukan lain dalam spesifikasi atau diijinkan oleh Direksi/Engineer/Pengawas
secara tertulis semua bahan-bahan atau barang-barang harus sesuai dengan terbitan
terbaru dari J.I.S. yang dapat digunakan, Normalisasi Indonesia (selanjutnya disebut
N.I), Standar Industri Indonesia (SII), atau Standar Nasional Indonesia (SNI).
Selanjutnya untuk spesifikasi standar yang belum diadopsi oleh standar Indonesia maka
perlu diacu dari standar-standar asing seperti British Standar (selanjutnya disebut B.S.),
ASTM, atau lainnya. Bahan-bahan lain yang tidak ada dalam standar-standar itu harus
disetujui secara khusus oleh Direksi/Engineer/Pengawas.
6
SPESIFIKASI TEKNIS
Pasal 2
Semen
2.1Umum
Semua pemakaian semen harus memenuhi persyaratan sesuai Peraturan Semen Portland
Indonesia (SNI 15-2049-1994).
Semen yang dipakai untuk beton harus dari merek/pabrik yang disetujui dan harus
Portland Cemen tahan sulfate atau Portland Cement Type I ditambah bahan additive
yang sesuai dengan JIS R 5210, ASTM C 150 dan atau SII-0013 – 81, terkecuali jika
ditentukan lain.
7
SPESIFIKASI TEKNIS
gudang semen harus terbuat dari kayu setinggi paling sedikit 30 cm diatas tanah dan
diberi ventilasi.
Setiap pengiriman semen harus dipisah-pisahkan agar dapat dengan mudah
diidentifikasi, diperiksa, ditest dan dicatat tanggal pengeluarannya. Semen yang disimpan
dalam kantong/zak tidak boleh ditumpuk lebih tinggi dari 13 zak. Semen yang
didatangkan di site harus segera ditempatkan di dalam gudang-gudang tersebut diatas
dan dipakai pada pelaksanaan sesuai urutan datangnya. Penggunaan semen dalam
jumlah yang besar tidak dilarang. Walau bagaimanapun juga pengakutan, penyimpanan
dan penggunaan harus mendapat persetujuan Direksi/Engineer/Pengawas terlebih
dahulu. Penyedia barang harus menyampaikan laporan mingguan kepada Direksi/
Engineer/Pengawas mengenai pengiriman semen, penyimpanannya dan menjelaskan
berapa banyaknya yang diterima dan dikerluarkan selama minggu tersebut, dari
siapa/darimana dibeli dan di bagian-bagian pekerjaan apa saja semen telah
dipergunakan.
Pasal 3
Agregat Untuk Beton
3.1Umum
Agregat untuk beton harus diambil dari sumber-sumber yang disetujui dan memenuhi
syarat-syarat dalam Petunjuk Mutu dan Cara Uji Agregat Beton (SNI 03-1750-1990), NI
atau BS 882, 2201, part 2, atau standard lain yang disetujui Direksi/Engineer/Pengawas.
Apabila agregat dari sumber yang telah disetujui ternyata menyimpang dari contoh-
contoh yang telah disetujui dan tidak memenuhi syarat tersebut diatas, sumber ini dapat
ditolak. Suatu jumlah stok agregat yang telah disetujui Direksi/Engineer/Pengawas harus
selalu ada dilapangan untuk memungkinkan pembuatan beton secara kontinu untuk
suatu jangka waktu 2 minggu tanpa terhenti.
3.2Agregat Kasar.
Agregat kasar terdiri dari kerikil/gravel yang telah disetujui atau pecahan batuan dengan
ukuran batuan butir maximum tidak melebihi daftar dibawah ini.
Untuk seluruh pekerjaan beton agregat kasar harus memenuhi persyaratan gradasi yang
ditentukan dalam SNI 03-1750-1990, BS 882, 1201, part 2 label 1, untuk saringan 40
mm, 20 mm sampai 5 mm ukuran nominal atau syarat dalam NI atau dalam table berikut
ini dari JIS.
8
SPESIFIKASI TEKNIS
Apabila dari analisa gradasi menunjukkan kekurangan agregat tertentu yang dapat
mempengaruhi kerapatan beton, Direksi/Engineer/Pengawas dapat memberi petunjuk
kepada Penyedia Barang untuk menambah ukuran agregat tertentu tersebut.
Kerapatan berbagai kelas beton akan ditentukan oleh Direksi/Engineer/Pengawas setelah
dilakukan pengetesan di lapangan.
Kerikil dari batu pecah haruslah keras, tidak lapuk, bersih dan tidak mengandung clay
atau pelapukan batuan. Batuan tersebut harus dipecah untuk mendapat ukuran yang
disyaratkan dengan jenis crusher yang disetujui. Bubuk atau partikel halus lolos saringan
5 mm harus dipisahkan dan kalau dikehendaki Direksi/Engineer/Pengawas harus dicuci
secara seksama.
3.4 Agregat Halus
Pasir untuk beton harus bersih dan bebas dari clay atau zat-zat organik harus
mempunyai gradasi sedemikian apabila harus dicampur dengan agregat kasar, akan
menghasilkan beton dengan kerapatan maksimum. Gradasi dari agregat halus harus
masuk dalam batasan yang ditentukan dalam BS 11898 – 1200 atau dalam NI atau
dalam tabel berikut ini dari 115. Prosentase terhadap berat yang lolos saringan (JIS A
1120 sieve)
Ukuran saringan (mm)
Pasir dari pecahan batu dapat ditambahkan pada pasir alami untuk memperoleh pasir
dengan gradasi yang memenuhi syarat. Pasir dari pecahan batu saja dapat dipakai hanya
atas persetujuan Direksi/Engineer/Pengawas.
9
SPESIFIKASI TEKNIS
Pasal 4
Air
Air yang digunakan untuk semua pekerjaan dilapangan adalah air bersih, tidak berwarna
tidak mengandung bahan-bahan kimia (asam, alkali), tawar dan bebas dari zat-zat organic
atau inorganic yang larut atau mengambang dalam suatu jumlah yang dapat mengurangi
kekuatan atau keawetan beton, dan tidak mengandung minyak atau lemak serta harus
memenuhi syarat-syarat SNI 06-2412-1991 tentang metoda pengambilan contoh kualitas air.
Apabila mungkin, air harus diperoleh dari sumber air minum, apabila dari sumber lain harus
mendapat persetujuan Direksi/Engineer/Pengawas. Hanya air dengan kualitas yang telah
disetujui yang dapat digunakan untuk pembuatan beton, penyemprotan dan membasahi
acuan (form work) atau pengeringan beton. Pemborong harus melakukan pengaturan untuk
memperoleh atau penyimpanan air yang cukup dilapangan untuk mengaduk dan
mengeringkan beton dan menyemprot dan membasahi acuan. Apabila ada, air ini dapat
diperoleh dari sumber sumur dalam lokasi proyek. Apabila pemborong menggunakan sumber
ini, maka seluruh biaya pengadaan, pemeliharaan, sumber tenaga listrik dan biaya-biaya lain
untuk memperoleh air ini, seluruh biayanya harus tanggungan Penyedia Barang Sendiri.
10
SPESIFIKASI TEKNIS
Pasal 1
Beton
1.1Perbandingan campuran dan kekuatan
Campuran beton harus mengikuti persyaratan dari tabel campuran beton yang diberikan
Test pendahuluan harus dilakukan sebelum pengecoran beton untuk berbagai kelas
beton yang direncanakan dan harus mengikuti Tata Cara Perencanaan Struktur Beton
Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-2847-2002) PADA Bab 7 untuk menentukan
perbandingan semen, agregat dan air yang akan digunakan.
Test pendahuluan adalah untuk memperoleh adukan dengan kemampuan pekerjaan
(workability) yang di inginkan dengan kekuatan yang diperoleh kira-kira 30% - 40-%
lebih tinggi dari kekuatan yang direncanakan.
Kekuatan yang lebih tinggi (margin) yang diminta oleh Direksi/Engineer, untuk menjaga
kemungkinan kegagalan hasil test karena keadaan mesin-mesin pengaduk, peralatan,
tingkat pengawasan mutu dan terjadinya deviasi mutu beton.
Campuran yang ditentukan dari test pendahuluan akan tetap dipertahankan selam
pekerjaan berlangsung kecuali ditentukan lain oleh Direksi/Engineer/Pengawas,
perubahan mana dipandang perlu karena adanya perubahan dalam bahan atau hasil-
hasil test.
Mutu beton yang digunakan untuk pekerjaan konstruksi ini Beton K-250.
Tabel Campuran Beton
KELAS I II III
MUTU B.0 B.I 125 K 175 K.225 > K.225
Dipakai untuk Non Struktu Strukturil Strukturil Strukturil Strukturil
pekerjaan Strukturil ril
Kekuatan Beton - - 125 175 225 >225
Karakteristik
(kg/cm¹)
Kekuatan kubus - - 200 250 300 >300
target rata-rata
(kg/cm²)
Agregat kasar 31,5 31,5 31,5 16 8 8
(ukuran mm)
Penggunaan semen 130 130 250 275-325 325-375 >375
(kg/m³)
Water cement ratio - -
Lihat tabel 4.34 PB1.71
(% mak)
Slump (cm) - - Lihat tabel 4.41 PB1.71
11
SPESIFIKASI TEKNIS
12
SPESIFIKASI TEKNIS
1.4Tempat Adukan
Pengadukan dari semua semen, agregat kasar dan halus dilakukan dengan mesin
pengaduk beton yang disetujui dan yang mempunyai alat pengatur/penunjuk berat.
Air yang dimasukkan kedalam mesin pengaduk ini harus disalurkan dari tangki yang
mempunyai pengukur, sehingga jumlah air yang dibutuhkan dalam perbandingan
campuran beton tersebut dapat dilakukan dengan tepat.
Kadar kelmbaban dari agregat harus diperhitungkan, sehingga banyaknya air yang akan
dimasukkan dapat ditentukan dengan tepat.
Kadar kelembaban setiap agregat biasanya ditentukan dua kali sehari yaitu pada waktu
pagi dan siang atau pada waktu-waktu lain yang dianggap perlu oleh
Direksi/Engineer/Pengawas. Toleransi untuk pengadukan harus dalam batas 2% untuk
semen dan 3% untuk agregat.
1.5Pengujian Beton
Semua kubus percobaan diuji berdasarkan JIS A 1108, BS 1881, PBI 1971, atau SNI 03-
2847-2002. untuk pengujian diperlukan 5 buah kubus yang diambil dari contoh dari
setiap 50 m³ selama beton pengecoran.
Setiap kubus harus diberi tanda pengenal, tanggal pengecoran, nomor urut dan
petunjuk-petunjuk lain yang diperlukan oleh Direksi/Engineer/Pengawas dalam waktu 24
jam setelah kubus tersebut dicor. Kubus percobaan harus diuji sampai hancur karena
tekanan dan harus dilakukan dibawah pengawasan (supervise) Direksi/Engineer/
Pengawas.
Lima dari setiap sepuluh buah kubus percobaan harus diukur berat dan kekuatan
tekannya setelah 7 (tujuh) hari dan harus dilakukan dengan di saksikan Direksi/Engineer/
Pengawas dan sisanya dilakukan setelah 28 (dua puluh delapan) hari atau sesuai dengan
perintah Direksi/Engineer/Pengawas.
Detail-detail lain mengenai hasil pengujian kekuatan tekan dan data-data seperti grade
dan jumlah semen yang dipakai dan analisa ayakan dari agregat, dan perbandingan
adukan dari bermacam-macam kelas harus disampaikan kepada Direksi/Engineer/
Pengawas dalam waktu 24 (dua puluh empat) jam setelah penyelesaian pengujian.
Setiap kubus harus dibuat dari sample yang diambil dari salah satu adukan beton atau
dari adukan yang ditunjuk oleh Direksi/Engineer/Pengawas.
13
SPESIFIKASI TEKNIS
a. Kekuatan uji tidak boleh lebih rendah dari 80% dari kekuatan standart rencana
(design standard) yang dapat dilihat pada tabel campuran beton yang telah diberikan
dan dengan probabilitas lebih dari 1/20
b. Kekuatan uji tidak boleh lebih rendah dari kekuatan standar rencana (design
standard) dengan probilitas ¼.
14
SPESIFIKASI TEKNIS
1.8Spesi
Campuran spesi harus dibuat dari semen Portland biasa dan pasir yang disetujui dan
harus diaduk dengan perbandingan yang ditentukan berdasarkan perbandingan
campuran 40 kg semen dan satu spesi perbandingan semen dengan pasir satu banding
dua.
Semen Portland yang mengeras dengan cepat, dipakai pada pekerjaan spesi untuk
perlindungan tiang terhadap karat.
Banyaknya air yang dipakai dalam campuran harus disetujui oleh Direksi/Engineer/
Pengawas dan merupakan kebutuhan minimum untuk suatu pekerjaan atau maksud
tertentu.
Waktu pengadukan harus lebih dari 1,5 menit dalam hal penggunaan pengadukan
yang dapat dimiringkan (tilling mixer) dan lebih dari satu menit dalam penggunaan
forced mixer.
Jika waktu pengoperasian yang ditentukan telah diperpanjang lebih dari 3 kali, maka
pengoperasian mixer harus segera dihentikan. Tidak boleh dilakukan penambahan
lagi ke dalam mixer, seluruh beton harus dikeluarkan dan dibersihkan.
15
SPESIFIKASI TEKNIS
Jika dipergunakan kareta dorong atau trolley maka harus dibuat tempat jalannya
yang rata agar beton tidak bersegresi selama diangkut.
Pemompaan beton dapat diijinkan jika Direksi/Engineer/Pengawas menyetujuinya,
setiap perubahan perbandingan untuk campuran yang dianggapnya perlu dilakukan
agar beton dapat dipompa harus dilaksanakan olej Penyedia Barangdan sepenuhnya
menjadi tanggungannya.
Tempat pengadukan yang terapung (floating) atau truck pengaduk akan dipakai
untuk pengangkutan beton yang dipergunakan pada pekerjaan-pekerjaan maritime
dan cara pengangkutannya harus disetujui oleh Direksi/Engineer/Pengawas.
16
SPESIFIKASI TEKNIS
17
SPESIFIKASI TEKNIS
Balok, Kolom 40
- Tulangan utama, penikat, sengkang, lilitan spiral
Komponen Struktur Cangkang, Plat Lipat 20
- Batang D19 dan yang lebih besar 15
- Batang D16, jarring kawat polos P16 atau ulir D16
dan yang lebih kecil
18
SPESIFIKASI TEKNIS
19
SPESIFIKASI TEKNIS
Acuan Kelas A :
Harus menggunakan sambungan alur dan lidah, kayu yang cukup tebal dan kering
udara atau plywood dengan permukaan yang keras, baja, plastic kaku atau bahan-
bahan lain yang disetujui.
Permukaan bahan-bahan acuan tersebut harus rata dan bebas dari cacat-cacat pada
sisi yang akan berhubungan dengan beton.
Acuan ini digunakan untuk beton dengan penyelesaian permukaan yang “exposed”.
Kayu untuk acuan kelas A tidak dapat digunakan lebih dari 3 kali.
Acuan Kelas B
Harus menggunakan kayu gergajian yang kering udara dengan baik atau bahan lain
yang disetujui. Acuan ini digunakan untuk permukaan yang tidak “exposed”. Acuan
ini tidak dapat digunakan lebih dari 5 kali.
Bahan bangunan lain untuk acuan dan pelaksanaannya akan menjadi tanggung
jawab Penyedia Barang, yang harus mendapat persetujuan Direksi/Engineer/
Pengawas.
Klem untuk acuan harus dari produk pabrik yang dikenal dan batang baja pengikat
yang kwlitasnya memadai. Kawat dan pipa PVC atau pipa plastic tidak diizinkan untuk
digunakan.
20
SPESIFIKASI TEKNIS
baik seluruhnya maupun sebagian dengan baik. Tidak boleh mempergunakan spacer
plastic.
Bagian-bagian dari metal pengikat dan spacer akan tinggal di dalam beton jaraknya
tidak boleh kurang dari 5 cm dari permukaan beton.
Acuan untuk balok plat harus dibuat sedemikian sehingga acuan pada sisi balok dan
penyangga acuan plat dapat di lepas tanpa mengganggu penyangga acuan baloknya.
Seluruh pipa-pipa, baut-baut pekerjaan-pekerjaan besi dan hal-hal lain yang harus
ditanamkan di dalam beton atau penembusan beton, harus ditempatkan dengan teliti
di dalam acuan, harus dipotong dengan baik dan disesuaikan dengan sambunga-
sambungan dan harus dibuat kedap air dimana perlu untuk mencegah keluarnya
adukan.
Demikian pula perlengkapan-perlengkapan (alat-alat lain untuk membuat lubang,
kantong, alur-alur dan lain-lain) harus ditempatkan pada acuan sebelum beton yang
basah mencapai tempatnya. Bagian dalam dari acuan harus dibuat atau dikerjakan
sedemikian rupa sehingga mengurangi melekatnya beton.
Jika dipakai minyak atau bahan-bahan serup, maka harus diusahakan agar tidak
mengenai tulang. Jika tidak mempergunakan bahan kayu yang telah direndam air,
maka acuan harus dibasahi seluruhnya sebelum dimulai pengecoran. Sebelum
pengecoran beton dimulai, semua acuan harus disemprot dengan udara sampai
bersih untuk menghilangkan kotoran-kotoran, serutan-serutan, kotoran-kotoran
gergaji dan sampah-sampah lain dan semua acuan harus diperiksa dan disetujui oleh
Direksi/Engineer/Pengawas, sebelum dicor.
Udara yang dipompakan harus bebas dari minyak atau apa saja dan harus diyakinkan
kemurniannya dengan kehadiran Direksi/Engineer/Pengawas sebelum pelaksanaan
pengecoran.
21
SPESIFIKASI TEKNIS
Acuan-acuan yang tidak menahan beban dapat dibuka setelah 24 jam, asal betonnya
sudah cukup kuat dan tidak rusak dan persiapan-persiapan yang telah cukup telah
dilakukan untuk pengeringan.
Acuan-acuan yang menahan beban dapat dibuka jika contoh beton yang dikeringkan
ditempat pekerjaan dalam keadaan yang sama dengan keadaan sebenarnya,
mempunyai kekuatan yang cukup untuk menahan beban yang harus dipikul selama
atau setelah acuan dibongkar dan bila Direksi/Engineer/Pengawas telah menganggap
bahwa syarat-syarat yang diminta yang dinyatakan dalam pasal-pasal yang
berhubungan dengan initelah dipenuhi. Pembukaan acuan dan konstuksi
pembantunya harus dilaksanakan bertahap tanpa menimbulkan gangguan pada
beton. Pelaksanaannya harus diawasi oleh Pengawas (supervisi) yang kompoten.
Beton yang memikul beban dianggap sudah kuat sehingga acuannya dapat dibuka
ialah bila contoh beton yang dibuat dari beton yang dimaksud dan dikeringkan
ditempat pekerjaan, telah mencapai kekuatan tekan hancur yang besarnya lebih
besar dari setengah kekuatan beton rencana 28 hari.
Waktu untuk pembukaan acuan yang diberikan dalam tabel dibawah ini adalah waktu
minimum yang diperlukan untuk beberapa kasus, tapi harus diingat bahwa tabel ini
hanya diberikan sebagai gambaran saja, sedangkan waktu pembukaan acuan yang
dibutuhkan, dapat berbeda-beda tergantung dari keadaan cuaca dan lain-lain.
22
SPESIFIKASI TEKNIS
Pasal 3
Penulangan
3.1 Gambar Kerja
Gambar-gambar kerja, daftar pembengkokan tulangan dan gambar-gambar
penempatan tulangan harus disiapkan oleh Penyedia Barang dan disampaikan
sebelum pelaksanaan pekerjaan kepada Direksi/Engineer/Pengawas untuk mendapat
persetujuannya.
Detail-detail mengenai ini harus sesuai dengan persyaratan dari Tata cara
Perencanaan Struktur Beton Untuk bangunan Gedung (SNI 03-2847-2002).
Persetujuan yang telah diberikan oleh Direksi/Engineer/Pengawas tidak
membebaskan Penyedia Barang dari Tanggung Jawabnya mengenai ketelitian dan/
atau kelengkapan pekerjaan detail.
23
SPESIFIKASI TEKNIS
Tulangan yang menonjol dalam arah horizontal pada siar-siar konstruksi harus
ditumpu dalam posisi yang benar selama pengecoran dengan menyediakan
penyangga yang cukup dan bagian-bagian pembuat jarak dimana tulangan akan
diikatkan dan ditahan ditempatnya.
Penutup beton untuk tulangan harus seperti yang tertera pada gambar. Toleransi
yang dizinkan adalah +4 mm.
24
SPESIFIKASI TEKNIS
Pasal 4
Pekerjaan Tanah (Galian dan Urugan Tanah)
4.1 Umum
Pekerjaan ini terdiri dari pengambilan, pengangkutan, penempatan dan pemadatan
tanah atau bahan-bahan butiran yang disetujui untuk timbunan.
Sebagian penyimpanan dari spesifikasi ini harus mendapat dikonsultasikan secara
tertulis kepada tenaga Direksi/Engineer/Pengawas dan harus mendapat persetujuan
terlebih dahulu dari tenaga Direksi/Engineer/Pengawas untuk awal pekerjaan.
Timbunan yang tercakup oleh ketentuan ini merupakan timbunan dengan bahan-
bahan terlebih yang akan digunakan pada lokasi konstruksi.
4.2 Kondisi Tanah dan Material Timbunan
Kontraktor harus mengetahui dan dianggap mengetahui kondisi material dan
substansi yang digali dan durug Kontraktor dianggap telah memperhitungkan dalam
schedule rate factor-faktor yang mungkin timbul selama atau dalam kaitannya
dengan penggalian dan pengiriman material timbunan.
4.2.1 Perataan Tanah
Pekerjaan perataan tanah, pembongkaran, urugan dan pemadatan urugan dikerjakan
lebih dahulu sebelum kontraktor mulai pekerjaan upper struktur sloof dan kolom.
Pekerjaan urugan dan pemadatan tersebut disesuaikan dengan peil-peil (level) dan
lokasi yang telah ditentukan didalam gambar dan mendapat persetujuan pengawas.
4.2.2 Galian dan Urugan
a. Semua permukaan lapangan dikupas, agar bebas dari unsure-unsur perusakn
(akar tanaman atau rerumputan). Bahan galian dari daerah pembangunan dapat
dipergunakan, bila memadai untuk urugan dan penanggulangan. Bahan urugan
harus bersih dari unsure-unsur perusak dan harus disetujui Pengawas oleh
pengawas dimana segala biaya penyelidikan tersebut menjadi tanggung
jawabkontraktor.
b. Penggalian melebihi batas yang ditentukan harus diurug kembali sehingga
mencapai kerataan yang diterapkan dengan bahan urugan yang dipadatkan.
Toleransi pelaksanaan yang dapat diterima untuk penggalian dan pengurugan
adalah + 100 mm, terhadap kerataan yang ditentukan. Pengurugan dilakukan
lapis demi lapis (tiap 20 cm padat) yang selalu diikuti pekerjaan pemadatan yang
baik.
c. Pada Bagian dilatasi, Galian tanah pondasi tapak dilakukan galian dengan ukuran
sesuai pada gambar rencanan. Dimana dua kolom bertumpu pada satu pondasi.
25
SPESIFIKASI TEKNIS
4.2.3 Pemadatan
a. Setelah pengupasan selama 15 cm, tanah harus dipadatkan sehingga mencapai
kepadatan maksimal.
b. Bahan urugan harus dipadatkan lapis demi lapis dengan baik (tiap 20 cm)
4.2.4 Cara Pelaksanaan
a. Bahan urugan untuk pelaksanaan pemadatan harus disebar dalam lapisan-lapisan
yang rata dalam ketebalan yang tidak melebihi 20 cm.
b. Gumpalan-gumpalan tanah yang harus digemburkan dan bahan tersebut harus
dicampur dengan cara menggaruk atau cara sejenisnya sehingga diperoleh
lapisan yang homogen dan kemudian baru dilaksanakan pemadatannya. Setiap
bahan haruslah sama dalam hal bahannya, kepadatannya dan kelembabannya
sebelum dilaksanakan.
c. Setiap lapisan harus diarahkan pada kepadatan yang dibutuhkandan diperiksa
melalui pengujian lapangan yang memadai, sebelum dimulai lapisan berikutnya.
Bilaman bahan tersebut tidak mencapai kepadatan yang dikehendaki, lapisan
tersebut harus diulang.
d. Setelah pemadatan selesai, urugan tanah yang kelebihan harus dipindahkan
ketempat yang ditentukan oleh Pengawas.
e. Ketinggian (peil) disesuaikan dengan gambar.
4.2.5 Peralatan
Kontraktor harus mengajukan metode kerja termasuk autput kerja harian, jumlah,
tipe dan kapasitas peralatan yang akan dioperasikan kepada tenaga pengawas.
Pemilihan peralatan harus mempertimbangkan kondisi lapangan dan lingkungan.
4.2.6 Toleransi Dimensi
Kelandaian dan ketinggian yang diselesaikan setelah pemadatan tidak akan melebihi
tinggi 10 mm atau 20 mm lebih rendah dari yang ditentukan atau disetujui.
Semua permukaan timbunan akhir yang tidak terlindung harus cukup luas dan rata
seta mempunyai kemiringan yang cukup uuntuk menjamin pengaliran bebas dari air
permukaan.
Permukaan lereng timbunan yang selesai tidak akan berbeda dari garis profil yang
ditentukan dengan melebihi 100 mm dari ketebalan yang dipadatkan.
26
SPESIFIKASI TEKNIS
27
SPESIFIKASI TEKNIS
28
SPESIFIKASI TEKNIS
Perbaikan timbunan yang rusak oleh erosi banjir atau menjadi lunak setelah
pekerjaan diselesaikan dan diterima oleh Direksi/Engineer/Pengawas harus
sebagaimana ditentukan dalam RKS ini.
4.2.11Pemulihan Pekerjaan Setelah Pengujian
Semua lubang pada pekerjaan akhir yang dibuat oleh pengujian kepadatan atau
lainnya harus ditimbun kembali oleh Kontraktor tanpa penundaan dan dipadatkan
sampai persyaratan toleransi permukaan dan kepadatan dari spesifikasi ini.
4.2.12Pembatasan Cuaca
Timbunan tidak boleh ditempatkan, dihampar atau dipadatkan sewaktu hujan turun,
dan tak ada pemadatan yang boleh dilakukan setelah hujan atau sebaliknya bila
kadar air bahan-bahan berada diluar batas yang ditentukan.
4.2.13Jaminan Kualitas
a. Pengawasa Kualitas Bahan
Jumlah data penunjang untuk hasil pengujian yang diperlukan untuk persetujuan
awal kualitas bahan-bahan harus sebagaimana diarahkan oleh Pengawas, tetapi
harus termasuk semua pengujian yang relevan yang telah ditentukan. Sekurang-
kurangnya tiga contoh yang mewakili sumber bahan-bahan yang diajukan yang
terpilih untuk mewakili serangkaian kualitas bahan-bahan yang akan diperoleh
dari sumber tersebut.
Menyusul persetujuan mengenai kulaitas bahan-bahan timbunan yang diajukan,
maka pengujian kualitas bahan-bahan tersebut harus diulangi lagi alas
kebijaksanaan tenaga pengawas, dalam hal mengenai perubahan yang diamati
pada bahan-bahan tersebut atau pada sumbernya.
Suatu program rutin pengujian pengawasan mutu bahan-bahan harus
dilaksanakan untuk mengendalikan keanekaragaman bahan yang dibawa ke
tempat proyek. Jangkauan pengujian tersebut harus sebagaimana diarahkaji
Direksi/Engineer/Pengawas tetapi untuk setiap 1000 meter³ timbunannya yang
diperoleh dari setiap sumber.
b. Persyaratan Pemadatan untuk Timbunan Tanah
Lapisan yang lebih dari 300 mm dibawah ketinggian tanah dasar harus
dipadatkan sampai 95% dari standar maksimum kepadatab yang ditentukan
sesuai dengan AASHTO T99. untuk tanah yang mengandung lebih dari 10%
bahan-bahan yang tertahan pada ayakan ¾ inchi. Kepadatan kering maksimum
yang dipadatkan harus disesuaikan untuk bahan-bahan yang berukuran lebih
besar sebagaimana diarahkan oleh tenaga pengawas.
29
SPESIFIKASI TEKNIS
Lapisan 300 mm atau kurang dibawah ketinggian tanah dasar harus dipadatkan
sampai 100% dari kepadatan kering maksimum yang ditentukan AASHTO T99.
Pengujian kepadatan harus dibuat pada setiap lapisan timbunan yang dipadatkan
AASHTO T191 dan bila hasil pengujian menunjukkan kepadatan kurang dari
kepadatan yang disyaratkan maka kontraktor harus membetulkan pekerjaan
tersebut sesuai dengan pasal diatas. Pengujian harus dibuat sampai kedalaman
lapisan sepenuhnya pada lokasi yang diarahkan oleh Pengawas, tetapi satu
dengan yang lainnyatidak terpisah lebih dari 50 m. untuk urugan kembali
disekeliling struktur atau parit gorong-gorong, sekurang-kurangnya satu
pengujian untuk satu lapisan urugan kembali yang ditempatkan harus
dilaksanakan. Pada timbunan, sekurang-kurangnya satu pengujian harus
dilaksanakan pada setiap 150 m³ timbunan yang ditempatkan.
c. Kriteria
Penempatan dan pemadatan timbunan batuan harus dilaksanakan dengan
menggunakan mesin gilas atau mesin pemadat bergetar atau sebuah traktor
berada rantai yang berbobot sekurang-kurangnya 20 ton atau peralatan
konstruksi berat yang serupa. Pemadatan harus dikerjakan dalam arah
memanjang sepanjang timbunan, dimulai dari tepi luar dan dilanjutkan menuju
kearah sumbu dan harus diteruskan sampai tak ada gerakan yang nampak
dibawah peralatan tersebut. Setiap lapisan harus terdiri dari batuan bergradasi
yang cukup baik dan semua rongga permukaan harus terisi dengan pecahan kecil
sebelum lapisan berikutnya ditempatkan.
Batuan tidak boleh digunakan pada 150 mm lapisan atas timbunan dan tidak ada
batu dengan suatu ukuran melebihi 100 mm boleh dimasukkan ke dalam lapisan
atas ini.
d. Percobaan pemadatan
Kontraktor harus bertanggung jawab untuk pemilihan peralatan dan metode
untuk mencapai tingkat pemadatan yang ditentukan. Dalam hal bahwa kontraktor
tidak mampu untuk mencapai kepadatan yang diisyaratkan, maka pemadatan
berikutnya menyusul.
Suatu percobaanlapangan harus dilaksanakan dengan jumlah lintasan alat
pemadat dan kadar air harus diubah-ubah sampai kepadatan yang ditentukan
tercapai sehingga memuaskan pengawas. Hasil percobaan lapangan ini kemudian
harus digunakan untuk menentukan jumlah lintasan yang diisyaratkan, jenis alat
pemadat dan kadar air untuk semua pemadatan yang selanjutnya.
30
SPESIFIKASI TEKNIS
Pasal 5
Pekerjaan Pasangan dan Plesteran
Jenis adukan yang digunakan untuk pekerjaan pasangan diklasifikasikan sebagai berikut :
31
SPESIFIKASI TEKNIS
vi. Bagian atas pasangan Bata harus diakhiri dengan ring balok beton. Bila tidak
ditentukan lain, maka dimensi kolom praktis dan ring balok beton adalah sebagai
berikut :
1) Kolom praktis beton, balok kolom samping dimensi : (12 x 12) cm, tulangan
4x diameter 12 mm dan beugel diameter 6 mm jarak 20 cm, campuran beton
1:2:3
2) Ring balok beton dimensi konstruksi 15 x 20 cm, tulangan pokok 5 x diameter
12 mm, beugel diameter 6 mm jarak 20 cm, campuran beton 1:2:3.
5.2 Pasangan Bata Merah
a. Uraian
Pekerjaan pasangan batu bata meliputi :
i. Pekerjaan dinding ruang radiologi pasangan satu bata yang dilapisi timbal 1,5mm
ii. Dan pekerjaan lainnya seperti yang telah direncanakan.
b. Bahan dan Persyaratannya
i. Bata Merah
ii. Semua bata merah harus dari mutu kelas satu, padat.
iii. Dimensi harus sama besar dan berasal dari satu pabrik yang sama.
c. Pelaksanaan Pekerjaan
i. Bata Hebel patah melintang/memanjang dan besar patahannya lebih besar dari
setengah panjang, tidak diperkenankan untuk dipergunakan.
ii. Semua bata sebelum dipasang harus direndam dalam air terlebih dahulu untuk
mencapai daya rekat yang lebih baik dengan bahan adukannya.
iii. Pemasangan bata harus membentuk bidang tegak, rata mendatar dengan alat
Bantu secukupnya. Siar yang terbentuk pada pasangan bata harus seragam
setebal 1 (satu) cm. Siar tegak tidak boleh saling menyambung yang membentuk
garis lurus.
iv. Untuk setiap bidang pemasangan bata sebesar 12 m² harus diberi rangka/bingkai
dengan kolom praktis dan ring balok dan diberi angker diameter 12 mm setiap
jaraknya 50 cm.
32
SPESIFIKASI TEKNIS
5.3 Plesteran
a. Uraian
Jenis plesteran untuk pekerjaan penyelesaian adalah sebagai berikut :
33
SPESIFIKASI TEKNIS
34
SPESIFIKASI TEKNIS
Pasal 6
Pekerjaan Lantai
6.1 Uraian
Pekerjaan penyelesaian lantai dilaksanakan setelah pekerjaan dinding.
6.2 Bahan dan Persyaratannya
a. Lantai keramik
Bahan dan persyaratannya
a. Keramik
Keramik yang dipakai untuk seluruh lantai ruangan dan dinding kamar periksa adalah
keramik ukuran 40 x 40 cm, sedangkan keramik ukuran 20x20 cm pada KM/WC dan
20x25 cm pada keramik dinding KM/WC. Ukuran lainnya sesuai dengan gambar
rencana dengan kualitas setara KIA.
b. Adukan
i. Adukan untuk alas 1 PC : 3 Ps, khusus untuk adukan sambungan digunakan
semen warna. Untuk adukan alas menggunakan Portland cement, pasir dan air
dalam segala hal harus memenuhi ketentuan yang telah dijelaskan.
ii. cara mencampur adukan, perhatikan seperti yang telah dipersyaratkan.
c. Persiapan Pekerjaan
i. Kontraktor tidak boleh memasang keramik jika semua pasangan pipa, saluran
tertanam dalam dinding, angker-angker dan sebagainya belum dipasang dan
disetujui Pengawas Lapangan.
ii. Pemberi Tugas memeriksa permukaan-permukaan yang akan dipasang keramik dan
jika ada cacat atau keadaan yang akan menyebabkan pemasangan keramik tidak
memuaskan harus segera diperbaiki.
d. Pelaksanaan Pekerjaan
i. Mula-mula keramik PC dibasahi air bersih sampai basah, Keramik harus dialasi
dengan adukan semen seperti ditentukan dalam ayat 13.2 pasal ini pada bagian
adukan butir b (i).
ii. Memasang keramik harus lurus, tegak, sambungan-sambungannya harus bertemu
dan merupakan garis lurus/siku dan antara keramik diberi neat yang membentuk
parit kecil dengan ukuran maksimal setebal 4 mm.
iii. Ruangan yang memakai keramik disesuaikan dengan gambar rencana atau petunjuk
Pengawas Lapangan.
35
SPESIFIKASI TEKNIS
Pasal 7
Pekerjaan Kayu/ Kusen/Kaca/Plafond
36
SPESIFIKASI TEKNIS
iii Bentuk dan dimensi profil kusen harus sesuai dengan gambar rencana sedang
dimensi kusen harus diukur kembali oleh kontraktor untuk disesuaikan.
b. Pelaksanaan Pekerjaan
i Alur kusen yang akan dipasang kaca harus dibersihkan sebelum kacanya
dipasang.
ii Kaca harus dipotong menurut ukuran kusen/ rangka dengan kelonggaran sedikit,
lalu dipasang dan dikukuhkan memakai dempul/ lat kayu untuk kusen
iii Setelah kaca selesai dipasang, tidak diperkenanakan memberi tanda –tanda
dengan menggunakan kapur. Tanda –tanda harus dibuat dari potongan kertas
yang direkatkan dengan lem atau dengan isolasi band. Pembersihan akhir dari
kaca harus menggunakan kain katun yang lunak dengan menggunakan cairan
pembersih kaca.
a. Uraian
Plafond yang digunakan adalah multiplek 4 mm dengan rangka kayu.
b. Bahan Dan Persyaratannya
i. Bahan kayu yang akan Dipergunakan untuk pekerjaan ini dipilih sejenis yang
berkualitas baik, kuat , dan tidak cacat.
ii. Plafond disesuaikan dengan gambar rencana. Untuk kontraktor harus mengajukan
contoh yang memperlihatkan kualitas bahan sebelum melakukan pembelian untuk
mendapatkan persetujuan dari Pengawas Lapangan.
iii. Plafond baru boleh dipasang setelah seluruh rangka diperiksa dan disetujui oleh
Pengawas Lapangan.
Pasal 8
Pekerjaan Kerangka Atap
37
SPESIFIKASI TEKNIS
Pasal 9
Pekerjaan Pengecatan dan Sealer
9.1. Lapisan Sealer
Untuk dinding bangunan bagian luar dan Pagar tembok bangunan, sebelum
pengecatan dimulai, pelaksana diharuskan melapisi sealer terlebih dahulu
9.2 Persyaratan dan Bahan
a. Sesuai dengan ketentuan dalam tata Cara Pengecatan Kayu (SNI 03- 2407-1991),
tata Cara Pengecatan genteng Beton (SNI 03 – 2409- 1991) dan tata Cara
Pengecatan Dinding tembok (SNI 03 – 2410 -1991).
b. Semua cat harus diaduk dan dipulaskan betul – betul sesuai dengan perincian/ aturan
pakai dari pabriknya , juga bila dikehendaki harus menggunakan plamur/ cat dasar
c. Cat harus diaduk benar- benar sebelum digunakan.
38
SPESIFIKASI TEKNIS
39
SPESIFIKASI TEKNIS
Pasal 10
Instalasi Listrik
10.1 Uraian
Yang dimaksud dengan pekerjaan instalasi listrik /elektrikal adalah pemasangan seluruh
instalasi penerangan dan stop kontak, system operasi perangkat sehingga diperoleh
suatu instalasi yang lengkap dan baik setelah diuji dengan seksama dan siap untuk
dipergunakan.
Pekerjaan instalasi Listrik/ elektrikal disini meliputi :
a. Pengadaan dan pemasangan instalasi penerangan dan stop kontak berikut ordenya.
b. Pengadaan dan pemasangan kap lampu/armature penerangan.
c. Pengadaan dan pemasangan panel (zekering kas).
d. Penyediaan dan pemasangan hubungan tanah (Grounding) yang sesuai dengan
standard yang berlaku.
e. Penyediaan gambar kerja pemasangan instalasi listrik, penerangan stop kontak dan
lainnya.
f. Melakukan pengetesan terhadap instalasi yang telah selesai, dilakukan bersama-
sama pihak yang berwenang (PLN) dan disaksikan pengawas lapangan. Hasilnya
dituangkan dalam sertifikat tanda : Keur Instalasi Baik.
g. Instalasi penangkal petir direncanakan ulang dan dilakukan pengadaan.
40
SPESIFIKASI TEKNIS
a. Memiliki PAS/REGISTRASI PLN serta surat- surat izin yang harus ada dari instansi –
instansi sesuai dengan peraturan Pemerintah Daerah Setempat, maupun surat- surat
izin yang diminta oleh pemberi Tugas.
b. Dalam pelaksanaan pekerjaan , harus memenuhi ketentuan yang telah digariskan
dalam gambar rencana baik dalam segi ukuran, kualitas bahan maupun jumlahnya.
c. Sehubungan dengan adanya pekerjaan ini, instalatur harus menghubungi PLN
terlebih dahulu, untuk kelancaran pembangunan sampai pada hari penyerahan
dengan hasil tes yang memuaskan.
d. Sebelum memulai pekerjaan, instalatur hendaknya membuat rencana kerja ( time
schedule) yang disesuaikan dengan rencaan disiplin lain. Juga diserahkan jumlah
tenaga pelaksana dengan tenaga ahli lainnya.
10.3 Syarat- Syarat Pelaksanaan
a. Pekerjaan harus memenuhi semua aturan yang tercantum serta aturan –aturan
tambahannya.
b. Peralatan kerja harus lengkap untuk mendapatkan hasil kerja dengan mutu kerja
yang baik serta tidak merusak material bahan instalasi, termasuk pula keamanan bagi
pekerja yang harus mengikuti peraturan dari DEPARTEMEN TENAGA KERJA.
c. Pekerjaan dapat dianggap selesai apabila :
i. Semua system dipasang sesuai dengan rencana, baik dalam memenuhi fungsinya
dan dapat menyala
ii. Ada surat pengesahan atau sertifikat hasil test baik dari PLN setempat.
d. Gambar rencana merupakan gambar untuk keperluan lelang. Instalatur hendaknya
terlebih dahulu mengajukan gambar kerja instalasi yang harus terlebih dahulu
disetujui oleh Pengawas Lapangan sebelum pekerjaan dimulai. Selanjutnya gambar
ini pula yang harus diajukan untuk mendapatkan persetujuan dari PLN. Pengawas
Lapangan dan perencana masing – masing mendapat tembusan dari gambar
tersebut.
e. Setelah pekerjaan selesai, instalatur harus membuat 3 (tiga) lembar gambar revisi
(as build drawing), gambar ini kelak dipergunakan bagi keperluan pemeliharaan
instalasi bagi user, kemudian diserahkan kepada Pengawas Lapangan dan Perencana
f. Surat “ KEUR INSTALASI BAIK” dari PLN didapat secara prosedur yang benar. Biaya –
biaya yang diperlukan untuk itu menjadi tanggungan kontraktor.
41
SPESIFIKASI TEKNIS
Pasal 11
Pekerjaan Penggunci dan Penggantung
11.1 Pekerjaan Kunci
a. Untuk Pintu Biasa menggunakan jangkar
b. Semua kunci tanam harus terpasang dengan baik, kuat dan rapi pada rangka daun
pintu, dipasang setinggi 90 cm atau sesuai dengan petunjuk pengawas lapangan.
42
SPESIFIKASI TEKNIS
Pasal 12
Pekerjaan Sanitasi
43
SPESIFIKASI TEKNIS
E. PERATURAN PENUTUP
Pasal 1
Apabila terdapat pekerjaan yang tidak memenuhi ketentuan yang tercantum dalam Rencana
Kerja dan Syarat-syarat (RKS), tidak sesuai dengan gambar atau tidak sesuai dengan
petunjuk-petunjuk Direksi maka pekerjaan tersebut harus dibongkar dan pembuatannya
kembali seluruhnya menjadi tanggung jawab Penyedia barang.
Pasal 2
Jika dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat ini belum tercakup beberapa jenis pekerjaan
ataupun persyaratan lainnya, maka hal tersebut akan diatur dalam adendum-adendum RKS
dan berita acara penjelasan pekerjaan (Aanwijzing) serta perintah tertulis Direksi/ Engineer/
Pengawas dan persetujuan Kepala satuan Kerja pada waktu Pelaksanaan pekerjaan
berlangsung.
Demikianlah Rencana Kerja dan Syarat-syarat pekerjaan ini dibuat untuk dipatuhi dan
dilaksanakan.
44