Anda di halaman 1dari 31

BAB–I

SYARAT – SYARAT TEKNIS

KEGIATAN PEMBANGUNAN SEKOLAH DAN REHAB. TlNGKAT SD DAN SMP


KABUPATEN LANGKAT – PROPlNSl SUMATERA UTARA TAHUN 2023

1. Latar Belakang Sehubungan dengan rencana pengembangan sarana dan prasarana gedung
sekolah tesebut maka Pemerintah Kabupaten Langkat melalui Dinas
Pendidikan mengalokasikan dana untuk kegiatan DAK Tahun 2023 untuk
Revitalisasi Sekolah Tingkat SD dan SMP dengan Tingkat Kerusakan Minimal
Sedang Tahun Anggaran 2023.
2. Maksud dan Maksud :
Tujuan
Maksud dilaksanakannya Revitalisasi Sekolah adalah untuk menunjang
fasilitas sarana dan prasarana sekolah .

Tujuan :
Tujuan dilaksanakan Pekerjaan Tersebut, untuk menunjang Fasilitas di
lingkungan sekolah tersebut

3. Nama Organisasi a. K/L/D/I : Pemerintah Kabupaten Langkat


Pengadaan
Konstruksi b. SKPD : Dinas Pendidikan Kabupaten Langkat
c. KPA SD : SINARTA SITEPU, S.Pd
d. KPA SMP : GEMBIRA, S.Pd, M.Pd
e. PPTK : SUPRlADl, S.Pdl

4. Sumber Kegiatan ini dibiayai dari sumber pendanaan : Dana DAK Tahun 2023
Pendanaan Dinas Pendidikan Kabupaten Langkat Tahun Anggaran 2023.

5. Ruang Lingkup Ruang Lingkup kegiatan adalah:


Kegiatan, Lokasi a) Rehabilitasi dan Pembangunan Baru di Sekolah
Pekerjaan
b) Lokasi Pekerjaan tersebar di Sekolah SD dan SMP di Wilayah Langkat

6. Jangka Waktu a. Jangka Waktu Pelaksanaan Kontrak 120 (seratus dua puluh) hari
Kegiatan kalender dimulai sejak tanggal SPMK dikeluarkan sampai dengan waktu
yang akan ditentukan didalam kontrak tersebut..
b. Jangka Waktu Pemeliharaan 180 (seratus delapan puluh) hari kalender
setelah selesai pekerjaan (PHO) penyerahan pertama pekerjaan.
Pasal – 1
Peraturan – Peraturan Teknis

Peraturan-peraturan teknis untuk melaksanakan pekerjaan pembangunan, berlaku lembaran-lembaran


ketentuan-ketentuan yang syah di Indonesia, peraturan-peraturan ini dituliskan sebagian kedalam Rencana
Kerja dan Syarat-syarat ini, untuk memudahkan pelaksanaan pemborongan atau membimbing pemborong
dalam melaksanakan pembangunan yang lazim nantinya dijumpai di lapangan pekerjaan.
Peraturan-peraturan tersebut adalah :
1. Peraturan Umum tentang pelaksanaan pembangunan atau di Indonesia lazimnya disebut A.V. 1941.
2. Keputusan Majelis Indonesia untuk Arbitrasi Teknik.
3. Standard Konstruksi Struktural Nasional Indonesia 1991 (SKSNI 1991).
4. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia tahun 1955 (PPKI).
5. Peraturan Muatan Indonesia (PMI).
6. Peraturan Bahan Bangunan Indonesia (PBBI).
7. Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL).
8. Pedoman Plumbing Indonesia Tahun 1979.
9. Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
10. KEPPRES RI No. 54 tahun 2010 dan perubahannya.
11. Keputusan Menteri PU No. 02/KPTS 1985 tentang Penanggulangan Kebakaran.
12. Surat Keputusan Dirjen Cipta Karya No.332/KPTS/M/2002, tanggal 21 Agustus 2002.
13. Peraturan dan Ketentuan lain yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah setempat’
14. Dan lain-lain

Pasal – 2
Rencana Kerja

Rencana Kerja harus diajukan oleh Pemborong selambat-lambatnya 1 (satu) minggu setelah pelulusan
pekerjaan kepada Direksi untuk persetujuan.

Pasal – 3
Time Schedulle

Pemborong harus membuat rencana waktu pelaksanaan (Time Schedulle) dan kewajiban melaksanakan
pekerjaan menurut pekerjaan tersebut.
Penyimpangan dari ketentuan yang telah ditetapkan hanya diperkenankan atas persetujuan Direksi.

Pasal – 4
Pemotretan

Pemborong diwajibkan membuat minimum 3 (tiga) tahap pemotretan atas kemajuan pekerjaan, waktu
pemotretan dilakukan di tempat yang ditunjuk Direksi. Pemborong wajib membuat catatan dari tiap-tiap
pemotretan yang diambil dan ukuran 9 x 13 Cm (Post Card), kemudian gambar tersebut ditempatkan dalam
album (masing-masing satu album) untuk disampaikan kepada Direksi.

Pasal – 5
Daftar Kerja

Pemborong diwajibkan membuat laporan kemajuan pekerjaan dan daftar harian pekerjaan menurut
golongan dan upahnya, laporan dan daftar ini harus dapat diperiksa sewaktu-waktu oleh Direksi untuk
penelitian tentang kemajuan/efisiensi tahap pekerjaan tersebut.

1
Pasal – 6
Laporan Mingguan

Pemborong harus membuat laporan harian/mingguan mengenai kemajuan pekerjaan dalam hal teknis dan
administrasi, laporan tersebut harus ditandatangani oleh Pemborong atau wakilnya. Petunjuk,
Perintah/Peringatan maupun perubahan-perubahan yang dicantumkan dalam buku harian tersebut harus
ditaati oleh Pemborong.

Pasal – 7
Kesejahteraan dan Keamanan

Pemborong harus bertanggung jawab atas keamanan dan kesejahteraan pekerjanya, juga memperhatikan
kesehatan dan pemeliharaan kebersihan halaman/lingkungan lokasi.

Pasal – 8
Perlengkapan P 3 K

Pemborong wajib menyediakan semua perlengkapan / peralatan P3K bagi keselamatan kerja, bila terjadi
suatu kecelakaan sewaktu melakukan pekerjaan, pemborong harus segera mengambil tindakan seperlunya,
pemborong harus memenuhi peraturan umum Perburuhan di Indonesia.

Pasal – 9
Kebersihan dan Keamanan

Pemborong harus menjaga kebersihan dan keamanan lingkungan bangunan selama bangunan tersebut belum
diserah-terimakan kepada Direksi.

Pasal – 10
Gudang Bahan / Bangsal Kerja

1. Pemborong harus membuat tempat penyimpanan bahan-bahan bangunan yang dapat terjamin dan
terlindung dari benturan-benturan dan cuaca.
2. Bangsal kerja dibuat untuk pekerja dan dengan memenuhi syarat kesehatan.

Pasal – 11
Perselisihan Kwalitas

Bahan-bahan yang tidak memenuhi syarat atau yang ditolak Direksi harus dikeluarkan dari lapangan
pekerjaan dalam waktu 3 x 24 Jam, dan bahan tersebut tidak boleh dipasangkan.
Bila ternyata masih digunakan pemborong, maka Direksi/Pemimpin Proyek berhak memerintahkan
pemborong melakukan pembongkaran dan segala kerugian akibat tindakan tersebut menjadi tanggung jawab
pemborong. Selama dalam tahap pemeriksaan kepastian untuk itu belum ada, pemborong tidak
diperbolehkan memakai bahan-bahan yang ditolak.

Pasal – 12
Bahan – Bahan dan Contoh Bahan

Pemborong wajib lebih dahulu memberikan contoh bahan-bahan yang akan dipergunakan untuk bangunan
kepada Direksi, guna mendapat persetujuan sebelum bahan-bahan dipasang/dipakai, baha-bahan yang
didatangkan harus dan sesuai dengan contoh yang telah disetujui oleh Direksi.

2
Pasal – 13
Kepala Pelaksana

Pemborong harus mempunyai Kepala Pelaksana yang ahli, yang cakap dalam pekerjaan, baik melakukan
pekerjaan sehari-hari, juga harus setiap hari berada dalam lokasi proyek. Direksi berhak menolak Kepala
Pelaksana yang dianggap kurang bijaksana. Dalam hal ini pemborong dapat mencari penggantinya yang
dapat diterima / disetujui oleh Direksi.

Pasal – 14
Direksi Harian

Direksi harian dalam pembangunan ini adalah sebagai berikut :


1. Dalam bidang Pengawasan :
Pemberi Tugas bersama-sama dengan Direksi pekerjaan dapat menunjuk seperlunya sebagai Direksi
harian yang tugasnya mengawasi pelaksanaan sehari-hari di lapangan.
2. Dalam penyampaian laporan :
Pengawas harus menyampaikan /membuat laporan kemajuan pekerjaan setiap 1 x seminggu termasuk
persediaan bahan dilapangan, dan mencatat kejadian-kejadian lainnya yang ada sangkut pautnya dengan
pekerjaan bangunan sebagai catatan harian dan laporan tersebut diatas mendapat persetujuan dari
Kontraktor.

Pasal – 15
Perbedaan

Bila terdapat perbedaan atau ukuran yang tidak sesuai antara gambar kerja dan gambar detail, maka yang
dipakai adalah gambar yang skalanya lebih besar, juga perbedaan antara gambar dengan uraian yang berlaku
/ boleh dipakai adalah yang menurut penjelasan dan ketentuan Direksi.

Pasal – 16
Gambar

Bila dianggap perlu pemborong diwajibkan membuat gambar detail dan gambar tersebut harus lebih dahulu
mendapat persetujuan dari Direksi. Bila timbul perubahan-perubahan dalam pelaksanaan, pemborong wajib
membuat gambar-gambar revisi dan gambar tersebut diserahkan kepada Direksi untuk persetujuan sebelum
dilaksanakan.

Pasal – 17
Lingkup Pekerjaan Pemborong

1. Menyediakan, mengamankan dan mengawasi segala macam bahan, tenaga kerja maupun alat-alat yang
digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan.
2. Membangun gedung dan pekerjaan di dalam tapak sesuai gambar kerja.
3. Membuat uraian pekerjaan dan persyaratan-persyaratan.
4. Menyediakan tenaga kerja dan tenaga ahli yang mampu menguasai bidangnya masing-masing.
5. Penyediaan bahan-bahan bangunan dan bahan harus tetap ada /tersedia di lapangan sehingga pekerjaan
tetap berjalan lancar /tidak berhenti.

3
B A B – II
SYARAT – SYARAT TEKNIS

SPESIFIKASI TEKNIS
Bahan bangunan dan peralatan yang dipergunakan untuk pekerjaan ini harus sesuai dengan
kriteria-kriteria yang ditetapkan dalam RKS (Rencana Kerja dan Syarat-syarat) dan pasal-pasal di
bawah ini.

Pasal – 1
Pemeriksaan Bahan

1. Pemasukan bahan bangunan kelokasi pekerjaan untuk keperluan pekerjaan dimaksud,


pemborong diwajibkan sebelumnya memberikan contoh kepada Pengawas Lapangan guna
mendapatkan persetujuan apakah mutu/kwalitas dan jenis bahan tersebut telah sesuai dengan
yang telah ditetapkan, tanpa terkecuali jenis bahan manapun tidak diperkenankan dimasukkan
ke lokasi pekerjaan tanpa persetujuan Pengawas Lapangan.

2. Contoh/Sampel bahan yang telah disetujui Pengawas Lapangan harus selalu berada di
lapangan yang ditempatkan pada tempat aman..

3. Pengawas Lapangan berhak untuk meminta keterangan mengenai asal bahan tersebut.

4. Bahan-bahan yang akan dipergunakan akan diperiksa oleh Pengawas dengan contoh bahan
yang telah disetujui.

5. Apabila terdapat perselisihan paham mengenai mutu dan jenis bahan tersebut atau Pengawas
Lapangan meragukan kwalitas bahan-bahan yang disediakan pemborong, maka Pengawas
lapangan berhak mengirimkan contoh-contoh bahan tersebut ke Balai Penelitian Bahan
Bangunan untuk mendapatkan kebenaran mutu atau kwalitas bahan-bahan yang dimaksud.

6. Biaya yang timbul akibat pemeriksaan bahan yang diuraikan dalam ayat 5 pasal ini adalah
tanggung jawab pemborong.

7. Jika ada bahan-bahan yang ditolak oleh Pengawas Lapangan, maupun peralatan lainnya yang
dipergunakan untuk pekerjaan ini, pemborong diwajibkan untuk memindahkan ari lokasi
pekerjaan selambat-lambatnya dalam tempo 2 x 24 jam setelah Surat Penolakan bahan itu
dikeluarkan oleh Pengawas.

8. Bahan-bahan yang dinyatakan ditolak diperkenankan untuk dipergunakan dan juga jika
ternyata bahan-bahan yang terpakai terdapat cacat, yang tidak memenuhi syarat, harus segera
dibongkar dan diganti dengan bahan lain yang bermutu baik sesuai dengan kriteria yang telah
ditetapkan.

9. Syarat-syarat dan mutu/kwalitas bahan yang diminta untuk pekerjaan ini harus memenuhi
seperti yang termaktub pada Bab III Alinea 1, 2, 3, 4 dan 5 dalam RK & S (Rencana Kerja
Dan Syarat-syarat ) ini.
4
Pasal – 2
Perlindungan Terhadap Cuaca

Pemborong harus mengusahakan sendiri langkah-langkah untuk melindungi bahan-bahan


bangunan dan pekerjaan dari cuaca, sehingga tidak berkurang mutu dan jumlahnya akibat
pengaruh cuaca.

Pasal – 3
Skope Pekerjaan

Yang dimaksud dengan Skope Pekerjaan adalah untuk mendirikan bangunan gedung
seperti yang diuraikan pada judul RKS dan gambar. Dalam hal ini arti yang sebenarnya sudah
termasuk pengadaan/pendatangan bahan, pengolahan dan penyediaan alat/sarana pelaksana
pekerjaan.

Pasal – 4
Pengukuran, Pematokan dan Penentuan Peil

1. Pengukuran volume Pekerjaan harus dilakukan dengan teliti dan seksama, sehingga sesuai
dengan rencana dan gambar bestek.
2. Penempatan ukuran-ukuran titik duga dan titik-titik pokok lainnya cukup kuat dari kayu dan
sesuai dengan petunjuk Pengawas Lapangan.
3. Titik-titik duga/pokok tersebut tidak boleh dipindahkan tanpa persetujuan pengawas lapangan.
4. Pemasangan Patok-patok ataupun titik-titik duga yang telah terpasang maupun bouwplank,
jika Pengawas yang menilai/mempertimbangkan merasa perlu membuat/
diperbaiki/dipindahkan merevisi, pemborong harus melakukan dengan petunjuk dan
pengarahan Pengawas Lapangan.
5. Ketinggian lantai bangunan adalah setinggi menimal 40 cm di atas tanah permukaan halaman.
6. Ketinggian muka lantai bangunan (peil 0,00) yang tertera dalam gambar rencana dapat
berubah sesuai dengan situasi dan kondisi lapangan, yang hal ini akan ditetapkan kemudian
dilapangan, yang mana akan dijelaskan didalam “Rapat Pekerjaan” dan dituangkan pada
“Berita Acara Penjelasan Pekerjaan”.
7. Patok-patok titik duga/pokok yang dipasang, pemborong harus memperhitungkan
mutu bahannya sehingga patok tersebut cukup kuat sampai pekerjaan pelaksanaan.
8. Apabila ada patok yang rusak, harus segera diganti dengan yang baru dan pemasangannya
diketahui dan disetujui oleh Pengawas Lapangan.

5
Pasal – 5
Pelaksanaan Pekerjaan

Pada dasarnya semua jenis pekerjaan tidak dapat dimulai/dikerjakan tanpa sepengetahuan dan
persetujuan Pengawas, untuk itu pemborong memberitahukan sebelum pekerjaan itu dimulai.

Pasal – 6
Standard dan Mutu Bahan

1. S e m e n.
a. Semen yang dipakai adalah Portland Cemen, merk yang telah disetujui oleh Badan yang
berwenang dan memenuhi persyaratan standard Portland Cemen kelas 1 – 475.
b. Umur semen tidak boleh melebihi 3 (tiga) bulan sejak diproduksi, harus baik, belum
terdapat butiran-butiran membeku, tertutup rapat, semen yang terdapat menggumpal dan
mengeras/membatu tidak dapat dipergunakan.
c. Pengangkutan semen harus terhindar dari cuaca lembab dan kalau disimpan dalam
gudang, harus cukup mempunyai ventilasinya, terhindar dari kelembaban dan bahan-
bahan yang dianggap rusak.
d. Penumpukan semen pada gudang harus mempunyai jarak minimal 30 cm diatas
lantai gudang dengan menggunakan alas dari kayu sehingga pada bagian bawah ada
sirkulasi udara.
e. Penunpukan zak-zak semen di gudang, tidak boleh ditumpuk lebih dari 2 meter tingginya
dan tiap penerimaan yang baru harus dipisahkan dan diberikan tanda serta dipisahkan
dari yang lama dengan maksud agar pemakaian semen dilakukan menurut pengiriman ke
lokasi pekerjaan

2. Agregate Halus (Pasir)


a. Agregate halus (pasir) harus terdiri dari butir-butir yang keras, kekal dan tajam sebagai
hasil disitegrasi alami dari batu-batuan atau berupa pasir batuan yang dihasilkan oleh alat-
alat pemecah batu (Stone Scrusher) .
b. Pasir tidak boleh mengandung lumpur dari 5 % (ditentukan oleh berat kering), dan kalau
melebihi dari yang ditentukan harus dicuci.
c. Pasir tidak boleh mengandung bahan-bahan organik terlalu banyak yang dibuktikan
dengan percobaan warna A “Bram Harder (dengan larutan NaOH)”.
d. Susunan butir-butirnya harus beraneka ragam besarnya dan harus memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut :
Ayakan % Lewat ayakan (Berat Kering)

4 mm 98 %

1 mm 90 %

0,25 mm 80 – 95 %
6
e. Pasir tidak mengandung garam.

3. Agregate Kasar (Kerikil dan Batu Pecah).


a. Agregate Kasar terdiri dari butir-butir keras tidak berpori bersifat kekal sebagai hasil
disentegrasi alami dari batu-batuan atau berupa batuan/batuan pecah yang diperoleh dari
pecahan batu.
b. Agregate Kasar yang mengandung butiran-butiran pipih hanya dapat dipakai bila jumlah
butir-butir tersebut tidak melampaui 20 % dari berat agregate seluruhnya.
c. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1 %, apabila mengandung lumpur lebih dari 1
%, agregate tersebut harus dicuci.
d. Agregate Kasar tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak batu ataupun baja
tulangan dan beton.
e. Kekerasan dari butir-butiran kasar jika diperiksa dengan bejana penguji dari Rudolf beban
penguji 20 t, maka harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1. Tidak terjadi perubahan sampai praksi 9,5 – 19 mm, lebih dari 24 % berat.
2. Tidak terjadi perubahan sampai praksi 19 – 30 mm, lebih dari 22 % berat.
3. Pengujian dapat dilakukan dengan mesin Pengaus Los Angelos dengan mana tidak
boleh terjadi kehilangan berat dari 50 %.

4. Susunan butir-butirnya harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

Ayakan % Lewat ayakan (Berat Kering)

31,5 mm 100 %

4 mm 2 – 100 %

Selisih antara sisa-sisa komulatif diatas dua syarat ayakan yang berurutan adalah
maximum 60 % dan minimum 10 % berat.

5. Besar butir agregate maximum tidak boleh lebih dari 1/5 (seperlima) jarak
kecil bidang-bidang samping dari cetakan, 1/3 dari tebal plat atau 3/4 dari jarak
bersih minimum diantara batang-batang atau berkas-berkas tukang, sehingga
terhindar adanya rongga-rongga atau sarana-sarana kerikil pada pengecoran.

4. Air.
a. Air untuk pembuatan dan perawatan beton tidak boleh mengandung minyak, asam alkalit,
garam, bahan-bahan organis atau bahan-bahan lainnya yang dapat merusak beton atau
baja tulangan. Dalam hal ini yang dapat dipakai adalah Air bersih yang dapat diminum.
b. Apabila terdapat keragu-raguan mengenai air maka Pengawas Pelaksana berhak
mengirimkan contoh air tersebut kelembaga pemeriksaan bahan yang diakui untuk
menyelidiki sampai sejauh mana air itu mengandung zat-zat yang dapat merusak beton
atau baja tulangan, dengan biaya ditanggung oleh Pemborong.

7
c. Apabila pemeriksaan air seperti tersebut pada alinea “b” ayat ini tidak dapat dilakukan,
maka dalam hal ini adanya keragu-raguan, air harus diadakan percobaan perbandingan
antara kekuatan mortel semen tambah pasir dengan memakai air dan dengan
memakai air suling. Air tersebut dianggap dapat dipakai apabila kekuatan tekanan mortel
dengan memakai air itu pada umur 7 dan 28 hari paling sedikit adalah 90 % dari
kekuatan tekanan mortel dengan memakai air suling pada umur yang sama.

5. Baja Tulangan dan Pengikat.


a Baja Tulangan yang dipergunakan untuk bangunan ini adalah Baja Tulangan yang
bermutu seperti yang diisyaratkan adalah mutu U-24 dengan karakteristik 2.400/Kg/Cm².
b. Kawat pengikat harus terbuat dari baja lunak dengan diameter minimum 1 mm, yang telah
dipijarkan terlebih dahulu dan tidak bersepuh seng.
c. Baja Tulangan dan kawat pengikat harus bebas dari karat maupun organis lainnya
dianggap bisa mengurangi daya letaknya baja dengan beton.
6. Batu Bata Merah

Batu bata merah dari tanah liat melalui proses pembakaran dengan ukuran yang ada pada
daerah setempat lokasi pekerjaan tersebut diusahakan tidak menyimpang jauh. Batu bata
merah yang dipergunakan adalah kwalitas No. 1, berwarna merah tua yang merata tanpa cacat
atau mengandung kotoran dan mempunyai daya tekan ultimate 30 Kg/Cm 2.

7. K a y u.

a. Standard yang dipergunakan adalah harus memenuhi syarat seperti yang diuraikan /
ditetapkan pada :
- Peraturan Umum untuk bahan bangunan di Indonesia NI – 3
- Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia NI – 5
- Peraturan Bangunan Nasional dan Perlengkapannya.

b. Mutu Kayu adalah mutu No. 1 sesuai dengan PKKI, bebas dari getah, cacat-cacat, yang
harus mengalami proses pengeringan udara minimum 3 (tiga) bulan.

c. Kadar air dalam kayu harus lebih kecil atau sama dengan 15 %, sedangkan untuk
pekerjaan-pekerjaan kasar harus lebih kecil atau sama dengan 20 % dan harus dijaga
supaya kadar air tersebut konstan baik pada saat penyimpanan pekerjaan maupun pada
penyelesaian pekerjaan.

8. Bahan-bahan lain yang digunakan untuk bangunan ini tetapi belum diuraikan
mutu/kwalitasnya dalam spesifikasi ini harus mempunyai standard yang sesuai dengan SII
tentang bahan-bahan tersebut.

8
B A B – II

PENJELASAN-PENJELASAN TEKNIK PEKERJAAN

Pasal – 1
Lokasi Pekerjaan

1. Lingkup Pekerjaan : Rehab. Ruang Kelas, Rehab. Ruang Guru , Rehab. Ruang Laboratorium,
Rehab Toilet Siswa, Pembangunan Laboratorium dan Pembangunan Toilet Siswa.
2. Lokasi Pekerjaan : Tersebar di beberapa kecamatan di Kabupaten Langat

Pasal – 2
Lingkup Pekerjaan

Pekerjaan Bangunan ini meliputi hal-hal sebagai berikut :


1. Pekerjaan Persiapan / Pendahuluan
2. Pekerjaan Tanah
3. Pekerjaan Galian Tanah
4. Pekerjaan Pasir Pasang, Kerikil, dan Batu Kali
5. Pekerjaan Pondasi / Penulangan
6. Pekerjaan Batu Bata
7. Pekerjaan Adukan/Spesi
8. Pekerjaan Beton
9. Pekerjaan Kayu
10. Pekerjaan Batu dan Plesteran
11. Pekerjaan Kuda-Kuda
12. Pekerjaan Kosen, Daun Pintu dan Jendela
13. Pekerjaan Lantai
14. Pekerjaan Kaca
15. Pekerjaan Cat
16. Pekerjaan Penggantung dan Kunci
17. Pekerjaan Penutup Atap
18. Pekerjaan Langit-langit
19. Pekerjaan Instalasi Listrik.
20. Pekerjaan Sanitasi.
21. Pekerjaan Perabotan
22. Pekerjaan Papan Nama Kegiatan
23. Pekerjaan Lain-Lain

Pasal – 3
Pekerjaan Persiapan / Pendahuluan

Pekerjaan Persiapan/pendahuluan dengan persyaratan sebagai berikut :


Kontrator harus membuat gudang/barak untuk para tenaga kerja dan gudang penyimpanan bahan-
bahan bangunan yang dapat dikunci.

9
Pasal – 4
Pekerjaan tanah

- Galian Tanah
 Galian tanah dilaksanakan untuk semua pasangan pondasi dan semua pasangan
lainnya dibawah tanah seperti rollag atau sloof, pengalasan lantai, semua
saluran-saluran septictank dan pembebasan penanaman pohon dan lain-lainnya
yang nyata-nyata harus dilakukan sesuai rencana gambar.
 Galian tanah tidak boleh melebihi kedalaman yang ditentukan dan bila hal ini
terjadi, pengurugan kembali harus dilakukan dengan pasangan batu atau beton
tanpa ada baya tambahan dari pemberi tugas.
 Semua unsur-unsur pengganggu yang terdapat didalam atau didekat tanah galian
seperti akar-akar atau tunas pohon, sisa kayu-kayuan, bekas bongkaran, batu-
batuan dan sebagainya harus dikeluarkan dan disingkirkan.
 Pada bagian-bagian galian yang dianggap mudah longsor Kontrator harus
mengadakan tindakan pencegahan dengan memasang papan-papan penahan atau
cara lain. Kerusakan yang terjadi akibat gugurnya tanah dengan alasan apapun
tetap menjadi tanggungan Kontrator.

- Pengeringan Tempat Kerja.


Untuk pelaksanaan, tempat kerja terutama bagian pondasi halaman harus dalam
keadaan bebas air. Untuk itu Kontrator harus menyediakan alat pengering dalam
keadaan siap pakai dengan daya jumlah yang bisa menjamin kelancaran pekerjaan.

- Urugan Tanah
 Urugan kembali lubang pondasi hanya boleh dilaksanakan atas seijin Pengawas/
Pemimpin Kegiatan setelah dilakukan pemeriksaan pondasi.
 Disetiap tanah urugan harus dibersihkan dari tunas tumbuh-tumbuhan dan segala
macam sampah atau kotoran. Tanah urugan harus dari jenis tanah berbutir (tanah
ladang atau berpasir dan tidak terlalu basah).
 Urugan harus dipasang sepadat mungkin dengan mesin pemadat (compactor) dan
tidak dibenarkan hanya menggunakan timbris.
 Urugan tanah untuk meninggikan atau memperbaiki permukaan pada prinsipya
akan ditentukan dan dibawah pengawasan dari Pengawas/Pemimpin Kegiatan,
untuk ketinggian, lebar dan kedalaman yang diperlukan. Pelaksanaanya harus
dilakukan dengan mesin gilas lapis demi lapis. Setiap lapis tidak boleh lebih tebal
dari 20 cm.
 Kekurangan atau kelebihan tanah harus ditambah atau disingkirkan dari tempat-
tempat yang ditentukan oleh Pengawas/Pemimpin Kegiatan.

10
- Urugan Pasir
 Urugan pasir harus dilaksanakan dibawah semua ubin minimal setebal 10 cm dan
dibawah rabat minimal setebal 7 cm.
 Sebelum ubin dipasang, lapisan pasir harus dipadatkan dengan diairi dan
diratakan.
 Pasir urugan harus dibersihkan dari akar-akaran dan kotoran lainnya.

Pasal – 5
Pekerjaan Galian Tanah

1. Penggalian tanah diperlukan untuk menanam pondasi dan pipa-pipa, saluran air hujan dan
menanam pipa-pipa lainnya.
2. Semua galian untuk pondasi harus cukup lebar supaya pekerjaan dapat leluasa, juga
galian dinding-dinding tanah harus cukup miring dan kuat sehingga tanah tidak longsor.
3. Jika pada pekerjaan galian tanah ditemukan akar-akar kayu, bekas-bekas pondasi lama,
kotoran atau bagian-bagian tanah yang longsor dan tidak padat, bagian ini harus
dikeluarkan seperlunya, dan lubang bekas tersebut diisi dengan pasir, lapisan demi
lapisan disiram air beberapa kali serta dipadatkan dengan kepadatan 90 % dari tanah asal
sehingga mencapai permukaan yang ditentukan.
4. Tanah dari galian terkecuali lapisan humus, setelah dibersihkan dapat dipakai kembali untuk
pekerjaan urugan pondasi.
5. Tanah galian yang berlebih dapat dipakai untuk meratakan halaman jika tanah galian tidak
diperlukan lagi, sisanya harus diangkat keluar lokasi pekerjaan atas biaya pemborong.
6. Galian tanah yang telah selesai harus dilaporkan kepada Pengawas Lapangan dan harus
diperiksa kebenarannya atau disetujui sebelum dimulai.

Pasal – 6
Pekerjaan Pasir Pasang, Kerikil, dan Batu Kali

1. Pasir yang dipakai sebagai pasir pasang adalah :


a. Pasir yang bersih dari apung, lumpur dan sampah-sampah.
b. Pasir yang berbutir kasar yang berasal dari sungai yang bersifat kekal, tidak hancur oleh
pengaruh cuaca.
c. Pasir laut tidak diperkenankan dipakai, kecuali adanya petunjuk-petunjuk dari lembaga
Pemeriksaan bahan-bahan yang diakui.
2. Pasir timbun adalah pasir untuk menimbun/meninggikan lantai yang diameternya lebih halus
dan halus dan harus bebas dari kotoran-kotoran.
Penimbunannya dilakukan dengan cara lapis demi lapis setebal 10 cm setiap lapis sampai
mencapai ukuran yang diminta, setiap lapis diadakan penyiraman dengan air sampai tergenang
dan dipadatkan dengan memakai mesin pemadat/stamper.
3. Batu kerikil mangga yang digunakan bebas dari kotoran-kotoran seperti humus, batu apung
dan lain sebagainya, yang didalam pelaksanaannya harus terlebih dahulu disiram air agar
kotoran-kotoran yang melekat dalam batu. Jenis batu yang dipakai adalah batu yang cukup
tua, keras (tidak mudah pecah) dan sebelum dikerjakan harus mendapat persetujuan dari
Pengawas.

11
Pasal – 7
Pekerjaan Pondasi / Penulangan

1. Setelah galian pondasi diperiksa oleh Pengawas dan sesuai dengan ukuran di dalam gambar
rencana, maka dibuat lantai kerja pasir urug untuk tempat perletakan pondasi yang terdiri
dari pasangan batu kosong setebal 10 cm.
2. Pondasi kolom dari beton bertulang dengan mutu K 250 dengan campuran sesuai dengan
SKSNI 1991 adalah campuran 1 Pc : 2 Psr : 3 Krl.
3. Semua angker pondasi yang mengikat ke sloof dibuat dari besi bulat  10 mm, dok untuk
setiap kosen pintu/jendela, besi strip digunakan untuk sambungan kuda-kuda kayu dan
rangka plafond. Pada pembesian sloof, kolom induk, dipasang besi  12 dan beugel  6 mm
dengan jarak pemasangan beugel 15 cm, untuk kolom praktis , ring balok , balok latei, balok
pinggang dipasang besi  12 dan beugel  6 mm dengan jarak pemasangan beugel 15 cm.
4. Penyambungan besi beton dari pondasi ke kolom harus disediakan stik sepanjang 1.000
meter, atau minimal 50 kali diameter besi yang terbesar dari batas pengecoran terakhir
sampai ujung besi.
5. Ukuran besi dan ukuran pondasi disesuaikan dengan gambar dan peraturan yang berlaku.
6. Sebelum pelaksanaan pekerjaan pengecoran, pelaksanaan harus memberitahukan dahulu
kepada Pengawas, bahwa pekerjaan pengecoran akan dimulai.

Pasal – 8
Pekerjaan Batu - Bata

Batu bata dipakai untuk dinding tembok dan pelaksanaannya adalah sebagai berikut:
1. Dinding pasangan batu bata merah ½ batu dengan menggunakan spesi 1 Pc : 4 Ps, sedangkan
bagian untuk yang kedap air dipakai spesi 1 Pc : 2 Ps dipasang 30 cm di atas lantai.
Batu bata yang dipakai adalah mutu yang baik, keras dan masak sebelum dimulai pekerjaan
pasangan batu bata harus mendapat persetujuan dari Pengawas mengenai mutu.
2. Ukuran tebal dinding adalah pasangan ½ batu dengan tebal 15 cm (yang disesuaikan daerah
setempat).
3. Pasangan batu harus tegak lurus dan siku, bentuknya sesuai dengan gambar, sebelumnya
dipasang terlebih dahulu direndam dalam air dan pemasangannya tidak boleh lebih
1 (satu) meter tingginya.
4. Jika pada bagian pekerjaan harus dihentikan sementara waktu dan selanjutnya disambung lagi,
maka sambungan dibuat miring, bukannya tegak lurus.
5. Setelah selesai pemasangan batu bata, batu bata tersebut harus dibiarkan dahulu selama 24
jam, kemudian pasangan batu bata tersebut boleh disiram air selama 7 (tujuh) hari berturut-
turut, kemudian dapat dilanjutkan pada pekerjaan plesteran dinding batu bata.

12
Pasal - 9
Pekerjaan Adukan/Spesi

Adukan spesi menurut takaran volume sebagai berikut :


No. Spesi untuk pekerjaan PC Pasir Kerikil
1. Beton bertulang rapat 1 1,5 2,5
2. Beton bertulang 1 2 3
3. Beton tumbuk 1 3 6
4. Beton cor 1 3 5
5. Pasangan Batu Bata 1 4 -
6. Pasangan Batu Bata Trasraam 1 2 -
7. Plesteran Tembok 1 4 -
No. Spesi untuk pekerjaan PC Pasir Kerikil
8. Plesteran Trasraam 1 2 -
9. Plesteran sudut/pinggiran 1 4 -
10. Plesteran beton 1 3 -
11. Pasangan batu kali 1 4 -
12. Pasangan Keramik 1 3 -

Pasal – 10
Pekerjaan Beton

A. Bahan

1. Semen Portland

Semen portland harus yang dipakai harus dari jenis I menurut perlengkapan Semen
Portland Indonesia 1972 (Ni- 8) atau British Standard No. 12 – 1965. Semen harus
dampai ditempat kerja dalam kondisi baikserta dalam kantong - kantong semen asli dari
pabrik, yang hanya satu macam produk saja dan harus produk dalam negeri. Semen
harus disimpan dalam gudang yang kedap air berventilasi air dan cukup dan baik,
ditempat diatas lantai yang berada setinggi 10 cm dari permukaan tanah. Kantong-kantong
semen tidak boleh ditumpuk sebih dari 10 lapis. Penyimpanan selalu terpisah untuk setiap
pengiriman serta harus dipakai sesuai urutan pengiriman.

2. Agregat ( pasir, kerikil atau batu pecah)

Agregat halus dan kasar dapat dipakai, agregar alami atau batuan asal saja memenuhi
syarat menurut PBI 1972 ( NI-2) pasal 3.3, 3.4 dan 3.5. agregat tidak boleh mengandung
bahan yang dapat merusak beton dan ketahanan tulangan terhadap karatan. Untuk itu
13
Kontrator harus mengajukan contoh - contoh yang memenuhi syarat dari berbagai sumber
(tempat pengambilan). Agregat - agregat harus disimpan ditempat yang saling terpisah
dalam tumpukan tidak lebih dari 1,00 m dengan permukaan yang bersih, padat serta
kering, dan dicagah terhadap pengotoran.

3. Baja Tulangan

- Baja tulangan yang dipakai harus dari baja mutu U- 24 menurut PBI 1971 atau
Japanese Standard Class SR. 24 atau British No. 785. 1938. Bila kualitas baja
tulanangan meragukan menurut pengamatan Pengawas/Pemimpin Kegiatan,
maka terlebih dahuu harus diperiksakan ke lembaga Penelitian Bahan-bahan yang
sudah diakui, atas biaya Kontrator.

- Ukuran baja harus sesuai dengan ukuran dalam gambar.


Penggantian ukuran diameter dengan ukuran yang lain, dapat diperkenankan
atas persetujuan tertulis dari Pengawas/Pemimpin Kegiatan. Bila penggantian tersebut
disetujui, maka luas penampang yang diperlukan tidak boleh kurang dari yang
tersebut dalam gambar, adalah tanggungan Kontrator.

4. Bahan Campuran Tambahan (Additives)


- Pemakaian bahan tambahan kimiawi (concrete admixture) kecuali yang disebut tegas
dalam gambar atau persyaratan harus seijin dari Pengawas/Pemimpin Kegiatan, untuk
mana Kontrator harus mengajukan permohonan tertulis tentang kimiawinya serta
bukti penggunaan selama 5 tahun di indonesia.
- Bahan tambahan yang mempercepat pengeras permulaan (initialset) tidak boleh
dipakai, sedangkan untuk beton kedap air dibawah tanah (hydrostatic pressure) tidak
boleh berupa water proofer yang mengandung stearate. Bahan campuran tambahan
beton harus sesuai dengan iklim tropis dan memenuhi persyaratan AS. 1478 dan
ASTMC 494 Type D sekaligus sebagai pengurang air adukan dan penunda
pengerasan awal.
- Penggunaan harus sesuai dengan petunjuk tehnis dari pabrik dan dimasukkan kedalam
kedalam mesin pengaduk barsamaan dengan air adukan yang terahir. Dituangkan
kedalam mesin pengaduk. Pemakaian bahan tambahan tidak mengakibatkan
pengurangan volume semen dalam adukan.
-

5. Lapisan Pelindung Beton


Untuk lapisan pelindung plat lantai beton harus mendapat persetujuan terlebuh dahulu dari
Pengawas/Pemimpin Kegiatan.

6. Acuan / Bekisting
- Bahan acuan dapat dibuat dari bahan kayu kelas II yang cukup kering dengan tebal
minimum 3 cm atau panil-panil plywood baru, barukuran 1,20 x 2,40 cm dengan tebal
minimum 12 mm

14
- Pemasangan bekisting harus rapi dan kaku sehingga setelah dibongkar memberikan
bidang yang rata, dan hanya memerlukan sedikit penghalusan. Celah-celah antara
papan harus cukup sehingga waktu pengecoran tidak ada adukan air yang keluar.
- Sebelum pengecoran, sisi dalam dari bekisting harus disiram air dam bebas dari
kotoran - kotoran atau benda benda lain yang tidak diperlukan.
- Tiang-tiang penyangga harus dibuat dari kayu, tidak boleh dari bambu. Konstruksi
acuan harus dibuar sukup kuat sehingga tidak sehinga tidak berubah bentuknya pada
waktu pengecoran beton.

B. Macam Pekerjaan
1. Campuran beton dibuat dengan perbandingan volume, dengan macam campuran seperti
tersebut dibawah ini. :

Macam Perbandingan Pengguanan


Untuk pekerjaan beton tidak bertulang, rabat,
C1 1 PC : 3 Pcr : 5 krl neut, pembungkus angker, lantai saluran dan lain
– lain
Untuk pekerjaan beton tumbuk, lantai ruangan,
C2 1 PC : 3 Pcr : 6 krl
selasar dan lain – lain
Untuk semua pekerjaan betonbertulang, sloof,
C3 1 PC : 2 Pcr : 3 krl
plat lantai, olom, struktur / praktis & ringbalk.
Untuk semua pekerjaan beton bertulang kedap air
C4 1 PC : 1,5 Pcr : 5 krl
dan pondasi setempat.

2. Untuk beton macam C 1 harus memenuhi syarat mutu beton B 0 menurut PBI 1971,
sedang untuk beton macam C 3 dan c 4, harus memenuhi syarat mutu beton K – 175
menurut PBI – 1971, disertai sertifikat hasil pengujian beton diaksanakan 4 x tahapan.

C. Syarat - syarat Pelaksanaan


1. Pelaksanaan penakaran semen dan agregat harus dengan kotak-kotak takaranyang sama
volumenya.
2. Banyaknya air untuk campuran beton harus ditentukan sedemikian rupa sehingga tercapai
sifat mudah dikerjakan sesuai dengan penggunaanya. Dalam hal ini perlu diadakan
pengujian slump sesuai dengan ketentuan didalam PBI – 1971 pasal 4.4.
3. Secara periodik harus dilaksanakan pengujian kekuatan tekan kubus beton sesuai dengan
ketentuan dalam PBI – 1971 pasal. 4.7 dan pasal 4.9 (3 periode). Biaya pengujian tersebut
ditanggung oleh Kontrator.
4. Pengadukan, pengangkutan, pengecoran, pemadatan dan perawatan beton harus
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dalam PBI – 1971 sampai dengan pasal 6.6
terutama harus diperhatikan :
- pengadaan semua beton harus dilaksanakan dengan mesin pengaduk beton (beton
mollan).
- Pemadatan beton untuk konstruksi beton bertulang harus dengan mesin pengantar
(vibrator).

15
- Pemasangan bekisting harus rapi, tegak dan kaku sehingga setelah dibongkar
memberikan bidang yang rata dan hanya memerlukan sedikit penghalusan.
- Celah – celah antara papan harus cukup tapat sehingga pada waktu pengecoran tidak
ada air adukan yang keluar.
- Sebelum pengecoran, sisi dalam bekisting harus disiram air dan bebas dari kotoran-
kotoran ataupun benda-benda lain yang tidak diperlukan.
- Tiang-tiang penyangga harus dibuat dari kayu, tidak boleh dari bambu. Konstruksi
acuan harus dibuat cukup kuat sehingga tidak berubah bentuknya pada waktu
pengecoran.

5. Pembongkaran acuan harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan PBI 1971 pasal 5.8

Pasal – 11
Pekerjaan Kayu

A. Bahan
1. Kayu yang dipakai, harus menggunakan kayu klas II sesuai dengan PKKI 1961 -
(NI –5), lampiran 1, kayu bermutu baik, cukup tua kering dan tidak bercacat
pecah-pecah dan tidak terdapat kayu muda (spint) sesuai dangan pasal III PPKI 1961
mutu A.
2. Kelembapan kayu yang dipakai untuk pekerjaan kayu yang didalam dan pekerjaan kayu
halus harus kurang dari 15 % dan untuk kayu kasar harus kurang dari 20 %. Kelembapan
tersebut ditentukan untuk kayu yang dikirimkan ketempat pekerjaan dan harus konstant
sampai bangunan yang dilaksanakan selesai.
3. Selama pelaksanaan, mutu dan kekeringan kayu harus dijaga dengan menyimpannya di
tempat yang kering dan terlindung dari hujan dan panas terutama kosen-kosen dan rangka
daun pintu yang telah distel.
4. Harferin sebagai bahan perekat digunakan untuk menempel lambaran teakwood atau
tripleks.

B. Macam Pekerjaan.

1. Konstruksi dan macam-macam pekerjaan lainnya menggunakan jenis seperti diuraikan


dibawah ini :
- Kayu Meranti .atau Setaranya
 Semua kosen pintu dan jendela.
 Semua listplank sesuai gambar.
 Semua kisi-kisi dan jalusi kayu
 Daun Pintu dan daun jendela .

C. Cara Melaksanakan
1. Semua pekerjaan kayu yang tampak, harus diserut rata, khususnya kayu untuk kosen,
rangka pintu/jendela dam bidang-bidang tampak kayu yang akan dipinotex harus benar-
benar rata, licin dan disesuaikan dengan memuaskan.

16
2. Semua kosen dan rangka harus dikerjakan dengan penuh keahlian, rapat dan rapih.
3. Semua sambungan kayu yang memanjang, lubang dan pen harus dilengkapi
dimeni. Semua sambungan kayu memanjang (nok, gording, jurai harus diberi baut
minimal 2 (dua) buah.
4. Semua pekerjaan kayu yang akan dipolitur / dicat lebih dahulu diketam rata dan licin dan
tidak berlubang dan tidak terdapat mata kayu.
5. Lembaran taekwood atau triplex harus direkat dengan herferin / yang sejenisnya. Pada
rangkanya dipaku dengan memakai paku kecil yang dipipihkan kepalanya sehingga tidak
nampak pada permukaan kayu.

Pasal – 12
Pekerjaan Batu dan Plesteran

A. Bahan

1. Semen portland / PC

Semen yang dipakai untuk pekerjaan batu dan plesteran sama dengan yang digunakan
untuk pekerjaan beton (lihat pasal 35)

2. Pasir
Pasir yang digunakan harus pasir yang berbutir tajam /keras. Kadar lumpur yang
terkandung dalam pasir tidak boleh lebihdari 5% Pasir harus memenuhi persyaratan
PUBB 1970 atau NI – 3.

3. Air
Air yang digunakan untuk adukan dan plesteran sama dengan pekerjaan beton (lihat pasal
35).
4. Batu Bata / Batu Merah
Batu bata harus mempunyai rusuk-rusuk yang tajam dan siku, bidang-bidang
sisinya harus datar, tidak menunjukkan retak-retak pembakarannya harus merata dan
cukup matang. Batu bata yang dipakai harus memenuhi persyaratan NI -10 dan PUPB –
1970 (NI – 3)

B. Macam Pekerjaan
1. Adukan untuk pasangan dan plesteran dibuat dengan macam-macap perbandingan
campuran seperti tersebut dibawah ini :
Macam Perbandingan Penggunaan
M1 1 PC : 2 Ps 1. Untuk pasangan batu bata kedap air
2. Plesteran batu bata dan beton kedap air
M2 1 PC : 3 Ps - Untuk rollag pasangan batu bata, keramik dinding,
lantai keramik dan plesteran beton.
M3 1 PC : 4 Ps 1. Untuk pondasi batu padas / batu gunung / batu kali.
2. Untuk plesteran lingir (sponning).
3. Untuk pasangan batu bata yang tidak kedap air.
17
4. Semua plesteran dinding batu bata yang tidak
kedap air di bagian luar / dalam.
2. Pasangan batu kosong (aanstamping) dengan bahan batu padas dipasang dibawah pondasi
setebal 10 cm dan diisi dengan pasir.
a. Semua tembok kamar mandi, WC, urinoir dan tepat cuci setinggi 1,5 m diatas lantai
dipakai adukan macam M1.
b. Pasangan tembok setinggi 30 cm diatas lantai dengan adukan trasram macam M1.
c. Pasangan tembok setinggi 20 cm diatas lantai dan 20 cm dibawah lantai dengan adukan
trasram macam M1, kecuali bila dibawah lantai ada balok sloof beton bertulang cukup
dipasang 20 cm diatas lantai.

C. Syarat-syarat Pelaksanaan
1. Pasangan batu kosong untuk aanstamping harus diatur diatas dengan sisi panjang tegak,
teratur dan bersilang kemudian diatas diberi yang merata dan disiram dengan air hingga
pasir mengisi lobang-lobang yang terdapat disela-sela batu kemudian ditimbris.
2. Pasangan batu bata.
Batu bata yang akan dipasang harus direndam dalam air hingga jenuh dan sebelum
dipasang harus bebas dari segala jenis kotoran. Cara pemasangannya harus lurus dan
batu bata yang pecah tidak boleh melebihi 1 meter tingginya. Untuk pemasangan setengah
batu yang luarnya melebihi 12 m2 harus diberi kerangka penguat dari beton bertulang
macam C3 dengan pembesihan 4 Ø 12 mm dan beugel Ø 6 mm – 20 cm dengan jarak 20
cm. Pasangan tidak boleh keropos oleh bekisting atau perancah. Dalam proses
pengeringannya harus selalu dibasahi dengan air, dibasahi dengan air minimal selama 7
(tujuh) hari. Semua campuran adukan harus dicampur dengan mesin pengaduk (Molen),
pengadukan dengan tangan hanya boleh dilaksanakan atas persetujuan
Pengawas/Pemimpin Kegiatan. Tempat pengadukan tidak boleh langsung diatas tanah,
tetapi harus pakai alas (kayu dan lain-lain). Lobang tembok diatas kosen yang
bentangnya lebih dari 1 m, harus dipasang balok latei beton bertulang dengan macam M3.

3. Plesteran dinding dan Sponning


Semua dinding yang di plester harus besih dari kotoran dan disiram dengan air.
Sebelumnya dibuat kepala plesteran (klabangan) dengan ketebalan yang sama
dengan ketebalan plesteran yang direncanakan. Tebal plesteranpaling sedikit 1.5 cm,
paling tebal 2 cm. Plesteran yang baru saja selasai tidak boleh langsung difinish/
diselesaikan. Penyelesaian plesteran harus mengunakan pasta semen yang sejenis. Selama
proses pengeringan plesteran harus disiram denga air agar tidak terjadi retak-retak rambut
akibat proses pengeringan yang terlalu cepat. Penyempurnaan adukan hanya boleh
menggunakan mesin pengaduk dan campurang dengan tangan hanya boleh dilaksanakan
dengan ijin Pengawas/Pemimpin Kegiatan. Pengadukan dengan tangan harus diatas lantai
papan dan/sejenisnya. Plesteran untuk dinding yang akan di cat penyelesaian terakhirnya
harus digosok dengan amplas bekas pakai atau kertas zak semen. Semua permukaan
betonan yang akan diplester harus dibuat kasar dahulu agar plesteran merekat. Untuk
semua sponning/sudut harus digunakan campuran 1 : 3, rata, siku dan tajam sikunya.

18
Pasal – 13
Pekerjaan Kuda-Kuda

A. Bahan Rangka Baja Ringan


1. Bahan Logam untuk Pekerjaan Struktur
- Semua bahan bagian baja yang digunakan harus baru dari jenis yang sama
kualitasnya, dalam hal ini baja jenis Zinc Alumi 550 Mpa
-
Batang profil harus bebas dari karat, lubang-lubang, bengkokan, puntiran dan cacat
perubahan bentuk lainnya. Batang profil tekan tidak diijinkan bengkok lebih dari
1/400 kali panjang batang
- Batang baja harus disediakan sesuai penampang, bentuk, tebal ukuran, berat dan
detail-detail lainnya sesuai dengan gambar.
- Semua baut dan mur yang digunakan harus baut hitam dengan tegangan baut dan
tegangan las minimum 1400 kg/cm atau minimal sama dengan mutu baja yang
digunakan. Ukuran-ukuran baut yang dipalai harus seperti yang tercantum didalam
gambar.

B. Bahan Kayu
- Semua kayu untuk kuda-kuda dan gording diawetkan dengan residu. Pengecatan
dengan residu harus dilakukan 2 lapis sehingga menghasilkan warna yang merata
pada seluruh permukaan kayu.
- Konstruksi harus dibuat sesuai gambar detail, untuk ukuran kayu maupun cara
penyambungannya.
- Sambungan kayu harus dibuat dengan rapi dan penuh keahlian dengan
memperhatikan peraturan yang disyaratkan dalam SK-SNI-5-10-1990-F
- Konstruksi sambungan kuda-kuda harus dilengkapi dengan baut dan besi strip/plat 4 x
0,4 cm
- Rangka Atap berupa gording, kaso dan reng, dipasang dengan ukuran yang ditetapkan
dalam gambar. Hasil akhir pasangan harus rata dan tidak bergelombang.

Pasal – 15
Pekerjaan Kozen, Daun Pintu dan Jendela.

1. Semua kozen pintu dan jendela dipakai Kayu Klas ll setara Meranti yang cukup kering dan
baik.
2. Ukuran Kayu Kozen disesuaikan dengan gambar rencana dan merupakan ukuran yang sudah
diserut/jadi.
3. Semua Kozen yang akan dicat dengan cat minyak terlebih dahulu dicat dasar/dempul dan
disetujui oleh Pengawas.
4. Bidang-bidang kozen yang menyentuh adukan plesteran harus dipulas dengan can manie
sebanyak dua kali cat.
19
5. Lubang-lubang bekas paku atau lubang-lubang yang terdapat dipermukaan kayu, harus
terlebih dahulu didempul sebelum dicat.
6. Pintu dibuat dari kayu meranti, cara pembuatannya adalah sebagai berikut :
a. Untuk menempel papan panel kayu kerangka pintu dipakai bahan perekat AIBON,
dikerjakan secara baik dan rapi.
b. Pemasangan atau penyetelan semua daun pintu dalam kozen baik celah-celah seponing
sama ratanya 2 mm dan tidak melengkung.
c. Tebal daun pintu rangka kayu dan lapisan papan panel kayu 4,20 cm bersih sudah diserut.
d. Tebal papan panel 12 mm bersih merupakan ukuran yang sudah diserut atau jadi.
e. Untuk daun pintu kamar mandi / WC bahannya terbuat dari bahan Alumunium.

7. Papan untuk daun pintu dan jendela jendela dan daun jalusi dibuat dari kayu meranti yang
cukup baik dan diserut di keempat sisinya mempunyai ketebalan 1,5 cm.

Pasal – 16
Pekerjaan Lantai Keramik

1. Bahan
1. Semua bahan keramik untuk bangunan ini memakai merk Ikad atau Roman atau setaranya
dengan KW 1.
2. Keramik ukuran 40 x 40 cm dipakai untuk seluruh lantai ruangan dalam dan Keramik
ukuran 40 x 40 Cm Anti Slip untuk di Teras dengan campuran 1 : 3.
3. Keramik yang digunakan harus berkualitas baik produksi dalam negeri dan mempunyai
Standard Industri Indonesia (SII). Warna permukaan keramik akan ditentukan kemudian
oleh Pengawas/Pemimpin Kegiatan, dipilih dari warna-warna yang ada tersedia di
pasaran. Pilihan keramik yang berkualitas baik mutu KW 1.
4. Plesteran dinding harus mempunyai bahan dasar 1 Pc : 2 Psr.
5. Sebelum bahan-bahan didatangkan ke lokasi, Kontrator wajib menunjukkan contoh
secukupnya dan mendapat persetujuan dari Pengawas/Pemimpin Kegiatan.
6. Keramik ukuran 20 x 20 cm dipasang untuk lantai KM/WC sedangkan untuk dinding nya
dipasang keramik ukuran 20 x 25 cm atau 20 x 40 cm . buatan dalam negeri dari kualitas
terbaik, Warna akan ditentukan oleh Pengawas / Pimpinan Kegiatan dengan Kualitas KW
1. Keramik lantai KM / WC harus seragam dalam ukuran, warna, permukaannya harus
rata dan sudut-sudutnya harus benar-benar siku, Keramik yang dipakai disetujui Pengawas
/ Pemimpin Kegiatan.
7. Keramik Dinding ukuran 20 x 40 cm dipasang untuk Dinding Teras setinggi kosen dari
lantai buatan dalam negeri dari kualitas terbaik,
8. Plesteran dinding harus mempunyai bahan dasar 1 Pc : 2 Psr.
9. Sebelum bahan-bahan didatangkan kelokasi, Kontrator wajib menunjukkan contoh
secukupnya dan mendapat persetujuan dari Pengawas / Pemimpin Kegiatan.

2. Macam Pekerjaan
1. Pekerjaan lantai meliputi pemasangan keramik dan lain-lain pekerjaan yang berhubungan
dengan pekerjaan ini.
2. Pekerjaan memasang dinding keramik dilaksanakan pada KM / WC dan Dinding Teras .
20
3. Pekerjaan pelapisan dinding meliputi pekerjaan pemasangan keramik dinding yang
disebut dalam pasal ini, serta memenuhi persyaratan dan spesifikasi khusus sesuai dengan
gambar dan petunjuk serta persetujuan Pengawas / Pimpinan Kegiatan.

3. Cara Melaksanakan
1. Untuk lantai keramik yang dipasang diatas Lantai kerja Cor Tumbuk tebal 5 cm, maka
sebelum keramik dipasang lapisan spesi tersebut harus merata. Keramik dengan adukan 1
PC : 3 Psr. Celah antara keramik lebarnya lebih kurang 2 mm dan setelah pasangan cukup
kering, disiram dengan pasta semen putih (sesuai dengan warna keramik) kemudian
dibersihkan.

2. Keramik yang cacat tidak boleh dipasang. Adukan untuk menempel keramik dinding
adalah 1 PC : 3 Psr. Untuk mengisi celah-celah keramik digunakan pasta semen putih.
Permukaan dinding keramik harus rata, rapi dan bersih.

3. Pemotongan keramik
pada prinsipnya pemotongan keramik harus dilakukan dengan mesin pemotong keramik,
pemotongan dilaksanakan dengan hati – hati untuk memperoleh hasil yang baik/rapi

Pasal 17
Pekerjaan Kaca

A. Bahan
1. Kaca yang digunakan untuk pekerjaan ini terdiri dari kaca polos dengan tebal 3-5 mm.
Dengan ketentuan dapat menahan beban angin sebesar 122 kg/cm 2
2. Semua jenis kaca yang digunakan harus produksi pabrik yang disetujui
Pengawas/Pemimpin Kegiatan.
3. Tebal kaca yang digunakan adalah sesuai dengan gambar yaitu 5 mm untuk kaca mati dan
5 mm untuk daun jendela, untuk kaca naco dan pasangan di atas 1 m 2 yaitu tebal 5 mm
serta kaca pakai tulangan.
4. Dempul yang digunakan untuk memasang kaca pada kosen, daun jendela dan pintu agar
tidak menimbulkan suara pada waktu menerima getaran, kaca harus bermutu baik,
produksi dari pabrik yang disetujui oleh Pengawas/Pemimpin Kegiatan.
5. Dempul untuk memasang kaca, pada waktu diterima dalam kaleng tidak boleh kering atau
sudah mengeras.
6. Bahan yang digunakan untuk pembersih kaca harus disetujui oleh Pengawas/Pemimpin
Kegiatan.

B. Macam Pekerjaan
1. Lingkup pekerjaan adalah mengadakan bahan, alat pemotong, pembersih, penggosok tepi
dan tenaga kerja untuk memasang kaca.
2. Pemasangan kaca dan pada daun pintu, jendela kaca, dan kaca mati sesuai dengan gambar
dan petunjuk Pengawas/Pemimpin Kegiatan .

21
C. Cara Pelaksanaan
1. Alur kaca harus dibersihkan, diplamur dan dicat dengan lapis cat minyak sebelum kaca
dipasang.
2. Kaca harus dipotong menurut ukuran kosen dengan kelonggaran yang cukup, sehingga
pada waktu kaca mengembang tidak akan pecah.
3. Kaca akan dipasang dan dikukuhkan dengan memakai dempul kaca dan lijst kaca dipaku
dengan memakai paku kuningan.
4. Kaca yang telah dipasang harus tertanam rapi dan kokoh pada rangka, terutama pada
sudut-sudutnya.
5. Kaca yang dipasang pada kosen dan kaca daun pintu, semua sudutnya harus ditempulkan
dan sisi tepinya digosok sampai tidak tajam.
6. Setelah selesai dipasang, kaca harus dibersihkan, dan yang pada sudutnya retak/pecah atau
tergores harus segera diganti.
7. Untuk bentang kaca dengan luas lebih dari 1 m2 harus menggunakan kaca tebal 5mm.

Pasal – 18
Pekerjaan Cat

A. Bahan
1. Pengertian cat disini adalah jenis-jenis cat meliputi : emulsion, enamel vernis, sealer
semen-emulsion dan pelapis-pelapis lain yang dipakai sebagai cat dasar, cat perantara dan
cat akhir.
2. Cat pigmen harus dimasukkan dalam kaleng, untuk cat tembok 15 kg, untuk cat
kayu 10 kg, dan untuk cat besi 12 kg dan diterakan nama-nama perusahaan pembuat,
petunjuk pemakaian, formula, warna, nomor seri dan tanggal pembuatannya.
3. Semua cat yang akan dipakai harus mendapat persetujuan dari Pengawas/Pemimpin
Kegiatan. Untuk cat tembok, cat kayu dan besi dipilih dari produksi ICI paint untuk
sejenis, khusus untuk dinding luar (yang langsung kena air hujan) dan bagian-bagian lain
yang sejenis menggunakan cat ICI weather shield.
4. Untuk cat minyak atau cat kilat yang akan digunakan harus disetujui oleh
Pengawas/Pemimpin Kegiatan.
5. Seluruh warna yang akan dipakai untuk gedung akan dijelaskan kemudian oleh
Pengawas/Pemimpin Kegiatan.

B. Macam Pekerjaan
1. Mengecat dengan cat emulsion samua bidang dinding exterior dan interior seperti yang
dinyatakan pada gambar.
2. Mengecat dengan cat kayu untuk semua bidang permukaan kayu yang nyata harus dicat
seperti dinyatakan dalam gambar.
3. Mengecat dengan cat minyak, mengkilat semua daun pintu, daun jendela,list plank dan
jalusi atap.
4. Mempolitur atau menteak oil bidang permukaan kayu seperti rangka kanoppy seperti
tertera dalam gambar.
5. Memeni dengan meni kayu semua bidang sambungan dan potongan kayu dan
dengan meni besi untuk semua bidang yang akan dicat dengan cat besi termasuk beugel,
angker, baut – baut dan sebagainya. Memeni semua semua permukaan bidang kayu
atau besi yang ditanam dalam tembok.

22
6. Mengecat semua bidang langit – langit dari bahan gipsum dengan tebal 9’ termasuk profil
sudut, dengan warna yang akan ditentukan kamudian oleh Pengawas/Pemimpin Kegiatan.
7. Membuat huruf atau nomor pengenal untuk :
- Semua pintu pada sisi luar/dalam, yang dilekatkan di atas plat kunci.
- Label kunci untuk semua pintu.
- Semua fungsi ruang pada sisi luar pintu.
8. Warna dan semua jenis cat, bahan atau huruf atau nomor pengenal akan ditentukan
kemudian oleh Pengawas/Pemimpin Kegiatan.

C. Cara Pelaksanaan
1. Cat Tembok
Bidang yang akan dicat sebelumnya harus dibersihkan dengan cara menggosok dengan
kain yang dibasahi air, setelah kering didempul pada tempat yang berlubang sehingga
permukaannya rata/licin dan kemudian dicat paling sedikit dua kali dengan roller 20 cm
sampai baik atau dengan cara yang telah ditentukan oleh pabrik.

2. Cat Kayu
Menggunakan cara seperti petunjuk dari pabriknya atau sebelum pekerjaan mengecat
dimulai, kayu harus kering dan digosok dengan kertas amplas sampai halus dan didempul
pada bagian yang berlubang, selanjutnya diplamur sehingga permukaannya menjadi rata
dan licin, baru kemudian dicat minimum dua kali. Pengecatan dilakukan di tempat yang
bebas dari panas terik matahari langsung.
3. Cat Minyak
Semua pekerjaan yang telah dicat minyak, baru boleh dicat dengan cat minyak setelah
terlebih dahulu dibersihkan kotoran – kotoran yang menempel. Pengecatan minimum tiga
kali. Pengecatan dilakukan diluar ketika keadaan mendung atau hujan tidak
diperkenankan..

5. Politur, Teak Oil dan Vernis


Semua bidang yang akan dipolitur, teak oil dan vernis harus digosok sampai halus dengan
batu apung. Untuk pekerjaan politur harus dilakukan berkali-kali sehingga memperoleh
hasil yang baik dan memuaskan.

7. Semua huruf dan nomor pengenal dibuat dari plastik, ukuran dan banyaknya akan
ditentukan kemudian.

8. Pelaksanaan pekerjaan cat harus sesuai dengan persyaratan yang tercantum dalam PTI
1961.

9. Rencana Pengecatan.

No. Pengecatan Interior Exterior


Cat dasar alkali + Cat dasar alkali +
1 Plesteran
3 x cat emulsion 3 x cat emulsion

23
3 x cat emulsi 3 x cat emulsi
2 Langit-langit
Cat dasar pigmen + Cat dasar pigmen +
3 Jalusi Atap
3 x cat enamel 3 x cat enamel
Cat dasar pigmen + Cat dasar pigmen +
4 Daun Jendela Kayu 3 x cat minyak 3 x cat minyak
Cat dasar pigmen + Cat dasar pigmen +
5 Pintu-Pintu Panil 3 x cat enamel 3 x cat enamel

6 Cat dasar kayu + Cat dasar pigmen +


Listplank
3 x cat minyak 3 x cat minyak

Pasal – 19
Pekerjaan Penggantung dan Kunci

A. Bahan
1. Kunci merk UNION type Raven CA – 643 – 88 – 68 AS atau Yale type 520.40 BR
dipasang pada semua pintu, dengan sistim penguncian 2 slaag, lengkung dengan gagang
tariknya (asli).
2. Kunci merk 808 atau 303 dipakai untuk lemari – lemari tanam (built in).
3. Grendel tanam menggunakan merk Yale, Union atau Royal ukuran panjang ± 40 cm.
4. Besi neut dan besi angker dari besi beton Ø 3/8’’.
9. Untuk alat-alat penggantung dan kunci khusus, Kontrator diwajibkan menunjukkan
contoh-contoh terlebih dahulu untuk mendapat persetujuan dari Pengawas/Pemimpin
Kegiatan.

B. Macam Pekerjaan
1. Mengadakan dan memasang kunci tanam pada semua pintu sesuai dengan gambar
rencana.
2. Memasang 3 (tiga) buah engsel pada setiap daun pintu dan 2 (dua) buah engsel pada
setiap daun jendela.
3. Memasang grendel tanam pada daun pintu dan jendela ganda.
4. Memasang espagnyolet tanam daun pintu dan jendela ganda.
5. Memasang knip pada daun jendela penerangan atas.

C. Cara Pelaksanaan
1. Semua pemasangan harus rapi, sehingga pintu-pintu dan jendela dapat ditutup dan dibuka
dengan mudah, lancar dan ringan.
2. Sebelum penyerahan pekerjaan semua kunci-kunci dimiliki, sehingga dapat bekerja
dengan baik.

24
Pasal – 20
Bahan Penutup Atap

A. Bahan
1. Atap Metal Berwarna
Bahan penutup untuk atap dan rabung yang digunakan adalah atap metal berwarna,
dengan ketentuan sebagai berikut :
- Atap metal berwarna yang dipakai harus memiliki ketebalan 0,3 mm.
- Jumlah gelombang atap metal berwarna sesuai dengan brosur.
- Atap metal berwarna dan warnanya akan ditentukan kemudian oleh Pengawas/
Pemimpin Kegiatan.
Bahan-bahan tersebut harus diangkut dan digudangkan dilokasi pekerjaan sesuai
dengan petunjuk pabrik.

B. Macam Pekerjaan
Meliputi penyediaan bahan, tenaga kerja serta alat-alat yang berhubungan dengan pekerjaan
atap.

C. Cara Pelaksanaan.
Atap Metal Berwarna.
Pemasangan penutup atap dan rabung dari bahan metal Berwarna, harus lurus dan rapi tanpa
cacat sehingga hasilnya baik. Pola pemasangan seperti pada gambar detail. Persyaratan
pemasangan harus sesuai dengan ketentuan/petunjuk dari pabrik pembuatnya.

Pasal – 21
Pekerjaan Langit-langit

A. Bahan
Langit-langit dari bahan antara lain :
- Bila menggunakan Bahan GRC, maka tebal min. 4 mm, produksi dalam negeri,
berkualitas baik dan memenuhi SII. Ukuran yang direncanakan adalah 120 cm x 240 cm
atau sesuai arahan pengawas lapangan , dengan sisi yang lurus dan siku-siku, mempunyai
satu bidang yang datar dan halus, seragam dimensinya, sisi tepinya harus lurus dan tidak
cacat, tidak melengkung.
Rangka untu bahan GRC memakai kayu. (kayu lama yang masih bagus dapat
dipergunakan kembali)
- Pada bagian sudut dipasang profil gypsum bentuk L yang tingginya kira-kira 15 – 20 cm.
- Bila menggunakan Bahan PVC, maka tebalnya min. 8 mm, produksi dalam negeri
berkualitas baik dan memenuhi SII rangka menggunakan besi alumunium (furing)

B. Macam Pekerjaan
1. Memasang langit-langit pada ruangan bagian dalam dan luar yang dinyatakan pada
gambar.
2. Memasang rangka langit-langit dengan dimensi dengan gambar dan bestek, sehingga
membentuk bidang rata.

25
C. Cara Pelaksanaannya.
1. Sebelum memasang lembaran-lembaran Kontrator wajib memeriksa apakah kerangka
kayu untuk bidang-bidang Plafon itu telah sesuai dengan gambar tentang letaknya pola
dan ukurannya.
2. Seluruh struktur kerangka harus kuat hubungannya ditahan dengan baik oleh struktur atap
(kuda-kuda) dan dinding sesuai ukuran dalam gambar rencana.
3. Kayu-kayu kerangka diserut rata pada sisi-sisinya yang akan ditempeli Plafon gypsum.
Kerangka kayu harus datar pada semua arah dan tidak melengkung.
4. Langit-langit gypsum dipasang pada kerangka tersebut sehingga menghasilkan bidang
permukaan yang rapi, datar dan celah antara lembaran-lembaran gypsum membentuk
garis/nat yang lurus.
5. Pada bagian sudut ruangan dipasang profil gypsum dengan motif L yang pasang dengan
rapi.

Pasal – 22
Pekerjaan Instalasi Listrik

A. Bahan
Kabel dengan merk : Kabel Metal, Supreme, Tranka dan Kabelindo.

B. Penggunaan.
1. Kabel NYY digunakan sebagai penghubung antara Main Panel ke Distribution panel
ditiap-tiap bangunan, apabila pemasangan melalui tanah di bawah lantai maupun
overhead tracking harus dilindungi dengan pipa PVC.
2. Kabel NYM dipergunakan sebagai kabel instalasi penerangan, pemasangan di dalam
dinding harus dilindungi dengan pipa Union.
3. Kabel NYA dipergunakan sebagai kabel Instalasi penerangan, pemasangan di atas
plafond harus dilindungi dengan pipa Union.

C. Pelaksanaan.
1. Pemilihan penampang kabel dihitung cukup aman bagi besarnya arus yang mengalir
secara kontinyu.
2. Sambungan kabel hanya boleh dilakukan pada terminal, dan kawat arde dilindungi
dengan pipa Galvanisir.
3. Untuk keseragaman warna isolasi kabel harus memenuhi standard :
- Fase R warna isolasi merah.
- Fese S warna isolasi kuning.
- Fase T warna isolasi hitam
- Netral warna isolasi biru
- Pentanahan warna isolasi kuning/ hijau.

D. Sekring Box.
1. Main Panel
Panel ini terdapat pada panel yang pertama menerima daya dari gardu induk PLN ataupun
Genset Emergency.
- Bahan : Rangka profil 70 mm.
- Cover : Besi Plat 2 MM

26
- Module : Minimum 60 x 60, tinggi maximum 175 cm
- Potongan : Puc standing buat tidak bergetar.
- Warna : Abu-abu.
- Pemutus Daya.
Sebelum masuk pada Main Panel, daya harus bisa dipisahkan dari instalasi dengan
pemutus daya kombinasi sekering yang bisa dibuka dalam keadaan terbeban, atau
sekeringnya yang dipasang pada salah satu phase putus pelayanan untuk pemutusan
ini bisa cara manual ataupun cara elektromagnetis.

3. Pentanahan
Ground Rod ditanam sedimikian rupa sehingga dicapai tahanan tanah 3 ohm. Kadang-
kadang harus dibuat perbaikan tekanan tanah dengan cara mengolah tanah untuk
grounding.

E. Pipa-Pipa
Pada pekerjaan instalasi listrik jenis dan ukuran pipa yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Pipa PVC
Diamater pipa yang digunakan minimum 3/8” tebal 3 mm dipergunakan untuk
melindungi kabel trunking melalui tranc pada lantai.
2. Pipa Union
Diameter yang digunakan 5/8” untuk instalasi listrik penerangan dalam tembok.

G. Pekerjaan Instalasi Listrik untuk Penerangan.


- Persyaratan Umum :
1. Pelaksanaan pekerjaan instalasi harus dilaksanakan oleh instalator yang terdaftar di
PLN setempat dan telah memiliki ijin keinstalatiran dari PLN yang masih berlaku.
2. Semua ketentuan mengenai pemasangan instalasi listrik bila tidak ditentukan lain
adalah tetap mengikat dan wajib mengikuti ketentuan didalam AVE, VDE, PIL dan
PLN setempat.
3. Instalatir wajib menyerahkan gambar instalasi listrik yang dipasangnya dengan
pengertian semua lampu, stop kontak proteksi dapat bekerja dengan baik.

- Persyaratan Teknis.
1. Kabel yang digunakan NYA, luas penampang minimum 2,5 mm 2. Instalasi diatas
plafond menggunakan rol isolator dan kabel terlihat cukup kuat pada rol isolator.
Sehingga mempunyai ketegangan mekanis yang cukup.
Kabel NYM dengan luas penampang minimum 2,5 mm 2 tiap-tiap intinya bila
dipakai diatas plafond cukup diberi kelm yang kuat dan dilindungi PVC bila
tertanam dalam dinding. Khusus untuk daerah basah mutlak dipakai pipa PVC.
2. Kabel yang melewati dinding khusus dilindungi dengan pipa union.
3. Penyambungan hanya dibenarkan pada terminal, atau kotak pencabangan atau
junction box.
4 Junction box kokoh sehingga ujung kabel tidak dapat bergerak lagi.
5. Semua saklar dan stop kontak untuk penerangan bila tidak ditentukan lain, memakai
konstruksi tanam dalam dinding.
6. Stop kontak yang ditentukan dipasang 30 cm diatas lantai harus dipilih dari jenis
yang pakai tutup.
7. Sekring/fuse pada fuse box dipakai yang otomatis dengan rating arus cukup dengan
beban.
27
8. Penempatan saklar dan stop kontak setinggi 155 cm atau 30 cm pakai tutup dan
pada daerah basah dipilih saklar dan stop kontak yang waterproof.
9. Pentanahan dilakukan sesuai dengan syarat-syarat yang berlaku. Arding pada setiap
panel dengan BC 50 mm2 dan pipa galvanisir dengan diameter 1,5’’ dengan tahanan
sistem pentanahan maksimum 5 Ohm.
10. Fixture penerangan
Tipe lampu SL 220 Volt 26 watt, menempel pada plafond atau ceilling. Dudukan
lampu harus kuat.

Pasal – 23
Pekerjaan Santasi dan lnstalasi

1. Pekerjaan Wastafel.
- Wastafel yang digunakan adalah wastafel elips/meja produk standar kualitas baik
termasuk accessoriesnya ( pipa pembuangan ) seperti tercantum dalam brosur. Tipe
yang dipakai adalah sesuai dengan yang diusulkan dalam proposal dan disepakati
dalam Pendampingarifikasi dan negosiasi. Warna akan ditentukan kemudian
berdasarkan kesepakatan di lapangan.
- Ketinggian dan konstruksi pemasangan harus disesuaikan dengan gambar serta
pentunjuk dan prosedur dalam brosur. Pemasangan harus baik, rapi tegak lurus dan
dibersihkan dari semua kotoran dan normal serta penyambungan instalasi
plumbingnya tidak boleh ada kebocoran .
2. Pekerjaan Urinal.
- Urinal di buat dengan menggunakan pasangan ¼ bata trasraam dan dilapis keramik
sesuai dengan yang ada didalam gambar rencana.
- Pekerjaan urinal diletakan dan dilaksanakan harus sesuai dengan gambar.
Instalasi saluran / perpipaan pembuanganya harus baik agar tidak terjadi
kebocoran.
3. Pekerjaan Closet Jongkok.
- Closet jongkok dan Closet duduk berikut kelengkapan yang digunakan adalah
produk standar kualitas baik. termasuk accessoriesnya seperti tercantum dalam
brosur. Tipe yang dipakai adalah sesuai dengan yang diusulkan dalam proposal dan
disepakati dalam klarifikasi dan negosiasi. Warna akan ditentukan kemudian
berdasarkan kesepakatan di lapangan.
- Closet harus terpasang dengan kokoh, letak dan ketinggian sesuai gambar, dan
jangan sampai terjadi bocor dari samping Closet apabila Closet disiram dengan air.
4. Perlengkapan Toilet/Sanitair.
- Pada toilet dimana ditunjukan dalam gambar, dipasang perlengkapan kran dinding
dengan kualitas baik.
- Semua kran yang dipakai, adalah produk standar berbahan dasar kuningan / besi
berkualitas baik. Ukuran disesuaikan dengan keperluan masing-masing. Kran-kran
yang dipasang dihalaman harus mempunyai ulir, sedang kran yang digunakan di
ruang laboratorium (pada zink) menggunakan kran leher angsa.
- Stop kran yang dapat digunakan adalah produk standar dengan kualitas baik, bahan
kuningan dengan putaran berwarna hijau, diameter dan penempatan sesuai gambar.
- Floor drain dan clean out yang digunakan adalah produk standar kualitas baik,
metal vercroom dengan siphon dan penutup berengsel untuk floor drain, dop
vercroom dengan draad untuk clean out.
28
Pasal – 24
Pekerjaan Perabot

1. Ukuran : Lihat Gambar


2. Konstruksi
Pengerjaan Perabot dengan Persyaratan sebagai berikut
- Pekerjaan struktur diketam halus, diamplas halus dan rapi
- Kerangka menggunakan sambungan pen dan lubang diperkuat dengan pasak,
lem kayu dan paku
- Konstruksi dibuat sekokoh mungkin
- Lebar laci dibuat cukup untuk menempatkan buku atau tas
- Sambungan sambungan didempul rapi.

3. Bahan
- Rangka / kaki-kaki, pijakan kaki dari kayu kelas II
- Penutup atas/lantai adalah Papan atau multiplek tebal 12 mm
- Dinding laci dari papan kelas II
- Bagian depan meja diberi penutup dari multiplek kualitas baik t = 12 mm
- Lantai laci meja dari multiplek kualitas baik, t=12 mm
- Semua permukaan meja diplitur/dicat dengan rapi, bersih dan tidak akan melekat
pada tubuh atau pakaian murid

Pasal – 25
Pekerjaan Papan Nama Kegiatan

Papan nama proyek dibuat dari Sablon dan dipasang di bidang triplex 4 mm, dengan rangka kayu
sembarang ukuran 2” x 3 “. Pada Tripleks ditulis dengan jelas jenis kegiatan, pelaksana, jumlah
dana, jangka waktu pelaksanaan.

Pasal – 26
Pekerjaan Penyelesaian, Pembersihan Halaman

A. Jalan Kompleks.
1. Macam Pekerjaan
a. Penumpukan
b. Pengangkutan
2. Cara Pelaksanaan
a. Sisa-sisa bahan bangunan ditumpuk pada suatu tempat sehingga tidak mengganggu
pekerjaan yang sudah selesai atau yang sedang berjalan yang akan ditentukan
kemudian oleh Pengawas/Pemimpin Kegiatan.
b. Pengangkutan dibedakan atas jenis bahan ketempat, yang akan ditentukan kemudian
oleh Pengawas/Pemimpin Kegiatan.

29
Pasal - 27
Pekerjaan Lain-lain

1. Perijinan / Peraturan-peraturan
Segala perizinan yang diperlukan dalam pekerjaan Sekolah ini menjadi tanggungjawab Pihak
Kontrator dan harus memenuhi ketentuan dan peraturan daerah setempat.
2. Segala sesuatu yang belum tercantum dalam Spesifikasi Teknis. namun pada saat pelaksanaan
ternyata diperlukan, akan dicantumkan dalam berita acara.
3. Hal-hal yang timbul dalam pelaksanaan dan diperlukan penyelesaian dilapangan, akan
dibicarakan dan diatur oleh Pengawas/Pemimpin Kegiatan bersama Kontrator bila diperlukan.

30

Anda mungkin juga menyukai