Anda di halaman 1dari 38

KEMENTRIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

BADAN RISET SUMBER DAYA MANUSIA KELAUTAN DAN PERIKANAN


SEKOLAH USAHA PERIKANAN MENENGAH NEGERI KOTA AGUNG
JALAN PANTAI HARAPAN WAY GELANG KOTA AGUNG TANGGAMUS LAMPUNG KODE POS 35348
TELEPON/FAXSIMILE (0722) 7016141 Email : supm_kotaagung@yahoo.co.id

RENCANA KERJA DAN SYARAT


( RKS )

Pekerjaan
Pemeliharaan Gedung Asrama

Lokasi
Kecamatan Kota Agung Barat – Kabupaten Tanggamus

2023
BAB 1
PERSYARATAN UMUM

PASAL 1
PENJELASAN PEKERJAAN

Data pekerjaan yang dilaksanakan adalah :


Pekerjaan : Pemeliharaan Gedung Asrama
Lokasi : Kecamatan Kota Agung Barat – Kabupaten Tanggamus
Tahun Anggaran : 2023
Waktu Pelaksanaan : 120 (Seratus Dua Puluh) Hari Kalender

A. Pemberi Tugas
Pemberi Tugas adalah Sekolah Usaha Perikanan Mengengah (SUPM) Negeri Kota Agung

B. Perencana
Konsultan Perencana adalah CV. PAKAM JAYA KONSULTAN

C. Penyedia Jasa Konstruksi


Penyedia Jasa Konstruksi adalah badan hukum atau perusahaan yang telah memenangkan pelelangan dan
penawarannya telah diterima oleh Pemberi Tugas, dan telah menandatangani Surat Perjanjian
Pelaksanaan Pekerjaan (Kontrak).
Pekerjaan ini harus dilaksanakan oleh Kontraktor meliputi bagian-bagian pekerjaan yang dinyatakan
dalam Gambar Kerja, Rencana Anggaran Biaya ( RAB ) serta Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis
ini.

Lingkup Pekerjaan meliputi :


a. Persiapan
b. Pekerjaan Struktur
c. Pekerjaan Arsitektur
d. Pekerjaan Mekanikal Elektrikal & Plumbing

PASAL 2
MEMULAI KERJA & PERSIAPAN PELAKSANAAN
Selambat-lambatnya 1 (satu) minggu setelah tanggal penunjukan dan Surat Perintah Mulai Kerja
(SPMK), Pihak Kontraktor harus sudah memulai melaksanakan pembangunan fisik secara nyata di
lapangan.
Dan apabila setelah 1 (satu) minggu Kontraktor yang ditetapkan belum melaksanakan pembangunan
fisik secara nyata di lapangan, maka akan diberlakukan ketentuan yang telah dibuat oleh Pemberi

Tugas.
Pada dasarnya untuk dapat memahami dan menghayati dengan sebaik-baiknya seluruh seluk beluk
pekerjaan ini, Kontraktor diwajibkan mempelajari secara seksama seluruh Gambar Kerja serta
Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis seperti yang akan diuraikan dalam Buku ini.
Di dalam hal terdapat ketidakjelasan, perbedaan-perbedaan dan atau kesimpangsiuran informasi di
dalam pelaksanaan, Kontraktor diwajibkan mengadakan pertemuan dengan Konsultan MK dan
Direksi Pelaksana untuk mendapat kejelasan pelaksanaan.
Pekerjaan Persiapan meliputi : pembuatan papan nama proyek, pekerjaan pembongkaran dan
pembersihan lapangan, dokumentasi, pelaporan serta pengadaan listrik dan air kerja.

PASAL 3
MOBILISASI
Mobilisasi yang dimaksud adalah mencakup hal-hal sebagai berikut :
3.1. Transportasi peralatan konstruksi yang berdasarkan daftar alat-alat konstruksi yang diajukan
bersama penawaran atau Peralatan konstruksi yang dibutuhkan lainya, dari tempat
penyimpanan/workshop ke lokasi dimana alat itu akan digunakan untuk pelaksanaan pekerjaan
ini.

3.2. Pembuatan kantor kontraktor, gudang material/logistik dan lain-lain di lokasi proyek untuk
keperluan pekerjaan.
3.3. Dengan selalu disertai izin direksi, kontraktor harus mengajukan metode kerja dan pengggunaan
terhadap alat-alat konstruksi dan instalasinya (Pengambilan Keputusan harus melalui koordinasi yang
mengikut sertakan tim teknis dan dinas terkait ).

PASAL 4
PEKERJAAN PERSIAPAN

1. Rencana Kerja
a. Pelaksana Pekerjaan Pelaksana harus membuat rencana pelaksanaan pekerjaan dengan
Network Planning / Barchat selambat-lambatnya 1 (satu) minggu setelah SPMK dan
diajukan kepada Direksi / Pengawas untuk mendapat persetujuan.
b. Pelaksana Pekerjaan Pelaksana berkewajiban melaksanakan pekerjaan menurut rencana
ini hanya dengan persetujuan Direksi / Pengawas dan tidak diperkenankan adanya
perubahan-perubahan.
c. Setelah mendapat persetujuan Direksi / Pengawas, rencana kerja tersebut dipasang
dikantor lapangan dan menjadi rencana kerja yang resmi dan mengikat, dan 2 (dua)
lembar rencana ini (foto copy) harus diserahkan kepada Direksi / Pengawas.
d. Rencana kerja ini akan dipakai oleh Direksi / Pengawas sebagai dasar untuk menentukan
segala sesuatu yang berhubungan dengan pretasi pekerjaan Pelaksana Pekerjaan
Pelaksana.
e. Pelaksana Pekerjaan Pelaksana harus membuat papan nama kegiatan yang bentuk
maupun ukurannya disesuaikan dengan kebutuhannya, agar dapat memberikan informasi
mengenai pekerjaan yang dilaksanakan.

2. Papan Nama Proyek


Pelaksana Pekerjaan diharuskan membuat papan nama proyek yang sudah diperhitungkan
didalam penawaran sesuai dengan petunjuk Direksi / Pengawas Lapangan.

PASAL 5
PENGATURAN HALAMAN TEMPAT PEKERJAAN

Sebelum Pelaksana Pekerjaan Pelaksana mulai melaksanakan pekerjaan, maka Pelaksana


Pekerjaan Pelaksana harus terlebih dahulu merundingkan dengan Direksi / Pengawas mengenai
pembagian halaman pekerjaan, tempat penimbunan bahan, tempat mendirikan direksi keet dan
barak kerja dan lain sebagainya agar pekerjaan dapat berjalan dengan lancar dan kemudian harus
dibongkar setelah pekerjaan selesai dengan perintah Direksi / Pengawas.

PASAL 6
PENANGGUNG JAWAB TEKNIS PELAKSANAAN PEKERJAAN

1. Penyedia wajib menetapkan dan menempatkan seorang kepala pelaksana, berpendidikan


STM Bangunan yang memiliki SKT, yang cakap untuk memimpin dan bertanggung jawab
penuh terhadap pelaksanaan pekerjaan, dan memiliki pengalaman sekurang-kurangnya 3
(tiga) tahun dalam pelaksanaan pekerjaan sejenis. Penetapan ini harus dikuatkan dengan surat
pengangkatan resmi dari Penyedia ditujukan kepada Direksi Teknis/Lapangan.
2. Selain Kepala Pelaksana Penyedia harus menempatkan tenaga pendukung yang diperlukan
sesuai dengan lingkup pekerjaan.
3. Tenaga pendukung dimaksud minimal sesuai yang tercanum dalam Kontrak.
4. Selain pelaksanaan, Penyedia diwajibkan pula memberitahu secara tertulis kepada Direksi
Teknis/Lapangan. Susunan Organisasi Lapangan lengkap dengan nama dan jabatannya
masing-masing
5. Bila dikemudian hari menurut team Direksi Teknis/Lapangan, Pelaksana kurang mampu
melaksanakan tugasnya, maka Penyediaakan diberitahu secara tertulis untuk mengganti
pelaksananya
6. Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah dikeluarkannya surat pemberitahuan,Penyedia sudah
harus menunjuk pelaksana baru sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan

PASAL 7
KESEHATANDAN KESELAMATAN KERJA (K3)
Penyedia wajib menyelenggarakan SMK3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum sebagaimana
diatur dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor :09/PER/M/2008 tentang Pedoman
Sistem manajemen keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang Pekerjaan
Umum

1. Penyedia wajib menyusun tingkat risiko kegiatan yang akan dilaksanakan untuk dibahas
dengan PPK sebagaimana yang disusun pada awal kegiatan.
2. Penyedia wajib membuat RK3K dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Dibuat pada awal kegiatan.
b. Harus mencantumkan kategori risiko pekerjaan yang telah ditentukan bersama
PPK.
c. Pada awal dimulainya kegiatan, Penyedia mempresentasikan RK3K kepada
Pejabat Pembuat Komitmen untuk mendapat persetujuan.
d. Tinjauan ulang terhadap RK3K (pada bagian yang memang perludilakukan kaji
ulang) dilakukan setiap bulan secara berkesinambungan selama pelaksanaan
pekerjaan konstruksi berlangsung
3. Penyedia menyediakan perlengkapan K3 sebagai antisipasi kecelakaan kerja.
PASAL 8
PENJAGAAN DAN PENERANGAN HALAMAN PEKERJAAN
1. Pelaksana Pekerjaan Pelaksana harus menyediakan lampu-lampu untuk penerangan pada
tempat-tempat tertentu atas persetujuan Direksi / Pengawas untuk keamanan ditempat kerja.

2. Barang yang hilang menjadi tanggung jawab Pelaksana Pekerjaan Pelaksana dan tidak
diperkenankan diperhitungkan dalam biaya serta harga borongan atau dalam kelancaran
pekerjaan.
3. Pelaksana Pekerjaan Pelaksana harus menyediakan alat pemadam kebakaran yang sesuai
dengan kebutuhan dan keadaan serta melakukan penjagaan ditempat pekerjaan baik selama
waktu bekerja maupun tidak dalam waktu bekerja.

4. Apabila dipandang perlu Pelaksana Pekerjaan Pelaksana dapat mempertanggung jawabkan


segala sesuatu kemungkinan resiko ini dalam asuransi.
PASAL 9
PEMERIKSAAN BAHAN BANGUNAN

1. Semua bahan bangunan yang akan dipergunakan harus memenuhi syarat yang ditetapkan.
2. Semua bahan bangunan sebelum dipergunakan harus mendapatkan persetujuan Direksi /
Pengawas Lapangan.
3. Bahan-bahan yang ditolak tersebut harus segera dikeluarkan dari lapangan pekerjaan paling
lambat 24 jam dari jam penolakan.
4. Bagian pekerjaan yang menggunakan bahan bangunan yang ditolak oleh Direksi / Pengawas
Lapangan harus segera dihentikan dan segera dibongkar serta digantikan dengan bahan yang
disetujui oleh Direksi / Pengawas Lapangan.
5. Apabila terjadi perbedaan pendapat mengenai kwalitas bahan maka Direksi / Pengawas
berhak mengirim bahan tersebut ke Balai Penyelidikan.Bahan-bahan bangunan tersebut akan
diteliti dan biaya ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Pelaksana Pekerjaan Pelaksana.
6. Air yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan tersebut harus mendapat persetujuan
Direksi / Pengawas Lapangan.
PASAL 10
PERSYARATAN DAN STANDARISASI

1. Persyaratan Pelaksanaan
Untuk menghindari klaim dari ‘User’ Pemberi Tugas dikemudian hari maka Kontraktor harus
Benar - benar ‘memperhatikan’ pelaksanaan pekerjaan struktur dengan memperhitungkan
‘ukuran jadi (finished)’ sesuai persyaratan ukuruan pada gambar kerja dan penjelasan RKS.
Kontraktor wajib melaksanakan semua pekerjaan dengan mengikuti petunjuk dan syarat
pekerjaan, peraturan persyaratan pemakaian bahan bangunan yang dipergunakan sesuai
dengan Rencana kerja dan Syarat-Syarat Teknis dan atau petunjuk yang diberikan oleh pemberi
tugas.
Sebelum melaksanakan setiap pekerjaan di lapangan, Kontraktor wajib memperhatikan dan
melakukan koordinasi kerja dengan pekerjaan lain yang menyangkut pekerjaan Struktur,
Arsitektur, Mekanikal, Elektrikal, Plumbing/Sanitasi dan mendapat izin dari direksi.
Untuk menjamin mutu dan kelancaran pekerjaan calon Kontraktor harus menempatkan Wakil
sebagai penanggung jawab lapangan yang terampil dan ahli disetiao dibidangnya selama
pelaksanaan pekerjaan dan selama masa pemeliharaan guna memenuhi kewajiban menurut
kontrak.

2. Standar yang Digunakan


Semua pekerjaan yang akan dilaksanakan harus mengikuti Standar Norma di Indonesia,
Standard Industri Konstruksi, Standard Nasiona Indonesia, Peraturan Nasional lainnya yang
ada hubungannya dengan pekerjaan antara lain :
1. Perpres No. 54/2010 beserta perubahan-perubahannya, terakhir Perubahan Ke 4,
Perpres No. 4 Tahun 2015 berganti Perpres 16 tahun 2018.
2. Keputusan-keputusan dari Majelis Indonesia untuk Arbitrase Teknik dari Dewan Teknik
Pembangunan Indonesia (DTPI).
3. Permen PUPR nomor: 22/PRT/M/2018 tentang Pembangunan Bangunan Gedung Negara
4. Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung SNI 2847:2019
5. Spesifikasi Beton Struktural SNI 6880-2016
6. Peraturan Semen Portland SNI 15-2049-2015
7. Peraturan Bata merah pejal untuk pasangan dinding SNI15-2094-2000.
8. Beban minimum dan kriteria terkait untuk bangunan Gedung dan struktur SNI 1727: 2020.
Baja Tulangan SNI 2052: 2017
9. Tata Cara Pengecatan Dinding Tembok Dengan Cat Emulsi SNI 03-2410-2002,
10. Peraturan tentang Agregat halus dan kasar, Metode pengujian analisis saringan SNI 036877-
2002.
11. Tatacara pembuatan dan perawatan spesiment uji beton di lapangan (ASTM C31-10 IDT)
SNI 4810: 2013.
12. Peraturan dan Ketentuan lain yang dikeluarkan oleh Jawatan/Instansi Pemerintah setempat,
yang bersangkutan dengan permasalahan bangunan.
13. Permenaker No. 12 tahun 2015 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Listrik di Tempat
Kerja.
14. Persyaratan Umum Instalasi Listrik ( PUIL 2020 ), SNI 0225-2011 dan Amandemennya.
15. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika nomor 1 tahun 2014. Tentang intruksi
Menteri PUPR nomor: 02/IN/M/2020 tentang Protokol Pencegahan Penyebaran COVID-19
Dalam Penyelenggaraan Jasa Konstruksi
BAB 2
SYARAT ADMINISTRATIF

PASAL 1
LAPORAN HARIAN, MINGGUAN DAN BULANAN

Pelaksana lapangan setiap hari harus membuat Laporan Harian mengenai segala hal yang
berhubungan dengan pelaksanaan pembangunan/pekerjaan, baik Teknis maupun Adminstratif.
Dalam pembuatan Laporan tersebut, pihak Kontraktor harus memberikan data-data yang
diperlukan menurut data dan menurut keadaan sebenarnya.. Laporan-laporan tersebut harus
diserahkan kepada direksi untuk bahan monitoring.

PASAL 2
PENJELASAN RKS & GAMBAR

-Harus juga disadari bahwa revisi-revisi pada alignment, lokasi, seksi (bagian) dan detail
gambar mungkin akan dilakukan didalam waktu pelaksanaan kerja. Kontraktor harus
melaksanakan pekerjaan sesuai dengan maksud gambar dan spesifikasinya, dan tidak boleh
mencari keuntungan dari kesalahan atau kelalaian dalam gambar atau dari ketidaksesuaian
antara gambar dan spesifikasinya. Setiap deviasi dari karakter yang tidak dijelaskan dalam
gambar dan sepsifikasi atau gambar kerja yang mungkin diperlukan oleh keadaan darurat
konstruksi atau lain-lainnya, akan ditentukan oleh direksi dan disahkan secara tertulis.

- Direksi akan memberikan instruksi berkenaan dengan penafsiran yang semestinya


untuk memenuhi ketentuan gambar dan spesifikasinya.

- Permukaan-permukaan pekerjaan yang sudah selesai harus sesuai dengan garis, lapisan
bagian dan ukuran yang tercantum dalam gambar, kecuali bila ada ketentuan lain dari direksi

Ukuran
- Pada dasarnya semua ukuran utama yang tertera dalam Gambar Kerja dan Gambar
Pelengkap meliputi :
 As-as
 Luar-luar
 Dalam-dalam
 Luar-dalam
- Ukuran-ukuran yang digunakan disini semuanya dinyatakan dalam cm (centimeter).

- Bila ada keraguan mengenai ukuran, Kontraktor wajib melaporkan secara tertulis kepada
direksi yang selanjutnya akan memberikan keputusan ukuran mana yang akan dipakai dan
dijadikan acuan.

- Bila ukuran sudah tertera dalam gambar atau dapat dihitung, maka pengukuran skala tidak
boleh dipergunakan kecuali bila sudah disetujui direksi.

- Setiap deviasi dari gambar karena kondisi lapangan yang tak terduga akan ditentukan oleh
direksi dan disahkan secara tertulis.

- Kontraktor tidak dibenarkan merubah atau mengganti ukuran-ukuran yang tercantum di dalam
gambar pelaksanaan tanpa sepengetahuan direksi, dan segala akibat yang terjadi adalah tanggung
jawab Kontraktor baik dari segi biaya maupun waktu.

Shop drawing
a. Shop drawing merupakan gambar detail pelaksanaan di lapangan yang harus dibuat oleh
Kontraktor berdasarkan Gambar Dokumen Kontrak yang telah disesuaikan dengan keadaan
lapangan.

b. Kontraktor wajib membuat shop drawing untuk detail khusus yang belum tercakup lengkap
dalam Gambar Kerja/ Dokumen Kontrak maupun yang diminta oleh direksi.

c. Dalam shop drawing ini harus jelas dicantumkan direksi dan digambarkan semua data yang
diperlukan termasuk pengajuan contoh dari semua bahan, keterangan produk, cara pemasangan
dan atau spesifikasi/persyaratan khusus sesuai dengan spesifikasi pabrik yang belum tercakup
secara lengkap di dalam Gambar Kerja/ Dokumen Kontrak maupun di dalam dokumen ini.

d. Kontraktor wajib mengajukan shop drawing tersebut kepada Konsultan MK untuk mendapat
persetujuan tertulis dari direksi (Selambat Lambatnya Adalah Sebelum Proses MC 0% /Mutual
Check 0% dilaksanakan).

Perubahan, penambahan, pengurangan pekerjaan dan pembuatan “as-built drawing”


a. Tata cara pelaksanaan dan penilaian perubahan, penambahan dan pengurangan pekerjaan
disesuaikan dengan Dokumen Kontrak.
b. Setelah Pekerjaan selesai dan diserah-terimakan, Kontraktor berkewajiban membuat
gambar-gambar yang telah dikerjakan/dibangun oleh kontraktor (As-Built Drawing). Biaya
untuk penggambaran “As-Built Drawing”, sepenuhnya menjadi tanggungan kontraktor.

PASAL 3
TANGGUNG – JAWAB KONTRAKTOR

a. Kontraktor harus bertanggung-jawab penuh atas kualitas pekerjaan sesuai dengan ketentuan-
ketentuan dalam RKS dan Gambar Kerja.

b. Kehadiran direksi selaku wakil Pemberi Tugas untuk melihat, mengawasi, menegur, atau
memberi nasehat tidak mengurangi tanggung jawab penuh tersebut di atas.

c. Kontraktor bertanggung-jawab atas kerusakan lingkungan yang timbul akibat pelaksanaan


pekerjaan. Kontraktor berkewajiban memperbaiki kerusakan tersebut dengan biaya Kontraktor
sendiri.

d. Bilamana terjadi gangguan yang dapat mempengaruhi pelaksanan pekerjaan, maka Kontraktor
berkewajiban memberikan saran-saran perbaikan kepada Pemberi Tugas melalui direksi.

e. Apabila hal ini tidak dilakukan, Kontraktor bertanggung-jawab atas kerusakan yang timbul.

f. Kontraktor bertanggung-jawab atas keselamatan tenaga kerja yang dikerahkan dalam


pelaksanaan pekerjaan.

g. Segala biaya yang timbul akibat kelalaian Kontraktor dalam melaksanakan pekerjaan menjadi
tangung-jawab Kontraktor.

h. Selama pembangunan berlangsung, Kontraktor harus menjaga keamanan bahan/material,


barang milik Proyek, direksi dan milik Pihak Ketiga yang ada di lapangan, maupun
bangunan yang dilaksanakannya sampai tahap serah terima.

i. Bila terjadi kehilangan bahan-bahan bangunan yang telah disetujui, baik yang telah dipasang
maupun belum; adalah tanggung jawab Kontraktor dan tidak akan diperhitungkan dalam
biaya pekerjaan tambah.

j. Apabila terjadi kebakaran, Kontraktor bertanggung-jawab atas akibatnya, baik yang berupa
barang-barang maupun keselamatan jiwa.

k. Apabila pekerjaan telah selesai, Kontraktor harus segera mengangkut bahan bongkaran dan
sisa-sisa bahan bangunan yang sudah tidak dipergunakan lagi keluar lokasi pekerjaan.

l. Kontraktor wajib menjaga jalan-jalan umum. Saluran-saluran, pipa-pipa (PDAM + GAS ),


Kabel (PLN,Telkom, Jaringan Internet) dan sebagainya terhadap gangguan-gangguan yang
diakibatkan dalam pelaksanaan pekerjaan

m. Kontraktor wajib membongkar, memindahkan dan memperbaiki kembali saluran-saluran air


bersih, air kotor, saluran telpon, listrik dan sebagainya yang mungkin akan terkena /
mengganggu jalannya pelaksanaan pekerjaan

n. Kontraktor wajib memelihara kelancaran lalu lintas dan kondisi lingkungan selama pekerjaan
berlangsung

o. Kontraktor wajib memelihara / menjaga bangunan, rumah/ permukiman warga yang ada
disekitarnya terhadap adanya gangguan yang diakibatkan pelasanaan pekerjaan (termasuk
menyediakan jaring pengaman)

p. Segala pembiayaannya menjadi tanggungan Kontraktor.

PASAL 4
PENYERAHAN HASIL PEKERJAAN

a. Pada saat atau sebelum hari penyelesaian pekerjaan yang telah ditentukan, Kontraktor wajib
menyelesaikan seluruh pekerjaaannya sebagaimana disyaratkan dalam spesifikasi ini, dimana
direksi/Pemberi Tugas pada saat tersebut telah selesai dilaksanakannya dan siap dipakai
serta telah sesuai dengan Rencana Kerja dan Syarat-syarat
b. Serah Terima pekerjaan dilakukan dengan Berita Acara Penyerahan, disertai lampiran gambar-
gambar as built drawing, laporan-laporan dan dokumentasi.

c. Pekerjaan dikatakan selesai apabila :


1. Pekerjaan telah diselenggarakan dengan baik sesuai dengan spesifikasi dan gambar, harus
dilakukan dengan Berita Acara Pemeriksaan
2. Telah memenuhi syarat penyerahan gambar pelaksanaan akhir
3. Telah memenuhi semua persyaratan yang tercantum dalam kontrak
BAB 3
PERSYARATAN PEKERJAAN
PASAL 1
PEKERJAAN PEMBONGKARAN

1. Pemutusan jalur-jalur instalasi.


Amankan jalur-jalur instalasi air, listrik,dan instalasi lain di lapangan sebelum pekerjaan
pembongkaran dimulai. Cara memutus aliran dan menutup jalur dengan izin Konsultan
Pengawas dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.
2. Pengamanan Peralatan
Pelaksanaan pekerjaan wajib mengamankan/melindungi peralatan lokasi yang ada di
dalam ruang dari kerusakan atau cacat lainnya, akibat pekerjaan pembongkaran. Jika hal
tersebut di atas terjadi, maka segala perbaikan/penggantian menjadi tanggung jawab
pelaksana pekerjaan.
3. Pembongkaran
a. Pembongkaran dilakukan dengan alat-alat yang mencukupi, tepat guna dan aman,
tindakan dilakukan terhadap timbul nya debu, suara, atau getaran yang mempengaruhi
lingkungan sekelilingnya. Pembongkaran harus mencapai syarat-syarat yang telah
ditentukan, kebersihan, keamanan dan persyaratanlainnya

b. Agar diusahakan alat-alat atau cara-cara pengamanan baik untuk bagian bangunan
yang tidak dibongkar atau kesiapan pekerjaan-pekerjaannya. Bagian-bagian yang tidak
dibongkar harus tetap utuh dan bila terjadi kerusakan menjadi tanggung jawab pelaksana
pembongkaran
c. Puing-puing hasil bongkaran harus segera dibuang keluar dari lokasi
Pekerjaan(Proyek).
d. Semua bongkaran seperti seperti lampu dan lain sebagainya yang masih utuh dan dapat
dipergunakan kembali, diserahkan kepada Pemberi Tugas.
4. Pemindahan Barang-barang
Pemindahan barang-barang di ruangan harus disetujui dan disaksikan oleh orang-orang
yang ditunjuk oleh pemberi wewenang.
5. Perapihan
Perapihan dan pembersihan barang-barang akibat bongkaran harus dilaksanakan oleh
Pelaksana Pekerjaan.Untuk jenis bongkaran yang tidak berharga dan tidak digunakanlagi
harus segera dikeluarkan dari lokasi, sedangkan pada waktu jalannya proyek sampai
selesainya proyek tidak ada bekas maupun tumpukan puing akibat bongkaran di lokasi
proyek

PASAL 2
PEKERJAAN TANAH DAN GALIAN

a. Bahan
Tanah yang digunakan untuk urugan harus bersih dari humus, tidak expensive (lowcycle
content) bebas sampah, bebas dari bahan organis dan lain-lain sesuai petunjuk Konsultan
Pengawas.
b. Macam Pekerjaan
1. Perataan tanah dimana akan didirikan bangunan, jalan, pengerasan, landscaping dan
struktur site lainnya.
2. Melengkapi dan menyediakan tenaga kerja terlatih, equipment dan peralatan yang
diperlukan untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan.
3. Menyusun rencana kerja secara grafis yang disertai penjelasan-penjelasan tentang
jenis, kualitas dan kapasitas equipment yang akan digunakan, metode kerja, cara
pengangkatan dan distribusi tanah dari tempat-tempat penimbunan dan penyimpanan,
lokasi gedung-gedung, los kerja yang digolongkan dalam tingkatan keterampilan.
4. Mengerjakan penyaluran (stripping) dan drainage sementara untuk menjaga erosi,
memperbaiki keadaan tanah bangunan (jika perlu), membentuk muka permukaan
tanah (grading) menurut garis-garis kedalaman, ketinggian dan kemiringan sesuai
dengan gambar rencana.
5. Mengadakan koordinasi kerja sebaik-baiknya dengan pekerjaan lain yaitu :
a. Pekerjaan tanah untuk struktur
b. Pekerjaan galian/urugan tanah untuk utilitas.
Persyaratan
1. Penyelidikan tanah : hasil penyelidikan tanah pada titik-titik yang diperlukan (tertera
pada peta) dapat dilihat pada hasil laporan penyelidikan tanah (soiltest) untuk diteliti.
Bila hasil penyelidikan ini dianggap masih belum cukup untuk menentukan kondisi
tanah, Pelaksana Pekerjaan dapat melakukan penyelidikan atas biaya sendiri.
2. Titik duga untuk rambu-rambu penunjuk tidak boleh dibongkar sebelum
mendapatkan ijin tertulis dari ahli, sedang rambu-rambu yang dapat dipakai harus
dipelihara dan disimpan ditempat-tempat yang disediakan Pelaksana Pekerjaan.
c. Syarat Pelaksanaan
1. Penggalian
1.1. Tanah humus harus digali dan dipisahkan dari lapisan dan tanah dibawahnya,
pengupasan (stripping) dengan rat-rata 30 cm dan akan digunakan sebagai
lapisan penutup untuk urugan sekeliling bangunan atau tempat yang langsung
berdekatan yang ditunjukkan oleh Konsultan Pengawas.
1.2. Jika tebal tanah humus lebih tebal dari 20-30 cm, seluruh tebal humus akan
digali dan digunakan sebagai urugan lapisan penutup, seperti uraian diatas
sesuai dengan instruksi konsultan pengawas dan biaya yang diakibatkan
dianggap telah termasuk dalam kontrak dan tidak akan diajukan sebagai
tambahan biaya.
1.3. Humus dinyatakan sebagai setiap lapisan tanah yang langsung berada diatas
permukaan tanah dapat berisi atau berubah warna oleh akar atau bahan organis
lainnya menurut pendapat konsultan pengawas akan mempengaruhi stabilitas
dan setiap bangunan yang akan dibangun diatas tanah sesudah pembersihan
halaman, lapisan atas, tanah liat, tumbuh-tumbuhan dan lumpur harus
dihilangkan.
1.4. Bilamana lapisan humus telah digali dan cocok untuk digunakan sebagai
bahan lapisan lereng-lereng, sisi-sisi, humus tersebut harus dikumpulkan dulu
untuk digunakan kembali. Sisa tanah humus harus diambil dan dibuang keluar
halaman, pembuangan dan pengangkutan adalah menjadi tanggung jawab
Pelaksana Pekerjaan. Biaya apapun untuk pembuangan dan pengangkutan
dianggap sudah termasuk dalam kontrak.
1.5. Semua penggalian harus dikerjakan sesuai dengan panjang kedalaman,
kemiringan dan lingkungan yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan atau
seperti diperlukan untuk pemindahan tanah macam apapun yang ada dan tidak
dibutuhkan serta galian tanah tersebut akan digunakan baik untuk urugan atau
dibuang tergantung instruksi konsultan pengawas.
1.6. Persetujuan terhadap pengambilan tanah. Semua tempat pengambilan tanah
untuk memenuhi kebutuhan tanah, pekerjaan pengurugan seluruhnya harus dari
kualitas yang sama hanya dipakai jika ada persetujuan dari konsultan pengawas
terlebih dahulu.
1.7. Pelaksana Pekerjaan harus memberikan keterangan yang lengkap kepada
konsultan pengawas tentang jumlah, kualitas dan keragaman dari tempat
penggalian yang dimaksud, sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) hari sebelum
mulai penggalian ditempat dan harus menyerahkan kepad konsultan pengawas
contoh-contoh tanah yang diambil dari tempat tersebut menurut cara yang
disetujui.
1.8. Biaya untuk pengambilan contoh-contoh tanah dari tempat galian termasuk
kearah lokasi seluruhnya menjadi beban Pelaksana Pekerjaan dan dianggap
termasuk dalam biaya kontrak.

b. Pekerjaan Urugan
a. Setelah lapisan tanah dikupas, daerah bangunan tersebut harus dipadatkan hingga
mencapai 40 % maksimum, kepadatan maksimum paling sedikit sedalam 15 cm
sebelum urugan dilaksanakan.
b. Untuk daerah bukan bangunan, sebelum pelaksanaan harus digiling mencapai 80 %
kepadatan maksimum sedalan 15 cm guna memanfaatkan kembali kerusakan tanah
akibat pengurugan.
c. Untuk dapat menentukan kadar air optimum dan jumlah gilasan yang dibutuhkan
guna mencapai kepadatan harus dilakukan “pemadatan percobaan” dengan bahan
timbunan dan equipment yang akan digunakan.
c. Urugan dan Pemadatan
a. Urugan harus dilakukan lapis demi lapis dengan ketebalan tidak lebih 20 cm setiap
lapis harus dipadatkan dengan stamper vibrator untuk jalan dan stamper untuk
bangunan dengan kapasitas sesuai dengan anjuran konsultan pengawas.
b. Tanah urug yang terlalu kering harus dibasahi dengan air dan diikuti dengan stamper
dibelakangnya.
c. Urugan pada lereng harus dilakukan dengan membuat “bertangga” pada lereng
tersebut untuk memberikan kaitan yang kokoh terhadap tanah urugan.
d. Pemadatan subgrade khusus termasuk pasir kerikil, dan batu atau seluruhnya
dipadatkan hingga mencapai 90 % kepadatan maksimum, ini meliputi semua daerah
(bangunan dan bukan bangunan) untuk jalan pengerasan aspal dan dibawah medan,
didalam batas areal yang harus dilaksanakan.
d. Pembukaan Muka Tanah (Finish grading)
a. Muka tanah dimana bangunan akan berdiri diatasnya harus dibentuk dengan rata dan
baik sesuai dengan garis ketinggian atau kedalaman menurut gambar rencana.
b. Daerah-daerah yang akan menerima slabs, basecourt atau pengerasan pembentukan
muka terakhir tidak bolah menyimpang dari 1,5 cm dari ketinggan yang ditetapkan.
c. Daerah yang akan ditanami atau dibiarkan terbuka, penyimpangannya tidak boleh
lebih dari 3 cm dari ketinggian yang ditentukan.
d. Untuk mencegah longsor dan erosi harus dibuatkan parit sementara dan dibuat
dengan kemiringan 2 %.
e. Pengawasan Pekerjaan
a. Selama pelaksanaan dan masa pemeliharaan harus diadakan tindakan pencegahan
baik terhadap genangan air sekitar area yang dapat menyebabkan terjadinya erosi,
pencegahan ini termasuk pembuatan tanggul-tanggul dan parit-parit sementara,
sumur-sumur penampung, pompa air dan tindakan lain yang dapat diterapkan guna
mencegah pekerjaan atau penundaan pekerjaan, termasuk pencegahan masuknya air
hujan atau air tanah dari daerah sekitarnya dan sebagainya.
b. Pelaksana Pekerjaan harus menjaga kerusakan semua sarana umum yang masih
digunakan seperti saluran air dan air minum, gas, listrik dan lain-lain yang dijumpai.
Bila sampai terjadi kerusakan Pelaksana Pekerjaan harus memperbaiki atau bila
karena terdapatnya sarana-sarana itu kelancaran pekerjaan akan terganggu, harus
memindahkannya tanpa adanya biaya tambahan.

PASAL 3
PEKERJAAN PASANGAN

1. Lingkup Pekerjaan
Meliputi semua pekerjaan, peralatan dan bahan-bahan yang diperlukan untuk pekerjaan
pasangan bata sesuai dengan gambar kerja dan rencana kerja dan Syarat-syarat.

2. Bahan-bahan
a. Semen
Semen yang digunakan untuk pekerjaan pasangan adalah jenis semen portland (PC 50
kg/zak) yang beredar di pasaran dan disyahkan oleh Pemerintah dan Instansi yang
berwenang dari jenis dan merk yang sama.
b. Pasir
- Pasir untuk pekerjaan pasangan harus pasir yang halus dengan gradasi tidak lebih dari
diameter 0,35 mm.
- Pasir harus bersih dan kadar lumpur maksimum yang terkandung 5%.
- Dan syarat-syarat lain sama dengan yang digunakan untuk pekerjaan beton.
c. Air
Air yang digunakan untuk pekerjaan pasangan harus berkualitas baik yang sama dengan
kualitas dan syarat air minum yaitu tidak merwarna, tidak berasa dan titak berbau.
d. Batu Bata
- Batu bata yang digunakan adalah jenis batu bata biasa dari tanah liat ex lokal dengan
ukuran nominal 5 x 11 x 23 cm, harus berkualitas baik, matang pembakarannya,
warnanya harus merata dan sisi-sisinya rapi saling tegak lurus.
- Penyerahan ditempat pekerjaan yang pecah tidak boleh lebih dari 5%.
- Mempunyai kekuatan tekan 30 Kg/cm2.

3. Pelaksanaan Pekerjaan Pasangan


a. Adukan
- Campuran adukan yang digunakan adalah campuran dengan komposisi 1 pc : 4 psr
dan ditambah air secukupnya.
- Penambahan air kedalam adukan adalah secara bertahap sedikit demi sedikit.
- Hasil pencampuran adukan harus mempunyai kekentalan yang cukup untuk dapat
merekatkan jenis material yang akan dipasang.
- Adukan yang terlalu encer / terlalu banyak air tidak disarankan untuk digunakan dan
harus diganti dengan adukan yang sesuai dengan petunjuk Direksi / Pengawas.
b. Pemasangan Batu Bata
- Bata yang ukurannya kurang dari yang telah ditentukan diatas tidak boleh
dipergunakan (kecuali ada persetujuan dari Direksi secara tertulis) dan bata yang
pecah hanya boleh dipakai untuk keperluan hubungan bata.
- Sebelum dipakai bata direndam dulu dalam air, dan setelah pasangan dinding selesai,
dinding harus dalam keadan basah selama minimal 2 hari berturut-turut.
- Pasangan bata untuk dinding dipasang tegak lurus dan rata, setiap pasangan dalam 1
hari tidak boleh lebih tinggi dari dari 1 m dan baru boleh dilanjutkan setelah betul-
betul mengeras pada hari berikutnya.
- Pekerjaan pasangan batu bata yang dilaksanakan adalah menggunakan pasangan 1/2
(setengah) batu yang memiliki ketebalan pasangan tidak kurang dari 10 cm dan
hubungan antar pasangan dalam 1 baris dibuat saling berkait.
PASAL 4
PEKERJAAN BETON

1. Lingkup Pekerjaan
Meliputi semua tenaga, peralatan dan bahan-bahan untuk menyelesaikan pekerjaan beton
sesuai gambar kerja, rencana kerja dan syarat-syarat.

2. Bahan - bahan
a. Semen
Semen yang digunakan adalah sama dengan semen pada syarat pekerjaan pasangan.
b. Pasir
- Pasir untuk pekerjaan beton harus pasir yang kasar dengan gradasi tidak kurang dari
diameter 0,35 mm.
- Pasir harus bersih dan kadar lumpur maksimum yang terkandung 5%.
c. Split / Batu Pecah / Agregat
- Split / batu pecah yang digunakan adalah dengan ukuran 1/2 cm sampai dengan 2/3
cm dengan tidak memperlihatkan tanda-tanda kelapukan.
- Split harus bersih dari kotoran dan lumpur.
d. Besi Beton
- Besi beton yang dipakai adalah jenis besi beton polos dengan mutu U 24 untuk
hamparan plat lantai dan sengkang, sedangkan untuk tulangan
- tulangan utama pada balok dan kolom menggunakan besi beton berulir / deform
- Besi bekas tidak boleh dipasang / dipergunakan
- Kawat beton dan kawat pengikat harus terbuat dari baja lunak dengan diameter
minimal 1 mm.
- Besi dan kawat beton seperti dimaksud di atas harus bebas dari kotoran-kotoran,
karat, cat, minyak, dan bahan lain yang mengurangi daya lekat terhadap beton.
- Sambungan dan panjang lewatan besi beton harus sesuai dengan SK SNI T-15 – 1991
- 03.
e. Bekisting
- Bekisting yang digunakan adalah dalam bentuk kayu papan dengan mutu kayu kelas
IV (sengon, kelapa, racuk dll).
- Bila digunakan kayu / multiplek adalah untuk penyelesaian permukaan beton yang
halus / beton expose, harus terbuat dari papan playwood yang tebalnya tergantung
dari kualitas dan kebutuhan serta jarak penguat cetakan tersebut. Untuk beton yang
penyelesaian permukaannya kasar dapat terbuat dari papan terentang.
- Bekisting harus direncanakan sedemikian rupa sehingga tidak ada perubahan bentuk
dan kuat menahan beban-beban sementara sesuai dengan jalannya pekerjaan
pembetonan.
- Semua bekisting harus diberi penguat datar dan silang sehingga tidak ada
kemungkinan bergeraknya bekisting.
- Juga harus rapat untuk menghindarkan keluarnya sebagian adukan.
- Susunan bekisting dengan stutwork disusun sedemikian rupa sehingga mudah
dikontrol dan mudah dalam pembongkaran nantinya tanpa merusak beton yang
bersangkutan.
- Bila digunakan bahan kayu untuk menunjang harus terdiri dari kayu yang bermutu
baik (dolken) sehingga dapat menjamin kekuatan dan kekakuannya. Bambu sama
sekali tidak boleh dipakai sebagai penyangga.
3. Pelaksanaan
a. Beton Decking
Sebelum dilaksanakan pengecoran beton, Pelaksana Pekerjaan Pelaksana agar
menyiapkan beton decking secukupnya sesuai dengan kebutuhan.
b. Beton Biasa
- Beton dengan adukan 1 pc : 2 ps : 3 spl meliputi pekerjaan sloof, kolom, ring balk,
plat lantai dasar, pondasi dan plat atap (lihat gambar).
- Untuk setiap item pekerjaan beton, Pelaksana Pekerjaan Pelaksana wajib
menyediakan contoh-contoh adukan yang digunakan dalam bentuk kubus-kubus
beton dengan ukuran 20 x 20 cm untuk diuji kekuatan karakteristiknya yang tidak
kurang dari 225 kg/cm2 (K.225)
- Selain bahan seperti yang sudah ditentukan pada pasal yang ada dimuka, bahan
campuran lainnya digunakan hanya jika disetujui Pemberi Tugas secara khusus dan
tertulis.
- Untuk pekerjaan beton terdapat pada item pekerjaan (pondasi tapak, sloof, kolom dan
ringbalk dan plat atap),
- Ukuran untuk setiap item pekerjaan beton sesuai dengan yang tertera dalam gambar
kerja.
c. Pekerjaan Pengecoran Beton
- Persiapan
 Jumlah semen, pasir dan split serta kebutuhan lain yang diperlukan dalam
pelaksanaan agar disiapkan terlebih dahulu.
 Sebelum adukan beton dicor, kayu-kayu bekisting harus bersih dari kotoran
seperti serbuk gergaji, tanah, minyak dan lain-lain serta harus dibasahi
secukupnya. Perlu diadakan tindakan-tindakan untuk menghindarkan
mengumpulnya air pembasah tersebut dari sisi bawah.
 Pekerjaan pengecoran beton baru dilaksanakan sesudah Direksi / Pengawas
memeriksa dan menyetujui bekisting, tulangan, stek-stek, beton decking dan lain-
lain dimana beton tersebut akan diletakkan.
- Pelaksanaan
 Proporsi semen, pasir dan split harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam
Peraturan Beton Indonesia SK SNI T-15 – 1991 - 03.
 Semua campuran beton yang dilaksanakan dilokasi pekerjaan harus menggunakan
mesin molen beton / mixer sebagai alat pencampuran.
 Bila menggunakan campuran secara manual untuk kebutuhan yang sedikit,
campuran harus benar-benar rata dan matang dengan proporsi sesuai ketentuan di
atas.
 Untuk pengecoran plat lantai, dinding dan lain-lain yang volumenya besar dengan
penampang yang luas, maka pemadatan beton harus dilakukan dengan cara
penggetaran / vibro.
 Beton tidak boleh dijatuhkan bebas dari ketinggian lebih dari 2 m. Untuk kolom
yang tinggi, jendela-jendela harus dibuat pada cetakan, ini harus dikerjakan untuk
menghindari adanya pengecoran yang terputus.
 Pengecoran beton dilakukan dalam suatu operasi yang menerus atau tercapai pada
construction joint, beton tidak boleh dituang diatas lapisan beton yang cukup
keras.
 Jika bagian pengecoran terjadi pemberhentian, maka tempat pemberhentian harus
ditentukan letaknya dan dibuat seperti yang disetujui oleh Direksi / Pengawas.
 Beton cetakan atau penulangan tidak boleh diganggu sampai 24 jam setelah beton
dicor, semua pengecoran dilakukan siang hari dan pengecoran dari satu bagian
pekerjaan jangan dimulai bila tidak dapat diselesaikan pada siang hari, kecuali
atas ijin Direksi / Pengawas boleh dikerjakan malam hari.
 Tidak boleh mengecor pada waktu hujan, kecuali jika Pelaksana Pekerjaan
Pelaksana mengambil tindakan-tindakan pencegahan kerusakan yang telah
disetujui Direksi / Pengawas.

d. Perawatan dan Perlindungan


- Beton harus dilindungi dari hujan lebat, aliran air dan dari kerusakan yang disebabkan
oleh peralatan.
- Beton harus dilindungi dari pengaruh panas sehingga tidak terjadi penguapan yang
terlalu cepat.
- Persiapan perlindungan dari pengaruh panas harus diperhatikan supaya jangan sampai
adukan yang belum mengikat menjadi rusak oleh air.
- Semua beton selalu dalam keadaan basah selama paling sedikit 7 hari dibasahi
dengan air / direndam terus menerus.
- Bekisting kayu dibiarkan tinggal agar beton tetap basah selama perawatan untuk
mencegah retak pada sambungan dan pengeringan beton yang terlalu cepat.
- Pembongkaran bekisting harus berhati-hati dan dilaksanakan setelah umur beton
tercapai sesuai peraturan yang ada.
- Air yang digunakan untuk perawatan harus bersih dan sama sekali harus bebas dari
unsur-unsur kimia yang mungkin menyebabkan perubahan warna dan kekuatan pada
beton.

PASAL 5
PEKERJAAN PLESTERAN DAN ACIAN

1. Lingkup Pekerjaan
Meliputi semua pekerjaan, peralatan dan bahan-bahan yang diperlukan untuk plesteran
seperti yang tercantum dalam gambar kerja / risalah aanwijzing.
2. Bahan-bahan
a. Untuk adukan plesteran, penggunaan semen dan air dalam segala hal harus memenuhi
ketentuan-ketentuan pasal dimuka.
b. Khusus pasir, digunakan pasir pasang dengan gradasi tidak boleh lebih dari diameter 0,35
mm bersih dan bebas dari segala macam kotoran organik maupun lumpur, tanah, garam
dan sebagainya.
c. Pasir laut sama sekali tidak boleh digunakan.
d. Mencampur adukan untuk plesteran harus dilakukan didalam alat pencampur diatas
permukaan yang keras. Tidak boleh memakai adukan yang sudah mengeras dengan
membubuhkan kembali air kedalamnya.

3. Pekerjaan Plesteran
a. Guna penyelesaian muka beton dan dinding dipasang plesteran dengan tebal lapisannya
tidak lebih dari 2 cm kecuali ditentukan lain.
b. Lapisan harus dibentuk sedemikian rupa sehingga merupakan permukaan yang rata.
Plesteran harus dilaksanakan dengan memakai alat hampar dari kayu dan disebarkan
kepinggir-pinggir dengan memakai alat perata adukan sampai permukaannya rata dan
halus.
c. Permukaan harus diratakan dengan alat perata yang dipegang, tetapi perataan yang terus
menerus disatu tempat harus dicegah.
d. Plesteran harus dibiarkan basah paling sedikit 2 (dua) hari setelah dipasang.
e. Mulailah membasahinya begitu plesteran telah mengeras secukupnya untuk menghindari
kerusakan. Walau kering dan panas, plesteran harus dijaga agar tidak terjadi penguapan
terlalu banyak dan tidak rata.

4. Pekerjaan Acian
a. Untuk mendapatkan hasil yang baik dari pekerjaan acian, dasar plesteran harus baik pula.
b. Semen dan air yang digunakan untuk acian adalah sama kualitasnya dengan yang
digunakan pada pekerjaan beton.
c. Permukaan yang akan dilapisi dengan acian harus benar-benar bersih dari kotoran dan
dibasahi secukupnya agar tidak terlalu cepat proses pengeringannya yang berakibat tidak
baik pada acian tersebut / akan terjadi retak dan mengelupas.
5. Pekerjaan Profilan
1. Pelaksanaan pemasangan harus dikerjakan oleh ahli yang berpengalaman (ahli dari
pihak supplier) dan terlebih dahulu harus mengajukan “metode pelaksanaan” sesuai dengan
spesifikasi dari pabriknya untuk mendapatkan persetujuan Pengawas.
2. Permukaan beton dimana produk waterproofing akan dipasang harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
a. Halus, rata terbebas dari tonjolan tajam, rongga maksimum diameter 1 cm.
b. Bersih dari segala kotoran, debu, batuan kecil dan minyak.
c. Water proofing lama dan beton screed pelindung lama harus dibongkar dan
dibersihkan terlebih dahulu dari segala kotoran permukaan harus rata dan kering.

3. Produk waterproofing tidak boleh dipasang pada suhu dibawah 5C.

4. Pekerjaan primer harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:


a. Alat yang digunakan untuk primer ialah menggunakan spray atau roller.
b. Pemasangan produk waterproofing harus menunggu sampai primer kering, minimal 1
(satu) jam setelah pemasangan.
c. Primer dilaksanakan hanya untuk area yang akan dilapisi waterproofing pada hari
yang sama.
d. Lantai yang sudah diprimer harus sesegera mungkin dilapisi oleh membrane bitumen,
untuk menghindari debu/kotoran yang terbawa oleh angin, dll.
e. Lantai yang sudah terprimer tetapi belum dilapisi dengan membrane bitumen dalam
waktu 24 jam, harus diprimer ulang.
f. Lantai yang sudah terprimer dan terkena hujan harus dikeringkan, dibersihkan dari
semua lumpur yang melekat, untuk kemudian diprimer ulang.
5. “Corner Detail” pada setiap sambungan bidang horisontal dan vertikal harus diberi
“filler” cement mortar, dan detail overlap sesuai dengan standard drawing dari pabrikan.
6. Joint pada seluruh “construction joint” dan “expansion joint” harus diberi Waterstop.
7. Pemasangan pada bidang horisontal harus dipasang sesuai dengan kemiringan bidang
permukaan, dari “low point” ke “high point” dengan overlap minimum 6.5 cm. Untuk
bidang vertikal Bituthene dipasang vertikal memanjang dengan panjang maksimum 2.5 m
(misal, jika tinggi dinding basement 3 m, maka tinggi membrane yang boleh sekaligus
dipasang adalah max. 2.5 m dan kemudian di overlap 0.5 m). Pada setiap sambungan
overlap, baik pada bidang horisontal maupun vertikal harus diberi penguat mastic.
8. Flood test, harus dilaksanakan dengan minimum ketinggian air 5 cm dan minimum
selama 24 jam.
9. “Protection”, Waterproofing harus secepat mungkin dilindungi dengan menggunakan
Servipack Protection Board, atau Screed dengan tebal minium 25 mm, atau dengan pasangan
dinding bata.
10. Pekerjaan screed atau pemasangan bata sebaiknya dilaksanakan oleh applicator
waterproofing itu sendiri apabila pihak Main Contractor ingin melaksanakan pekerjaan
tersebut pada saat pelaksanaan harus diawasi oleh Supervisor dari applicator tersebut untuk
meyakinkan tidak ada benda tajam yang dapat merusak membrane bitumen.
11. Proteksi terhadap bitumen harus dilaksanakan pada hari yang sama pada waktu
membrane dipasang atau maksimal 24 jam setelah flood test.

PASAL 6
PEKERJAAN PASANGAN BATU
1. Lingkup Pekerjaan
Meliputi semua pekerjaan, peralatan dan bahan-bahan yang diperlukan untuk pekerjaan
pasangan batu sesuai dengan gambar kerja dan rencana kerja dan Syarat-syarat.

2. Bahan-bahan
a. Semen
Semen yang digunakan untuk pekerjaan pasangan adalah jenis semen portland (PC 50
kg/zak) yang beredar di pasaran dan disyahkan oleh Pemerintah dan Instansi yang
berwenang dari jenis dan merk yang sama.
b. Pasir
- Pasir untuk pekerjaan pasangan harus pasir yang halus dengan gradasi tidak lebih dari
diameter 0,35 mm.
- Pasir harus bersih dan kadar lumpur maksimum yang terkandung 5%.
- Dan syarat-syarat lain sama dengan yang digunakan untuk pekerjaan beton.
c. Air
Air yang digunakan untuk pekerjaan pasangan harus berkualitas baik yang sama dengan
kualitas dan syarat air minum yaitu tidak merwarna, tidak berasa dan titak berbau.
d. Batu Belah
Batu kali yang digunakan adalah batu pecah, tidak berpori serta mempunyai kekerasan
sesuai dengan syarat-syarat dalam SK. SNI 1991.
Ukuran batu kali max. 20 cm.

3. Pelaksanaan Pekerjaan Pasangan


a. Adukan
- Campuran adukan yang digunakan adalah campuran dengan komposisi 1 pc : 4 psr
dan ditambah air secukupnya.
- Penambahan air kedalam adukan adalah secara bertahap sedikit demi sedikit.
- Hasil pencampuran adukan harus mempunyai kekentalan yang cukup untuk dapat
merekatkan jenis material yang akan dipasang.
- Adukan yang terlalu encer / terlalu banyak air tidak disarankan untuk digunakan dan
harus diganti dengan adukan yang sesuai dengan petunjuk Direksi / Pengawas.
b. Pemasangan Batu
Batu Belah yang digunakan untuk pondasi harus batu pecah, sudut runcing,
berwarna abu-abu hitam, keras, tidak porous.
Sebelum pondasi dipasang terlebih dahulu dibuat profil-profil pondasi dari kayu
pada setiap pojok galian, yang bentuk dan ukurannya sesuai dengan penampang
pondasi.Permukaan dasar galian harus ditimbun dengan pasir urug setebal
minimum 10 cm, disiram dan diratakan, pemadatan tanah dasar harus sedikitnya
mencapai 80% conpacted.Pondasi batu kali menggunakan adukan dengan
campuran 1 PC : 4 Pasir

PASAL 7
PEKERJAAN KUSEN, PINTU DAN JENDELA

1. Lingkup Pekerjaan
Meliputi semua pekerjaan, peralatan dan bahan-bahan yang diperlukan untuk pekerjaan
kusen, pintu dan jendela yang terbuat dari aluminium, seperti yang tercantum dalam gambar
kerja / risalah aanwijzing.

2. Bahan-bahan
a. Kusen aluminium untuk kusen boven dengan jenis silver / aluminium yang warna
permukaannya silver.
b. Engsel pintu
c. Engsel jendela casement
d. Kunci pintu 1x putar
e. Tarikan daun jendela

3. Pekerjaan Kusen Aluminium


a. Kusen dibuat dari aluminium jenis silver.
b. Kusen dibuat menggunakan sistem paku rivet / keling. Apabila kusen dibuat diluar lokasi
proyek, maka semua kusen harus sesuai bentuk dan ukurannya. Pemasangan kusen baru
dapat dilakukan setelah didadakan pemeriksaan / persetujuan dari Direksi dan Pengawas.
c. Bidang permukaan kusen yang dipasang harus rata dan waterpass, pembongkaran
pekerjaan akibat pemasangan kusen yang tidak baik menjadi resiko Pelaksana Pekerjaan.
d. Bentuk dan ukuran sesuai dengan gambar rencana

4. Pekerjaan Kaca Bening


a. Kaca bening t = 5 mm dipasang pada daun jendela kayu dan boven kusen allumunium.
b. Bentuk dan ukuran sesuai yang tertera dalam gambar rencana.
c. Pemasangan kaca tersebut harus dilakukan oleh tenaga ahli yang sesuai dengan
bidangnya, dan apabila terjadi kesalahan atau kerusakan dalam hal pemasangan menjadi
resiko Pelaksana Pekerjaan.

PASAL 8
PEKERJAAN LANTAI DAN DINDING

1. Lingkup Pekerjaan
Meliputi semua tenaga, peralatan dan bahan-bahan untuk menyelesaikan pekerjaan lantai dan
finishing dinding sesuai gambar kerja, rencana kerja dan syarat-syarat.

2. Bahan - bahan
a. Semen
Semen yang digunakan adalah sama dengan semen pada syarat pekerjaan pasangan.
b. Pasir
- Pasir untuk pekerjaan lantai dan dinding harus pasir yang kasar dengan gradasi tidak
kurang dari diameter 0,35 mm.
- Pasir harus bersih dan kadar lumpur maksimum yang terkandung 5%.
c. Split / Batu Pecah / Agregat
- Split / batu pecah yang digunakan untuk lantai rumah pompa dan gudang adalah
dengan ukuran 1/2 cm sampai dengan 2/3 cm dengan tidak memperlihatkan tanda-
tanda kelapukan.
- Split harus bersih dari kotoran dan lumpur.
d. Penutup lantai
- Keramik 40 x 40 cm untuk (sesuai dengan gambar)
- Keramik 25 x 25 cm untuk lantai KM
- Keramik 25 x 50 cm untuk dinding keramik
- Rabat beton untuk selasar keliling bangunan
3. Pelaksanaan Pekerjaan Lantai
a. Semua jenis bahan, bentuk, ukuran dan ketinggian telah ditentukan pada gambar.
b. Pemasangan lantai harus dilaksanakan dengan rata / waterpass, rapi dan tidak
bergelombang. Untuk daerah-daerah tertentu, pemasangan dilaksanakan dengan
kemiringan 1% kearah lubang pembuangan (floor drain). Pada lantai yang tidak
berhubungan dengan dinding / pengakhiran bebas atau karena perbedaan tinggi dengan
lantai lainnya, harus dipasang ubin pinggul.
c. Pemasangan lantai dilakukan diatas pasir urug (tebal 5 cm) yang telah dipadatkan.
Pemasangan lantai dilakukan dengan rata dan adukan terisi padat (tidak boleh terdapat
rongga).

4. Finishing Dinding
a. Pada bidang dinding yang telah ditentukan dalam gambar yaitu pada pekerjaan dinding
pasangan bata yang diplester penyelesaiannya adalah dengan diaci.
b. Pekerjaan acian dinding dilakukan pada setiap permukaan yang diplester sesuai dengan
gambar rencana.
PASAL 9
PEKERJAAN PENGECATAN
1. Lingkup Pekerjaan
a. Meliputi pekerjaan, peralatan dan bahan-bahan yang berhubungan dengan pekerjaan
pengecatan yang sesuai dengan Gambar, Rencana Kerja dan Syarat-syarat.
b. Pelaksana Pekerjaan harus memberikan Garansi Tertulis kepada Pemberi Tugas bahwa
cat sesuai dengan RKS dan hasil pekerjaannya tidak menggelembung, mengelupas dan
cacat-cacat lainnya selama 2 tahun sesudah penyerahan kedua pekerjaan.
c. Pekerjaan pengecatan terdiri dari :
- Cat Tembok
Pekerjaan pengecatan tembok terdapat pada dinding yang difinish oleh pelapis
dinding / diaci.
- Cat Plafond
Pekerjaan pengecatan plafond dilaksanakan pada seluruh plafond gypsum dan beton
plat ekspose pada lisplank beton.
2. Bahan-bahan
a. Bahan
- Produksi pabrik dalam negeri yang kualitasnya setara Decolith
- Cat yang digunakan masih berada dalam kaleng yang masih disegel dalam kemasan,
tidak pecah atau bocor dan mendapat persetujuan Direksi. Pelaksana Pekerjaan
bertanggung jawab bahwa bahan cat dan warna tidak palsu sesuai dengan RKS.
b. Warna
- Selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sebelum pekerjaan pengecatan, Pelaksana
Pekerjaan mengajukan bahan pengecatan kepada Direksi / Pemberi Tugas untuk
dipilih warna yang disetujui.
- Segera setelah Pemberi Tugas menentukan warna pilihannya, Pelaksana Pekerjaan
menyiapkan bahan dan bidang pengecatan untuk dijadikan contoh, semua atas biaya
Pelaksana Pekerjaan.
3. Pekerjaan Persiapan
a. Sebelum pekerjaan pengecatan dilakukan, pekerjaan langit-langit dan lantai harus telah
selesai.
b. Selanjutnya diadakan persiapan sebagai berikut :
- Dinding atau bagian yang akan dicat harus sudah selesai dan disetujui oleh Direksi
dan Pengawas.
- Bagian retak-retak, pecah atau kotoran-kotoran yang menempel dibersihkan.
- Menunggu keringnya dinding atau bagian yang akan dicat karena masih basah atau
lembab.
- Menyiapkan dan mengadakan pengecatan untuk contoh warna.
c. Pelaksana Pekerjaan harus mengatur waktu sedemikian rupa sehingga terdapat urutan-
urutan yang tepat mulai dari pekerjaan dasar sampai dengan pengecatan akhir / finish
(mulai dari plamiran tembok, pengamplasan sampai pengecatan dll).
d. Pekerjaan pengecatan harus dikerjakan oleh Tenaga Ahli / Tukang Cat.
e. Semua pekerjaan pengecatan harus mengikuti petunjuk dari Direksi / Pengawas dan
pabrik pembuatan cat tersebut.
4. Pekerjaan Pengecatan Tembok
a. Cat Tembok Dalam
- Tembok baru yang akan dicat harus mempunyai cukup waktu untuk mengering
setelah permukaan tembok kering maka persiapan dilakukan dengan membersihkan
permukaan tembok tersebut terhadap pengkristalan / pengapuran dengan lap hingga
benar-benar bersih.
- Selanjutnya dilapis tipis dengan plamir dan alkali untuk dinding kantor.
- Setelah dicat permukaan tersebut diamplas lagi dengan amplas halus.
- Kamudian dicat dengan lapisan pertama dengan campuran kira-kira 15% air.
- Bagian-bagian yang masih kurang baik diberi plamir lagi dan diamplas halus setelah
kering.
- Pengecatan akhir berulang kali (2 atau 3 kali) sampai mencapai warna yang
dikehendaki.
- Pekerjaan-pekerjaan pengecatan dilakukan dengan kuas.
- Perlakuan tersebut juga berlaku untuk pekerjaan pengecatan plafond
b. Cat Tembok Luar
- Seperti halnya pengecatan pada tembok bagian dalam.
- Pengecatan terakhir dengan cat khusus luar (highly) weather resistance exterior wall
paint.
- Pekerjaan pengecatan dilakukan dengan kuas.
PASAL 9
PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK

1. Umum
Pekerjaan sistem penerangan dan stop kontak meliputi pengadaan semua bahan, peralatan
dan tenaga, pemasangan, pengujian, perbaikan selama masa garansi sehingga seluruh sistem
elektrikal dapat beroperasi dengan sempurna.
a. Lingkup Pekerjaan
- Pekerjaan sistem penerangan stop kontak
- Pekerjaan pertanahan (earthing) dari panel, armature lampu kotak-kotak dan peralatan
dari bahan metal lainnya.
b. Gambar-gambar Kerja
Setelah daftar bahan dan persesuaian dengan keadaan-keadaan lapangan / lokasi
pemakaian disetujui oleh Direksi, Pelaksana Pekerjaan masih harus menyerahkan
gambar-gambar kerja untuk mendapatkan persetujuan Direksi. Dalam gambar kerja ini
lebih dijelaskan katalog dari manufacture, dimensi-dimensi, data performance nama
badan usaha yang menyediakan spareparts dan dafter sales service untuk material-
material tertentu. Dalam gambar kerja ini dengan jelas terlihat dan dijamin bekerjanya
alat-alat / peralatan-peralatan didalam sistem secara keseluruhan. Bila dirasakan perlu
adanya perubahan-perubahan ataupun penyimpangan-penyimpangan dari sistem yang
direncanakan sehubungan dengan daftar bahan yang diajukan tanpa merubah sistem, serta
maksud dari sistem semula / sebenarnya dapatlah diajukan dengan memberi alasan-alasan
peretujuan yang tepat. Perubahan-perubahan diatas haruslah mendapat persetujuan dari
Direksi dan tidak mengakibatkan tambahan biaya bagi Pemilik.
c. Standard dan Referensi
Standard dan referensi yang digunakan disini adalah sesuai dengan standard :
- Peraturan Umum Instalasi Listrik tahun 1977 (PUIL/1977).
- Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik No. 023/PRT/1978 tentang
Peraturan Instalasi Listrik (PIL).
d. Perlindungan Pemilik
Atas penggunaan bahan, material sistem, sertifikasi lisensi dan lain-lain oleh Pelaksana
Pekerjaan. Direksi dijamin dan dibebaskan dari segala claim ataupun tuntutan yuridis
lainnya.
e. Galian dan Bobokan
Pelaksana Pekerjaan harus menutup dan merapikan kembali setiap galian dan bobokan
yang dilakukan pada konstruksi bangunan, yang disebabkan pekerjaan-pekerjaan instalasi
elektrikal. Untuk menghindari sejauh mungkin pekerjaan pembobokan maka harus telah
dipersiapkan dan dipasang dalam tahap pekerjaan konstruksi.
f. Proteksi
Semua bahan dan peralatan sebelum dan sesudah pemasangan harus dilindungi terhadap
cuaca dan dijaga selalu dalam keadaan bersih. Semua pipa perlindungan kabel dan tanah
yang menembus keluar dinding pondasi batas luar bangunan, harus ditutup pada ujung-
ujungnya dengan sealent untuk mencegah masuknya air tanah. Ujung kabel sendiripun
harus ditutup rapat.
g. Pembersihan
Pelaksana Pekerjaan harus dapat menjaga keadaan tempat bekerjanya selalu bersih
selama pemasangan instalasi. Semua sisa bahan dan sampah harus diangkat dari situ.
Pada penyelesaian pekerjaan, Pelaksana Pekerjaan harus memeriksa keseluruhan
pekerjaan dan meninggalkannya dalam keadaan rapi, bersih dan siap pakai.

h. Tambahan
Pelaksana Pekerjaan harus menyediakan peralatan tambahan (accessories) yang tidak
ditunjukkan dalam gambar dan persyaratan teknis ini, tetapi perlu untuk menunjang
terselenggaranya sistem secara lengkap, baik dan sehingga sistem dapat beroperasi
dengan baik dan sempurna.

2. Sistem Penerangan dan Stop Kontak


a. Umum
Semua kabel yang digunakan untuk instalasi listrik harus memenuhi persyaratan PUIL /
LMK. Semua kabel / kawat harus baru dan jelas ditandai dengan ukurannya, jenis
kabelnya, nomor dan jenis pintalannya. Kecuali persyaratan lain, konduktor yang dipakai
ialah kabel SM dengan luas penampang yang sesuai dengan Gambar Rencana. Tidak
dieprbolehkan adanya splice ataupun sambungan-sambugan kecuali outlet, sambungan
pada kabel harus dibuat secara mekanis dan harus teguh electric dengan cara-cara
Solderlees Conductor dalam membuat Splice, konektor harus dihubungkan pada
konduktor-konduktor dengan baik sehingga semua konduktor tersambung dengan kuat
dan tidak bisa lepas oleh getaran.
b. Penyambungan Kabel Instalasi Penerangan.
- Semua penyambungan kabel harus dilakukan dalam kotak-kotak penyambungan yang
khusus untuk itu (misalnya Juction Box). Pelaksana Pekerjaan harus memberikan
brosur-brosur mengenai cara-cara penyambungan yang dinyatakan oleh Pabrik
kepada Direksi
- Penyambungan kabel yang berisolasi PVC harus diisolasi dengan PV / Protolen yang
khusus untuk listrik.
- Kabel-kabel yang disambung sesuai dengan warna-warna atau nama-namanya
masing-masing dan harus diadakan pengetesan tahanan isolasi sebelum dan sesudah
penyambungan dilakukan. Hasil pengetesan harus tertulis dan disaksikan oleh
Direksi.
- Penyekat-penyekat khusus harus di pergunakan bila perlu untuk menjaga isolasi
tertentu.
c. Saluran Penghantar Dalam Bangunan
- Untuk instalasi penerangan didaerah yang menggunakan ceilling gantung saluran
pengahantar (conductor) dipasanag diatas papan kayu dan diletakkan diatas ceilling
dengan tidak membebani ceilling.
- Setiap saluran kabel dalam bangunan dipergunakan pipa conduit minimum 5/8”
diameternya. Setiap pencabangan ataupun pengambilan keluar harus menggunakan
junction box yang sesuai dan sambungan yang lebih dari satu harus menggunakan
terminal strip didalam junction box. Juction box yang terlihat dipakai juction box
BERKER ex. Jerman, Eropa tutup blank plate stainless steel, type star point.
- Ujung pipa kabel yang masuk dalam panel dan junction box harus dilengkapi dengan
socket / lock sehingga pipa tidak mudah tercabut dari panel. Bila tidak ditentukan
lain, maka setiap kabel yang berada pada ketinggian muka lantai sampai dengan 2 m,
harus dimasukkan dalam pipa logam dan pipa harus diklip ke bangunan pada setiap
jarak 50 cm.
d. Instalasi Saklar dan Stop Kontak (Out Let)
Saklar-saklar dari jenis rocker mekanisme dengan rating 10 A 250 V. Saklar pada
umumnya dipasang pada inbow kecuali disebutkan lain pada gambar. Jika tidak
ditentukan lain, saklar-saklar tersebut bingkainya harus dipasang rata pada tembok
setinggi 150 cm diatas lantai. Saklar-saklar harus dipasang dalam kotak-kotak dan ring
setelannya yang standard, dilengkapi dengan tutup persegi. Sambungan-sambungan
hanya diperbolehkan antara yang berdekatan.
e. Sistem Pentanahan
Semua bahan metal yang dalam keadaan normal tidak bertegangan, harus dihubungkan
menjadi satu secara elektrik dengan baik. Suatu rel pentanahan harus disediakan dimana
bagian metal tersebut diatas dihubungkan. Rel pentanahan dihubungkan dengan kawat
tembaga berpenampang sesuai dengan gambar rencana, dihubungkan dengan roda
tembaga berdiameter minimal 0,5” ditanam didalam tanah sehingga diperoleh tahanan
pentanahan maksimum 3 Ohm.
f. Penerangan dan Stop Kontak
- Lampu dan Armeture
Lampu dan armeture harus sesuai dengan yang dimaksudkan, seperti yang dilukiskan
dalam gambar-gambar eletrikal.
- Semua armeture lampu yang terbuat dari metal harus mempunyai terminal
pentanahan (grounding).
- Reflector terutama untuk ruangan pemeriksaan harus memakai bahan tertentu,
sehingga diperoleh derajat pemantulan yang cukup tinggi.
- Armeture lampu pijar terdiri dari dudukan dan diffuser. Dudukan harus dari bahan
alumunium sillicon alloy atau dari mouled plasitic. Diffuser harus dari bahan gelas
susu atau satin etached opal plastic. Konstruksi armeturenya lampu pijar harus kuat
untuk dipasang dengan lampu pijar 75 watt maksimum. Lubang-lunang ventilasi
harus ada dan ditutup dengan kasa nylon untuk mencegah masuknya serangga.
Diffuser terpasang pada dudukan ulir, tidak boleh dengan memakai paku sekrup.
- Stop Kontak
Stop kontak haruslah dengan type yang memakai earthing contact dengan rating 10 A
250 V, semua pasangan stop kontak dengan tegangan kerja 220 V harus diberi
saluran ketanah (Grounding). Stop kontak harus dipasang rata dari atas dengan
permukaan dinding dengan ketinggian 40 cm dari atas lantai yang sudah jadi atau
sesuai dengan petunjuk Direksi.
- Saklar Dinding
Saklar dinding dari type untuk pemasangan rata dinding, type rocker dengan rating
250 V – 10 A, single gang dan double gangs.
- Kabel Instalasi
Pada umunya kabel instalasi penerangan dan instalasi stop kontak harus kabel inti
tembaga dengan insulasi PVC, satu inci atau kabel NYY dan untuk instalasi bawah
tanah menggunakan kabel tuwisteed all berpenampang 4 x 25 mm (SM) dan kabel
tuwisteed all berpenampang 2 x 10 mm (SR).
Kode warna insulasi kabel harus mengikuti ketentuan PUIL sebagai berikut:
Fasa -1 : Merah
Fasa -2 : Kuning
Fasa -3 : Hitam
Netral : Biru
Tanah (Ground) : Hijau-Kuning
Kabel harus dari merk Kabelindo, kabel Metal, Tranka atau Supreme.
- Pipa Instalasi Pelindung Kabel
Pipa instalasi pelindung kabel yang dipakai ialah Pipa PVC, pipa Elbow, Socket,
Junction Box, Clamp dan Accessories lainnya harus sesuai yang satu dengan lainnya,
yaitu tidak uarang dari ¾” diameter. Pipa harus dipasang untuk melindungi kabel
antara kontak sambung (juction box) dan armmeture lampu.

3. Pelaksanaan Pekerjaan
a. Pekerjaan yang dilaksanakan untuk pekerjaan listrik adalah pemasangan stop kontak,
saklar danlampu-lampu pada ruangan-ruangan yang dikerjakan baik lantai I maupun
lantai II.
b. Pelaksana Pekerjaan harus menyiapkan tenaga ahli bidang kelistrikan yang terampil.
c. Volume dan item pekerjaan dapat dilihat pada BoQ dalam dokumen ini.

PASAL 10
PEKERJAAN PEMIPAAN

1. Bahan dan Material Pipa


Pipa PVC harus sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam SII 034482, S-12,5.
Bahan baku utama untuk PVC harus Polyvinyl Chloride tanpa pembentukan sifat plastis dengan
kandungan PVC murni harus labih besar dari 92,5 %. HAsil akhir produksi harus merupakan
produk yang homogeny, tahan serta akan terurai oleh air. Pipa PVC tidak boleh membahayakan
bagi kesehatan pemakaian air, diaman baud an rasa tidak boleh terdeteksi.
Rekanan harus bertanggung jawab atas setiap kegagalan pengujian yang dilakukan oleh
laboratorim independen trerhadap kandungan bahan baku PVC.

2. Sambungan dan Hubungan Pipa


Pipa yang digunakan adalah pipa PVC dengan sambungan “Ring Karet” atau “Rubber Ring”.
Untuk hubungan - hubungan pipa PVC dengan ring karet satu unjungnya harus diakhiri dengan
spigot. Ujung-ujung pipa yang rata harus dengan sudut kelengkungan (defleksi) tidak lebih dari
10® atau memakai ketentuan ketentuan dari/pabrik pembuatnya, sehingga hubungan tersebut
kedap air dan tidak bocor.

3. Fitting - fitting Pipa


Fitting pipa yang dipakai pada pipa PVC, harus sesuai dengan SII 0950 84 standar yang sama
dan
harus dimanufaktur dengan metode “Injection Moulded”.Fitting fitting dari bahan “Cast Iron”,
Ductile Iron atau “Grey Iron” yang dipergunakan untuk pipa PVC, harus sesuai dengan SII 0598-
81 atau ISO 13-1978 dengan system hubungan mekanikal (Mechanical Joint).Flange socket

4. Bahan – bahan Penghubung dan Penyambungan Pipa


Rekanan harus melengkapi dan menyediakan solvent cement, bahan pelumas dan cairan
pembersihan, sesuai dengan jumlah uang yang direkomendasikan oleh pabrikasi pembuatnya
manufaktur.
Karet penutup harus tahan terhadap microorganiseme dan semua zat-zat yang dikandung oleh
air dan tahan dalam keadaan normal. Cincin-cincin penutup yang dibuat dari styrene butadience
harus sesuai dengasn standar yang ada.Pelumas untuk cincin karet harus tidak membahayakan,
tidak menimbulkan rasa atau warna pada air

PASAL 11
PEKERJAAN LAIN-LAIN / PELENGKAP

1. Sebelum penyerahan pertama, Pelaksana Pekerjaan Pelaksana harus meneliti semua bagian
yang mungkin perlu penyempurnaan dan diperbaiki sesuai dengan tanggung jawabnya
2. Pada waktu penyerahan pekerjaan, ruang-ruang harus selesai dan dalam keadaan bersih serta
lantai sudah difinish. Halaman luar bangunan sudah selesai dibersihkan dari segala macam
kotoran dan sisa bahan bangunan
3. Meskipun telah ada Pengawas Lapangan dan unsur-unsur lainnya, semua penyimpangan dari
ketentuan Bestek dan Gambar Kerja tetap menjadi tanggung jawab Pelaksana Pekerjaan
Pelaksana, kecuali ada perintah tertulis / perintah lain dari Pemberi Tugas
4. Setelah penyerahan kedua, semua barang serta peralatan menjadi milik Pelaksana Pekerjaan
Pelaksana
5. Lain-lain yang belum tertuang dalam persyaratan teknis ini akan ditentukan kemudian saat
pelaksanaan dilapangan.

Anda mungkin juga menyukai