Anda di halaman 1dari 60

BAB - I

SYARAT-SYARAT UMUM

Pasal - 1
LINGKUP PEKERJAAN

Pekerjaan ini harus dilaksanakan oleh Penyedia Jasa / Pemborong meliputi bagian-
bagian pekerjaan yang dinyatakan dalam Gambar Kerja serta Buku Rencana Kerja dan
Syarat-syarat Teknis ini.

Pasal - 2
PENANGGUNG JAWAB PELAKSANAAN

1. Berdasarkan Perpres No. 54 Tahun 2010 beserta perubahannya sampai dengan


Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015 tentang Perubahan keempat atas
Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah, dan peraturan perundang-undangan lainnya yang merupakan dasar
pelaksanaan pengadaan barang/Jasa khusus bidang jasa konstruksi.
2. Standart dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultansi
mengacu pada peraturan Menteri PUPR Nomor 07/PRT/M/2011 tentang standart
dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultansi
sebagaimana diubah beberapa kali terakhir dengan peraturan Menteri PUPR
Nomor 31/PRT/M/2015.
3. Prosedur / Tata Cara Pemilihan Penyedia Barang / Jasa mengacu pada surat
edaran Menteri PUPR Nomor 57/SE/M/2015 tentang pelaksanaan pengadaan
barang/jasa pemerintah secara elektronik (e-procurement).
4. Sistem yang digunakan dalam proses pemilihan penyedia barang / jasa Tahun 2018
menggunakan sistem pengadaan secara elektronik (SPSE) yang dikembangkan
oleh Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah (LKPP).
5. Seluruh hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan dan proses pelaksanaan
konstruksi mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
28/PRT/M/2016 tentang Analisis Harga Satuan Pekerjaan Bidang Pekerjaan
Umum, Daftar Harga Upah dan Bahan Daftar Harga Satuan Dinas Perumahan
dan Permukiman Wali kota Binjai Tahun 2022, SNI Bangunan Gedung.

1
6. Penyedia Jasa Pelaksana/Penyedia Barang/Jasa harus mengajukan struktur
organisasi pelaksana lapangan proyek kepada Owner.
7. Semua tenaga ahli yang namanya tercantum dalam struktur organisasi lapangan
proyek yang diajukan oleh Penyedia Jasa Pelaksana harus berada dilokasi
pekerjaan minimal selama jam kerja.
8. Penggantian Tenaga Ahli oleh Penyedia Jasa Pelaksana selama proses
pelaksanaan pekerjaan harus diketahui dan disetujui oleh Konsultan Supervisi.
Konsultan Supervisi berhak mengajukan kepada Owner untuk pengantian tenaga
ahli Penyedia Jasa Pelaksana yang berada dilokasi pekerjaan jika tenaga ahli
tersebut dinilai menghambat pekerjaan dan tidak mampu menjalankan tugasnya
dengan baik.
9. Tenaga ahli yang ditempatkan dilokasi pekerjaan oleh Penyedia Jasa Pelaksana
harus mampu memberikan keputusan yang bersifat teknis dan administratif di lokasi
pekerjaan.

Pasal - 3
MEMULAI KERJA

Selambat-lambatnya 1 (satu) minggu setelah tanggal penunjukan dan perintah kerja


pelaksanaan pekerjaan (SPK), pihak Penyedia Jasa / Pemborong harus sudah memulai
melaksanakan pembangunan fisik secara nyata di lapangan.

Apabila setelah 1 (satu) minggu Penyedia Jasa / Pemborong yang ditetapkan belum
melaksanakan pembangunan fisik secara nyata di lapangan, maka akan diberlakukan
ketentuan yang telah dibuat oleh Panitia / Owner.

Pasal - 4
MOBILISASI
Mobilisasi yang dimaksud adalah mencakup hal-hal sebagai berikut:
1. Transportasi peralatan konstruksi yang berdasarkan daftar alat-alat konstruksi yang
diajukan bersama penawaran, dari tempat pembongkarannya ke lokasi dimana alat
itu akan digunakan untuk pelaksanaan pekerjaan ini.
2. Dengan selalu disertai ijin Konsultan Pengawas, Penyedia Jasa / Pemborong dapat
membuat berbagai perubahan, pengurangan dan atau penambahan terhadap alat-
alat konstruksi dan instalasinya.

2
3. Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari dari pemberitahuan memulai kerja, Penyedia Jasa
/ Pemborong harus menyerahkan program mobilisasi kepada Konsultan Pengawas
untuk disetujui.

Pasal - 5
KUASA PENYEDIA JASA DI LAPANGAN

1. Di lapangan pekerjaan, Penyedia Jasa / Pemborong wajib menunjuk seorang Kuasa


Penyedia Jasa atau biasa disebut ‘Site Manajer’ yang cakap dan ahli untuk
memimpin pelaksanaan pekerjaan di lapangan dan mendapat kuasa penuh dari
Penyedia Jasa / Pemborong, berpendidikan minimal Sarjana Teknik Sipil / Arsitektur
Lanskap atau sederajat dengan pengalaman minimum 5 (Lima) tahun.
2. Dengan adanya ‘Pelaksana’ tidak berarti bahwa Penyedia Jasa / Pemborong lepas
tanggung jawab sebagian maupun keseluruhan terhadap kewajibannya.
3. Penyedia Jasa / Pemborong wajib memberitahu secara tertulis kepada Pemimpin /
Ketua Proyek dan Konsultan Pengawas, nama dan jabatan ‘Pelaksana’ untuk
mendapat persetujuan.
4. Bila dikemudian hari menurut pendapat Pemimpin / Ketua Proyek dan Konsultan
Pengawas bahwa ‘Pelaksana’ dianggap kurang mampu atau tidak cukup cakap
memimpin pekerjaan, maka akan diberitahukan kepada Penyedia Jasa / Pemborong
secara tertulis untuk mengganti ‘Pelaksana’.
5. Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah dikeluarkan Surat Pemberitahuan, Penyedia Jasa
/ Pemborong harus sudah menunjuk ‘Pelaksana’ yang baru atau Penyedia Jasa /
Pemborong sendiri (Penanggung Jawab / Direktur Perusahaan) yang akan
memimpin pelaksanaan pekerjaan.

Pasal - 6
RENCANA KERJA DAN JANGKA WAKTU PELAKSANAAN

1. Sebelum mulai pelaksanaan pekerjaan di lapangan, Penyedia Jasa / Pemborong


wajib membuat Rencana Kerja Pelaksanaan dari bagian-bagian pekerjaan berupa
bar chart dan S-curve bahan dan tenaga.
2. Rencana Kerja tersebut harus sudah mendapat persetujuan terlebih dahulu dari
Konsultan Pengawas, paling lambat dalam waktu 8 (delapan) hari kalender setelah
Surat Keputusan Penunjukan (SPK) diterima oleh Penyedia Jasa / Pemborong.

3
Rencana Kerja yang telah disetujui oleh Konsultan Pengawas akan disahkan oleh
Pemberi Tugas / Pemimpin / Ketua Proyek.
3. Penyedia Jasa / Pemborong wajib memberikan salinan Rencana Kerja rangkap 2
(dua) kepada Konsultan Pengawas untuk diberikan kepada Pemilik Proyek dan
Perencana dan 1 (satu) salinan Rencana Kerja harus ditempel pada dinding bangsal
Penyedia Jasa / Pemborong di lapangan yang selalu diikuti dengan grafik kemajuan
/ prestasi kerja.
4. Penyedia Jasa / Pemborong harus selalu dalam pelaksanaan pembangunan
pekerjaan sesuai dengan Rencana Kerja tersebut.
5. Konsultan Pengawas akan menilai prestasi pekerjaan Penyedia Jasa / Pemborong
berdasarkan Rencana Kerja tersebut.
6. Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan ini adalah selama 120 (Saratus Dua Puluh)
hari kalender

Pasal - 7
KEBERSIHAN DAN PERLENGKAPAN KESEHATAN, KEAMANAN DAN
KESELAMATAN KERJA (K3)

1. Selama masa pekerjaan, Penyedia Jasa / Pemborong harus senantiasa memelihara


kebersihan lokasi pekerjaan, setiap saat sampah-sampah pekerjaan selalu diangkut
dan dikumpulkan di suatu tempat yang telah ditentukan.
2. Penyedia Jasa / Pemborong berkewajiban menyediakan air minum yang bersih,
sehat dan cukup di tempat pekerjaan untuk para pekerja dan personil yang terlibat
dalam proyek.
3. Dari permulaan hingga penyelesaian pekerjaan dan selama masa pemeliharaan,
Penyedia Jasa / Pemborong bertanggung jawab atas keselamatan dan keamanan
pekerja, bahan dan peralatan teknis serta konstruksi yang diserahkan Pemberi
Tugas. Dalam hal terjadinya kerusakan-kerusakan, maka Penyedia Jasa /
Pemborong harus bertanggung jawab untuk memperbaikinya. Kontraktor wajib
memperhatikan kesehatan, keamanan dan keselamatan kerja para pekerja yang
terlibat maupun tamu yang datang berkunjung ke lokasi pekerjaan sehingga
kontraktor harus menyediakan semua perlengkapan SMKK secukupnya seperti;
a. Rambu – rambu Petunjuk atau peringatan
b. Kotak P3K secukupnya untuk keperluan pertolongan pertama

4
c. Alat Pelindung Diri (APD) dan Alat Pelindung Kerjaan (APK) seperti topi kerja,
sepatu kerja , tali pengaman, jaring pengaman, Rompi kerja
d. Asuransi Perizinan, Seperti Asuransi / BPJS Ketenaga Kerjaan, Surat Izin Laik
Operasi Peralatan, Surat Izin Kompetensi Operator
e. Kegiatan Dan Peralatan Terkait Pengendalian Resiko, seperti APAR, Sirine,
Bendera K3
f. dan lain sebagainya sesuai dengan yang dipersyaratkan.
4. Apabila terjadi kecelakaan, Penyedia Jasa / Pemborong selekas mungkin
memberitahukan kepada Konsultan Pengawas dan mengambil tindakan yang perlu
untuk keselamatan korban kecelakaan itu.

Pasal - 8
TENAGA DAN SARANA KERJA

Penyedia Jasa / Pemborong harus menyediakan tenaga kerja yang ahli, bahan-bahan,
peralatan berikut alat bantu lainnya untuk melaksanakan bagian-bagian pekerjaan serta
mengadakan pengamanan, pengawasan dan pemeliharaan terhadap bahan-bahan, alat-
alat kerja maupun hasil pekerjaan selama masa pelaksanaan berlangsung sehingga
seluruh pekerjaan selesai dengan sempurna sampai dengan diserah-terimakannya
pekerjaan tersebut kepada Pemberi Tugas.

1. TENAGA KERJA / TENAGA AHLI


Tenaga Kerja dan Tenaga Ahli yang memadai dan berpengalaman dengan jenis dan
volume pekerjaan yang akan dilaksanakan, tenaga ahli setidaknya tamatan
Arsitektur/Sipil dengan pengalaman kerja bangunan Gedung minimal 5 (lima)
tahun.

2. PERALATAN BEKERJA
Kontraktor wajib menyediakan alat-alat yang dibutuhkan dalam lokasi proyek baik itu
alat berat, maupun alat pertukangan lainnya dengan secukupnya seperti; untuk
peralatan utamanya, Dumptruck (Minimal 1 Unit, 6 ton), Perancah/Scaffolding
(Minimal 20 Unit), Concrete Mixer/Molen (Minimal 2 Unit), Bender, Cutter Bolt, bor
mesin, Vibrator, Meteran, Waterpas, Martil, Selang, Cangkul, Skop, Angkong,
Sendok semen, Linggis, gerinda tangan atau mesin potong besar, Tangga, Gergaji,
Obeng, Tang, Kompresor, dan alat lainnya yang dibutuhakn di lokasi kegiatan
proyek.
5
3. BAHAN-BAHAN/MATERIAL
Menyediakan bahan-bahan bangunan dalam jumlah yang cukup untuk setiap jenis
pekerjaan yang akan dilaksanakan serta tepat pada waktunya. Bahan yang akan
digunakan harus mebawa sample epada pihak pengawas dan pembiri kerja untuk
mendapatkan persetujuan material.

4. PENYEDIAAN AIR DAN LISTRIK UNTUK BEKERJA


a. Air untuk bekerja harus disediakan oleh Penyedia Jasa / Pemborong dengan
membuat Bak Penampung di mata air yang ada di dekat lokasi pembangunan.
b. Air harus bersih, bebas dari: bau, lumpur, minyak dan bahan kimia lainnya yang
merusak. Penyediaan air harus sesuai dengan petunjuk dan persetujuan dari
Konsultan Pengawas / Pengguna Jasa.
c. Penyedia Jasa / Pemborong harus menyediakan bak penampung air (drum
plastik) secukupnya untuk penyediaan air kerja yang senantiasa terisi penuh
dengan kapasitan minimum 1.000 Liter (Bila perlu pada lokasi pekerjaan tertentu).
d. Jika diperlukan listrik untuk bekerja harus disediakan Penyedia Jasa / Pemborong
dan diperoleh dari sambungan sementara PLN setempat selama masa
pembangunan. Penggunaan Genset untuk pembangkit tenaga listrik hanya
diperkenankan untuk penggunaan sementara apabila sambungan sementara
PLN tidak memungkinkan dan harus atas petunjuk Konsultan Pengawas.

Pasal - 9
PERATURAN TEKNIS PEMBANGUNAN YANG DIGUNAKAN

1. PERSYARATAN PELAKSANAAN.
Untuk menghindari klaim dari ‘User’ / Proyek dikemudian hari, maka Penyedia Jasa
/ Pemborong harus betul-betul memperhatikan pelaksanaan pekerjaan struktur
dengan memperhitungkan “ukuran jadi (finished)” sesuai persyaratan ukuran pada
gambar kerja dan penjelasan RKS.
Penyedia Jasa / Pemborong wajib melaksanakan semua pekerjaan dengan
mengikuti petunjuk dan syarat pekerjaan, peraturan persyaratan pemakaian bahan
bangunan yang dipergunakan sesuai dengan Rencana Kerja dan Syarat-Syarat
Teknis dan atau petunjuk yang diberikan oleh Konsultan Pengawas.

6
Untuk menjamin mutu dan kelancaran pekerjaan, pemborong harus menyediakan:
a. Penanggung jawab lapangan yang terampil dan ahli dibidangnya selama
pelaksanaan pekerjaan dan selama masa pemeliharaan guna memenuhi
kewajiban menurut kontrak.
b. Buku komunikasi untuk kunjungan tamu-tamu yang ada hubungannya dengan
proyek.
c. Buku Tamu untuk kunjungan tamu-tamu yang tidak ada hubungannya dengan
proyek.
d. Mencatat semua petunjuk-petunjuk, keputusan-keputusan dan detail dari
pekerjaan.

Pasal - 10
LAPORAN HARIAN, MINGGUAN DAN BULANAN
1. Pelaksana lapangan setiap hari harus membuat Laporan Harian mengenai segala
hal yang berhubungan dengan pelaksanaan pembangunan / pekerjaan, baik bersifat
teknis maupun administratif.
2. Dalam pembuatan laporan tersebut, pihak Penyedia Jasa / Pemborong harus
memberikan data-data yang diperlukan menurut data dan keadaan sebenarnya.
3. Penyedia Jasa / Pemborong harus membuat laporan harian, Mingguan dan bulanan
untuk monitoring pekerjaan oleh pengawas dan pihak pihak owner mengenai hasil
dan kemajuan progress pekerjaan di lapangan, laporan yang dari penyedia jasa
disinkronisasikan dengan laporan Konsultan Pengawas Lapangan.
4. Penyedia Jasa harus menyerahkan photo berwarna kepada Pengguna Jasa
mengenai kemajuan pekerjaan pada lokasi yang telah ditentukan Pengguna Jasa
selama masa Kontrak. Photo diambil pada waktu awal dan selesainya pelaksanaan
pekerjaan, serta pada waktu yang ditentukan oleh Pengguna Jasa. Photo yang harus
diserahkan kepada Pengguna Jasa dilampirkan pada laporan kemajuan mingguan
dan bulanan dan masing-masing sebanyak 5 (lima) rangkap. Tanggal dan penjelasan
dari tiap photo perlu dicantumkan. Biaya pembuatan photo tidak akan dibayar
terpisah dan dianggap termasuk dalam harga satuan untuk tiap pekerjaan pada
Biaya Kuantitas Pekerjaan.
5. Penyedia Jasa / Pemborong harus membuat laporan harian, Mingguan dan bulanan
dalam hal ini yang berisikan Dokumentasi pekerjaan, Progress kemajuan kerjaan
disertai S-Curve, Shop darwing dan As built Drawing.

7
Pasal - 11
PENJELASAN RKS DAN GAMBAR
1. Bila gambar yang menyangkut spesifikasi teknis tidak sesuai dengan Rencana Kerja
dan Syarat-syarat (RKS), maka yang mengikat / berlaku adalah RKS.
2. Harus juga disadari bahwa revisi-revisi pada alignemen, lokasi seksi (bagian) dan
detail gambar mungkin akan dilakukan didalam waktu pelaksanaan kerja. Penyedia
Jasa / Pemborong harus melaksanakan pekerjaan sesuai dengan maksud gambar
dan spesifikasinya, dan tidak boleh mencari keuntungan dari kesalahan atau
kelalaian dalam gambar atau dari ketidak-sesuaian antara gambar dan
spesifikasinya. Setiap deviasi dari karakter yang tidak dijelaskan dalam gambar dan
spesifikasi atau gambar kerja yang mungkin diperlukan oleh keadaan darurat
konstruksi atau lain-lainnya, akan ditentukan oleh Konsultan Pengawas dan
disahkan secara tertulis.
3. Konsultan Pengawas akan memberikan instruksi berkenaan dengan penafsiran yang
semestinya untuk memenuhi ketentuan gambar dan spesifikasinya.
Permukaan-permukaan pekerjaan yang sudah selesai harus sesuai dengan garis,
lapisan bagian dan ukuran yang tercantum dalam gambar, kecuali bila ada ketentuan
lain dari Konsultan Pengawas.

4. UKURAN
a. Pada dasarnya semua ukuran yang tertera dalam Gambar Kerja dan Gambar
Pelengkap meliputi:
• As – as
• Luar – luar
• Dalam – dalam
• Luar - dalam.
b. Ukuran - ukuran yang digunakan disini semuanya dinyatakan dalam Milimeter
(mm)
c. Khusus ukuran-ukuran dalam Gambar Kerja Arsitektur, pada dasarnya adalah
ukuran jadi seperti dalam keadaan jadi / selesai ( “finished”).
d. Bila ada keraguan mengenai ukuran, Penyedia Jasa / Pemborong wajib
melaporkan secara tertulis kepada Konsultan Pengawas yang selanjutnya akan
memberikan keputusan ukuran mana yang akan dipakai dan dijadikan pegangan.

8
e. Bila ukuran sudah tertera dalam gambar atau dapat dihitung, maka pengukuran
skala tidak boleh dipergunakan kecuali bila sudah disetujui oleh Konsultan
Pengawas.
Setiap deviasi dari gambar karena kondisi lapangan yang tak terduga akan
ditentukan oleh Konsultan Pengawas dan disahkan secara tertulis. Penyedia Jasa
/ Pemborong tidak dibenarkan merubah atau mengganti ukuran-ukuran yang
tercantum di dalam Gambar Pelaksanaan tanpa sepengetahuan Konsultan
Pengawas / Pengguna Jasa, dan segala akibat yang terjadi adalah tanggung
jawab Penyedia Jasa / Pemborong baik dari segi biaya maupun waktu.

5. SHOP DRAWING
a. Shop drawing merupakan gambar detail pelaksanaan di lapangan yang harus
dibuat oleh Penyedia Jasa / Pemborong berdasarkan gambar Dokumen Kontrak
yang telah disesuaikan dengan keadaan lapangan.
b. Penyedia Jasa / Pemborong sebelum memulai pekerjaan wajib membuat shop
drawing untuk detail khusus yang belum tercakup lengkap dalam Gambar Kerja /
Dokumen Kontrak maupun yang diminta oleh Konsultan Pengawas.
c. Dalam shop drawing ini harus jelas dicantumkan dan digambarkan semua data
yang diperlukan termasuk pengajuan contoh dari semua bahan, keterangan
produk, cara pemasangan dan atau spesifikasi/persyaratan khusus sesuai
dengan spesifikasi pabrik yang belum tercakup secara lengkap di dalam Gambar
Kerja / Dokumen Kontrak maupun di dalam Buku ini.
d. Penyedia Jasa / Pemborong wajib mengajukan shop drawing tersebut kepada
Konsultan Pengawas untuk mendapat persetujuan tertulis dari Konsultan
Pengawas / Pengguna Jasa.
e. Semua gambar yang dipersiapkan oleh Penyedia Jasa / Pemborong dan diajukan
kepada Konsultan Pengawas untuk diminta persetujuannya harus sesuai dengan
format standar dari proyek.

6. PERUBAHAN, PENAMBAHAN, PENGURANGAN PEKERJAAN DAN


PEMBUATAN “AS BUILT DRAWING“.
a. Tata cara pelaksanaan dan penilaian perubahan, penambahan dan pengurangan
pekerjaan disesuaikan dengan Dokumen Kontrak.

9
b. Setelah pekerjaan selesai dan diserah-terimakan, Penyedia Jasa / Pemborong
berkewajiban membuat gambar-gambar yang memuat seluruh perubahan, dan
sesuai dengan kenyataan yang telah dikerjakan / dibangun oleh Penyedia Jasa /
Pemborong (As Built Drawing). Biaya untuk penggambaran “As Built Drawing”,
sepenuhnya menjadi tanggungan Penyedia Jasa / Pemborong.

Pasal - 12
TANGGUNG JAWAB PENYEDIA JASA / PEMBORONG
1. Penyedia Jasa / Pemborong harus bertanggung-jawab penuh atas kualitas
pekerjaan sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam RKS dan Gambar Kerja.
2. Kehadiran Konsultan Pengawas selaku wakil Pemberi Tugas untuk melihat,
mengawasi, menegur atau memberi nasehat tidak mengurangi tanggung jawab
penuh tersebut di atas.
3. Penyedia Jasa / Pemborong bertanggung-jawab atas kerusakan lingkungan yang
timbul akibat pelaksanaan pekerjaan. Penyedia Jasa / Pemborong berkewajiban
memperbaiki kerusakan tersebut dengan biaya Penyedia Jasa / Pemborong sendiri.
4. Bilamana terjadi gangguan yang dapat mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan,
maka Penyedia Jasa / Pemborong berkewajiban memberikan saran-saran perbaikan
kepada Pemberi Tugas melalui Konsultan Pengawas. Apabila hal ini tidak dilakukan,
Penyedia Jasa / Pemborong bertanggung jawab atas segala kerusakan yang timbul.
5. Penyedia Jasa / Pemborong bertanggung jawab atas keselamatan tenaga kerja yang
dikerahkan dalam pelaksanaan pekerjaan.
6. Segala biaya yang timbul akibat kelalaian Penyedia Jasa / Pemborong dalam
melaksanakan pekerjaan menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa / Pemborong.
7. Selama pembangunan berlangsung, Penyedia Jasa / Pemborong harus menjaga
keamanan bahan / material, barang milik proyek, milik Konsultan Pengawas dan milik
Pihak Ketiga yang ada di lapangan, maupun bangunan yang dilaksanakannya
sampai tahap serah terima. Bila terjadi kehilangan bahan-bahan bangunan yang
telah disetujui, baik yang telah dipasang maupun yang belum, adalah tanggung
jawab Penyedia Jasa / Pemborong dan tidak akan diperhitungkan dalam biaya
Pekerjaan Tambah.
8. Apabila terjadi kebakaran, Penyedia Jasa / Pemborong bertanggung jawab atas
akibatnya, baik yang berupa barang-barang maupun keselamatan jiwa.

10
9. Apabila pekerjaan telah selesai, Penyedia Jasa / Pemborong harus segera
mengangkutbahan bongkaran dan sisa-sisa bahan bangunan yang sudah tidak
dipergunakan lagi keluar lokasi pekerjaan.
Segala pembiayaannya menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa / Pemborong.

Pasal - 13
KETENTUAN DAN SYARAT BAHAN – BAHAN

1. Sepanjang tidak ada ketetapan lain dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)
ini maupun dalam Berita Acara Penjelasan Pekerjaan, bahan-bahan yang akan
dipergunakan maupun syarat-syarat pelaksanaan harus memenuhi syarat-syarat
yang tercantum dalam A.V. 1941 dan Persyaratan Umum Bahan Bangunan
Indonesia (PUBI Tahun 1982), Standar Industri Indonesia (SII) untuk bahan
termaksud, serta ketentuan-ketentuan dan syarat bahan-bahan lainnya yang berlaku
di Indonesia. Seluruh barang material yang dibutuhkan dalam menyelesaikan
pekerjaan, seperti material, peralatan dan alat lainnya, harus dalam kondisi baru dan
dengan kualitas terbaik untuk tujuan yang dimaksudkan.

2. MERK PEMBUATAN BAHAN / MATERIAL & KOMPONEN JADI

a. Kecuali bila ditentukan lain dalam Dokumen Kontrak, semua merk pembuatan
atau merk dagang dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis ini
dimaksudkan sebagai dasar perbandingan kualitas / setara dan tidak diartikan
sebagai sesuatu yang mengikat. Setiap keterangan mengenai peralatan, material
barang atau proses, dalam bentuk nama dagang, buatan atau nomor katalog
harus dianggap sebagai penentu standar atau kualitas dan tidak boleh ditafsirkan
sebagai upaya membatasi persaingan, dan Penyedia Jasa / Pemborong harus
dengan sendirinya menggunakan peralatan, material, barang atau proses, yang
atas penilaian Konsultan Pengawas dan Konsultan Perencana, sesuai dengan
keterangan itu. Seluruh material paten itu harus dipergunakan sesuai dengan
instruksi pabrik yang membuatnya.
b. Bahan / material dan komponen jadi yang dipasang / dipakai, harus sesuai
dengan yang tercantum dalam Gambar Kerja dan RKS, memenuhi standar

11
spesifikasi bahan tersebut, mengikuti peraturan persyaratan bahan bangunan
yang berlaku.
c. Apabila dianggap perlu, Konsultan Pengawas berhak untuk menunjuk tenaga ahli
yang diajukan / ditunjuk oleh Pabrik dan atau Supplier yang bersangkutan
tersebut sebagai Pelaksana. Dalam hal ini, Penyedia Jasa / Pemborong tidak
berhak mengajukan klaim sebagai pekerjaan tambah.
d. Disyaratkan dalam satu merk pembuatan atau merk dagang hanya
diperkenankan untuk setiap jenis bahan yang boleh dipakai dalam pekerjaan ini.
e. Penggunaan bahan produk lain yang setaraf dengan apa yang dipersyaratkan
harus disertai test dari Laboratorium lokal / dalam negeri baik kualitas, ketahanan
serta kekuatannya dan harus disetujui oleh Konsultan Pengawas secara tertulis
dan diketahui oleh Konsultan Perencana. Apabila diperlukan biaya untuk test
laboratorium, maka biaya tersebut harus ditanggung oleh Penyedia Jasa /
Pemborong tanpa dapat mengajukan sebagai biaya pekerjaan tambah.

3. Penyedia Jasa sebaiknya memberikan contoh-contoh semua bahan-bahan yang


diperlukan untuk bangunan tersebut kepada Konsultan Pengawas / Pengguna Jasa
dan Konsultan Perencana untuk mendapatkan persetujuan secara tertulis sebelum
semua bahan-bahan tersebut didatangkan / dipakai. Contoh bahan tersebut yang
harus diserahkan kepada Konsultan Pengawas / Pengguna Jasa dan Konsultan
Perencana adalah sebanyak 4 (empat) buah dari satu bahan yang ditentukan untuk
menetapkan “standard of appearance” dan disimpan di ruang Pengguna Jasa.

4. Keputusan bahan, jenis, warna, tekstur dan produk yang dipilih, akan diinformasikan
kepada Penyedia Jasa / Pemborong selama tidak lebih dari 7 (tujuh) hari kalender
setelah penyerahan contoh bahan tersebut.

5. PENYIMPANAN MATERIAL
Penyimpanan dan pemeliharaan bahan harus sesuai persyaratan pabrik yang
bersangkutan dan atau sesuai dengan spesifikasi bahan tersebut.
a. Penempatan bahan-bahan material diatur dengan pertimbangan yang matang
agar tidak mengganggu kelancaran pekerjaan serta sirkulasi / akses pekerja.

12
Bahan material disusun dengan metoda yang baik dengan cara FIFO (first in first
out), sehingga tidak ada bahan material yang tersimpan terlalu lama dalam
gudang / stock material.
b. Material harus disimpan sedemikian rupa untuk menjaga kualitas dan kesesuaian
untuk pekerjaan. Material harus diletakkan di atas permukaan yang bersih, keras
dan bila diminta harus ditutupi. Material harus disimpan sedemikian rupa agar
memudahkan pemeriksaan. Benda-benda milik pribadi tidak boleh dipergunakan
untuk penyimpanan tanpa ijin tertulis dari pemiliknya.
c. Tempat penyimpanan barang harus dibersihkan (clearing) dan
diratakan(levelling) menurut petunjuk Konsultan Pengawas.
d. Bagian tengah tempat penyimpanan barang harus ditinggikan dan
miringkesamping sesuai dengan ketentuan, sehingga memberikan drainase /
pemasukan dari kandungan air / cairan yang berlebihan. Material harus disusun
sedemikian rupa sehingga tidak menyebabkan pemisahan bahan (segregation),
agar timbunan tidak berbentuk kerucut, dan menjaga gradasi serta mengatur
kadar air. Penyimpanan agregat kasar harus ditimbun dan diangkat / dibongkar
lapis demi lapis dengan tebal lapisan tidak lebih dari 1 (satu) meter. Tinggi tempat
penyimpanan tidak lebih dari 5 (lima) meter.

Pasal - 14
PEMERIKSAAN BAHAN-BAHAN

1. Bahan-bahan yang didatangkan / dipakai harus sesuai dengan contoh-contoh yang


telah disetujui Konsultan Pengawas seperti yang diatur dalam Pasal 13 di atas.
2. Bahan-bahan yang tidak memenuhi syarat-syarat atau kualitas jelek yang dinyatakan
afkir / ditolak oleh Konsultan Pengawas, harus segera dikeluarkan dari lokasi
bangunan / proyek selambat-lambatnya dalam tempo 2 x 24 jam dan tidak boleh
dipergunakan.
3. Apabila sesudah bahan-bahan tersebut dinyatakan ditolak oleh Konsultan Pengawas
/ Konsultan Perencana dan ternyata masih dipergunakan oleh Pelaksana, maka
Konsultan Pengawas / Konsultan Perencana berhak memerintahkan pembongkaran
kembali kepada Penyedia Jasa / Pemborong, yang mana segala kerugian yang
diakibatkan oleh pembongkaran tersebut menjadi tanggungan Penyedia Jasa /

13
Pemborong sepenuhnya. Disamping itu pihak Penyedia Jasa / Pemborong tetap
dikenakan denda sebesar 1 0/00 (satu per mil) dari harga borongan.
4. Jika terdapat perselisihan dalam pelaksanaan tentang pemeriksaan kualitas dari
bahan-bahan tersebut, maka Penyedia Jasa / Pemborong harus menguji dan
memeriksakannya ke laboratorium Balai Penelitian Bahan pemerintah untuk diuji dan
hasil pengujian tersebut disampaikan secara tertulis kepada Konsultan Pengawas /
Pengguna Jasa / Konsultan Perencana. Segala biaya pemeriksaan ditanggung oleh
Penyedia Jasa / Pemborong.
5. Sebelum ada kepastian dari laboratorium di atas tentang baik atau tidaknya kualitas
dari bahan-bahan tersebut, Pelaksana tidak diperkenankan melanjutkan pekerjaan-
pekerjaan yang menggunakan bahan-bahan tersebut di atas.
6. Bila diminta oleh Konsultan Pengawas, Penyedia Jasa / Pemborong harus
memberikan penjelasan lengkap tertulis mengenai tempat asal diperolehnya material
dan tempat pekerjaan yang akan dilaksanakan.

Pasal - 15
PEMBERSIHAN TEMPAT KERJA

1. Pekerjaan ini mencakup pembersihan, pembongkaran, pembuangan lapisan tanah


permukaan, dan pembuangan serta pembersihan tumbuh-tumbuhan dan puing-
puing di dalam daerah kerja, kecuali benda-benda yang telah ditentukan harus tetap
di tempatnya atau yang harus dipindahkan sesuai dengan ketentuan Pasal-pasal
yang lain dari spesifikasi ini. Pekerjaan ini mencakup perlindungan/penjagaan
tumbuhan dan benda-benda yang ditentukan harus tetap berada di tempatnya dari
kerusakan atau cacat.
2. Konsultan Pengawas akan menetapkan batas-batas pekerjaan, dan menentukan
semua pohon, semak, tumbuhan dan benda-benda lain yang harus tetap berada di
tempatnya. Penyedia Jasa / Pemborong harus menjaga semua jenis benda yang
telah ditentukan harus tetap di tempatnya.
3. Segala obyek yang ada di muka tanah dan semua pohon, tonggak, kayu lapuk,
tunggul, akar, serpihan, tumbuhan lainnya, sampah dan rintangan-rintangan lainnya
yang muncul, yang tidak diperuntukan berada disana; harus dibersihkan dan atau
dibongkar serta dibuang bila perlu.

14
Pada daerah galian, segala tunggul dan akar harus dibuang dari daerah galian
sampai kedalaman sekurang-kurangnya 50 cm. di bawah elevasi lubang galian
sesuai Gambar Kerja. Lubang-lubang akibat pembongkaran harus di-urug dengan
material yang memadai dan dipadatkan sampai 90 % dari kepadatan kering
maksimum sesuai AASHTO T 99.
4. Segala bekas bongkaran, sampah, sisa bekisting, sisa tanah galian dan lain
sebagainya yang dirasa tidak perlu setelah selesai pekerjaan, maka penyedia
jasa/pemborong sudah menjadi tanggungjawabnya untuk dikeluarkan atau dibuang
dari lokasi dan aera lokasi proyek.

Pasal - 16
PEMERIKSAAN HASIL PEKERJAAN
1. JIN MEMASUKI TEMPAT KERJA.
a. Pekerjaan atau bagian pekerjaan yang telah dilaksanakan Penyedia Jasa /
Pemborong, tetapi karena bahan / material ataupun komponen jadi maupun mutu
pekerjaannya sendiri ditolak oleh Konsultan Pengawas / Pengguna Jasa, harus
segera dihentikan dan selanjutnya dibongkar atas biaya Penyedia Jasa /
Pemborong dalam waktu yang ditetapkan oleh Konsultan Pengawas /Pengguna
Jasa.
b. Tidak ada pekerjaan yang boleh ditutupi atau menjadi tidak terlihat sebelum
mendapatkan persetujuan Konsultan Pengawas, dan Penyedia Jasa /
Pemborong harus memberikan kesempatan sepenuhnya kepada Petugas / Ahli
dari Konsultan Pengawas untuk memeriksa dan mengukur pekerjaan yang akan
ditutup dan tidak terlihat.
c. Penyedia Jasa / Pemborong harus melaporkan kepada Konsultan Pengawas
kapan setiap pekerjaan sudah siap atau diperkirakan akan siap diperiksa dan
Konsultan Pengawas tidak boleh menunda waktu pemeriksaan, kecuali apabila
Konsultan Pengawas memberikan petunjuk tertulis kepada Penyedia Jasa /
Pemborong apa yang harus dilakukan.
d. Bila permohonan pemeriksaan pekerjaan itu dalam waktu 2 x 24 jam (dihitung
dari waktu diterimanya Surat Permohonan Pemeriksaan, tidak terhitung hari libur
/ hari raya) tidak dipenuhi / ditanggapi oleh Konsultan Pengawas, maka Penyedia
Jasa / Pemborong dapat meneruskan pekerjaannya dan bagian yang seharusnya
diperiksa dianggap telah disetujui oleh Konsultan Pengawas / Pengguna Jasa.

15
e. Bila Penyedia Jasa / Pemborong melalaikan perintah, Konsultan Pengawas /
Pengguna Jasa berhak menyuruh membongkar bagian pekerjaan sebagian atau
seluruhnya untuk diperbaiki.
f. Biaya pembongkaran dan pemasangan / perbaikan kembali menjadi tanggungan
Penyedia Jasa / Pemborong, tidak dapat di-klaim sebagai biaya pekerjaan
tambah maupun alasan untuk perpanjangan waktu pelaksanaan.

2. KEMAJUAN PEKERJAAN
a. Seluruh bahan, peralatan konstruksi dan tenaga kerja yang harus disediakan oleh
Penyedia Jasa / Pemborong demikian pula metode / cara pelaksanaan pekerjaan
harus diselenggarakan sedemikian rupa, sehingga diterima oleh Konsultan
Pengawas.
b. Apabila laju kemajuan pekerjaan atau bagian pekerjaan pada suatu
waktumenurut penilaian Konsultan Pengawas telah terlambat, untuk menjamin
penyelesaian pada waktu yang telah ditentukan atau pada waktu yang
diperpanjang, maka Konsultan Pengawas harus memberikan petunjuk secara
tertulis langkah-langkah yang perlu diambil guna melancarkan laju pekerjaan
sehingga pekerjaan dapat diselesaikan pada waktu yang telah ditentukan.

3. PERINTAH UNTUK PELAKSANAAN


Bila Penyedia Jasa / Pemborong atau petugas lapangannya tidak berada di tempat
kerja dimana Konsultan Pengawas bermaksud untuk memberikan petunjuk atau
perintah, maka petunjuk atau perintah itu harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh
semua petugas pelaksana atau petugas yang ditunjuk oleh Penyedia Jasa /
Pemborong untuk menangani pekerjaan itu

4. TOLERANSI
Seluruh pekerjaan yang dilaksanakan dalam Kontrak ini harus dikerjakan sesuai
dengan toleransi yang diberikan dalam spesifikasi dan toleransi lainnya yang
ditetapkan pada bagian lainnya.

16
BAB – II
SYARAT-SYARAT TEKNIS
PEKERJAAN PEMBONGKARAN DAN PEKERJAAN TANAH

Pasal - 1
UMUM

1. LINGKUP PEKERJAAN

Pekerjaan yang dimaksud meliputi penyediaan tenaga, bahan-bahan, peralatan dan


alat bantu lainnya yang diperlukan dan disesuaikan setaip lokasi pekerjaan
berdasarkan kebutuhan yang diperlukan:
a. Pekerjaan Persiapan / Pendahuluan
b. Pekerjaan Bongkaran dan Pembersihan
c. Pekerjaan Tanah dan timbunan Tanah
d. Pekerjaan Pondasi dan Sloof
e. Pekerjaan Kolom dan Balok
f. Pekerjaan Plat lantai
g. Pekerjaan Rangka Atap dan Atap
h. Pekerjaan Dinding dan penutup Dinding
i. Pekerjaan Lantai dan penutup Lantai
j. Pekerjaan Plafond
k. Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal
l. Pekerjaan Pengecatan
m. Pekerjaan Akhir / Finishing

2. PERSIAPAN PELAKSANAAN
a. Sebelum pelaksanaan pekerjaan ini, Penyedia Jasa / Pemborong harus
mempelajari dengan seksama Gambar Kerja. Penyedia Jasa / Pemborong
harus sudah memperhitungkan segala kondisi di lapangan yang meliputi dan
tidak terbatas pada bangunan eksisting, trench, saluran drainase, pipa-pipa,
instalasi eksisting lainnya, tiang listrik.
b. Penyedia Jasa/Pemborong harus mengamankan / melindungi hasil paket
pekerjaan sebelumnya maupun yang sedang berjalan bahan / komponen /
instalasi eksisting yang dipertahankan agar tidak rusak atau cacat.
17
c. Rencana pengamanan, baik berupa penyangga, penopang atau konstruksi
khusus sebagai penahan atau pelindung bagian yang tidak dibongkar, harus
dilaporkan kepada Konsultan Pengawas terlebih dahulu untuk mendapatkan
persetujuan.

Pasal - 2
PEMBERSIHAN

1. Pekerjaan pembersihan mencakup pembersihan dari dalam tapak/site terhadap


semua hal yang dinyatakan oleh Konsultan Pengawas/ Perencana hal-hal yang tidak
akan digunakan dalam site, maupun hal-hal yang dapat mengganggu kelancaran
pelaksanaan diantaranya:
a. Perataan site.
b. Pembongkaran pohon diareal kerja bila ada.
c. Pembongkaran bagian bangunan Eksisting yang mau direhab
d. Pembersihan material yang tidak digunakan yang ada dilokasi

2. Setiap pembersihan dan perataan harus dilakukan sedemikian rupa sehingga siap
untuk dapat dilaksanakan pembangunan sesuai dengan Gambar Kerja.
3. Baranghasil perataan dan pembersihan harus dikeluarkan dari tapak / site konstruksi
dan dikumpulkan ditempat/ lokasi tertentu yang ditunjukkan oleh Konsultan
Pengawas.
Pada dasarnya, barang-barang dari hasil perataan tersebut tidak dapat dipakai lagi
dalam pekerjaan, kecuali apabila dinyatakan lain oleh Konsultan Pengawas.

Pasal - 3
PEKERJAAN TANAH
Pekerjaan tanah adalah pekerjaan pembuatan lubang / galian di tanah dan termasuk
pengurugan/pemadatan tanah kembali yang diperlukan untuk:
• Pondasi pada bangunan-bangunan tertentu yaitu rencana Pondasi Tapak dan
Sloof.
• Galian lain seperti yang ditunjukkan dalam Gambar Kerja di setiap lokasi
pekerjaan dan di konsultasikan kepada Konsultan Pengawas.

18
1. JENIS – JENIS GALIAN.
Penggalian dibagi dalam macam-macam jenis, yaitu:
a. Galian tanah biasa dan tanah berbatu
Galian tanah biasa dan tanah berbatu mencakup semua galian tanah, galian batu,
galian konstruksi atau galian material dan bahan baku lainnya.
b. Galian konstruksi / obstacle.
Galian konstruksi/ obstacle adalah semua galian selain dari galian tanah dan
galian berbatu dalam batas pekerjaan yang disebut dalam spesifikasi ini atau
tercantum dalam Gambar Rencana.
Semua galian yang disebut sebagai galian konstruksi terdiri dari galian lantai
bangunan, galian pondasi, galian perkerasan jalan / halaman, galian pipa / kabel
listrik, saluran-saluran serta konstruksi-konstruksi lainnya, selain yang
disebutkan pada spesifikasi ini.
Semua pekerjaan galian harus dikerjakan sesuai dengan spesifikasi untuk
ketiga macam galian tersebut diatas. Syarat-syarat kerja yang menyangkut
bidang lain, mengikuti ketentuan-ketentuan letak, peil dan dimensi seperti yang
dicantumkan dalam Gambar Rencana atau petunjuk Konsultan Pengawas.

2. Pekerjaan galian ini baru boleh dilaksanakan setelah papan Patok Ukur / Bowplank
terpasang lengkap dengan penandaan sumbu, ketinggian dan bentuk telah
diperiksa serta disetujui Konsultan Pengawas.
3. Galian untuk konstruksi harus sesuai dengan Gambar Kerja dan bersih dari tanah
urug bekas serta sisa bahan bangunan.
4. Urutan penggalian harus diatur sedemikian rupa dengan mengikuti petunjuk-
petunjuk Konsultan Pengawas sehingga tidak menimbulkan gangguan pada
lingkungan tapak /site atau menyebabkan timbulnya genangan air untuk waktu lebih
dari 24 jam.
5. Jika pada galian terdapat akar kayu, kotoran dan bagian tanah yang tidak padat
atau longgar, maka bagian ini harus dikeluarkan seluruhnya, kemudian lubang yang
tejadi harus ditutup urugan tanah yang dipadatkan dan disirami air setiap ketebalan
20 cm, lapis demi lapis sampai penuh sehingga mencapai kepadatan dan
ketinggian yang diinginkan.
Biaya pekerjaan ini menjadi tanggungan Penyedia Jasa/Pemborong dan tidak dapat
di-klaim sebagai pekerjaan tambah.

19
6. Bila Penyedia Jasa / Pemborong melakukan penggalian yang melebihi kedalaman
yang ditentukan dalam Gambar Kerja, maka Penyedia Jasa/Pemborong wajib
untuk menutupi kelebihan galian tersebut dengan urugan pasir yang dipadatkan
dan disirami air setiap ketebalan 5 cm, lapis demi lapis sampai penuh sehingga
mencapai ketinggian yang diinginkan.
Biaya pekerjaan ini menjadi tanggungan Penyedia Jasa/Pemborong dan tidak
dapat diklaim sebagai pekerjaan tambah.
7. Dasar galian harus dikerjakan dengan teliti, datar/rata sesuai dengan Gambar Kerja
dan harus dibersihkan dari segala macam kotoran.
8. Galian pondasi harus dilakukan sesuai dengan lebar lantai kerja pondasi atau
seperti tercantum dalam Gambar Kerja, dengan penampang lereng galian kiri dan
kanan dimiringkan 10 derajat kearah luar pondasi dari As, ketinggian serta bentuk
selesai sesuai Gambar Kerja, diperiksa serta disetujui Konsultan Pengawas.
9. Kelebihan galian tanah berbatu harus dibuang keluar dari dalam tapak /site
konstruksi. Area antara papan Patok Ukur dengan galian harus bebas dari timbunan
tanah.
10. Untuk menjaga lereng-lereng lubang galian agar tidak longsor/runtuh, maka apabila
dianggap perlu oleh Konsultan Pengawas, Penyedia Jasa/Pemborong harus
memasang konstruksi penahan (casing) sementara dari bahan seng gelombang
BJLS50 atau setara, atau dari papan-papan tebal 3 cm. Diperkuat dengan kayu-
kayu dolken minimal diameter 8 cm. Sehingga konstruksi tersebut dapat menjamin
kestabilan lereng galian.
11. Biaya untuk lingkup yang terurai pada butir 10 diatas ditanggung oleh Penyedia
Jasa/Pemborong, serta tidak dapat di-klaim sebagai pekerjaan tambah.

Pasal - 4
GALIAN STRUKTUR
1. LINGKUP PEKERJAAN

1.1. Galian yang dimaksud untuk pondasi Tapak, dan Sloof yang ukurannya sesuai
dengan Detail gambar Rencana, bekas kalian setelah dilakukan pengecaoran
harus di urug Kembali dengan tanah dan dipadatkan
1.2. Pekerjaan galian ini mencakup pengurugan kembali dengan material yang
disetujui oleh Konsultan Pengawas, berikut pembuangan bahan-bahan sisa,

20
dan semua bahan serta peralatan lainnnya untuk menghindarkan galian dari
genangan air tanah dan air permukaan
1.3. Penyediaan tenaga kerja, bahan, fasilitas pelaksanaan dan kebutuhan-
kebutuhan lainnya yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan tanah yang
sesuai dengan gambar-gambar dan spesifikasi.

2. PERSYARATAN PEKERJAAN

2.1. Tata letak.


Penyedia Jasa/Pemborong bertanggung jawab atas tata letak yang diperlukan
untuk melaksanakan pekerjaan. Sebelum penataan, Penyedia
Jasa/Pemborong harus menyerahkan rencana tata letak untuk mendapat
persetujuan dari Konsultan Pengawas.
Benchmark yang bersifat tetap maupun sementara harus dijaga dari
kemungkinan gangguan atau pemindahan.

2.2. Pengawasan.
Selama pelaksanaan pekerjaan tanah ini, Penyedia Jasa/Pemborong harus
diwakili oleh seorang pengawas ahli yang sudah berpengalaman dalam bidang
pekerjaan penggalian/ pengurugan, yang mengetahui semua aspek pekerjaan
yang harus dilaksanakan sesuai kontrak.

2.3. Pekerjaan pembersihan.


Semua benda dipermukaan seperti pohon, akar dan tonjolan, serta rintangan-
rintangan dan lain-lain yang berada di dalam batas daerah pembangunan yang
tercantum dalam gambar, harus dibersihkan dan atau dibongkar, kecuali untuk
hal-hal dibawah ini:
• Sisa-sisa pohon yang tidak mengganggu dan akar-akar serta benda-benda
yang tidak mudah rusak, yang letaknya minimal 1 (satu) meter dibawah
dasar pondasi menerus
• Kecuali pada tempat-tempat yang harus digali, lubang-lubang bekas
pepohonan dan lubang-lubang lain, harus diurug kembali dengan bahan-
bahan yang baik dan dipadatkan.
• Penyedia Jasa/Pemborong bertanggung jawab untuk membuang sendiri

21
tanaman-tanaman dan puing-puing ke tempat yang ditentukan oleh
Konsultan Pengawas.
• Penyedia Jasa/Pemborong harus melestarikan semua benda-benda yang
ditentukan tetap berada pada tempatnya.
Semua peralatan yang diperlukan pada paket pekerjaan ini, harus tersedia
dilapangan dalam keadaan siap pakai.
Batasan penggalian obstacle adalah sebagai berikut:
• Pada daerah titik galian pondasi sampai mencapai kedalaman yang
masih memungkinkan, obstacle tersebut bisa digali sesuai dengan
kondisi dan sifat tanah pada daerah tersebut.

2.4. Pembuangan humus.


Sebelum mulai pekerjaan penggalian, lapisan humus dan rumput harus
dibersihkan, harus bebas dari sisa-sisa tanah bawah (sub soil), bekas-bekas
pohon, akar-akar, batu-batuan, semak-semak atau bahan lainnya. Humus yang
didapat dari pengupasan tersebut harus dibuang ketempat yang sudah
ditentukan oleh Pengguna Jasa/Konsultan Pengawas

3. PENGGALIAN

3.1. Sebelum memulai pekerjaan galian, Penyedia Jasa / Pemborong harus:


• Dengan inisiatif sendiri mengambil tindakan untuk mengatur drainase
alamiah dari air yang mengalir pada permukaan tanah, untuk mencegah
galian tergenang air.
• Memeriksa segala penggalian dan pembersihan ditempat itu sudah
dilaksanakan sesuai dengan spesifikasi ini.
• Memberitahu Konsultan Pengawas sebelum memulai suatu galian apapun,
agar elevasi penampang melintang dan pengukuran dapat diketahui dan
dilakukan pada tanah yang belum terganggu. Tanah yang berdekatan
dengan struktur tidak boleh diganggu tanpa ijin Konsultan Pengawas.
3.2. Penggunaan mesin untuk penggalian diperbolehkan, kecuali untuk tempat-
tempat dimana penggunaan mesin-mesin itu dapat merusak benda-benda yang
berada didekatnya, bangunan-bangunan ataupun pekerjaan yang telah
rampung.

22
Dalam hal ini metoda pekerjaan secara manual/ dengan menggunakan tenaga
buruh yang harus dilakukan.

3.3. Penyedia Jasa / Pemborong harus melakukan perlindungan dan perawatan


yang cukup untuk bagian-bagian pekerjaan di atas maupun di bawah tanah,
drainase, saluran-saluran pembuang dan rintangan-rintangan yang dihadapi
dalam pelaksanaan pekerjaan.
Semua biaya yang ditimbulkan menjadi tanggungjawab Penyedia Jasa.
3.4. Kemiringan galian harus dibuat maksimal dengan perbandingan
kemiringan sesuai gambar rencana.
3.5. Batu-batu, kayu-kayu dan bahan-bahan lain dalam lubang galian yang tak
berguna harus dibuang dan tidak boleh digunakan untuk pengurugan.
3.6. Setiap kali galian selesai dikerjakan, Penyedia Jasa/Pemborongharus
memberitahu Konsultan Pengawas mengenai hal itu dan pembuatan, Lantai
Kerja atau penempatan material apapun tidak boleh dilakukan sebelum
Konsultan Pengawas menyetujui kedalaman pondasi dan karakter tanah
dasar pondasi.
3.7. Bila tanah dasar pondasi lembek, berlumpur atau tidak memenuhi syarat,
maka bila diperintahkan oleh Konsultan Pengawas, Penyedia
Jasa/Pemborong harus menggantinya dengan material berbutir atau kerikil
sebagaimana disyaratkan pada RKS ini.
Material penggganti tersebut harus diurugkan dan dipadatkan lapis demi lapis
dengan tebal tiap lapis 15 cm, sampai mencapai elevasi dasar pondasi dengan
kepadatan sesuai petunjuk Konsultan Pengawas.
3.8. Kepadatan tanah dasar harus mencapai CBR 3%. Bila menurut Konsultan
Pengawas tanah dasar pondasi tidak memenuhi syarat semata-mata karena
kesalahan Penyedia Jasa/Pemborong dalam mengerjakan kewajibannya,
maka Penyedia Jasa / Pemborong harus membuang dan mengganti tanah
dasar pondasi atas tanggungan biaya sendiri, atau menangguhkan pekerjaan
galian itu sampai kondisi tanah dasar pondasi tersebut memenuhi syarat.
3.9. Semua material hasil galian bila memenuhi syarat, harus dimanfaatkan
sebagai material urugan atau timbunan, dan bila ternyata berlebihan maka
harus dibuang.

23
4. AIR TANAH
4.1. Bila air tanah muncul ketika sedang dilakukan galian struktur, maka Penyedia
Jasa/Pemborong harus segera mengambil langkah-langkah yang diperlukan
untuk mencegah air menggenangi galian dan alas struktur.
4.2. Bila galian terjadi pada tanah yang mengandung air permukaan, maka air ini
tidak dianggap sebagai air tanah dan merupakan kewajiban Penyedia
Jasa/Pemborong untuk menanggulanginya sesuai spesifikasi ini, sehingga
tidak akan ada tambahan pembayaran.
Penilaian apakah air itu merupakan air permukaan atau air tanah adalah
mutlak wewenang Konsultan Pengawas.

Pasal - 5
PEKERJAAN URUGAN DAN PEMADATAN

1. PEKERJAAN URUGAN.
Pekerjaan pengurugan dan pemadatan tanah ini untuk :
a. Semua galian sampai permukaan yang ditentukan dengan kepadatan minimal
CBR 2% atau sesuai Gambar Kerja.
b. Terkecuali untuk tempat tertentu / khusus, kepadatan tanahnya seperti tercantum
dalam Gambar Kerja atau petunjuk Konsultan Pengawas / Konsultan Perencana.

2. BAHAN URUGAN
a. Bahan urugan yang dipakai adalah tanah merah atau pasir urug darat yang
memenuhi persyaratan sebagai bahan urugan.
b. Tanah bekas galian pada umumnya tidak boleh dipakai lagi untuk bahan urugan,
kecuali apabila tanah tersebut memenuhi persyaratan sebagai bahan urugan dan
mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas.
c. Sumber bahan urugan ini harus mempunyai jumlah yang cukup untuk menjamin
penyediaan bahan urugan yang bisa mencukupi kebutuhan seluruh proyek.
Semua bahan urugan harus mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas,
baik mengenai kualitas bahan maupun sumber bahan itu sendiri sebelum dibawa
atau digunakan di dalam lokasi pekerjaan.

24
d. Bahan urugan yang mengandung tanah organis, akar-akaran, sampah dan lain-
lain, tidak boleh dipergunakan untuk urugan. Bahan-bahan seperti ini harus
dipindahkandan ditempatkan pada daerah pembuangan yang disetujui atau
ditunjuk oleh Konsultan Pengawas.
e. Daerah yang akan diurug harus dibersihkan dari humus dengan cara stripping
setebal + 30 cm.
f. Bahan-bahan urugan yang sudah ditempatkan di lokasi pengurugan tetapi
tidakmemenuhi standar, harus dibuang dan diganti oleh Penyedia Jasa /
Pemborong atas biaya sendiri.

3. PENGURUGAN
a. Sebelum pelaksanaan pekerjaan ini, seluruh area pembangunan harus
sudahbersih dari humus, akar tanaman, benda-benda organis, sisa-sisa
bongkaran dan bahan lain yang dapat mengurangi kualitas pekerjaan ini.
b. Urugan harus bebas dari segala macam bahan yang dapat membusuk, sisa
bongkaran, dan atau yang dapat mempengaruhi kepadatan urugan. Tanah
urugan dapat diambil dari bekas galian atau tanah yang didatangkan dari luar
yang tidak mengandung bahan-bahan seperti tersebut di atas dan atau telah
disetujui Konsultan Pengawas.
c. Penghamparan tanah urugan dilakukan lapis demi lapis dan langsungdipadatkan
sampai mencapai permukaan / peil yang diinginkan.
d. Ketebalan perlapis setelah dipadatkan tidak boleh melebihi 20 cm. Setiap kali
penghamparan harus mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas yang
menyatakan bahwa lapisan di bawahnya telah memenuhi kepadatan yang
disyaratkan, dan seluruh prosedur pemadatan ini harus ditulis dalam Berita Acara
yang disetujui Konsultan Pengawas.
• Lapisan tanah lunak (lumpur) yang ada harus dihilangkan dengan dikeruk,
sebelum pekerjaan pengurugan dimulai. Pada saat pengerukan dan
pengurugan, daerah ini harus dikeringkan.
• Pemampatan dan pemadatan harus dilakukan sesuai dengan artikel yang
bersangkutan di bawah ini dalam bab ini.
• Tidak boleh dilakukan pengurugan atau pemadatan selama hujan deras. Jika
permukaan lapisan yang sudah dipadatkan tergenang oleh air, Penyedia Jasa
/ Pemborong harus membuat alur-alur pada bagian teratas untuk

25
mengeringkannya sampai mencapai kadar air yang benar dandipadatkan
kembali.
• Ketinggian pengurugan setelah dipadatkan harus mencapai elevasi sesuai
yang tercantum dalam Gambar Kerja.
e. Pengurugan untuk halaman yang tidak dibangun, jalan dan perkerasan, tidak
perlu dipadatkan dengan mesin pemadat, cukup ditimbris dengan tangan.

4. PEMADATAN
a. Sebelum pelaksanaan pemadatan, seluruh area pembangunan harus
dikeringkan terlebih dahulu.
b. Penyedia Jasa / Pemborong harus bertanggung jawab atas ketepatan
penempatan dan pemadatan bahan-bahan urugan dan juga memperbaiki
kekurangan-kekurangan akibat pemadatan yang tidak cukup.
c. Penyedia Jasa / Pemborong harus menetukan jenis ukuran dan berat dari alat
yang paling sesuai untuk pemadatan bahan urugan yang ada. Alat-alat
pemadatan ini harus mendapat persetujuan Konsultan Pengawas.
d. Pemadatan tanah harus dilakukan lapis demi lapis dengan ketebalan tiap lapisan
maksimum 30 cm. dan dipadatkan sampai mencapai paling sedikit 90% (modified
proctor) dari kepadatan kering maksimum seperti yang ditentukan dalam
AASHTO T 99.
e. Pemadatan diupayakan dengan memakai stamper atau baby roller
f. Pelaksanaan pemadatan harus dilakukan dalam cuaca baik. Apabila hari hujan,
pemadatan harus dihentikan. Selama pekerjaan ini, kadar air harus dijaga agar
tidak lebih besar dari 2 % kadar air optimum.

5. PEKERJAAN PERATAAN TANAH.


Bila terdapat bagian-bagian yang lebih tinggi dari permukaan tanah yang
direncanakan, perataan pada bagian ini harus dilakukan sedemikian rupa sehingga
kelebihan tanah tersebut dapat diangkut ke tempat lain yang ditentukan oleh
Konsultan Pengawas.

26
BAB – III
SYARAT-SYARAT TEKNIS
PEKERJAAN STRUKTUR

Pasal – 1
BETON COR DI TEMPAT

1. UMUM
1.1. DOKUMEN YANG BERHUBUNGAN
Gambar dan ketentuan umum dalam Kontrak termasuk Persyaratan Umum dan
Tambahan, berlaku untuk pasal ini.
1.2. LINGKUP PEKERJAAN
a. Pasal ini mensyaratkan pekerjaan beton cor ditempat (cast in place),
termasuk bekisting, penulangan, mix design, prosedur pengecoran dan
finishing.
b. Beton cor di tempat meliputi:
• Cor Sloof, Kolom, Plat Lanati, Ring Balok dengan mutu Beton K-250
• Bahan Cor menggungakan Semen, Pasir Beton dan batu Split, tidak d
perbolehkan menggunakan batu guli pada mutu beton K-250
1.3. PENYERAHAN DOKUMEN
a. Umum: Dokumen berikut harus diserahkan sesuai persyaratan dalam
Kontrak dan Pasal Ketentuan Umum.
b. Data untuk material dan item yang memadai, termasuk baja penulangan dan
perlengkapan bekisting, adukan, bahan perawatan (curing compound),
bahan finishing adukan kering dan lainnya yang diminta pengawas.
c. Gambar kerja (shop drawing) untuk detail penulangan beton, memperlihatkan
bar schedule, jarak sengkang, diagram pembengkokan batang tulangan dan
pengaturan penulangan beton. Termasuk penulangan khusus yang
diperlukan untuk lubang pada struktur beton.
d. Gambar kerja (shop drawing) untuk bekisting memperlihatkan fabrikasi dan
ereksi bekisting \ untuk finishing muka beton tertentu. Perlihatkan konstruksi
bekisting termasuk tumpuan, penyambungan, sambungan bekisting khusus,
lokasi dan penempatan ikatan dan hal lainyang mempengaruhi tampak beton
expose.

27
• Review Pengawas hanya secara umum. Perencanaan bekisting
mengenai kestabilan struktur dan efisiensi merupakan tanggung-jawab
Penyedia Jasa.
e. Contoh bahan seperti diminta Pengawas termasuk nama, sumber dan
penjelasan meliputi bahan:
• Finishing berwarna.
• Agregat berat normal.
f. Lampiran test laboratorium untuk bahan batang tulangan, bahan beton dan
test mix design.
g. Sertifikat bahan pengganti laporan test laboratorium, jika diijinkan oleh
Pengawas/Perencana. Sertifikat bahan harus ditanda-tangani oleh Pabrik
dan Penyedia Jasa, menyatakan semua bahan sesuai dengan atau melebihi
persyaratan yang ditentukan.

1.4. PENGENDALIAN MUTU


a. Peraturan dan standard: Sesuai dengan ketentuan peraturan berikut,
spesifikasi dan standard, kecuali jika ketentuan yang lebih ketat dinyatakan
atau disyaratkan:
• Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung
• Peraturan Umum Tentang Bahan Bangunan Indonesia 1983
• Standard Industri Indonesia.
• Peraturan Beton Indonesia 1971 (PBI 1971).
• American Concrete Institute ACI 301, “Specification for Structural
Concrete forBuildings”.
• ACI 318, “Building Code Requirement for Reinforced Concrete”.
• Concrete Reinforcing Steel Institute CRSI, “Manual of Standard Practice”.
b. Jika Pekerjaan yang disarankan menggunakan Mutu Beton K-250 harus
memiliki Sample Silinder Beton minimal 2 buah yang 7 hari dan 28 hari untuk
di uji di LAB yang bersertifikat Asesor Komite Akreditasi Nasional (KAN),
segala biaya dan administrasi yang ditumbulakn dalam pengujian ini menjadi
tanggungjawab Kontraktor pelaksana.
c. Jika diperlukan test batangan tulangan dan beton: Ditunjuk agen/laboratorium
pengujian yang independen dan disetujui oleh Pengawas/Perencana, untuk
melakukan test evaluasi bahan dan untuk merencanakan adukan beton.
28
d. Bahan dan pekerjaan yang dilaksanakan dapat membutuhkan test dan test
ulang setiap saat selama pelaksanaan pekerjaan. Test termasuk test ulang
atas bahan yang ditolak yang telah terpasang dilakukan atas biaya Penyedia
Jasa.
e. Pada pekerjaan pengecoran ini diharuskan mengguankan minimal Vibrator
mini guna mempertahankan kepadatan beton sehingga dapat mencapai mutu
yang diinginkan

1.5. BAHAN TULANGAN


a. Batang tulangan:
• BJTP-24, tegangan leleh 240 MPa, batang polos dan ulir untuk semua
diameter.
b. Supply setiap bahan tulangan dari satu sumber yang disetujui Pengawas.
Serahkan sertifikat laboratorium pabrik.

1.6. BAHAN BETON

a. Portland cement: ASTM C-150 type I atau PUBI 1983 type I dan sesuai
standard SII 0013 81
b. Fly ash: ASTM C-618 type F
c. Pasir. Pasir yang digunakan adalah jenis pasir pasang dengan butir-butir
yang tajam, bersih dari tanah dan lumpur dan tidak mengandung bahan-
bahan organis.
d. Air, Air yang dipakai harus bebas dari lumpur, minyak, asam, basa, garam,
bahan organik dan kotoran lainnya dalam jumlah yang dapat merusak.
e. Kerikil beton / Split.
▪ Kerikil beton / split harus bersih, bersudut tajam, tidak berpori serta
mempunyai gradasi kekerasan sesuai dengan syarat-syarat NI-2.
▪ Penyimpanan / penimbunan koral beton dengan pasir harus dipisahkan
satu sama lain, hingga kedua bahan tersebut dijamin mendapatkan
perbandingan adukan beton yang disyaratkan.
▪ Kerikil Beton / Split ukuran 1 – 3 cm

29
f. Agregat berat normal: ASTM C-33 dan seperti disyaratkan. Agregat dari satu
sumber, diusulkan kepada Pengawas untuk mendapat persetujuan, untuk
menjamin konsistensi dalam mutu dan grading.
g. Admixture: Gunakan bahan yang tidak mengandung lebih dari 0.1 persen ion
chlorida.

1.7. ADUKAN RENCANA

a. Siapkan mixdesign untuk setiap jenis dan kekuatan beton dengan cara
adukan percobaan dilab ataupun pengalaman di lapangan seperti
disyaratkan ACI 301. Untuk adukan percobaan gunakan agen lab
independen yang disetujui Pengawas.
b. Batasi penggunaan non fly-ash tidak melebihi 25 persen kadar semen
menurut berat.
c. Serahkan laporan tertulis kepada Pengawas paling lambat 15 hari sebelum
mulai pekerjaan. Jangan mulai produksi beton sampai mix design direview
dan disetujui Pengawas.
d. Rencana adukan beton berat normal dengan kekuatan rencana sebagai
berikut:
Jalan Beton , fc’ = 21,7 MPa (setara K-250) sesuai dalam gambar dan RAB.
e. Coba beberapa water cement ratio yang berbeda untuk mendapatkan W/C
untuk setiap batas slump.
f. Batas slump:
• Ramp, pelat permukaan miring tidak lebih dari 75 mm.
• Sistem pondasi beton bertulang tidak kurang dari 25 mm dan tidak lebih
dari 75 mm.
• Beton mengadung high range water reducing admixture
(Superplasticizer): Tidak lebih ndari 200 mm setelah penambahan
admixture untuk slump beton di lapangan 50-75mm.
g. Penyesuaian terhadap adukan beton : Penyesuaian mix-design boleh diminta
oleh Penyedia Jasa, jika sifat material, keadaan pekerjaan, cuaca, hasil test,
atau pertimbangan lainnya, seperti disetujui Pengawas. Data test lab untuk
revisi mix design dan hasil test kekuatan harus diserahkan dan disetujui
sebelum penggunaan dalam pekerjaan.

30
h. Penyedian wajib membuat sample uji mutu beton untuk di uji di laboratorium
yang mutu betonnya fc’ = 21,7 MPa (setara K-250), dengan silinder beton
atau kubus. Labarotourium yang bisa diterima hasil ujinya laboratorium yang
sudah bersertifikat KAN dan ISO.

1.8. ADMIXTURE
Admixture dapat digunakan dengan persetujuan Pengawas dan dilaksanakan
sesuai petunjuk pabrik pembuat.

1.9. MENGADUK BETON


a. Pengadukan di lapangan: Gunakan weight batching plant dan volumetric
system untuk mengukur air, seperti disetujui Pengawas. Aduk bahan beton
dengan mesin molen yang memadai. Untuk mixer dengan kapasitas 0,5 m3
atau kurang, pengadukan yang kontiniu sedikitnya 1-1/2 menit, tetapi tidak
lebih dari 5 menit setelah bahan masuk mesin molen, sebelum setiap bagian
dari batch dihentikan.
b. Mesin Pengaduk Beton (Mesin Molen) : Sesuai dengan ketentuan ASTM C-
94 dan seperti disyaratkan.
• Waktu digunakan mesin Molen, supply adukan beton oleh supplier yang
disetujui. Inspeksi boleh dilakukan oleh Pengawas. Inspeksi dan
persetujuan Pengawas tidak melepas jaminan Penyedia Jasa atas mutu
beton molen sesuai persyaratan.
• Buatkan catatan semen, agregat dan kadar air selama pengadukan di
batching plant kepada Pengawas. Lakukan test periodik untuk
menentukan kadar air dari agregat dan volume air yang ditambahkan
pada adukan.
• Waktu suhu berada antara 30 derajat C dan 32 derajat C, kurangi waktu
pengadukan dan pengiriman dari 1-1/2 jam menjadi 75 menit, dan waktu
suhu di atas 32 derajat C menjadi 60 menit. Kecuali digunakan retarder,
waktu boleh ditingkatkan sampai 3-1/2jam.
• Buat catatan pengadukan di plant, ditanda-tangani oleh yang berwenang
di plant, diserahkan bersamaan pengiriman beton ke lapangan. Catat
waktu kedatangan.
• Catatan yang harus siap di lapangan terdiri dari:

31
✓ Waktu pengadukan bahan dan penambahan air.
✓ Waktu pengecoran
✓ Lokasi pengecoran
✓ Pengambilan jumlah sampel test silinder/kubus
✓ Slump
• Penyedia Jasa bertanggung jawab atas mutu beton yang dihasilkan.
Pengawas berhak mengganti supplier jika dirasa tidak memuaskan dan
tidak sesuai spesifikasi.

2. PELAKSANAAN
2.1. UMUM
Koordinasi pemasangan bahan penyambung, vapor retarder/barrier dan bahan
lainnya yang berhubungan dengan pemasangan bekisting dan baja tulangan.

2.2. BEKISTING
a. Umum: Design, pasang, sangga dan pelihara bekisting untuk menyangga
secara vertikal, lateral, statis dan dinamis beban yang mungkin bekerja
sampai struktur beton dapatmenahan beban tersebut. Susun bekisting
supaya elemen beton dan struktur mempunyai ukuran, bentuk, alignment,
elevasi dan posisi yang benar. Jaga toleransi konstruksi bekisting dan
ketidak-teraturan permukaan menurut batas berikut ini:
b. As semua permukaan finish plus minus 5 mm dari as yang diinginkan.
• Dimensi struktur yang kurang dari 3 m, plus minus 5 mm.
• Dimensi struktur yang lebih dari 3 m, plus minus 10 mm.
c. Pakai batas pada ACI 347 untuk toleransi lainnya, pakai toleransi kelas A
untuk beton expose dan kelas C untuk muka beton lainnya.
d. Susun bekisting dengan ukuran, bentuk, as dan dimensi yang seharusnya
untuk menghasikan alignment, lokasi, kemiringan dan level yang akurat.
Sediakan untuk lubang, offset, cokan, sudut, block-out, pengangkuran, insert,
bentuk-bentuk permukaan yang disyaratkan. Gunakan bahan pilihan supaya
menghasilkan finishing yang disyaratkan. Tutup celah dan sambungan untuk
mencegah bocoran pasta beton.
e. Penyangga bekisting: Pasang penyangga vertikal untuk semua bekisting
supaya memberikan kekuatan yang diperlukan dan mencegah lendutan

32
bagian struktur yang sedang dikerjakan akibat beban overload atau getaran.
Kecuali dinyatakan dalam gambar detail, susun bekisting dengan camber anti
defleksi ke atas sebagai berikut:
• Untuk semua pelat dan balok : 0.2 % dari bentangan pada tengah
bentangan.
• Untuk semua balok dan pelat cantilever (bila ada) : 0.4 % dari panjang
pada ujung cantilever.
f. Fabrikasi bekisting untuk pembongkaran yang mudah tanpa memukul atau
mengganggu muka beton. Siapkan bagian bekisting khusus sesuai untuk
beton yang dibuat.
g. Buat lubang sementara untuk membersihkan dan inspeksi jika bagian dalam
bekisting tidak dapat dicapai sebelum dan selama pengecoran beton. Sangga
dan tutup secara pas lubang tersebut untuk menghindari kehilangan beton.
Tempatkan lubang sementara pada lokasi yang tepat.
h. Chamfer sudut expose dan ujung seperti dinyatakan, menggunakan chamfer
strip kayu, metal, PVC atau karet, dibuat untuk menghasilkan jalur yang rata
dan halus dan pas dengan sambungan ujung.
i. Pembersihan dan pengencangan: Dengan seksama bersihkan bekisting dan
permukaan yang berdekatan untuk menerima beton. Singkirkan serpihan
kayu, sisa gergajian, kotoran dan bahan lepasan segera sebelum
pengecoran beton untuk mencegah bocoran mortal dan menjaga alignment
yang sesuai.

2.3. PEMASANGAN BAJA TULANGAN

a. Umum: Sesuai dengan rekomendasi CRSI (Concrete Reinforcing Steel


Institute) untuk pemasangan baja tulangan, untuk detail dan metode
pemasangan baja tulangan dan penyangga sesuai persyaratan.
b. Pembengkokan: Bengkokan batang baja tulangan dalam posisi
pembengkokan seperti dinyatakan dalam gambar dan disyaratkan dalam
peraturan. Siapkan dan serahkan kepada Pengawas bar-bending sebelum
fabrikasi.
c. Bersihkan tulangan dari karat ringan dan mill scale dan bahan lain yang
mengurangi atau merusak lekatan dengan beton.

33
d. Dengan teliti tempatkan, sangga dan amankan tulangan dari pergeseran.
Tempatkan dan sanggah tulangan seperti disetujui Pengawas.
e. Pasang tulangan dengan cukup selimut beton. Atur, beri jarak dan jaga ikatan
batang tulangan dan penyangga supaya memegang tulangan pada posisinya
selama pengecoran. Pasang ikatan kawat dengan ujung-ujungnya tetap
didalam beton, tidak keluar permukaanbeton.
f. Ketebalan selimut beton minimal 2, 5 cm

2.4. PERSIAPAN PENGECORAN BETON


a. Sebelum pengecoran beton, dengan seksama bersihkan semua alat
pengaduk dan pengangkut.
b. Semua bekisting dimana beton dicor harus dibersihkan dari kotoran dan
bahan lepasan.
• Bekisting harus dibasahkan dan tulangan harus ditempatkan dengan baik.
• Sebelum pengecoran beton, semua permukaan beton eksisting harus
dikasarkan dan bersih dari bahan lepas dan dilapis dengan mortar semen
non-shrink yang mempunyai sifat sama dengan beton. Air harus
disingkirkan dari bekisting dimana beton akan dicor.

2.5. PENGECORAN BETON


a. Pemeriksaan: Sebelum pengecoran beton, periksa dan lengkapi
pemasangan bekisting, baja tulangan dan bagian tertanam. Seluruh proses
pengerjaan harus secara tetap diperiksa dan diawasi oleh inspector yang
berpengalaman dan bertanggung-jawab.
b. Umum: Sesuai ACI 304 dan yang disyaratkan. Metode pengangkutan,
penimbangan dan pengadukan bahan harus disetujui Pengawas.
c. Beton harus diangkut dari mixer ke bekisting secepat mungkin dengan cara
yang mencegah segregasi.
d. Semua alat angkut harus dicuci dan dibersihkan waktu pengecoran beton
dihentikan untuk waktu lebih dari 30 menit. Beton harus dicor dan digetarkan
dalam waktu tidak lebih dari 40 menit sejak air ditambahkan kedalam adukan.
e. Tempatkan beton secara kontinou atau dalam lapisan dengan ketebalan
tertentu, sehingga tidak ada beton yang dicor diatas beton yang sudah cukup
mengeras yang dapat menyebabkan terbentuk bidang perlemahan. Jika

34
suatu bagian tidak dapat dicor secara kontinou, buat construction joint sesuai
ketentuan.
• Setelah beton dimasukkan dalam cetakan maka pemadatan dengan
tangan dilakukan dengan cara menusuk-nusuk beton dengan sepotong
kayu, bambu atau besi. Begitu adukan dituang dalam cetakan segera
ditusuk-tusuk dengan tongkat kayu atau baja. Pemadatan dilakukan pula
dengan memukul bagian samping cetakan dengan palu dari kayu.
f. Pekerjaan coran yang mutu k-250 harus dipadatkan menggunakan alat
minimal vibrator mini.
g. Pengecoran pada cuaca panas: Waktu keadaan cuaca panas, cor beton
sesuai ACI 305 danseperti disyaratkan.
• Dinginkan bahan sebelum pengadukan untuk menjaga suhu beton pada
saat pengecoran dibawah 32 derajat C. Campuran air boleh didinginkan
atau es batu boleh digunakan untuk mengendalikan suhu. Air yang
diberikan oleh es diperhitungkan dalam jumlah campuran air.
• Tutup baja tulangan dengan karung basah jika terlalu panas, sehingga
suhu baja tidak akan melebihi suhu udara ambient segera sebelum
tertanam dalam beton.
• Gunakan water-reducing retarding admixture jika diperlukan untuk suhu
tinggi, kelembaban rendah atau kondisi pengecoran lainnya seperti
persetujuan Pengawas.

2.6. PERAWATAN DAN PERLINDUNGAN BETON


a. Lindungi beton yang baru dicor dari hujan, pengeringan yang terlalu cepat
dan suhu panas atau dingin yang berlebihan. Dalam cuaca yang panas,
kering dan berangin, lindungi betondari kehilangan kelembaban yang cepat
sebelum dan selama pekerjaan finishing dengan bahan pengendali
penguapan. Gunakan sesuai petunjuk pabrik pembuat.
b. Jangan ganggu beton yang sudah dicor, bekisting dan tulangan dalam 24 jam
setelah akhir pengecoran.
c. Mulai curing awal segera setelah genangan air lenyap dari permukaan beton
setelah Pengecoran dan finishing. Jika memungkinkan jaga terus
kelembaban selama tidak kurang dari 7 hari.

35
d. Metode curing: Pelihara beton dengan curing compound dengan moist
curing, dengan moisture retaining cover curing atau dengan kombinasi dari
cara tersebut seperti disyaratkan.
e. Lakukan moisture curing dengan cara berikut:
• Jaga permukaan beton terus menerus supaya basah dengan menutupnya
dengan air.
• Gunakan semprotan air halus (water-frog-spray).
• Lapisi permukaan beton dengan penutup yang menyerap air dan
membasahi penutup dengan air dan jaga terus supaya basah.

2.7. PERBAIKAN PERMUKAAN BETON

a. Menambal permukaan yang rusak: Perbaiki dan tambal permukaan yang


rusak dengan grout combextra segera setelah pembongkaran bekisting, jika
diijinkan Pengawas. Aduk mortar dry-pack, terdiri dari satu bagian portland
cement terhadap 2-1/2 bagian agregat halus melewati saringan no. 16,
menggunakan cukup air seperti yang disyaratkan untuk pengangkutan dan
pemasangan.
• Buang bagian yang keropos, kantung batu, rongga yang melebihi 6 mm
dalam setiap ukuran, dan lubang yang ditinggalkan oleh tie-rod dan baut
pada beton tetapi tidak ada yang dalamnya kurang dari 25 mm. Buat tepi
potongan tegak lurus pada permukaan. Dengan seksama bersihkan,
lembabkan dengan air dan lapisi area yang akan ditambal dengan
bonding agent menggunakan kuas. Pasang mortar penambal sebelum
bondingagent kering.
• Untuk permukaan yang terlihat langsung, aduk portland cement putih dan
Portland cement standard sedemikian rupa sehingga jika kering, mortar
penambal akan sesuai dengan warna sekitarnya. Sediakan daerah uji
pada lokasi yang tidak mencolok mata untuk menyakinkan adukan dan
warna sesuai sebelum mulai dengan penambalan. Padatkan mortar pada
tempatnya dan buang bagian yang sedikit lebih tinggi daripermukaan
sekelilingnya.
b. Memperbaiki permukaan yang berbekisting: Buang dan ganti beton yang
mempunyai permukaan yang rusak, jika permukaan yang diperbaiki tidak

36
dapat memuaskan Pengawas. Kerusakan permukaan termasuk ketidak-
teraturan warna dan tekstur, retak, rontok, rongga udara, keropos, kantung
batu, sirip dan proyeksi lainnya pada permukaan dan karat serta pelunturan
lainnya yang tidak dapat dibuang dengan pembersihan.
c. Bersihkan tie-holes bekisting dan isi dengan mortar dry-pack atau sumbat
beton precastpada tempatnya dengan bonding agent.
d. Perbaiki permukaan bekisting concealed, apabila mungkin, yang
mengandung kerusakan yang mempengaruhi daya tahan permukaan. Jika
kerusakan tidak dapat diperbaiki, buang dan ganti dengan beton.
e. Memperbaiki permukaan tanpa bekisting: Periksa permukaan tanpa
bekisting, seperti pelat monolit, untuk kehalusan dan periksa toleransi
permukaan yang disyaratkan untuk setiap permukaan dan finishing. Koreksi
rendah dan tingginya bidang. Periksa kemiringan permukaan untuk drainase
mengenai kebenaran kemiringan dan kehalusan dengan menggunakan
template yang mempunyai kemiringan yang disyaratkan.
f. Perbaiki permukaan tanpa bekisting yang mengalami kerusakan yang
mempengaruhi daya tahan beton. Kerusakan permukaan termasuk yang
pecah dan retak yang melebihi lebar 0.25 mm atau yang menembus
penulangan atau yang sepenuhnya melewati penampang tanpa tulangan
tanpa melihat lebarnya, keruntuhan gompal, keropos, kantung batu
dankeadaan yang dapat ditolak lainnya.
g. Koreksi tinggi bidang pada permukaan tanpa bekisting dengan gurinda
setelah beton berumur sedikitnya 14 hari.
h. Koreksi bidang rendah pada permukaan tanpa bekisting selama atau segera
setelah penyelesaian finishing permukaan dengan memotong bidang rendah
dan menggantinya dengan mortar penambal. Selesaikan bidang yang
diperbaiki supaya serupa dengan beton yang berdekatan. Bahan lapisan
dasar yang sesuai dapat digunakan jika diijinkan Pengawas.
i. Lakukan perbaikan struktur dengan terlebih dahulu diijinkan Pengawas untuk
metode dan prosedurnya, menggunakan epoxy adhesive dan mortar yang
disyaratkan.
j. Metode perbaikan yang tidak disyaratkan dapat digunakan dengan seijin
Pengawas.

37
BAB – IV
SYARAT-SYARAT TEKNIS
PEKERJAAN ARSITEKTUR

Pasal – 1
PEKERJAAN ADUKAN DAN CAMPURAN
1. LINGKUP PEKERJAAN
Seluruh pekerjaan batu bata, plesteran dan beton cor.
2. PERSYARATAN BAHAN
a. Semen.
Semen yang disaraknkan menggunakan Semen Padang, Tiga Roda atau Merah
putih, Sesuai dengan persyaratan yang tercantum dalam Buku Rencana Kerja
dan Syarat-syarat Teknis Struktur.
b. Pasir.
Pasir yang digunakan adalah jenis pasir pasang dengan butir-butir yang tajam,
bersih dari tanah dan lumpur dan tidak mengandung bahan-bahan organis.
c. Air.
Air yang dipakai harus bebas dari lumpur, minyak, asam, basa, garam, bahan
organik dan kotoran lainnya dalam jumlah yang dapat merusak.

3. PERSYARATAN PELAKSANAAN
a. Campuran adukan yang dimaksud adalah campuran dalam volume. Cara
pembuatannya sebaiknya menggunakan mixer selama 3 (tiga) menit dan / atau
secara manual.
b. Jenis adukan.
• Adukan biasa adalah campuran 1pc: 2ps, Adukan ini untuk pasangan batu
bata dan batu tempel serta untuk menutup semua permukaan dinding
pasangan bagian dalam bangunan, yang dinyatakan tidak kedap air seperti
tercantum dalam Gambar Kerja.
• Adukan kedap air / trasraam adalah campuran 1pc : 2 ps.
Aduk plesteran ini untuk :
a. Menutup semua permukaan dinding pasangan pada bagian luar / tepi luar
bangunan.

38
b. Semua bagian dan keseluruhan permukaan dinding pasangan yang
disyaratkan harus kedap air seperti tercantum dalam Gambar Kerja
c. Semua pasangan bata di bawah permukaan tanah hingga ketinggian
sampai 20 cm. dari permukaan lantai, kecuali ditentukan lain dalam
Gambar Kerja.
• Semua jenis adukan tersebut di atas harus disiapkan sedemikian rupa
sehingga selalu dalam keadaan masih segar dan belum mengering pada
waktu pelaksanaan pemasangan.
• Penyedia Jasa harus mengusahakan agar tenggang waktu antara waktu
pencampuran adukan dengan pemasangan tidak melebihi 30 menit, terutama
untuk adukan kedap air.

Pasal – 2
PEKERJAAN PASANGAN BATU BATA
1. LINGKUP PEKERJAAN
Pemasangan dinding bata merah setebal 1/2 bata seluruh dinding ruangan,
penahanan tanah emperan keliling bangunan, seperti tertera dalam gambar dan
dijelaskan dalam gambar detail. Pekerjaan adukan pasangan batu bata dan batako
press.

2. PERSYARATAN BAHAN
a. Semen.
Sesuai dengan persyaratan yang tercantum dalam Buku Rencana Kerja dan
Syarat-syarat Teknis Struktur.
b. Pasir.
Pasir yang digunakan adalah jenis pasir pasang dengan butir-butir yang tajam,
bersih dari tanah dan lumpur dan tidak mengandung bahan-bahan organis.
c. Air.
Air yang dipakai harus bebas dari lumpur, minyak, asam, basa, garam, bahan
organik dan kotoran lainnya dalam jumlah yang dapat merusak.
d. Bata.
Bentuk standar batu bata adalah prisma empat persegi panjang, bersudut siku-
siku dan tajam, permukaannya rata dan tidak menampakkan adanya retak-retak
yang merugikan. Bata merah dibuat dari tanah liat dengan atau campuran bahan

39
lainnya, yang dibakar pada suhu cukup tinggi hingga tidak hancur bila direndam
air.
Batu bata dengan daya serap air lebih dari 20 % berat sendiri setelah
pembenaman dalam air selama 24 jam tidak dapat dipakai. Ukuran batu bata
nominal yang digunakan adalah 22 x 10 x 5 cm denagn toleransi ± 5 mm.
Pembongkaran batu bata dari kendaraan pada saat pemasukan barang harus
dilakukan dengan tangan dan ditumpuk dengan rapi di tempat yang telah
ditentukan oleh Konsultan Pengawas

3. PELAKSANAAN
a. Pengukuran (Uit-zet) harus dilakukan oleh Penyedia Jasa secara teliti dan sesuai
gambar, dengan syarat. Semua pasangan dinding harus rata (horizontal), dan
pengukuran harus dilakukan dengan benang. Pengukuran pasangan benang
antara satu kali menaikkan benang tidak boleh melebihi 30 cm, dari pasangan
bata yang telah selesai.
b. Lapisan bata yang satu dengan lapisan bata diatasnya harus berbeda setengah
panjang bata. Bata setengah tidak dibenarkan digunakan ditengah pasangan
bata, kecuali pasangan pada sudut.
c. Pengakhiran sambungan pada satu hari kerja harus dibuat bertangga menurun
dan tidak tegak bergigi untuk menghindari retak dikemudian hari. Pada tempat
tertentu sesuai gambar diberi kolom-kolom praktis yang ukurannya disesuaikan
dengan tebal dinding.
d. Lubang untuk alat-alat listrik dan pipa yang ditanam didalam dinding, harus dibuat
pahatan secukupnya pada pasangan bata (sebelum diplester). Pahatan tersebut
setelah dipasang pipa/plat, harus ditutup dengan adukan plesteran yang
dilaksanakan secara sempurna, dikerjakan bersama-sama dengan plesteran
seluruh bidang tembok.
e. Dalam mendirikan dinding yang kena udara terbuka, selama waktu hujan lebat
harus diberi perlindungan dengan penutup bagian atas dari tembok dengan
sesuatu penutup yang sesuai (plastik). Dinding yang telah terpasang harus diberi
perawatan dengan cara membasahinya secara terus menerus paling sedikit 7
hari setelah pemasangannya.

40
f. Pemasangan harus sedemikian rupa sehingga ketebalan aduk perekat / spesi
harus sama setebal 1 cm. Semua pertemuan horizontal dan vertikal harus terisi
dengan baik dan penuh.
g. Pelaksanaan pemasangan batu bata harus rapi, sama tebal, lurus, tegak dan pola
ikatan harus terjaga baik di seluruh pekerjaan. Pertemuan sudut antara dua
dinding harus rapi dan siku seperti tercantum dalam Gambar Kerja.
h. Semua pasangan bata yang tertanam dalam tanah harus dilapis aduk kasar
sampai setinggi permukaan tanah.
i. Semua pertemuan bata dengan kolom harus d tancapkan atau di tanmakan besi
angkur Ø 10 jarak maksimal setiap 1 meter arah vertical.
j. Sebelum diplester, permukaan pasangan bata harus dibasahi dengan air terlebih
dahulu dan siar-siar telah dikerok dan dibersihkan.
k. Ketebalan jadi (setelah di-finish dengan plester aci) harus :
• Dinding bata ½ batu, harus setebal 13-15 cm.
l. Pasangan dinding Terawang (Rooster) dan Batu bata tempel/andesit bentuk dan
ukuran sesuai Gambar dan RAB.
m. Pemeliharaan :
Selama pasangan dinding bata belum di-finish, Penyedia Jasa wajib untuk
memelihara dan menjaga atas kerusakan atau pengotoran oleh bahan lain.
Apabila pada saat di-finish terdapat kerusakan, berlubang dan lain sebagainya,
Penyedia Jasa harus memperbaiki sampai dinyatakan dapat diterima oleh
Konsultan Pengawas. Biaya ini ditanggung oleh Penyedia Jasa dan tidak dapat
di-klaim sebagai pekerjaan tambah.
n. Khusus pasangan dinding pembatas partisi terbuat dari bahan Gypsum Board
dengan menggunakan gypsum board 9 mm setara Jaya. Rangka yang digunakan
adalah rangka “ C “ (channel) setara Jaya. Pemasangan dinding partisi gypsum
harus tegak lurus dan lurus pada arah horizontal, tidak melengkung. Rangka
dinding gypsum dibuat setiap 60 cm pada arah horizontal dan pada setiap jarak
1,20 m pada arah vertical dengan rangka pengunci pada dasar lantai dan pada
bagian atas dinding. Untuk tinggi dinding partisi 120 cm dari lantai.

41
Pasal – 3
PEKERJAAN PLESTERAN
1. LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan plesteran dilakukan pada seluruh pasangan bata, beton bertulang, dan
dinding penahan tanah.
2. PERSYARATAN BAHAN
a. Semen.
Sesuai dengan persyaratan yang tercantum dalam Buku Rencana Kerja dan
Syarat-syarat Teknis Struktur.
b. Pasir.
Pasir yang digunakan adalah jenis pasir pasang dengan butir-butir yang tajam,
bersih dari tanah dan lumpur dan tidak mengandung bahan-bahan organis.
c. Air.
Air yang dipakai harus bebas dari lumpur, minyak, asam, basa, garam, bahan
organik dan kotoran lainnya dalam jumlah yang dapat merusak.
d. Pekerjaan Akhir Plesteran.
Setelah plester kasar harus dalakukan acian dan perhalusan bidang dinding yang
sudah diplester dengan baik

3. PERSYARATAN PELAKSANAAN.
a. Campuran plesteran yang dimaksud adalah campuran dalam volume. Pekerjaan
plesteran dapat dilaksanakan bilamana pekerjaan dinding pasangan bata atau
bidang beton telah disetujui secara tertulis oleh Konsultan Pengawas.
b. Jenis plesteran.
• Plesteran kasar adalah plesteran dengan permukaan tidak dihaluskan.
Campuran plesteran kasar adalah campuran aduk kedap air, yaitu 1pc : 3ps.
Dipakai untuk :
➢ Menutup permukaan dinding pasangan yang tertanam di dalam tanah
hingga ke permukaan tanah dan atau lantai.
➢ Menutup permukaan dinding.
• Plesteran biasa adalah campuran 1pc :4ps.
• Aduk plesteran ini untuk pasangan batu bata dan batu tempel serta untuk
menutup semua permukaan dinding pasangan bagian dalam bangunan,yang
dinyatakan tidak kedap air seperti tercantum dalam Gambar Kerja.

42
• Plesteran kedap air adalah campuran 1pc :2ps.
• Aduk plesteran ini untuk :
➢ Menutup semua permukaan dinding pasangan pada bagian luar / tepi luar
bangunan.
➢ Semua bagian dan keseluruhan permukaan dinding pasangan yang
disyaratkan harus kedap air seperti tercantum dalam Gambar Kerja hingga
ketinggian 150 cm dari permukaan lantai.
➢ Semua pasangan bata di bawah permukaan tanah hingga ketinggian
sampai 20 cm dari permukaan lantai, kecuali ditentukan lain dalamGambar
Kerja.
• Plesteran halus / aci halus adalah campuran PC dengan Air yang dibuat
sedemikian rupa sehingga diperoleh campuran yang homogen. Plesteran
halus ini merupakan pekerjaan penyelesaian akhir dari dinding pasangan.
Pekerjaan plesteran halus ini dilaksanakan sesudah adukplesteran sebagai
lapisan dasar telah berumur 8 (delapan) hari, atausudah kering benar.

4. PELAKSANAAN.
a. Adukan semua jenis plesteran tersebut di atas harus disiapkan sedemikian rupa
sehingga selalu dalam keadaan masih segar dan belum mongering pada waktu
pelaksanaan pemasangan.
b. Penyedia Jasa harus mengusahakan agar tenggang waktu antara waktu
pencampuran aduk plesteran dengan waktu pemasangan tidak melebihi 30
menit, terutama untuk plesteran kedap air.
c. Penyedia Jasa harus menyediakan Pekerja / Tukang yang ahli untuk
pelaksanaan pekerjaan plesteran ini, khususnya untuk plesteran aci halus.
Terkecuali untuk plesteran kasar, permukaan semua aduk plesteran
harusdiratakan. Permukaan plesteran tersebut khususnya plesteran halus / aci
harus rata, tidak bergelombang, penuh dan padat, tidak berongga dan berlubang,
tidak mengandung kerikil ataupun benda-benda lain yang membuat cacat.
d. Untuk permukaan dinding pasangan, sebelum diplester harus dibasahi terlebih
dahulu dan siar-siarnya dikerok sedalam kurang lebih 1 cm. Sedang untuk
permukaan beton yang akan diplester, permukaannya harus dibersihkan dari
sisa-sisa bekisting, kemudian dikasarkan (“scratched”). Semua lubang - lubang
bekas pengikat bekisting atau form tie harus tertutup aduk plesteran.

43
e. Untuk semua bidang dinding yang akan dilapis dengan cat / wallpaper dipakai
plesteran aci halus di atas permukaan plesterannya. Untuk bidang dinding
pasangan yang menggunakan bahan / material akhir lain, permukaan
plesterannya harus diberi alur-alur garis horizontal luntuk memberikan ikatan
yang lebih baik terhadap bahan / material yang akan digunakan tersebut.
f. Untuk setiap pertemuan bahan / material yang berbeda jenisnya pada satu bidang
datar, harus diberi naat / celah dengan ukuran lebar 7 mm dandalam 5 mm.
g. Untuk permukaan yang datar, batas toleransi pelengkungan ataupencembungan
bidang tidak boleh melebihi 5 mm untuk setiap jarak 2 m.
h. Ketebalan plesteran harus mencapai ketebalan permukaan dinding/kolom seperti
yang dinyatakan dan dicantumkan dalam Gambar Kerja.Tebal plesteran adalah
minimal 1,5 cm dan maksimal 2,5 cm. Jika ketebalan melebihi 2,5 cm, maka
diharuskan menggunakan kawat ayam yang diikatkan / dipakukan ke permukaan
dinding pasangan yang bersangkutan, untuk memperkuat daya lekat plesteran.
i. Pekerjaan plesteran dinding hanya diperkenankan setelah selesai pemasangan
instalasi pipa listrik, pipa plumbing, untuk seluruh bangunan.

5. PEMELIHARAAN
a. Kelembaban plesteran harus dijaga sehingga pengeringan berlangsung dengan
wajar. Hal ini dilakukan dengan membasahi permukaan plesteran setiap kali
terlihat kering dan melindunginya dari sinar matahari langsung dengan bahan
penutup yang dapat mencegah penguapan secara cepat. Pembasahan tersebut
adalah selama 7 (tujuh) hari setelah pengacian selesai, Penyedia Jasa harus
selalu menyiram dengan air sekurang-kurangnya 2 (dua) kali sehari sampai
jenuh.
b. Selama permukaan plesteran belum dilapis dengan bahan / material akhir,
Penyedia Jasa wajib memelihara dan menjaganya terhadap kerusakan-
kerusakan dan pengotoran dengan biaya ditanggung oleh Penyedia Jasa, dan
tidak dapat di-klaim sebagai pekerjaan tambah.
c. Tidak dibenarkan pekerjaan penyelesaian dengan bahan / material akhir di atas
permukaan plesteran dilakukan sebelum plesteran berumur lebih dari 2 (dua)
minggu, cukup kering, bersih dari retak, noda dan cacat lain seperti yang
disyaratkan tersebut di atas.
Apabila hasil pekerjaan tidak memenuhi semua yang disyaratkan oleh Konsultan

44
Pengawas, maka Penyedia Jasa harus membongkar dan memperbaiki sampai
disetujui oleh Konsultan Pengawas. Biaya untuk perbaikan tersebut ditanggung
oleh Penyedia Jasa dan tidak dapat dijadikan sebagai pekerjaan tambah.

Pasal – 4
PEKERJAAN KUSEN, DAUN PINTU DAN DAUN JENDELA

1. LINGKUP PEKERJAAN

Pekerjaan yang dimaksud meliputi pekerjaan pintu, ruangan, kamar dan jendela.

a. Kozen Pintu, Jendela terbuat dari kayu Meranti dengan Kayu Kelas II ukuran
kotor 5 cm x 15 cm, diserut/diketam sampai permukaannya halus dan datar,
tidak memiliki mata kayu, tidak memiliki lubang-lubang dan tidak retak dan tidak
berbulu. Kaki kosen dinaikkan 10 cm dari permukaan lantai, kemudian diganjal
dengan paku minimal 4 “, yang kemudian dicor sesuai ukuran kosen.
b. Khusus kosen pintu yang berada pada dinding pambatas gypsum maka ukuran
kosen disesuaikan dengan tebal dinding partisi yang ada sehingga permukaan
dinding gypsum menjadi rata dengan permukaan kosen.
c. Kosen, pintu panel kayu, plint kayu dan unsur kayu lainnya harus dicat sebanyak
1 kali dasar dan 2 kali finishing,

Pasal – 5
PEKERJAAN PINTU KACA , JENDELA KACA,

Pintu kaca frameless digunakan kaca tempered tebal 12 mm yang digunakan untuk
pintu utama, dengan ukuran disesuaikan dengan gambar. Pemasangan kaca harus
dengan menggunakan alat khusus pemegang kaca. Tepi daun kaca harus digosok
agar pemukaannya menjadi licin dan tidak tajam dan membahayakan. Setiap pintu
kaca frameless dilengkapi floorhing, kunci dan engsel atas dari bahan yang berkualitas
baik.

1. Jendela kaca yang menggunakan kaca rayban Polos. dibingkai dengan kosen Kayu
Meranti berkualitas baik. Setiap jendela yang dapat dibuka harus dilengkapi dengan
casement stainless 2 (dua) buah dan grendel 1 (satu) buah setiap jendela.

45
Pasal – 5
PEKERJAAN ALAT-ALAT PENGGANTUNG/PENGUNCI

Alat-alat penggantung, pengunci yang dipakai adalah sebagai berikut :

1. Engsel Pintu digunakan engsel stainless berkualitas baik ukuran 4” sebanyak tiga
engsel setiap pintunya
2. Handel pintu dan kunci pintu engkol dipakai yang berkualitas. Ketinggian kunci
pada pintu disesuaikan dengan kebutuhan dan atas persetujuan pengawas
lapangan dan pemberi tugas
3. Hak Angin jendela/casement yang digunakan merupakan produk UPVC,
berkualitas baik dari bahan stainless
Pemborong diwajibkan untuk menunjukkan contoh setiap jenis dan bahan yang akan
dipakai kepada pengawas lapangan dan pemberi tugas untuk mendapat persetujuannya
sebelum pemasangan dilakukan.

Pasal – 6
PEKERJAAN PENGECATAN

1. LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan yang dimaksud meliputi ;
• Pekerjaan pengecatan permukaan dinding pasangan batu bata dan beton
• Pekerjaan pengecatan permukaan logam seperti tercantum dalam Gambar
Kerja.
• Pekerjaan pengecatan permukaan kayu seperti tercantum dalam Gambar Kerja
• Termasuk pengecatan dasar (plamur, menie dan lain-lain).

a. Pekerjaan Pengecatan Permukaan Dinding Pasangan Batu Bata dan Beton


Semua permukaan dinding pasangan batu bata dan permukaan beton yang
tampak (exposed) seperti tercantum dalam Gambar Kerja.
b. Pekerjaan Pengecatan Logam
Semua pekerjaan logam yang terpasang seperti tercantum dalam Gambar Kerja
dengan ketentuan sebagai berikut :
- Semua bagian / permukaan yang tampak (exposed) dicat sampai dengan cat
finish.

46
- Semua bagian / permukaan yang tidak ditampakkan (un-exposed) dicat
hanya sampai dengan cat dasar.

2. PERSYARATAN BAHAN
a. Cat Tembok Interior dan Exterior.
Bahan dari jenis acrylic emulsion kualitas baik, tahan terhadap udara dan garam.
Tipe exterior matt emulsion. Produk JOTUN ALTRA PRIMER.
b. Cat Logam & Kayu.
Bahan dari jenis synthetic enamel super gloss kualitas utama, tipe interior &
exterior gloss paint. Produk BEE BRAND 1000.
c. Lapisan Primer, Bahan dari kualitas utama, produk JOTUN ALTRA PRIMER
atau setara JOTUN lainnya.
d. Penyedia Jasa wajib membuktikan keaslian cat dari produk tersebut di atas
mengenai kemurnian cat yang akan dipergunakan.
Pembuktian berupa :
▪ Segel kaleng
▪ Hasil akhir pengecatan
e. Penyedia Jasa harus menyiapkan contoh pengecatan tiap warna dan jenis cat
pada bidang-bidang transparan ukuran 30 x 30 cm. Pada bidang-bidang tersebut
harus dicantumkan dengan jelas warna, formula cat, jumlah lapisan dan jenis
lapisan (dari cat dasar sampai dengan lapisan akhir).
f. Semua bidang contoh tersebut harus disampaikan kepada Konsultan
Pengawas. Jika contoh-contoh tersebut telah disetujui secara tertulis oleh
Perencana dan Konsultan Pengawas, barulah Penyedia Jasa melanjutkan
dengan pembuatan “mock-up”.
g. Penyedia Jasa harus menyerahkan kepada Konsultan Pengawas, untuk
kemudian akan diteruskan ke Pemberi Tugas, minimal 5 galon tiap warna dan
jenis cat yang dipakai. Kaleng-kaleng cat tersebut harus tertutup rapat dan
mencantumkan dengan jelas identitas cat yang ada di dalamnya. Cat ini akan
dipakai sebagai cadangan oleh Pemberi Tugas untuk perawatan.

3. PERSYARATAN PELAKSANAAN
a. Metode pengecatan tidak diperkenankan menggunakan roll untuk pengecatan
dinding melainkan harus menggunakan kuas.

47
b. Sebelum melakukan pekerjaan cat dinding disarankan mengamplas dan dempul
dinding yang masih bergelombang dan yang kasar harus d bersihkan, kemudian
harus dilakukan cat dasar dengan sealer terlebih dahulu.
c. Untuk pekerjaan cat dinding eksisting harus dikerok dan dibershikan dari segala
bekas cat lama dan lumut.
d. Lakukan dengan cara terbaik yang umum dilakukan kecuali apabila
dispesifikasikan lain. Tebal minimum dari tiap lapisan jadi (finish) minimum sama
dengan syarat yang dispesifikasikan pabrik. Pengecatan harus rata, tidak
bertumpuk, tidak bercucuran atau ada bekas yang menunjukkan tanda-tanda
sapuan, Kuas maupun semprotan.
e. Apabila dari cat yang dipakai ada yang mengandung bahan dasar beracun atau
membahayakan kesehatan manusia, maka Penyedia Jasa harus menyediakan
peralatan pelindung, misalnya : masker, sarung tangan dan sebagainya yang
harus dipakai pada waktu pelaksanaan pekerjaan.
f. Tidak diperkenankan melaksanakan pekerjaan ini dalam keadaan cuaca yang
lembab atau hujan atau dalam keadaan angin berdebu bertiup. Terutama untuk
pelaksanaan di dalam ruangan bagi cat dengan bahan dasar beracun atau
membahayakan manusia, maka ruangan tersebut harus mempunyai ventilasi
yang cukup atau pergantian udara berlangsung lancar. Di dalam keadaan
tertentu misalnya untuk ruangan tertutup, Penyedia Jasa harus memakai kipas
angin ( fan ) untuk memperlancar pergantian / aliran udara.
g. Peralatan seperti kuas, sikat kawat, kape, pompa udara tekan (vacuum cleaner),
semprotan dan sebagainya harus tersedia dari kualitas / mutu terbaik dan
jumlahnya cukup untuk pekerjaan ini.
h. Khusus untuk semua cat dasar harus disapukan dengan kuas. Penyemprotan
hanya boleh dilakukan bila disetujui Konsultan Pengawas.
i. Pemakaian ampelas, pencucian dengan air maupun pembersihan dengan kain
kering terlebih dahulu harus mendapatkan persetujuan tertulis dari Konsultan
Pengawas, terkecuali disyaratkan lain dalam spesifikasi ini.
j. Pelaksanaan pekerjaan ini khususnya pengecatan cat dasar untuk komponen
bahan / material logam, harus dilakukan sebelum komponen tersebut terpasang.
k. Standar Pengerjaan (“Mock-Up”).
Sebelum pengecatan dimulai, Penyedia Jasa harus melakukan pengecatan
pada satu bidang untuk tiap warna dan jenis cat yang diperlukan. Bidang-bidang

48
tersebut akan dijadikan contoh pilihan warna, tekstur, material dan cara
pengerjaan. Bidang-bidang yang akan dipakai sebagai “mock-up” ini akan
ditentukan oleh Konsultan Pengawas. Jika masing-masing bidang tersebut telah
disetujui oleh Konsultan Pengawas dan Perencana, maka bidang-bidang ini
akan dipakai sebagai standar minimal keseluruhan pekerjaan pengecatan.
l. Hasil pekerjaan yang tidak disetujui Konsultan Pengawas harus diulang dan
diganti. Penyedia Jasa harus melakukan pengecatan kembali bila ada cat dasar
atau cat finish yang kurang menutupi atau lepas sebagaimana ditunjukkan oleh
Konsultan Pengawas. Biaya untuk hal ini ditanggung Penyedia Jasa, dan tidak
dapat di-klaim sebagai pekerjaan tambah.
m. Pelaksanaan pekerjaan harus dilaksanakan oleh aplikator yang
direkomendasikan oleh pihak pabrik untuk mendapatkan garansi bahan dan
pekerjaan dari pabrik.
n. Pekerjaan Pengecatan Permukaan Dinding Pasangan Bata dan Beton
1) Sebelum Pelaksanaan.
Seluruh permukaan harus dibersihkan dari debu, minyak, lemak, kotoran
atau noda lain, bekas-bekas cat yang terkelupas bagi permukaan yang
pernah dicat dan dalam kondisi kering.
2) Pelaksanaan Pekerjaan dengan Kuas
Pada pengecatan harus menggunakan kuas untuk mendapatkan hasil yang
maksimal.
3) Setiap lapisan pengecatan harus ditunggu selama minimum 24 jam sebelum
pelaksanaan pelapisan berikutnya.
4) Untuk warna ditentukan oleh pemilik atau owner, maka penyedia
jasa/kontraktor harus membawa sampel kepada konsultan pengawas dan
pemilik untuk menentukan dan persetujuan warna cat
o. Pekerjaan Pengecatan Logam Yang Ditampakkan.
1) Persiapan Sebelum Pengecatan.
Bersihkan permukaan dari kulit giling (kerak / millscale), karat, minyak, lemak
dan kotoran lain secara teliti, seksama dan menyeluruh sehingga permukaan
yang dimaksud menampilkan tampak logam yang halus dan mengkilap.
Pekerjaan ini dilaksanakan dengan sikat kawat mekanik (Mechanical Wire
Brush). Akhirnya permukaan dibersihkan dengan vacuum cleaner atau sikat
yang bersih. Sebelum dilakukan pengecatan, semua permukaan logam

49
harus mendapat “solvent treatment” untuk menghilangkan lemak dan
kotoran.
2) Pelaksanaan pengecatan.
➢ Lapisan Pertama :
Pekerjaan cat primer / dasar dilaksanakan sebelum komponen bahan /
material logam terpasang.
Cat primer SEIV.Tunggu selama minimum 6 jam sebelum pelaksanaan
pelapisan berikutnya. Pelaksanaan pekerjaan dengan kuas.

➢ Lapisan Kedua :
Cat dasar jenis Undercoat.
Tunggu selama minimum 6 jam sebelum pelaksanaan pelapisan
berikutnya. Pelaksanaan pekerjaan dengan kuas.

➢ Lapisan Ketiga dan Keempat :


Cat akhir (“finish”) , SEIV.
Pelaksanaan dengan kuas
Tenggang waktu antara pelapisan minimum 16 jam.
Warna ditentukan kemudian.

p. Pekerjaan Pengecatan Logam Yang Tidak Ditampakkan.


Semua pengecatan permukaan logam yang tidak ditampakkan hanya cat dasar
SEIV 1 (satu) lapis. Pelaksanaan dengan kuas.

Pasal – 7
PEKERJAAN RANGKA ATAP

1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan atap terdiri pekerjaan rangka atap baja ringan untuk semua rangka atap dan
penutup atap Spandek untuk semua penutup atap. Pekerjaan atap ini meliputi
penyediaan dan pendayagunaan semua tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan
perlengkapan dan hal lainnya sehingga pekerjaan ini didapat hasil yang baik.

50
2. Pekerjaan Rangka Atap Baja Ringan
a. Persyaratan Bahan
Rangka atap baja ringan yang digunakan adalah terbuat dari bahan zincalume
dengan komposisi 55% aluminium, 43,5 % seng, dan 1.5 % silikon alloy dengan
ketebalan 1 mm.
- Kerangka Atap Profil : C75.75 mm
- Gording Profil : 43 mm tebal 0,45 mm

b. Pelaksanaan
Pelaksanaan rangka atap baja ringan dilakukan oleh tenaga ahli atau disetujui oleh
Pengguna Jasa/Konsultan Pengawas. Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain :
• Jarak antar Kuda-kuda adalah 120 cm.
• Sudut kemiringan atap disesuaikan dilapangan dan dengan gambar
rencana.
• Pemasangan Penutup atap, Nok dan talang air berikut dengan saluran
instalasi buangan harus dipasang dengan sedemikian rupa, sehingga
terhindar dari kebocoran. Jika terjadi kebocoran maka biaya perbaikannya
menjadi tanggungjawab Penyedia Jasa pelaksana.

Pasal – 8
PEKERJAAN ATAP SPANDEK

1. LINGKUPPEKERJAAN
Pekerjaan yang dimaksud meliputi; Pekerjaan pemasangan atap Spandek, lengkap
dengan penutup bubungan, akhiran bubungan atau sesuai Gambar Kerja.

2. PERSYARATAN BAHAN
a. Atap Spandek : Tebal 0,35 mm
b. Nok/Rabung : Tebal 0,35 mm
c. Kerangka Atap Profil : C75.75 mm
d. Gording Profil : 43 mm tebal 0,45 mm
e. List Plank GRC : Lebar 20 cm tebal 9 mm
f. Warna : Ditentukan disesuaikan petunjuk Pengguna Jasa
Teknis
51
g. Asesoris (baut pengikat, plat kait, lengkap dengan ring karet kedap air), lembar
pelindung (flashing), lembar penutup bubungan (capping), sealant dan lain-lain
harus dari bahan dan tipe yang sama dengan penutup atap dan atau mengikuti
spesifikasi yang ditentukan pabrik.
h. Penyedia Jasa wajib memberikan contoh bahan untuk disetuju idengan disertai
keterangan tertulis mengenai spesifikasi bahan, detail bentuk, ukuran serta
petunjuk cara pemasangan.
i. Lembaran penutup atap diangkut keatas rangka atap hanya apabila akan
dipasang, rusuk atas lembaran penutup atap harus menghadap sisi dimana
pemasangan dimulai.
j. Penyedia Jasa harus memeriksa dengan teliti serta seksama dan memastikan
bahwa permukaan atas semua gording atau atap sudah satu bidang. Jika belum
satu bidang, dapat menyetel atau mengganjal bagian-bagian ini terhada prangka
penumbu/gording.
k. Dalam keadaan apapun juga untuk mengatur kemiringan atap, ganjal tidak
diperkenankan dipasang langsung dibawah plat kait.
l. Hal ini harus diperhatikan sungguh-sungguh oleh Penyedia Jasa karena
penyetelan dan pengganjalan tidak tepat akan mengakibatkan gangguan
pengikatan, terutama jika jarak penyangga kecil.
m. Untuk mendapatkan kekuatan pengikatan maksimal apabila dipergunakan plat
kait. Jarak perletakan pertama maupun terakhir dari plat kait terhadap ujung/ tepi
lembaran harus memenuhi persyaratan pabrik.
n. Lakukan pemeriksaan setempat terhadap penyetelan plat kait untuk mencegah
pergeseran. Untuk memperbaiki kelurusan, lembaran dapat disetel 2 mm
dengan menarik plat kait menjauhi atau menekan kearah lembaran pada saat
mengikatkan plat kait tersebut. Untuk mencegah plat kait bergeser ke bawah,
harus dipergunakan pengikat positif yaitu sekrup atau baut pada plat kait
tersebut.
o. Kedua sisi tepi arah memanjang penutup bubungan (capping) harus ditakik
sesuai dengan bentuk dan jarak rusuk lembaran setelah penutup bubungan
terpasang. Penarikan dilakukan dengan alat yang disediakan oleh pabrik khusus
untuk pekerjaan tersebut. Setelah ditarik, barulah kedua sisi tepi penutup
bubungan (capping) ditekuk ke bawah dengan alat penekuk yang disediakan
pabrik untuk pekerjaan tersebut hingga menutup sampai lembah antara 2 (dua)

52
rusuk lembaran Penutup bubungan (capping) disekrupkan pada setiap rusuk
lembaran. Pemasangan flashing, capping, fixingstrip dan lain-lainnya harus
dilakukan oleh Penyedia Jasa sesuai dengan persyaratan teknis dari pabrik
pembuat walaupun belum ataupun tidak tercantum dalam Gambar Kerja
maupun Gambar Pelengkap sehingga didapat hasil yang baik, terhindar dari
kemungkinan kebocoran. Dalam kasus ini, Penyedia Jasa tidak dapat menuntut
sebagai pekerjaan tambah. Penyedia Jasa harus teliti dan rapi sehingga
lembaran setelah terpasang rapi dan lurus, garis-garis rusuk lembaran sejajar,
lurus, tidak bergelombang kearah horizontal maupun vertikal, menghasilkan
penampilan yang baik.
p. Bagian lembaran setelah terpasang, yang boleh diinjak hanyalah pada rusuk
tepat diatas gording

Pasal – 9
PEKERJAAN LANGIT - LANGIT

1. LINGKUP PEKERJAAN
a. Pekerjaan meliputi penyediaan alat, bahan dan tenaga untuk keperluan tenaga
ini.
b. Pekerjaan meliputi pembuatan langit-langit dengan bahan-bahan yang disebut
dalam gambar rencana atau dalam syarat-syarat dan spesifikasi khusus.

2. PEKERJAAN LANGIT-LANGIT
a. Material / Bahan
• Untuk bahan langit-langit utama menggunakan bahan Gypsum jaya Board T.
9 mm,
• Dan untuk area overhang atap menggunakan bahan PVC (Polyvinyl Chloride),
Produk Plafon Plafonesia atau Warren PVC ketebalan T = 6 mm (Sesuaikan
berdasarkan gambar Rencana dan RAB)
• Rangka plafond yang digunakan adalah rangka metal furring ex. Jayaboard
atau (Sesuaikan berdasarkan gambar Rencana dan RAB).
• Rangka plafond khsus bahan Triplek + HPL menggunakan rangka Furring
Hollow 4 x 4 x 1

53
• Pemasangan mengikuti prosedur pabrik diatas, setelah mendapat persetujuan
dari team teknis atau pengawas.

b. Lingkup pekerjaan
Pengadaan/penyediaan tenaga, bahan, peralatan, dan lain-lainnya yang
diperlukan untuk pemasangan dinding maupun ceiling PVC seperti yang telah
ditentukan pada gambar.

c. Pekerjaan Rangka Langit-langit


• Masing-masing rangka disambung dengan las (spot welding) atau riveting.
Setiap sambungan harus siku dan lurus.
• Pemasangan kerangka metal diatur sedemikian rupa agar tepat pada as
sambungan Plafond PVC.
• Rangka harus benar-benar kuat dan tegak lurus, sesuai dengan peil yang
dikehendaki.
• Untuk pekerjaan gantungan harus menggunakan system dipaku ke beton
dengan menggunakan Ramset kecuali untuk rangka yang dibaginan kuda-
kuda bajaringan langsung

d. Pekerjaan Pemasangan Langit-langit


• Pekerjaan pemasangan gypsum board harus ditangani oleh orang yang benar
benar ahli dalam bidang ini.
• Pemasangan antara sambungan gypsum board harus tepat di as rangka
metal.
• Penempelan PVC pada rangka menggunakan skrup berkualitas baik.
• Penyambungan antara PVC menggunakan Lath PVC yang sesuai dengan
spesifikasi pabrik.
• Untuk sudut PVC dan sampungan harus ditutup dengan Pofil Lath PVC

54
Pasal – 10
PEKERJAAN PENUTUP LANTAI & DINDING

1. PEKERJAAN GRANIT/KERAMIK
a. Uraian
Pekerjaan yang termasuk pekerjaan pasangan Granit, Keramik dan Batu Alam
adalah pada area tertutup dan area terbuka, selasar, serta halaman Luar dan
pada pasangan dinding yang sebagai mana diuraikan dalam rencana dan
gambar.

b. Bahan-bahan
• Granit Homogenius yang digunakan harus berkualitas baik, memenuhi
Standard Industri Indonesia (SII). Atau ISO, dengan Produk Ex.
Roman/garuda.
• Ukuran Nominal untuk lantai Keramik (40 x 40) cm, dan ukuran lain yang telah
disetujui oleh Pengguna Jasa Teknis. Permukaan keramik menyesuaikan
dengan yang tercantum di dalam gambar
• Pekerjaan batu sikat disesuaikan dengan gambar rencana yang sudah ada.

c. Pelaksanaan
• Pada pelaksanaan pemakaian keramik bekas, tidak diperkenankan.
• Sebelum pemasangan keramik terlebih dahulu direndam dalam bak air sampai
kondisi jenuh air.
• Pasangan keramik harus dilaksanakan sesuai dengan gambar kerja atau
spesifikasi, dikerjakan dengan cukup hati-hati sehingga garis siar keramik
nampak dalam satu garis lurus dan permukaan yang datar dan bila diuji
dengan pengujian gelinding tidak menunjukkan lompatan pada pertemuan
sudutnya.
• Tebal siar keramik yang satu dengan lainnya ± 2 mm dan diisi dengan
campuran semen putih, atau nut yang serasi.
• Bahan keramik dipasang/disusun diatas konstruksi yang telah disiapkan

55
• Pasangan keramik disusun diatas spesi campuran 1 semen : 3 pasir, dengan
tebal rata-rata 4 (empat) cm dan dibawah spesi ini dipasang beton rabat
dengan tebal rata-rata 5 (lima) cm, atau disesuaikan dengan gambar kerja.
• Permukan keramik terpasang harus merupakan suatu penampilan halus dan
seragam. Tidak ada pertemuan keramik yang menonjol diatas dan dibawah
garis permukaan rata-rata lebih dari ± 2 mm. Semua sambungan harus rapi
dan rapat atau tanpa adukan atau bahan lain yang menodai atau melumasi
permukaan yang telah selesai.
• Bila pada suatu kondisi keramik dipotong maka harus dipotong dengan gergaji
mesin dan dipotong sesuai kebutuhan.

d. Pemeliharaan
• Penyedia jasa harus memasang rintangan sementara sepanjang daerah yang
dipasang guna mencegah para pejalan kaki berjalan diatas pasangan baru
tersebut.
Sebelum diterbitkannya berita acara penyerahan terakhir kontrak, perawatan
dan pemeliharaan pekerjaan menjadi tanggung jawab penuh Penyedia Jasa,
biaya yang timbul akibat kerusakan pekerjaan selama pemeliharaan
dibebankan kepada Penyedia Jasa.

56
BAB – V
SYARAT-SYARAT TEKNIS
PEKERJAAN MEKANIKAL DAN ELEKTRIKAL

Pasal - 1
PEKERJAAN ELEKTRIKAL (INSTALASI LISTRIK DAN LAMPU)
1. Pekerjaan instalasi listrik dan armature lampu
1.1. Umum
a. Uraian pekerjaan.
Pekerjaan sistem listrik ini mencakup persyaratan teknis untuk pelaksanaan
pembongkaran dan pemasangan serta pengujian, perlatan dan tenaga kerja
sehingga seluruh sistem listrik dapat beroperasi dengan sempurna.
b. Lingkup pekerjaan.
Lingkup pekerjaan listrik ini mencakup pengadaan dan pemasangan instalasi
listrik dan armature sesuai dengan gambar.
c. Ketentuan.
• Pekerjaan ini harus dilaksanakan oleh tenaga ahli yang berpengalaman
dan mengerti teknik instalasi dalam bank, serta pancingan kawat
penggantung untuk kabel data sesuai gambar.
• Penyedia Jasa/ pemborong harus menyediakan peralatan bantu untuk
pelaksanaan dan pengujian yang diperlukan guna kelancaran dan
terlaksanya pekerjaan menurut persyaratan yang berlaku.
• Standar dan referensi yang dipakai adalah :
➢ Peralatan umum instalasi listrik (PUIL) tahun 2000, SNI 04-0225-2000
(SK Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No: KEP-174/MEN/2002)
➢ Peraturan menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik nomor
023/PRT/1973 tentang Peraturan Instalasi Listrik (PIL).
➢ Peraturan menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik nomor
024/PRT/1973 tentang Syarat-syarat Penyambungan listrik (SPL).
• Pelaksanaan teknis.
Sebelum melaksanakan pekerjaan-pekerjaan instalasi, Penyedia Jasa
/Pemborong harus memasang instalasi listrik sebelum pekerjaan
plesteran dilaksanakan dan titik-titik lampu, stop kontak dan saklar harus
benar-benar sesuai gambar.

57
• Pengujian.
Sebelum mengoperasikan stop kontak dan instalasi lainnya, kontaktor
/pemborong harus melakukan pengujian instalasi untuk membuktikan
bahwa pekerjaan tersebut sudah memenuhi syarat dan siap
dioperasikan. Pekerjaan tersebut berupa pengukuran tahanan isolasi.
• Pelaksanaan pemasangan.
Pada prinsipnya pemasangan seluruh instalasi pengkabelan harus
dilakukan oleh tenaga ahli listrik dalam hal ini perusahaan yang memiliki
SIKA dan SPI yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang. Selain itu
pemasang instalasi dilakukan oleh tenaga ahli yang berpengalaman di
bidangnya.

1.2. Material
a. Instalasi pengkabelan dari panel menuju stop kontak (3 x 2.5 mm), saklar ke
instalasi penerangan memakai jenis kabel NYM 3 x 2.5 mm semuanya
dengan arde.
b. Setiap sambungan kabel tidak diperkenankan menggunakan selotip, tetapi
harus menggunakan konektor khusus/ lasdop.
c. Jaringan listrik dalam dinding harus ditanam dalam pipa PVC/Conduit pada
belokan menggunakan pipa fleksibel.
d. Pada setiap cabang pengkabelan harus menggunakan boks lengkap dengan
tutupnya.
e. Setiap armature lampu/ saklar/ stop kontak harus menggunakan boks dus
dengan mutu yang bagus sebagaimana standar kelistrikan.
f. Merek kabel yang disyaratkan adalah bahan : Eterna, Kabel Metal, Tranka
Kabel dan Supreme.
g. Armature lampu sesuai dengan jenis penggunaan, sesuai gambar buatan
pabrik Artolite atau Lomm.
h. Komponen lampu yang digunakan adalah merek Philips.
i. Saklar lampu sesuai dengan jenis penggunaan sesuai gambar, ada yang
tunggal, seri, triple, dan saklar kelompok. Semua komponen tersebut merek
Panasonic.
j. MCB menggunakan Produk schneider ukuran diseuikan digambar
k. Stop kontak yang digunakan adalah buatan Panasonic.

58
l. Stop kontak normal 2 (dua) gang maupun stop kontak UPS 4 (empat) gang
menggunakan merek Panasonic.
m. Pipa PVC 20 mm produksi Invilon atau Clipsal.
n. Bola lampu yang akan dipasang sesuai gambar.

1.3. Pemindahan dan Penyambungan Arus Listrik


Untuk arus utama diambil dari arus panel yang sudah ada, panel yang saat ini
harus dipindahkan duluan untuk mendapatkan posisi Panel dan tidak
menggangu ruang lain.

59
BAB VI
PENUTUP

1. Pekerjaan yang termasuk pekerjaan Penyedia Jasa untuk pencapaian hasil


pekerjaan yang berkualitas dan optimal, tetapi tidak diuraikan dalam RKS ini harus
dilaksanakan oleh Penyedia Jasa.
2. Apabila dalam pelaksanaan seleksi umum batal yang disebabkan oleh sesuatu hal,
maka peserta seleksi umum tidak berhak mengajukan keberatan-keberatan
termasuk tuntutan ganti rugi.
3. Panitia sesuai dengan kewenangannya berhak untuk melakukan
konfirmasi/pengecekan dan klarifikasi atas keabsahan/kebenaran dokumen yang
disampaikan oleh peserta.
4. Segala sesuatu yang belum diatur dalam RKS ini akan diatur lebih lanjut pada
surat. perjanjian kontrak dan jika terjadi perubahan akan diatur dalam Addendum.

Medan, Juni 2023

Diperiksa/Diketahui Oleh : Dibuat Oleh:


PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN (PPK) Konsultan Perencana
DINAS PENDIDIKAN KOTA BINJAI CV. Karya Vitaloka Konsultan

AUZAR HABIBIE MARPAUNG, SE ANWAR E. LUBIS, ST


NIP. 19840506 2009 01 1001 Leader

60

Anda mungkin juga menyukai