KATA PENGANTAR
Sehubungan dengan pekerjaan DED REAT AREA DI PERBATASAN ACEH – SUMUT KOTA
SUBULUSSALAM, berdasarkan Perjanjian Kerja (Kontrak) nomor: 02/PROG-SKPA/DED REST/KS-
09/VI/2012 tanggal 01 Juni 2012, dan Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) nomor : 03/PROG-SKPA/KS-
09/VI/2012 tanggal 1 Juni 2012 oleh Kuasa Pengguna Anggaran Dinas Perhubungan, Komunikasi,
Informasi dan Telematika Aceh, bersama ini kami sampaikan Laporan Ringkas (Executive Summary
Report)
Secara garis besar Laporan Ringkas (Executive Summary Report) ini berisikan pendahuluan, gambaran
lokasi perencanaan, studi pustaka, analisa perencanaan dan hasil perencanaan teknis Rest Area.
Kami harapkan Laporan Ringkas (Executive Summary Report) ini dapat mencapai sasaran sesuai dengan
yang diharapkan.
Demikian agar Bapak/Ibu menjadi maklum, atas perhatian serta bantuannya kami ucapkan terima kasih.
DAFTAR ISI
perbatasan antara Provinsi Aceh dengan Provinsi 3. Pekerjaan analisis data lapangan yang
Sumatera Utara. meliputi data hasil pengukuran elevasi
tanah eksisting, analisis lalu lintas, analisis
Tujuan yang hendak dicapai dari pekerjaan ini luas area, struktur bangunan fasilitas,
kebutuhan para pengguna jalan untuk meliputi gambar situasi, gambar elevasi dan
pengembangan Kota Subulussalan yang Menyusun Rencana Kerja dan Syarat (RKS).
3. Agar pertumbuhan ekonomi dan Lokasi pekerjaan lapangan atau kegiatan survey
pembangunan dapat berkembang pesat, dilakukan di lokasi tapak rencana pembangunan
serta menciptakan peluang investasi Rest Area yang telah direkomendasikan oleh
pemerintahan Kota Subulussalam. Dinas Perhubungan, Komunikasi, Informasi dan
Telematika Aceh bersama dengan Dinas
Kecamatan Longkib (10,85%) dan Penanggalan Tahun 2007 perekonomian Kota Subulussalam
(6,68%). tumbuh 4,12 persen, tahun 2008 tumbuh 4,86
persen dan tahun 2010 pertumbuhan ekonomi di
Secara geografis, Kota Subulussalam berada di
Kota Subulussalam meningkat tajam menjadi
perbatasan antara Provinsi Aceh dan Provinsi
5,29 persen dan lebih tinggi dari pertumbuhan
Sumatera Utara. Sehingga Kota Subulussalam
provinsi NAD yang hanya tumbuh 2,64 persen.
merupakan gerbang masuk Provinsi Aceh dari
arah Timur. Jalan sebagai sarana penunjang transportasi
memiliki peranan penting khususnya untuk
Posisi Kota Subulussalam berada pada koordinat
transportasi darat. Seiring dengan semakin
02o 27' 39" - 03o 00' 00" LU dan 97o 45' 00" -
pesatnya perkembangan Kota Subulussalam,
98o 10' 00" BT.
pemerintah Kota Subulussalam telah
Batas batas wilayah Kota Subulussalam adalah: meningkatkan panjang jalan menjadi 610,66 km,
Sebelah Timur : Kabupaten Dairi dan dengan rincian panjang jalan nasional 67 km,
Kabupaten Pakpak Bharat (Provinsi Sumatera panjang jalan provinsi 99,80 km dan panjang
dan Trumon Timur, Kabupaten Aceh Selatan jalan lintas Barat Selatan Aceh, yakni ruas jalan
Subulussalam - Sindikalang yang
Sebelah Utara : Kecamatan Lawe Alas,
menghubungkan antara wilayah Kota
Kabupaten Aceh Tenggara dan dan
Subulussalam – Kabupaten Singkil dan Kota
Kabupaten Dairi (Provinsi Sumatera Utara)
Subulussalam - Kabupaten Dairi (Sumut).
Sebelah Selatan : Kecamatan Singkohor
Jumlah mobil penumpang dan mobil barang di
dan Suro Baru, Kabupaten Aceh Singkil
Kota Subulussalam pada tahun 2009 mengalami
Kota Subulussalam memiliki curah hujan yang penambahan bila dibandingkan dengan tahun
cukup tinggi. Curah hujan tertinggi tercatat 2008. Jumlah mobil penumpang pada tahun
442,5 mm yang terjadi pada bulan November, 2009 meningkat menjadi 137 unit dari
dengan hari hujan terbanyak terjadi pada bulan sebelumnya 67 unit pada tahun 2008. Mobil
Agustus yaitu 21 hari. barang bertambah dari 672 unit pada tahun
Jumlah penduduk Kota Subulussalam 2008 menjadi 893 unit pada tahun 2009.
berdasarkan Sensus tahun 2010 (Aceh Dalam Sebagian besar wilayah Kota Subulussalam
Angka, BPS: 2012) adalah 67.446 Jiwa, yang memiliki topografi dataran rendah yang
terdiri dari 33.956 orang laki-laki dan 33.360 jumlahnya mencapai 65,94% dan sisanya
orang perempuan. Kepadatan penduduk Kota merupakan perbukitan sebesar 34,06%. Wilayah
Subulussalam adalah 48 jiwa/Km2, dengan Kota Subulussalam berada di ketinggian 800 m
jumlah rumah tangga 14.453 KK. di atas permukaan laut.
perancangan fasilitas tempat istirahat pada jalan design determinant yang berkaitan dengan
bebas hambatan di Indonesia berguna untuk perencanaan dan perancangan fasilitas rest area
mendapatkan program ruang yang akan diperbatasan Aceh – Sumut Kota Subulussalam.
digunakan dalam perencanaan dan perancangan • Pemilihan Lokasi Tapak dan Penanganan
fasilitas rest area berdasarkan penekanan desain Lahan
arsitektural.
Pembahasan mengenai pemilihan lokasi tidak
Rincian metode kerja pelaksanaan kegiatan DED dilakukan, dikarenakan lokasi tapak untuk rest
Rest Area di Perbatasan Aceh-Sumut Kota area ini telah ditentukan dan ditetapkan oleh
Subulussalam ini dapat dilihat pada Gambar Pengguna Jasa. Konsultan hanya memberikan
Bagan Alir Metode Kerja Pelaksanaan Kegiatan. keterangan dan atau masukan pertimbangan
Tim Konsultan
positif dan negatif dari lokasi tapak eksisting
berdasarkan:
Koordinasi & Konsultansi
dgn Pemberi Tugas
Konsultansi/ Expose
dgn Pemberi Tugas
Tidak
Ketentuan teknik, berupa kriteria yang
Ya diperoleh secara teknis dengan analisis dan
Tahap Penyusunan asumsi terhadap tingkat kestabilan tanah
Pengembangan Rencana
dan pemilihan sub-sistem utilitas dan mekanikal elektrikal serta interior yang sesuai
tata ruang. dengan gambar rencana yang telah disetujui.
Aksesibilitas dan Fasilitas pada Bangunan Bahan bangunan yang digunakan untuk
Gedung dan Lingkungan; bangunan pelayanan rest area memenuhi syarat
SNI untuk bahan bangunan.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum 3. Persyaratan Struktur Bangunan
Penyusunan RTBL;
Struktur bangunan pelayanan yang
Peraturan daerah setempat tentang direncanakan memenuhi persyaratan
bangunan gedung; serta keselamatan (safety) dan kelayanan
(serviceability) serta SNI konstruksi bangunan
Standar teknis dan pedoman teknis yang
gedung, yang dibuktikan dengan analisis
dipersyaratkan.
struktur sesuai ketentuan.
PERENCANAAN TEKNIS
Spesifikasi teknis struktur bangunan pelayanan
Secara garis besar, persyaratan teknis bangunan secara umum meliputi ketentuan-ketentuan:
gedung negara adalah sebagai berikut:
a. Struktur Pondasi.
1. Persyaratan Tata Bangunan dan
Struktur pondasi yang direncanakan mampu
Lingkungan
menjamin kinerja bangunan sesuai
a. Koefisien dasar bangunan (KDB); fungsinya dan dapat menjamin kestabilan
merupakan angka luasan lahan yang dapat bangunan terhadap berat sendiri, beban
dibangun. Nilai KDB (80%) x Luas lahan hidup, dan gaya-gaya luar seperti tekanan
(9.600 m2) = 7.680 m2. Sedangkan luas angin dan gempa termasuk stabilitas lereng;
lahan yang tepakai untuk bangunan =
Dikarenakan konstruksi bangunan
4.152 m2
pelayanan di buat pada lokasi yang jenis
b. Koefisien dasae hijau (KDH); merupakan tanahnya lempung berpasir dan lereng
angka luasan lahan yang diperuntukan dengan kemiringan di atas 15° jenis pondasi
bagi lahan untuk penghijauan. Nilai KDH yang direncanakan adalah pondasi plat
(20%) x Luas lahan (9.600 m2) =1.920 beton bertulang dengan kedalaman 200 cm
m2. Sedangkan lahan yang tersisa 1920 dari muka tanah guna menyesuaikan
m2. dengan bentuk massa bangunan gedung
merupakan jumlah lantai bangunan yang (liquifaction) pada saat terjadi gempa;
akan dibangun. Jumah lantai yang akan Pondasi bangunan utama untuk restoran
dibangun adalah 1 lantai. dan toko digunakan tipe pondasi plat beton
yang dihitung dari pinggir jalan. Pada (M16-500 mm). Mutu beton yang dipakai
polos (plain bar) BJTP 24 dengan prasarana air minum yang memenuhi
tegangan leleh, fy = 2400 kg/cm². standar kualitas, cukup jumlahnya dan
disediakan dari saluran air berlangganan
Modulus elastisitas baja, Es = 2.1
kota (PDAM), atau sumur, jumlah
× 105 MPa.
kebutuhan minimum 100 lt/orang/hari;
d. Struktur Atap
Penggunaan air minum bersumber dari
Struktur rangka atap baja sumur dalam menggunakan sistem
Rangka atap untuk bangunan sumur bor yang diangkat dengan mesin
Pada dasarnya air hujan harus ditahan Penggunaan pembangkit tenaga listrik
lebih lama di dalam tanah sebelum darurat harus memenuhi syarat
dialirkan ke saluran umum kota, untuk keamanan terhadap gangguan dan
keperluan penyediaan dan pelestarian tidak boleh menimbulkan dampak
air tanah; negatif terhadap lingkungan, knalpot
diberi sillencer dan dinding rumah
Air hujan dialirkan kesaluran lingkungan
genset diberi peredam bunyi.
untuk selanjutnya dibuang ke saluran
yang ada di jalan; g. Penerangan dan pencahayaan
persyaratan standar sarana penyelamatan direncanakan benar benar aman dan tepat.
bangunan sesuai SNI yang dipersyaratkan. Dikarenakan pegambilan sampel tanah pada
LATAR BELAKANG Suatu sistem tata letak yang baik adalah sistem
Perencanaan rest area yang dilaksankan tata letak yang menghasilkan situasi rest area
Istirahat dan Pelayanan Di Jalan Bebas • Interaksi antara satu lintasan dengan
Hambatan Nomor 010/T/BT/1995 Departemen lintasan yang lain dapat dilakukan dengan
Pekerjaan Umum” dan “Pedoman Teknik Tata baik, sehingga kendaraan yang akan keluar
Cara Penentuan Lokasi Tempat Peristirahatan Di masuk dapat dengan mudah dilakukan.
Jalan Bebas Hambatan Nomor 037/T/BM/1999
• Interaksi antara moda kendaraan yang
Departemen Pekerjaan Umum”.
masuk/keluar lokasi dengan lalu lintas di
Sementara untuk perencanaan bangunan daerah sekitarnya dapat dilakukan dengan
pelayanan pada lokasi rest area berpedoman baik, tidak menyebabkan ganguan terhadap
pada: kelancaran lalu lintas.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum antrian yang panjang dan ruang parkir yang
Standar Nasional Indonesia (SNI) yang • Ulitilitas bangunan pendukung yang tersedia
berhubungan dengan konstruksi disesuaikan dengan fungsi dari Rest Area itu
bangunan gedung. sendiri.
Perencanaan detail rest area yang dilaksanakan Rencana tapak rest area di desain berdasarkan
meliputi perencanaan lahan dan tapak fungsi kebutuhan ruang dan luas lahan yang
bangunan, komponen dan tata letak bangunan tersedia.
yang dibangun. Hal terpenting dari ketiga aspek
Kondisi topografi lokasi Rest Area berada pada
tersebut adalah perencanaan lahan dan tata
daerah perbukitan dengan ketinggian berada
letak, karena hal ini akan sangan berpengaruh
pada elevasi 238+500 m sampai dengan elevasi
terhadap daya dukung lahan dan bangunan
267+750 m. Dengan kondisi lahan yang cukup
Konsep perencanaan lokasi rest area ini adalah 4. Lokasi perbukitan bagian belakang bagunan
memudahkan akses kendaraan dan orang ke pelayanan
lokasi rest area dan fasilitas bangunan
Pada lokasi ini dilakukan pemotongan lahan
umumnya, dengan kondisi lahan yang tersedia.
dengan kemiringan dibuat 25o dan diperkuat
Untuk itu dilakukan proses penanganan lahan
dengan konstruksi perkuatan tebing, agar
dengan mengupayakan elevasi lahan dibuat
kestabilan tanah dan lereng aman.
selandai mungkin dengan mempertimbangkan
aspek teknis (kekuatan dan stabilitas lereng) Sistem pemotonga lahan trap dapat dilihat
Penanganan lahan dilakukan dengan membagi Rencana Tapak dan Konstruksi Bangunan
lahan rest area menjadi dua lokasi, yaitu dengan Rencana tapak adalah perencanaan lokasi
sistem dua trap: konstruksi bangunan pelayanan atau fasilitas
1. Lokasi daerah milik jalan (parkir mopen umum di rest area yang meliputi lokasi tapak
Pada lokasi ini dilakukan pemotongan lahan Secara umum rencana tapak untuk rest area
hingga mencapai elevasi 238+500 m direncanakan adalah Rest Area Tipe I (Ringan),
konstruksi perkuatan tebing berupa dinding aspek teknis (kekuatan dan kestabilan), aspek
penahan tanah dari pasangan batu. arsitektur (keindahan dan nilai fungsi sosial dan
budaya lokal) dan aspek biaya (penggunaan
2. Lokasi area parkir dan peristirahatan
material yang ekonomis).
Pada lokasi ini dilakukan pemotongan lahan
hingga mencapai elevasi 242+600
msepanjang 25 meter.
PERENCANAAN BIAYA
1. Volume pekerjaan
unsur/parameter upah tenaga, bahan dan 4. Material material fabrikasi modern seperti
peralatan. Dimana untuk masing masing jenis material logam digunakan sebagai
pekerjaan mengandung nilai koefisien upah, pembentuk citra futuristik sekaligus sebagai
bahan dan peralatan yang berbeda beda. solusi untuk beberapa bagian bangunan
yang akan terkena sinar matahari dan air
Untuk mendapatkan koefisen upah, bahan dan
hujan dalam intensitas tinggi.
peralatan untuk setiap item pekerjaan maka
digunakan standar analisa harga satuan 5. Bangunan fasilita umum dirancang terbuka
pekerjaan yang dapat diadopsi dari berbagai disesuaikan dengan kondisi tropis alam
referensi diantaranya: Indonesia dan provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam khususnya. Sehingga sirkulasi
a) Analisa SNI-2008 untuk Bangunan Gedung
penghawaan alami dapat berjalan dengan
b) Analisa AHS Spesifiksi 2010 Direktorat Bina baik.
Marga
6. Konsep reat area yang cenderung terbuka
Berdasarkan uraian di atas, diperoleh nilai biaya seperti ini juga memudahkan orientasi
pelaksanaan pekerjaan konstruksi rest area pengguna.
beserta bangunan pelayanan sebesar
7. Pembagian Zona untuk area parkir dan
Rp.6,523,300,000.00. Detail hitungan biaya
tempat istirahat dan zona fasilitas umum,
pelaksanaan konstruksi ditampilkan dalam
yang dipisahkan oleh sistem trap dengan
Lampiran Dokumen Rencana Anggaran Biaya
pembagian berdasarkan letak elevasi lahan.
(RAB), yang merupakan bagian yang terpisah
dari Laporan Akhir. 8. Pembagian Zona parkir yang terpisah
anatara parkir kendaraan pribadi, umum
PERENCANAAN GAMBAR TEKNIS
dan bus dengan kendaraan truck.
1. Perancangan bangunan menggunakan
Rest Area yang dirancang meliputi fasilitas
langgam bentuk minimalis yang ditampilkan
utama dan fasilitas penunjang. Fasilitas utama
dalam bentuk bangunan yang terlihat
adalah fasilitas parkir kendaraan dan tempat
simple dengan geometrik kotak dan
istirahat, sedangkan fasilitas penunjang adalah
memiliki pola jalur sirkulasi yang jelas untuk
bangunan fasilitas pelengkap.
pengguna bangunan.
Untuk semua gambar rest area dan konstruksi
2. Elemen elemen bangunan yang bersifat
bangunan pelayanan yang tersedia di dalam
fungsional ditampilkan sebagai pembentuk
lokasi rest area ditampilkan dalam Lampiran
fasade bangunan dan elemen elemen
Dokumen Gambar Teknis Perencanaan yang
dekoratif tidak ditampilkan dalam fasade
merupakan bagian terpisah dari Laporan Akhir.
bangunan.
Adapun fasilitas utama dan penunjang dalam
3. Bangunan dengan konsep minimalis
lokasi rest area yang dirancang meliputi:
memiliki konsekuensi beberapa bagian
bangunan akan lebih terekspos terhadap 1. Ram (jalan akses masuk dan keluar lokasi
sinar matahari dan air hujan, sehingga perlu rest area)
penanganan yang baik terhadap beberapa
2. Area parkir kendaraan
bagian seperti ini.
5. Bangunan Gazebo
7. Tower Air
maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : bahan pasangan batu 1PC : 4 PS kombinasi
dengan beton bertulang;
1. Penangan lahan perbukitan yang rawan
lonsor dengan melakukan pemotongan dan 13. Sudut pemotongan lahan dibagian belakang
3. Struktur kolom untuk bangunan restoran + Berdasarkan analisa dan perhitungan daya
toko dipakai baja struktur yang perkuatan dukung tanah, stabilitas lereng dan perhitungan
sambungan menggunakan baut; struktur bangunan untuk pekerjaan DED Rest
dengan lapisan pasir urug; maka dapat diberikan beberapa saran sebagai
berikut :
5. Struktur dinding menggunakan pasangan
bata dengan kekuatan sebanding dengan 1. Melakukan investigasi/ penyelidikan tanah