JARINGAN PIPA
Spesifikasi teknis ini merupakan ketentuan yang harus di baca dan dimengerti bersama
– sama dengan gambar-gambar rencana, yang keduanya menguraikan tentang pekerjaan
yang harus dilaksanakan oleh Pemborong. Identitas pekerjaan seperti peta lokasi,
tempat pekerjaan dilaksanakan dijelaskan dalam gambar rencana. Lingkup dan item
pekerjaan selengkapnya akan uraikan dalam daftar quantity pekerjaan, sedangkan
uraian teknis pekerjaan adalah sebagai berikut :
1. PEKERJAAN PERSIAPAN
1.1 Penyerahan Lapangan
Sebelum memulai kegiatan, pemborong harus sudah menerima surat/berita
acara penyerahan lapangan dari Pemberi Tugas.
1.2 Perijinan
Bila ada sebagian atau seluruhnya pekerjaan yang harus memerlukan perijinan
dari instansi yang berwenang, maka Pemborong harus sudah memiliki perijinan
yang dimaksud sebelum memulai bagian dari pekerjaan tersebut. Pemborong
tidak diperkenankan memulai kegiatan sebelum memegang perijinan yang
dimaksud. Segala biaya yang dikeluarkan untuk mengurus perijinan menjadi
tanggung jawab pemborong.
1.3 Penyediaan Fasilitas Penunjang Pekerjaan
Semua keperluan fasilitas penunjang pekerjaan seperti listrik, air bersih dan
lainnya yang dibutuhkan menjadi tanggung jawab Pemborong.
1.4 Mobilisasi Peralatan dan Material
Semua peralatan kerja yang akan dipakai dalam pekerjaan ini harus sudah
dipersiapkan oleh Pemborong. Peralatan tersebut harus dalam kondisi baik dan
laik pakai. Jika dalam masa pelaksanaan pekerjaan, peralatan mengalami
kerusakan/tidak bisa dipergunakan, pemborong harus segera menyiapkan
peralatan pengganti yang baru yang laik pakai. Penempatan material di areal site
harus dikonsultasikan dengan Direksi Tenis, agar tidak mengganggu pekerjaan
selama proses pekerjaan berlangsung.Pemborong harus sudah menghitung biaya
mobilisasi material sampai ke tempat lokasi pekerjaan sesuai dengan tingkat
kesulitannya.
1.5 Contoh – Contoh Material
Contoh – contoh material yang akan dipakai harus diajukan lebih awal oleh
Pemborong, mengacu pada spesifikasi teknis yang telah ditetapkan. Contoh-
contoh material yang telah disetujui oleh Direksi Teknis, dituangkan dalam
lembaran persetujuan material.
1.6 Pengukuran
Sebelum memulai pekerjaan Kontraktor harus mengadakan pengukuran kembali
dengan teliti elevasi dasar galian, permukaan tanah, ketinggian tanggul dan jalan
atau elevasi lainnya sesuai permintaan Direksi. Semua pengukuran kembali
harus dikaitkan terhadap titik tetap yang terdekat. Alat
1
– alat ukur yang dipergunakan harus dalam keadaan berfungsi baik dan sebelum
pekerjaan dimulai semua alat ukur yang akan dipakai harus
mendapat persetujuan Direksi, baik dari jenisnya maupun kondisinya. Alat –alat
yang dipergunakan adalah waterpass lengkap dengan statip dan rambu –
rambunya, theodolite lengkap dengan instruksi Direksi. Cara pengukuran
ketepatan hasil pengukuran, toleransi, dan pembuatan serta pemasangan patok
bantu akan ditentukan oleh Direksi. Ukuran – ukuran pokok dari pekerjaan
adalah sesuai dengan yang tercantum dalam gambar. Ukuran – ukuran yang
tidak tercantum, tidak jelas atau saling berbeda, harus segera dilaporkan kepada
Pengawas Lapangan. Apabila dianggap perlu, Direksi berhak memerintahkan
kepada Kontraktor untuk merubah ketinggian, letak atau ukuran suatu bagian
pekerjaan. Apabila timbul keragu – raguan dari pihak Kontraktor dalam
menginterpretasi angka – angka elevasi dalam gambar maka hal ini harus
dilaporkan kepada Direksi untuk dimintakan penjelasannya. Apabila terdapat
kesalahan dalam pengukuran kembali, maka pengukuran ulang menjadi
tanggung jawab Kontraktor. Kontraktor bertanggung jawab penuh atas
tepatnya pelaksanaan pekerjaan menurut peil – peil dan ukuran dalam
gambar dan uraian / syarat – syarat pelaksanaan itu. Pembuatan dan
pemasangan papan dasar pelaksanaan (bouwplank) termasuk pekerjaan
Kontraktor dan harus dibuat dari kayu jenis meranti kelas II yang tidak
berubah oleh cuaca. Pemasangannya harus kuat dan permukaan atasnya rata
dan sifatnya datar (waterpass).Semua ketetapan pekerjaan pengukuran, baik
ukuran panjang maupun sudut harus terjamin kebenarannya. Pengukuran sudut
siku – siku dengan prisma atau benang hanya dibenarkan untuk bagian – bagian
kecil dari pekerjaan dan mendapat persetujuan Direksi. Kekeliruan dari
hasil pengukuran, sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor.
1.7 Gambar-gambar Kerja
Sebelum mengerjakan pekerjaan, Pemborong wajib membuat Gambar- gambar
kerja ( shop drawing ) yang acuannya dari Gambar Rencana yang terakhir. Jika
terdapat perbedaan antara gambar kerja dengan keadaan sebenarnya di
lapangan, maka yang dilaksanakan adalah keputusan yang diberikan oleh Direksi.
Selanjutnya Kontraktor wajib melakukan penggambaran kembali tapak proyek
sesuai dengan keadaan sebenarnya di lapangan.Pada keadaan dimana ada
penyimpangan dari gambar rencana, kontraktor harus mengajukan 3 (tiga)
lembar gambar penampang dari daerah yang dipatok. Direksi akan
membubuhkan tanda tangan persetujuan atau pendapat / revisi pada satu
lembar gambar tersebut dan mengembalikannya kepada kontraktor. Setelah
diperbaiki, kontraktor harus mengajukan kembali gambar yang Direksi diminta
untuk direvisi. Gambar tersebut harus digambar kembali diatas kertas A3 dan
setelah disetujui oleh Direksi, maka Kontraktor akan menyerahkan kepada
Direksi gambar asli dan
3 (tiga) lembar hasil rekamannya.
1.8 Papan Nama Proyek.
Papan nama kegiatan dipasang pada patok kayu yang kuat, ditanam dalam tanah
dengan ketinggian 1,5 meter. Ukuran Papan Nama Proyek adalah 80 x
120 cm, terbuat dari bahan multiplek tebal 9 mm, dicat dasar warna putih,
tulisan warna biru, besar huruf disesuaikan.
Letak pemasangan Papan Nama pada lokasi proyek dan Redaksi Papan Nama
akan ditentukan kemudian dengan Direksi Teknis.
2
1.9 Administrasi dan Dokumentasi.
Pemborong harus menyiapkan administrasi pelaksanaan pekerjaan antara
lain : Request, laporan harian pelaksanaan , laporan mingguan, prestasi fisik
pekerjaan, Time schedule pekerjaan dan foto-foto kemajuan pekerjaan
dibuat sesuai dengan laporan prestasi pekerjaan, sekurang-kurangnya pada
saat dilakukan opname kemajuan pekerjaan.
Yang tidak termasuk pekerjaan persiapan akan tetapi pemborong wajib
menyiapkan dan menyediakan adalah :
Kantor Direksi harus terang, aman dan nyaman, serta selalu terjaga
kebersihannya. Penempatan /lokasi dari kantor Direksi harus mendapatkan
persetujuan dari Direksi Teknis.
b. Kantor Pemborong, Gudang bahan dan los kerja luasnya disesuaikan
dengan kebutuhan dan keamanan kerja para pekerja serta terlindungnya
bahan banguan dari cuaca dan hujan.
c. WC darurat untuk Direksi, Pemborong dan pekerja secukupnya serta
tersedia cukup air dan terjamin kebersihannya.
d. Kantor direksi, kantor Pemborong/Los Kerja serta wc darurat setelah
selesainya pekerjan adalah milik pemborong dan segera harus
dibersihkan dari tempat pekerjaan.
2. ACUAN NORMATIF
Dalam pelaksanaan pekerjaan, pemborong harus memahami, mengikuti semua
persyaratan yang ditentukan dalam rencana kerja dan syarat-syarat termasuk standar
material yang akan dipakai yang mengacu pada SNI ( Standar Nasional Indonesia, SII (
Standar Industri Indonesia ). Jika spesifikasi material yang disaratkan belum ada
dalam standar SNI dan SII, maka dapat dipakai standar lain yang lebih tinggi
kwalitasnya dari standar Nasional diatas antara lain:
ISO : International Organization for Standardization
JIS : Japanese Industrial Standart
BS : British Standart
DIN : Deutsche Industrie Norm
AWWA : American Water Works Association
ASTM : American Society for Testing and Materials
ANSI : American National Standard Institute
AS : Australian Standard
AWS : American Welding Society
dan standar standar lainnya yang telah mendapat persetujuan dari Direksi.
4
Ketentuan pengaturan dan pengendalian lalu lintas selama pelaksanaan
konstruksi harus diterapkan pada seluruh galian dalam daerah milik jalan.
7. PROSEDUR PENGGALIAN
a. Galian tanah dilaksanakan untuk semua pemasangan pipa dan
peralatannya serta bangunan pelengkap yang termasuk dalam pekerjaan ini.
b. Pekerjaan galian dan pembuatan parit galian hendaknya dilakukan
dengan cara-cara yang layak, aman dan tepat untuk menghindari
kemungkinan-kemungkinan timbulnya bahaya bagi keselamatan manusia
dan kerusakan bangunan atau instalasi yang ada. Segala hal yang diakibatkan
oleh pekerjaan penggalian dan pembuatan parit galian,
menjadi tanggung jawab rekanan.
c. Pekerjaan penggalian dilaksanakan sedemikian rupa sehingga
memungkinkan pipa dapat dipasang dengan posisi yang baik dan aman.
Penggalian harus bertahap sesuai dengan perkiraan jumlah pipa yang
dapat dipasang untuk setiap harinya dan mengikuti petunjuk Direksi
Proyek.
d. Pekerjaan penggalian tanah untuk parit pemasangan pipa harus segera diikuti
dengan pelaksanaan pemasangan pipa dan perlengkapannya,
serta diikuti pula dengan penimbunan/pengurugan kembali dengan
segera.
e. Parit galian yang masih terbuka harus dijaga sehingga effisiensi pekerjaan
dan keselamatan pekerja serta masyarakat dapat terjamin.
f. Bila dijumpai adanya sarana-sarana atau instalasi diatas permukaan
tanah atau dibawah tanah, maka harus diadakan pengamanan terhadapnya
agar tidak terjadi kerusakan sebagai akibat pekerjaan rekanan.Perbaikan
atas kerusakan yang terjadi sebagai akibat pekerjaan penggalian
menjadi tanggung jawab rekanan.
5
e. Bila tidak dinyatakan lain, lebar parit galian disesuaikan dengan besarnya
pipa yang akan dipasang dan lebar galian tersebut harus
menjamin pekerjaan penyambungan pipa dengan baik sehungga kebocoran-
kebocoran pada sambungan dapat dihindarkan. Bila perlu lebar galian
diperbesar untuk memudahkan penempatan alat-alat
penyangga dan sebagainya.
f. Parit dan tempat sambungan atau peralatan pipa hendaknya digali hingga
didapatkan suatu lebar yang cukup untuk ruang kerja,
pemasangan, penyambungan, penanaman maupun pekerjaan konstruksi.
g. Bila pada bagian parit pipa terdapat galian-galian berlumpur atau
penggalian terlalu dalam maka dapat diurug dengan pasir ataupun
diurug dengan bahan-bahan lainnya yang disetujui oleh Direksi Proyek.
h. Batu-batu dengan diameter lebih besar dari 40 mm harus dibuang dari parit
galian.
i. Dasar parit galian hendaknya rata, rapat, terkonsolidasi dan digali pada
kedalaman yang tepat untuk meletakan pipa, serta harus bebas dari
lumpur dan tetap rata bila diinjak kaki para pekerja. Dasar parit yang
sebelumnya padat tapi menjadi lunak bagian atasnya akibat
pelaksanaan pekerjaan hendaknya diperkuat dengan satu atau lebih
lapisan batu pecah atau kerikil. Lapisan lumpur atau tanah lunak pada dasar
parit tidak boleh lebih tebal dari 1,25 cm.
j. Apabila ternyata didalam pelaksanaan penggalian terjadi kelongsoran-
kelongsoran dan keruntuhan-keruntuhan terus menerus yang
mengganggu, haruslah diadakan konstruksi penguat (dari turap kayu
atau lainnya) agar terjamin keselamatan dan keamanan pekerja,
effisien kerja, struktur dan fasilitas lain yang ada.
k. Penerapan hendaknya direncanakan dan dibuat untuk menahan semua
beban dan muatan yang mungkin timbul akibat pergerakan tanah atau
tekanan. Konstruksi penguat ini hendaknya kaku hingga tidak terjadi
perubahan bentuk dan posisi dalam keadaan apapun. Biaya yang
mungkin timbul akibat adanya konstruksi penguat tersebut harus sudah
diperhitungkan dalam harga penawaran dan tidak diterima adanya
tuntutan tambahan biaya untuk pekerjaaan ini.
l. Bila pada bagian parit galian ternyata tidak stabil atau dijumpai lapisan-
lapisan bekas sampah ataupun humus, lapisan tersebut harus
dibuang. Bila dianggap perlu, direksi proyek dapat memerintahkan
untuk memindahkan tanah pada lokasi galian dan mengisi kembali dengan
bahan-bahan yang sesuai.
m. Pada tempat – tempat parit galian yang mudah longsor harus diberi
turap pengaman.
n. Setiap galian hendaknya dijaga tetap kering sampai konstruksi yang
harus dibangun atau pipa yang harus dipasang selesai dilaksanakan.
o. Apabila juga ternyata bahwa didalam galian dijumpai air yang
mengganggu pengeringan, maka rekanan harus menyediakan pompa
atau peralatan lain untuk pengeringan. Biaya yang ditimbulkan akibat
pekerjaan pengeringan tersebut berikut pompa dan peralatannya adalah
tanggungan rekanan.
p. Semua penggalian untuk struktur beton dan parit yang diperdalam
hingga mencapai atau dibawah elevasi statik, hendaknya dikeringkan
dengan menurunkan permukaan air tanah sampai jarak tidak kurang 30 cm
dibawah dasar galian.
q. Air permukaan hendaknya dipintaskan atau dengan cara-cara lain,
dicegah tidak memasuki daerah pemaritan sejauh mungkin tanpa
mengakibatkan kerusakan-kerusakan pada tanah milik sekitarnya, dan
biaya yang timbul untuk pekerjaan ini merupakan tanggung jawab
rekanan.
6
9. PEMBUANGAN SISA GALIAN KELUAR LOKASI DENGAN KENDARAAN
a. Untuk keperluan pengangkutan jauh keluar lokasi kerja dengan alat angkut
yang memadai. Alat angkut dan operatornya disediakan oleh kontraktor.
Penempatan material tersebut pada tempat yang aman atas persetujuan
Direksi.
12. PERBAIKAN DARI URUGAN YANG TAK MEMUASKAN ATAU TIDAK STABIL
a. Urugan akhir yang tidak memenuhi penampang melintang yang
diisyaratkan atau disetujui atau toleransi permukaan yang diisyaratkan
harus diperbaiki dengan menggaru permukaan dan membuang atau
menambah bahan sebagaimana diperlukan yang dilanjutkan dengan
pembentukan dan pemadatan kembali.
b. Urugan yang terlalu sering untuk pemadatan, dalam hal kadar airnya
kurang memenuhi persyaratan atau seperti yang diperintahkan Direksi,
maka harus diperbaiki, disusul dengan penyiraman air secukupnya dan
dicampur dengan menggunakan “motor grader” atau peralatan lain yang
disetujui.
c. Urugan yang menjadi jenuh akibat hujan atau banjir atau karena hal lain
setelah dipadatkan dalam batasan persyaratan ini biasanya tidak
memerlukan pekerjaan perbaikan asal sifat material dan kerataan masih
memenuhi persyaratan spesifikasi ini.
d. Perbaikan dengan urugan yang tidak memenuhi kepadatan atau
persyaratan sifat bahan dari spesifikasi ini harus seperti yang diperintahkan
direksi dan dapat meliputi tambahan pemadatan, penggaruan yang disusul
dengan pengaturan kadar air dan pemadatan kembali, atau pembuangan dan
penggantian bahan.
7
13. SYARAT – SYARAT KHUSUS BAHAN PERPIPAAN
CI Giboult Joint
Standart : SII
Class : 10 Bar, 16 Bar
f. Pemasangan Pipa.
- Pada pipa-pipa yang sudah dipasang harus dicegah jangan sampai
kemasukan segala macam jenis kotoran umpanya bekas puing- puing,
alat-alat, bekas pakaian dan lain-lain kotoran yang dapat mengganggu
kebersihan dn kelancaran aliran air didalam pipa.
- Setiap pipa yang sudah dimasukan kedalam parit galian harus
langsung dipasang dan distel sambungnnya dan kemudian diurug
dengan bahan-bahan yang disetujui Direksi Proyek, serta dipadatkan
dengan sempurna kecuali pengurugan pada tempat- tempat
sambungan pipa harus diperiksa dan disetujui terlebih dahulu oleh
direksi proyek. Setelah diperiksa dan di setujui Direksi Proyek baru
diperbolehkan untuk diurug.
11
- Semua ujung pipa yang terakhir yang pada saat pemasangannya
berhenti, harus ditutup sehingga kotoran ataupun air buangan
tidak masuk kedalam pipa. Cara-cara penutupan pada ujung pipa
tersebut harus disetujui Direksi Proyek.
- Tikungan/belokan (vertikal/horisontal) tanpa elbow/bend
dilaksanakan sedemikian rupa sehingga sudut sambungan antara
dua pipa tidak boleh lebih besar dari yang diizinkan oleh pabrik
pipa yang bersangkutan, untuk itu akan diberikan petunjuk lebih
lanjut oleh Direksi Proyek.
- Perubahan arah perletakan pipa (belokan/tikungan), harus
dilaksanakan dengan penyambungan bend/elbow yang sesuai, begitu
pula untuk percabangan harus dengan tee atau cross tee
(sesuai kebutuhannya).
- Membengkokan atau merubah bentuk pipa dengan cara apapun
tidak diperbolehkan (secara mekanis maupun dengan cara
pemanasan) tanpa persetujuan Direksi Proyek.
- Peil dari perletakan pipa serta tinggi terhadap muka jalan/tanah asal
harus diperiksa dengan teliti dan disaksikan dan mendapat
persetujuan Direksi Proyek.
- Pada waktu pemasangan pipa serta tingggi terhadap muka
jalan/tanah asal harus diperiksa dengan teliti dan disaksikan dan
mendapat persetujuan dari Direksi Proyek.
- Untuk pipa yang ditanam waktu pemasangan pipa, parit galian
untuk perletakan pipa harus kering, tidak boleh ada air sama
sekali dan bagian dalam pipa harus bersih.
- Semua pemasangan fitting penyambungan pipa seperti tee,
elbow/bend, dan sebagainya harus diberi blok-blok penahan ( anker
block ) dari beton (K 175).
- Setiap pekerjaan pemasangan pipa yang dihentikan pada waktu
diluar jam-jam kerja, ujung-ujung pipa yang terakhir harus
ditutup rapat air untuk mencegah masuknya kotoran/benda-benda
asing/ air kotor kedalam pipa.
- Material yang digunakan untuk tutup ujung pipa tersebut harus
bersih dan bebas dari minyak/oli, ter/aspalt atau bahan-bahan
minyak pelumas lainnya.
- Semua ujung pipa yang terakhir dan tidak dilanjutkan lagi harus
ditutup (didop/plug) dan diberi beton penahan (K-175).
g. Pemotongan Pipa
- Apabila benar-benar diperlukan, pemotongan pipa dapat
dilakukan rekanan dengan persetujuan Direksi Proyek dan harus
dilaksanakan dengan alat yang sesuai/khusus untuk jenis atau
bahan pipa yang dipasang, agar benar-benar terjamin
penyambungannya yang baik sesuai dengan syarat-syarat
teknis/petunjuk dari pabrik pipa bersangkutan (misal pipa baja
dengan pemotongan dan snay pipa kemudian dengan alat perapih
ujung pipa).Ujung-ujung bekas pemotongan harus dihaluskan
dengan alat-alat yang sesuai misalnya dengan gurinda.
12
15. PENYAMBUNGAN PIPA.
a. Umum.
- Penyambungan pipa-pipa dilaksanakan sesuai dengan petunjuk
penyambungan pipa dari pabrik pembuatan pipa dan atau
berdasarkan petunjuk-petunjuk dari direksi proyek.
- Penyambungan pipa yang akan dilaksanakan adalah sebagai
berikut :
Pipa baja dengan sambungan Flens
Pipa baja dengan sambungan las
Pipa GIP dengan sambungan shock, flens dan las.
Pipa HDPE dengan sambungan pemanasan menggunakan Butt
Fusion dan sambungan Electrofusion, atau dengan Mechanical
Joint.
b. Sabungan Flens.
- Setelah flens pipa sudah bersih permukaannya, kemudian di las dan
dipasang bout dengan putaran secukupnya.
- Baut-baut harus diputar dengan kunci-kunci yang sesuai sehingga
dapat menjamin kesamarataan baut-baut pipa dengan kedudukan flens
pipa sehingga terdapat tekanan yang sama pada seluruh
permukaan dari flens.
- Sebelum baut dipasang, semua baut dan mur harus diberi gemuk
dengan sempurna.
c. Sambungan Dengan Pengelasan.
- Bila pekerjaan pengelasan dilaksanakan didalam parit, maka
lebar galian perlu ditambah agar juru las dapat bekerja dengan
baik dan posisi pipa dijaga tetap stabil untuk memperoleh hasil
pengelasan yang baik.
- Bila pengelasan dilakukan diluar parit galian, maka jumlah pipa-
pipa yang dilas harus sedemikian rupa, sehingga terdapat suatu
panjang tertentu dari pipa yang dilas, dan cara penempatan pada
posisi yang benar sehingga pada waktu pengelasan dan penurunan
pipa kedalam parit galian, pipa tidak mengalami kerusakan.
Dalam hal ini rekanan terlebih dahulu harus meminta persetujuan
dari Direksi
Proyek.
- Semua sambungan pipa yang sudah dilas dites. Pengetesan
dilaksanakan dengan cara-cara yang disetujui Direksi Proyek.
- Pengelasan harus dilakukan oleh tenaga-tenaga yang
berpengalaman dalam bidangnya dan mempunyai sertifikat keahlian
dalam bidang ini. Bila Direksi proyek meminta, maka sertifikat ini
harus diberikan.
- Kawat las yang dipergunakan untuk pipa baja adalah jenis JISz
3211 atau semutu dan disetujui Direksi Proyek.Kawat las yang
lembab tidak dapat dipakai dan kadar kelembaban harus kurang
dari 2,5 % untuk kawat yang dapat memancarkan sinar (cahaya)
dan 0,5 % untuk kawat yang mengandung Zat air yang rendah.
- Mesin las yang dapat dipakai harus disetujui Direksi Proyek.
- Setelah dilas lapisan bagian dalam (lining) dan luar (coating) pipa
dipasang kembali seperti semula dengan cara-cara menurut
petunjuk dan peraturan-peraturan pabrik membuat pipa.
- Untuk pipa baja diameter 500 mm kebawah, pembersihan dan
perbaikan kembali hanya lapisan bagian luar (coating) saja.
- Semua sambungan las harus dicat dengan cat dasar anti karat
synchromate setara produksi Kansai Paint minimum 2 lapis,
kemudian di cat akhir minimum 2 lapis dengan cat besi yang
tahan terhadap karat, dan dibalut dengan rapi.
13
16. PEMASANGAN VALVE COVER.
a. Tempat Pemasangan.
- Lokasi pemasangan valve cover sesuai dengan gambar atau sesuai
petunjuk Direksi Proyek
- Selubung valve menggunakan pipa PVC S-10 Dia. 200 mm
b. Beton Path box.
- Path box tidak boleh meneruskan goncangan atau tekanan kepada
valve jadi pemasangannya harus tepat dan lurus diatas valve.
Penutup dari box tingginya harus sama dengan permukaan jalan/tanah
yang ada, atau memenuhi level dan ketinggian yang ditentukan oleh
Direksi Proyek.
22. DESINFEKSI.
a. Semua pipa pipa terpasang dan dikuras, semua pipa-pipa tersebut
seluruhnya di desinfeksi oleh rekanan. Pekerjaan desinfeksi tidak dapat
dilaksanakan tanpa ada persetujuan dari direksi proyek.
b. Air dan bahan-bahan kimia yang dipakai untuk desinfeksi menjadi
tanggung jawab rekanan.
c. Desinfeksi didalam pipa dilakukan dengan mengisi air yang dicampur
dengan chloor sebanyak 10 mg/liter kedalam pipa.Setelah 24 jam sisa
chloor lebih dari 5 mg/liter berarti pekerjaan desinfeksi tersebut sudah
memenuhi persyaratan.
d. Bila dari hasil pemeriksaan tersebut menunjukan sisa chloor kurang
dari 5 mg/liter, maka chloor harus ditambah dan dicampur dan selanjutnya
ditunggu selama 24 jam lagi dan pemeriksaan dilakukan kembali. Demikian
seterusnya sampai sisa chloor lebih dari 5 mg/liter.
15
bagian lapisan dalam dan luar harus diperbaiki kembali. Bagian pipa yang
sudah diperbaiki tersebut, harus dicat dasar anti karat syncromate
minimum 2 lapis dan dicat akhir dengan cat besi tahan karat minimum 2
lapis.
c. Rekanan harus memberikan perhatian lebih besar pada pengaruh
pengkaratan terhadap pipa baja, terutama untuk pipa baja yang dipasang di
daerah dekat pantai atau saluran air.
26. P E N U T U P.
- Hal – hal yang belum jelas disebutkan dalam Rencana Kerja dan syarat-
syarat ini, akan disampaikan dan dijelaskan dalam Berita Acara Rapat
Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing).
- Pemborong harus membuat gambar As Built Drawing sebanyak 5 ( lima )
exemplar yang telah disetujui oleh Direksi dan Pengguna Jasa. Dalam
gambar as built drawing tersebut dicantumkan pula tabel mengenai spesifikasi
material yang dipakai, baik material dasar maupun material finishing.
Dibuat Oleh,
Komsultan Perencana
CV. FOURTUNA BERKAT MANDIRI
17