Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH PENGEMBANGAN WILAYAH PESISIR

Dosen pengampu : Aswar Amiruddin S.T.,M.T

DISUSUN OLEH:
RADINAL AHMAD (2040301077)

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa oleh karena
KaruniaNya kami dapat menyusun makalah yang bejudul Tugas Mata Kuliah
Pengembangan Wilayah Pesisir dengan baik dan tepat waktu serta sangat memperluas
wawasan yang kami dapatkan untuk kemudian hari.

Pada makalah ini, dibahas mengenai Pengembangan Wilayah Pesisir dengan


berbagai refrensi yang telah didapatkan. Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk
memenuhi tugas yang diberikan.dan juga untuk bagi sekalian saudara saudari yang
membaca.

Kami sangat berterima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Struktur
rangka baja yang mengarahkan kami selama perkuliahan sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini kepada:
1. Aswar Amiruddin ST.,MT
2. Seluruh saudara perjuang saya
Telah membimbing dan menopang Kami dalam pembelajaran mata kuliah ini

Kami memahami masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah


ini.Besar Harapan bagi penyusun untuk di berikan saran kritik yang kedepannya agar
lebih baik lagi dalam mengolah hasil informasi.sekian dari kami terima kasih.

Tarakan, 25 September 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Struktur Rangka Baja Ringan
A Pengertian Baja Ringan
B Jenis-Jenis Baja Ringan
C Kelebihan dan Kekurangan Baja Ringan
2.2 Jenis Material Yang digunakan
2.3 Lokasi Pembangunan
2.4 Fungsi Bangunan
2.5 Metode Pengerjaan Struktur Bangunan
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pantai adalah daerah di tepi perairan yang dipengaruhi oleh air pasang tertinggi
dan air surut terendah. Pasang surut adalah fluktuasi muka air laut sebagai fungsi
waktu karena adanya gaya tarik benda-benda di langit, terutama matahari dan bulan
terhadap massa air laut di bumi.

Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari 3700 pulau dan
wilayah pantai sepanjang 80.000 km Ini menunjukkan bahwa sebagian besar
masyarakat Indonesia melakukan kegiatan sehari-hari di daerah sekitar pantai baik
sebagai pemukiman, pertanian, perikanan, maupun pariwisata.

Adanya berbagai kegiatan tersebut dapat menimbulkan peningkatan jumlah


kebutuhan lahan yang juga diiringi dengan meningkatnya jumlah pembangunan infra-
struktur. Akibatnya timbul masalah-masalah baru pada daerah pantai sehingga
mengalami ketidakstabilan dan kerusakan. Sebagai kota berkembang salah satu upaya
yang dilakukan pemerintah untuk pengembangan adalah dengan dibukanya areal
proyek reklamasi pantai.

Pemilihan desain pengaman pantai yang sesuai tentunya akan sangat membantu
untuk mencegah dan meminimalisir kemungkinan terjadi adanya abrasi dan erosi
yang lebih besar pada daerah pantai akibat diterjang gelombang. Pemilihan desain
pengaman pantai yang sesuai dan desain yang tepat terhadap bangunan pengaman
pantai adalah suatu hal yang sangat diperlukan sesuai dengan kebutuhan daerah
kawasan pantai tersebut.
1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah penyusunan makalah ini sebagai berikut :


1. Mencari Informasi mengenai item-item survei pada pekerjaan perencanaan
bangunan pantai dan perencanaan Kawasan wisatan dipesisir/pantai.
2. Menjelaskan item-item survei tersebut lengkap dengan peralatan yang
digunakan serta metode/tahapan pelaksanaan dilapangan.
3. Menjelaskan analisis data pasang surut dan peramalan gelombang.

1.2 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian makalah ini sebagai berikut :


1. Mengetahui Informasi mengenai item-item survei pada pekerjaan perencanaan
bangunan pantai dan perencanaan Kawasan wisatan dipesisir/pantai.
2. Mengetahui item-item survei tersebut lengkap dengan peralatan yang
digunakan serta metode/tahapan pelaksanaan dilapangan.
3. Mengetahui analisis data pasang surut dan peramalan gelombang.
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1. Jenis Permasalahan Pantai

1. Erosi Pantai/Abrasi, dapat merusak kawasan permukiman, objek wisata bila


ada dan prasarana kota yang berupa mundurnya garis pantai. Erosi pantai dapat
terjadi secara alami oleh serangan gelombang atau oleh kegiatan manusia yang
menebang hutan bakau, pengambilan karang, pembangunan lain di daerah
pantai.

2. Pembelokan dan pendangkalan muara sungai, yang dapat menyebabkan


tersumbatnya aliran sungai yang dapat mengakibatkan banjir di daerah hulu.

3. Sedimentasi di daerah pantai menyebabkan majunya pantai sehingga dapat


menyebabkan masalah pada drainase yang kemungkinan dapat menyebabkan
di wilayah tersebut tergenang.

4. Pencemaran lingkungan oleh limbah dari kawasan industri ataupun


permukiman yang dapat merusak ekologi pantai.

5. Penurunan tanah dan intrusi air asin diakibatkan oleh pengambilan air tanah
yang berlebihan sehingga menyebabkan air laut masuk ke rongga air tanah.
Sehingga air di wilayah tersebut terasa asin atau payau.

2.2 Perencanaan Bangunan Pengaman Pantai

Adapun proses perencanaan dapat dibagi menjadi 6 langkah sebagai berikut :


1. Mengidentifikasi masalah-masalah yang ada dilapangan dan survei
Pendahuluan,Pengukuran,Topografi dan lainnya.
2. Membuat Inventarisasi dan memprediksi kemungkinan-kemungkinan yang
terjadi jika tidak diambil tindakan untuk menanganin masalah.
3. Membuat beberapa scenario alternatif penanggulangan.
4. Mengevaluasi setiap alternatif penanggulangan.
5. Membandingkan setiap rencanan penanggulangan.
6. Memilih penanggulangan yang paling efektif dan efisien.
2.3 Data Yang Diperlukan

Pada setiap pekerjaan perencanaan diperlukan data untuk mendukung


pekerjaan tersebut. Terdapat dua jenis data yang perlu diperhatikan sebagai
berikut:
1. Data Primer adalah data yang diperoleh dengan cara pengukuran langsung
dilapangan atau dari sumber utamanya seperti melalui wawancara, survei,
eksperimen, dan sebagainya, Bersama dengan tim secara akurat.

2. Data sekunder adalah merupakan berbagai informasi yang telah ada


sebelumnya dan dengan sengaja dikumpulkan oleh peneliti yang digunakan
untuk melengkapi kebutuhan data penelitian.

2.4 Jenis Survei Lapangan

Survei lapangan yang diperlukan untuk mendukung pekerjaan perencanaan


bangunan pengaman pantai sebagai berikut :
• Survei Pendahuluan
Survei ini bertujuan untuk mendapatkan informasi awal terkait kondisi
lokasi pekerjaan yang mencakup persiapan,inspeksi lapangan dan analisa awal.
• Survei Pengukuran
Survei yang dilakukan dengan pengukuran langsung dilokasi yang ingin
diketahui karakteristiknya.
• Survei Topografi
Survei Topografi meliputi pengukuran rinci poin objek, mengukur
ketinggian poin di darat dan di daerah pesisir, terutama di perairan dangkal
sampai kedalaman air laut yang tidak bisa dijangkau oleh perahu survei
Batimetri. Biasanya pengukuran topografi di wilayah pesisir hingga kedalaman
1 m yang disebut pengukuran Topometri. Positioning objek Topografi
dilakukan dengan menggunakan Electronic Total Station dengan ketelitian
sampai 5 detik dan jangkauan mengukur jarak sampai 1 km. Tujuan dari survei
topografi adalah untuk mendapatkan bentuk permukaan tanah dalam bentuk
situasi, tinggi, dan rinci. Salah satu kegiatan survei topografi adalah
pengukuran titik referensi untuk mendapatkan posisi horizontal dan vertikal
dari titik-titik di permukaan tanah dan selanjutnya digambar pada peta kontur
atau detail situasi.
• Survei Batimetri
Survei batimetri ditujukan untuk mendapatkan data kedalaman dan kondisi
topografi dasar laut, disamping itu juga identifikasi lokasi obyek-obyek yang
mungkin membahayakan. Pemetaan batimetri dilakukan tiga tahap, yaitu
pengumpulan data, pengolahan data dan penyajian data (Rismanto,2011).
Untuk memperoleh peta batimetri yang akurat di perairan, diperlukan
pengamatan pasut dan survei batimetri yang sesuai spesifikasi pekerjaan. Hal
tersebut dilakukan agar kedalaman yang terdapat dalam peta batimetri
terdefinisi dengan baik terhadap MSL atau bidang referensi. Termasuk juga
sebagai koreksi kedalaman tehadap fluktuasi muka air laut.

Pemetaan batimetri merupakan kebutuhan dasar dalam penyediaan


informasi spasial dalam perencanaan, kegiatan dan pengambilan keputusan
terkait informasi di bidang kelautan (Soeprapto,2001). Peta batimetri dalam
aplikasinya memiliki banyak manfaat dalam bidang pekerjaan rekayasa, antara
lain penentuan jalur pelayaran yang aman, perencanaan bangunan pinggir
pantai, pendeteksian adanya potensi bencana tsunami di suatu wilayah, dan
pertambangan minyak lepas pantai. Selain itu, peta batimetri diperlukan untuk
mengetahui kondisi morfologi suatu daerah perairan. Peta batimetri harus
selalu diperbaruhi sesuai dengan perubahan dan perkembangan kondisi
perairan tersebut, hal ini dikarenakan kondisi laut yang sangat dinamis.

Salah satu metode yang diterapkan pada pengukuran batimetri yaitu dengan
menggunakan teknologi akustik dasar laut. Akustik dasar laut mempunyai
keterkaitan antara lain dalam proses perambatan suara pada medium air yang
mampu memberikan informasi dasar perairan, komunikasi dan penentuan
posisi di perairan. Salah satu teknologi akustik dalam pemetaan batimetri yaitu
dengan menggunakan echosounder. Alat ini memiliki kelebihan dalam hal
pengukuran kedalaman pada daerah yang luas dan juga memiliki nilai
kedalaman yang akurat.

Proses pengolahan data echosounder beserta koreksi-koreksinya sangat


berpengaruh penting pada keakuratan dan ketelitian data hasil pemrosesan. Hal
ini disebabkan oleh adanya dinamika laut dan pergerakan kapal yang terjadi
pada saat pengukuran. Beberapa data yang harus dikoreksikan diantaranya data
pengamatan pasut, data pengukuran Sound Velocity Profile (SVP) dan data
pergerakan kapal. Data-data tersebut harus diukur dan diolah dengan baik agar
mendapatkan kualitas yang diharapkan.
• Survei Hidro-Oseanografi
Survei yang meperoleh gambaran mengenai kondisi perairan setempat yang
meliputi beberapa metode survei sebagai berikut :
• Survei Arus
Teknik pengukuran arus yang saat ini banyak dilakukan adalah dengan
memanfaatkan gelombang akustik. Beberapa diantaranya adalah Acoustic
Doppler Profiler (ADP) dan Acoustic Doppler Current Profiler (ADCP).
Pada alat ini, gelombang akustik dipancarkan melalui transduser dan
merambat di sepanjang kolom air. Pada suatu lapisan air yang diukur kecepatan
arusnya, gelombang dipantulkan kembali menuju transduser oleh partikel
sedimen dan plankton (yang bergerak dengan kecepatan yang dianggap sama
dengan kecepatan gerak air). Karena adanya gerak relatif pemantul gelombang
terhadap alat ukur arus akustik, maka gelombang yang diterima akan
mengalami efek Doppler atau berubah frekuensinya. Perubahan frekuensi ini
sebanding dengan perbedaan kecepatan antara alat ukur arus akustik dengan
lapisan arus yang diukur.

Alat ukur arus akustik memiliki beberapa kelebihan dibandingkan current


meter konvensional. Current meter mempunyai sifat mengganggu badan
air yang diukur (intrusive), sementara alat ukur arus akustik cukup dapat
dioperasikan dari permukaan air dengan posisi menghadap ke dasar perairan
atau dengan sistem mooring. Resolusi spasial dan temporal alat ukur arus
akustik juga jauh lebih baik dibanding current meter. Efek Doppler adalah
fenomena kesetaraan perubahan frekuensi suatu bunyi (yang diterima oleh
pengamat) dengan perubahan kecepatan sumber bunyi. Peristiwa ini biasanya
dijelaskan dengan peluit kereta api yang terdengar meninggi saat mendekati
pengamat dan merendah saat kereta api menjauhi pengamat. Di dalam air
terdapat material-material padat yang tersuspensi (misalnya: sedimen,
plankton dan lainnya) dan bergerak dengan arah dan kecepatan yang sama
dengan arus. Jika gelombang akustik dengan frekuensi dan intensitas
tertentu dibangkitkan dan ditembakkan ke suatu kolom air, maka material-
material padat tersuspensi pada lapisan air yang diukur akan memantulkan
gelombang yang ditembakkan tersebut kembali ke pembangkit.

Pengukuran arus laut bertujuan untuk memperoleh data arah dan kecepatan
arus di sekitar lokasi survei selama 15 hari yaitu pada periode 2 hari sebelum
dan 2 hari sesudah bulan purnama. Pada saat bulan purnama, permukaan air
laut akan mencapai posisi pasang tertinggi dan surut terendah. Pada saat
pasang tertinggi dan surut terendah itulah arus pasang surut akan mencapai
kecepatan maksimum. Di samping dipengaruhi oleh pasang surut, arus laut
juga dipengaruhi oleh adanya gradien tekanan, gaya Coriolis dll. Dengan
melakukan pengukuran selama periode ini maka akan diketahui juga
bagaimana kondisi arus yang tidak dipengaruhi oleh pasang surut.

Alat ini memiliki prinsip kerja berdasarkan prinsip Doppler, yakni


transduser akan memancarkan sinyal akustik yang akan dipantulkan oleh
partikel-partikel yang melayang di air laut dan diterima kembali oleh receiver.
Peralatan ini mengukur arah dan kecepatan arus dalam 3 komponen arah yakni
utara-selatan, barat-timur dan atas- bawah. Peralatan ini diletakkan di dasar laut
dengan sistem mooring sehingga mengukur arus dengan arah ke atas (upward
looking). Pengukuran arus dilakukan pada beberapa level kedalaman sesuai
dengan keinginan. Dalam survei ini, dilakukan pengukuran pada 10 level
kedalaman dengan level awal adalah kedalaman 1 m dan level akhir 25 m di
atas dasar laut. Pengukuran dilakukan setiap interval waktu 10
menit dengan perata-rataan setiap 5 menit.

• Survei Gelombang
Gelombang di permukaan laut dengan periode 3 sampai 25 detik terutama
yang dihasilkan oleh angin dan adalah fitur mendasar dari daerah pesisir dunia.
gerakan gelombang lainnya ada di laut termasuk gelombang internal, pasang
surut, dan gelombang tepi. Untuk sisa bagian ini, kecuali dinyatakan lain,
gelombang istilah hanya akan berlaku untuk permukaan gelombang gravitasi
di kisaran ombak dari 3 sampai 25 detik. Pengetahuan tentang gelombang ini
dan kekuatan mereka menghasilkan penting untuk desain proyek pesisir karena
mereka adalah faktor utama yang menentukan geometri pantai, perencanaan
dan desain pelabuhan dan pelabuhan, saluran air, tindakan perlindungan pantai,
struktur hidrolik, dan lainnya karya pesisir sipil dan militer.

Perkiraan kondisi gelombang dibutuhkan di hampir semua studi rekayasa


pesisir. Tujuan bab ini adalah untuk memberikan insinyur teori dan rumus
matematika untuk menggambarkan gelombang permukaan laut. Ada dua jenis
gelombang yang ditemui di mis laut; Reguler Gelombang dan tidak teratur
Waves.
Gelombang mekanik biasa dari medan gelombang dapat dipahami melalui
pemeriksaan gelombang tinggi konstan dan periode. Sementara Irregular
Gelombang mekanik dari medan gelombang dapat dipahami melalui statistik
gelombang tidak teratur (sistem gelombang dimana gelombang berturut-turut
mungkin memiliki periode yang berbeda dan tinggi) yang lebih deskriptif dari
gelombang terlihat di alam.

Dalam melihat permukaan laut, itu biasanya tidak teratur dan tiga dimensi
(3-D). Permukaan laut berubah dalam waktu, dan dengan demikian, itu goyah.
Pada saat ini, kompleks, permukaan ini waktu bervariasi 3-D tidak dapat secara
memadai dijelaskan dalam kompleksitas penuh; tidak bisa dengan kecepatan,
tekanan, dan percepatan dari air yang mendasari diperlukan untuk perhitungan
teknik. Dalam rangka untuk sampai pada perkiraan parameter yang diperlukan,
sejumlah asumsi menyederhanakan harus dilakukan untuk membuat masalah
penurut, dapat diandalkan dan membantu melalui dibandingkan dengan
percobaan dan pengamatan. Beberapa asumsi dan perkiraan yang dibuat untuk
menggambarkan 3-D, permukaan laut kompleks tergantung waktu secara
sederhana untuk pekerjaan rekayasa mungkin tidak realistis, tetapi diperlukan
untuk alasan matematika.

Regular Gelombang disajikan dengan gelombang laut yang paling


sederhana representasi matematis dengan asumsi dua dimensi (2-D), kecil
dalam amplitudo, sinusoidal, dan semakin didefinisikan oleh tinggi gelombang
dan periode kedalaman air yang diberikan. Dalam representasi ini sederhana
gelombang laut, gelombang gerakan dan perpindahan, kinematika (yaitu,
gelombang kecepatan dan percepatan), dan dinamika (yaitu, tekanan
gelombang dan kekuatan yang dihasilkan dan momen) akan ditentukan untuk
perkiraan desain rekayasa. Ketika tinggi gelombang menjadi lebih besar,
pengobatan sederhana mungkin tidak memadai. Gelombang Reguler
menganggap 2-D perkiraan dari permukaan laut untuk menyimpang dari
sinusoid murni. Representasi ini membutuhkan menggunakan lebih matematis
teori rumit. Teori ini menjadi nonlinear dan memungkinkan formulasi
gelombang yang tidak murni sinusoidal dalam bentuk; misalnya, gelombang
rias palung datar dan memuncak puncak biasanya terlihat di perairan pantai
yang dangkal ketika gelombang relatif tinggi. Tidak teratur Gelombang
digambarkan sebagai deskripsi alternatif gelombang laut. metode statistik
untuk menggambarkan alam tergantung waktu tiga dimensi karakteristik sistem
gelombang nyata disajikan. A 3-D representasi lengkap gelombang laut
memerlukan mempertimbangkan permukaan laut sebagai kereta gelombang
tidak teratur dengan karakteristik random. Untuk mengukur keacakan ini
gelombang laut, analisis Gelombang Irregular mempekerjakan teori statistik
dan probabilistik. Bahkan dengan pendekatan ini, penyederhanaan diperlukan.
Satu pendekatan adalah untuk mengubah permukaan laut dengan menggunakan
teori Fourier menjadi penjumlahan gelombang sinus sederhana dan kemudian
untuk menentukan karakteristik gelombang dalam hal spektrum. Hal ini
memungkinkan pengobatan variabilitas gelombang sehubungan dengan
periode dan arah perjalanan. Pendekatan kedua adalah untuk menggambarkan
rekor gelombang pada titik sebagai urutan gelombang individu dengan
ketinggian yang berbeda dan periode dan kemudian mempertimbangkan
variabilitas medan gelombang dalam hal probabilitas gelombang individu.

Pada saat ini, berlatih insinyur pesisir harus menggunakan kombinasi


pendekatan ini untuk mendapatkan informasi untuk desain. Misalnya,
informasi dari Waves Irregular akan digunakan untuk menentukan kisaran
yang diharapkan dari kondisi gelombang dan distribusi arah energi gelombang
untuk memilih tinggi gelombang individu dan periode untuk masalah yang
diteliti. Kemudian prosedur untuk Regular Waves akan digunakan untuk
mengkarakterisasi kinematika dan dinamika yang mungkin diharapkan.
Namun, perlu dicatat bahwa prosedur untuk memilih dan menggunakan kondisi
gelombang tidak teratur tetap seluas beberapa ketidakpastian. Metode ini
diterapkan dalam bab ini dari analisis gelombang.
• Survei Pasang Surut
Pasut surut laut adalah fenomena naik dan turunnya permukaan air laut
secara periodik yang disebabkan oleh pengaruh gravitasi benda-benda langit
terutama bulan dan matahari. Pengamatan pasut dilakukan untuk memperoleh
data tinggi muka air laut suatu lokasi.
Berdasarkan hasil pengamatan tersebut dapat ditetapkan datum
vertikal tertentu yang sesuai dengan keperluan-keperluan tertentu pula.
Pengikatan stasiun pengamatan pasut adalah prosedur standar yang
dilakukan untuk mengetahui kedudukan nol palem relatif terhadap suatu titik
di pantai yang ditetapkan untuk keperluan rekonstruksi. Tinggi titik di pantai
atau kedalaman titik dilaut hanya dapat ditentukan secara relatif terhadap
bidang yang disepakati sebagai referensi tinggi atau datum vertikal. Datum
vertikal ditentukan dengan merata-ratakan data pasut sepanjang rentang waktu
pengamatan. Gambar dibawah menunjukkan
kedudukan palem terhadap titik pengikat benchmark (BM). Tinggi muka air
yang diamati, diukur relatif terhadap nol palem berdasarkan beda tinggi yang
telah diukur.
Pengukuran pasang surut dilakukan untuk mendapatkan bidang
muka surutan (Chart Datum), yang menjadi referensi kedalaman
peta bathimetri. Selain itu, pengukuran pasang surut dibutuhkan untuk
mengoreksi nilai kedalaman pemeruman hasil survei batimetri.

Untuk memperoleh bidang muka surutan berupa Low Astronomic Tide


(LAT), maka pengukuran pasang surut dilakukan selama minimal 29 piantan
(30 hari). Pada pekerjaan ini pengukuran pasang surut dilakukan di dua lokasi
yaitu stasiun Pelsus dan Stasiun X-Ray. Alat yang digunakan untuk merekam
fluktuasi elevasi muka air laut adalah Automatic Tide Gauge Valleport
TIDEMASTER yang dilekatkan pada papan ukur atau rambu palem pasut
(lihat Gambar dibawah).

Peralatan ini merekam fluktuasi elevasi permukaan air laut setiap rentang
waktu yang dibutuhkan.

Gambar diatas memperlihatkan alat perekaman data pasut otomatis yang


biasa digunakan pada pengamatan pasang surut (a), dan skema alat ini yang
terdiri dari logger dan transducer (c). Transducer diletakkan dan diikat di palem
pasut, tepat pada skala nol rambu pasut (b).

• Survei Geotenik
Survei Geoteknik adalah Survei yang dilakukan untuk memperoleh
rekaman dan data-data yang memberikan beberapa gambaran lapisan tanah,
jenis dan sifat-sifat mekanis tanah secara umum
2.5 Perencanaan Krakteristik Desain Bangunan Pantai

Kriteria desain adalah parameter minimal yang harus diikuti untuk menjamin
bahwa fungsi dan struktur bangunan yang di desain memenuhi kebutuhan pemilik
pekerjaan.

Umunya, bangunan pantai terbagi menjadi beberapa jenis yang terletak pada
pantai Sebagai Berikut:
• Bangunan Tunggal Laut (Sea Dike)
Bangunan Tunggal Laut adalah struktur pengaman pantai yang dibangun
sejajar pantai dengan tujuan untuk melindungi dataran pantai rendah dari
genangan yang disebabkan oleh air pasang, gelombang dan badai.
1. Tujuan
Tujuan dari pembagunan tanggul laut antara lain untuk melindungi
daratan pantai rendah terhadap genangan air pasang, gelombang dan badai.

2. Fungsinya
Sedangkan fungsi tanggul laut lainnya, adalah : Penahan air laut saat
gelombang air pasang / air rob Pengendalian penurunan muka tanah
Kerugian ekonomi akibat banjir Batas jelas dikawasan pesisir
• Tembok Laut (Sea Wall)
Tembok Laut adalah adalah struktur pengaman pantai yang dibangun dalam
arah sejajar pantai dengan tujuan untuk melindungi pantai terhadap hempasan
gelombang dan mengurangi limpasan genangan areal pantai yang berada di
belakangnya.
1. Tujuan
Tujuan tembok laut adalah guna mencegah/mengurangi limpasan dan
genangan areal pantai yang berada di belakangnya.

2. Fungsi
Sedangkan fungsi dari tembok laut adalah sebagai perkuatan pada
bagian profil pantai.
• Perkuatan Lereng (Revetment)
Perkuatan lereng (revetments) adalah bangunan yang ditempatkan pada
permukaan suatu lereng guna melindungi suatu tebing aIur sungai (umumnya
muara sungai) atau permukaan lereng tanggul dan secara keseluruhan berperan
meningkatkan stabilitas alur sungai atau tubuh tanggul yang dilindunginya.
1. Tujuan
Tujuan dari perkuatan lereng adalah untuk melindungi daratan tepat di
belakang bangunan. Dimana bangunan yang menghadap arah datangnya
gelombang dapat berupa sisi vertikal atau miring. Namun dinding pantai
biasanya berbentuk dinding vertikal sedangkan revetment mempunyai sisi
miring.

2. Fungsi
Perkuatan lereng merupakan bangunan yang ditempatkan pada suatu
lereng yang berfungsi melindungi suatu tebing alur pantai atau permukaan
lereng, yang secara keseluruhan memiliki peran gna meningkatkan
stabilitas alur pantai atau bahu tanggul yang dilindungi.

• Pemecah Gelombang (Break Water)


Break Water adalah konstruksi pengaman pantai yang posisinya sejajar atau
kira-kira sejajar garis pantai dengan tujuan untuk meredam gelombang datang.
1. Tujuan
Tujuan dari bangunan pemecah gelombang adalah untk mengurangi
energi (gaya-gaya) gelombang di belakang struktur, disamping untuk
melindungi kolom pelabuhan terhadap gangguan gelombang. Disisi lain
juga dapat bertujuan untuk mencegah erosi pantai.
2. Fungsi
- Berfungsi sebagai pelindungi kolam perairan pelabuhan yang terletak
dibelakangnya dari serangan gelombang.
- Gelombang yang menjalar mengenai suatu bangunan peredam
gelombang sebagian energinya akan dipantulkan (Refleksi).
- Pembagian besarnya energi gelombang yang dipantulkan, dihancurkan
dan diteruskan tergantung karakteristik gelombang datang (periode,
tinggi, kedalaman air).
- Berkurangnya energi gelombang di daerah terlindung akan mengurangi
pengiriman sedimen di daerah tersebut.
• Krib(Groin)
Krib atau Groin adalah struktur pengaman pantai yang dibangun menjorok
relatif tegak lurus terhadap arah pantai.

1. Tujuan
- Mengatur aliran laut sedemikian rupa sehingga pada waktu banjir air
dapat mengalir dengan cepat dan aman.
- Mengatur kecepatan aliran laut yang memungkinkan adanya
pengendapan dan pengangkutan sedimen dengan baik.
- Mengarahkan aliran ke tengah alur laut agar tebing laut tidak terkikis.
- Mengarahkan aliran laut sehingga dapat dipergunakan untuk pelayaran.

2. Fungsi
Mengatur arah arus laut; Memperbesar jari-jari belokan alur laut yang
terlalu tajam supaya alignment laut menjadi lebih baik; Mengurangi
kecepatan arus laut sepanjang tebing laut; Mengendalikan erosi tebing laut
dengan mengurangi kecepatan aliran yang menyerang tebing laut;
Mempercepat sedimentasi; Menutup cabang alur laut (pada braided river)
supaya arus laut menuju ke alur yang diinginkan; Menjamin keamanan
tanggul atau tebing terhadap gerusan; Mengkonsentrasikan aliran;
Memperdalam alur laut; Mengarahkan aliran pada kondisi debit kecil;
Melindungi bangunan-bangunan laut lainnya.
• Jeti(Jetty)
Jeti adalah bangunan tegak lurus pantai yang diletakan di kedua sisi muara
sungai yang berfungsi untuk mengurangi pendangkalan alur oleh sedimen
pantai.

1. Fungsi
Sebagai sandaran/pelabuhan kapal tongkang dan kapal kapal kecil lain
nya yang akan melakukan transaksi naik atau turun barang baik melakukan
expor dan impor;
- Untuk mengurangi pendangkalan alur oleh sedimen pantai;Untuk
melindingi alur pelayaran;
- Untuk mencegah pendangkalan dimuara dalam kaitannya dengan
pengendalian banjir.

Dengan jenis bangunan tersebut terdiri dari beberapa bahan bangunan;


1. Batu alam
2. Beton
3. Geo-textile

Hal – hal yang diperhatikan dalam mendesain bangunan pantai secara rinci adalah
1. Elevasi puncak bangunan
2. Stabilitas bangunan
2.6 Analisis Data Pasang Surut

Untuk menganalisis data hasil pasang surut kemudian dapat dilakukan suatu
penentuan tentang besaran yang terdapat komponen pasut (harmonic constituents)
yaitu suatu besaran nilai amplitudo serta fase dari setiap komponen pasut. Pasut
yang terdapat diperairan dangkal adalah superposisi dari pasut yang juga
ditimbulkan karena faktor astronomi, juga faktor meteorology serta pasang surut
juga dapat ditimbulkan karena pengaruh dari berkurangnya tingkat kedalaman
suatu perairan. Elevasi pasut (η) secara matematika telah dirumuskan oleh Ali, dkk
(Ongkosongo, 1989) diantaranya adalah : dengan:

• ηast = elevasi pasut karena akibat dari faktor astronomi


• ηmet = elevasi pasut karena akibat dari faktor meteorologi
• ηshall = elevasi pasut karena akibat pengaruh dari pendangkalan
Faktor astronomi serta pasut dari perairan dangkal yang bersifat periodik,
untuk gangguan dari faktor meteorologi masih bersifat musiman dan juga kadang
sesaat saja, dan jika tanpa menggunakan faktor meteorologi, maka nilai elevasi dari
pasut merupakan hasil penjumlahan dari tiap-tiap komponen pembentuknya. Ada
dua metode untuk Menganalisis data pasang surut sebagai berikut;

1. Metode Admiralty
Pada metode admiralty data pasut jangka waktu pendek (29 hari, 15 hari, 7
hari dan data 1 hari) dapat dianalisis dengan menggunakan analisa harmonik
yang dilakukan oleh Doodson (1921). Kelemahan dari metode Admiralty ini
adalah hanya digunakan untuk pengolahan data-data berjangka waktu pendek
dan hasil perhitungan yang relatif sedikit hanya menghasilkan 9 komponen
pasang surut utama.

2. Metode Least Square


Metode yang dipakai dengan mengabaikan suku yang juga dipengaruhi dari
faktor meteorologi, metode ini menjelaskan bahwa akibat kesalahan dari
peramalan harus sekecil mungkin yaitu selisih kuadrat dari hasil yang
diramalkan dengan pengamatan harus menghasilkan nilai yang sekecil
mungkin. Analisa pasut ini juga bertujuan untuk menentukan setiap komponen
harmonik dari pasut, yang kemudian nantinya juga akan dapat dipakai untuk
mendapatkan hasil output diantaranya adalah nilai amplitudo serta fase pada
tiap-tiap komponen tersebut.
Langka-langka dalam Melakukan Metode Penelitian
- Menentukan Lokasi Penelitian
- Pelaksanaan Penelitian
- Mengolah Data Penelitian
2.7 Analisis Peramalan Gelombang

Untuk Menganalisis data peramalan gelombang kemudian dapat dilakukan


penentuan data primer meliputi data gelombang pengukuran lapangan selama lima
hari menggunakan alat ADCP Nortex AS Aquadopp Profiler 2000m dengan
kedalaman yang sudah ditentukan, sedangkan data skunder yang digunakan
meliputi data angin 10 tahun.

Gelombang dilaut Sebagian besar, umumnya dibangkitkan oleh angin (wind


wave). Sehingga gelombang dilaut dapat diperkirakan atau diramal dari data angin
yang ada.

Parameter untuk peramalan :


1. Panjang Fetch
- Fetch merupakan daerah dimana kecepatan dan arah angin adalah konstan.
Arah angin mash bisa dianggap konstan apabila perubahan - perubahannya
<15 derajat
- Kecepatan angin masih dianggap konstan jika perubahannya < 5 knot (2,5
m/s) terhadap kecepatan rerata
• Fetch berpengaruh pada periode dan tinggi gelombang yang
dibangkitkan.
• Gelombang dengan periode panjang akan terjadi jika fetch besar.
Gelombang di lautan bisa mempunyai periode 20 detik atau lebih, tetapi
pada umumnya berkisar antara 10 dan 15 detik.

2. Data Angin
Kecepatan angin diukur dengan anemometer dalam satuan knot. (1 knot =
1,852 km/jam = 0,5 m/s) Data angin permukaan laut pada lokasi pembangkitan
dapat diperoleh dari :
- Pengukuran langsung di atas permukaan laut
- Pengukuran di darat di dekat lokasi peramalan yang kemudian dikonvers
meniadi data angin di laut.
PENUTUP

A. Kesimpulan

Perencanaan bangunan pantai diawali dengan melakukan survei dan investigasi di


lokasi yang bersangkutan untuk memperoleh gambaran yang nyata mengenai permasalahan
yang terjadi. Sebelum melakukan perencanaan bangunan pantai dan perencanaan Kawasan
wisatan dipesisir/pantai di lakukan pengambilan data – data yang di perlukan dengan cara
melakukan survei lapangan yang bertahap

Teori pasang surut : Teori Kesetimbangan (Equilibrium Theory) dan Teori Pasut
Dinamik (Dynamical Theory) Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pasang surut
berdasarkan teori kesetimbangan adalah rotasi bumi pada sumbunya, revolusi bulan
terhadap matahari, revolusi bumi terhadap matahari. Sedangkan berdasarkan teori dinamis
adalah kedalaman dan luas perairan, pengaruh rotasi bumi (gaya coriolis), dan gesekan
dasar.

Tipe-tipe pasang surut : Pasang surut diurnal, pasang surut semi diurnal dan pasang
surut campuran. Beberapa alat prngukuran pasang surut diantaranya adalah: Tide Staff dan
tide Guag

B. Saran

Kita sebagai seorang mahasiswa yang aktif dan kreatif tentunya banyak sekali yang
dapat dipelajari dari pasang surut ini. yang sangat perlu bagi kelangsungan kehidupan di
wilayah pesisir.

DAFTAR PUSTAKA
https://repository.warmadewa.ac.id/id/eprint/274/2/bab123.pdf

Aya Duck. Gelombang.http://www.academia.edu/3250863/Gelombang_Laut, diakses


Desember2015.

BAB II Dasar Teori. Teknik Pantai. www.eprints.ac.id diakses februari 2016.

CERC. 1984. Shore Protection Manual. US Army Coastal Engineering, Research Center.
Washington.

Hadikusumah. Karakteristik Gelombang Dan Arus Di Eretan, Indramayu. Bidang Dinamika


Laut,Pusat Penelitian Oseanografi, LIPI, Jakarta.

Kramadibrata, S. 2002. Perencanaan Pelabuhan. ITB. Bandung.

Modul 1 Admiralty. www.academia.edu/7203382/Modul_1_Admiralty diakses februari


2016.
Musrifin. Analisis Pasang Surut Perairan Muara Sungai Mesjid Dumai. . Jurnal Perikanan
danKelautan. Universitas Riau.

Novian Sangkop, 2015. “Analisis Pasang Surut di Panai Bulo Rere Kecamatan Kombi
Kabupaen

Minahasa Dengan Mettode Admiralty”, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi


Manado.

Pengolahan Data Pasang Surut Dengan Metode Admiralty.

Laboseanografi.mipa.unsri.ac.id diaksesJanuari 2016.

Samulano, I. 2012. Refraksi Dan Difraksi Gelombang Laut Di Daerah Dekat Pantai
Pariaman.

Program Pascasarjana Universitas Andalas. Padang. Triatmodjo, B. 1999. Teknik Pantai.


Beta Offset. Yogyakarta.

Triatmodjo, B. 2012. Perencanaan Bangunan Pantai. Beta Offset. Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai