Anda di halaman 1dari 18

BAB V

DESAIN STRIKTUR BANGUNAN PANTAI

5.1. Pendahuluan

Perenanaan bangunan pantai harus memperhatikan kondisi lokasi dimana bangunan


tersebut akan dibangun. Kondisi alam seperti angin, pasang surut, gelombang, topografi dan
bathmetri, serta kondisi lingkungan sangast berpengaruh dalam perenanaan bangunan. Teori-
teori yang ada dalam buku-buku tentang bangunan pantai dan standar perenanaan tidak bisa
diterapkan seara umum untuk beberapa lokasi yang berbeda. Pengalaman seorang tenaga ahli
dalam membaca kondisi lingkungan sangat berpengaruh di dalam merencanakan bangunan
pantai.

Hal ini berbeda dengan perencanaan bangunan Gedung, jembatan, jalan, atau bangunan
lain. Kondisi lingkungan yang berbeda dapat digunakan secara umum dalam perencanaan.
Kondisi lingkungan yang berbeda antara satu daerah dengan daerah lain dipresentasikan dalam
bentuk data lapangan yang digunakan untuk memperhitungkan gaya-gaya yang bekerja; seperti
gaya gempa, angin, kondisi tanah, dsb.

5.2. Metode pelaksanaan pekerjaan

Perencanaan bangunan pantai melalui tahapan seperti ditunjukkan pada gambar, yang
meliputi pekerjaan persiapan, survai lapangan dan Analisa data, perencanaan awal, perencanaan
rinci, dan hasil perencanaan.
5.2.1. Perencanaan Persiapan

Pekerjaan ini meliputi beberapa kegiatan yaitu:

1. Mobilisasi personil, yaitu mengkoordinir tenaga ahli dan tenaga pendukung untuk
melaksanakan pekerjaan.
2. Studi Pustaka, kegiatan studi Pustaka ini meliputi pengumpulan dan mempelajari
berbagai Pustaka, data dan hasil-hasil penelitian, perencanaan dan kajian yang telah
dilakukan
3. Pengumpulan data sekunder yang diperoleh dari laporan-laporan studi di terdahulu dan
dari instansi terkait.
4. Tinjauan lapangan, yang diawali dengan minta ijin dan memberitahu kepada pejabat
pemerintah tentang kegiatan yang akan dilakukan
5. Metode pelaksanaan pekerjaan, setelah memahami kondisi lapangan dibuat rencana atau
metode pelaksanaan pekerjaan berupa began alir.

Kegiatan yang dilakukan pada tahan pekerjaan persiapan ini ditunjukkan dalam laporan
pendahuluan yang kemudian didiskusikan dengan pemberi pekerjaan dan institusi lain.

5.2.2. Survai Lapangan

Survai lapangan dilakukan untuk mendapatkan data lapangan yang meliputi data kondisi
fisik lokasi seperti pasang surut, arus, gelombang, topografi dan bathmetri.

1. Topografi dan bathimetri.

Survai topografi dilakukan untuk mendapatkan gambaran bentuk permukaan tanah berupa
situasi dan ketinggian daerta posisi kenampakan yang ada di areal rencana lokasi pekerjaan dan
areal sekitarnya.
Gambar Kegiatan survai topografi

Survai bathimetri dilakukan untuk mengukur dan mengamati kedalaman laut dengan
menggunakan alat ukur kedalaman, sehingga dapat diperoleh gambaran mengenai dormasi dasar
laut, posisi-posisi karang, atauoun posisi benda-benda yang dapat berpengaruh terhadap
deformasi gelombang

Gambar Pengukuran bahtimetri dan alat yang diperlukan


Gambar Contoh peta topografi dan bahtimetri
2. Pengamatan pasang surut

Pengukuran pasang surut diperlukan untuk menentukan elevasi muka air rencana, yang
digunakan untuk merencanalan bangunan pantai. Data pasang surut didapat dengan interval;
waktu 1 jam kurun minimum selama 15 hari berturut-turut. Titik pengamatan pasang surut
ditempatkan pada perairan yang tidak terganggu gelombang, sehingga pengamatan muka air bisa
lebih akurat akan dilakukan di muara sungai yang ada disekitar lokasi pekerjaan.

Pengamat pasang surut bisa dilakukan dengan menggunakan bak ukur (perikschaal) dengan
interval 1 (satu) cm, atau menggunakan alat ukur otamatis (A.W.L.R., automatic water level
recorder).

3. Survai geoteknik
Survai geoteknik dilakukan untuk mendapatkan data mengenai keadaan, jenis sifat-sifat
mekanis tanah di lokasi pekerjaan yang digunakan sebagai kriteria untuk menentukan daya
dukung tanah, sistem pondasi, kedalaman tiang dan untuk memperkirakan besarnya
settlement. Penyelidikan tanah meliputi penyelidikian langsung di lapangan dan di
laboratorium. Data hasil pengujian laboratorium dan lapngan selanjutnya dipakai untuk
menghitung kekuatan daya dukung fondasi bangunan.
Pekerjaan sondir dan boring di pantai/laut dilakukan dengan membuat began/olat form
yang di pancang pada areal titik pengeboran.

Gambar pengeboran di laut dengan platform


5.2.3. Perencanaan awal bangunan pantai

Pekerjaan penyusunan rencana bangunan pantai meliputi perhitungan dan penyusunan


rancangan awal bangunan secara lengkap.data hasil analisis yang diperoleh dalam kegiatan
sebelumnya, seperti data topografi dan bathimetri, pasang surut, gelombang, mekanika tanah
digunkan sebagau dasar perencanaan awal bangunan pantai.

Gambar contoh hasil pekerjaan sondir


5.2.4. Detail desain

Dalam diskusi laporan interim didapatkan beberapa masukan yang digunakan dalam
melaksanakan pekerjaan berikutnya. Juga telah ditetapkan alternatif bangunan yang dipilih.
Pekerjaan detail desain adalah menindaklanjuti hasil diskusi dengan melakukan hitungan lebih
rinci terhadap alternatif bangunan yang di tetapkan. Analisis stabilitas struktur dilakukan dengan
rinci termasuk misalnya jenis dan berat unit lapis perlindung (armour unit), penggunaan software
SAP atau sejenisnya untuk menganalisis stabilitas struktur, dsb.

5.3. Perencanaan Struktur bangunan pantai

Bangunan pantai dapat dibedakan menjadi bangunan sisi miring dari tumpukan batu,
bangunan sisi tegak (struktur massif), dan campuran dari keduanya. Termasuk dalam kelompok
pertama adalah pemecah gelombang, groin, revertmen dari tumpukan batu alam, blok beton,
gebungan antara batu pecah dan blok beton, batu buatan dari beton dengan bentuk khusus seperti
tetrapod, quadripods, tribars, dolos, dan sebagainya. Sedang yang termasuk dalam tipe kedua
adalah dinding blok beton massa yang disusun secara vertikal, kaison beton, susunan bouis
beton, sel turao baja yang didalamnya diisi batu, dinding turap baja atau beton dan sebagainya.

Gamabar pemecah gelombang campuran


5.4. Gelombang di lokasi bangunan

\ Gelombang rencana yang digunakan untuk merencanakan bangunan pantai. Karakteristik


gelombang di laut dalam ditetapkan bedasarkan pengukuran gelombang di lapangan atau
bedasarkan berdasar hasil peramalan gelombang dengan menggunakan data angin dan fetch.
Dengan menggunakan analisis deformasi gelombang (refraksi dan pendangkalan, difraksi dab
gelombang pecah), data gelombang tersebut beserta data elevasi muka air rencana dan peta
bathimetri di gunakan untuk memprediksi karakteristik gelombang di lokasi bangunan.

5.4.1. Kondisi gelombang pada bangunan pantai

Gambar bangunan pantai mengalami serangan gelombong berbeda

Menunjukan gelombang yang menjalar dari laut menuju pondasi.. karena pengaruh
kedalaman dasar laut, bantuk gelombang berubah dari bentuk simusoidal di laut dalam.

Gambar tampang memanjang pemecah gelombang


5.4.2. Penentuan gelombang di lokasi bangunan

Selama penjalarannya menuju pantai, tinggi gelombang dan areh gelombang berubah
karena pengaruh prosres infraksi serta gelombang pecah: yang tergantung pada bathimetri dan
karakteristik gelombang di laut dalam;

1. Gelombang tidak pecah


2. Gelombang pecah
3. Gelombang telah pecah
4. Hitungan kondisi gelombang
5.5. Bangunan pantai sisi miring

Struktur bangunan sisi miring dari tumpukan batu banyak digunakan sebagai bangunan
pantai seperti pemecah gelombang, groin, jetty, revetment. Dasar perencanaan bangunan tipe ini
adalah sebagai berikut.

1. Menentukan tinggi gelombang yang terjadi di lokasi bangunan,


2. Menentukan dimensi bangunan
3. Menentukan berat unit lapis lindung (armour unit)
4. Menentukan berat unit pelindung tumit (toe protection).

Pemecah gelombang sisi miring mempunyai sifat fleksibel. Kerusakan yang terjadi karena
serangan gelombang tidak secara tiba-tiba (tidak datal).

Gambar Kerusakan dan perbaikan pemecah gelombang sisi mirirng


5.5.1. Struktur bangunan sisi miring

Pemecah gelombang sisi miring dari tumpukan batu dibuat dalam beberapa lapis seperti
diberikan dalam gambar di bawah. Pemecah gelombang terbuka kearah laut pada satu sisi,
sedangkan sisi lain berada di daerah terlindung. Sisi kiri yang menerima serangan gelombang
dibuat dengan kemiringan lebih landau untuk mendapatkan stabilitas unit lapis lindung yang
lebih besar. Sisi kanan adalah daerah terlindung dengan kemiringan yang lebih besar.

Gambar Tampang pemecah gelombang tumpukan batu (CERC, 1984).


Pemecah gelombang terdiri dari beberapa lapis berikut ini.
1. Lapis perlindungan utama (primary cover layer)
2. Lapis pelindung sekunda (secondaru cover layer)
3. Lapis bawah pertama (firsy underlayer)
4. Lapis bawah kedua (second underlayer)
5. Inti (core)
6. Bedding layer
7. Pelindung tumit

5.5.2 Unit lapis lindung


Stabilitas unit lapis lindung tergantung pada berat dan bentuk unit serta kemiringan sisi
bangunan. Bentuk unit akan mempengaruhi kaitan antra butiran batu yang ditumpuk.
Butiran batu dengan sisi tajam akan mengunci satu sama lain dengan lebih baik sehingga lebih
stabil. Kadang-kadang sulit mendapatkan batu dengan jumlah yang sangat besar. Untuk
mengatasi maka natu buatan dari beton dengan bentuk tertentu.

Gambar butir lapis lindung buatan

5.5.3. Stabilitas unit lapis pelindung

Di dalam perencanaan pemecah gelombang sisi miring, ditentukan berat butir pelindung, yang
dapat di hitung dengan menggunakan rumus Hodson.

γF H3
W=
K D ( S f −1)³ cotθ

γf
Sf =
γs
Apabila batu alam dan tinggi gelombang cukup besar, memberikan berat butir batu
pelindung yang sangat besar. Untuk mendapatkan batu besar dalam jumlah banyak adalah sulit
dan mahal.
5.5.4 dimensi pemecah gelombang sisi miring

Pemecah gelombang dari tumpukan batu terdiri dari beberapa lapis. Bagian paling dalam dan
bawah adalah inti dan bedding layer yang terdiri dari tumpukan batu dengan ukuran kecil.

Gambar di atas adalah bentuk tampang lintang pemecah gelombang, yang mengalami
serangan gelombang pada satu sisi, pemecah gelombang ini direncanankan dengan elevasi
puncak sedemikian rupa sehingga limpas terjadi hanya pada saat badai dengan periode ulang
yang Panjang.

gambar
diatas adalah
pemecah

gelombang yang mengalami serangan gelombang pada kedua sisinya, seperti misalnya pada
bagian kepala (ujung) jetty, dan limpasan dimungkinkan sering terjadi.

Kedua gambar menunjukkan tampang lintang ideal dengan banyak lapis dan tampang
lintang dengan ukuran berbeda sehingga memungkin di gunakan semua ukuran batu yang
diambil.

5.5.4 dimensi pemecah gelombang sisi miring

1. Elevasi puncak dan lebar pemecaj gelombang


2. Lebar pemecah gelombang, tebal lapis tergantung tebal lapis pelindung dan lapis bawaj
serta jumlah unit lindung
3. Unit lapis lindung beton
4. Elevasi dasar lapis lindung utama
5. Struktur kepala/ujung pemecah gelombang
5.5.5. Stabilitas fondasi tumpukan batu dan pelindung tumit

Tumpukan batu juga digunakan sebagai fondasi dan pelindung tumit bangunanpantai.
Sebagai fondasi, bangunan pantai dari blok beton, kaison, atau buis beton ditempatkan di atas
tumpukan batu seperti terlihat dalam gambar.

1. Tinggi gelombang rencana

Pemilihan tinggi gelombang rencana H didasarkan pada bebebrapa hal berikut. Untuk
bangunan yang terbuka ke laut di mana kegagalan bangunan dapat berakibat bencana dan tidak
adanya pencatatan lengkap, maka tinggi gelombang rencana adalah tinggi rerata dari 1%
gelombang tertinggi.

2. Berat unit pelindung tumit

Berat butir batu untuk fondasi dan pelindung kaki bangunan diberikan:
3. Perlindungan gerusan

Karena pengaruh gelombang, tanah di kaki bangunan dapat tererosi yang dapat menyebabkan
lapis lindung yang berdiri di atasnya longsong. Pelindung tumit berbentuk apron dari
tumpukan batu yang berupa unit pelindung dan tarhadap gaya-gaya gelombang dan arus.

a. Desain minimal
b. Dimensi opron tumit
c. Material apron tumit
d. Struktur di air dangkal
e. Reverment

Anda mungkin juga menyukai