Anda di halaman 1dari 4

1.

Definisi Geoteknik
Geologi Teknik adalah cabang ilmu geologi yang fokus pada aplikasi prinsip-prinsip geologi dalam rekayasa dan
konstruksi yang bertujuan memastikan factor-faktor geologi yang memengaruhi
Teknik Sipil: Geologi Teknik sangat erat hubungannya dengan teknik sipil. Pengetahuan tentang sifat-sifat batuan,
struktur geologi, dan proses geomorfologi sangat penting dalam perencanaan dan konstruksi infrastruktur seperti
jembatan, bendungan, terowongan, dan jalan raya. Geologi Teknik membantu dalam pemilihan lokasi yang sesuai
untuk proyek-proyek ini, mengevaluasi risiko geoteknikal, dan merancang struktur yang kokoh di atas berbagai
jenis formasi geologi.
Geoteknik: Ini adalah disiplin ilmu yang berkaitan erat dengan Geologi Teknik. Geoteknik mempelajari perilaku
tanah dan batuan di bawah beban, termasuk penilaian kestabilan lereng, desain pondasi, dan mitigasi risiko
geoteknik. Pengetahuan geologi tentang formasi geologi dan struktur bawah tanah menjadi dasar penting dalam
analisis geoteknik.
Hidrogeologi: Hidrogeologi mempelajari air tanah dan pergerakan air di dalam tanah dan batuan. Dalam konteks
Geologi Teknik, pemahaman tentang hidrogeologi sangat penting dalam mengelola air tanah yang dapat
mempengaruhi stabilitas konstruksi seperti fondasi bangunan atau terowongan.
Geofisika: Geofisika digunakan dalam Geologi Teknik untuk memetakan struktur bawah permukaan tanah dengan
menggunakan metode seperti seismik, elektromagnetik, dan gravitasi. Informasi ini penting untuk pemodelan
geologi, deteksi retakan, atau pencarian sumber air.
Teknik Pertambangan: Geologi Teknik juga berkaitan dengan teknik pertambangan, terutama dalam hal eksplorasi
dan penilaian deposit mineral. Pengetahuan tentang formasi geologi membantu dalam menentukan lokasi yang
potensial untuk ekstraksi mineral dan mengelola risiko lingkungan yang terkait dengan kegiatan pertambangan.
Rekayasa Lingkungan: Dalam konteks ini, Geologi Teknik berperan dalam mengevaluasi dampak lingkungan
dari proyek-proyek rekayasa seperti tambang, pembangkit listrik, atau pembangunan infrastruktur besar.
Pemahaman tentang geologi regional, potensi gempa bumi, dan proses geomorfologi membantu dalam merancang
solusi yang ramah lingkungan.
Dengan demikian, Geologi Teknik tidak dapat dipisahkan dari berbagai ilmu rekayasa lainnya karena
membutuhkan pendekatan multidisiplin untuk menganalisis, merencanakan, dan melaksanakan proyek-proyek
rekayasa dengan mempertimbangkan faktor-faktor geologi yang mempengaruhi.
2. Hal yg memengaruhi geotek
Pengaruh Geomorfologi: Geomorfologi adalah studi tentang bentuk dan evolusi permukaan bumi. Faktor ini
sangat mempengaruhi karakteristik geologi suatu wilayah, seperti jenis tanah, kemiringan lereng, dan pola aliran
air. Misalnya, dalam studi Geologi Teknik untuk perencanaan pembangunan jalan raya, pemahaman tentang
geomorfologi lokal sangat penting untuk menilai potensi erosi, longsor, atau banjir yang dapat mempengaruhi
stabilitas jalan.
Pengaruh Stratigrafi: Stratigrafi adalah studi tentang lapisan batuan dan sejarah geologisnya. Pengetahuan
tentang stratigrafi membantu dalam memahami sifat-sifat fisik dan kimia batuan di suatu lokasi, termasuk
kekuatan, porositas, dan permeabilitasnya. Misalnya, dalam Geologi Teknik, pemahaman tentang lapisan batuan
yang mengandung air tanah penting untuk merencanakan pembangunan sumur atau infrastruktur drainase.
Pengaruh Struktur Geologi: Struktur geologi mencakup lipatan, patahan, dan sesar yang terbentuk dalam proses
tektonik. Struktur geologi dapat mempengaruhi sifat mekanik batuan, pola aliran air, dan kestabilan lereng.
Sebagai contoh, dalam Geologi Teknik untuk konstruksi terowongan, pemahaman tentang struktur geologi di
sekitar terowongan sangat penting untuk menghindari potensi retakan atau pencairan tanah yang dapat
membahayakan keamanan konstruksi.
Dalam ilustrasi di atas, setiap faktor geologi (geomorfologi, stratigrafi, dan struktur geologi) mempengaruhi
karakteristik geologi suatu wilayah dan memiliki implikasi yang berbeda dalam konteks Geologi Teknik. Oleh
karena itu, pemahaman mendalam tentang ketiga faktor ini sangat penting dalam merencanakan dan
melaksanakan proyek-proyek rekayasa dengan mempertimbangkan aspek geoteknikal yang relevan.
3. Jelaskan masing-masing klasifikasi massa batuan berikut:
a. RQD (Deere,1964)
RQD (Rock Quality Designation) adalah metode yang digunakan untuk mengevaluasi kualitas batuan
berdasarkan jumlah dan panjang core yang utuh dalam satu runtun. Semakin tinggi nilai RQD, semakin baik
kualitas batuan. RQD dihitung dengan membagi total panjang core yang utuh dengan panjang total runtun
core dan dikalikan dengan 100 untuk mendapatkan persentase.
b. RMR (Bieniawski, 1989)
RMR (Rock Mass Rating) adalah klasifikasi batuan yang menggunakan beberapa parameter untuk menilai
stabilitas massa batuan. Parameter-parameter tersebut termasuk kuat tekan batuan, sifat geologi, kondisi air
tanah, dan karakteristik massa batuan lainnya. RMR memberikan skor total yang digunakan untuk menilai
kualitas geoteknikal suatu massa batuan.
c. Q-system (Barton dkk., 1974)
Q-system adalah klasifikasi yang digunakan untuk menilai stabilitas lereng dan konstruksi terowongan dalam
batuan. Metode ini menggunakan beberapa parameter seperti kekuatan batuan, struktur geologi, kondisi air
tanah, dan faktor-faktor lainnya untuk memberikan penilaian tentang kestabilan batuan.
d. Stand-up Time (Lauffer, 1958)
e. Stand-up Time adalah metode yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan batuan dan kestabilan
terowongan. Metode ini mengukur waktu yang dibutuhkan untuk suatu terowongan tanah atau batuan untuk
tetap berdiri setelah dikeluarkan dari formasi induknya. Semakin lama stand-up time, semakin baik kualitas
batuan.
f. SMR (Romana, 1985)
SMR (Spalling Measurement Rating) adalah klasifikasi yang digunakan untuk mengevaluasi kestabilan
terowongan dalam batuan. Metode ini mengukur kecenderungan batuan untuk mengalami spalling (pecah-
pecah) saat terowongan digali. SMR memberikan skor yang digunakan untuk menilai kestabilan batuan.
4. TBM

Tunnel Boring Machine (TBM) adalah mesin berukuran besar yang digunakan untuk menggali terowongan secara
efisien dan presisi. TBM sering digunakan dalam proyek-proyek infrastruktur seperti pembangunan terowongan jalan,
kereta api bawah tanah, saluran air, dan lain-lain. Berikut adalah beberapa informasi tentang TBM:
- Bagian Utama: TBM terdiri dari beberapa bagian utama, termasuk kepala bor (cutterhead), kerangka (shield),
sistem pemindahan material, sistem dukungan terowongan, dan kontrol operasional.
- Kepala Bor (Cutterhead): Bagian ini terletak di depan TBM dan dilengkapi dengan pahat atau gigi pemotong yang
kuat untuk memotong dan menghancurkan batuan di depan mesin. Cutterhead biasanya dilengkapi dengan sistem
penyiraman air atau zat penggiling lainnya untuk membantu proses pemotongan.
- Kerangka (Shield): Kerangka adalah bagian yang melindungi pekerja dan peralatan di belakang TBM dari
keruntuhan atau penembusan air. Kerangka juga membantu dalam menjaga kestabilan terowongan selama proses
penggalian.
- Sistem Pemindahan Material: TBM dilengkapi dengan sistem conveyor atau kereta yang memindahkan material
hasil penggalian, seperti batuan dan tanah, dari bagian depan mesin ke bagian belakang untuk dibuang atau
diproses lebih lanjut.
- Sistem Dukungan Terowongan: Setelah TBM melewati suatu area, sistem dukungan terowongan, seperti segel
beton atau dinding penyangga, ditempatkan di belakang mesin untuk menjaga kestabilan terowongan dan
mencegah runtuhnya dinding.
- Control Operasional: Operator TBM mengendalikan operasi mesin melalui sistem kontrol yang canggih. Ini
termasuk monitoring kecepatan, tekanan hidrolik, suhu, dan parameter lainnya untuk memastikan penggalian
terowongan berjalan lancar dan aman.
- Jenis TBM: Ada beberapa jenis TBM yang tersedia, termasuk TBM berbasis tekanan (EPB), TBM terbuka (Open
Face), dan TBM berdiameter besar (Large Diameter TBM), yang dipilih berdasarkan kondisi geologi dan
kebutuhan proyek tertentu.
- Keunggulan: Penggunaan TBM biasanya lebih cepat, lebih efisien, dan lebih aman dibandingkan dengan metode
penggalian terowongan tradisional seperti peledakan atau penggalian manual. TBM juga menghasilkan
terowongan dengan presisi yang tinggi, mengurangi risiko kesalahan dan mempercepat waktu konstruksi.

5. DIAGRAM FASE TANAH

Dari gambar diagram fase tanah di atas, dapat dirumuskan beberapa hubungan sebagai berikut :
1. Berat tanah (W) = Ws + Ww .............(1.1)
2. Volume pori (Vv) = Vw + Va ............(1.2)
3. Volume tanah (V) = Vs+Vw +Va.............(1.3)
(V) = Vs + Vv ..............(1.4)
1 Berat Volume Basah : adalah perbandingan antara berat butiran tanah termasuk air dan udara
(W) dengan volume total tanah (V). Parameter ini dituliskan dengan formula sebagai berikut :
b = V W ................................(1.5)
2 Berat Volume Kering : adalah perbandingan antara berat butiran padat (Ws) dengan volume total
tanah (V). Parameter ini dituliskan dengan formula sebagai berikut :
d = V Ws ..................................(1.6)
3 Berat Volume Butiran Padat : adalah perbandingan antara berat butiran padat (WS) dengan
volume butiran padat (Vs). Parameter ini dituliskan dengan formula sebagai berikut :
s = Vs Ws ..................................(1.7)
4 Porositas (porosity) : adalah perbandingan antara volume rongga (Vv) dengan volume total (V).
Nilai porositas dapat dinyatakan dalam satuan persen (%) atau dalam satuan decimal. Parameter
ini dituliskan dengan formula sebagai berikut :
n = V Vv .................................(1.8)
5 Angka Pori : adalah perbandingan antara rongga (Vv) dengan volume butiran (Vs). Parameter ini
dituliskan dengan formula sebagai berikut :
e = Vs Vv ..................................(1.9)
6 Kadar Air (water content) : adalah perbandingan antara berat air (Ww) dengan berat butiran padat
(Ws) di dalam massa tanah, yang dinyatakan dengan formula sebagai berikut :
w = Ws Ww x 100 %................................(1.10)
7 Derajat Kejenuhan : adalah perbandingan antara volume air (Vw) dengan volume total rongga pori
(Vv). Parameter ini dituliskan dengan formula sebagai berikut :
S = Vv Vw x 100 %................................(1.11)
8 Berat Jenis atau Berat Spesifik (Specific Gravity) : yaitu perbandingan antara berat volume butiran
padat (s) dengan berat volume air (w) pada temperature 4oC, yang dapat dirumuskan sebagai
berikut :
Gs =   s ................................(1.12)

Anda mungkin juga menyukai