Anda di halaman 1dari 5

Nama : Nisa Aulia Risda Saputri

NIM : 112210082

Mata Kuliah : Geoteknik Tambang

A. ANALISIS KESTABILAN LERENG


Analisis kestabilan lereng dilakukan untuk mengevaluasi kondisi kestabilan suatu lereng
seperti memperkirakan bentuk keruntuhan atau kelongsoran yang mungkin terjadi,
menentukan tingkat kerawanan lereng terhadap longsoran, menentukan metode
perkuatan atau perbaikan lereng yang sesuai, dan sebagainya. Berikut beberapa metode
yang digunakan dalam analisis kestabilan lereng :
1. Metode Kinematika
Analisis metode kinematika merupakan salah satu metode analisis kestabilan lereng
yang menggunakan parameter orientasi struktur geologi, orientasi lereng, dan sudut
geser dalam batuan yang diproyeksikan pada stereonet (Hoek dan Bray, 1981). Dalam
analisis metode ini, kombinasi dari orientasi bidang diskontinu, dinding lereng, dan
sudut gesek dalam akan dihubungkan sehingga akan diketahui jenis dan arah longsoran
yang kemungkinan dapat terjadi pada suatu lereng. Pertimbangan utama dalam analisis
ini adalah kemungkinan terjadinya keruntuhan translasional yang disebabkan oleh
adanya formasi bidang planar dan baji. Metode ini hanya berdasarkan pada evaluasi
detail mengenai struktur massa batuan dan geometri pada bidang – bidang lemah yang
berpotensi menyebabkan longsoran.
2. Metode Limit Equilibrium Method (LEM)
Metode LEM ini adalah metode yang menggunakan prinsip kesetimbangan gaya
khususnya momen-momen dan gaya-gaya geser untuk menilai kestabilan suatu lereng.
Konsep dari metode ini yaitu menghitung rasio perbandingan antara gaya dorong dan
gaya tahan dengan mengasumsikan bidang longsoran dengan beberapa irisan. Metode
Limit Equilibrium didasarkan pada konsep bahwa sebuah lereng akan mengalami
kegagalan jika gaya-gaya yang cenderung membuatnya longsor melebihi gaya-gaya
yang cenderung menjaganya tetap stabil. Metode LEM adalah metode yang umum
digunakan untuk menganalisis faktor keamanan.
3. Metode Numerik
Metode numerik adalah metode pendekatan yang menggunakan komputasi dan
perhitungan matematika untuk memodelkan serta menganalisis perilaku lereng secara
rinci. Metode ini merupakan alternatif yang lebih canggih dan lebih rinci (akurat)
dibandingkan dengan metode yang lain. Beberapa keuntungan penggunaan metode ini
yakni dapat digunakan untuk menganalisis lereng dengan mekanisme longsoran yang
komplek, kondisi tegangan dan regangan yang ada di lereng dapat dimasukkan ke dalam
perhitungan kestabilan lereng, efek perkuatan pada lereng dapat dimasukkan dengan
mudah dalam analisis kestabilan lereng, dan lainnya.

B. DASAR GEOTEKNIK DAN JENIS LONGSORAN


Geoteknik adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang tingkah laku tanah,
batuan dan udara tanah untuk keperluan rekayasa teknik sipil terutama pada pekerjaan
pondasi konstruksi sipil dan sering disebut juga “Rekayasa Geoteknik”. Rekayasa Geoteknik
merupakan aplikasi rekayasa teknologi yang diterapkan kepada bumi (Holtz, 1981). Dalam
mempelajari geoteknik selalu berhubungan dengan material alam, baik dari permukaan
maupun dari dalam bumi, dalam bentuk tanah dan batuan.

Geoteknik Tambang adalah pengelolaan teknis pertambangan yang meliputi penyelidikan,


pengujian conto, dan pengolahan data geoteknik serta penerapan rekomendasi geometri
dan dimensi bukaan tambang, serta pemantauan kestabilan bukaan tambang. Peranan
geoteknik sendiri yakni melaksanakan analisa, rekomendasi , pemantauan dan evaluasi
terhadap keseluruhan rencana dan kegiatan operasional/proyek dari aspek geoteknik
kemantapan lereng tambang, infrastruktur tambang dan kemantapan infrastruktur di
seluruh wilayah tambang.

Jenis Longsoran
1. Longsoran Busur (Circular Failure)
Longsoran jenis ini banyak terjadi pada lereng tanah dan batuan lapuk atau sangat
terkekarkan dan di lereng-lereng timbunan.
2. Longsoran Bidang (Plane Failure)
Longsoran ini disebabkan oleh adanya struktur geologi yang berkembang, seperti kekar
(joint) atupun patahan yang dapat menjadi bidang luncur.

3. Longsoran Baji (Wedge Failure)


Sama halnya dengan longsoran bidang, longsoran baji juga diakibatkan oleh adanya
struktur geologi yang berkembang. Perbedaan pada longsoran baji adalah dua struktur
geologi yang berkembang dan saling berpotongan.

4. Longsoran Guling (Toppling Failure)


Longsoran guling ini terjadi apabila bidang-bidang lemah yang terdapat pada lereng
mempunyai kemiringan yang berlawanan dengan kemiringan lereng.

C. TEKNIK STABILISASI TAMBANG TERBUKA


Teknik stabilisasi tambang terbuka adalah serangkaian metode yang digunakan untuk
menjaga kestabilan dinding dan lereng tambang terbuka agar terhindar dari longsor atau
kegagalan geoteknik. Beberapa teknik stabilisasi tambang terbuka yang umum digunakan
meliputi:
1. Pembersihan Lereng: Menghilangkan material longsor potensial atau vegetasi yang
tidak diinginkan dari lereng tambang untuk mengurangi risiko penurunan lereng.
2. Pemadatan Lereng: Proses ini melibatkan pemadatan material tambang yang telah
diekstraksi atau lereng dengan menggunakan alat berat atau teknik pemadatan khusus
untuk meningkatkan kestabilan lereng.
3. Perawatan Drainase: Drainase yang baik dapat membantu mengurangi penimbunan air
di dalam tambang terbuka yang dapat melemahkan struktur lereng. Ini dapat
mencakup pembuatan saluran drainase atau penggunaan sistem perpipaan.
4. Perkuatan Lereng: Ini dapat mencakup penggunaan dinding penahan, bahan
penyangga seperti tiang pancang, atau teknik perkuatan tanah seperti injeksi grouting.
5. Monitoring Geoteknik: Penggunaan sensor dan pemantauan geoteknik untuk
memantau perubahan dalam kondisi lereng tambang dan mendeteksi tanda-tanda
potensial dari penurunan lereng.
6. Rehabilitasi Lereng: Setelah tambang selesai dieksploitasi, perlu dilakukan rehabilitasi
lereng untuk mengembalikan kestabilan alaminya dan mencegah dampak lingkungan
yang merugikan.
D. ALUR PEKERJAAN GEOTEKNIK DI PERUSAHAAN TAMBANG TERBUKA
Berikut adalah alur pekerjaan geoteknik yang umum di perusahaan tambang terbuka:
1. Evaluasi Situs dan Data Geoteknik
a. Mengumpulkan data geologis dan geoteknik untuk memahami karakteristik tanah
dan batuan di lokasi tambang.
b. Melakukan pemetaan geologi dan survei topografi.
2. Desain Lereng Tambang
a. Menggunakan data yang dikumpulkan untuk merancang lereng tambang yang
aman dan stabil.
b. Menentukan sudut lereng, tinggi dinding, dan metode penambangan yang sesuai.
3. Perhitungan Keamanan Lereng
a. Menggunakan perangkat lunak geoteknik untuk melakukan analisis kestabilan
lereng.
b. Mengevaluasi faktor-faktor seperti tekanan air tanah, beban dari material tambang,
dan kondisi geoteknik lainnya.
4. Pemantauan Kondisi Lereng
a. Memasang sensor dan perangkat pemantauan geoteknik di sekitar tambang untuk
memantau perubahan dalam kondisi lereng.
b. Memantau penurunan lereng, pergerakan tanah, dan tekanan air tanah.
5. Rekomendasi dan Tindakan Pencegahan
a. Memberikan rekomendasi berdasarkan hasil pemantauan dan analisis geoteknik.
b. Merancang dan melaksanakan tindakan pencegahan, seperti perkuatan lereng atau
perawatan drainase, jika diperlukan.
6. Manajemen Risiko
a. Mengidentifikasi potensi risiko geoteknik yang dapat mempengaruhi kestabilan
tambang.
b. Mengembangkan strategi mitigasi risiko untuk mengurangi potensi dampak negatif.
7. Pelaporan dan Komunikasi
a. Melaporkan hasil analisis, pemantauan, dan rekomendasi secara berkala kepada
manajemen perusahaan tambang.
b. Berkomunikasi dengan tim tambang dan departemen terkait tentang masalah
geoteknik yang relevan.
8. Pengembangan Rencana Rehabilitasi
a. Merencanakan dan mengawasi rehabilitasi lereng setelah tambang selesai
dieksploitasi untuk mengembalikan kondisi alaminya.
E. PROGRAM PEMANTAUAN LERENG TAMBANG TERBUKA
Program pemantauan lereng pada tambang terbuka adalah suatu sistem yang dirancang
untuk memantau stabilitas lereng dalam tambang terbuka guna mengidentifikasi potensi
bahaya dan mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan. Beberapa program
pemantauan lereng tambang terbuka, sebagai berikut:
1. Pemantauan Geologi
Memantau perubahan geologi seperti retakan, pergeseran, dan deformasi pada lereng
tambang menggunakan instrumen geologi seperti georadar, inclinometer, dan GPS.
2. Pemantauan Cuaca
Memantau kondisi cuaca seperti hujan berat yang dapat mempengaruhi stabilitas
lereng. Data cuaca dapat digunakan untuk memprediksi potensi longsor.
3. Sistem Informasi Geografis (SIG)
Mengintegrasikan data pemantauan dalam sistem informasi geografis untuk
memvisualisasikan dan menganalisis informasi lereng tambang.

Anda mungkin juga menyukai