Anda di halaman 1dari 13

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam perencanaan tambang terbuka selain faktor ekonomi, faktor teknis,
dan faktor lingkungan ada faktor yang harus diperhatikan dengan seksama yaitu
faktor kestabilan lereng. Faktor kestabilan lereng ini akan menentukan aman
tidaknya lereng tambang. Seiring dengan perubahan harga komoditi batubara di
Indonesia menjadikan menurunnya Stripping Ratio (SR) yang dampaknya
menjadikan penurunan nilai kedalam dari pit. Perubahan ini otomatis akan
merubah geometri lerang dan berdampak pada perubahan nilai lereng
seluruhnya.
Dari perubahan geometri lereng maka perlu dilakukan sebuah parameter
yabg mampu merespon perubahan perencanaan tambang dengan
memperhatikan faktor geoteknik. Paramter-parameter yang perlu diperhatikan
untuk analisa geoteknik seperti kondisi geologi, air tanah, dan geometri lereng.
Dengan berjalannya waktu suatu lereng pasti akan mengalami
kelongsoran. Dari alasan tersebut pada ahli geoteknik tambang melakukan
berbagai macam perhitungan untuk analisa geoteknik untuk mengetahui tingkat
kekuatan dan kestabilan lerang sehingg mudah untuk memprediksi adanya
pergerakan.

1.2 Maksud dan Tujuan


1.2.1 Maksud
Maksud dilakukan praktikum mengenai perencaaan geoteknik tambang
adalah untuk mengetahui peranan geoteknik dalam perencanaan dan
perancangan tambang.
1.2.2 Tujuan
 Mengetahui parameter-parameter penting dalam analisa geoteknik untuk
rancangan lereng tambang.
 Mengetahui metode yang digunakan perhitungan analisis geoteknik.

1
2

2
3

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Perencanaan Geoteknik Tambang


Geoteknik meruapakn bagian dari rekayasa perencanaan tambang (mine
plan) yang berdasarkan pengetahuan yang terkumpul selama sejarah
penambangan. Bagian geoteknik yang berhubungan dengan respon meterial
alami terhadap gejala deformasi disebut dengan geomekanika. Geoteknik sendiri
merupakan bagian dari perancangan tambang yang sangat penting untuk
menentukan layak tidaknya suatu tambang jika ditinjau dari aspek kesehatan dan
keselamatan kerja. Setelah menganalisa dasar dari pemilihan sistem
penambangan maka dibuat suatu rancangan penambangan atau teknis dari
pelaksanaanya. Analisa berupa metode penambangan yang akan diterapkan.
Dalam suatu perencanaan tambang yang merupakan perancangan tambang,
antara lain adalah persiapan tambang, desain jenjang, dan analisis kemantapan
lereng. Dalam suatu rancangan terutama pada analisis kemantapan lereng ada
beberapa factor yang mempengaruhi, yaitu :
 Meterial Pembentuk Lereng
Material pembentuk lereng sangat mempengaruhi stabilitas lereng.
Diantara material pembentuk lereng adalah tanah granuler dan tanah kohesif.
Tanah granuler meliputi pasir, kerikil, batuan dan campurannya. Kelemahan dari
tanah ini adalah mudah meloloskan air. Sedangkan tanah kohesif meliputi tanah
lempung, lempung berlanau, dan lempung pasiran, kelemahan dari tanah ini
mempunyai kuat geser rendah.
 Kemiringan Lereng
Kemiringan lereng sangat berpengaruh dalam perencanaan geoteknik.
Semakin besar derajat kemiringan lereng maka akan semakin menurunkan
angka keamanan lereng, yang artinya lereng tersebut berpotensi untuk terjadinya
longsor.

3
4

 Muka Air Tanah


Keberadaan air tanah dalam tubuh lereng biasanya menjadi masalah bagi
stabilitas lereng. Kenaikan muka air tanah meningkatkan tekanan pori yang
berarti memperkecil ketahanan geser dari massa lereng, terutama pada material
tanah dan juga memperbesar debit air tanah dan meningkatkan erosi di bawah
permukaan.
 Struktur Geologi
Struktur geologi material pembentuk sangat menentukan stabilitas lereng.
Stuktur harus dipetakan dengan sebaik mungkin untuk memperhatikan urutan
bidang lemah.
 Pelapukan Tanah
Terdapat dua macam pelapukan, yaitu pelapukan secara kimiawi dan
secara mekanis. Pelapukan secara kimiawi berupa pecahnya mineral ke dalam
komponen yang baru oleh akibat reaksi kimia dengan asam di dalam udara,
hujan dan air sungai.
Data dan informasi dari parameter-parameter di atas didapatkan dengan
penyelidikan langsung di lapangan dan di laboratorium. Penyelidikan langsung di
lapangan meliputi uji seismik, pemboran inti, piezometer, dan uji insitu.
Sedangkan penyelidikan di laboratorium meliputi uniaxial compresive test, triaxial
test, dan direct shear test. Data dan infomasi tersebut merupakan data penting
untuk pengolahan data analisis parameter lereng.


Sumber : labsimkomtambang.wordpress.com
Gambar 2.1
Analisa Tabilitas Lereng

4
5

2.2 Metode Perhitungan Analisis Geoteknik


Ada banyak cara untuk analisis kestabilan lereng yaitu dengan cara
pengamatan visual dan cara komputasi. Data yang didapatkan dari pengamatan
visual dan cara komputasi dilakukan perhitungan. Ada beberapa metode yang
digunakan dalam perhitungan analisis stabilitas lereng, yaitu :
a. Metode Fellenius
Metode dicetuskan oleh Fellenius pada tahun 1939. Metode ini banyak
digunakan untuk analisa kestabilan lereng yang tersusun oleh tanah dan bidang
longsorannya berbentuk busur. Perhitungan lereng dengan metode ini dilakukan
dengan membagi massa longsoran menjadi beberap segmen (Gambar 2.2)

Sumber : asrulsmile.blogspot.co.id
Gambar 2.2
Bidang Longosoran Circular
Adapun rumus yang digunakan untuk metode fellenius, yaitu :

∑ w x = ∑t lR

FK =
∑ tlR
∑ wx
Dimana :
w = Berat segmen tanah (kN/m)
l = Panjang busur lingkaran pada segmen yang dihitung (m)
x = Jarak horisontal dari pusat gelincir ke titik berat segmen (m)
R = Jari-jari lingkaran keruntuha (m)
t = Tegangan geser (kg/cm2)

5
6

metode ini digunakan pada lereng dengan kondisi isotropis, non isotropis,
dan berlapis-lapis. Massa tanah yang bergerak diandaikan terdiri dari beberapa
elemen vertikal. Lebar dari elemen dapat diambil tidak sama sehingga lengkung
busur didasar elemen dapat dianggap garis lurus. Jika lereng terendam air atau
terdapat muka air tanah, makan tekanan air pori akan bekerja pada dasar
elemen. Dalam hal ini tahanan geser harus diperhitungkan yang efektif
sedangkan gaya penyebab tetap diperhitungkan secara total. Rumus yang
digunakan adalah :

FK =
∑ '
(c b+Wt cos α tan θ)
∑ Wt sin α

Sumber : asrulsmile.blogspot.co.id
Gambar 2.3
Sistem Gaya pada Metode Fillenius

6
7

b. Metode Bishop
Metode ini sama dengan metode swedia, tetapi dengan
memperhitungkan gaya-gaya antar irisan yanga ini. Metode ini
mengasumsikan bidang longsong busur lingkaran. Untuk menetukan titik
pusat lingkaran bidang luncur digunakan dengan menggunakan grafik.
Metode ini merupakan metode yang sangat populer dalam analisa
stabilitas lereng. Hasil dari metode ini cukup teliti untuk perhitungan faktor
keamanan. Tingkat kesalah metode ini jarang lebih besar dari 5% dan
sangat cocok untuk pencarian secara otomatis bidang runtuh kritis yang
bebentuk busur lingkaran untuk mencari faktor keamanan minimum.
Metode ini memperhitungkan gaya vertikal dan horizontal dengan
memperhatikan keseimbangan momen dari masing-masing komponen
seperti pada Gambar 2.4

Sumber : asrulsmile.blogspot.co.id
Gambar 2.4
Stabilitas Lereng Dengan Metode Bishop
Faktor keamanan terhadap longsoran didefinisikan sebagai
perbandingan kekuatan geser maksimum yang dimiliki tanah di bidang
longsor dengan tahanan geser yang diperlukan untuk stabilitas. Rumus
perhitungan faktor keamanan (FK) adalah :
1
FK = m . a
∑ '
(c b +Wt cos α tanθ)

∑ Wt sin α

7
8

8
9

Tabel 2.1
Tabel Perhitungan Bishop
‫ץ‬ Z b c w W.sinα c.b
No
Slice ton/m3 (m) (m) Φ ton/m2 ru (y.z.b) α sin α 1 2

1,83548917
1 8 22,2 13,33 10 10,0197162 0,326888334 543,838 58 0,848 461,201 133,595
2,03943242
2 0 22,2 13,33 14 11,9306697 0,294199501 604,264 47 0,731 441,931 159,074
1,42760269
3 4 21,1 13,33 18 10,0197162 0,294936843 401,836 38 0,616 247,395 133,595
1,99864377
4 2 22,2 13,33 18 10,0197162 0,200135715 592,179 30 0,500 296,089 133,595
1,42760269
5 4 22,2 13,33 18 10,0197162 0,140095000 422,985 22 0,375 158,453 133,595
2,07002390
6 6 15,6 13,33 18,32 12,2365946 0,172530789 429,330 15 0,259 111,119 163,153
1,42760269
7 4 11,1 13,33 18 10,0197162 0,070047500 211,492 8 0,139 29,434 133,595
Ʃ 3205,924 1745,621
w (1-ru) tanΦ 2+3 5 6
3 4 secα/[1+(tanα.tanΦ)/F] 4x5
F=1 0,98438027 0,982032128 F= F= F= u
1,21060907 240,709877 239,744495
64,547 198,142 1,21483668 5 1,209964499 9 239,8722129 4 13,3332
1,06616046 283,916781 294,705573
106,336 265,410 1,069729446 3 1,110378993 2 282,9695379 4 13,3332

9
10

0,97633450 225,558137
92,056 225,651 0,979471022 4 0,999588568 221,018594 220,3108356 9 8,8888
0,95772543 276,033551 276,015606
153,902 287,497 0,960125924 5 0,960063504 9 275,3434181 3 8,8888
0,94817924 239,169207 238,020257
118,182 251,777 0,949925141 6 0,945361777 2 238,7296312 7 4,4444
0,94894025 266,788544 265,537916
117,628 280,781 0,950167277 5 0,945713166 5 266,4440204 6 5,5555
0,96499823 190,718655 190,241756
63,905 197,499 0,965666921 4 0,963252232 9 190,5865904 1 1,1111
7,07294721 1718,35521 1729,82374
716,555 7,089922411 2 7,13432274 3 1714,256246 3
Sumber : Data Praktikum Geologi Struktur, 2014

10
11

c. Metode Jambu
Metode ini digunakan untuk mengalisis lereng yang tidak berbentuk busur
lingkaran. Bidang longsoran pada analisa ini ditentukan berdasarkan zona lemah
yang terdapat pada massa batuan atau tanah. Cara lain adalah dengan
mengasumsikan suatu faktor keamanan tertentu yang tidak telalu rendah
kemudian melakukan perhitungan untuk mendapatkan bidang longsoiran dengan
FK paling rendah.

Sumber : asrulsmile.blogspot.co.id
Gambar 2.5
Aplikasi Metode Janbu

11
12

BAB III
KESIMPULAN

Dalam perencanaan geoteknik tambang banyak parameter-parameter


yang perlu diperhatikan untuk menghitung kestabilan lereng tambang.
Parameter-parameter tersebut didapatkan dari hasil pengamatan dan pengujian
langsung di lapangan dan uji sifat fisik dan mekanis di laboratorium. Parameter-
parameter tersebut adalah material pembentuk lereng, kemiringan lereng, muka
air tanah, struktur geologi, dan pelapukan tanah. Data tersebut meruapak data
yang harus ada agar informasi yang didapatkan dari analisa kestabilan lereng
adalah data yang valid.
Banyak metode perhitungan yang digunakan untuk analisis stabiltas
lereng yaitu metode Fellenius, metode bishop, dan metode janbu. Ketiga metode
ini digunakan dalam berbagai kondisi. Untuk metode fellenius digunakam pada
kondisi lereng tanah dan bidang longsoran busur. Untuk metode boshop
memperhitungkan gaya vertikal dan horizontal. Sedang untuk metode janbu
digunakan untuk mengalisis lereng yang tidak berbentuk busur lingkaran. Bidang
longsoran pada analisa ini ditentukan berdasarkan zona lemah yang terdapat
pada massa batuan atau tanah.

12
13

DAFTAR PUSTAKA

Asrul, 2010. “Metode Analisa Kestablina Lereng”, asrulsmile.blogspot.co.id.


Diakses hari Senin tanggal 19 Oktober 2015.
Anonim, 2013. “Geoteknik”, igumgeoteksipil.wordpress.com. Diakses hari Senin
tanggal 19 Oktober 2015.
Anonim, 2013. “Geoteknik Tambang”, 1902miner.wordpress.com. Diakses hari
Senin tanggal 19 Oktober 2015.
WB, Hadie, 2012. “Geoteknik Dan Hidrogeologi”,
hadiwijayatambang.blogspot.co.id. Diakses hari Senin tanggal 19 Oktober
2015.

13

Anda mungkin juga menyukai