Anda di halaman 1dari 46

GEOTEKNIK TAMBANG

TERBUKA
Pendahuluan

 Tambang terbuka merupakan metode penambangan yang


sangat cost-effective dan memungkinkan mekanisasi
secara intensif dan produksi besar.
 Oleh karena itu dimungkinkan untuk menambang deposit
mineral dengan kadar rendah yang tidak ekonomis jika
ditambang dengan metode tambang bawah tanah.
 Tambang terbuka menjadi semakin dalam pada beberapa
dekade terakhir ini, dan sudah banyak yang mencapai
kedalaman sekitar 1000 m.
Pendahuluan

 Dampak ekonomis dari:


 Rancangan yang sangat konservatif, atau
 Kelongsoran
diperlukan usaha-usaha untuk mengoptimalkan
rancangannya.
 Karena ukurannya, lereng hampir selalu mengandung
sejumlah fitur struktur yang signikan dan material geologi
yang bervariasi.
Pendahuluan

 Analisis kemantapan lereng mensyaratkan:


 Data base geologi (struktur geologi dan informasi
litologi).
 Model hidrogeologi.
 Estimasikekuatan dan karakteristik deformasi massa
batuan dan bidang diskontinyu.
 Pemahaman gaya-gaya eksternal, misalnya yang
berhubungan dengan gempa bumi yang mungkin
bekerja pada lereng.
Model Geologi

 Model geologi komprehensif mutlak diperlukan untuk


perancangan lereng.
 Tanpa model tersebut, perancang lereng harus
menggunakan data empiris sehingga kegunaan rancangan
diragukan, kecuali untuk evaluasi pra-kelayakan yang
sangat sederhana.
 Pada tambang terbuka, model geologi seharusnya ada dan
sepanjang adanya kerjasama antara bagian geologi dan
bagian geoteknik, model geoteknik yang baik dapat
dibuat.
Model Geologi

 Paket-paket program perencanaan tambang


memungkinkan pembuatan model-model komprehensif:
 Informasi geologi dan struktur geologi
 Distribusi kadar bijih atau kualitas batubara
 Distribusi air tanah
 Variasi sifat geoteknik
 Sistem pemodelan ini sudah biasa digunakan pada
perusahaan-perusahaan tambang besar.
Model Geologi

 Saat ini, sudah dikembangkan interface yang


memungkinkan transfer data secara langsung dari model-
model tiga dimensi ke model-model jenis lain untuk
perancangan lereng.
 Harus dimungkinkan untuk mentransfer langsung informasi
geometri dan geoteknik dari model geologi tiga dimensi
menjadi model-model kesetimbangan batas dan numerik
untuk analisis kemantapan lereng.
Pengumpulan Data Geologi dan
Geoteknik
 Beberapa perusahaan telah membuat standar-standar:
 Manual prosedur pengumpulan data geologi.
 Prosedur uji laboratorium mekanika batuan.
 Interpretasi dan penyajian hasil.
 Pengembangan manual perusahaan seperti di atas dapat
sangat berguna sepanjang tidak dibuat batas-batas yang
kaku untuk pengumpulan data dan proses interpretasi.
Pengumpulan Data Geologi dan
Geoteknik
 Praktek saat ini mencakup juga penggunaan klasifikasi
massa batuan untuk analisis kemantapan lereng (Haines
and Terbrugge, 1991; Romana,1995; Chen, 1995).
 Tetapi, penggunaan sistem klasifikasi, dimana sifat-sifat
massa batuan dikarakterisasi menjadi satu angka,
cenderung menghasilkan penilaian kestabilan yang keliru.
 Dalam penggunaan sistem klasifikasi, perlu dipahami
asumsi pembatasnya dan dilakukan kalibrasi terhadap
kondisi regional dan lokal.
Pengumpulan Data Geologi dan
Geoteknik
 Kelongsoran lereng batuan adalah kejadian geologi yang
dikontrol oleh proses fisik alamiah.
 Model geologi-geoteknik:
 Litologi.
 Mineralisasi dan alterasi.
 Pelapukan.
 Hidrogeologi.
 Karakteristik massa batuan.
Pengumpulan Data Geologi & Geoteknik

 Titik awal dari semua pekerjaan mekanika batuan adalah data base
geologi yang menjadi dasar untuk informasi jenis batuan, bidang-
bidang diskontinyu dan sifat-sifat batuan.
 Analisis yang canggih pun dapat menjadi tidak berguna jika dasar
informasi geologinya tidak cukup atau tidak akurat.
 Data gologi dasar yang umumnya diperlukan adalah litologi regional
dan lokal, informasi struktur dan hidrogeologi, pemerian inti rinci dan
foto-foto yang setiap waktu dapat diinterpretasikan oleh seorang
engineering geologist.
Pengumpulan Data Geologi & Geoteknik

Inti bor di dalam kotak inti

Contoh log bor geoteknik


Pengumpulan Data Geologi dan
Geoteknik
 Informasi terpenting adalah data struktur (struktur mayor
dan domain struktur).
 Informasi ini harus cukup rinci sehingga kecenderungan
statistikal dapat diperkirakan dan digunakan sebagai input
model analitik.
 Kekurangan dan anomali dalam data dapat menjadi jelas
selama proses konstruksi model geologi  Memberikan
petunjuk berguna bagi geologist untuk mengembangkan
program penyelidikan lapangan lanjutan.
Pengumpulan Data Geologi dan
Geoteknik
Pengumpulan Data Geologi dan
Geoteknik
Peranan Struktur Mayor

 Kestabilan lereng besar akan dikontrol oleh bidang


diskontinyu mayor (batas litologi, bidang perlapisan,
patahan).
 Sangat penting bahwa proses pengumpulan data menjamin
pengembangan model geologi regional dan lokal dapat
memasukkan struktur mayor ini.
 Pemetaan struktur ini pada saat telah terpapar pada
lereng digunakan untuk memperbaharui model gelogi
secara terus menerus.
Peranan Struktur Mayor

 Praktek saat ini cenderung untuk membagi rancangan


lereng kedalam dua kategori:
 Rancangan yang berhubungan dengan longsoran akibat struktur.
 Rancangan yang berhubungan dengan longsoran akibat pelemahan
massa batuan oleh kehadiran kekar atau fitur struktur sekunder
lainnya.
Longsoran lereng tambang setinggi 165 m (Hoek et al., 2000)

Patahan terdapat di belakang dan sisi longsoran pada lima


sampai tujuh jenjang teratas.
Longsoran lereng tambang setinggi 340 m (Hoek et al., 2000)

Massa batuan yang longsor teralterasi dan terkekarkan.


Ada patahan di belakang longsoran, tetapi apakah ini penyebabnya?
Perkiraan Kekuatan Massa Batuan

 Penentuan kekuatan massa batuan merupakan kekurangan


utama dalam praktek perancangan lereng batuan.
 “Even in terms of the state-or-the-art there are many
unanswered questions and many opinions on how this task
should be performed in the low stress environment that is
characteristic of rock slopes, particularly where
weak/altered rocks are present” (Hoek et al., 2000).
 Kebanyakan perancang lereng menggunakan kriteria
failure untuk memperkirakan kekuatan massa batuan.
Perkiraan Kekuatan Massa Batuan

Direct shear test

Hoek-Brown failure criterion

Direct shear test


and
Barton-Bandis shear failure
criterion
Pengaruh Alterasi

 Pada beberapa tambang terbuka, khususnya tambang


bijih, bijih umumnya berhubungan dengan zona batuan
teralterasi sebagai hasil proses pembentukannya.
 Pada beberapa area, alterasi ini umumnya sedang dan
tidak memberikan pengaruh signifikan pada kekuatan
massa batuan.
 Tetapi, pada beberapa tambang di Pegunungan Andes
pengaruh alterasi pada kestabilan lereng sangat besar
(Hoek et al., 2000).
Pengaruh Air Tanah

 Tekanan air dalam bidang diskontinyu akan mengurangi


tegangan efektif dan, konsekuensinya, kekuatan geser.
 Pengurangan tekanan dengan lubang bor-lubang bor
vertikal atau horisontal atau galeri penyaliran akan
meningkatkan kemantapan lereng.
 Teknologi dan peralatan untuk mengevaluasi dan
mengontrol tekanan air tanah sudah dikembangkan (Hoek
et al, 2000).
Pengaruh Air Tanah

 Kesulitan dalam menjaga piezometers dan saluran penyaliran sering


digunakan sebagai alasan untuk tidak memelihara kontrol dan
pemantauan kondisi air tanah.
 Air dari lubang-lubang penyaliran horizontal harus dikumpulkan dan
dikeluarkan ke daerah yang jauh dari lereng aktif.
 Model air tanah yang baik merupakan komponen penting dalam
perancangan lereng yang besar  informasi mencukupi untuk
membuat model tersebut.
Pengaruh Air Tanah

 Tekanan air yang menyebabkan lebih banyak masalah


ketidakmantapan dan sepanjang tekanan ini dapat
dikurangi, lubang-lubang penyaliran tidak perlu
mengeluarkan aliran air yang besar.
 Konsep ini sering tidak dimengerti, sehingga operator
sering membuang pipa penyaliran yang tidak
mengeluarkan banyak air.
 Penilaian harus didasarkan pada respon piezometers, yang
lebih menunjukkan perubahan tekanan.
Tegangan In Situ

 Semua model kesetimbangan batas didasarkan pada beban


gravitasi dan tegangan horisontal tidak dipertimbangkan
dalam analisisnya.
 Model numerik dapat mempertimbangkan tegangan
horisontal tetapi kebanyakan analisis dengan model ini
hanya menggunakan pendekatan sederhana dimana
tegangan horisontal adalah proporsi tertentu dari
tegangan vertikal.
Tegangan In Situ

 Berdasarkan hasil pemodelan numeriknya, Lorig (1999)


menemukan bahwa tegangan in situ tidak mempengaruhi
FK secara signifikan.
 Tegangan in situ akan mempengaruhi deformasi dan jika
lereng terdiri atas material yang dapat menjadi lemah
akibat deformasi, tegangan in situ akan mempunyai
pengaruh penting pada penurunan kekuatan yang tentu
saja mempengaruhi kemantapan lereng.
Tegangan In Situ

 Sebelum melakukan pengukuran tegangan in situ (yang mahal) di


lokasi tertentu, mungkin akan lebih baik untuk melakukan studi
parametrik dengan model tiga dimensi untuk melihat apakah variasi
tegangan horisontal akan secara signifikan mempengaruhi tegangan
terinduksi pada batuan dekat permukaan dimana longsoran dapat
terjadi.
 Jika tegangan horisontal pada zona failure menunjukkan variasi yang
besar, pertimbangan serius harus diberikan kepada pengukuran
tegangan in situ di lapangan.
Kerusakan Akibat Peledakan

 Dalam peledakan produksi skala besar, kerusakan akibat


peledakan dapat sampai berpuluh meter ke massa batuan
di belakang muka lereng, karena retaknya batuan dan
terbukanya kekar akibat beban dinamik peledakan.
 Penetrasi gas peledakan dapat juga membuka bidang
diskontinyu yang ada.
 Kerusakan akibat peledakan mengurangi kekompakan
massa batuan dan, sebagai akibatnya, mengurangi
kekuatannya.
Kerusakan Akibat Peledakan

 Metode-metode untuk mengurangi kerusakan akibat


peledakan:
 Mengontrol jumlah bahan peledak per delay
 Pre-splitting
 Smooth-blasting
 Buffer blasting
 Tetapi, harus dikompromikan antara fragmentasi yang
diharapkan dan ketidakrusakan massa batuan.
Kerusakan Akibat Peledakan

 Salah satu akibat kerusakan akibat peledakan adalah


kenampakan massa batuan pada muka lereng menjadi
tidak representatif dari massa batuan tak terganggu.
 Karena pemetaan geoteknik dilakukan pada muka lereng
ini, perkiraan kekuatan geser kekar dan massa batuan
berdasarkan pemetaan ini menjadi sangat rendah.
 Oleh karena itu, pengamatan terhadap inti bor perlu
dilakukan juga dalam evaluasi kekuatan massa batuan,
meskipun hal ini merupakan proses kualitatif.
Kerusakan Akibat Peledakan

Peledakan Peledakan
terkontrol biasa
Perancangan Lereng

 Engineers menjelaskan kemantapan lereng dengan Faktor


Keamanan (FK), yang merupakan rasio antara gaya
penahan dan gaya penggerak.
 Lereng mantap jika FK > 1.0.
 Lereng tidak mantap jika FK < 1.0.
 Pada awalnya FK dihitung menggunakan model-model
kesetimbangan batas (limit equilibrium), tetapi sekarang
sudah dilakukan dengan model-model numerik.
Perancangan Lereng

 Kekuatan geser tanah/batuan bersumber dari dua


komponen:
 Sudut gesek dalam.
 Kohesi.
 Sudut gesek dalam adalah sudut tercuram dimana gesekan
antar partikel dapat mencegah pergerakan  ditentukan
oleh ukuran, bentuk, susunan, dan mineralogi dari
partikel.
Perancangan Lereng

 Kohesi adalah gaya tarik antar partikel berbutir halus 


tinggi untuk partikel lempung yang mungkin memiliki
muatan elektrik.
 Tanah berbutir kasar dengan sedikit atau tanpa partikel
berbutir halus mempunyai kekuatan geser yang hanya
bergantung kepada sudut gesek dalam-nya  cohesion-
less soils.
 Efek pengikatan oleh akar-akar tumbuhan memberikan
kohesi.  signifikan untuk kekuatan tanah berbutir kasar.
Perancangan Lereng

 Kekuatan massa batuan akan bergantung kepada kondisi


batuan utuh (intact rock) serta kehadiran dan kondisi
bidang diskontinyu.
 Batuan utuh dengan partikel halus dan tersementasi baik
akan lebih kuat dari batuan utuh dengan partikel kasar
dan tersementasi buruk.
 Kekuatan massa batuan hanya akan sama dengan kekuatan
batuan utuh jika tidak ada bidang diskontinyu.
Perancangan Lereng

 Secara umum kekuatan batuan akibat bidang diskontinyu:


 terisi < tidak terisi.
 terbuka < tertutup.
 permukaan halus < permukaan kasar.
 spasi rapat < spasi lebar.
Perancangan Lereng

 Mendapatkan input realistik dan menginterpretasi hasil merupakan aspek


tersulit dalam pemodelan numerik lereng.
 Dalam praktek, baik metode kesetimbangan batas maupun metode numerik
digunakan bersama-sama untuk mendapatkan rentang solusi yang mungkin
untuk rentang input parameter.
Manajemen Lereng

 Pada setiap tambang terbuka, sejumlah ketidakmantapan


lereng dapat terjadi di sejumlah lokasi pada waktu
tertentu.
 Pengelolaan hal ini merupakan “seni” dari sebuah
tambang terbuka yang baik.
 Oleh karena itu, mutlak diperlukan bahawa engineering
geologists, geotechnical engineers dan mine planners
harus selalu bekerjasama untuk menjamin bahwa:
Manajemen Lereng

 Data yang sesuai dikumpulkan.


 Analisis yang sesuai dilakukan.
 Rancangan lereng secara jelas disampaikan ke dan dimengerti oleh
perencana tambang dan operator.
 Program pemantauan lereng yang baik dilakukan untuk pemantauan
lereng selama umur tambang.
 Contingency plans harus dibuat untuk mengantisipasi terjadinya hal-
hal yang tidak terduga dari waktu ke waktu.
Manajemen Lereng

 Rancangan lereng didasarkan pada evaluasi kemungkinan terbaik


dari:
 Jenis dan karakteritik batuan.
 Struktur geologi.
 Kondisi air tanah.
 Rancangan lereng terbaik pun pasti melakukan rata-rata dari
informasi di atas dan variasi geologi dan air tanah tidak selalu dapat
dimasukkan dalam rancangan dan dapat mempengaruhi kemantapan
lereng .
Manajemen Lereng

 Sebagai contoh, longsoran lokal jenjang di dekat jalan angkut dapat


menyebabkan dampak besar terhadap tambang, meskipun lereng
keseluruhannya mantap.
 Peringatan dini tentang ketidakmantapan lereng sangat penting dan
pemantauan pergerekan lereng telah terbukti sebagai metode yang
paling handal untuk mendeteksi ketidakmantapan lereng.
 Semakin akurat pengukuran ini, semakin cepat masalah
ketidakmantapan dapat dideteksi.
Manajemen Lereng

 Pengamatan visual sederhana oleh geologists dan


geotechnical engineers merupakan cara yang sering
diabaikan.
 Jika tanda-tanda ketidakmantapan secara rutin diamati
dan dicatat, sebuah pemahaman perilaku lereng dapat
secara bertahap dikembangkan.
 Informasi penting ini dapat dipertimbangkan jika terdapat
tanda-tanda ketidakmantapan lereng dan tindakan
perbaikan dan contingency plan dapat ditentukan.
Ucapan Terima Kasih
untuk Referensi dari
Prof. Ridho Kresna Wattimena

Anda mungkin juga menyukai