1 (2021)
Konstruksi (KIIJK) 2021
ABSTRAK
Akhir- akhir ini kerap terjadi musibah tanah longsor yang berhubungan dengan
datangnya masa hujan. Musibah tanah longsor banyak terjadi di Indonesia yang
menyebabkan banyaknya bangunan roboh serta korban jiwa. Saat sebelum masa pc,
kalkulator merupakan salah satunya metode buat menghitung aspek keamanan lereng.
Tetapi, para insinyur dikala ini mempunyai banyak cara untuk analisis fitur lunak antara lain
tata cara limit equibrilium serta tata cara finite element. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mempelajari bagaimana pengaruh metode limit equilibrium dan metode finite element
terhadap faktor keamanan lereng, deformasi tanah dan faktor yang lain pada kedua metode
tersebut. Penelitian stabilitas lereng ini menggunakan parameter tanah dan geometri yang
sama dengan kemiringan lereng 60˚ pada lokasi proyek yang nyata pada bridge 97 lintasan
kereta api cepat indonesia cina KCIC Walini kabupaten bandung barat. berdasarkan lereng
existing dengan mempertimbangkan kasus beban seperti menjadikan kondisi lereng GWT
maksimum, yang tercatat, beban tambahan seperti mobilisasi dan kondisi psedotatis dinamis
gempa. Dari hasil penelitian ini faktor keamanan antara metode limit equilibrium dan finite
element relatif sama namun terdapat kelebihan dan kekurangan masing-masing dalam output
metode tersebut. Nilai faktor keamanan dari setiap metode relatif sama, tidak lebih dari
0,125.
Kata Kunci: Slope Stability, Limit Equilibrium Method, Finite Element Method.
ABSTRACT
Recently, there have been frequent landslides associated with the arrival of the rainy
season. Many landslides (erosions) occur in Indonesia, causing many buildings to collapse
and loss of life. Before the PC era, calculators were one of the methods for calculating slope
safety aspects. However, engineers currently have many methods for software analysis,
including the equilibrium limit method and the finite element method. The purpose of this
research is to study how the influence of the limit equilibrium method and the finite element
method on the slope safety factor, soil deformation and other factors in both methods. This
slope stability study uses the same soil and geometry parameters with a slope of 60˚ at a real
project site on bridge 97 of the Indonesia-China High- Speed Railway KCIC Walini, West
Bandung Regency. based on existing slopes by considering load cases such as making the
slope conditions of the maximum GWT recorded, additional loads such as mobilization and
dynamic psedotatic conditions of the earthquake. From the results of this study, the safety
factor between the limit equilibrium and finite element methods is relatively the same but
there are advantages and disadvantages of each in the output of the method. The value of the
safety factor for each method is relatively the same, not more than 0.125
Key words:
335
Vol. 1 No. 1 (2021) Siregar, C. A. dkk (2021) Perbandingan Stabilitas Lereng antara Metode Keseimbangan Batas
(LEM) Dan Metode Elemen Hingga (FEM) (Studi Kasus Kereta Api Cepat Indonesia Cina
(KCIC) Walini, Kabupaten Bandung Barat)
rekayasa lereng, suatu tantangan besar buat para sebagian tata cara dikira selaku tata cara yang
periset serta pakar. Ketidakstabilan bisa sesuai buat diterapkan dalam praktek nyata.
disebabkan curah hujan, peningkatan muka air Oleh sebab itu sangat berarti buat mengenali
tanah serta pergantian dalam kegiatan geologi keunggulan serta keterbatasan kedua tata cara
semacam patahan, rekahan serta liniasi. saat sebelum memilah tata cara yang sesuai buat
Demikian pula, lereng natural yang sudah tujuan desain.
normal sepanjang bertahun- tahun seketika bisa
2. TINJAUAN PUSTAKA
jadi rusak sebab perubahan geometri, kekuatan
eksternal serta kehabisan kekuatan geser. Tidak 2.1 Umum
hanya itu, stabilitas jangka panjang pula Kestabilan lereng bisa dibedakan atas
berhubungan dengan pelapukan serta pengaruh lereng alam (natural slopes) serta lereng buatan
kimia yang bisa merendahkan kekuatan geser (man made slopes). Lereng buatan bisa terjalin
serta menyebabkan shear strength tension dengan pemotongan tebing (penggalian) ataupun
cracks. Dalam kondisi semacam ini, penilaian pembangunan sesuatu embankment (lereng
keadaan stabilitas lereng jadi lumayan berarti. timbunan). Pada tiap berbagai lereng ini,
Dikala massa tanah mempunyai permukaan mungkin tetjadinya kelongsoran ataupun
miring, kemampuan lereng buat sliding dari keruntuhan lereng selalu ada, sehingga buat
tingkatan yang lebih besar ke tingkatan yang mengatisipasi permasalahan ini dibutuhkan
lebih rendah. sliding hendak terjadi bila sesuatu analisis stabilitas lereng. Inti dari
tegangan geser terjadi di tanah melebihi analisis kestabilan lereng merupakan mengkaji
kekuatan geser tanah yang cocok. Tetapi
sesuatu tinjauan serta perencanaan lereng yang
pertimbangan instan tertentu membuat analisis aman.
stabilitas lereng yang pas, dan susah dalam
Terbentuknya peningkatan tegangan geser
prakteknya. ataupun kurang kokohnya geser massa tanah,
Analisis lereng dilakukan untuk ialah antara lain akibat gravitasi serta gaya- gaya
menganalisis rancangan yang aman dan
yang lain semacam aliran air, gempa bumi,
ekonomis suatu lereng. Ini adalah penting kelebihan pembebanan, pergerakan lereng
karena bagian dasar dari studi teknik sipil adalah secara natural, serta sebagainya. Apabila telah
untuk merancang struktur paling aman kepada
terjalin keruntuhan di penampang lereng, berarti
masyarakat dan juga ekonomis. Sebelum era pc, kekuatan geser tanah tersebut terlewat,
kalkulator dan hitungan manual adalah satu- maksudnya perlawanan geser pada permukaan
satunya cara untuk menghitung faktor keamanan runtuh tidak lumayan besar buat menahan gaya-
lereng. Namun, para geotechnical engineer saat gaya yang bekerja pada permukaan lereng
ini memiliki banyak upaya untuk menggunakan tersebut. Oleh sebab itu, buat memastikan
analisis berbagai perangkat lunak diantaranya stabilitas sesuatu lereng butuh dikenal kekuatan
metode limit equibrilium dan metode finite geser tanah pada lereng tersebut.
element.
Metode Penyeimbang Batas (Limit 2.2 Tanah
Equibrilium Method/ LEM) merupakan sesuatu Batuan serta tanah merupakan material
pendekatan yang banyak digunakan dalam geologi ataupun material bumi yang utama
menuntaskan bermacam permasalahan instan dalam rekayasa geoteknik. Formasi tanah serta
terpaut dengan analisis stabilitas lereng. massa batuan memiliki keunikan tiap-tiap yang
Terlepas dari aplikasi yang berhasil dalam tidak cuma mendukung pengaruh sejarah
rekayasa geoteknik antara lereng tanah serta geologinya, namun pula mengendalikan
batuan terdapat sebagian kasus tata cara ini pula cerminan sifat pada pekerjaan rekayasa
terkadang dikira selaku pendekatan empiris geoteknik. tersebut bisa dikenal dari identifikasi
sebab dalam pelaksanaannya banyak aspek yang serta klasifikasi dengan melaksanakan pengujian
diasumsikan dalam menetapkan persamaan serta serta pengamatan langsung untuk mendapatkan
sebab perpindahan massa tanah tau batuan yang sifat-sifatnya. Ditaksir sifat- sifat ciri buat
tidak cocok pada tata cara ini. Tidak hanya itu, mendapatkan korelasi formasi tanah serta massa
tata cara tersebut lebih murah serta gampang batuan, bisa diteliti bila identifikasi serta
digunakan sebab sudah sediakan angka klasifikasi keduanya diteliti dengan layak.
keamanan yang timbul buat mewakili keadaan Formasi tanah serta batuan memiliki cerminan
kegagalan di lapangan dalam banyak suasana. ciri yang menetapkan dasar- dasar buat
Keterbatasan serta keunggulan yang interpretasi serta memastikan unsur-unsumya,
ditawarkan oleh kedua tata cara membuat
336
Seminar Nasional Ketekniksipilan, Infrastruktur dan Industri Jasa Vol. 1 No. 1 (2021)
Konstruksi (KIIJK) 2021
yang pula ialah dasar-dasar buat mengestimasi bagian- bagian lengkung serta bidang (Craig,
sifat-sifat mekanisnya. 1989).
Infiltrasi air hujan terhadap lereng
2.3 Tegangan Geser
permukaan phreatic tercipta oleh aliran paralel
Kuat geser pada tanah jenuh (Saturated ke rintangan drainase (drainage barrier). Untuk
Soils) dijabarkan dengan menggunakan kriteria hujan yang intens, muka air tanah naik dengan
keruntuhan Mohr-Coulomb dan konsep kilat kepermukaan tanah sebab tanah kondisinya
tegangan efektif dari Terzaghi (Terzaghi, 1936). mendekati keadaan jenuh (near-saturated
… 1) condition) dalam zona tidak jenuh. Keadaan ini
Dengan: menimbulkan peningkatan pore pressure secara
τ = tegangan geser pada saat runtuh seketika yang gilirannya hendak merendahkan
c’ = kohesi efektif tahanan geser tanah. Pada kesimpulannya aspek
(σ-Uu ) = tegangan normal efektif pada saat keamanan lereng menyusut serta menimbulkan
runtuh keruntuhan permukaan (surficial failures).
φ' = sudut geser dalam efektif Mekanismenya infiltrasi air meyebabkan
Qih = beban horizontal pada irisan i terbentuknya negative pore pressure pada
di = lengan momen Qih Unsaturated Soils. Terjalin penyusutan tegangan
Kuat geser tanah tidak jenuh dapat efisien pada permukaan tanah potensial sehingga
ditentukan seperti berikut ini: terjalin penyusutan kekuatan tanah hingga pada
keadaan penyeimbang tidak bisa dipertahankan.
.. 2) Kegagalan lereng dangkal kerap terjalin
Dengan: sepanjang ataupun setelah hujan yang lumayan
τ = tegangan geser pada saat runtuh intens. Sebab kesusahan memastikan pore water
c = kohesi pressure pada saat kegagalan lereng air yang
(σ-Uu) = tegangan normal pada saat menyerap ke dalam tanah embankment yang
runtuh menyebabkan peningkatan pore water pressure
φ' = matric suction secara seketika serta dampak lanjutan nya
(Uu- Uw) = beban horizontal pada irisan i merupakan pegurangan kekuatan geser tanah.
φb = sudut yang terjadi karena Menghindari masuknya air pada lereng ataupun
penambahan kuat geser akibat
matric suction embankment sangat berarti serta merupakan
langkah awal dalam mengurangi kegagalan
2.4 Pola Keruntuhan Lereng lereng.
Terdapat sebagian tipe jenis keruntuhan
dalam dunia metode sipil antara lain, 2.5 Stabilitas Lereng
kelongsoran rotasi (rotasional slip) wujud Aspek pemicu yang mempengaruhi
permukaan runtuh/longsoran pada potongannya terbentuknya longsoran ditetapkan oleh
bisa berbentuk busur bundaran (circular arc) menyusutnya aspek keamanan kemantapan
ataupun kurva bukan bundaran. lereng sehingga jadi kurang dari batasan
Pada biasanya kelongsoran berhubungan penyeimbang. Perihal yang butuh
dengan keadaan tanah homogen serta dipertimbangkan dalam penentuan kriteria aspek
kelongsoran bukan bundaran berhubungan keamanan merupakan efek yang dialami,
dengan keadaan tanah tidak homogen. keadaan beban serta parameter yang digunakan
Kelongsoran translasi (translational slip) dalam melaksanakan analisis kemantapan lereng
serta kelongsoran gabungan (compound slip) Efek yang dialami dipecah jadi 3, ialah:
terjalin apabila wujud permukaan runtuh besar, menengah, serta rendah. Dalam analisis
dipengaruhi oleh terdapatnya kekuatan geser wajib dipertimbangkan keadaan beban yang
yang berbeda pada susunan tanah yang menyangkut gempa serta tanpa gempa (wajar).
berbatasan. Kelongsoran translasi cenderung Dasar pemikiran umum batas
terjalin apabila susunan tanah yang berbatasan keseimbangan adalah faktor keamanan (FS)
terletak dalam kedalaman yang relatif dangkal lereng terhadap Keruntuhan (kelongsoran)
dibawah permukaan lereng dimana permukaan tergantung pada angka perbandingan antara kuat
runtuhnya hendak berupa bidang serta nyaris geser tanah (Mpenahan) dan tegangan geser yang
sejajar dengan lereng. Kelongsoran gabungan bekerja (Mpenggeser) yang dinyatakan dengan
umumnya terjalin apabila susunan tanah yang persamaan:
berbatasan terletak pada kedalaman yang lebih
geser, serta permukaan runtuhnya terdiri dari
337
Vol. 1 No. 1 (2021) Siregar, C. A. dkk (2021) Perbandingan Stabilitas Lereng antara Metode Keseimbangan Batas
(LEM) Dan Metode Elemen Hingga (FEM) (Studi Kasus Kereta Api Cepat Indonesia Cina
(KCIC) Walini, Kabupaten Bandung Barat)
Jika
FS < 1, maka Lereng tidak stabil
Fs = 1,0 maka Lereng dalam keadaan kritis
artinya dengan sedikit gangguan
atau tambahan momen penggerak
maka lereng menjadi tidak stabil
Fs > 1,5, maka Lereng Stabil
Pada LEM penyederhanaan metode Bishop,
diasumsikan slip surface berbentuk lingkaran
dan dibagi menjadi beberapa slice. Slip surface
dan gaya-gaya yang bekerja pada suatu slice
Safety factor dihitung dengan persamaan:
... 3)
Dengan:
Wi = berat irisan/potongan ke-i
Qiv = beban vertikal pada irisan
Ui = tekanan air pori pada dasar irisan i
Δхi = Iebar irisan
Qih = beban horizontal pada irisan i Gambar 1 Diagram Alir
di = lengan momen Qih
3. METODE PENELITIAN
Gambar 3 Diagram Alir Stabilitas Lereng Menggunakan
3.1 Diagram Alir Penelitian PLAXIS 3D
Adapun diagram alir penelitian pada
Gambar 1.
3.2 Pemodelan Stabilitas Lereng
Berdasarkan informasi gambar rencana
konstruksi dan nilai faktor keamanan,
ditemukan titik lemah lereng diantara pilar 1
(satu) dan 2 (dua) dengan kode gambar zd-045
dan zd-046 pada gambar 4
338
Seminar Nasional Ketekniksipilan, Infrastruktur dan Industri Jasa Vol. 1 No. 1 (2021)
Konstruksi (KIIJK) 2021
Parameter-parameter input/informasi
yang dibutuhkan untuk menghitung angka
stabilitas lereng dengan program bantu Plaxis
didapat dari basil perhitungan sifat fisis serta
watak mekanis tanah. Ada pula parameter-
parameter yang dibutuhkan merupakan: berat
volume, indeks plastis, kohesi serta sudut geser
dalam. Sebaliknya buat parameter• parameter
yang lain semacam modulus elastisitas tanah
Gambar 4 Rencana konstruksi Abutment Bridge-97 serta angka poisson didapat dengan memakai
Sumber: Gambar kerja, 2020 rumus korelasi. Buat mesh Plaxis, digunakan
3.3 Penentuan percepatan gempa jenis elemen segitiga plan strain dengan 15 node
Percepatan gempa ditentukan berdasarkan masing- masing elemen serta model Mohr-
SNI Gempa 03-1726-2002. Coulomb.
Tabel 2 Parameter-parameter untuk Perhitungan
PLAXIS
γdry γsat Φ C PI LL En V
Gambar 5 Peta percepatan gempa puncak (Peak Ground 4.1 Permodelan Kasus
Acceleration/PGA)
Sumber: RSA Indonesia, 2020 Model lereng ini dianalisis dengan tujuan
Kategori percepatan gempa tercantum pada untuk membandingkan antara metode
web RSA Indonesia, untuk daerah Walini keseimbangan batas (LEM) dan metode elemen
diperoleh nilai PGA = 0.4045, dan koefisien hingga (FEM) beberapa parameter dipelajari
gempa horizontal 0,5 x 0,4045 = 0,20. untuk memahami kemungkinan perbedaan
dalam perhitungan Safety Factor (FS).
3.4 Parameter Masukan Program Geo-5
53,84
48,00
40,00
32,00
28,00
20,00
12,00
16,00
20,00
24,00
28,00
32,00
36,00
40,00
44,00
48,00
52,00
56,00
60,00
64,00
68,00
72,00
76,00
80,00
84,00
88,00
92,00
96,42
4,00
8,00
0,00
339
Vol. 1 No. 1 (2021) Siregar, C. A. dkk (2021) Perbandingan Stabilitas Lereng antara Metode Keseimbangan Batas
(LEM) Dan Metode Elemen Hingga (FEM) (Studi Kasus Kereta Api Cepat Indonesia Cina
(KCIC) Walini, Kabupaten Bandung Barat)
1 Existing 0,87 0,86 0,89 0,87 0,91 import ke multipliers pada dynamic load.
2 Beban Mobilitas 0,83 0,77 0,82 0,82 0,82
3 Beban Mobilitas dan Gempa 0,65 0,63 0,65 0,65 0,65 Surface Load yang diberikan beban merata
4 Existing dengan tegangan efektif 0,85 0,82 0,87 0,85 0,89 12 Ton menjadi 147 kN pada 30 meter di arah
5 Beban mobilitas dengan tegangan efektif
0,76 0,73 0,78 0,78 0,78
sumbu-x selebar 6 meter, dan memodelkan
6 Beban Mobilitas dan Gempa pada tegangan efektif
dynamic surface untuk memasukan beban
0,67 0,66 0,67 0,67 0,68
dinamik yang sudah diolah dari nilai PGA (Peak
Ground Acceleration).
4.3 Hasil Analisa Kasus Geo 5 Slope Stability
Setelah tahapan Input geometri dan
Menggunakan Metode LEM
parameter pada Plaxis 3D selesai, dilanjutkan
Pada analisis menggunakan metode elemen
dengan tahap Running Mesh lalu ke tahap
hingga (FEM), program meminta user untuk
penentuan Water Level. Dan terakhir dilanjutkan
membuat topologi sebagai parameter dan acuan
pada tahap Stage construction yang mana akan
pada stage berikutnya yang menghasilkan
dipakai 2 jenis running plaxis, jenis pertama
bentuk mesh, setelah itu pengguna baru
initial phase yang menghitung plastic pada stage
menggunakan permodelan yang dikondisikan
konstruction awal dan yang kedua menghitung
sesuai yang tujuan. Pada proses topologi ini
Safety Factor Msf yang terjadi pada lereng.
program meminta parameter-parameter tanah
tambahan seperti poisson’s ratio (v), elastic
modulus (E), dan dilation angle (ψ).
340
Seminar Nasional Ketekniksipilan, Infrastruktur dan Industri Jasa Vol. 1 No. 1 (2021)
Konstruksi (KIIJK) 2021
Gambar 7. Hasil Faktor Keamanan pada FEM Plaxis 3D dengan Faktor yang Mempengaruhinya
Sumber: Analisis, 2020.
341
Vol. 1 No. 1 (2021) Siregar, C. A. dkk (2021) Perbandingan Stabilitas Lereng antara Metode Keseimbangan Batas
(LEM) Dan Metode Elemen Hingga (FEM) (Studi Kasus Kereta Api Cepat Indonesia Cina
(KCIC) Walini, Kabupaten Bandung Barat)
342
Seminar Nasional Ketekniksipilan, Infrastruktur dan Industri Jasa Vol. 1 No. 1 (2021)
Konstruksi (KIIJK) 2021
terlebih dahulu lalu menggunakan all Bowles, J. E., (1991), Sifat-sifat Fisis dan
method agar kita mengetahui range hasil Geoteknis Tanah. Jakarta: Erlangga.
perhitungan safety factor. Brinkgreve, R.B.J., dan P.
5. Pada input beban gempa Plaxis 3D Cernica, J. N. (1994). Geotechnical Engineering:
pengguna harus menghitung data nilai PGA Soil Mechanics. New York: John Wiley &
terlebih dahulu sehingga didapatkan grafik Sons.
Dinni, K. & Siregar, C. A. (2019). Analisis
akselerasi gempa.
Stabilitas Lereng Pada Jembatan Bridge 97
6. Perlu diperhatikan pada phase dan Jalur Kereta Api Cepat Indonesia-cina di
permodelan penampang struktur pada Walini, Kabupaten Bandung Barat
analisa menggunakan program FEM di Menggunakan Aplikasi Geo studio. Bandung:
Plaxis 3D agar urutan memenuhi standar Universitas Sangga Buana YPKP.
perhitungan analisa sehingga tidak terjadi Lambe, W. T., dan Whitman R. V. (1969), Soil
error dan kesalahan diskritasi yang besar. Mechanics. New York: John Wiley & Sons.
7. Dari hasil stabilitas lereng pada tugas akhir Pandiangan, A. M. T., Hosang, J. R. C., & Septanto,
ini, dapat disarankan agar bisa D. (2019). Upaya Penanganan Pasca Longsor
membedakan kapan analisis stabilitas Lintas Purwokerto – Kutoarjo (Studi Kasus KM
lereng menggunakan metode LEM dan 423+100 Stasiun Ijo-Tambak) Jurnal
kapan menggunakan metode FEM Perkeretaapian Indonesia, 3(2), 146–152.
berdasarkan kegunaan dan output yang Rojudin, D., Lutfi, M., & Taqwa, F. M. L. (2020).
diperlukan. Analisis Keamanan Lereng Galian Tanah Di
Area Pertambangan Bauksit (Studi Kasus di
Desa Pedalaman Kecamatan Tayan Hilir,
DAFTAR PUSTAKA Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat). Civil
Arief, I. (2016). Geoteknik Tambang: Mewujudkan Engineering, Environmental, Disaster and Risk
Produksi Tambang yang Berkelanjutan Management Symposium 2020, 1(1), 251–257.
dengan Menjaga Kestabilan Lereng. Jakarta: Siregar, C. A. (1997). Analisa Penanggulangan
PT. Gramedia. Longsoran di Tepi Sungai Mahakam.
Das, B.M., (1998), Mekanika Tanah (Prinsip- Bandung: Institut Teknologi Nasional
prinsip Rekayasa Geoteknik), Terj. oleh: Bandung.
Mochtar, N. E. & Mochtar, I. B., Jakarta: Siregar, C. A. (2017). Mekanika Tanah II (Soil
Erlangga. Mechanic II). Bandung: Universitas Sangga
Buana YPKP.
ASTM. (1999). D2850 - Standard Test Method for
Taqwa, F. M. L., Kholik, M., & Syaiful, S. (2017).
Unconsolidated-Undrained Triaxial
Perhitungan Faktor Keamanan dan Pemodelan
Compression Test on Cohesive Soils. Astm
Lereng Sanitary Landfill dengan Faktor
D2850, 4 (July 1995) Economics and
Keamanan Optimum di Klapanunggal, Bogor.
Management Science, vol. 1, 2012.
In Prosiding Seminar Nasional Teknologi dan
Vermeer, A. (1998). "PLAXIS Finite Element
Rekayasa. Malang: Universitas Muhammadiyah
Code for Soil and Rock Analyses", A.A.
Malang. http://research-report. umm. ac.
Balkema, Rotterdam, Brookfield.
id/index. php/sentra/article/view/1427.
Bishop, A.W. (1995) "The Use of the Slip Circle
in the Stability Analysis of
Slopes"Geotechnical, London, v.5, n., p.7-17,
343