01 April 2022
https://jurnal.ipb.ac.id/index.php/jsil DOI: 10.29244/jsil.7.1.17-32
1
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor Kampus
IPB Dramaga, PO BOX 220, Bogor, Jawa Barat, Indonesia
* Penulis korespondensi: khairurrijal19@gmail.com
1. Pendahuluan
Menciptakan dan meningkatkan kegiatan ekonomi memerlukan sarana in-
Diterima: 13 Juli 2021
frastruktur yang memadai. Sektor infrastruktur menjadi salah satu prioritas un-
Disetujui: 31 Maret 2022
Sitasi:
tuk mendorong laju pertumbuhan ekonomi nasional. Infrastruktur berperan
Khairurrijal; Fauzan, M.; Mentari, S. penting dalam peningkatan investasi dan memperluas jangkauan partisipasi
Kekuatan Struktur Jembatan ter- masyarakat, serta pemerataan hasil pembangunan. Semua fasilitas yang di-
hadap Beban Gempa (Studi Kasus:
perlukan masyarakat umum baik fisik maupun non fisik yang dibangun oleh
Jembatan Cisomang Tol Purbaleunyi
pemerintah untuk mendukung berbagai kegiatan masyarakat dalam kehidupan
STA 100+700). J. Teknik Sipil dan
Lingkungan. 2022; 7 (1): 17-32., sehari-hari disebut dengan infrastruktur
https://doi.org/10.29244/jsil.7.1.17- Melihat kondisi topografi Indonesia yang sangat beragam, menuntut
32 adanya fasilitas yang mempermudah mobilisasi penduduk seperti jembatan.
Jembatan adalah suatu bangunan yang memungkinkan menghubungkan jalan
satu dengan jalan lain yang menyilang, sungai, saluran air, lembah atau me-
nyilang jalan lain yang tidak sama permukaannya [1]. Jembatan Cisomang
merupakan bagian dari ruas Jalan Tol Cikampek-Padalarang yang terletak
pada STA 100+700 dengan tipe lintasan melintasi sungai Cisomang. Jembatan
ini dibangun pada tahun 2002 sehingga dibutuhkan analisis kekuatan dengan
acuan peraturan terbaru. Struktur atas pada Jembatan Cisomang berfungsi
memikul beban langsung dari berat sendiri, beban mati tambahan, beban lalu
lintas kendaraan, dan gaya rem [2].
JSIL | Khairurrijal dkk. : Kekuatan Struktur Jembatan terhadap Beban Gempa (Studi Kasus: Jembatan Cisomang Tol Purbaleunyi STA 100+700) 18
Kejadian gempa di Indonesia yang sering disebabkan oleh letak geografi Indonesia yang berada di
antara empat lempeng aktif tektonik yaitu tapal batas lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia, lempeng
Filipina, dan lempeng Pasifik [3]. Gempa merupakan bencana alam yang sampai saat ini masih sangat
sulit dan kompleks untuk diprediksi. Kejadian-kejadian gempa besar yang pernah terjadi di Indonesia,
mengisyaratkan bahwa upaya preventif perlu dilakukan dalam perancangan struktural pada suatu jem-
batan [4].
2. Metodologi
Penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai dengan Mei 2021. Penelitian dilakukan di Jembatan
Cisomang, Kabupaten Purwakarta, Provinsi Jawa Barat. Penelitian masih dapat dilakukan meskipun kon-
disi di tengah pandemi. Hal tersebut dikarenakan penelitian dilakukan menggunakan data sekunder. Lo-
kasi penelitian disajikan pada Gambar 1.
Prosedur penelitian diawali dengan pengumpulan data sekunder perencanaan Jembatan Cisomang.
Data sekunder as built drawing jembatan berupa data gambar dan dimensi girder, deck, pier head, dan
pier column serta data material jembatan dijadikan sebagai acuan untuk melakukan pemodelan dengan
software CSI Bridge ver 22. Hasil dari pemodelan dan analisis struktur dari software CSI Bridge ver 22
digunakan sebagai panduan untuk analisis kombinasi pembebanan terbesar, periode getar dan kekakuan
yang dialami jembatan, displacement, serta jumlah tulangan struktur jembatan. Diagram alir penelitian
disajikan pada Gambar 2.
JSIL | Khairurrijal dkk. : Kekuatan Struktur Jembatan terhadap Beban Gempa (Studi Kasus: Jembatan Cisomang Tol Purbaleunyi STA 100+700) 19
Jembatan Cisomang memiliki dua deck jembatan yang ditopang pada satu lokasi pier head. Ber-
dasarkan Tabel 1 tinggi pilar jembatan memiliki variasi yang beragam. Hal ini dapat terjadi karena
pengaruh kontur di bawah jembatan. Data teknis panjang span dapat dilihat pada Tabel 2.
JSIL | Khairurrijal dkk. : Kekuatan Struktur Jembatan terhadap Beban Gempa (Studi Kasus: Jembatan Cisomang Tol Purbaleunyi STA 100+700) 21
Keterangan:
MS = Beban sendiri
MA = Beban mati tambahan
PR = Pengaruh prategang
TD = Beban lajur “D”
TT = Beban truk “T”
TB = Gaya rem
EWs = Beban angin struktur
EWL = Beban angin kendaraan
EUn = Gaya akibat temperatur seragam
ET = Gaya akibat temperatur gradien
EQX = Beban gempa dalam arah X
EQY = Beban gempa dalam arah Y
Besarnya nilai NSPT dan VS secara berturut-turut adalah sebesar 28,21 dan 258,731 m/detik. Ber-
dasarkan klasifikasi kelas situs dari SNI 2833:2016 [8], nilai hasil uji penetrasi sandar rata-rata berada
pada rentang 15 sampai dengan 50. Nilai cepat rambat gelombang geser rata-rata berada pada rentang
175 sampai dengan 350 m/detik sehingga, tanah diklasifikasi kedalam situs tanah sedang (SD). Perhi-
tungan respon spektra dilakukan dengan nilai PGA sebesar 0,46 g, nilai SS sebesar 1,02 g, dan nilai S1
sebesar 0,45 g. Selanjutnya dilakukan penentuan faktor amplifikasi untuk PGA, 0,2 detik, dan 1 detik
menggunakan Tabel 6 dan Tabel 7.
Keterangan:
PGA adalah percepatan puncak batuan dasar sesuai peta percepatan puncak di batuan dasar (PGA)
untuk probabilitas terlampaui 7% dalam 75 tahun.
SS adalah parameter respons spektra percepatan gempa untuk periode pendek (T=0,2 detik) dengan
probabilitas terlampaui 7% dalam 75 tahun.
SS adalah lokasi yang memerlukan investigasi geoteknik dan analisis respons dinamik spesifik
Keterangan:
S1 adalah parameter respons spektra percepatan gempa untuk periode 1 detik dengan probabilitas ter-
lampaui 7% dalam 75 tahun.
SS adalah lokasi yang memerlukan investigasi geoteknik dan analisis respons dinamik spesifik.
Nilai faktor ampilifikasi untuk PGA (FPGA) didapatkan sebesar 1,041. Nilai faktor ampilfikasi untuk
percepatan respon spectral 0,2 detik (Fa) adalah sebesar 1,091. Nilai faktor ampilfikasi untuk percepatan
respon spectral 1 detik (Fv) adalah sebesar 1,548. Nilai faktor ampilifikasi FPGA, Fa, dan Fv selanjutnya
digunakan untuk melakukan perhitungan AS, SDS, dan SD1. Diagram respon spektrum Jembatan
Cisomang dapat dilihat pada Gambar 4. Nilai AS, SDS, dan SD1 dapat dilihat pada perhitungan sebagai
berikut.
1.2
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5
Periode, T (detik)
Berdasarkan data pada Tabel 18, Mode 1 sampai dengan mode 11 mengalami translasi yang
ditandai dengan deformasi pada satu arah sumbu saja. Rotasi terjadi pada mode 12 yang ditandai
dengan deformasi pada dua arah sumbu yaitu sumbu x dan sumbu z. Deformasi pada sumbu x terbesar
terjadi pada mode 3 sebesar 15 mm. Deformasi pada sumbu y terbesar terjadi pada mode 4 sebesar
0,004 mm. Deformasi pada sumbu z terbesar terjadi pada mode 12 sebesar 0,0012 mm. Nilai periode
mode getar pertama dan terbesar mewakili perilaku struktur jembatan secara keseluruhan sebesar 2,65
detik. Oleh karena itu, berdasarkan Perhitungan pada Lampiran 8 Nilai kekakuan dari struktur Jembatan
Cisomang didapatkan sebesar 176.682,1 kN/m.
Kekakuan struktur merupakan gaya yang diperlukan struktur ketika mengalami deformasi sebesar
satu satuan. Nilai kekakuan struktur ini tergantung dari material yang digunakan, dimensi elemen struktur,
penulangan, modulus elastisitas, dan momen inersia polar [11]. Nilai kekakuan dipengaruhi oleh
besarnya periode yang terjadi pada struktur. Semakin besar periode getar yang terjadi, maka kekakuan
struktur jembatan akan semakin kecil, begitu juga sebaliknya. Besarnya nilai kekakuan mempengaruhi
besarnya kemungkinan deformasi yang terjadi pada struktur jembatan. Semakin tinggi kekakuan, maka
deformasi yang terjadi semakin kecil yaitu struktur akan menjadi semakin kaku. Semakin kecil nilai
kekakuan, maka deformasi yang terjadi semakin besar yaitu struktur menjadi semakin fleksibel.
3.5. Analisis Displacement
Perpindahan posisi suatu objek terhadap posisi semula disbut dengan displacement. Analisis dis-
placement didasarkan pada kombinasi beban layan. Displacement terbesar yang terjadi pada studi kasus
Jembatan Cisomang ini terjadi pada kombinasi pembebanan layan 5. Nilai displacement maksimal yang
terjadi dapat dilihat pada Gambar 5.
Lendutan yang terjadi pada jembatan akibat beban rencana untuk daya layan pada Peraturan Pem-
bebanan untuk Jembatan Jalan Raya tidak melampaui 1/250 panjang bentang [12]. Berdasarkan Gambar
5 displacement terbesar terjadi pada bentang P4-P5 dengan panjang bentang 42 m, sehingga didapatkan
dispalcement yang diizinkan tidak lebih dari 168 mm. Lendutan maksimum terjadi pada 200,89 m dari
abutment A1 atau 51,24 m dari abutment A2. Nilai lendutan maksimum pada sumbu z sebesar -87,2 mm.
Displacement yang terjadi pada sumbu x dan sumbu y berturut-turut sebesar +7,2 mm dan -0,4 mm.
Besarnya perpindahan yang terjadi masih dibawah nilai displacement izin sebesar 168 mm.
JSIL | Khairurrijal dkk. : Kekuatan Struktur Jembatan terhadap Beban Gempa (Studi Kasus: Jembatan Cisomang Tol Purbaleunyi STA 100+700) 27
Displacement maksimum yang terjadi pada bentang P4-P5 dapat terjadi karena bentang tersebut meru-
pakan bentang terpanjang.
1
𝑀 𝑚𝑎𝑛𝑢𝑎𝑙 = 𝑞𝐿2
8
1 𝑘𝑁
𝑀 𝑚𝑎𝑛𝑢𝑎𝑙 = × 150,57 × (42 𝑚)2
8 𝑚
𝑀 𝑚𝑎𝑛𝑢𝑎𝑙 = 33201,5 𝑘𝑁𝑚
𝑀 𝑠𝑜𝑓𝑡𝑤𝑎𝑟𝑒 = 𝑀𝑚𝑎𝑥 + 𝑀𝑚𝑖𝑛
𝑀 𝑠𝑜𝑓𝑡𝑤𝑎𝑟𝑒 = 33145,85 + 64,23
𝑀 𝑠𝑜𝑓𝑡𝑤𝑎𝑟𝑒 = 33210,08 𝑘𝑁𝑚
𝑀 𝑚𝑎𝑛𝑢𝑎𝑙 ≈ 𝑀 𝑠𝑜𝑓𝑡𝑤𝑎𝑟𝑒
Hasil momen menggunakan perhitungan manual dan analisis software memiliki nilai yang hampir
sama. Oleh karena itu, analisis kekuatan Jembatan Cisomang menggunakan software CSI Bridge dapat
diterima. Adapun sedikit perbedaan yang terjadi disebabkan oleh perhitungan manual dan analisis soft-
ware menggunakan metode perhitungan yang berbeda. Selain itu, pada perhitungan menggunakan an-
alisis software juga mempertimbangkan faktor kemiringan vertikal pada jembatan.
Gambar 6 menunjukkan gaya dalam yang dihasilkan berupa beban aksial beban geser, torsi dan
juga momen pada kombinasi beban layan. Gaya aksial maksimum yang dihasilkan oleh kombinasi beban
layan sebesar -6948,03 kN. Nilai (-) menunjukkan arah gaya aksial menuju sumbu batang sedangkan
nilai (+) menunjukkan arah gaya aksial keluar dari sumbu batang. Gaya geser maksimum yang dihasilkan
oleh kombinasi beban layan sebesar -106,16 kN. Nilai (-) menunjukkan terjadi pergeseran ke bawah pada
sisi atas sedangkan nilai (+) menunjukkan terjadi pergeseran ke atas pada sisi bawah. Torsi maksimum
yang dihasilkan oleh kombinasi beban layan sebesar -1637,96 kNm. Nilai (-) menunjukkan torsi berputar
searah arah jarum jam sedangkan nilai (+) menunjukkan torsi berputar berlawanan arah dengan putaran
jarum jam. Momen lentur maksimum yang dihasilkan oleh kombinasi beban layan sebesar +57929,37
kNm. Nilai (+) menunjukkan elemen struktur melengkung ke bawah yang artinya sisa atas tertekan dan
sisi bawah tertarik, sedangkan nilai (-) menunjukkan elemen struktur melentur ke atas yang artinya sisi
atas tertarik dan sisi bawah tertekan.
Gambar 7 menunjukkan gaya dalam yang dihasikan berupa beban aksial beban geser, torsi dan juga
momen pada kombinasi beban ultimit. Gaya aksial maksimum yang dihasilkan kombinasi beban ultimit
sebesar -7243,61 kN. Gaya geser maksimum kombinasi beban ultimit didapatkan sebesar -429,97 kN.
Torsi yang dihasilkan oleh kombinasi beban ultimit sebesar -2846,73 kNm. Nilai momen lentur yang
dihasilkan program untuk kombinasi beban ultimit sebesar +96425,18 kNm.
Pilar Jembatan Cisomang terdiri atas dua jenis ukuran sebesar 1.000 x 1.250 mm dan 3.100 x 3.600
mm. Gaya aksial maksimum pada kombinasi beban ultimit pilar 1.000 x 1.250 mm sebesar -8.784,59 kN.
Gaya geser maksimum pada kombinasi beban ultimit pilar 1.000 x 1.250 mm sebesar -141,65 kN. Torsi
maksimum pada kombinasi beban ultimit pilar 1.000 x 1.250 mm sebesar -141,14 kNm. Momen lentur
maksimum pada kombinasi beban ultimit pilar 1.000 x 1.250 mm sebesar 524,20 kNm. Gaya aksial
maksimum pada kombinasi beban ultimit pilar 3.100 x 3.600 mm sebesar -20.571,36 kN. Gaya geser
maksimum pada kombinasi beban ultimit pilar 3.100 x 3.600 mm sebesar 1.301,07 kN. Torsi maksimum
JSIL | Khairurrijal dkk. : Kekuatan Struktur Jembatan terhadap Beban Gempa (Studi Kasus: Jembatan Cisomang Tol Purbaleunyi STA 100+700) 29
pada kombinasi beban ultimit pilar 3.100 x 3.600 mm sebesar -4.188,19 kNm. Momen lentur maksimum
pada kombinasi beban ultimit pilar 3.100 x 3.600 mm sebesar 25.530,2 kNm.
Berdasarkan Gambar 8 dan Gambar 9 dapat dilihat bahwa kedua jenis pilar aman akibat beban yang
bekerja. Gaya dalam maksimum yang bekerja masih dapat ditahan oleh struktur pilar. Hal ini dapat terjadi
karena nilai gaya aksial dan gaya momen maksimum yang terjadi pada pilar berada di area tekan (sisi
dalam kurva). Penggunaaan tulangan eksisting dengan tulangan utama 36D32 dan tulangan sengkang
D13-100 pada pilar 1.000 x 1.250 mm dapat menahan gaya dalam maksimum. Tulangan utama 100D22
dan tulangan sengkang D16-100 pada pilar 3.100 x 3.600 mm dapat menahan gaya dalam maksimum.
JSIL | Khairurrijal dkk. : Kekuatan Struktur Jembatan terhadap Beban Gempa (Studi Kasus: Jembatan Cisomang Tol Purbaleunyi STA 100+700) 31
4. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Jembatan Cisomang dimodelkan dalam bentuk simple beam dan segmental bridge. Jembatan
didesain dari abutment A1 sampai dengan abutment A2 berdasarkan data as built drawing
menggunakan software CSI Bridge.
2. Gaya dalam yang terjadi pada struktur berupa gaya aksial, gaya geser, torsi, dan momen dengan
nilai maksimum untuk kombinasi beban layan masing-masing sebesar -6.948,03 kN, -106,16 kN, -
1.637,96 kNm, dan +57.929,37, sedangkan untuk kombinasi beban ultimit masing-masing sebesar -
7.243,61 kN, -429,97 kN, -2.846,73 kNm, dan +96.425,18 kNm. Gaya aksial, gaya geser, torsi, dan
momen maksimum pada kombinasi beban ultimit pilar 1.000 x 1.250 mm berturut-turut sebesar -
8.784,59 kN, -141,65 kN, -141,14 kNm, dan 524,20 kNm, sedangkan untuk pilar 3.100 x 3.600 mm
berturut-turut sebesar -20.571,36 kN, 1.301,07 kN, -4.188,19 kNm, dan 25.530,2 kNm.
3. Terdapat 12 mode getar yang mungkin terjadi pada struktur jembatan, dan periode terbesar terjadi
pada mode 1 yaitu sebesar 2,649 detik yang mewakili prilaku struktur sehingga nilai kekakuan total
strukturnya sebesar 176.682,1 kN/m.
4. Displacement terbesar yang terjadi pada struktur sebesar 87,2 mm pada beban layan 5. Displace-
ment yang terjadi masih di bawah nilai displacement yang diijinkan sebesar 168 mm sehingga struktur
termasuk kategori aman.
5. Penulangan pada Jembatan Cisomang didapatkan sebagai berikut:
• Tendon dan tulangan lentur yang dibutuhkan girder sebesar 21 tendon dengan diameter 13 mm
dan 162 tulangan lentur dengan diameter 16 mm (162D16). Namun, tidak memenuhi syarat tulan-
gan lentur maksimum.
• Tulangan geser yang dibutuhkan girder sebesar 1 tulangan geser dengan diameter 9 mm spasi
100 mm. Luas tulangan girder yang diambil telah memenuhi syarat tulangan lentur minimum.
• Tulangan puntir yang dibutuhkan girder sebesar 2 tulangan dengan diameter 16 mm. Luas tulan-
gan puntir yang diambil telah memenuhi syarat tulangan puntir minimum.
• Tulangan eksisting pada pier column mampu menahan gaya dalam yang bekerja sehingga tidak
diperlukan tambahan tulangan.
Daftar Pustaka
[1] Hastuti FD, Sarma M, Manuwoto. Strategi peningkatan pertumbuhan ekonomi melalui investasi
infrastruktur jalan dan jembatan di Provinsi Banten. Jurnal Manajemen Pembangunan Daerah.
2016; 8(1): 56-70.
[2] Zarkasi I, Irpanni H, Arifien H. Penanganan Jembatan Cisomang ruas tol Cikampek-Padalarang:
pembelajaran penanganan jembatan akibat pergerakan tanah clay shale. Jurnal Himpunan
Pengembangan Jalan Indonesia. 2018; 4(1): 25-36.
[3] Hadi AL, Anjasmara IM, Yusfania M. Analisa kecepatan pergeseran di Wilayah Jawa Tengah
Bagian Selatan menggunakan GPS-CORS tahun 2013-2015. Jurnal Teknik Institut Teknologi
Sepuluh November. 2016; 5(2): 70-74.
[4] Naryanto HS. Analisis potensi kegempaan dan tsunami di kawasan pantai barat Lampung
kaitannya dengan mitigasi dan penataan kawasan. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia. 2008;
10(2): 71-77.
JSIL | Khairurrijal dkk. : Kekuatan Struktur Jembatan terhadap Beban Gempa (Studi Kasus: Jembatan Cisomang Tol Purbaleunyi STA 100+700) 32
[5] Octora DD. Analisis perkuatan pilar jembatan dengan metode jacketing memperhitungkan initial
load dan interface slip. [skripsi]. Bandung: Institut Teknologi Bandung. 2019.
[6] Purwanto GS. Penyusunan alir tunai (cash flow) biaya pelaksanaan konstruksi Jembatan
Cisomang – Jalan Tol Cipularang. [skripsi]. Bandung: Institut Teknologi Bandung, 2011.
[7] [BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2016a. Standar Pembebanan Untuk Jembatan. SNI
1725:2016. Jakarta (ID): BSN. 2016.
[8] [BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2016b. Standar Perencanaan Jembatan Terhadap Beban
Gempa. SNI 2833:2016. Jakarta (ID): BSN. 2016.
[9] Julinanda Y. Analisis perilaku struktur jembatan cable stayed Dr. Ir. Soekarno di Manado pada
tahap konstruksi. [skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor, 2016.
[10] Miranda D. Analisis pengaruh gempa terhadap perilaku jembatan cable stayed Dr. Ir. Soekarno
di Manado pada kondisi layan. [skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor, 2016.
[11] Harahap MF, Fauzan M. Analisis Perilaku Struktur Gedung Bertingkat Dengan Analisis Dinamik
Respon Spektrum Terhadap Beban Gempa. Jurnal Teknik Sipil dan Lingkungan. 2019; 4(3):
195-06.
[12] [BSN] Badan Standardisasi Nasional. Perencanaan Struktur Beton Untuk Jembatan. RSNI T-
02-2004. Jakarta (ID): BSN. 2004.
[13] Unas SE, Wibowo A, Kartikasari R. Analisis dan desain kolom biaxial berdasarkan SNI 03-2847-
2002 dengan menggunakan software Borland Delphi. Jurnal Rekayasa Sipil. 2007; 1(1): 43-56.