Anda di halaman 1dari 18

JGE (Jurnal Geofisika Eksplorasi)

Vol. 07 No. 03, November 2021 (238-255) https://doi.org/ 10.23960/jge.v7i3.158

ANALISIS KERENTANAN LERENG LOKASI


PEMBANGUNAN BENDUNGAN BENER KABUPATEN
PURWOREJO

SLOPE VULNERABILITY ANALYSIS OF BENER DAM


CONSTRUCTION SITE, PURWOREJO REGENCY

Daru Jaka Sasangka1*, Suhardi1, Didit Puji Riyanto1, Dian Insani2, Cristina Dwi2
1
Politeknik Pekerjaan Umum; Jl. Prof Sudharto, Tembalang; (024)7472848
2
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian PUPR, Jl Pattimura No.20 Kebayoran Baru

Received: 2021, August 29th Abstrak. Bendungan Bener berdiri di Formasi Kebobutak (Tmok) yang
Accepted: 2021, November 16th merupakan produk vulkanisme. Belum ada studi mengenai kerentanan lereng
lokasi pembangunan bendungan hingga saat ini, sehingga mitigasi kerentanan
lereng perlu dilakukan. Mitigasi kerentanan lereng dipelukan untuk mendapatkan
Keywords: langkah pencegahan terjadinya longsor terutama selama proses konstruksi. Dasar
AHP; Penentuan zona kerentanan mengacu data yang diperoleh dari overlay peta
Geology of engineering; geologi teknik, peta kemiringan lereng, dan peta situasi lokasi konstruksi. Data
Mitigation; tersebut antara lain kualitas massa batuan, kemiringan lereng, Intervensi
Slope vulnerability. konstruksi (galian baru) dan eksistensi penutup lahan serta tingkat pelapukan
yang kemudian diolah dengan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Hasil
analisis menunjukan bahwa lokasi pembangunan Bendungan Bener terdiri dari
Corespondent Email: empat zona kerentanan antara lain zona kerentanan lereng sangat rendah (5%),
darujakasasangka@gmail.com zona kerentanan lereng rendah (25%), zona kerentanan lereng sedang (50%), dan
zona kerentanan lereng tinggi (20%) yang berada di sebelah barat dan timur
bendungan inti. Bendungan Inti dan lokasi genangan dibangun di lokasi zona
kerentanan sangat rendah hingga sedang, sehingga galian untuk bendungan inti
tidak memerlukan penanganan khusus begitu juga lokasi genangan karena potensi
How to cite this article: sedimentasi dari pengaruh longsoran di sekitar bendungan kecil. Beberapa lokasi
konstruksi seperti jalan akses yang melewati lokasi dengan kerentanan lereng
Sasangka, D.J., Suhardi, Riyanto,
tinggi memerlukan penanganan segera seperti dengan shortcrete.
D.P., Insani, D., & Dwi, C.
(2021). Analisis Kerentanan
Abstract. The Bener Dam is located in the Kebobutak (Tmok). There is no study
Lereng Lokasi Pembangunan
on the slope vulnerability of the dam construction site to date, so it was necessary
Bendungan Bener Kabupaten
to mitigate slope vulnerability. Slope vulnerability mitigation was needed to get
Purworejo. Jurnal Geofisika
steps to prevent landslides, especially during the construction process. The basis for
Eksplorasi, 07(03), 238-255.
determining the vulnerability zone is data obtained from overlaying engineering
geology maps, slope maps, and construction site situation maps. The data include

238
Analisis Kerentanan Lereng Lokasi Pembangunan Bendungan Bener Sasangka et al
rock mass quality, slope, construction intervention, and the existence of land cover
and weathering levels, which were then processed using the Analytical Hierarchy
Process (AHP) method. The results of the analysis showed that the construction site
of the Bener Dam consists of four vulnerability zones, including the very low (5%),
the low (25%), the moderate (50%), and the high slope vulnerability zone (20%)
which were located to the west and east of the main dam. The Main Dam and
© 2021 JGE (Jurnal Geofisika inundation locations are built in very low to moderate vulnerability zones so that
Eksplorasi). This article is an open- excavations for the main dam don’t require special treatment. Access roads
access article distributed under the construction that passes through sites with high slope vulnerability zones requires
terms and conditions of the Creative
immediate treatment, such as shortcrete.
Commons Attribution (CC BY NC)

1. PENDAHULUAN pegunungan, kaki bukit dan tebing sungai


Bendungan bener merupakan bendungan dengan kemiringan lereng berkisar antara 21%
yang direncanakan menjadi salah satu sampai dengan 40%, dengan ketinggian 500
bendungan tertinggi di Indonesia (169 meter). meter sampai dengan 2000 meter di atas
Bendungan Bener merupakan bendungan yang permukaan laut, sedangkan Zona Berpotensi
akan dimanfaatkan antara lain untuk Longsor Tipe C Zona berpotensi longsor pada
menjamin pemenuhan air irigasi untuk daerah dataran tinggi, dataran rendah, dataran,
beberapa Daerah Irigasi (D.I.) di Kabupaten tebing sungai, atau lembah sungai dengan
Purworejo dan memenuhi kebutuhan air baku kemiringan lereng berkisar antara 0% sampai
sebesar ± 800 lt/dt untuk kebutuhan puncak dengan 20%, dengan ketinggian 0 sampai
sampai tahun 2050 di Kabupaten Purworejo dengan 500 meter di atas permukaan laut
(BBWS Serayu Opak, 2018). Melihat fungsi (Menteri Pekerjaan Umum, 2007). Sebagian
Bendungan Bener maka bendungan ini besar Kecamatan Bener merupakan Zona tipe
menjadi obyek vital negara. Berdiri di Formasi B dengan tingkat kerawanan sedang, dengan
Kebobutak (Tmok) terdiri produk vulkanisme litologi breksi andesit dan kemiringan Lereng,
purba berupa batuan beku sangat agak curam (14%-20%) termasuk di kawasan
menguntungkan dari sisi geologi namun untuk Desa Ketosari yang berdekatan dengan lokasi
memastikan kestabilan lereng disekitar penelitian di Desa Guntur (Indriani dkk.,
bendungan baik selama konstruksi dan masa 2017). Wilayah Desa Ketosari yang didominasi
operasi diperlukan banyak kajian lebih lanjut. batuan dasar breksi andesit memiliki kesamaan
Salah satu penelitian yang diperlukan adalah dengan daerah penelitian yang juga di
penilaian kerentanan lereng lokasi bendungan dominasi oleh batuan penyusun breksi andesit
terutama lokasi galian selama konstruksi (Sasangka dkk., 2020).
bendungan dan rencana lokasi genangan. Kondisi kecamatan bener yang mana
Kerentanan tinggi perlu diwaspadai terlebih Bendungan Bener dibangun disana tidak
jika lokasi tersebut merupakan lokasi terbebas dari potensi longsor, maka lokasi
konstruksi sehingga diperlukan langkah pembangunan bendungan diperlukan
pencegahan misal dengan memberikan penelitian yang lebih detail yang
shortcrete sebagai pencegahan terhadap memperhitungkan kondisi geologi teknik dan
ilfiltrasi air berlebih pada lereng. eksistensi penutup lahan yang belum pernah
Kecamatan Bener terdiri dari Zona dilakukan sebelumnya.
Berpotensi Longsor Tipe B dan Zona Penyelidikan tanah pada Bendungan Bener
Berpotensi Longsor Tipe C (Indriani dkk., berupa pemboran dalam lebih dari 30 titik
2017). Zona Berpotensi Longsor Tipe B sudah dilakukan antara rentan tahun 2015
merupakan daerah kaki gunung, kaki hingga 2019, baik di lokasi bendungan inti

239
JGE (Jurnal Geofisika Eksplorasi) 07 (03) 2021, 238-255

maupun pada lokasi terowongan pengelak. kerapatan struktur, curah hujan, tata air lereng,
Kondisi bawah permukaan dari korelasi data kegempaan dan vegetasi, kemudian seluruh
bor dalam dilokasi terowongan menunjukan parameter indikator tersebut dimasukan ke
adanya beberapa kondisi yang berbeda baik dalam matriks dan diberi nilai skala
dari jenis batuan vulkanik dan kualitas massa kepentingan yang disebut sebagai matriks
batuannya. Perbedaan tersebut terutama normalisasi AHP. Keputusan dalam
perbedaan kualitas massa batuan sangat menentukan skala kepentingan pada analisis
berpengaruh terhadap kestabilan terowongan AHP harus diuji konsisitensinya dengan
menyebabkan perbedaan sistem penyangga metode Eigenvector yang pertama dikenalkan
yang dibutuhkan (Sasangka dkk., 2019) oleh Saaty, (Sinarta dkk., 2016). Jika faktor
Pemanfatan data geologi teknik permukaan Consistency Ratio <10% atau 0,1 maka
belum dilakukan untuk analisa tingkat keputusan dalam menentukan tingkat
kerentanan lereng. Data permukaan dari kepentingan dapat diterima (Saaty, 2002).
pemetaan geologi teknik terutama data kualitas Metode penilaian tingkat kerentanan lereng
massa batuan dan tingkat kemiringan lereng dengan analytical hierarchy process (AHP)
dapat dijadikan parameter utama dalam secara keruangan (spasial) dapat
penentuan tingkat kerentanan lereng (gerakan memunculkan faktor yang paling dominan
tanah) dilokasi pembangunan bendungan memicu terjadinya gerakan tanah. Metode
bener. multi kriteria statistik ini membutuhkan
Dalam penentuan kerentanan lereng banyak data sehingga hasil akan tergantung
dengan beberapa parameter yang dianggap input datanya maka dari itu diperlukan
berpengaruh diperlukan bobot prioritas normalisasi data dan nilai konsistensi rasio
melalui metode proses hirarki analitik/Analytic yang kecil untuk mendapatkan nilai dengan
Hierarchy Process (AHP). Analisis kerentanan tingkat kepercayaan yang tinggi (Febriarta &
lereng dengan AHP dan beberapa faktor Wibowo, 2021).
pengaruh akan efektif dengan melakukan Pada dasarnya dalam memilih paramater
overlay beberapa peta setelah pembobotan dapat menggunakan beberapa cara diantaranya
faktor pengaruh dilakukan (Misbahudin dkk., dengan memperhatikan faktor penyebab
2017). longsoran secara umum berdasarkan
Metode AHP menggunakan pendekatan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
statistik untuk membuat keputusan multi No.22/PRT/M/2007 diantranya curah hujan
parameter, penggunaan AHP untuk yang tinggi, lereng yang terjal, lapisan tanah
kepentingan tertentu dapat menggunakan yang kurang padat dan tebal, jenis batuan
langkah–langkah yang dimulai dari pembuatan (litologi) yang kurang kuat, jenis tanaman dan
hirarki kemudian membuat matriks pola tanam yang tidak mendukung penguatan
perbandingan (Sinarta dkk., 2016). Secara lereng; getaran yang kuat (peralatan berat,
umum pembuatan hirarki dapat bersifat mesin pabrik, kendaraan bermotor), susutnya
subyektif dari pengalaman dan kondisi yang muka air danau/bendungan, beban tambahan
terkait menyesuaikan kebutuhan dan analisa seperti konstruksi bangunan dan kendaraan
data. Penentuan nilai kepentingan parameter angkutan, terjadinya pengikisan tanah atau
juga dengan melakukan intrepetasi yang erosi, adanya material timbunan pada tebing,
mengacu pada skala kepentingan relatif. Pada bekas longsoran lama yang tidak segera
lokasi pegunungan dengan material penyusun ditangani, adanya bidang diskontinuitas,
berumur Kuarter melibatkan tujuh parameter penggundulan hutan, dan/atau daerah
antara lain kelerengan, kondisi tanah, pembuangan sampah.

240
Analisis Kerentanan Lereng Lokasi Pembangunan Bendungan Bener Sasangka et al

Penentuan parameter longsoran untuk batuan dan eksistensi penutup lahan yang
analisis AHP juga dapat dengan membuat berbeda. Penentuan kerentanan lereng
kuisioner penilaian ahli terhadap derajat dilakukan dengan cara overlay map antara
kepentingan parameter yang ditampilkan beberapa peta yang memiliki informasi
dalam bentuk matriks perbandingan dianggap mempunyai kontribusi terhadap
(Ercanoglu dkk., 2008). stabilitas lereng seperti peta geologi teknik
Pengetahuan tingkat kerentanan lereng yang menunjukan kualitas massa batuan dan
dapat digunakan untuk antisipasi terhadap tingkat pelapukan, peta kemiringan lereng dan
potensi gerakan tanah terutama pada peta situasi yang menunjukan eksistensi
kerentanan tinggi sehingga saat konstruksi penutup lahan serta lokasi yang terintervensi
dilakukan pada lokasi tersebut dapat langsung karena galian konstruksi di lokasi
dipersiapkan penananganan. bendungan. Pada penelitian ini penentuan
kerentanan lereng menggunakan parameter
2. TINJAUAN PUSTAKA yang mempunyai kontribusi terhadap stabilitas
Stabilitas lereng dikontrol beberapa lereng tersebut di atas yang kemudian di
parameter anatara lain kekuatan material bobotkan untuk masing-masing kondisinya.
penyususun lereng baik tanah maupun batu, Penentuan kerentanan tidak dengan
kemiringan lereng, kondisi air tanah maupun melakukan perhitungan numerik faktor
intervensi terhadap lereng tersebut. Perbedaan keamanan pada lokasi penelitian.
kondisi tersebut menyebabkan perbedaan Setiap kondisi yang meliputi kualitas massa
stabilitas lereng yang secara otomatis juga batuan, kemiringan lereng, tingkat pelapukan
menyebabkan perbedaan tingkat kerentanan dan penutup lahan memiliki tingkat pengaruh
lerengnya. Daerah penelitian yang sebagian yang berbeda, begitu juga masing masing
besar tersusun atas batuan vulkanik sehingga kondisi yang termuat pada setiap peta
parameter kekuatannya dikontrol oleh kualitas memiliki kontribusi resiko yang berbeda
massa batuannya. Penentuan kualitas massa (Tabel 1). Maka dibutuhkan suatu analisis
batuan ditentukan dengan Rock Mass Rating yang dapat mengeluarkan bobot dari 4
(RMR). parameter utama, sehingga bobot tersebut
Selain jenis litologi dan kaulitas massa pada akhirnya dapat digunakan sebagai faktor
batuan yang berbeda, lokasi penelitian pengali dari kondisi masing–masing
memiliki kemiringan lereng, tingkat pelapukan parameter.

Tabel. 1. Kelas Kerentanan Masing–Masing Kondisi Setiap Parameter.


Kualitas Massa Kemiringan Tingkat
Tata Guna Lahan Kelas Kerentanan
Batuan Lereng Pelapukan
Fresh -
Good - Very Good Datar - Miring 1
Tegalan/ Hutan Moderately
Rock Breksi Andesit (0°- 8°) (Sangat Rendah)
Weathered
Good - Very Good Agak Curam Highly 2
Rock Breksi Polimik (8°- 16°) Weathered ( Rendah)
Fair Rock Mass Curam 3
Pemukiman
Quality (16°- 35°) (Sedang/Menengah )
Undifine Rock Mass
Sangat Curam Wilayah Completely 4
Quality (Residual
(35°- 55°) Konstruksi Weathered (Tinggi)
Soil)

241
JGE (Jurnal Geofisika Eksplorasi) 07 (03) 2021, 238-255

Pembobotan menggunakan metode konsistensi hirarki kemudian menghitung


Analytical Herarchy Process (AHP) yaitu teori nilai eigen dan menguji konsistensinya
pengukuran melalui perbandingan dengan Persamaan 1, Persamaan 2 dan
berpasangan dan bergantung pada penilaian Persamaan 3.
para ahli untuk memperoleh skala prioritas.
λ = (A × U) + (B × V) +
AHP termasuk dalam metode semi kualitatif (C × W) + (D × X) (1)
yang pada prinsipnya digunakan untuk
menyederhanakan persoalan menjadi suatu CI = (2)
hierarki yang sistematis mempertimbangkan
CR = (3)
banyak faktor sehingga di dapat keputusan
alternatif paling baik (Saaty, 2002). Langkah λmax merupakan nilai Eigen maksimal dari
untuk melakukan metode AHP adalah sebagai matriks, n adalah orde matriks, dan RI adalah
berikut (Saaty, 2002): adalah random index berdasarkan matriks.
a. Mengumpulkan semua parameter yang Perbedaan nilai random index tergantung pada
memberikan pengaruh terhadap masalah orde matriks yang digunakan, dimana nilai
dan solusi yang ada. tersebut dapat dilihat pada Tabel 3 (Pratiwi,
b. Membuat hirarki faktor yang paling 2019). Nilai jumlah rasio awal dan jumlah
penting dari semua faktor hingga yang normalisasi digunakan untuk menentukan
paling tidak memberikan dampak. nilai eigen maksimal dari matriks nilai
c. Merancang pairwise comparison atau Consistency Index (CI), dan Consistency Ratio
matriks perbandingan berpasangan untuk (CR) dengan menggunakan Persamaan 1,
menggambarkan intensitas pengaruh setiap Persamaan 2, dan Persamaan 3. Pembobotan
elemen menggunakan skala kepentingan dapat diterima jika nilai Consistency Ratio
yang ditunjukkan pada Tabel 2. (CR) <10%.
d. Membuat pembobotan setiap kriteria dan
kepentingan sesuai dengan tingkat

Tabel 2. Skala kepentingan elemen dalam penghitungan


metode AHP.

Tingkat Kepentingan Definisi


1 Sama penting
2 Lemah atau sedikit penting
3 Sedang
4 Lebih dari sedang
5 Penting
6 Lebih dari Penting
7 Jelas Lebih Penting
8 Sangat, sangat kuat
9 Sangat penting

Tabel 3. Nilai random index (RI) berdasarkan orde matriks.

Jumlah Orde 3 4 5 6 7 8 9 10
Nilai RI 0,58 0,9 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49

242
Analisis Kerentanan Lereng Lokasi Pembangunan Bendungan Bener Sasangka et al

Selain pembobotan metode ini pengontrol utama ketidakstabilan lereng


menggunakan empat kelas dengan longsoran lokasi eksisting pada penelitian ini
menggunakan nilai batas atas (upper bound) adalah kualitas massa batuan.
untuk tiap kelas, yaitu zona kerentanan Analisis kerentanan lereng dengan
gerakan tanah sangat rendah, zona kerentanan pembobotan menggunakan meotde AHP
gerakan tanah rendah, zona kerentanan pernah dilakukan di Kecamatan Sukatani dan
gerakan tanah menengah, dan zona di Kecamatan Plered, Kabupaten Purwakarta.
kerentanan gerakan tanah tinggi, yang Lokasi tersebut secara geologi didominasi oleh
kemudian dikalikan dengan faktor bobot yang soft rock yang termasuk batuan sedimen antara
sudah dibuat (Standar Nasional Indonesia, lain batulempung, batupasir, dan breksi
2005). Hasil yang detail dan akurat piroklastik (Misbahudin dkk., 2017). Pada
memerlukan overlay peta. Masing–masing penelitian tersebut menggunakan parameter
parameter pada setiap peta memiliki kelas geologi secara umum seperti litologi, struktur
kerentanan, sehingga perkalian antara nilai geologi, kemiringan lereng, relief relatif,
skor kerentanan yang terdiri dari 4 kelas diatas kebasahan lahan dan penutup lahan, dimana
dan bobot dari hasil analisis AHP di lakukan parameter dominan yang memiliki bobot
di setiap grid peta sebelum dibuat peta paling besar dalam analisis adalah faktor
kerentanan lereng yang utuh. kemiringan lereng, kemudian jenis litologi,
Penentuan kerentanan lereng dengan keberadaan struktur geologi, kebasahan lahan,
metode AHP digunakan oleh beberapa tutupan lahan dan terakhir relief relatif sebagai
peneliti. Lokasi Jalan Nasional Jalur Ponorogo parameter yang paling tidak dominan. Lokasi
Trenggalek yang terdiri dari beberapa satuan penelitian tersebut sebagian besar (80%)
batuan beku, dan dengan tingkat alterasi yang berada pada lokasi dengan kemiringan <15°,
beragam, menggunakan analisis AHP sehingga zona kerentanan sangat rendah
berdasarkan beberapa parameter data antara hingga rendah mendominasi lokasi penelitian
lain Kondisi Alterasi, Kemiringan Lereng, (84% dari total luas area penelitian). Sementara
Kualitas Massa Batuan dan Jenis Penutup itu, pada lokasi yang termasuk dalam tingkat
Lahan untuk menentukan zona kerentanan kerentanan menengah hingga tinggi dijumpai
lereng. Kondisi alterasi memiliki faktor longsoran yang cukup membahayakan di
pengaruh yang paling signifikan terhadap daerah penelitiannya (Misbahudin dkk., 2017).
kerentanan lereng, kemudian Kemiringan Untuk daerah penelitian dengan cakupan
Lereng, Kualitas Massa Batuan dan Jenis area yang tidak begitu luas (area konstruksi
Penutup Lahan, dimana Zona kerentanan bendungan) dimana variasi litologi dan
tinggi berada pada lokasi dengan intensitas kemiringan lerang yang sederhana, maka dua
alterasi yang intensif sehingga semakin parameter tersebut dapat diturunkan dampak
menurunkan kualitas batuan (Pratiwi, 2019). kepentingannya. Lokasi bendungan memiliki
Penentuan parameter input data antara satu variasi kualitas massa batuan yang beragam
tempat dan tempat lain sangat mungkin (Sasangka, 2021). Dari kondisi tersebut maka
berbeda, terutama pada lokasi penelitian yang kualitas massa batuan yang didalamnya
tidak mengalami alterasi hidrotermal seperti termasuk memuat jenis litologi menempati
disebutkan di atas maka parameter yang paling prioritas pertama tingkat kepentingan
signifikan akan lain. Salah satu penentuan terhadap stabilitas lereng, selain melihat bahwa
parameter utama dapat ditentukan dengan adanya longsoran eksisting di sekitar lokasi
melihat longsoran di lokasi eksisting. Faktor bendungan dikontrol oleh kualitas massa

243
JGE (Jurnal Geofisika Eksplorasi) 07 (03) 2021, 238-255

batuan yang rendah atau mengikuti patahan Empat paramater kualitas massa batuan,
yang ada. Faktor kemiringan lereng memiliki kemiringan lereng, intervensi konstruksi
pengaruh yang signifikan selanjutnya (galian baru) dan eksistensi penutup lahan,
kemudian setelahnya faktor eksistensi penutup dan tingkat pelapukan dianalisis skala
lahan dan faktor tingkat pelapukan batuan. kepentingan satu sama lain sesuai Tabel 2
Empat aspek dipertimbangkan dalam sehingga meendapatkan rasio perbandingan
menentukan zonasi kerentanan lereng pada awal AHP yaitu nilai A (variabel kualitas massa
penelitian ini, empat aspek tersebut batuan), B (variabel kemiringan lereng), C
menyesuaikan kondisi lokasi penelitian (variabel eksistensi penutup lahan) dan D
berdasarkan penelitian terdahulu yang pernah (variabel tingkat pelapukan) (Tabel 4 dan
dilakukan. Empat aspek yang diperhitungkan Tabel 5). Keempat variabel diatas digunakan
antara lain kualitas massa batuan, kemiringan untuk membagi masing-masing nilai
lereng, eksistensi lahan termasuk didalamnya perbandingan tingkat kepentingan antar
Intervensi konstruksi (galian baru) dan tingkat parameter yang tersaji di tabel 4 sehingga
pelapukan. didapatkan normalisasi AHP (Tabel 6). Dari
tabel normalisasi didapatkan variabel jumlah
3. METODE PENELITIAN normalisasi yaitu U (variabel kualitas massa
Dalam penelitian ini memperhitungkan batuan), V (variabel kemiringan lereng), W
empat parameter utama dalam menentukan (variabel eksistensi penutup lahan) dan X
tingkat kerentanan lereng terhadap longsor (variabel tingkat pelapukan) (Tabel 7).
yaitu kualitas massa batuan, kemiringan Variabel Jumlah rasio awal AHP dan variabel
lereng, eksistensi lahan termasuk didalamnya jumlah normalisasi AHP untuk masing masing
intervensi konstruksi (galian baru) dan tingkat parameter digunakan untuk menghitung nilai
pelapukan. Data kualitas massa batuan dan eigen maksimal dari matriks sesuai dengan
tingkat pelapukan didapatkan dari survey persamaan 3, yang kemudian digunakan untuk
pemetaan di lapangan. Data kemiringan lereng perhitungan Consistency Index (CI) dan
didapat dari analisis topografi dan pengamatan Consistency Ratio (CR). Jumlah normalisasi
lapangan. Sedangkan Intervensi konstruksi masing masing parameter (Tabel 7) juga
(galian baru) dan Eksistensi penutup lahan digunakan sebagai bobot pengali kelas tingkat
dari pengamatan lapangan dan peta situasi kerentanan masing masing kondisi di setiap
lokasi proyek. parameter (Tabel 1).
Tabel 4. Tabel rasio perbandingan awal AHP.

Intervensi Konstruksi (Galian


Kualitas Massa Kemiringan Tingkat
Parameter Baru) dan Eksistensi Penutup
Batuan Lereng Pelapukan
Lahan
Kualitas Massa Batuan 1 3 4 5

Kemiringan Lereng 0,33 1 2 4


Intervensi konstruksi
(galian baru) dan
0,25 0,5 1 2
Eksistensi penutup
lahan
Tingkat Pelapukan 0,2 0,25 0,5 1
Jumlah 1,78 4,75 7,5 12
Variabel A B C D

244
Analisis Kerentanan Lereng Lokasi Pembangunan Bendungan Bener Sasangka et al

Tabel 5. Tabel jumlah rasio awal.

Kualitas Massa Tingkat Intervensi Konstruksi dan


Parameter Kemiringan Lereng
Batuan Pelapukan Eksistensi Penutup Lahan

Jumlah 1,78 4,75 7,5 12


Variabel A B C D

Tabel 6. Normalisasi AHP.

Intervensi
Konstruksi
Kualitas (Galian
Kemiringan Tingkat Bobot
Parameter Massa Baru) dan Jumlah Variabel
Lereng Pelapukan Parameter
Batuan Eksistensi
Penutup
Lahan
Kualitas Massa
0,56 0,63 0,53 0,42 2,14 0,57 U
Batuan
Kemiringan
0,19 0,21 0,27 0,33 1 0,25 V
Lereng
Intervensi
Konstruksi
(Galian Baru) dan 0,14 0,11 0,13 0,17 0,55 0,14 W
Eksistensi
Penutup Lahan
Tingkat
0,11 0,05 0,07 0,08 0,28 0,07 X
Pelapukan
Jumlah 1,00 1,00 1,00 1,00 3,97 1,00

Tabel 7. Jumlah Normalisasi.

Intervensi Konstruksi
Kualitas Massa Kemiringan
Parameter Tingkat Pelapukan dan Eksistensi Penutup
Batuan Lereng
Lahan
Jumlah 0,57 0,25 0,14 0,07
Variabel U V W X

Skor kondisi pada masing masing paraneter rendah, dan nilai 0-1 merupakan zona
(Tabel 1) dikalikan dengan bobot parameter kerentanan gerakan sangat rendah. Nilai
(Tabel 7) didapatkanlah nilai tingkat tersebut didapatkan dari penjumlahan hasil
kerentanan. Penilaian tingkat kerentanan perkalian antara skor tingkat kerentanan
menggunakan nilai acuan dari 1 hingga 4 masing–masing parameter dengan bobot.
sesuai dengan Standar Nasional Indonesia, Penilaian tingkat kelas kerentanan
dimana nilai 3-4 merupakan zona kerentanan menentukan dalam penilaian tingkat
gerakan tanah tinggi, nilai 2-3 merupakan zona kerentanan ditentukan dengan perhitungan
kerentanan gerakan tanah sedang, nilai 1-2 nilai rock mass rating (RMR) permukaan
merupakan zona kerentanan gerakan tanah (Tabel 8).

245
JGE (Jurnal Geofisika Eksplorasi) 07 (03) 2021, 238-255

Tabel 8. Rating kualitas masa batuan RMR ((Bieniawski, 1989) dalam (Todd, 2014)).

Point
Strength Load 1-2 For this Range - Uniaxial
> 10 Mpa 4-10 Mpa 2 - 4 Mpa
of Intact Strength Mpa Compressive is preferred
Rock Index
1
of Intact Uniaxial
100 -250 50 - 100 25 - 50 5 - 25 1-5 <1
rock Comp. > 250 Mpa
Mpa Mpa Mpa Mpa Mpa Mpa
Strength
Rating 15 12 7 4 2 1 0
50 -
RQD 90 - 100% 75 - 90 % 25 - 50% <25%
2 75%
Rating 20 17 13 8 3
20 - 60
Spacing of Disc > 2m 0,6 - 2 m 6 - 20 cm < 6 cm
3 cm
Rating 20 15 10 8 5
Slightly Slightly
Very rough soft gauge
rough rough Slickensided surface
surface >5mm thick
surface surface
not separation separation or Gauge < 5mm or separation
Condition of continuous < 1mm < 1mm thick >5mm
4 Discontinuities Highly
Slightly or separation 1-
no separation weathered continuous
weathered 5mm
walls
unweathered
walls continuous
wall rock
Rating 30 25 20 10 0
completely
damp wet Dripping Flowing
5 Groundwater dry
15 10 7 4 0
IV V
I II III
Kelas Batuan Poor Very Poor
Very Good Rock Good Rock Fair Rock
Rock Rock
RMR 100 -81 61-80 41-60 21-40 < 21

246
Analisis Kerentanan Lereng Lokasi Pembangunan Bendungan Bener Sasangka et al

Tabel 9. Derajat pelapukan batuan (BS5930, 1981).

Term Description Degree

No visible sign of rock material weathering; perhaps slight


Fresh I
discolouration on major discontinuity surface
Disscolouration indicates weathering of rock material and
Slightly
discontinuity surface. All rock material may be discoloured by II
Weathered
weathering
Less than half of the rock material is decomposed or disintegrated to a
Moderately
soil. Fresh or discoloured rock is present either as a continuous III
Weathered
framework or as core stones
More than half of rock material is decomposed or disintegrated to a
Highly
soil. Fresh or discoloured rock is present either as a discontinous IV
weathered
framework as core stones.
Completely All rock material is decomposed and/or disintegrated to soil. The
V
Weathered original mass structure is still largely intact.
All rock material is converted to soil. The mass structure and material
Residual Soil fabric is destroyed. There is a large change in volume. But the soil has VI
not been significantly transported.

Peta kerentanan lereng terhadap longsoran kualitas massa batuan permukaan digunakan.
didapatkan dengan overlay map beberapa peta. Data kualitas massa batuan permukaan dan
Peta geologi teknik lokasi penelitian mewakili paremeter tingkat pelapukan dapat dilihat
kondisi kualitas massa batuan dan tingkat pada peta geologi teknik (Gambar 1).
pelapukan. Peta geomorfologi memberikan Kualitas Massa batuan dibagi menjadi lima
informasi kemiringan lereng dan peta situasi baik berdasarkan klasifikasi Rock Mass Rating
lokasi proyek memberikan informasi (RMR) maupun Klasifikasi Geological Strenght
Intervensi konstruksi (galian baru) dan Index (GSI) antara lain kualitas massa batuan
Eksistensi penutup lahan. Tingkat pelapukan sangat baik dengan nilai RMR 100-81 atau nilai
dapat dilihat pada peta geologi teknik dimana GSI 76-95, Kualitas massa batuan baik dengan
penentuan kerentanan berdasarkan beberapa nilai RMR 61-80 atau nilai GSI 56-75, kualitas
karakteristik (Tabel 9) (BS 5930, 2009). massa batuan sedang dengan nilai RMR 41-60
atau nilai GSI 41-55, kualitas massa batuan
4. HASIL DAN PEMBAHASAN buruk dengan nilai RMR atau GSI 21-40 dan
Breksi Vulkanik Andesit dan Breksi kualitas massa batuan sangat buruk dengan
Polimik merupakan penyusun utama lokasi nilai RMR atau GSI < 21 (Sivakugan, N.
pembangunan bendungan yang termasuk Kumar, S. Das, 2004). Lokasi penelitian
dalam Formasi Kebobutak (Tmok), dari data menggunakan terdiri dari tiga kualitas massa
permukaan lokasi bendungan inti dan batuan dari sedang – hingga sangat baik,
terowongan berada pada breksi vulkanik sedangkan baruan yang sudah terubah secara
andesit (Sasangka dkk., 2020). Data Litologi keseluruhan tidak bisa lagi dinilai kualitas
saja tidak cukup untuk menjadi parameter massa batuannya dan termasuk kedalam tanah
dalam penentuan zona kerentanan lereng oleh residu.
karena itu diperlukan informasi yang dalam Penelitian tidak menggunakan GSI untuk
yang lebih mempengaruhi kestabilan lereng menentukan kualitas massa batuan di
setempat oleh karena itu kemudian data

247
JGE (Jurnal Geofisika Eksplorasi) 07 (03) 2021, 238-255

lapangan, karena kondisi batuan beku adalah menentukan kelas kestabilan lereng batuan
anisotropik sehingga potensi keruntuhannya dengan tipe keruntuhan kinematik (Romana
adalah kinematik, dan GSI lebih baik dkk., 2015). SMR tidak digunakan untuk
digunakan untuk kondisi batuan yang menilai tingkat kerentanan lereng di artikel ini
isotropik (Hoek & Brown, 2019). Slope Mass karena penerapannya harus detail pada lokasi
Rating (SMR) merupakan salah satu metode lokasi tertentu yang sifatnya lokal dan dapat
penilaian kestabilan lereng yang berbasis dikembangkan pada penelitian selanjutnya.
kualitas massa batuan efektif digunakan utuk

Gambar 1. Peta geologi teknik lokasi penelitian.

Peta geologi teknik yang memuat kualitas weathered – residual soil menempati ± 20 %
massa batuan juga memberikan informasi dari semua lokasi penelitian. Breksi andesit fair
tingkat pelapukan. Breksi andesit completely rock highly weathered menempati ± 15 % dari

248
Analisis Kerentanan Lereng Lokasi Pembangunan Bendungan Bener Sasangka et al

semua lokasi penelitian. Breksi andesit fair penelitian merupakan batuan dibandingkan
rock fresh rock – moderately weathered tanah.
menempati ± 10% dari semua lokasi Data kemiringan lereng didapatkan dari
penelitian. Breksi andesit Good rock – very analisa peta topografi, klasifikasi kemiringan
good rock fresh rock – moderately weathered lereng dibagi menjadi datar atau hampir datar,
menempati ± 30 % dari semua lokasi landai, miring, agak curam, curam, sangat,
penelitian. Breksi polimik Good rock – very curam, curam ekstrim (Zuidam, 1986), namun
good fresh rock – slightly weathered menempati untuk keperluan penelitian dan berdasarkan
± 5 % dari semua lokasi penelitian. Breksi kondisi maka disederhanakan menjadi empat
polimik fair rock moderately - highly weathered klasifikasi yaitu Sangat Curam (350-550),
menempati ± 10 % dari semua lokasi Curam (160-350), Agak Curam (80-160),
penelitian. Di lokasi penelitian terdapat lokasi Datar – Miring (00-80) (Tabel 7). Berdasarkan
sisa longsoran pada kualitas massa batuan peta kemiringan lereng ini terlihat bahwa
sedang (fair rock), hal ini menjadi salah satu sebagian besar lokasi penelitian masuk
faktor tingkat kepentingan terhadap longsoran kedalam kemiringan lereng curam sekitar 50%
kualitas massa batuan menjadi paling tinggi (Gambar 2).
selain karena memang dominasi lokasi

Gambar 2. Peta kemiringan lereng.

249
JGE (Jurnal Geofisika Eksplorasi) 07 (03) 2021, 238-255

Peta kerentanan lereng terhadap longsoran digunakan untuk parameter masukan analisis
dibuat dengan memperhitungkan faktor– kerentanan lereng memberikan data yang baik
faktor diatas dan melihat pemanfaatan lahan, dalam klasifikasi kerentanan lereng. Hasil
kemudian perhitungan pembobotan dengan analisis menunjukan bahwa lokasi penelitian
analisis AHP. Pembobotan dapat diterima yaitu merupakan wilayah pembangunan
setalah perhitungan dengan persamaan (3) bendungan bener disusun oleh 4 zona
didapatkan nilai CR 0,0066. Nilai CR 0,0066 kerentanan antara lain zona kerentanan lreng
memenuhi syarat agar AHP dapat diterima sangat rendah (5%), zona kerentanan lereng
yaitu CR <10% sehingga analisis AHP ini dapat rendah (25%), zona kerentanan lereng sedang
diterima sebagai metode pembobotan 4 (50%), zona kerentanan lereng tinggi (20%)
parameter utama. Pemetaan detail yang (Gambar 3).

Gambar 3. Zona kerentanan lereng lokasi pembangunan Bendungan Bener dan


sekitarnya.

250
Analisis Kerentanan Lereng Lokasi Pembangunan Bendungan Bener Sasangka et al

4.1. Kerentanan Sangat Rendah - Rendah menengah, dengan tingkat pelapukan tinggi
Lokasi dengan tingkat kerentanan sangat dan kemiringan lereng yang curam, kondisi
rendah hingga rendah menempati ±30 % dari seperti itu akan menjadi lebih rentan (menjadi
total luas wilayah penelitian. Lokasi ini berada kerentanan tinggi) jika terdapat kegiatan
pada daerah aliran sungai dan sekitarnya yang penggalian disana. Zona kerentanan lereng
secara umum terdiri dari batuan breksi andesit sedang yang berada pada lokasi pembangunan
dengan kualitas massa batuan yang baik hingga bendungan maupun genangan sangat sedikit,
sangat baik. Sebagian besar lokasi selama tidak tersusun atas residual soil yang
pembangunan bendungan, terowongan dan tebal dan tidak ada intervensi konstruksi maka
lokasi genangan bendungan berada pada zona zona ini cukup aman baik selama konstruksi
kerentanan rendah yang berada pada bagian maupun operasi bendungan, namun perkuatan
tengah lokasi penelitian membentang dari pada lokasi-lokasi yang memang
utara ke selatan (Gambar 3). membutuhkan terutama jika terdapat
Lokasi ini berada di daerah pada elevasi penggalian di sana. Zona kerentanan lereng
yang lebih rendah dibandingkan dengan lokasi sedang berada di sebelah timur dan barat
lain di area penelitian. Faktor elevasi ini juga lokasi bendungan inti dengan elevasi yang
yang kemudian mendukung tingkat pelapukan lebih tinggi membentang dari utara ke selatan.
batuan disana tetap rendah bahkan tidak
lapuk, dan tanah penutup sangat tipis sehingga 4.3. Kerentanan Tinggi
tejadinya longsor sangat kecil Zona kerentanan tinggi yang menempati
kemungkinannya. Lokasi pembangunan sebagian kecil lokasi penelitian (±20%) berada
bendungan inti sebagian besar berada pada pada morfologi yang curam hingga sangat
lokasi dengan tingkat kerentanan rendah. curam yang tersusun oleh material residual
Lokasi genangan bendungan yang berada di soil, Keberadaan intervensi konstruksi (galian
sebelah utara dari bendungan inti, dimana baru) pada lokasi dengan kualitas massa
elevasi maksimalnya tidak lebih tinggi dari batuan sedang juga menyebabkan tingkat
elevasi bendungan inti berada pada tingkat kerentanan menjadi tinggi. Zona kerentanan
kerentanan lereng yang rendah, sehingga jika lereng tinggi berada setempat–setempat di
terjadi rapid draw down pada lokasi genangan sebelah timur dan barat lokasi bendungan inti
kemungkinan kecil mempengaruhi stabilitas dengan elevasi yang lebih tinggi. Kualitas
dari lereng di sekitar genangan. massa batuan yang dikontrol oleh struktur
geologi memiliki pengaruh yang signifikan
4.2. Kerentanan Sedang bahkan pada batuan completely weathered
Lokasi dengan tingkat kerentanan sedang hingga residual soil pola runtuhannya masih
mendominasi daerah penelitian dengan tingkat mengikuti kemenerusan struktur geologi pada
(±50%). Lokasi pembangunan inti bendungan batuan asalnya (Gambar 4). Lokasi dengan
sebagian kecil berada pada zona kerentanan tingkat kerentanan tinggi dapat dilakukan
lereng sedang, termasuk lokasi pembangunan penanganan pada saat penggalian seperti
terowongan. Zona kerentanan lereng sedang dengan melakukan penutupan lereng dengan
dapat terjadi pada lokasi yang tersusun oleh shortcrete (Gambar 4).
residual soil yang tebal dengan kemiringan
lereng agak curam hingga curam. Zona 4.4. Verifikasi Metode AHP
kerentanan lereng sedang juga dapat berada Pembobotan menggunakan metode
pada tempat yang material lerengnya batuan Analytical Herarchy Process (AHP) dapat
namun tesusun dengan kualitas massa batuan diterima jika nilai consistency ratio (CR) <10%

251
JGE (Jurnal Geofisika Eksplorasi) 07 (03) 2021, 238-255

atau <0,1. Nilai CR untuk penelitian ini adalah lokasi yang lebih sempit, sebagai contoh
Nilai CR 0,0066. penelitian menggunakan data geospasial di
Beberapa penelitian serupa menunjukan Mancang Pacar, Nusa Tenggara Timur
nilai yang berbeda sebagai contoh penelitan menggunakan parameter kemiringan lereng,
yang dilakukan di lokasi gunung api kuarter, jenis batuan, zona sesar (patahan), tata guna
Gunung Batur di Bali dengan menggunakan lahan, distribusi gerakan tanah (kejadian
tujuh parameter antara lain kelerengan, gerakan tanah), kegempaan, dancurah hujan
kondisi tanah, kerapatan struktur, curah hujan, menampilkan kemiringan lereng sebagai faktor
tata air lereng, kegempaan dan vegetasi, paramter dominan, dengan nilai CR dibawah
memunculkan kelerengan dan tata air tanah <10%, penelitian ini menunjukan bahwa
sebagai parameter dominan memiliki nilai CR wilayah mancang pacar sebagian besar berada
0,053 (Sinarta dkk., 2016). Kaldera Gunung pada zona kerentanan gerakan tanah
Batur yang memiliki kelerangan paling curam menengah seluas 147,65 km2 (33,53%) dan
yang berada pada 500 – 2000 mdpl berada merupakan wilayah yang mempunyai proporsi
pada ancaman tinggi, dan dibuktikan adanya kejadian gerakan tanah 10-25% dari total
beberapa longsoran eksisting di sekitar kaldera populasi kejadian. Zona kerentanan tinggi
(Sinarta dkk., 2016). memiliki proporsi kejadian lebih dari 25%
Parameter dalam analisis AHP akan menunjukan bahwa pembobotan dengan AHP
berbeda tergatung pada peneliti dan kondisi tidak bertolak belakang dari kondisi di
lokasi penelitian. Penelitian dengan lapangan dan dapat digunakan (Febriarta &
menggunakan data geospasial dengan lokasi Wibowo, 2021).
yang luas akan berbeda parameternya pada

Gambar 4. A&D Lereng dengan tingkat kerentanan tinggi, B. Penanganan lereng


dengan shortcrete pada lokasi zona kerentanan tinggi, C. Longsoran mengikuti pola
struktur geologi batuan asal.

252
Analisis Kerentanan Lereng Lokasi Pembangunan Bendungan Bener Sasangka et al

Penelitian di lokasi dengan dominasi tersebut memiliki kuat geser yang cukup
batuaN sedimen seperti batupasir dilakukan di tinggi.
daerah Sukatani dan Sekitarnya di Kabupaten Verifikasi efektifitas dari AHP penelitian ini
Purwakarta, menggunakan parameter litologi, dilakukan dengan verifikasi numeris dan
struktur, kemiringan lereng, relief relatif, verifikasi kondisi lapangan. Kemiringan lereng
kebasahan lahan dan tutupan lahan, menjadi faktor kedua pengontrol longsoran
memunculkan kemiringan lereng sebagai pada lokasi penelitian setelah kualitas massa
parameter dominan. Selain menguji nilai CR batuan dan terbukti bahwa beberapa lokasi
Penggunaan AHP diuji kefektifannya dengan galian tegak memiliki waktu bendiri (standup
melakukan verifikasi longsoran dengan time) yang cukup lama selama kualitas massa
melakukan pengamtan di lapangan bahwa batuan baik sebaliknya justru longsoran
longsoran dikontrol oleh kemiringan yang mengikuti pola bidang lemah bidang
curam sebagai faktor utama penyebab diskontinyuitas yang merupak bagian utama
(Misbahudin dkk., 2017). kontrol dari kualitas massa batuan (Gambar
Penelitian kali ini dilakukan di lokasi 4c). Lokasi yang ditandai rawan longsor berada
proyek pembangunan bendungan. pada lokasi dengan batuan yang memiliki nilai
Karakteristik lokasi ini berbeda dengan kualitas yang buruk.
penelitian penelitian yang telah disebutkan Perhitungan numeris untuk
sebelumnya. Lokasi penelitian yang lebih mengkonfirmasi penggunaan metode ini
sempit memiliki tujuan yang lebih spesifik dalam penentuan kerentanan lereng dilakukan
untuk mendukung dalam pelaksanaan proyek, pada inti bendungan yang merupakan lokasi
dan mengandalkan data data detail yang ada dengan kerentanan sedang. Hasil perhitungan
seperti pemetaan geologi teknik detail dan numeris analisis stabilitas lereng pada
pemetaan geologi detail. Pemetaan geologi kerentanan lereng sedang menunjukan nilai
teknik menghasilkan data persebaran kualitas angka aman lebih dari 2 (Gambar 5). Beberapa
massa batuan yang muncul sebagi faktor hal diatas menunjukan bahwa analisis AHP
dominan. Hal ini sesuai dengan kondisi yang dapat digunakan untuk analisis kerentanan
sebagian besar lokasi pembangunan lereng pada lokasi yang spesifik dengan data
bendungan memiliki tanah penutup yang detail karena tidak ditemukan adanya
relatif tipis antara 1–5 meter, dan tanah konstradiksi kondisi lapangan dengan zonasi
kerentanan lereng dengan metode AHP.

Gambar 5. Analisis numerik pada lokasi as bendungan dengan konsisi kerentanan lereng sedang.

253
JGE (Jurnal Geofisika Eksplorasi) 07 (03) 2021, 238-255

5. KESIMPULAN kerja bendungan serta semua pihak yang


a. Pembobotan dengan metode Analisis mendukung yang tidak dapat disebutkan satu
AHP dapat dilakukan dan digunakan per satu.
untuk memetakan kerentanan lereng di
lokasi yang spesifik seperti area DAFTAR PUSTAKA
pembangunan bendungan. berdasarkan BBWS Serayu Opak. (2018). Laporan geologi.
September.
analisis tersebut lokasi penelitian tersusun
Bieniawski, Z. T. (1989). Engineering Rock Mass
oleh empat zona kerentanan zona
Classifications Wiley & Sons, New York, p.
kerentanan lereng sangat rendah (5%),
251.
zona kerentanan lereng rendah (25%), http://www.dot.ca.gov/hq/esc/geotech/refere
zona kerentanan lereng sedang (50%), nces/Rockfall_References/05_Bieniawski_Eng
zona kerentanan lereng tinggi (20%). _Rx_Mass_Classification.pdf
b. Lokasi pembangunan bendungan inti dan BS 5930. (2009). Code of practice for site
terowongan berada pada daerah dengan investigations. British Standards Institution,
tingkat kerentanan rendah dan sedang, 1–192.
namun sebagian besar berada pada zona Ercanoglu, M., Kasmer, O., & Temiz, N. (2008).
kerentanan lereng rendah sehingga tidak Adaptation and comparison of expert
opinion to analytical hierarchy process for
memerlukan penanganan khusus saat
landslide susceptibility mapping. Bulletin of
ekskavasi saat konstruksi. Lokasi dengan
Engineering Geology and the Environment,
tingkat kerentanan rendah berada pada 67(4), 565–578.
bagian tengah lokasi penelitian https://doi.org/10.1007/s10064-008-0170-1
membentang dari utara ke selatan yang Febriarta, E., & Wibowo, Y. A. (2021). Kerentanan
merupakan lokasi daerah aliran sungai Gerakan Tanah Menggunakan Teknik
dan sekitarnya. Geospasial Statistik Di Macang Pacar, Nusa
c. Rencana lokasi genangan berada pada Tenggara Timur. Jurnal Geografi, 18(1), 9–20.
daerah dengan tingkat kerentanan lereng https://doi.org/10.15294/jg.v18i1.26234
rendah, sehingga jika terjadi rapid draw Hoek, E., & Brown, E. T. (2019). The Hoek–Brown
failure criterion and GSI – 2018 edition.
down pada lokasi genangan kemungkinan
Journal of Rock Mechanics and Geotechnical
kecil mempengaruhi stabilitas dari lereng
Engineering, 11(3), 445–463.
disekitar genangan, hal tersebut https://doi.org/10.1016/j.jrmge.2018.08.001
menguntungkan karena meminimalisir Indriani, Y.N., Sari Bahagiarti Kusumayudha. Heru
adanya laju sedimentasi pada bendungan Sigit Purwanto. (2017). Analisis Gerakan
yang disebabkan karena material longsor. Massa Berdasarkan Sifat Fisik Tanah.
d. Diperlukan penelitian selanjutnya untuk Mineral, Energi Dan Lingkungan, 1(2), 39–49.
mengkonfirmasi lokasi dengan 4 katagori Menteri Pekerjaan Umum. (2007). Peraturan
kerentanan dengan melakukan evaluasi Menteri Pekerjaan Umum No
analisis numeriknya. 22/PRT/M/2007 Tentang Pedoman Penataan
Ruang Kawasan Rawan Bencana Longsor.
UCAPAN TERIMA KASIH Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No.22/Prt/M/2007, 22, 1–148.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada
Misbahudin, Husna, A., Toriq, R., & Marwantho,
pihak pihak yang terlibat pada penelitian ini
A. (2017). Analisis kerentanan longsoran
antara lain Jajaran Direksi Politeknik
menggunakan proses hirarki analitik di
Pekerjaan Umum, Kepala Balai Besar Wilayah daerah Sukatani dan sekitarnya, Kabupaten
Sungai Serayu Opak dan jajarannya di satuan Purwakarta, Jawa Barat. Jurnal Lingkungan

254
Analisis Kerentanan Lereng Lokasi Pembangunan Bendungan Bener Sasangka et al

Dan Bencana Geologi, 8(1), 19–30. https://doi.org/10.23960/jge.v6i3.95


Pratiwi, R. B. (2019). EVALUASI PENGARUH Sinarta, I. N., Rifai, A., & Wilopo, W. (2016). Indeks
BATUAN TERALTERASI TERHADAP Ancaman Gerakan Tanah dengan Metode
KERENTANAN LONGSOR DI JALAN Analytic Hierarchy Process ( AHP ) untuk
JALUR PONOROGO – TRENGGALEK Km. Penataan Infrastruktur Kepariwisataan di
16+200 – Km. 23, PROVINSI JAWA TIMUR. Kawasan Geopark Gunung Batur, Kabupaten
Romana, M., Tomás, R., & Serón, J. B. (2015). Slope Bangli. Semin. Nas. KonsepSi#2 (Konsep Dan
Mass Rating (SMR) geomechanics Implementasi 2), Vol.1(1), 1–10.
classification: Thirty years review. 13th ISRM http://repository.warmadewa.ac.id/id/eprint/
International Congress of Rock Mechanics, 365/
2015-MAY(May), 1–10. Sivakugan, N. Kumar, S. Das, B. M. (2004). Rock
Saaty, T. L. (2002). Decision making with the Mechanics. In Encyclopedia of Geology.
Analytic Hierarchy Process. Scientia Iranica, https://doi.org/10.1016/B0-12-369396-
9(3), 215–229. 9/00224-0
https://doi.org/10.1504/ijssci.2008.017590 Todd, M. K. (2014). Rock mass classification
Sasangka, D. J. (2021). Analisis Metode Ekskavasi systems. Handbook of Geotechnical
Terowongan Pengelak Bendungan Bener Investigation and Design Tables, January
Berdasarkan Data Geologi Teknik. 9(85), 13– 2015, 287–304.
24. https://doi.org/10.1201/b16520-20
Sasangka, D. J., Indrawan, I. G. B., Taufik, R., & Zuidam, R. A. van. (1986). Aerial photo-
Insani, D. (2019). Modelling of Engineering interpretation in terrain analysis and
Geology Condition of Bener Dam Diversion geomorphologic mapping / Robert A. van
Tunnel Based on Surface and Subsurface Data Zuidam, with contributions from F.I. van
Ministry of Public Works and Housing of the Zuidam-Cancelado and other members of the
Republic of Indonesia , 2 Gadjah Mada staff of the International Institute for
University. JCY, 1–6. Aerospace Survey and Earth Sciences (ITC.
Sasangka, D. J., Insani, D., & Indrawan, I. G. B. Smits, Publishers.
(2020). Engineering Gology Model of Bener
Dam Diversion Tunnels in Geological Risk
Disaster Mitigation. Jurnal Geofisika
Eksplorasi, 6(3), 205–215.

255

Anda mungkin juga menyukai