Daru Jaka Sasangka1*, Suhardi1, Didit Puji Riyanto1, Dian Insani2, Cristina Dwi2
1
Politeknik Pekerjaan Umum; Jl. Prof Sudharto, Tembalang; (024)7472848
2
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian PUPR, Jl Pattimura No.20 Kebayoran Baru
Received: 2021, August 29th Abstrak. Bendungan Bener berdiri di Formasi Kebobutak (Tmok) yang
Accepted: 2021, November 16th merupakan produk vulkanisme. Belum ada studi mengenai kerentanan lereng
lokasi pembangunan bendungan hingga saat ini, sehingga mitigasi kerentanan
lereng perlu dilakukan. Mitigasi kerentanan lereng dipelukan untuk mendapatkan
Keywords: langkah pencegahan terjadinya longsor terutama selama proses konstruksi. Dasar
AHP; Penentuan zona kerentanan mengacu data yang diperoleh dari overlay peta
Geology of engineering; geologi teknik, peta kemiringan lereng, dan peta situasi lokasi konstruksi. Data
Mitigation; tersebut antara lain kualitas massa batuan, kemiringan lereng, Intervensi
Slope vulnerability. konstruksi (galian baru) dan eksistensi penutup lahan serta tingkat pelapukan
yang kemudian diolah dengan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Hasil
analisis menunjukan bahwa lokasi pembangunan Bendungan Bener terdiri dari
Corespondent Email: empat zona kerentanan antara lain zona kerentanan lereng sangat rendah (5%),
darujakasasangka@gmail.com zona kerentanan lereng rendah (25%), zona kerentanan lereng sedang (50%), dan
zona kerentanan lereng tinggi (20%) yang berada di sebelah barat dan timur
bendungan inti. Bendungan Inti dan lokasi genangan dibangun di lokasi zona
kerentanan sangat rendah hingga sedang, sehingga galian untuk bendungan inti
tidak memerlukan penanganan khusus begitu juga lokasi genangan karena potensi
How to cite this article: sedimentasi dari pengaruh longsoran di sekitar bendungan kecil. Beberapa lokasi
konstruksi seperti jalan akses yang melewati lokasi dengan kerentanan lereng
Sasangka, D.J., Suhardi, Riyanto,
tinggi memerlukan penanganan segera seperti dengan shortcrete.
D.P., Insani, D., & Dwi, C.
(2021). Analisis Kerentanan
Abstract. The Bener Dam is located in the Kebobutak (Tmok). There is no study
Lereng Lokasi Pembangunan
on the slope vulnerability of the dam construction site to date, so it was necessary
Bendungan Bener Kabupaten
to mitigate slope vulnerability. Slope vulnerability mitigation was needed to get
Purworejo. Jurnal Geofisika
steps to prevent landslides, especially during the construction process. The basis for
Eksplorasi, 07(03), 238-255.
determining the vulnerability zone is data obtained from overlaying engineering
geology maps, slope maps, and construction site situation maps. The data include
238
Analisis Kerentanan Lereng Lokasi Pembangunan Bendungan Bener Sasangka et al
rock mass quality, slope, construction intervention, and the existence of land cover
and weathering levels, which were then processed using the Analytical Hierarchy
Process (AHP) method. The results of the analysis showed that the construction site
of the Bener Dam consists of four vulnerability zones, including the very low (5%),
the low (25%), the moderate (50%), and the high slope vulnerability zone (20%)
which were located to the west and east of the main dam. The Main Dam and
© 2021 JGE (Jurnal Geofisika inundation locations are built in very low to moderate vulnerability zones so that
Eksplorasi). This article is an open- excavations for the main dam don’t require special treatment. Access roads
access article distributed under the construction that passes through sites with high slope vulnerability zones requires
terms and conditions of the Creative
immediate treatment, such as shortcrete.
Commons Attribution (CC BY NC)
239
JGE (Jurnal Geofisika Eksplorasi) 07 (03) 2021, 238-255
maupun pada lokasi terowongan pengelak. kerapatan struktur, curah hujan, tata air lereng,
Kondisi bawah permukaan dari korelasi data kegempaan dan vegetasi, kemudian seluruh
bor dalam dilokasi terowongan menunjukan parameter indikator tersebut dimasukan ke
adanya beberapa kondisi yang berbeda baik dalam matriks dan diberi nilai skala
dari jenis batuan vulkanik dan kualitas massa kepentingan yang disebut sebagai matriks
batuannya. Perbedaan tersebut terutama normalisasi AHP. Keputusan dalam
perbedaan kualitas massa batuan sangat menentukan skala kepentingan pada analisis
berpengaruh terhadap kestabilan terowongan AHP harus diuji konsisitensinya dengan
menyebabkan perbedaan sistem penyangga metode Eigenvector yang pertama dikenalkan
yang dibutuhkan (Sasangka dkk., 2019) oleh Saaty, (Sinarta dkk., 2016). Jika faktor
Pemanfatan data geologi teknik permukaan Consistency Ratio <10% atau 0,1 maka
belum dilakukan untuk analisa tingkat keputusan dalam menentukan tingkat
kerentanan lereng. Data permukaan dari kepentingan dapat diterima (Saaty, 2002).
pemetaan geologi teknik terutama data kualitas Metode penilaian tingkat kerentanan lereng
massa batuan dan tingkat kemiringan lereng dengan analytical hierarchy process (AHP)
dapat dijadikan parameter utama dalam secara keruangan (spasial) dapat
penentuan tingkat kerentanan lereng (gerakan memunculkan faktor yang paling dominan
tanah) dilokasi pembangunan bendungan memicu terjadinya gerakan tanah. Metode
bener. multi kriteria statistik ini membutuhkan
Dalam penentuan kerentanan lereng banyak data sehingga hasil akan tergantung
dengan beberapa parameter yang dianggap input datanya maka dari itu diperlukan
berpengaruh diperlukan bobot prioritas normalisasi data dan nilai konsistensi rasio
melalui metode proses hirarki analitik/Analytic yang kecil untuk mendapatkan nilai dengan
Hierarchy Process (AHP). Analisis kerentanan tingkat kepercayaan yang tinggi (Febriarta &
lereng dengan AHP dan beberapa faktor Wibowo, 2021).
pengaruh akan efektif dengan melakukan Pada dasarnya dalam memilih paramater
overlay beberapa peta setelah pembobotan dapat menggunakan beberapa cara diantaranya
faktor pengaruh dilakukan (Misbahudin dkk., dengan memperhatikan faktor penyebab
2017). longsoran secara umum berdasarkan
Metode AHP menggunakan pendekatan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
statistik untuk membuat keputusan multi No.22/PRT/M/2007 diantranya curah hujan
parameter, penggunaan AHP untuk yang tinggi, lereng yang terjal, lapisan tanah
kepentingan tertentu dapat menggunakan yang kurang padat dan tebal, jenis batuan
langkah–langkah yang dimulai dari pembuatan (litologi) yang kurang kuat, jenis tanaman dan
hirarki kemudian membuat matriks pola tanam yang tidak mendukung penguatan
perbandingan (Sinarta dkk., 2016). Secara lereng; getaran yang kuat (peralatan berat,
umum pembuatan hirarki dapat bersifat mesin pabrik, kendaraan bermotor), susutnya
subyektif dari pengalaman dan kondisi yang muka air danau/bendungan, beban tambahan
terkait menyesuaikan kebutuhan dan analisa seperti konstruksi bangunan dan kendaraan
data. Penentuan nilai kepentingan parameter angkutan, terjadinya pengikisan tanah atau
juga dengan melakukan intrepetasi yang erosi, adanya material timbunan pada tebing,
mengacu pada skala kepentingan relatif. Pada bekas longsoran lama yang tidak segera
lokasi pegunungan dengan material penyusun ditangani, adanya bidang diskontinuitas,
berumur Kuarter melibatkan tujuh parameter penggundulan hutan, dan/atau daerah
antara lain kelerengan, kondisi tanah, pembuangan sampah.
240
Analisis Kerentanan Lereng Lokasi Pembangunan Bendungan Bener Sasangka et al
Penentuan parameter longsoran untuk batuan dan eksistensi penutup lahan yang
analisis AHP juga dapat dengan membuat berbeda. Penentuan kerentanan lereng
kuisioner penilaian ahli terhadap derajat dilakukan dengan cara overlay map antara
kepentingan parameter yang ditampilkan beberapa peta yang memiliki informasi
dalam bentuk matriks perbandingan dianggap mempunyai kontribusi terhadap
(Ercanoglu dkk., 2008). stabilitas lereng seperti peta geologi teknik
Pengetahuan tingkat kerentanan lereng yang menunjukan kualitas massa batuan dan
dapat digunakan untuk antisipasi terhadap tingkat pelapukan, peta kemiringan lereng dan
potensi gerakan tanah terutama pada peta situasi yang menunjukan eksistensi
kerentanan tinggi sehingga saat konstruksi penutup lahan serta lokasi yang terintervensi
dilakukan pada lokasi tersebut dapat langsung karena galian konstruksi di lokasi
dipersiapkan penananganan. bendungan. Pada penelitian ini penentuan
kerentanan lereng menggunakan parameter
2. TINJAUAN PUSTAKA yang mempunyai kontribusi terhadap stabilitas
Stabilitas lereng dikontrol beberapa lereng tersebut di atas yang kemudian di
parameter anatara lain kekuatan material bobotkan untuk masing-masing kondisinya.
penyususun lereng baik tanah maupun batu, Penentuan kerentanan tidak dengan
kemiringan lereng, kondisi air tanah maupun melakukan perhitungan numerik faktor
intervensi terhadap lereng tersebut. Perbedaan keamanan pada lokasi penelitian.
kondisi tersebut menyebabkan perbedaan Setiap kondisi yang meliputi kualitas massa
stabilitas lereng yang secara otomatis juga batuan, kemiringan lereng, tingkat pelapukan
menyebabkan perbedaan tingkat kerentanan dan penutup lahan memiliki tingkat pengaruh
lerengnya. Daerah penelitian yang sebagian yang berbeda, begitu juga masing masing
besar tersusun atas batuan vulkanik sehingga kondisi yang termuat pada setiap peta
parameter kekuatannya dikontrol oleh kualitas memiliki kontribusi resiko yang berbeda
massa batuannya. Penentuan kualitas massa (Tabel 1). Maka dibutuhkan suatu analisis
batuan ditentukan dengan Rock Mass Rating yang dapat mengeluarkan bobot dari 4
(RMR). parameter utama, sehingga bobot tersebut
Selain jenis litologi dan kaulitas massa pada akhirnya dapat digunakan sebagai faktor
batuan yang berbeda, lokasi penelitian pengali dari kondisi masing–masing
memiliki kemiringan lereng, tingkat pelapukan parameter.
241
JGE (Jurnal Geofisika Eksplorasi) 07 (03) 2021, 238-255
Jumlah Orde 3 4 5 6 7 8 9 10
Nilai RI 0,58 0,9 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49
242
Analisis Kerentanan Lereng Lokasi Pembangunan Bendungan Bener Sasangka et al
243
JGE (Jurnal Geofisika Eksplorasi) 07 (03) 2021, 238-255
batuan yang rendah atau mengikuti patahan Empat paramater kualitas massa batuan,
yang ada. Faktor kemiringan lereng memiliki kemiringan lereng, intervensi konstruksi
pengaruh yang signifikan selanjutnya (galian baru) dan eksistensi penutup lahan,
kemudian setelahnya faktor eksistensi penutup dan tingkat pelapukan dianalisis skala
lahan dan faktor tingkat pelapukan batuan. kepentingan satu sama lain sesuai Tabel 2
Empat aspek dipertimbangkan dalam sehingga meendapatkan rasio perbandingan
menentukan zonasi kerentanan lereng pada awal AHP yaitu nilai A (variabel kualitas massa
penelitian ini, empat aspek tersebut batuan), B (variabel kemiringan lereng), C
menyesuaikan kondisi lokasi penelitian (variabel eksistensi penutup lahan) dan D
berdasarkan penelitian terdahulu yang pernah (variabel tingkat pelapukan) (Tabel 4 dan
dilakukan. Empat aspek yang diperhitungkan Tabel 5). Keempat variabel diatas digunakan
antara lain kualitas massa batuan, kemiringan untuk membagi masing-masing nilai
lereng, eksistensi lahan termasuk didalamnya perbandingan tingkat kepentingan antar
Intervensi konstruksi (galian baru) dan tingkat parameter yang tersaji di tabel 4 sehingga
pelapukan. didapatkan normalisasi AHP (Tabel 6). Dari
tabel normalisasi didapatkan variabel jumlah
3. METODE PENELITIAN normalisasi yaitu U (variabel kualitas massa
Dalam penelitian ini memperhitungkan batuan), V (variabel kemiringan lereng), W
empat parameter utama dalam menentukan (variabel eksistensi penutup lahan) dan X
tingkat kerentanan lereng terhadap longsor (variabel tingkat pelapukan) (Tabel 7).
yaitu kualitas massa batuan, kemiringan Variabel Jumlah rasio awal AHP dan variabel
lereng, eksistensi lahan termasuk didalamnya jumlah normalisasi AHP untuk masing masing
intervensi konstruksi (galian baru) dan tingkat parameter digunakan untuk menghitung nilai
pelapukan. Data kualitas massa batuan dan eigen maksimal dari matriks sesuai dengan
tingkat pelapukan didapatkan dari survey persamaan 3, yang kemudian digunakan untuk
pemetaan di lapangan. Data kemiringan lereng perhitungan Consistency Index (CI) dan
didapat dari analisis topografi dan pengamatan Consistency Ratio (CR). Jumlah normalisasi
lapangan. Sedangkan Intervensi konstruksi masing masing parameter (Tabel 7) juga
(galian baru) dan Eksistensi penutup lahan digunakan sebagai bobot pengali kelas tingkat
dari pengamatan lapangan dan peta situasi kerentanan masing masing kondisi di setiap
lokasi proyek. parameter (Tabel 1).
Tabel 4. Tabel rasio perbandingan awal AHP.
244
Analisis Kerentanan Lereng Lokasi Pembangunan Bendungan Bener Sasangka et al
Intervensi
Konstruksi
Kualitas (Galian
Kemiringan Tingkat Bobot
Parameter Massa Baru) dan Jumlah Variabel
Lereng Pelapukan Parameter
Batuan Eksistensi
Penutup
Lahan
Kualitas Massa
0,56 0,63 0,53 0,42 2,14 0,57 U
Batuan
Kemiringan
0,19 0,21 0,27 0,33 1 0,25 V
Lereng
Intervensi
Konstruksi
(Galian Baru) dan 0,14 0,11 0,13 0,17 0,55 0,14 W
Eksistensi
Penutup Lahan
Tingkat
0,11 0,05 0,07 0,08 0,28 0,07 X
Pelapukan
Jumlah 1,00 1,00 1,00 1,00 3,97 1,00
Intervensi Konstruksi
Kualitas Massa Kemiringan
Parameter Tingkat Pelapukan dan Eksistensi Penutup
Batuan Lereng
Lahan
Jumlah 0,57 0,25 0,14 0,07
Variabel U V W X
Skor kondisi pada masing masing paraneter rendah, dan nilai 0-1 merupakan zona
(Tabel 1) dikalikan dengan bobot parameter kerentanan gerakan sangat rendah. Nilai
(Tabel 7) didapatkanlah nilai tingkat tersebut didapatkan dari penjumlahan hasil
kerentanan. Penilaian tingkat kerentanan perkalian antara skor tingkat kerentanan
menggunakan nilai acuan dari 1 hingga 4 masing–masing parameter dengan bobot.
sesuai dengan Standar Nasional Indonesia, Penilaian tingkat kelas kerentanan
dimana nilai 3-4 merupakan zona kerentanan menentukan dalam penilaian tingkat
gerakan tanah tinggi, nilai 2-3 merupakan zona kerentanan ditentukan dengan perhitungan
kerentanan gerakan tanah sedang, nilai 1-2 nilai rock mass rating (RMR) permukaan
merupakan zona kerentanan gerakan tanah (Tabel 8).
245
JGE (Jurnal Geofisika Eksplorasi) 07 (03) 2021, 238-255
Tabel 8. Rating kualitas masa batuan RMR ((Bieniawski, 1989) dalam (Todd, 2014)).
Point
Strength Load 1-2 For this Range - Uniaxial
> 10 Mpa 4-10 Mpa 2 - 4 Mpa
of Intact Strength Mpa Compressive is preferred
Rock Index
1
of Intact Uniaxial
100 -250 50 - 100 25 - 50 5 - 25 1-5 <1
rock Comp. > 250 Mpa
Mpa Mpa Mpa Mpa Mpa Mpa
Strength
Rating 15 12 7 4 2 1 0
50 -
RQD 90 - 100% 75 - 90 % 25 - 50% <25%
2 75%
Rating 20 17 13 8 3
20 - 60
Spacing of Disc > 2m 0,6 - 2 m 6 - 20 cm < 6 cm
3 cm
Rating 20 15 10 8 5
Slightly Slightly
Very rough soft gauge
rough rough Slickensided surface
surface >5mm thick
surface surface
not separation separation or Gauge < 5mm or separation
Condition of continuous < 1mm < 1mm thick >5mm
4 Discontinuities Highly
Slightly or separation 1-
no separation weathered continuous
weathered 5mm
walls
unweathered
walls continuous
wall rock
Rating 30 25 20 10 0
completely
damp wet Dripping Flowing
5 Groundwater dry
15 10 7 4 0
IV V
I II III
Kelas Batuan Poor Very Poor
Very Good Rock Good Rock Fair Rock
Rock Rock
RMR 100 -81 61-80 41-60 21-40 < 21
246
Analisis Kerentanan Lereng Lokasi Pembangunan Bendungan Bener Sasangka et al
Peta kerentanan lereng terhadap longsoran kualitas massa batuan permukaan digunakan.
didapatkan dengan overlay map beberapa peta. Data kualitas massa batuan permukaan dan
Peta geologi teknik lokasi penelitian mewakili paremeter tingkat pelapukan dapat dilihat
kondisi kualitas massa batuan dan tingkat pada peta geologi teknik (Gambar 1).
pelapukan. Peta geomorfologi memberikan Kualitas Massa batuan dibagi menjadi lima
informasi kemiringan lereng dan peta situasi baik berdasarkan klasifikasi Rock Mass Rating
lokasi proyek memberikan informasi (RMR) maupun Klasifikasi Geological Strenght
Intervensi konstruksi (galian baru) dan Index (GSI) antara lain kualitas massa batuan
Eksistensi penutup lahan. Tingkat pelapukan sangat baik dengan nilai RMR 100-81 atau nilai
dapat dilihat pada peta geologi teknik dimana GSI 76-95, Kualitas massa batuan baik dengan
penentuan kerentanan berdasarkan beberapa nilai RMR 61-80 atau nilai GSI 56-75, kualitas
karakteristik (Tabel 9) (BS 5930, 2009). massa batuan sedang dengan nilai RMR 41-60
atau nilai GSI 41-55, kualitas massa batuan
4. HASIL DAN PEMBAHASAN buruk dengan nilai RMR atau GSI 21-40 dan
Breksi Vulkanik Andesit dan Breksi kualitas massa batuan sangat buruk dengan
Polimik merupakan penyusun utama lokasi nilai RMR atau GSI < 21 (Sivakugan, N.
pembangunan bendungan yang termasuk Kumar, S. Das, 2004). Lokasi penelitian
dalam Formasi Kebobutak (Tmok), dari data menggunakan terdiri dari tiga kualitas massa
permukaan lokasi bendungan inti dan batuan dari sedang – hingga sangat baik,
terowongan berada pada breksi vulkanik sedangkan baruan yang sudah terubah secara
andesit (Sasangka dkk., 2020). Data Litologi keseluruhan tidak bisa lagi dinilai kualitas
saja tidak cukup untuk menjadi parameter massa batuannya dan termasuk kedalam tanah
dalam penentuan zona kerentanan lereng oleh residu.
karena itu diperlukan informasi yang dalam Penelitian tidak menggunakan GSI untuk
yang lebih mempengaruhi kestabilan lereng menentukan kualitas massa batuan di
setempat oleh karena itu kemudian data
247
JGE (Jurnal Geofisika Eksplorasi) 07 (03) 2021, 238-255
lapangan, karena kondisi batuan beku adalah menentukan kelas kestabilan lereng batuan
anisotropik sehingga potensi keruntuhannya dengan tipe keruntuhan kinematik (Romana
adalah kinematik, dan GSI lebih baik dkk., 2015). SMR tidak digunakan untuk
digunakan untuk kondisi batuan yang menilai tingkat kerentanan lereng di artikel ini
isotropik (Hoek & Brown, 2019). Slope Mass karena penerapannya harus detail pada lokasi
Rating (SMR) merupakan salah satu metode lokasi tertentu yang sifatnya lokal dan dapat
penilaian kestabilan lereng yang berbasis dikembangkan pada penelitian selanjutnya.
kualitas massa batuan efektif digunakan utuk
Peta geologi teknik yang memuat kualitas weathered – residual soil menempati ± 20 %
massa batuan juga memberikan informasi dari semua lokasi penelitian. Breksi andesit fair
tingkat pelapukan. Breksi andesit completely rock highly weathered menempati ± 15 % dari
248
Analisis Kerentanan Lereng Lokasi Pembangunan Bendungan Bener Sasangka et al
semua lokasi penelitian. Breksi andesit fair penelitian merupakan batuan dibandingkan
rock fresh rock – moderately weathered tanah.
menempati ± 10% dari semua lokasi Data kemiringan lereng didapatkan dari
penelitian. Breksi andesit Good rock – very analisa peta topografi, klasifikasi kemiringan
good rock fresh rock – moderately weathered lereng dibagi menjadi datar atau hampir datar,
menempati ± 30 % dari semua lokasi landai, miring, agak curam, curam, sangat,
penelitian. Breksi polimik Good rock – very curam, curam ekstrim (Zuidam, 1986), namun
good fresh rock – slightly weathered menempati untuk keperluan penelitian dan berdasarkan
± 5 % dari semua lokasi penelitian. Breksi kondisi maka disederhanakan menjadi empat
polimik fair rock moderately - highly weathered klasifikasi yaitu Sangat Curam (350-550),
menempati ± 10 % dari semua lokasi Curam (160-350), Agak Curam (80-160),
penelitian. Di lokasi penelitian terdapat lokasi Datar – Miring (00-80) (Tabel 7). Berdasarkan
sisa longsoran pada kualitas massa batuan peta kemiringan lereng ini terlihat bahwa
sedang (fair rock), hal ini menjadi salah satu sebagian besar lokasi penelitian masuk
faktor tingkat kepentingan terhadap longsoran kedalam kemiringan lereng curam sekitar 50%
kualitas massa batuan menjadi paling tinggi (Gambar 2).
selain karena memang dominasi lokasi
249
JGE (Jurnal Geofisika Eksplorasi) 07 (03) 2021, 238-255
Peta kerentanan lereng terhadap longsoran digunakan untuk parameter masukan analisis
dibuat dengan memperhitungkan faktor– kerentanan lereng memberikan data yang baik
faktor diatas dan melihat pemanfaatan lahan, dalam klasifikasi kerentanan lereng. Hasil
kemudian perhitungan pembobotan dengan analisis menunjukan bahwa lokasi penelitian
analisis AHP. Pembobotan dapat diterima yaitu merupakan wilayah pembangunan
setalah perhitungan dengan persamaan (3) bendungan bener disusun oleh 4 zona
didapatkan nilai CR 0,0066. Nilai CR 0,0066 kerentanan antara lain zona kerentanan lreng
memenuhi syarat agar AHP dapat diterima sangat rendah (5%), zona kerentanan lereng
yaitu CR <10% sehingga analisis AHP ini dapat rendah (25%), zona kerentanan lereng sedang
diterima sebagai metode pembobotan 4 (50%), zona kerentanan lereng tinggi (20%)
parameter utama. Pemetaan detail yang (Gambar 3).
250
Analisis Kerentanan Lereng Lokasi Pembangunan Bendungan Bener Sasangka et al
4.1. Kerentanan Sangat Rendah - Rendah menengah, dengan tingkat pelapukan tinggi
Lokasi dengan tingkat kerentanan sangat dan kemiringan lereng yang curam, kondisi
rendah hingga rendah menempati ±30 % dari seperti itu akan menjadi lebih rentan (menjadi
total luas wilayah penelitian. Lokasi ini berada kerentanan tinggi) jika terdapat kegiatan
pada daerah aliran sungai dan sekitarnya yang penggalian disana. Zona kerentanan lereng
secara umum terdiri dari batuan breksi andesit sedang yang berada pada lokasi pembangunan
dengan kualitas massa batuan yang baik hingga bendungan maupun genangan sangat sedikit,
sangat baik. Sebagian besar lokasi selama tidak tersusun atas residual soil yang
pembangunan bendungan, terowongan dan tebal dan tidak ada intervensi konstruksi maka
lokasi genangan bendungan berada pada zona zona ini cukup aman baik selama konstruksi
kerentanan rendah yang berada pada bagian maupun operasi bendungan, namun perkuatan
tengah lokasi penelitian membentang dari pada lokasi-lokasi yang memang
utara ke selatan (Gambar 3). membutuhkan terutama jika terdapat
Lokasi ini berada di daerah pada elevasi penggalian di sana. Zona kerentanan lereng
yang lebih rendah dibandingkan dengan lokasi sedang berada di sebelah timur dan barat
lain di area penelitian. Faktor elevasi ini juga lokasi bendungan inti dengan elevasi yang
yang kemudian mendukung tingkat pelapukan lebih tinggi membentang dari utara ke selatan.
batuan disana tetap rendah bahkan tidak
lapuk, dan tanah penutup sangat tipis sehingga 4.3. Kerentanan Tinggi
tejadinya longsor sangat kecil Zona kerentanan tinggi yang menempati
kemungkinannya. Lokasi pembangunan sebagian kecil lokasi penelitian (±20%) berada
bendungan inti sebagian besar berada pada pada morfologi yang curam hingga sangat
lokasi dengan tingkat kerentanan rendah. curam yang tersusun oleh material residual
Lokasi genangan bendungan yang berada di soil, Keberadaan intervensi konstruksi (galian
sebelah utara dari bendungan inti, dimana baru) pada lokasi dengan kualitas massa
elevasi maksimalnya tidak lebih tinggi dari batuan sedang juga menyebabkan tingkat
elevasi bendungan inti berada pada tingkat kerentanan menjadi tinggi. Zona kerentanan
kerentanan lereng yang rendah, sehingga jika lereng tinggi berada setempat–setempat di
terjadi rapid draw down pada lokasi genangan sebelah timur dan barat lokasi bendungan inti
kemungkinan kecil mempengaruhi stabilitas dengan elevasi yang lebih tinggi. Kualitas
dari lereng di sekitar genangan. massa batuan yang dikontrol oleh struktur
geologi memiliki pengaruh yang signifikan
4.2. Kerentanan Sedang bahkan pada batuan completely weathered
Lokasi dengan tingkat kerentanan sedang hingga residual soil pola runtuhannya masih
mendominasi daerah penelitian dengan tingkat mengikuti kemenerusan struktur geologi pada
(±50%). Lokasi pembangunan inti bendungan batuan asalnya (Gambar 4). Lokasi dengan
sebagian kecil berada pada zona kerentanan tingkat kerentanan tinggi dapat dilakukan
lereng sedang, termasuk lokasi pembangunan penanganan pada saat penggalian seperti
terowongan. Zona kerentanan lereng sedang dengan melakukan penutupan lereng dengan
dapat terjadi pada lokasi yang tersusun oleh shortcrete (Gambar 4).
residual soil yang tebal dengan kemiringan
lereng agak curam hingga curam. Zona 4.4. Verifikasi Metode AHP
kerentanan lereng sedang juga dapat berada Pembobotan menggunakan metode
pada tempat yang material lerengnya batuan Analytical Herarchy Process (AHP) dapat
namun tesusun dengan kualitas massa batuan diterima jika nilai consistency ratio (CR) <10%
251
JGE (Jurnal Geofisika Eksplorasi) 07 (03) 2021, 238-255
atau <0,1. Nilai CR untuk penelitian ini adalah lokasi yang lebih sempit, sebagai contoh
Nilai CR 0,0066. penelitian menggunakan data geospasial di
Beberapa penelitian serupa menunjukan Mancang Pacar, Nusa Tenggara Timur
nilai yang berbeda sebagai contoh penelitan menggunakan parameter kemiringan lereng,
yang dilakukan di lokasi gunung api kuarter, jenis batuan, zona sesar (patahan), tata guna
Gunung Batur di Bali dengan menggunakan lahan, distribusi gerakan tanah (kejadian
tujuh parameter antara lain kelerengan, gerakan tanah), kegempaan, dancurah hujan
kondisi tanah, kerapatan struktur, curah hujan, menampilkan kemiringan lereng sebagai faktor
tata air lereng, kegempaan dan vegetasi, paramter dominan, dengan nilai CR dibawah
memunculkan kelerengan dan tata air tanah <10%, penelitian ini menunjukan bahwa
sebagai parameter dominan memiliki nilai CR wilayah mancang pacar sebagian besar berada
0,053 (Sinarta dkk., 2016). Kaldera Gunung pada zona kerentanan gerakan tanah
Batur yang memiliki kelerangan paling curam menengah seluas 147,65 km2 (33,53%) dan
yang berada pada 500 – 2000 mdpl berada merupakan wilayah yang mempunyai proporsi
pada ancaman tinggi, dan dibuktikan adanya kejadian gerakan tanah 10-25% dari total
beberapa longsoran eksisting di sekitar kaldera populasi kejadian. Zona kerentanan tinggi
(Sinarta dkk., 2016). memiliki proporsi kejadian lebih dari 25%
Parameter dalam analisis AHP akan menunjukan bahwa pembobotan dengan AHP
berbeda tergatung pada peneliti dan kondisi tidak bertolak belakang dari kondisi di
lokasi penelitian. Penelitian dengan lapangan dan dapat digunakan (Febriarta &
menggunakan data geospasial dengan lokasi Wibowo, 2021).
yang luas akan berbeda parameternya pada
252
Analisis Kerentanan Lereng Lokasi Pembangunan Bendungan Bener Sasangka et al
Penelitian di lokasi dengan dominasi tersebut memiliki kuat geser yang cukup
batuaN sedimen seperti batupasir dilakukan di tinggi.
daerah Sukatani dan Sekitarnya di Kabupaten Verifikasi efektifitas dari AHP penelitian ini
Purwakarta, menggunakan parameter litologi, dilakukan dengan verifikasi numeris dan
struktur, kemiringan lereng, relief relatif, verifikasi kondisi lapangan. Kemiringan lereng
kebasahan lahan dan tutupan lahan, menjadi faktor kedua pengontrol longsoran
memunculkan kemiringan lereng sebagai pada lokasi penelitian setelah kualitas massa
parameter dominan. Selain menguji nilai CR batuan dan terbukti bahwa beberapa lokasi
Penggunaan AHP diuji kefektifannya dengan galian tegak memiliki waktu bendiri (standup
melakukan verifikasi longsoran dengan time) yang cukup lama selama kualitas massa
melakukan pengamtan di lapangan bahwa batuan baik sebaliknya justru longsoran
longsoran dikontrol oleh kemiringan yang mengikuti pola bidang lemah bidang
curam sebagai faktor utama penyebab diskontinyuitas yang merupak bagian utama
(Misbahudin dkk., 2017). kontrol dari kualitas massa batuan (Gambar
Penelitian kali ini dilakukan di lokasi 4c). Lokasi yang ditandai rawan longsor berada
proyek pembangunan bendungan. pada lokasi dengan batuan yang memiliki nilai
Karakteristik lokasi ini berbeda dengan kualitas yang buruk.
penelitian penelitian yang telah disebutkan Perhitungan numeris untuk
sebelumnya. Lokasi penelitian yang lebih mengkonfirmasi penggunaan metode ini
sempit memiliki tujuan yang lebih spesifik dalam penentuan kerentanan lereng dilakukan
untuk mendukung dalam pelaksanaan proyek, pada inti bendungan yang merupakan lokasi
dan mengandalkan data data detail yang ada dengan kerentanan sedang. Hasil perhitungan
seperti pemetaan geologi teknik detail dan numeris analisis stabilitas lereng pada
pemetaan geologi detail. Pemetaan geologi kerentanan lereng sedang menunjukan nilai
teknik menghasilkan data persebaran kualitas angka aman lebih dari 2 (Gambar 5). Beberapa
massa batuan yang muncul sebagi faktor hal diatas menunjukan bahwa analisis AHP
dominan. Hal ini sesuai dengan kondisi yang dapat digunakan untuk analisis kerentanan
sebagian besar lokasi pembangunan lereng pada lokasi yang spesifik dengan data
bendungan memiliki tanah penutup yang detail karena tidak ditemukan adanya
relatif tipis antara 1–5 meter, dan tanah konstradiksi kondisi lapangan dengan zonasi
kerentanan lereng dengan metode AHP.
Gambar 5. Analisis numerik pada lokasi as bendungan dengan konsisi kerentanan lereng sedang.
253
JGE (Jurnal Geofisika Eksplorasi) 07 (03) 2021, 238-255
254
Analisis Kerentanan Lereng Lokasi Pembangunan Bendungan Bener Sasangka et al
255