xx
Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Agustus 2019
ABSTRAK
Kata kunci: Longsoran, faktor keamanan, dinding penahan tanah, tiang pancang baja
ABSTRACT
Reka Racana -
Fadli Triaji, Benny
1. PENDAHULUAN
Lokasi Penelitian
Gambar 1. Lokasi penelitian longsoran tanah di Gunung Mas, Kabupaten Bogor (Sumber:
Pusjatan, 2018)
Lokasi penelitian ini dikenal sebagai daerah wisata pegunungan dan sebagai penghasil teh.
Longsoran yang terjadi secara umum merupakan longsoran dangkal dengan tipe translasi
(translational slide), akibat bentuk geometri lereng yang curam dan terjal serta diperburuk
dengan tingginya intensitas curah hujan.
Kegiatan penelitian yang dilakukan dalam tugas akhir ini berupa penanggulangan longsoran
tebing jalan dengan penanggulangan kombinasi antara DPT dan tiang pancang baja. Adapun
evaluasi stabilitas lereng dilakukan dengan simulasi model menggunakan perangkat lunak
Plaxis 2D.
2. KAJIAN PUSTAKA
Reka Racana -
Studi Efektivitas Penanggulangan Longsoran Tebing Jalan Antara Dinding Penahan Tanah dan
Tiang Pancang Baja (Studi Kasus: Ruas Jalan Bogor-Cianjur STA 16+500)
Batas antara zona Bogor dengan zona Bandung adalah Gunung Ciremai (3.078 meter) di
Kuningan dan Gunung Tampomas (1.684 meter) di Sumedang. Untuk memberikan
gambaran yang lebih jelas tentang kondisi geologi regional dari lokasi penelitian dalam
Tugas Akhir ini dapat dilihat Peta Geologi Regional Lembar Bogor Skala 1:100.000 (A.C.
Effendi, Kusnama dan
B. Hermanto, 2011) yang disajikan pada Gambar 2.
Lokasi Penelitian
2.2 Lereng
Lereng adalah suatu bidang di permukaan tanah yang menghubungkan permukaan tanah
yang lebih tinggi dengan permukaan tanah yang lebih rendah
2.3 Longsoran
Longsoran merupakan gerakan suatu massa tanah atau batuan atau bahan rombakan atau
keduanya ke bawah lereng (Highlind and Petter, 2008). Salah satu tipe longsoran yaitu
longsoran permukaan (surface slide) yang merupakan longsoran dangkal yang terjadi di
sepanjang bidang gelincir di dekat permukaan tanah setempat yang masih terletak dalam
batas lereng, seperti tampak pada Gambar 3.
Gambar 3. Longsoran Permukaan (Surface slide)
Surface Slide
Bidang Gelincir yang Dangkal
Reka Racana -
Fadli Triaji, Benny
2. Getaran pada lereng, akibat gempa bumi ataupun ledakan, penggalian kaki lereng,
getaran alat mekanis, dan kendaraan berat;
3. Peningkatan beban (bangunan atau pohon terlalu rimbun) yang melampaui kapasitas
daya dukung tanah atau turunnya kuat geser tanah;
4. Pemotongan kaki lereng yang tidak sesuai dengan prosedur dapat mengakibatkan lereng
kehilangan gaya penyangga/penahan (resisting forces); dan
5. Menyusutnya muka air yang cepat di danau atau waduk ( draw down) yang dapat
menurunkan gaya penahan lereng, sehingga mudah terjadi longsoran dan penurunan
tanah yang diawali dengan adanya retakan atau rekahan pada permukaan tanah
setempat.
2.4 Pekerjaan Penanggulangan Longsoran
Pekerjaan penanggulangan longsoran meliputi pekerjaan pengendalian ( control works) dan
pekerjaan penambatan (restraint works). Adapun pekerjaan penanggulangan ini
dimaksudkan untuk mengurangi risiko terjadinya longsoran dengan cara mengubah kondisi
alam atau topografi atau keadaan air di permukaan ataupun di bawah permukaan yang
dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Pengendalian air permukaan dan bawah permukaan ( surface and sub-surface water
drainage;
2. Pekerjaan penambatan tanah, antara lain:
a. Dinding Penahan Tanah (DPT) seperti tampak pada Gambar 4;
b. Tiang Bor; dan
c. Tiang Pancang Beton atau Baja.
Reka Racana -
Studi Efektivitas Penanggulangan Longsoran Tebing Jalan Antara Dinding Penahan Tanah dan
Tiang Pancang Baja (Studi Kasus: Ruas Jalan Bogor-Cianjur STA 16+500)
yang perlu diperhitungkan dalam analisis faktor keamanan lereng, antara lain kurangnya
data penyelidikan lapangan maupun hasil pengujian laboratorium, terutama bila sampel yang
diambil tidak representatif, belum adanya data tinggi muka air tanah, getaran akibat beban
kendaraan berat, kegiatan peledakan, beban alat mekanis yang beroperasi, gempa dan lain-
lain.
Tabel 1. Hubungan Nilai Faktor Keamanan (FK) Lereng dan Intensitas Longsor
Nilai Faktor Keamanan Kejadian/Intensitas Longsor
FK kurang dari 1,07 Longsor sering terjadi (lereng labil)
FK antara 1,07 sampai 1,25 Longsor pernah terjadi (lereng kritis)
FK di atas 1,25 Longsor jarang terjadi (lereng relatif stabil)
Metode elemen hingga umumnya membagi tanah menjadi unit-unit terpisah yang disebut
elemen hingga (finite element) yang dapat dilihat pada Gambar 5. Unsur-unsur ini saling
berhubungan pada titik simpulnya (nodes) dan batas yang sudah ditentukan (boundary).
Perumusan elemen hingga umumnya digunakan untuk aplikasi geoteknik yang menghasilkan
bentuk penurunan, tekanan, dan tegangan pada titik simpul. Banyak program komputer
yang berbasis metode elemen hingga, salah satu contohnya adalah Program Plaxis.
3. METODOLOGI PENELITIAN
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas tentang tahapan kegiatan penelitian yang
dilakukan pada Tugas Akhir ini, maka dibuat Bagan Alir Penelitian yang disajikan pada
Gambar 6 berikut
Reka Racana -
Fadli Triaji, Benny
Mulai
Kajian Pustaka
Analisis Pembahasan
Reka Racana -
Studi Efektivitas Penanggulangan Longsoran Tebing Jalan Antara Dinding Penahan Tanah dan
Tiang Pancang Baja (Studi Kasus: Ruas Jalan Bogor-Cianjur STA 16+500)
Lokasi Penelitian
Gambar 7. Lokasi Penelitian pada Peta Geologi Regional Lembar Bogor Skala 1:100.000
(A.C. Effendi, Kusnama, & B. Hermanto ,2011)
4.2 Kondisi Geometri Lereng Eksisting
Hasil penyelidikan lapangan yang digunakan untuk menginterpretasi stratigrafi pada lokasi
penelitian adalah hasil pemboran mesin (BM2). Hasil interpretasi tersebut digunakan untuk
simulasi model kondisi lereng eksisting dengan parameter hasil korelasi dari nilai N-SPT.
Rangkuman hasil interpretasi stratigrafi tersebut ditunjukkan pada Tabel 2.
Tabel 2. Rangkuman Hasil Pengeboran Mesin BM-2
Kedalaman (m) N-SPT Deskripsi
0-4 3 Lempung Lanauan Lunak
4 - 9,5 13 Lempung Pasiran Teguh
9,5 - 13,5 20,75 Pasir Breksi Lapuk agak Padat
13,5 - 18 15 Lempung Pasiran Teguh
18 - 25 60 Pasir Breksi lempungan Padat/keras
Hasil simulasi model geometri lereng eksisting dengan program Plaxis 2D disajikan pada
Gambar 8.
Reka Racana -
Fadli Triaji, Benny
Reka Racana -
Studi Efektivitas Penanggulangan Longsoran Tebing Jalan Antara Dinding Penahan Tanah dan
Tiang Pancang Baja (Studi Kasus: Ruas Jalan Bogor-Cianjur STA 16+500)
Reka Racana -
Fadli Triaji, Benny
Gambar 12. Diagram Bidang Gelincir Lereng Penanggulangan dengan Tiang Pancang Baja
Kondisi Short-Term
Gambar 13. Diagram Bidang Gelincir Lereng Penanggulangan dengan Tiang Pancang Baja
Kondisi Long-Term
4.9 Hasil Simulasi Model Penanggulangan Kombinasi DPT dan Tiang Pancang Baja
Simulasi model analisis stabilitas lereng penanggulangan menggunakan kombinasi DPT dan
tiang pancang baja menghasilkan FK 1,405 pada kondisi short-term atau lebih besar dari
batas toleransi FK yang diizinkan lebih besar dari 1,25, sedangkan pada kondisi long-term
menghasilkan nilai FK sebesar 1,105. Diagram bidang gelincir penanggulangan kombinasi
dengan DPT dan tiang pancang baja hasil simulasi model kondisi short-term ditunjukkan
pada Gambar 14, sedangkan kondisi long-term ditunjukkan pada Gambar 15.
Reka Racana -
Studi Efektivitas Penanggulangan Longsoran Tebing Jalan Antara Dinding Penahan Tanah dan
Tiang Pancang Baja (Studi Kasus: Ruas Jalan Bogor-Cianjur STA 16+500)
Gambar 14. Diagram Bidang Gelincir Lereng Penanggulangan dengan DPT dan Tiang
Pancang Baja Kondisi Short-Term
Gambar 15. Diagram Bidang Gelincir Lereng Penanggulangan dengan DPT dan Tiang
Pancang Baja Kondisi Long-Term
Hasil-hasil nilai FK untuk lereng kondisi eksisting, penanggulangan menggunakan DPT, tiang
pancang baja dan kombinasi antara DPT dan tiang pancang baja dirangkum dan disajikan
pada Tabel 9 di bawah ini.
Tabel 9. Rangkuman Nilai FK Hasil Simulasi Model
5. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang dilaksanakan melalui serangkaian penelitian
dalam tugas akhir ini, maka dibuat beberapa kesimpulan yang dapat diuraikan sebagai
berikut:
1. Gerakan tanah yang terjadi pada lokasi penelitian berupa longsoran dangkal dengan tipe
translasi yang disebabkan oleh kondisi morfologi yang tidak menguntungkan dan
diperburuk dengan tingginya intensitas curah hujan.
2. Faktor penyebab utama longsoran adalah penjenuhan tanah dasar di bawah badan jalan
sebagai akibat bentuk morfologi lokasi penelitian merupakan cekungan jalan tempat titik
akumulasi air limpasan hujan, sehingga air meluap ke permukaan jalan menimbulkan
erosi lereng tebing jalan dan infiltrasi air limpasan hujan melalui lapisan penyusun lereng
yang bersifat lolos air (permeable) dan berhenti pada lapisan kedap air (impermeable),
di mana
Reka Racana -
Fadli Triaji, Benny
batas kontak antara lapisan lolos air dengan kedap air diinterpretasi sebagai bidang
gelincir
3. Analisis stabilitas lereng dengan simulasi model menunjukkan bahwa kondisi lereng
eksisting menghasilkan nilai FK sebesar 0,985, berarti lereng pada lokasi penelitian
dalam kondisi longsor atau tidak aman. Adapun hasil simulasi model penanggulangan
dengan DPT menghasilkan nilai FK sebesar 1,131 dan penanggulangan dengan tiang
pancang baja menghasilkan peningkatan nilai FK sebesar 1,284 untuk kondisi short-
term, sedangkan nilai FK untuk kondisi long-term menunjukkan kecenderungan
penurunan nilai FK sebesar 1,1. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa
penanggulangan dengan tiang pancang baja untuk kondisi short-term menunjukkan
bahwa lereng dalam keadaan aman/stabil atau tidak terjadi bencana longsoran,
walaupun demikian penanggulangan tiang pancang baja untuk kondisi long-term
menunjukkan bahwa lereng dalam kondisi kritis, termasuk juga tipe penanggulangan
dengan DPT sebagai akibat nilai FK yang diperoleh keduanya masih di bawah batas
toleransi yang diizinkan (FK < 1,25).
4. Analisis stabilitas lereng dengan simulasi model untuk kombinasi penanggulangan antara
DPT dan tiang pancang baja menunjukkan nilai FK sebesar 1,405 untuk kondisi short-
term berarti penerapan penanggulangan kombinasi ini cukup efektif untuk diterapkan
pada lokasi penelitian. Walaupun demikian penanggulangan kombinasi antara DPT dan
tiang pancang baja untuk kondisi long-term menghasilkan nilai FK sebesar 1,105 atau di
bawah batas toleransi nilai FK yang diizinkan (FK < 1,25). Hal ini dapat terjadi sebagai
akibat tidak berfungsinya sistem drainase yang ada pada lokasi penelitian yang dapat
menimbulkan penjenuhan tanah dasar di bawah badan jalan, karena saat hujan air
meluap ke permukaan jalan yang dapat mengikis tebing jalan, sekaligus menginfiltrasi
tanah dasar di bawah permukaan jalan.
5. Berdasarkan hasil simulasi model analisis stabilitas lereng pada lokasi penelitian dengan
penanggulangan kombinasi antara DPT dan tiang pancang baja untuk kondisi short-
term mampu meningkatkan nilai FK sebesar 42,64% dibandingkan dengan nilai FK
kondisi lereng eksisting.
DAFTAR RUJUKAN
Reka Racana -
Fadli Triaji, Benny
Sutasoma, M., Susilo, A., & Suryo, E. A. (2017). Penyelidikan Zona Longsor dengan Metode
Resistivitas dan Analisis Stabilitas Lereng untuk Mitigasi Bencana Tanah Longsor
(Studi Kasus di Dusun Jawar, Desa Sri Mulyo, Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang,
Provinsi Jawa Timur). Indonesian Journal of Applied Physic, 37.
Reka Racana -