Anda di halaman 1dari 44

ANALISIS DAYA DUKUNG TANAH PADA PONDASI

JEMBATAN DI DESA LEMBAR KECAMATAN LEMBAR (NTB)


MENGGUNAKAN METODE SEISMIK REFRAKSI

Maemun
ah
Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Mataram,
Jalan Majapahit 62 Mataram, 83125, Indonesia

E-mail:
mae.m11071995@gmail.co
m

ABSTRA
K

Telah dilakukan penelitian menggunakan metode seismik di Desa Lembar Kecamatan


Lembar Kabupaten Lombok Barat. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan lapisan
bawah permukaan berdasarkan kecepatan gelombang geser, menentukan kecepatan
gelombang geser dan menentukan besar kapasitas daya dukung tanah penyusun pondasi
jembatan. Pengambilan data lapangan dilakukan pada 4 lintasan menggunakan alat
seismik refraksi seismograph PASI 24 Channel, dengan panjang lintasan 47 meter, spasi
antar geophone 1 meter dan pengolahan data menggunakan dua softwere yaitu softwere
seisImager dan softwere Winsim
16. Pengolahan yang pertama digunakan program pickwin dan Wave Eq yang ada di
dalam softwere seisImager untuk memperoleh
kecepatan gelombang geser dan kecepatan primer. Pengolahan data yang kedua
menggunakan metode Intercept Time yang berada didalam softwere Winsim 16 untuk
memperoleh kecepatan gelombang primer. Dari kedua hasil pengolahan data
dilakukan analisis untuk memperoleh besar kapasitas daya dukung tanah di lokasi
penelitian. Hasil interpretasi pada lintasan pertama sampai lintasan keempat
menunjukkan bahwa di lokasi penelitian mempunyai litologi dengan kecepatan
gelombang geser berkisar dari 98 m/s sampai 319 m/s yang di identifikasi sebagai
lapisan tanah lunak dan tanah keras. Pada lapisan tanah lunak tersusun atas endapan
tanah (soil), endapan tanah lempung dan batuan pasir, sedangkan pada lapisan
tanah keras tersusun atas endapan pasir setengah padat, gravel (kerikil), clay padat,
pasir tersaturasi air. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh besar kapasitas daya
dukung tanah sebesar 182,37 kN/m2 sampai 478,80 kN/m2 dan aman dari reruntuhan.

Kata kunci : Pondasi jembatan, Seismik refraksi, MASW aktif,


Intercept Time, Daya dukung tanah,

ABSTRA
CT
The research has been done using seismic method in Lembar Village, Lembar Sub
District, West Lombok regency. This study aims to Determine the subsurface layer based
on the speed of the secondary wave, determine the speed of the secondary wave and
determine the capacity of the soil bearing capacity of the foundation bridge. Field
data was collected on 4 trajectories using seismograph seismograph 24-channel
Channel seismograph, with path length 47 meter, spacing between 1 meter geophone
and data processing using two softwere, softwere seisImager and softwere Winsim 16.
first processing used pickwin and Wave Eq program which is inside the seisImager
softwere to obtain secondary speed and primary speed. The second data processing uses
Intercept Time method which is inside the Winsim 16 softwere to obtain the primary wave
velocity. From both result of data processing analysis to get big capacity of soil bearing
capacity at research location. The results of the interpretation on the first trajectory to
the fourth trajectory indicate that at the study site has lithology with shear wave
velocity ranging from 98 m/s to 319 m/s identified as soft soil layer and hard soil. In soft
soil layers are composed of soil, clay and sand deposits, whereas in hard soil layers are
composed of half-solid sand deposits, gravel (gravel), clay solid, saturated sand water.
Based on the calculation results obtained capacity of soil carrying capacity of 182.37
kN/m2 to 478.80 kN/m2 and safe from the debris.

Keywords: Bridge foundation, Seismic refraction, Intercept Time,


Carrying capacity of the land permits
(bergelombang), bangunan yang
PENDAHULUAN
menjadi miring, bangunan yang
Nusa Tenggara Barat khususnya di
retak, robohnya bangunan dan lain
pulau Lombok merupakan daerah
sebagainya.
yang sedang berkembang di bidang
ekonomi yang ditandai dengan Daya dukung tanah adalah
maraknya pembangunan kekuatan tanah untuk menahan suatu
infrastruktur. Tingginya frekuensi beban yang bekerja padanya yang
pembangunan fisik mengakibatkan biasanya disalurkan melalui pondasi.
banyaknya bangunan-bangunan sipil Analisis kapasitas dukung tanah
seperti gedung, jembatan dan jalan mempelajari kemampuan tanah
raya yang terpaksa dibangun pada dalam mendukung beban pondasi dari
kondisi geologis yang kurang struktur yang terletak di atasnya.
menguntungkan, misalnya pada Kapasitas dukung menyatakan
daerah tanah lunak. Tanah lunak tahanan geser tanah untuk melawan
adalah tanah yang tidak memiliki penurunan akibat pembebanan, yaitu
daya dukung yang cukup untuk tahanan geser yang dapat dikerahkan
menahan beban yang diberikan di oleh tanah di sepanjang
atasnya. Dengan kata lain tanah ini bidang-bidang gesernya.
memiliki daya dukung yang
Pada penelitian ini
rendah. Akibat tanah lunak yang
menggunakan metode seismik
terdapat di lombok, sering sekali
refraksi, dimana metode ini
terjadi masalah atau kesulitan dalam
digunakan
pembangunan bangunan teknik sipil
seperti gedung, jembatan dan jalan
raya karena adanya konsolidasi
sebagian atau penurunan tanah yang
tidak sama, sehingga terkadang
menyebabkan kondisi yang
kurang baik, seperti adanya jalanan
yang tidak rata
untuk pendugaan lapisan batuan
Jembatan dapat didefinisikan
bawah tanah. Hal ini disebabkan
sebagai suatu konstruksi yang
keakuratan yang tinggi dalam
menghubungkan rute atau lintasan
memodelkan struktur geologi di
trasportasi yang terpisah baik oleh
bawah permukaan bumi tanpa
sungai, rawa, danau, selat, saluran,
merusak lapisan batuan yang ada di
jalan raya, rel kereta api, dan
dalam bumi dan juga mampu
memberikan informasi perlintasan lainnya.

tentang sifat fisis lapisan bumi Secara garis besar, konstruksi

berdasarkan kecepatan penjalaran jembatan terdiri dari dua komponen

gelombang seismik yang utama yaitu bangunan atas (upper

dibangkitkan di permukaan bumi structure) dan bangunan bawah (sub

(Yohanella,2014). structure). Bangunan atas merupakan

Pada penelitian ini juga bagian jembatan yang menerima

dilakukan analisis singkapan tanah langsung beban dari orang dan

disekitar lokasi penelitian kendaraan yang melewatinya.

(pengambilan sampling). Hal ini Bangunan atas terdiri dari komponen

dilakukan untuk mengetahui struktur utama yaitu lantai jembatan, rangka

lapisan sedimen penyusun tanah utama, gelagar melintang, gelagar

yang ada pada lokasi penelitian memanjang, diafragma, pertambatan,

sehingga dapat diidentifikasi jenis dan perletakan (andas). Selain itu,

lapisannya dan dapat ditentukan juga terdapat komponen penunjang

pada kedalaman berapa idealnya pada bangunan atas yaitu trotoir,

pembuatan pondasi berdasarkan perlengkapan sambungan, ralling,

jenis tanah yang diperoleh. pagar jembatan, drainase,

LANDASAN TEORI penerangan, dan parapet.

3.1 Struktur Jembatan Bangunan bawah

Pondasi merupakan bagian


merupakan bagian jembatan yang
bangunan yang menghubungkan
menerima beban dari bangunan atas
bangunan dengan tanah, yang
ditambah tekanan tanah dan gaya
menjamin kestabilan bangunan
tumbukan dari perlintasan di bawah
terhadap berat sendiri, beban yang
jembatan. Bangunan bawah ini
bekerja, dan gaya-gaya luar seperti
meliputi pilar jembatan (pier), pangkal
tekanan angin dan gempa bumi
jembatan (abutment), dan pondasi
(Frick,
(Rahardjo, dkk, 1992).
2001:40). Ada beberapa fungsi
pondasi, antara lain :
3.2 Pondasi Bangunan
a. Sebagai kaki bangunan
Jembatan
b. Sebagai landasan atau alas
bangunan
c. Meneruskan beban dari atas ke 2. Beban yang diteruskan oleh
dasar tanah
pondasi ke tanah tidak boleh
d. Sebagai penahan bangunan
melebihi kekuatan tanah
dari tekanan angin dan gempa
yang bersangkutan.
bumi
e. Sebagai penjaga agar Kriteria-kriteria tersebut adalah
kedudukan bangunan stabil. kriteria khas sub structure dan
tidak terdapat pada bagian
Karena pentingnya fungsi pondasi
upper structure. Di samping
di atas, maka lapisan batuan tempat
diperlukannya penguasaan dari gaya-
bertumpunya pondasi harus tepat
gaya yang bekerja pada pondasi,
pada batuan yang keras. Pembuatan
diperlukan juga pengenalan dan
pondasi pada lapisan batuan yang
penguasaan akan sifat-sifat tanah,
tidak keras (batuan lapuk)
baik tanah sebagai bahan yang berdiri
memungkinkan bangunan sewaktu-
sendiri maupun tanah sebagai tempat
waktu dapat mengalami penurunan.
pondasi bertumpu.
Akibatnya, dinding bangunan mudah
Ada dua kriteria yang harus
retak, lantai pecah dan sudut
dipenuhi oleh tanah yang baik, yaitu :
kemiringan tangga berubah, bahkan
dapat menyebabkan kerusakan pada
1. Penurunan tanah
seluruh bangunan. Ada dua kriteria
(settlement) yang disebabkan
yang harus dipenuhi oleh pondasi
oleh beban di atasnya masih
yang baik, yaitu :
dalam batas yang
diperbolehkan.
1. Mampu menahan beban
2. Memiliki daya dukung yang
bangunan di atasnya tanpa cukup baik
menimbulkan kegagalan sehingga tidak terjadi
konstruksi. keruntuhan geser.

Sifat-sifat tanah dapat diketahui


dengan melakukan penyelidikan
tanah. Adapun metode yang
dilakukan dalam penyelidikan tanah di
lapangan antara lain dengan
pemboran (drilling), sumur percobaan
(trial pits), pengambilan contoh tanah
(sampling) dan percobaan penetrasi
(penetration test). Setelah dilakukan
serangkaian penyelidikan, akan
diketahui sifat-sifat tanah di lapangan.
Kemudian kita dapat menentukan sebagainya. Jika terjadi kegagalan
pada kedalaman berapa idealnya konstruksi pada pondasi, dapat
untuk pembuatan pondasi. Suatu terjadi hal-hal seperti:
sistem pondasi harus mampu 1. Kerusakan pada dinding, retak
atau miring
mendukung beban bangunan di
2. Lantai pecah, retak atau
atasnya, termasuk gaya-gaya luar
bergelombang
seperti gaya angin, gempa dan
3. Penurunan atap atau bagian qₐ = 0,025 γ Vs α
bangunan yang
(3.1
lain
)
.

Oleh karena itu, pondasi harus dikerahkan oleh tanah di sepanjang

kuat, stabil, dan aman agar tidak bidang-bidang gesernya.

mengalami kegagalan konstruksi, Untuk memenuhi stabilitas jangka

karena akan sulit nantinya untuk panjang, perhatian harus diberikan

memperbaiki suatu sistem pondasi pada perletakan dasar pondasi.

yang telah mengalami kegagalan Pondasi harus diletakan pada

konstruksi. Selain itu, pondasi juga kedalaman yang cukup untuk

berfungsi untuk menyalurkan beban- menanggulangi resiko erosi

beban terpusat dari bangunan bawah permukaan, gerusan, kembang susut

ke dalam tanah pendukung dengan tanah, dan gangguan tanah disekitar

cara sedemikian rupa, sehingga pondasi lainnya (Hardiyatmo, 2006 :

hasil tegangan dan gerakan tanah 110-111).

dapat dipikul oleh strutur secara


Adapun persamaan yang
keseluruhan (Rahardjo, dkk, 1992).
digunakan untuk menentukan
3.3 Kapasitas Dukung Tanah
kapasitas daya dukung tanah (qₐ)

Daya dukung tanah adalah adalah sebagai berikut (Semih

kekuatan tanah untuk menahan suatu S.Tezcan, 1975) :

beban yang bekerja padanya yang


biasanya disalurkan melalui
pondasi. Analisis kapasitas dukung
tanah mempelajari kemampuan tanah
dalam mendukung beban pondasi
dari struktur yang terletak di atasnya.
Kapasitas dukung menyatakan
tahanan geser tanah untuk melawan
penurunan akibat pembebanan, yaitu
tahanan geser yang dapat
dimana, qₐ = kapasitas daya
dukung tanah Lempung kenyal
(kN/m²)
Lempung teguh
γ = berat volume tanah ( 17
kN/m³) Lempung lunak dan lumpur
Vs = kecepatan gelombang
geser (m/s) Sumber : DPU, 1986

α = 0,83-0,01B 3.4 Kuat Geser Tanah


B = lebar pondasi (m) Kuat geser tanah adalah gaya
perlawanan yang dilakukan oleh
Tabel 3.1 Batas Aman Daya butir-butir tanah terhadap desakan
Dukung Untuk
Berbagai Jenis atau tarikan. Dengan dasar
Material pengertian ini, bila tanah mengalami
Jenis Material
pembebanan akan ditahan oleh :

1. Kohesi tanah yang


Batu sangat keras bergantung pada jenis tanah
dan kepadatannnya, tetapi
Batu kapur
tidak tergantung dari tegangan
Pasir Kering normal yang bekerja pada

Pasir berkerapatan sedang (pasir basah) bidang geser.

8. Sejarah tegangan yang


2. Gesekan antara butir-butir
pernah dialami.
tanah yang besarnya
berbanding lurus dengan
3.5 Gelombang Seismik
tegangan normal pada bidang
Gelombang merupakan getaran
gesernya.
yang merambat dalam suatu medium.

Faktor-faktor yang mempengaruhi Medium disini yang dimaksudkan


kuat geser tanah pasir, antara lain : adalah bumi. Sehingga gelombang ini
1. Ukuran butiran dinamakan gelombang seismik
2. Air yang terdapat di antara (Tristiyoherni, dkk.,
butiran 2010).
3. Kekerasan permukaan
butiran Gelombang seismik merupakan
4. Angka pori (e) atau gelombang mekanik yang
kerapatan relatif
menjalarkan energi menembus
(Dr)
lapisan bumi. Gelombang seismik
5. Distribusi ukuran butiran
biasanya disebut gelombang elastis
6. Bentuk butiran
yang mengakibatkan perubahan
7. Tegangan utama tengah
bentuk pada material dimana
gelombang tersebut merambat. manghasilkan gelombang seismik
Perubahan bentuk tersebut yang merambat di dalam bahan
disebabkan oleh adanya tekanan dan tersebut yang kecepatan rambatnya
dilatasi yang silih berganti ketika tergantung pada sifat-sifat dan
partikel-partikel di dalam material elastisitas dari bahan dimana
bergerak saling mendekati dan gelombang itu merambat. Untuk
menjauhi sebagai respon dari gaya- memperlihatkan ketergantungan
gaya yang diasosiasikan sebagai kecepatan gelombang seismik dan
gelombang yang merambat di elastisitas suatu bahan, kita bisa
dalam material tersebut. Dengan menggunakan hubungan stress dan
adanya perubahan bentuk dari strain. Dimana hubungan suatu bahan
pola-pola partikel yang ada tertentu memungkinkan kita untuk
dalam bahan padat, maka menguraikan sifat-sifat elastik dari
akan bahan dan karakteristiknya
(Daniel,
2012
).

3.6 Penjalaran
Gelombang Seismik
Gelombang seismik yang menjalar
ke bawah permukaan bumi memiliki
sifat dan karakteristik yang
memenuhi konsep fisika hukum
pembiasan dan pemantulan.
3.6.1 Pemantulan dan
Pembiasan
Pemantulan dan pembiasan
gelombang pada saat
mencapai bidang batas antar
lapisan yang berbeda sifat
fisikanya, memenuhi tiga
hukum penjalaran gelombang,
yaitu sebagai berikut :
1. Hukum penjalaran lurus
Sinar dalam medium
homogen menjalar
mengikuti garis lurus.
2. Hukum pemantulan
Pada bidang batas yang dibuat oleh garis
antara dua medium sinar datang dan garis
homogen dan isotropis normal terhadap
yang berbeda, sebagian permukaan pantul. Sudut
sinar dipantulkan dan pantul yang dihasilkan
pantulannya berada sama dengan sudut
pada bidang datang datang.
fisik pada pergerakan
3. Hukum
pembiasan vertikal yang terjadi pada
Pada permukaan antara “wavefront”. Partikel –
dua medium yang partikel tersebut bergerak
mempunyai sifat dari keadaan setimbang,
berbeda, sebagian sinar maka akan terjadi gaya
dibiaskan ke medium elastik di daerah
kedua. Sinar bias sekelilingnya yang
tersebut berada pada menggerakkan partikel
bidang dating dan lainnya menyebabkan timbul
membuat sudut garis “wavefront” baru. Penjalaran
normal yang mengikuti. gelombang yang terjadi di
3.6.2 Prinsip Huygens medium merupakan interaksi
“Titik-titik yang dilewati antara gangguan dan reaksi
gelombang akan menjadi sifat elastik (Akyas,
sumber gelombang baru”. 20
07
Front gelombang yang menjalar
).
menjauhi sumber adalah
3.6.3 Asas Fermat
superposisi front gelombang
Asas Fermat menyatakan
- front gelombang yang
dihasilkan oleh bahwa gelombang yang

sumber gelombang baru menjalar dari satu titik ke


tersebut.

Gambar 3.1.Prinsip Huygens

(Akyas, 2007) Gambar (3.1)

menerangkan fenomena
titik yang lain akan memilih
lintasan dengan waktu tempuh
tercepat. Asas Fermat dapat
diaplikasi untuk menentukan
lintasan sinar dari satu titik ke
titik lainnya, yaitu lintasan yang Gambar 3.2. Asas Fermat
(Susilawati, 2004)
waktu tempuhnya bernilai
minimum. Dengan diketahuinya dimana,
lintasan dengan waktu tempuh z = kedalaman (km)
minimum, maka dapat dilakukan x = jarak, dalam hal
penelusuran jejak sinar yang ini adalah jarak antar
telah merambat di dalam geophone (km)
medium. Penelusuran jejak sinar
Gambar (3.2)
seismik ini akan sangat
memperlihatkan jika
membantu dalam menentukan
gelombang melewati sebuah
posisi refraktor dibawah
medium yang memiliki variasi
permukaan. Jejak sinar seismik
kecepatan gelombang seismik,
yang tercepat ini tidaklah selalu
maka gelombang tersebut akan
berbentuk garis lurus (Daniel,
cenderung melalui zona-zona
2012).
kecepatan tinggi dan
menghindari zona-zona
kecepatan rendah.

3.6.4 Sudut Kritis


Gambar 3.3 Sudut kritis (Telford,
Sudut datang yang
menghasilkan gelombang bias dkk, 1990) Gambar (3.3)
sejajar dengan bidang
yang memperlihatkan
lapisan dan tegak lurus dengan
gelombang dari sumber S
garis normal (r = 90) disebut
menjalar pada medium v1 ,
sudut kritis.
dibiaskan pada sudut kritis
pada titik A sehingga menjalar
pada bidang batas lapisan.
Gelombang ini dibiaskan ke
atas setiap titik pada bidang
batas itu sehingga sampai ke
detektor P yang ada di
permukaan (Telford, dkk, 1990).
3.7 Metode Seismik
Metode seismik merupakan menemui bidang batas antar lapisan,
metode aktif, maksudnya metode sebagian gelombang ini ada yang
yang mengadakan tahapan membuat direfleksikan dan ada juga yang
medan gangguan kemudian direfraksikan. Gelombang seismik
mengukur respon yang diberikan yang tiba di permukaan akan
bumi terhadap medan gangguan ditangkap oleh serangkaian
tersebut. Secara sederhana gambaran detektor, kemudian direkam oleh alat
metode seismik yang berawal dari yang biasa disebut seismograph
dibangkitkannya medan gangguan, (Daniel, 2012).
hingga diperoleh respon yang Gelombang seismik yang
diberikan bumi dapat dideskripsikan ditangkap oleh detektor dan direkam
sebagai berikut. Suatu sumber oleh seismograph inilah yang
gelombang seismik dibangkitkan, merupakan respon yang diberikan
gelombang seismik yang dibangkitkan bumi atas medan gangguan yang
ini dijalarkan oleh material bumi ke dibangkitkan. Selanjutnya, data
semua arah, hal ini dapat terjadi observasi diinterpretasi untuk dapat
dikarenakan material bumi bersifat mengetahui struktur lapisan geologi
elastis.Ketika gelombang seismik dan sifat fisik lapisan di bawah
yang menjalar permukaan bumi yang diteliti. Dari
gambaran metode seismik di atas,
secara garis besar terdiri dari tiga
bagian utama, yaitu akuisisi data
seismik, pemrosesan data observasi,
interpretasi data observasi. Akuisisi
data seismik yaitu aktivitas yang
ditujukan untuk memperoleh data
dari lapangan yang diteliti.
Sedangkan pemrosesan data
observasi ialah proses data observasi
dengan tujuan untuk menghasilkan
penampang seismik yang mewakili
daerah bawah permukaan, dan
adapun interpretasi data observasi
dilakukan untuk memperkirakan
struktur geologi dan sifat fisis lapisan
di bawah permukaan daerah yang
diteliti, selain itu juga untuk
memperkirakan material batuan di
bawah permukaan (Daniel,2012).
3.8 Jenis – jenis Penjalaran dapat ditransmisikan dalam dua tipe
Gelombang
dengan kecepatan penjalaran yang
Seismik
berbeda pula, tergantung pada
Berdasarkan teori elastisitas dan
konstanta-konstanta elastik yang
deformasi elemen medium serta
dilaluinya. Transfer ini terjadi malalui
konsep displecement potensial, maka
media perlapisan bumi disebut
pada medium isotropis transfer energi
sehingga arah pergerakan
gelombang badan (body wave) dapat
partikel akan searah dengan
dilihat pada ilustrasi (Gambar 3.4 dan
arah rambat gelombang.
Gambar 3.5), sedangkan yang terjadi
Gelombang ini termasuk yang
di permukaaan bumi disebut
tercepat merambat didalam
gelombang permukaan (surface
tanah dengan partikel-partikel
wave) dapat dilihat pada ilustrasi
bergerak searah dengan arah
(Gambar 3.6) dan (Gambar 3.7).
pergerakan gelombang.
3.8.1 Gelombang badan
(body wave) Densitas dari batuan yang
Gelombang badan (body dilalui gelombang ini akan
wave) merupakan gelombang mengalami perubahan.
yang menjalar melalui media
elastik dan arah √
perambatannya ke seluruh
(3.2)
bagian di dalam permukaan
bumi. Berdasarkan gerak Dengan adalah
partikel pada media dan arah
konstanta lame,
penjalarannya, gelombang
adalah modulus rigiditas
dapat dibedakan atas
gelombang P dan
gelombang S. Metode seismik
ini memanfaatkan penjalaraan
gelombang seismik ke dalam
bumi. Yang menjadi objek
perhatian utama pada rekaman
gelombang seismik dalam
metode ini ialah body wave.
Body wave dibagi menjadi dua
macam, yaitu:
1. Gelombang primer
Gelombang ini adalah
gelombang longitudinal,
( ) dan adalah sekunder mempunyai
densitas
kecepatan lebih kecil dari
( gelombang primer. Gelombang
sekunder akan merubah bentuk
batuan, tetapi densitas tidak
berubah. Kecepatan rambat
gelombang sekunder (vs)
adalah:

Gambar 3.4. Penjalaran


gelombang primer √
(Elnashai dan Sarno,
2008) (3.3)

2. Gelombang Dengan adalah modulus


sekunder. rigiditas (pa) dan adalah densitas (
Gelombang ini adalah .
gelombang transversal,
sehingga arah pergerakan
partikel akan tegak lurus
dengan arah rambat
gelombang. Pada gelombang ini
partikel-partikel bergerak tegak
lurus arah perambatan Gambar 3.5. Penjalaran
gelombang sekunder
gelombang. Gelombang
(Elnashai dan Sarno,
2008).
Tabel 3.2 Klasifikasi Jenis Tanah
Tipe
Tanah F. Lokasi yang
membutu hkan penyelidi kan geotekni
k dan analisis respon spesifik (Site Specific Re

(Sumber: Mulia, 2011)

3.8.2 Gelombang
permukaan (surface
wave)
Gelombang permukaan
(surface wave)
merupakan gelombang yang
kompleks dengan frekuensi
yang rendah dan amplitudo
besar, yang menjalar akibat
(Sumber : British Standards, 2004) adanya efek free surface
Tabel 3.3 Klasifikasi Jenis Tanah dimana terdapat perbedaan
sesuai RSNI sifat elastis. Gelombang ini
1726-2010
Klasifikasi dapat menjelaskan struktur
Site
A. Batuan mantel atas dan permukaan
Keras
B. Batuan kerak bumi (crust). Didasarkan
C. Tanah
Sangat Padat dan Batuan Lunak
pada sifat gerakan partikel
media elastik terdapat dua tipe
gelombang permukaan, yaitu
D. Tanah
Sedang gelombang Reyleigh dan
gelombang Love. Gelombang
E. Tanah
Lunak Reyleigh merupakan
gelombang permukaan yang
gerakan partikel medianya
merupakan kombinasi gerakan
partikel yang disebabkan oleh
gelombang primer dan
gelombang sekunder.
Sedangkan gelombang Love transversal yang menjalar
merupakan gelombang paralel dengan permukaaan
permukaan yang menjalar (Kearey dan Brooks, 2002).
dalam bentuk gelombang
Nilai impedansi akustik suatu
materi semakin besar maka semakin
kompak materi tersebut. Nilai
impedansi akustik sangat tergantung
dari kecepatan penjalaran gelombang
primer pada berbagai jenis batuan.
Gambar 3.6. Gelombang
Reyleigh (Elnashai, Posgay in Galfi dalam (Daniel, 2012)
200 mengemukakan nilai kecepatan
8) gelombang primer untuk berbagai
jenis batuan sedimen yang dijelaskan
pada tabel 3.4.

Gambar 3.7 Gelombang-Love


(Elnashai, 2008).

3.9 Kecepatan Gelombang


Seismik dalam
Medium Elastis
Gelombang seismik menjalar
dengan kecepatan tertentu pada
medium yang dilaluinya. Hasil
perkalian antara densitas antar
medium ρ (kg/ , dengan
kecepatan gelombang P (m/s) yang
melewatinya dinamakan
impedansi akustik
(kg/ . Impedansi akustik
ialah kemampuan batuan untuk
melewatkan gelombang seismik yang
dilaluinya atau dirumuskan sebagai :
Z
(3.4)
Tabel 3.4 Nilai Kecepatan Setiap lapisan batuan memiliki
Gelombang P untuk
tingkat kekerasan yang berbeda-
Berbagai Jenis Batuan
Sedimen beda. Tingkat kekerasan yang
berbeda-beda ini menyebabkan
Zona lapuk
perbedaan kemampuan suatu batuan
Pasir kering
untuk mengembalikan bentuk dan
Lempung
ukuran seperti semula ketika
Batu pasir lepas
diberikan gaya padanya. Elastisitas
Batu pasir kompak
batuan yang berbeda-beda inilah
Marl
yang menyebabkan gelombang
Batu gamping
seismik merambat melalui lapisan
Auhidrid, Batu garam
batuan dengan kecepatan yang
Batu bara
Udara
berbeda-beda (Sherif, 1995).
Minyak bumi 3.10 Asumsi Dasar Metode
Seismik
Air
Lapisan bawah permukaan bumi
Sumber : Priyono, 2006
sebagai medium dari penjalaran
gelombang seismik memenuhi
Adapun faktor-faktor yang
beberapa asumsi dasar. Beberapa
mempengaruhi kecepatan
asumsi dasar yang digunakan untuk
gelombang seismik antara lain:
medium bawah permukaan bumi
3.9.1 Litologi batuan
antara lain :

1. Medium bumi dianggap memenuhi hukum Snellius

berlapis-lapis dan tiap lapisan dan prinsip Huygens.

menjalarkan gelombang 3. Pada bidang batas antar

seismik dengan kecepatan lapisan, gelombang seismik

yang berbeda. menjalar dengan kecepatan

2. Makin bertambahnya gelombang pada lapisan di

kedalaman batuan lapisan bawahnya.

bumi makin kompak. 4. Kecepatan gelombang

Sedangkan anggapan yang dipakai bertambah dengan

untuk penjalaran gelombang seismik bertambahnya kedalaman

(Susilawati, 2004) adalah :


1. Panjang gelombang seismik 3.11 Metode Seismik Refraksi
jauh lebih kecil Metode seismik refraksi pada
dari ketebalan lapisan bumi. dasarnya memanfaatkan gejala
Hal ini memungkinkan setiap penjalaran gelombang yang
lapisan bumi akan terdeteksi. terbiaskan pada bidang batas.
2. Gelombang seismik dipandang Rambatan gelombang yang
sebagai sinar seismik yang
terbiaskan pada kondisi kritis akan
menjalar di sepanjang bidang batas.
Setiap titik pada bidang batas
tersebut, sesuai dengan hukum
Huygens, berfungsi sebagai sumber
gelombang baru yang merambat ke
segala arah, gelombang ini disebut
sebagai headwaves, seperti yang
Gambar 3.8 Gelombang
ditunjukkan pada Gambar (3.8) langsung, bias dan gelombang
pantul (Refrizon, dkk., 2008)
(Refrizon, dkk.,2008).
Aplikasi gelombang seismik
refraksi dalam penentuan struktur
bawah permukaan berdasarkan
waktu penjalaran gelombang pada
tanah/batuan dari posisi sumber
kepenerima pada berbagai jarak
tertentu. Gelombang yang terjadi
setelah usikan pertama (first break)
saja yang dibutuhkan. Parameter
jarak (off-set) dan waktu jalar
berhubungan dengan cepat rambat
gelombang dalam medium. Jadi
dalam aplikasi seismik refraksi untuk
memodelkan struktur bawah
permukaan hanya usikan pertama
atau travel time gelombang primer
saja yang digunakan karena
gelombang ini yang pertama
tercatat pada seismograph.
Gelombang primer merupakan
gelombang longitudinal yang arah
gerak partikel searah atau sejajar
dengan arah penjalaran gelombang.
Gelombang ini dapat menjalar dalam
segala medium (padat, cair maupun
gas). Bila gelombang elastik yang
menjalar dalam medium bumi
menemui bidang batas perlapisan
dengan elastisitas dan densitas yang
berbeda, maka akan terjadi gelombang pantul (primer dan
pemantulan dan pembiasan sekunder) dan dua gelombang bias
gelombang. Bila kasusnya adalah (primer dan sekunder), seperti pada
gelombang kompresi (gelombang (Gambar 3.9) Dari penerapan hukum
rimer) maka terjadi empat Snellius, maka untuk kasus ini
gelombang yang berbeda yaitu dua diperoleh:
(3.5)
diman
a:
i = Sudut datang
r = Sudut bias
v1 = Kecepatan
Gambar 3.10. Kurva travel time
gelombang pada medium 1
(m/s) pada dua lapisan
v2 = Kecepatan (Sismanto,1
gelombang pada medium 2 999)
(m/s)
Pada bidang batas antar
lapisan, gelombang
v1 .
menjalar dengan kecepatan
lapisan di bawahnya

Skema penjalaran gelombang pada


bidang batas antar lapisan
ditunjukkan pada Gambar 3.11
sebagai
beriku
t:

Gambar 3.9 Refleksi dan Refraksi


dari Timbulnya
Gelombang-P
(Gadallah, 2009).
dimana :

Pinc = Gelombang-P da
Pref = Refleksi Gelomb
Prefr = Refraksi Gelomb
Sref = Refleksi Gelomb
Srefr = Refraksi Gelomb
θ0 = Sudut datang ge
garis normal
θp = Sudut refleksi G
θs = Sudut refleksi G
Фp = Sudut refraksi G
Фs = Sudut refraksi G
paling sederhana dan hasilnya cukup
3.12 Interpretasi Data Seismik
Refraksi kasar, seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 3.10 sebagai berikut :
Metode interpretasi yang
paling mendasar dalam analisis data
seismik refraksi adalah intercept
time. Metode intercept time adalah
metode T-X (waktu terhadap jarak)
yang merupakan metode yang
3.11 dapat diperoleh dari persamaan geophone (D), AB adalah jarak dari
3.6 sebagai berikut : titk A ke titik B, CD merupakan
jarak dari titik C ke titik D, BC adalah
(3.6)
jarak dari titik B ke titik C, adalah
kecepatan gelombang pada lapisan 1
dengan T adalah waktu yang dan adalah kecepatan
ditempuh gelombang seismik dari gelombang pada lapisan 2. Dari
titik tembak (A) sampai ke persamaan 3.6 dapat
lapisan pertama ditentukan dengan
diperoleh persamaan 3.7 sampai
dengan persamaan menuliskan persamaan di atas
3.9 sebagai berikut : menjadi persamaan 3.14 sebagai
berikut :
(3.7)

(3.14)

[ ] (3.8)

Dimana Ti disebut dengan intercept


time. Apabila

[ ] (3.9) [ ], maka persamaan 3.14 dapat


dituliskan
3.15 : kembali menjadi persamaan

Pada Gambar 3.10


memperlihatkan adalah kedalaman cos[sin ]
(3.15)
pada lapisan 1, α adalah sudut
antara garis gelombang datang ⁄
)
Jika , maka
dengan garis normal serta dapat
cos (( ) kedalaman atau
diartikan sudut antara garis
gelombang
bias dengan garis normal dan
variabel x adalah jarak

antara titik tembak (A) dengan


geophone (D). Berdasarkan hukum
* +
Snellius bahwa pada sudut kritis

berlaku , sehingga
persamaan 3.9 dapat
(3.10)
dituliskan menjadi persamaan 3.10
sampai dengan persamaan 3.13
sebagai berikut :
[ ] (3.11)

(3.12)
ketebalan lapisan batuan pertama
dapat dihitung melalui persamaan
(3.13) 3.16 :

(3.16)
Bila x = 0 maka akan diperoleh Ti dan

nilai tersebut dapat diketahui pada
kurva waktu terhadap jarak yang
disebut sebagai intercept time.
Kedalaman

Gambar 3.12 Kurva travel time


pada sistem tiga lapis dengan
adalah kecepatan gelombang pada
lapisan pertama (m/s) dan
adalah kecepatan gelombang pada
lapisan kedua (m/s)
(Sismanto,1999).

Pada Gambar 3.12, Ti1 dan Ti2


berturut-turut merupakan intercept
time pada gelombang bias yang
pertama dan kedua. Untuk kedalaman
lapisan kedua akan diperoleh suatu
persamaan 3.17.
menjelaskan fenomena-
[ √ ]
(3.1 fenomena tersebut. Transformasi

7) Fourier adalah dari sebuah fungsi f(t)
di
definisikan sebagai berikut:
denganTi2 adalah intercept time pada
gelombang bias yang kedua. Dari
persamaan 3.16 dan persamaan
3.17, dapat digambarkan
penampang struktur lapisan bawah
permukaan seperti pada Gambar 3.13
sebagai berikut : Gambar 3.13 Skema sistem tiga
lapis, dengan
, dan berturut-urut
adalah kecepatan gelombang
pada lapisan pertama, kedua
dan ∫
ketiga, Z1 adalah kedalaman (3.18)
pada lapisan pertama, dan Z2
dimana (variabel
adalah kedalaman pada lapisan
frekuensi sudut dengan satuan
kedua (Sismanto, 1999).
radian per detik) (Nasution, 2016).
3.13 Transformasi
Fourier 3.14 Metode MASW (Multichannel
Pengoalahan data menggunakan Analisis of

softewere seisImager dilakukan Surface Wave)

dengan menganalisis kurva dispersi Metode ini merupakan metode

gelombang. Untuk memperoleh kurva yang memanfaatkan fenomena

dispersi gelombang, data hasil dispersi gelombang permukaan yang

rekaman yang berupa doamin waktu bertujuan mengevalusi karater

diubah menjadi doamin frekuensi suatu medium solit (padat). Secara

dengan menggunakna Transformasi garis besar metode ini mengukur

Fourier. Transformasi Fourier variasi kecepatan gelombang

merupakan metode untuk analisis permukaan seiring bertambahnya

spektral dengan tujuan agar sinyal kedalaman. Panjang gelombang

yang diperoleh dalam domain waktu berhubungan dengan kedalaman,

merubah menjadi domain frekuensi. panjang gelombang akan berkurang

Hal ini dilakukan karena perhitungan seiring bertambahnya kedalaman.

lebih mudah dalam dominan Berdasarkan sumbernya, MASW

frekuensi di bandingkan dengan dibagi menjadi dua jenis yaitu MASW

dominan waktu. Selain itu, fenomena aktif dan MASW pasif. MASW pasif

geofisika berkaitan erat dengan menggunakan sumber yang berasal

frekuensi, sehingga frekuensi menjadi dari alam seperti pasang surut air

parameter penting dalam laut, lalulintas, aktivitas manusia


dan aktivitas alam lainnya. Pada
penelitian ini menggunakan MASW
aktif, dimana menggunakan sumber
yang dapat dikontrol seperti palu dan
weight drop. Dalam metode ini ada
dua tahap untuk mengolah dan
menganalisis data sesimik sehingga
pada akhirnya diperoleh satu profil
material bawah permukaan
(kecepatan geser tanah terhadap
kedalaman). Adapun tahapan dalam
analisis data gelombang permukaan
Dengan metode MASW, suatu
yaitu ( Laksono, 2018) :
citra dari kurva dispersi

3.14.1 Pembentukan Kurva memperlihatkan energi (amplitudo)


Dispersi
gelombang geser yang berubah
dari sinyal-sinyal gelombang yang
setiap melakukan iterasi dan sisanya
terekam dapat dibentuk langsung
tidak mengalami perubahan selama
dari data rekaman seismograf atau
proses inversi. Initial model bumi
disebut sebgai data rekaman multi-
dibutuhkan sebagai langkah awal
channel. Data rekaman ini berdomain
proses inversi berbasis iterasi. Model
waktu terhadap jarak
bumi terdiri dari parameter
ditransformasikan ke dalam domain
gelombang P dan gelombang S,
kecepatan fase terhadap frekuensi.
densitas, dan ketebalan. Selama
Proses pertama yaitu menggunakan
proses inversi pada (Gambar
Fast Fourier Transfom (FFT) dan
3.7) terjadi Inversi Fast Fourier
selanjutnya proses transformasi Transfom (IFFT ) untuk
integral yang menghasilkan citra dari mengembalikan kecepatan fase
kurva dispersi. Dari citra kurva dalam fungsi kedalaman. Sehingga
dispersi yang terbentuk, jenis-jenis diperoleh hasil akhir berupa profil
gelombang dapat teridentifikasi kecepatan gelombang geser yang
dengan lebih jelas sehingga merupakan
penentuan mode dasar untuk hubungan antara kecepatan fase
membentuk kurva dispersi dapat terhadap kedalaman.

dilakukan dengan lebih akurat. Jika


kurva dispersi dapat diperoleh
dengan akurat, maka tingkat
ketelitian profil kecepatan gelombang
geser dari hasil inversi juga akan
lebih tepat.

3.14.2
Inversi
Profil kecepatan gelombang
geser dihitung menggunakan inversi
berbasis iterasi yang memerlukan
data inversi dan estimasi poisson
ratio dan densitas. Pendekatan last
square memungkinkan untuk
melakukan proses secara otomatsi.
Untuk metode ini hanya kecepatan
gelombang geser beserta nilai Root
Mean Square Error (RMSE) (Hidayat,
3.15 Softwere SeisImager
2017).

SeisImager merupakan salah satu


METODE PENELITIAN
software pengolahan data seismik
4.1 Jenis Penelitian
dimana di dalam software ini terdapat
Penelitian ini termasuk jenis
lima program yaitu Surface Analysis
penelitian deskriptif kuantitatif,
Wizard, Wave Eq, Plotrefa,
dimana penelitian dilakukan dengan
GeoPlot dan Pickwin. Pada
survey lokasi dan penelitian langsung
pengolahan data seismik dengan
di lapangan untuk mengetahui
metode MASW aktif menggunakan
struktur lapisan bawah permukaan
dua program yaitu program Pickwin
bumi, kecepatan gelombang geser
dan Wave Eq. Pada program Pickwin
dan daya dukung tanah pada pondasi
sinyal domain waktu diubah menjadi
jembatan di desa Lembar
domain frekuensi dengan
menggunakan seismic refraksi.
menggunakan FFT untuk
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
mendapatkan spektrum kurva
Penelitian ini dilakukan pada
dispersi gelombang. Pada program
bulan Maret 2018 sampai Juni 2018 di
Wave Eq kurva dispersi hasil
Desa Lembar, Kecamatan Lembar,
pengukuran dicocokkan dengan kurva
Kabupaten Lombok Barat, Provinsi
pemodelan (curve mathcing) hingga
Nusa Tenggara Barat.
didapatkan profil kecepatan

Foto lokasi yakni


jembatan yang
menuju arah
pantai cemara
Gambar 4.3 Sketsa Lintasan
Gambar 4.1 Lokasi 4.4.2 Teknik Pengambilan Data
Penelitian
Adapun tehnik pengambilan

4.3 Peralatan penelitian data pada penelitian ini sebagai


berikut :
a. Disiapkan alat pengukur
seismik
b. Diukur lintasan sepanjang
50 meter.
c. Ditentukan jarak ofset
0.5 dari panjang lintasan
pada kedua bagian ujung
lintasan.
d. Dipasang geophone yang
Gambar 4.2 Satu set berjumlah 24
alat penelitian buah dengan jarak masing-
seismik refraksi masing 1 meter.
e. Ditentukan posisi titik
4.4 Prosedur Penelitian shoot pada 7 titik.
Pada penelitian ini dilakukan f. Dilakukan shoot pada
beberapa tahapan, antara lain : setiap titik shoot dengan
4.4.1 Akuisisi Data Seismik memberikan energi seismik
Pengambilan data seismik ke dalam bumi melalui
refraksi dilakukan dengan pukulan menggunakan
mengukur 4 lintasan palu.
(Gambar 4.3) dengan tujuan g. Hasil akuisisi data
seismik refraksi
sebagai data pembanding antara
berupa data rekaman
lintasan yang satu dengan
penjalaran gelombang pada
lintasan lainnya, sehingga hasil
setiap geophone yang
penelitian yang diperoleh lebih
tersimpan dalam bentuk
akurat. Pada penelitian dilakukan
file seismograph SEG-2*dat.
juga pengambilan sampel tanah
h. Dicari singkapan tanah dan
beserta gambar singkapan
diambil sampel tanahnya
tanah di lokasi tersebut untuk
pada setiap lintasan untuk
menyesuaikan litelogi dengan
mengetahui struktur
hasil yang diperoleh.
lapisan tanah di lokasi
tersebut.

4.5 Pengolahan Data Seismik


Pengolahan data pada penelitian tahapan pengolahan data dilakukan
ini menggunakan softwere winsim 16 sebagai berikut:
dan softwere SeisImager. Adapun
hubungan antara nilai waktu tiba
4.5.1 Pengolahan data
pertama gelombang P pada
menggunakan softwere winsim
tiap geophone (sebagai sumbu
16
Dalam pengolahan data seismik y) dengan jarak setiap
refraksi dengan geophone dari sumber yang
menggunakan software winsim digunakan (sebagai sumbu x),
16 dikenal ada beberapa tahapan dari kurva travel time maka
seperti berikut : dapat diperoleh kecepatan
1. Tahap pertama adalah penjalaran gelombang tiap
menampilkan data seismik lapisan batuan. Sehingga
pada komputer. Data seismik nantinya kecepatan penjalaran
yang terbaca oleh gelombang tiap lapisan batuan
seismograf sudah dalam inilah yang dijadikan dasar
bentuk digital yang berupa
waktu tempuh penjalaran
gelombang P dari sumber ke
tiap geophone. Data dalam
seismograf harus dikonversi
dari format data SEG ke
format data SU yang dapat
dibaca dengan software yang
digunakan.
2. Tahap kedua adalah tahap
picking first
arrival time menggunakann.
Pada tahap ini kita harus
menentukan first break dari
setiap geophone yaitu untuk
menentukan waktu tiba
pertama gelombang seismik
yang terekam pada tiap
geophone (picking analysis).
3. Setelah melakukan
picking analysis
maka tahapan selanjutnya
adalah membuat kurva
travel time yaitu grafik
dalam menggambarkan terekam di download pada alat
penampang struktur Seismograph PASSI MD 16S24-P.
bawah permukaan untuk Pemilihan Data yang
mengetahui berapa merupakan hubungan antara
ketebalan lapisan batuan waktu (s) dan jarak (m) dipilih
atau struktur pondasi salah satunya pada masing-
jembatan di daerah masing lintasan pada daerah
penelitian. penelitian. Pemilihan data
4.5.2 Pengolahan Data dilakukan untuk mendapatkan
menggunakan data yang terekam oleh 24
Software SeisImager geophone tersebut untuk
Pada pengolahan data memperoleh salah satu data
menggunakan Software dengan kualitas yang baik.
SeisImager ini, dilakukan 2 2. Input Data
tahapan yaitu penentuan Data hubungan antara
kurva dispersi menggunakan waktu (s) dan jarak (m)
program Pickwin dan inversi kemudian diinput pada
untuk analisis gelombang softwareseisImager S/W
menggunakan analisis program Pickwin untuk
gelombang permukaan memperlihatkan penjalaran
menggunakan program gelombang geser terhadap
Wave Eq. Adapun tahapan lapisan dibawah permukaan.
pengolahan data dilakukan Gambar 4.4 dibawah ini
sebagai berikut. merupakan data rekaman
1. Pemilihan Data seismic pada softwere
Dari hasil pengukuran, seisImager.
kemudian data yang telah
Data hubungan antara
jarak (m) dan waktu (s) yang
telah diinput kemudian
ditransformasi dengan
menggunakan FFT (Fast
Fourier Transform) agar data
pengukuran yang berupa
Gambar 4.4 Data rekaman hubungan jarak dan waktu
seismik Refraksi aktif pada
diubah menjadi hubungan
softwere SeisImager.
antara kecepatan fase dan
3. Transformasi Data frekuensi. Hasil transformasi
adalah berupa spektrum kurva
dispersi yang berfungsi untuk menggambarkan perubahan
menampilkan energi korelasi kecepatan fasa terhadap
amplitudo gelombang seperti frekuensi gelombang. Gambar
(Gambar 4.5). 4.6 di bawah merupakan
picking spektrum kurva
dispersi gelombang.

Gambar 4.5 Spektrum


Kurva Dispersi Gambar 4.6
4. Pick Spektrum Kurva Picking
Dispersi Setelah memperoleh
Spektrum Kurva dispersi spektrum kurva dispersi,
pada (Gambar 4.5) yang telah kemudian langkah selanjutnya
didapatkan kemudian dipicking masuk ke program Wave
pada warna yang menunjukkan Spektrum Kurva Dispersi.
korelasi energi amplitudo yang 1. Kurva Dispersi
tinggi. Picking ProgramWave Eq

merepresentasikan kurva Eq, sehingga didapatkan

dispersi, yaitu kurva kurva dispersi hubungan

yang antara kecepatan fasa dan


frekuensi. Kurva dispersi dapat
dilihat pada (Gambar 4.7).

Gambar 4.7 Kurva Dispersi Hasil


Pick Spektrum
Kurva
Dispersi

2. Permodelan Awal (Initial


Model) Permodelan awal
(initial model)
bertujuan untuk proses diperoleh kemudian
inversi. Data
ditransformasi dengan
hubungan antara kedalaman
menggunakan FFT (Fast
atau jarak (m) dan kecepatan
Fourier Transform)
gelombang geser (m/s) yang
dari nilai RMSE minimum.
untuk mengubah domain
Semakin kecil nilai error yang
kecepatan fase fungsi
dihasilkan dari proses iterasi
frekuensi menjadi kecepatan
dalam proses inversi, maka
fungsi kedalaman untuk
profil kecepatan gelombang
menggambarkan lapisan
geser yang diperoleh semakin
bawah permukaan.Adapun
baik.
initialmodel dapat dilihat pada
(Gambar 4.8).

Gambar 4.8 Inisial Model


Kecepatan
Gelombang
Geser (vs)
3. Inversi
Kurva
Dalam proses inversi
pada (Gambar
4.9) dilakukan percocokan
antara kurva dispersi dari ini
initial model dan kurva dispersi
hasil pengukuran melalui
tahapan iterasi. Iterasi di
lakukan pada Wave Eq yaitu
pada Least Square Method
untuk melakukan iterasi secara
otomatis. Proses iterasi terus
dilakukan hingga mencapai
nilai RMSE (Root Mean Square
Error). Nilai ini menunjukkan
kedekatan kurva teori dengan
pengukuran yang dapat dilihat

Gambar 4.9 Inversi


Berbasis Iterasi
4. Profil Kecepatan merupakan hubungan antara
Gelombang Geser dan kecepatan gelombang geser
gelombang primer dan gelombang primer
Dari proses iterasi terhadap kedalaman.
diperoleh profil
kecepatan gelombang geser
dan gelombang primer yang
menggambarkan kondisi
lapisan bawah permukaan pada
daerah penelitian. Profil
kecepatan gelombang geser
Gambar 4.10 Profil Kecepatan
dan gelombang primer
Gelombang Geser dan
ditunjukan pada (Gambar 4.10) gelombang primer

Gambar 4.9 Inversi


Berbasis Iterasi
gelombang pada batuan, kedalaman
4.5 Tahapan Penelitian
dan ketebalan lapisan batuan. Pada
Secara garis besar prosedur
penelitian ini dilakukan interpretasi
penelitian yang dilakukan
data berdasarkan kecepatan
digambarkan dalam diagram alir
gelombang geser yang diperoleh
penelitian yang terlihat pada Gambar
dari softwere seisImager dengan
4.11.
metode MASW aktif, selanjutnya
Studi
literatur dibandingkan niali kecepatan
gelombang primer yang diperoleh
Survey
pada metode MASW aktif dengan
awal
menggunakan metode Intercept Time
Akuisisi data seismik refraksi (IT) pada softwere winsim 16 yang
bertujuan untuk melihat efektifitas
1. Data akuisisi seismic dari kedua metode tersebut dalam
refraksi (file
seismograph SEG-2 menentukan lapisan bawah
*dat)
2. Pengolahan data permukaan. Hasil dari penelitian ini
(menggunakan software
winsim 16 dan softwere juga didukung dengan adanya hasil
seisImager)
singkapan tanah yang diambil pada
masing-masing lintasan yang
pengola
han bertujuan untuk melihat lapisan
penyusun sedimen tanah di lokasi
penelitian sesuai
Metode IT Perhitunga dengan hasil interpretasi yang
Pengola n(qa) diperoleh.
han
seisima Berdasarkan hasil pengolahan
ger
dan interpretasi data seismik refraksi
Foto singkapan
tanah pada 4 lintasan pengukuran dimana
diperoleh litelogi (jenis batuan)
setiap lintasan tersusun atas material
yang sama, yakni jenis batuan pada
interpret
zona lapuk (tanah lunak) yang
tersusun dari endapan tanah (soil),
asi
endapan tanah lempung dan batuan
pasir sedangkan untuk kategori
pembah
(tanah sedang) tersusun atas
endapan pasir setengah padat,
asan
gravel (kerikil), clay padat, pasir

kesimpulan tersaturasi air.


Dimana secara geologi daerah ini
termasuk daerah
Gambar 4.11 Tahapan yang memiliki formasi pengulung
Penelitian
(lampiran 7) yang tersusun atas
batuan Breksi, Lava, Tuf dengan lensa

HASIL DAN PEMBAHASAN Batu Gamping. Adapun hasil

Pada penelitian ini interpretasi data berupa profil

menggunakan data primer, sehingga kecepatan gelombang geser bawah

penelitian ini dilakukan dalam tiga permukaan yang dapat dilihat pada

tahapan yaitu akuisisi data, Gambar 5.1 berikut.

pengolahan data dan interpretasi


data seismic refraksi. Interpretasi
data merupakan tahapan yang
dilakukan untuk memperkirakan
struktur geologi, litelogi dan sifat fisis
lapisan di bawah permukaan seperti
kecepatan
lapisan keenam memilik kecepatan
gelombang geser sebesar
221 m/s dengan ketebalan lapisan
sebesar 3,2 m.
Persentase error yang diperoleh pada
lintasan 1 cukup rendah yaitu sebesar
0,69 % yang dapat dilihat pada
gambar 5.2 berikut.
Gambar 5.1 Profil Kecepatan
Gelombang
Geser (vs) pada
Lintasan 1
Gambar 5.1 merupakan profil
kecepatan gelombang geser pada
lintasan 1. Selanjutnya untuk profil
kecepatan pada lintasan yang lain
dapat dilihat pada (Lampiran 1).
Berdasarkan profil kecepatan
gelombang geser pada lintasan 1,
terdapat enam lapisan dibawah
permukaan. Lapisan pertama
memiliki kecepatan gelombang geser
sebesar 98 m/s dengan ketebalan
sekitar 1,2 m, lapisan kedua memiliki
kecepatan gelombang geser
sebesar 113 m/s dengan ketebalan
sekitar 1,2 m, lapisan ketiga memiliki
kecepatan gelombang geser
sebesar 132 m/s dengan ketebalan
sekitar 1,8 m, lapisan keempat
memiliki kecepatan gelombang
geser sebesar 160 m/s dengan
ketebalan sekitar 1 m. lapisan
kelima memiliki kecepatan
gelombang geser sebesar 207 m/s
dengan ketebalan sebesar 2,8 m, dan

Gambar 5.2. RMSE di


lintasan 1
Selanjutnya untuk persentase kedalaman, hal ini terjadi karena
error pada lintasan yang lain semakin dalam suatu lapisan tanah
dapat dilihat pada tabel 5.1 maka semakin padat atau semakin
dan ditampilkan pada lampiran I. kompak material tanah tersebut.
Hasil interpretasi Berdasarkan litologi daerah Lembar
berdasarkan kecepatan sendiri terdapat singkapan lapisan
gelombang geser batuan, diduga berupa lempung, batuan pasir
keenam lapisan tersebut berupa bercampur batu apung dengan
tanah (soil), lempung dan batuan ketinggian 1 m. Adapun hasil
pasir, namun terdapat perbedaan interpretasi pada masing-masing
pada kecepatan gelombang lintasan yang lain dapat dilihat pada
gesernya. Terlihat kecepatan tabel 5.1 berikut.
gelombang yang semakin besar Tabel 5.1 Interpretasi masing-masing
lintasan
seiring dengan bertambahnya Li ne

Gambar 5.2. RMSE di


lintasan 1
1

2
4
3
4
5
6
7

Hasil interpretasi (c)


menggunakan kecepatan gelombang
geser pada tabel (5.1) di atas
disesuaikan dengan hasil interpretasi
menggunakan kecepatan gelombang
primer pada pengolahan data
menggunakan softwere winsim 16
dengan metode Intercept Time.
Dimana hasil dari metode intercept
time dapat dilihat pada gambar profil (d)
bawah permukaan pada lintasan 1
Gambar 5.3 Hasil Profil Bawah
sampai lintasan 4 (Gambar 5.3) Permukaan Menggunakan Metode
berikut. (Intercept Time) (a). Pada Lintasan 1,
(b). Pada Lintasan 2, (c). Pada
Lintasan
5.3 Profil Bawah Permukaan 3, (d). Pada Lintasan 4
Pada Lintasan 1 sampai lintasan
Berdasarkan profil penampang
4 bawah permukaan pada lintasan
pertama sampai lintasan keempat
menggunakan metode Intercept
Time (gambar 5.3) diperoleh nilai
kecepatan rambat gelombang P yang
menginterpretasikan jenis batuan
bawah permukaan, yang dilihat dari
rentan warna yang berbeda.
Perbedaan warna inilah yang
menunjukkan adanya beda
(a kecepatan penjalaran gelombang
) pada batuan di bawah permukaan
bumi. Hasil interpretasi lintasan 1
menggunakan metode Intercept Time
ditunjukkan pada tabel 5.2 beikut :
(b
)
Tabel 5.2 Hasil interpretasi pada
lintasan pertama menggunakan
Kecepatan
metode Intercept Time
(m/s)
93 – 174

190 – 319

(b
)
metode ini, kita mendapatkan hasil
Tebel 5.2 menunjukkan bahwa
kecepatan gelombang geser dan
kecepatan rambat gelombang primer
kecepatan gelombang primer
sekitar 93 m/s – 319 m/s. Profil
sekaligus, sedangkan bila
penampang bawah permukaan pada
menggunakan metode Intercept Time
lintasan pertama mengintrepetasikan
kita hanya mendapatkan gelombang
bahwa pada lintasan pertama
primer saja.
diperoleh dua lapisan batuan,
dimana lapisan pertama dapat Berdasarkan kecepatan
dilihat dari warna biru tua sampai gelombang geser yang diperoleh
biru muda dengan nilai kecepatan maka kita dapat menentukan besar
gelombang primer 93 m/s sampai kapasitas daya dukung tanah
174 m/s yang diinterpretasikan berdasarkan persamaan
sebagai batuan lapuk berupa batuan
pasir dengan kedalaman 0-1,5 meter
dan memeiliki ketebalan sebesar
1.5 meter. Sedangkan lapisan
kedua dapat dilihat dari warna biru
muda sampai dengan warna orange
dengan kecepatan gelombang primer
berkisar dari 190 m/s sampai 319 m/s
yang diinterpretassikan sebagai
batuan pasir kering, batuan pasir
dengan kedalaman 1.5-20 meter dan
memiliki ketebalan sebesar 18.5
meter dibawah permukan bumi.
Untuk tabel hasil interpretasi pada
lintasan kedua sampai lintasan
keempat dapat dilihat pada Lampiran
2, dimana pada lintasan 2 sampai
lintasan 4 tersusun atas material
yang sama sesuai dengan hasil
kecepatan gelombang primer yang
diperoleh.

Berdasarkan hasil interpretasi


yang diperoleh, metode MASW aktif
lebih efektif untuk menentukan
lapisan bawah permukaan
dikarenakan dengan menggunakan
3.1. besar kapasitas daya dukung
tanah pada masing- masing lintasan
ditunjukkan pada tabel 5.3 berikut.
Tabel 5.3 Nilai Kapasitas daya 4
dukung tanah (qa).

Line

1 Berdasarkan pada tabel (5.3)


diatas, dapat kita lihat bahwa nilai
kapasitas daya dukung tanah untuk
lintasan pertama serbesar 284,88

2 kN/m2, lintasan kedua sebesar 182,37


kN/m2, lintasan ketiga sebesar
227,04 kN/m2, dan Lintasan
keempat sebesar 478,80 kN/m2.
Berdasarkan hasil interpretasi data
3
dan nilai kecepatan gelombang
geser yang diperoleh serta nilai
kapasitas daya dukung tanah untuk
lintasan pertama sampai lintasan
keempat yang batuan penyusun
dari keempat lintasan ini didominasi
oleh endapan tanah (soil), endapan
tanah lempung dan batuan pasir.
Dimana dapat dilihat dari tabel (3.1)
mempunyai nilai kapasitas daya
dukung tanah minimal untuk batuan
(a)
pasir sebesar 75 kN/m2 dan nilai
kapasitas daya dukung tanah
maksimal sebesar 600 kN/m2.
Sedangkan pada hasil pengukuran
diperoleh nilai kapasitas daya dukung
tanah minimal sebesar 182,37 kN/m2
dan nilai kapasitas daya dukung
tanah maksimal sebesar 478,80
kN/m2, sehingga dapat dikatakan
bahwa kapasitas daya dukung tanah
pada lintasan pertama sampai
lintasan keempat lebih besar
dibandingkan kapasitas daya dukung
tanah minimal secara teori, sehingga
kapasitas daya dukung tanah pada
daerah penelitian bisa dikatan aman
terhadap keruntuhan.
Hasil dari penelitian ini
didukung dengan adanya foto
singkapan tanah pada masing-
masing lintasan yang
memperlihatkan bahwa pada lokasi
penelitian tersusun atas endapan
tanah (soil), endapan tanah
lempung dan batuan pasir seperti
yang ditunjukkan pada (Gambar 5.4)
berikut.
(c)

(b)

(d)
sebgai endapan tanah lempung
kering. (e) gambar singkapan tanah
pada lintasan 3 yang berada di
tengah sawah dan diidentifikasi
gebagai endapan tanah yang
mengandung pasir dan batuan pasir.
(f) Gambar singkapan tanah
pada lintasan 2
diidentifikasi sebagai
endapan tanah halus.
pasir. (c) gambar singkapan
tanah
lempung karena proses galian pada
lintasan 3. (d)

(e
)

(f)

Gambar 5.4 Gambar singkapan (a)


Lintasan 2. (b) Lintasan 1. (c)
Lintasa 3. (d) Lintasa 4. (e)
Lintasan 3. (f) Lintasan 2.

Pada Gambar singkapan (5.4)


(a) merupakan lapisan tanah dan
pasir hasil galian sumur di lintasan 2.
(b) merupakan hasil singkapan tanah
karena proses galian pada lintasan 1
yang diidentifakasi tersusun atas
endapan tanah yang mengandung
PENUTUP sedangkan pada lapisan
6.1 Kesimpulan tanah keras tersusun atas
Berdasarkan hasil pengolahan endapan pasir setengah
dan interpretasi data dari penelitian padat, gravel (kerikil), clay
ini dapat disimpulkan bahwa : padat, pasir tersaturasi air.
1. Lapisan bawah permukan 2. Nilai kecepatan gelombang
pada pondasi
geser pada lintasan
jembatan di Desa Lembar
pertama sampai lintasan
Kecamatan Lembar (NTB)
keempat sebesar 98 m/s
pada lintasan pertama
sampai 319 m/s.
sampai lintasan keempat
3. Berdasarkan hasil
sama berdasarkan nilai
interpretasi data diperoleh
kecepatan gelombang
nilai kapasitas daya dukung
geser berkisar dari 98 m/s
tanah dari lintasan pertama
sampai 319 m/s yang di
sampai lintasan keempat
identifikasi sebagai lapisan
lebih besar di bandingan
tanah lunak dan tanah
nilai kapasitas daya dukung
keras. Pada lapisan tanah
tanah berdasarkan teori.
lunak tersusun atas
Dimana pada teori nilai
endapan tanah (soil),
kapasitas daya dukung
endapan tanah lempung
tanah
dan batuan pasir, 2

gambar singkapan pada lintasan 4 minimal sebesar sampai


yang diidentifikasi 75 kN/m 600
kN/m2, sedangkan nilai Meyerhof, G.G. 1963. Teknik Fondasi
I,Edisi Ketiga.
kapasitas daya dukung
Yogyakarta : Gajah Mada
tanah pada daerah Universiti.
penelitian dari lintasan
Murteza, Budi, Sutomo. 2014.
pertama sampai lintasan Identifikasi Batuan Dasar
(Bedrock) Menggunakan
keempat sebesar 182,37
Metode Seismik Refraksi di
kN/m2 sampai 478,80 Lokasi Pendirian Rumah Sakit
Pendidikan Universitas
kN/m2 sehingga dapat Sebelas Maret. Surakarta :
disimpulkan bahwa Universitas Sebelas Maret.
6.2 kapasitas daya dukung
Nakif Nurcandra, Darsono,
Saran tanah pada pondasi Sorja Koesuma
.2013.Penentuan Tingkat
jembatan di Desa Lembar
Kekerasan Batuan
Kecamtan Lembar (NTB) Menggunakan Metode Seismik
Refraksi di Jatikuwung
aman dari reruntuhan.
Karanganyar. Surakarta :
Universitas Sebelas Maret.
Penelitian ini sifatnya sebagai
Boko Nurdiyanto, Eddy Hartanto ,
data pendukung sehingga perlu Drajat Ngadmanto , Bambang
Sunardi , Pupung
pengkajian lebih teliti terhadap
Susilanto.2011. Penentuan
kondisi geologi daerah penelitian, Tingkat Kekerasan Batuan
Menggunakan Metode Seismik
serta untuk penelitian selanjutnya
Refraksi.Yogyakarta :
perlu dilakukan menggunakan Universitas Gajah Mada.
metode geofisika lainnya untuk
Burger, Robert. 1992. Exploration
memastikan kondisi bawah Geophysics Of The
Shallow
permukaan bumi pada daerah Subsurface.
penelitian. New Jersey :
Prentice Hall.
DAFTAR PUSTAKA Hardiyatmo, H.C. 2006. Analisis dan
Perancangan Fondasi I.
Adi Purnomo, Sri Atmaja, Rosyidi, Yogyakarta : Universitas Gajah
Anita Widianti. Mada.
2008. Investigasi Sub-
Permukaan Tanah Untuk
Perencanaan Jalan
Menggunakan Survai
Pembiasan Seismik.
Yogyakarta : Universitas
Muhammadiyah.

Akyas, 2007. Pemodelan


Gelombang Seismik Untuk
Memvalidasi Interpretasi
Data Seismik Refraksi.
Bandung : Institut
Teknologi
Bandung.
Sadisun, Imam dan Bandono, 2009.
Karakterisasi Keteknikan
Batuan Lapuk. Bandung :
Institut Teknologi Bandung.

Sismanto, 1999. Eksplorasi


dengan Menggunakan
Seismik Refraksi. Yogyakarta :
Gajah Mada University.

Sugiarto, Bambang, Prayudi dan


Zubaidah, 2005.
Pengukuran Kerugian
Bangunan Rumah Akibat
Kenaikan Muka Air Laut Kasus
Kawasan Pantai Ampenan.
Mataram : Universitas
Mataram.

Susilawati. 2004. Seismik Refraksi


(Dasar Teori dan Akuisisi
Data). Sumatra : Universitas
Sumatra Utara.

Terzaghi, K. 1943. Theoritical Soil


Mechanic. New
York : John Wiley and
Sons.

Tescan, S.S. 1975. Insitu


Measurement Of Shear Wave
Velocity At Bogazici University
Campus. Journal A Rapid
Technique to Determine
Allowable Bearing Pressure.
Vol.2. April 1975. Istanbul
Technical University. Istanbul.
Turkey.

Wirawan, Rahardjo dan Surono,


1992. Tinjauan Aspek
Geoteknis dan Perencanaan
Bangunan Bawah Proyek
Pembangunan Gedung
Kampus Pusat IKIP PGRI.
Semarang : Universitas
Semarang.

Telford, W.M., Geldart, L.P dan


Sherif, R.E.
1990. Applied Geophysics.
Second Edition. Cambridge
University Press.

Anda mungkin juga menyukai