Anda di halaman 1dari 26

ANALISIS DAYA DUKUNG TANAH PADA PONDASI JEMBATAN DI DESA

LEMBAR KECAMATAN LEMBAR (NTB) MENGGUNAKAN METODE SEISMIK


REFRAKSI

Maemunah
Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Mataram, Jalan Majapahit 62 Mataram, 83125,
Indonesia

E-mail: mae.m11071995@gmail.com

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian menggunakan metode seismik di Desa Lembar Kecamatan Lembar Kabupaten Lombok Barat.
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan lapisan bawah permukaan berdasarkan kecepatan gelombang geser, menentukan
kecepatan gelombang geser dan menentukan besar kapasitas daya dukung tanah penyusun pondasi jembatan. Pengambilan data
lapangan dilakukan pada 4 lintasan menggunakan alat seismik refraksi seismograph PASI 24 Channel, dengan panjang lintasan 47
meter, spasi antar geophone 1 meter dan pengolahan data menggunakan dua softwere yaitu softwere seisImager dan softwere Winsim
16. Pengolahan yang pertama digunakan program pickwin dan Wave Eq yang ada di dalam softwere seisImager untuk memperoleh
kecepatan gelombang geser dan kecepatan primer. Pengolahan data yang kedua menggunakan metode Intercept Time yang
berada didalam softwere Winsim 16 untuk memperoleh kecepatan gelombang primer. Dari kedua hasil pengolahan data
dilakukan analisis untuk memperoleh besar kapasitas daya dukung tanah di lokasi penelitian. Hasil interpretasi pada lintasan
pertama sampai lintasan keempat menunjukkan bahwa di lokasi penelitian mempunyai litologi dengan kecepatan gelombang
geser berkisar dari 98 m/s sampai 319 m/s yang di identifikasi sebagai lapisan tanah lunak dan tanah keras. Pada lapisan tanah
lunak tersusun atas endapan tanah (soil), endapan tanah lempung dan batuan pasir, sedangkan pada lapisan tanah keras
tersusun atas endapan pasir setengah padat, gravel (kerikil), clay padat, pasir tersaturasi air. Berdasarkan hasil perhitungan
diperoleh besar kapasitas daya dukung tanah sebesar 182,37 kN/m2 sampai 478,80 kN/m2 dan aman dari reruntuhan.

Kata kunci : Pondasi jembatan, Seismik refraksi, MASW aktif, Intercept Time, Daya dukung tanah,

ABSTRACT
The research has been done using seismic method in Lembar Village, Lembar Sub District, West Lombok regency. This study
aims to Determine the subsurface layer based on the speed of the secondary wave, determine the speed of the secondary
wave and determine the capacity of the soil bearing capacity of the foundation bridge. Field data was collected on 4
trajectories using seismograph seismograph 24-channel Channel seismograph, with path length 47 meter, spacing between 1
meter geophone and data processing using two softwere, softwere seisImager and softwere Winsim 16. first processing used
pickwin and Wave Eq program which is inside the seisImager softwere to obtain secondary speed and primary speed. The
second data processing uses Intercept Time method which is inside the Winsim 16 softwere to obtain the primary wave
velocity. From both result of data processing analysis to get big capacity of soil bearing capacity at research location. The
results of the interpretation on the first trajectory to the fourth trajectory indicate that at the study site has lithology with
shear wave velocity ranging from 98 m/s to 319 m/s identified as soft soil layer and hard soil. In soft soil layers are composed
of soil, clay and sand deposits, whereas in hard soil layers are composed of half-solid sand deposits, gravel (gravel), clay solid,
saturated sand water. Based on the calculation results obtained capacity of soil carrying capacity of 182.37 kN/m2 to 478.80
kN/m2 and safe from the debris.

Keywords: Bridge foundation, Seismic refraction, Intercept Time, Carrying capacity of the land permits
PENDAHULUAN untuk pendugaan lapisan batuan bawah tanah. Hal

Nusa Tenggara Barat khususnya di pulau Lombok ini disebabkan keakuratan yang tinggi dalam

merupakan daerah yang sedang berkembang di memodelkan struktur geologi di bawah permukaan

bidang ekonomi yang ditandai dengan maraknya bumi tanpa merusak lapisan batuan yang ada di

pembangunan infrastruktur. Tingginya frekuensi dalam bumi dan juga mampu memberikan informasi

pembangunan fisik mengakibatkan banyaknya tentang sifat fisis lapisan bumi berdasarkan

bangunan-bangunan sipil seperti gedung, jembatan kecepatan penjalaran gelombang seismik yang

dan jalan raya yang terpaksa dibangun pada kondisi dibangkitkan di permukaan bumi (Yohanella,2014).

geologis yang kurang menguntungkan, misalnya Pada penelitian ini juga dilakukan analisis

pada daerah tanah lunak. Tanah lunak adalah tanah singkapan tanah disekitar lokasi penelitian

yang tidak memiliki daya dukung yang cukup untuk (pengambilan sampling). Hal ini dilakukan untuk

menahan beban yang diberikan di atasnya. Dengan mengetahui struktur lapisan sedimen penyusun

kata lain tanah ini memiliki daya dukung yang tanah yang ada pada lokasi penelitian sehingga dapat

rendah. Akibat tanah lunak yang terdapat di lombok, diidentifikasi jenis lapisannya dan dapat ditentukan

sering sekali terjadi masalah atau kesulitan dalam pada kedalaman berapa idealnya pembuatan pondasi

pembangunan bangunan teknik sipil seperti gedung, berdasarkan jenis tanah yang diperoleh.

jembatan dan jalan raya karena adanya konsolidasi LANDASAN TEORI

sebagian atau penurunan tanah yang tidak sama, 3.1 Struktur Jembatan

sehingga terkadang menyebabkan kondisi yang Jembatan dapat didefinisikan sebagai suatu

kurang baik, seperti adanya jalanan yang tidak rata konstruksi yang menghubungkan rute atau lintasan

(bergelombang), bangunan yang menjadi miring, trasportasi yang terpisah baik oleh sungai, rawa,

bangunan yang retak, robohnya bangunan dan lain danau, selat, saluran, jalan raya, rel kereta api, dan

sebagainya. perlintasan lainnya.


Secara garis besar, konstruksi jembatan terdiri
Daya dukung tanah adalah kekuatan tanah dari dua komponen utama yaitu bangunan atas (upper
untuk menahan suatu beban yang bekerja padanya structure) dan bangunan bawah (sub structure).
yang biasanya disalurkan melalui pondasi. Analisis Bangunan atas merupakan bagian jembatan yang
kapasitas dukung tanah mempelajari kemampuan menerima langsung beban dari orang dan kendaraan
tanah dalam mendukung beban pondasi dari struktur yang melewatinya. Bangunan atas terdiri dari
yang terletak di atasnya. Kapasitas dukung komponen utama yaitu lantai jembatan, rangka
menyatakan tahanan geser tanah untuk melawan utama, gelagar melintang, gelagar memanjang,
penurunan akibat pembebanan, yaitu tahanan geser diafragma, pertambatan, dan perletakan (andas).
yang dapat dikerahkan oleh tanah di sepanjang Selain itu, juga terdapat komponen penunjang pada
bidang-bidang gesernya. bangunan atas yaitu trotoir, perlengkapan
sambungan, ralling, pagar jembatan, drainase,
Pada penelitian ini menggunakan metode
penerangan, dan parapet. Bangunan bawah
seismik refraksi, dimana metode ini digunakan
merupakan bagian jembatan yang menerima beban 2. Beban yang diteruskan oleh pondasi ke
dari bangunan atas ditambah tekanan tanah dan gaya tanah tidak boleh melebihi kekuatan
tumbukan dari perlintasan di bawah jembatan. tanah yang bersangkutan.
Bangunan bawah ini meliputi pilar jembatan (pier),
pangkal jembatan (abutment), dan pondasi (Rahardjo, Kriteria-kriteria tersebut adalah kriteria khas sub

dkk, 1992). structure dan tidak terdapat pada bagian upper


structure. Di samping diperlukannya penguasaan dari

3.2 Pondasi Bangunan Jembatan gaya-gaya yang bekerja pada pondasi, diperlukan

Pondasi merupakan bagian bangunan yang juga pengenalan dan penguasaan akan sifat-sifat

menghubungkan bangunan dengan tanah, yang tanah, baik tanah sebagai bahan yang berdiri sendiri

menjamin kestabilan bangunan terhadap berat maupun tanah sebagai tempat pondasi bertumpu.

sendiri, beban yang bekerja, dan gaya-gaya luar Ada dua kriteria yang harus dipenuhi oleh tanah

seperti tekanan angin dan gempa bumi (Frick, yang baik, yaitu :

2001:40). Ada beberapa fungsi pondasi, antara lain :


1. Penurunan tanah (settlement) yang
a. Sebagai kaki bangunan
disebabkan oleh beban di atasnya masih
b. Sebagai landasan atau alas bangunan
dalam batas yang diperbolehkan.
c. Meneruskan beban dari atas ke dasar tanah 2. Memiliki daya dukung yang cukup baik
d. Sebagai penahan bangunan dari tekanan sehingga tidak terjadi keruntuhan geser.
angin dan gempa bumi
e. Sebagai penjaga agar kedudukan bangunan Sifat-sifat tanah dapat diketahui dengan
stabil. melakukan penyelidikan tanah. Adapun metode yang
dilakukan dalam penyelidikan tanah di lapangan
Karena pentingnya fungsi pondasi di atas, maka
antara lain dengan pemboran (drilling), sumur
lapisan batuan tempat bertumpunya pondasi harus
percobaan (trial pits), pengambilan contoh tanah
tepat pada batuan yang keras. Pembuatan pondasi
(sampling) dan percobaan penetrasi (penetration test).
pada lapisan batuan yang tidak keras (batuan lapuk)
Setelah dilakukan serangkaian penyelidikan, akan
memungkinkan bangunan sewaktu-waktu dapat
diketahui sifat-sifat tanah di lapangan. Kemudian kita
mengalami penurunan. Akibatnya, dinding
dapat menentukan pada kedalaman berapa idealnya
bangunan mudah retak, lantai pecah dan sudut
untuk pembuatan pondasi. Suatu sistem pondasi
kemiringan tangga berubah, bahkan dapat
harus mampu mendukung beban bangunan di
menyebabkan kerusakan pada seluruh bangunan.
atasnya, termasuk gaya-gaya luar seperti gaya angin,
Ada dua kriteria yang harus dipenuhi oleh pondasi
gempa dan sebagainya. Jika terjadi kegagalan
yang baik, yaitu :
konstruksi pada pondasi, dapat terjadi hal-hal
seperti:
1. Mampu menahan beban bangunan di
1. Kerusakan pada dinding, retak atau miring
atasnya tanpa menimbulkan kegagalan
2. Lantai pecah, retak atau bergelombang
konstruksi.
3. Penurunan atap atau bagian bangunan yang qₐ = 0,025 γ Vs α
lain. (3.1)
Oleh karena itu, pondasi harus kuat, stabil, dan dimana, qₐ = kapasitas daya dukung tanah
aman agar tidak mengalami kegagalan konstruksi, (kN/m²)
karena akan sulit nantinya untuk memperbaiki suatu γ = berat volume tanah ( 17 kN/m³)
sistem pondasi yang telah mengalami kegagalan Vs = kecepatan gelombang geser (m/s)
konstruksi. Selain itu, pondasi juga berfungsi untuk α = 0,83-0,01B
menyalurkan beban-beban terpusat dari bangunan B = lebar pondasi (m)
bawah ke dalam tanah pendukung dengan cara
sedemikian rupa, sehingga hasil tegangan dan Tabel 3.1 Batas Aman Daya Dukung Untuk
gerakan tanah dapat dipikul oleh strutur secara Berbagai Jenis Material
Jenis Material Daya Dukung
keseluruhan (Rahardjo, dkk, 1992).
3.3 Kapasitas Dukung Tanah kN/m2

10.000
Daya dukung tanah adalah kekuatan tanah untuk
Batu sangat keras
menahan suatu beban yang bekerja padanya yang 4.000
Batu kapur
biasanya disalurkan melalui pondasi. Analisis
200 – 600
kapasitas dukung tanah mempelajari kemampuan Pasir Kering
tanah dalam mendukung beban pondasi dari struktur 100 – 300
Pasir berkerapatan
yang terletak di atasnya. Kapasitas dukung sedang (pasir basah)
menyatakan tahanan geser tanah untuk melawan 150 – 300
Lempung kenyal
penurunan akibat pembebanan, yaitu tahanan geser 75 – 150
yang dapat dikerahkan oleh tanah di sepanjang Lempung teguh
1 < 75
bidang-bidang gesernya.
Lempung lunak dan
Untuk memenuhi stabilitas jangka panjang, lumpur
perhatian harus diberikan pada perletakan dasar Sumber : DPU, 1986

pondasi. Pondasi harus diletakan pada kedalaman 3.4 Kuat Geser Tanah
yang cukup untuk menanggulangi resiko erosi Kuat geser tanah adalah gaya perlawanan yang
permukaan, gerusan, kembang susut tanah, dan dilakukan oleh butir-butir tanah terhadap desakan
gangguan tanah disekitar pondasi lainnya atau tarikan. Dengan dasar pengertian ini, bila tanah
(Hardiyatmo, 2006 : 110-111). mengalami pembebanan akan ditahan oleh :

Adapun persamaan yang digunakan untuk 1. Kohesi tanah yang bergantung pada jenis
menentukan kapasitas daya dukung tanah (qₐ) adalah tanah dan kepadatannnya, tetapi tidak
sebagai berikut (Semih S.Tezcan, 1975) : tergantung dari tegangan normal yang
bekerja pada bidang geser.
2. Gesekan antara butir-butir tanah yang manghasilkan gelombang seismik yang merambat di
besarnya berbanding lurus dengan tegangan dalam bahan tersebut yang kecepatan rambatnya
normal pada bidang gesernya. tergantung pada sifat-sifat dan elastisitas dari bahan
dimana gelombang itu merambat. Untuk
Faktor-faktor yang mempengaruhi kuat geser
memperlihatkan ketergantungan kecepatan
tanah pasir, antara lain :
gelombang seismik dan elastisitas suatu bahan, kita
1. Ukuran butiran
bisa menggunakan hubungan stress dan strain.
2. Air yang terdapat di antara butiran
Dimana hubungan suatu bahan tertentu
3. Kekerasan permukaan butiran memungkinkan kita untuk menguraikan sifat-sifat
4. Angka pori (e) atau kerapatan relatif elastik dari bahan dan karakteristiknya (Daniel,
(Dr) 2012).
5. Distribusi ukuran butiran
3.6 Penjalaran Gelombang Seismik
6. Bentuk butiran
Gelombang seismik yang menjalar ke bawah
7. Tegangan utama tengah
permukaan bumi memiliki sifat dan karakteristik
8. Sejarah tegangan yang pernah dialami.
yang memenuhi konsep fisika hukum pembiasan dan
pemantulan.
3.5 Gelombang Seismik
3.6.1 Pemantulan dan Pembiasan
Gelombang merupakan getaran yang merambat
Pemantulan dan pembiasan gelombang
dalam suatu medium. Medium disini yang
pada saat mencapai bidang batas antar
dimaksudkan adalah bumi. Sehingga gelombang ini
lapisan yang berbeda sifat fisikanya,
dinamakan gelombang seismik (Tristiyoherni, dkk.,
memenuhi tiga hukum penjalaran
2010).
gelombang, yaitu sebagai berikut :
Gelombang seismik merupakan gelombang 1. Hukum penjalaran lurus

mekanik yang menjalarkan energi menembus lapisan Sinar dalam medium homogen

bumi. Gelombang seismik biasanya disebut menjalar mengikuti garis lurus.

gelombang elastis yang mengakibatkan perubahan 2. Hukum pemantulan

bentuk pada material dimana gelombang tersebut Pada bidang batas antara dua

merambat. Perubahan bentuk tersebut disebabkan medium homogen dan isotropis

oleh adanya tekanan dan dilatasi yang silih berganti yang berbeda, sebagian sinar

ketika partikel-partikel di dalam material bergerak dipantulkan dan pantulannya

saling mendekati dan menjauhi sebagai respon dari berada pada bidang datang yang

gaya-gaya yang diasosiasikan sebagai gelombang yang dibuat oleh garis sinar datang dan

merambat di dalam material tersebut. Dengan garis normal terhadap permukaan

adanya perubahan bentuk dari pola-pola partikel pantul. Sudut pantul yang

yang ada dalam bahan padat, maka akan dihasilkan sama dengan sudut
datang.
3. Hukum pembiasan titik yang lain akan memilih lintasan dengan
Pada permukaan antara dua waktu tempuh tercepat. Asas Fermat dapat
medium yang mempunyai sifat diaplikasi untuk menentukan lintasan sinar
berbeda, sebagian sinar dibiaskan dari satu titik ke titik lainnya, yaitu lintasan
ke medium kedua. Sinar bias yang waktu tempuhnya bernilai minimum.
tersebut berada pada bidang Dengan diketahuinya lintasan dengan
dating dan membuat sudut garis waktu tempuh minimum, maka dapat
normal yang mengikuti. dilakukan penelusuran jejak sinar yang
3.6.2 Prinsip Huygens telah merambat di dalam medium.
“Titik-titik yang dilewati gelombang Penelusuran jejak sinar seismik ini akan
akan menjadi sumber gelombang baru”. sangat membantu dalam menentukan posisi
Front gelombang yang menjalar menjauhi refraktor dibawah permukaan. Jejak sinar
sumber adalah superposisi front gelombang seismik yang tercepat ini tidaklah selalu
- front gelombang yang dihasilkan oleh berbentuk garis lurus (Daniel, 2012).
sumber gelombang baru tersebut.

Gambar 3.1.Prinsip Huygens (Akyas, 2007) Gambar 3.2. Asas Fermat (Susilawati, 2004)

Gambar (3.1) menerangkan fenomena dimana,


fisik pada pergerakan vertikal yang terjadi z = kedalaman (km)
pada “wavefront”. Partikel – partikel x = jarak, dalam hal ini adalah
tersebut bergerak dari keadaan setimbang, jarak antar geophone (km)
maka akan terjadi gaya elastik di daerah
Gambar (3.2) memperlihatkan jika
sekelilingnya yang menggerakkan partikel
gelombang melewati sebuah medium yang
lainnya menyebabkan timbul “wavefront”
memiliki variasi kecepatan gelombang
baru. Penjalaran gelombang yang terjadi di
seismik, maka gelombang tersebut akan
medium merupakan interaksi antara
cenderung melalui zona-zona kecepatan
gangguan dan reaksi sifat elastik (Akyas,
tinggi dan menghindari zona-zona
2007).
kecepatan rendah.
3.6.3 Asas Fermat
Asas Fermat menyatakan bahwa
gelombang yang menjalar dari satu titik ke
3.6.4 Sudut Kritis menemui bidang batas antar lapisan, sebagian
Sudut datang yang menghasilkan gelombang ini ada yang direfleksikan dan ada juga
gelombang bias sejajar dengan bidang yang direfraksikan. Gelombang seismik yang tiba di
lapisan dan tegak lurus dengan garis normal permukaan akan ditangkap oleh serangkaian
(r = 90) disebut sudut kritis. detektor, kemudian direkam oleh alat yang biasa
disebut seismograph (Daniel, 2012).
Gelombang seismik yang ditangkap oleh
detektor dan direkam oleh seismograph inilah yang
merupakan respon yang diberikan bumi atas medan
gangguan yang dibangkitkan. Selanjutnya, data
observasi diinterpretasi untuk dapat mengetahui
struktur lapisan geologi dan sifat fisik lapisan di
bawah permukaan bumi yang diteliti. Dari gambaran
Gambar 3.3 Sudut kritis (Telford, dkk, 1990) metode seismik di atas, secara garis besar terdiri dari

Gambar (3.3) yang memperlihatkan tiga bagian utama, yaitu akuisisi data seismik,
pemrosesan data observasi, interpretasi data
gelombang dari sumber S menjalar pada
observasi. Akuisisi data seismik yaitu aktivitas yang
medium v1 , dibiaskan pada sudut kritis
ditujukan untuk memperoleh data dari lapangan
pada titik A sehingga menjalar pada bidang
yang diteliti. Sedangkan pemrosesan data observasi
batas lapisan. Gelombang ini dibiaskan ke
ialah proses data observasi dengan tujuan untuk
atas setiap titik pada bidang batas itu
menghasilkan penampang seismik yang mewakili
sehingga sampai ke detektor P yang ada di
daerah bawah permukaan, dan adapun interpretasi
permukaan (Telford, dkk, 1990).
data observasi dilakukan untuk memperkirakan
3.7 Metode Seismik
struktur geologi dan sifat fisis lapisan di bawah
Metode seismik merupakan metode aktif,
permukaan daerah yang diteliti, selain itu juga untuk
maksudnya metode yang mengadakan tahapan
memperkirakan material batuan di bawah
membuat medan gangguan kemudian mengukur
permukaan (Daniel,2012).
respon yang diberikan bumi terhadap medan
3.8 Jenis – jenis Penjalaran Gelombang
gangguan tersebut. Secara sederhana gambaran
Seismik
metode seismik yang berawal dari dibangkitkannya
Berdasarkan teori elastisitas dan deformasi
medan gangguan, hingga diperoleh respon yang
elemen medium serta konsep displecement potensial,
diberikan bumi dapat dideskripsikan sebagai berikut.
maka pada medium isotropis transfer energi dapat
Suatu sumber gelombang seismik dibangkitkan,
ditransmisikan dalam dua tipe dengan kecepatan
gelombang seismik yang dibangkitkan ini dijalarkan
penjalaran yang berbeda pula, tergantung pada
oleh material bumi ke semua arah, hal ini dapat
konstanta-konstanta elastik yang dilaluinya. Transfer
terjadi dikarenakan material bumi bersifat
ini terjadi malalui media perlapisan bumi disebut
elastis.Ketika gelombang seismik yang menjalar
gelombang badan (body wave) dapat dilihat pada ( ) dan adalah densitas
ilustrasi (Gambar 3.4 dan Gambar 3.5), sedangkan (
yang terjadi di permukaaan bumi disebut gelombang
permukaan (surface wave) dapat dilihat pada ilustrasi
(Gambar 3.6) dan (Gambar 3.7).
3.8.1 Gelombang badan (body wave)
Gelombang badan (body wave)
merupakan gelombang yang menjalar
melalui media elastik dan arah
Gambar 3.4. Penjalaran gelombang primer
perambatannya ke seluruh bagian di dalam (Elnashai dan Sarno, 2008)
permukaan bumi. Berdasarkan gerak
2. Gelombang sekunder.
partikel pada media dan arah
Gelombang ini adalah gelombang
penjalarannya, gelombang dapat dibedakan
transversal, sehingga arah pergerakan
atas gelombang P dan gelombang S.
partikel akan tegak lurus dengan arah
Metode seismik ini memanfaatkan
rambat gelombang. Pada gelombang ini
penjalaraan gelombang seismik ke dalam
partikel-partikel bergerak tegak lurus arah
bumi. Yang menjadi objek perhatian utama
perambatan gelombang. Gelombang
pada rekaman gelombang seismik dalam
sekunder mempunyai kecepatan lebih kecil
metode ini ialah body wave. Body wave dibagi
dari gelombang primer. Gelombang
menjadi dua macam, yaitu:
sekunder akan merubah bentuk batuan,
1. Gelombang primer
tetapi densitas tidak berubah. Kecepatan
Gelombang ini adalah gelombang
rambat gelombang sekunder (vs) adalah:
longitudinal, sehingga arah pergerakan
partikel akan searah dengan arah rambat √

gelombang. Gelombang ini termasuk yang


tercepat merambat didalam tanah dengan (3.3)
partikel-partikel bergerak searah dengan
Dengan adalah modulus rigiditas (pa) dan
arah pergerakan gelombang. Densitas dari
adalah densitas ( .
batuan yang dilalui gelombang ini akan
mengalami perubahan.

(3.2)

Dengan adalah konstanta Gambar 3.5. Penjalaran gelombang sekunder


lame, adalah modulus rigiditas (Elnashai dan Sarno, 2008).
Tabel 3.2 Klasifikasi Jenis Tanah 3. Kuat geser tak
Tipe terdrainase ̅ 25 kPa
Uraian Gambaran Stratigrafi vs(m/s)
Tanah F. Lokasi Setiap profil lapisan tanah yang memiliki
A Batuan atau formasi batuan lainnya >800 yang salah satu atau lebih dari karakteristik
Endapan sand atau clay yang sangat membutu seperti:
padat, gravel,pada hkan - Rentan dan berpotensi gagal
ketebalan beberapa puluh meter, penyelidi terhadap beban gempa seperti
B 360-800 kan
ditandai dengan likuifaksi, tanah lempung
peningkatan sifat mekanik terhadap geotekni sangat sensitif, tanah
kedalaman. k dan tersementasi lemah
Endapan sand padat atau setengah analisis - Lempung organik tinggi atau
padat yang tebal, respon gambut (dengan ketebalan
C gravel atau clay padat dengan 180-360 spesifik 3m)
ketebalan beberapa (Site
- Plastisitas tinggi (ketebalan H
puluhan hingga ratusan meter. Specific
Response 7,5m dengan PI 75)
Endapan tanah kohesi rendah
Analysis) - Lapisan lempung lunak/
sampai sedang (dengan
medium kaku dengan
D atau tanpa beberapa lapisan kohesi <180
rendah), atau ketebalan H 35m
terutama pada tanah kohesi rendah
Lapisan tanah terdiri aluvium pada (Sumber: Mulia, 2011)
permukaan dengan
nilai vs tipe C atau D dengan
E ketebalan bervariasi >800 3.8.2 Gelombang permukaan (surface
antara 5 m dan 20 meter, dibawah
tanah ini berupa wave)
material keras.
Endapan terdiri dari atau Gelombang permukaan (surface wave)
mengandung, ketebalan
merupakan gelombang yang kompleks
lapisan minimal 10 meter, pada
tanah lempung lunak ataulempung dengan frekuensi yang rendah dan
S1
lanauan dengan indeks plastisitan <100
S2
dan kadar air yang tinggi. (indikasi) amplitudo besar, yang menjalar akibat
Endapan tanah likuifiable, dari clay
yang sensitif, atau adanya efek free surface dimana terdapat
tanah lain yang tidak termasuk
dalam tipe A-E atau S1 perbedaan sifat elastis. Gelombang ini
dapat menjelaskan struktur mantel atas dan
(Sumber : British Standards, 2004)
permukaan kerak bumi (crust). Didasarkan
Tabel 3.3 Klasifikasi Jenis Tanah sesuai RSNI pada sifat gerakan partikel media elastik
1726-2010
Klasifikasi ̅ (m/dt) ̅ ̅ terdapat dua tipe gelombang permukaan,
Site (kPa)
A. Batuan ̅ 1500 N/A N/A yaitu gelombang Reyleigh dan gelombang
Keras
Love. Gelombang Reyleigh merupakan
B. Batuan 750 ̅ 1500 N/A N/A
C. Tanah 350 ̅ 750 ̅ ̅ gelombang permukaan yang gerakan
Sangat 50 100
Padat dan partikel medianya merupakan kombinasi
Batuan
Lunak gerakan partikel yang disebabkan oleh
D. Tanah 175 ̅ 350 15 50
Sedang ̅ gelombang primer dan gelombang
̅ 100 sekunder. Sedangkan gelombang Love
50
E. Tanah ̅ 175 ̅ ̅ 15 merupakan gelombang permukaan yang
Lunak 15
Atau setiap profil lapisan tanah dengan menjalar dalam bentuk gelombang
ketebalan lebih dari 3 m dengan
karakteristik sebagai berikut: transversal yang menjalar paralel dengan
1. Indeks plastisitas, PI 20, permukaaan (Kearey dan Brooks, 2002).
2. Kadar air (w) 40%, dan
Tabel 3.4 Nilai Kecepatan Gelombang P untuk
Berbagai Jenis Batuan Sedimen
Batuan
Kecepatan m/s)
Zona lapuk 100 – 500

Pasir kering 100 – 600

Lempung 1200 – 2800


Gambar 3.6. Gelombang Reyleigh (Elnashai, Batu pasir lepas 1500 – 2500
2008) Batu pasir kompak 1800 – 4300

Marl 2000 – 4700

Batu gamping 2000 – 6250

Auhidrid, Batu garam 4500 – 6500

Batu bara 1600 – 1900


Udara 310 – 360
Minyak bumi 1300 – 1400

Gambar 3.7 Gelombang-Love (Elnashai, 2008). Air 1430 – 1590

Sumber : Priyono, 2006


3.9 Kecepatan Gelombang Seismik dalam
Medium Elastis Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
Gelombang seismik menjalar dengan kecepatan kecepatan gelombang seismik antara lain:
tertentu pada medium yang dilaluinya. Hasil 3.9.1 Litologi batuan
perkalian antara densitas antar medium ρ (kg/ , Setiap lapisan batuan memiliki tingkat
dengan kecepatan gelombang P (m/s) yang kekerasan yang berbeda-beda. Tingkat kekerasan
melewatinya dinamakan impedansi akustik yang berbeda-beda ini menyebabkan perbedaan

(kg/ . Impedansi akustik ialah kemampuan kemampuan suatu batuan untuk mengembalikan

batuan untuk melewatkan gelombang seismik yang bentuk dan ukuran seperti semula ketika diberikan

dilaluinya atau dirumuskan sebagai : gaya padanya. Elastisitas batuan yang berbeda-beda
inilah yang menyebabkan gelombang seismik
Z (3.4)
merambat melalui lapisan batuan dengan kecepatan
yang berbeda-beda (Sheriff, 1995).
Nilai impedansi akustik suatu materi semakin
3.10 Asumsi Dasar Metode Seismik
besar maka semakin kompak materi tersebut. Nilai
Lapisan bawah permukaan bumi sebagai
impedansi akustik sangat tergantung dari kecepatan
medium dari penjalaran gelombang seismik
penjalaran gelombang primer pada berbagai jenis
memenuhi beberapa asumsi dasar. Beberapa asumsi
batuan. Posgay in Galfi dalam (Daniel, 2012)
dasar yang digunakan untuk medium bawah
mengemukakan nilai kecepatan gelombang primer
permukaan bumi antara lain :
untuk berbagai jenis batuan sedimen yang dijelaskan
pada tabel 3.4.
1. Medium bumi dianggap berlapis-lapis dan
tiap lapisan menjalarkan gelombang seismik
dengan kecepatan yang berbeda.
2. Makin bertambahnya kedalaman batuan
lapisan bumi makin kompak.
Sedangkan anggapan yang dipakai untuk penjalaran
gelombang seismik (Susilawati, 2004) adalah :
1. Panjang gelombang seismik jauh lebih kecil Gambar 3.8 Gelombang langsung, bias dan
dari ketebalan lapisan bumi. Hal ini gelombang pantul (Refrizon, dkk., 2008)
memungkinkan setiap lapisan bumi akan Aplikasi gelombang seismik refraksi dalam
terdeteksi. penentuan struktur bawah permukaan berdasarkan
2. Gelombang seismik dipandang sebagai sinar waktu penjalaran gelombang pada tanah/batuan dari
seismik yang memenuhi hukum Snellius posisi sumber kepenerima pada berbagai jarak
dan prinsip Huygens. tertentu. Gelombang yang terjadi setelah usikan
3. Pada bidang batas antar lapisan, gelombang pertama (first break) saja yang dibutuhkan. Parameter
seismik menjalar dengan kecepatan jarak (off-set) dan waktu jalar berhubungan dengan
gelombang pada lapisan di bawahnya. cepat rambat gelombang dalam medium. Jadi dalam
4. Kecepatan gelombang bertambah dengan aplikasi seismik refraksi untuk memodelkan struktur
bertambahnya kedalaman bawah permukaan hanya usikan pertama atau travel
time gelombang primer saja yang digunakan karena
3.11 Metode Seismik Refraksi gelombang ini yang pertama tercatat pada
Metode seismik refraksi pada dasarnya seismograph. Gelombang primer merupakan
memanfaatkan gejala penjalaran gelombang yang gelombang longitudinal yang arah gerak partikel
terbiaskan pada bidang batas. Rambatan gelombang searah atau sejajar dengan arah penjalaran
yang terbiaskan pada kondisi kritis akan menjalar di gelombang. Gelombang ini dapat menjalar dalam
sepanjang bidang batas. Setiap titik pada bidang batas segala medium (padat, cair maupun gas). Bila
tersebut, sesuai dengan hukum Huygens, berfungsi gelombang elastik yang menjalar dalam medium
sebagai sumber gelombang baru yang merambat ke bumi menemui bidang batas perlapisan dengan
segala arah, gelombang ini disebut sebagai headwaves, elastisitas dan densitas yang berbeda, maka akan
seperti yang ditunjukkan pada Gambar (3.8) terjadi pemantulan dan pembiasan gelombang. Bila
(Refrizon, dkk.,2008). kasusnya adalah gelombang kompresi (gelombang
rimer) maka terjadi empat gelombang yang berbeda
yaitu dua gelombang pantul (primer dan sekunder)
dan dua gelombang bias (primer dan sekunder),
seperti pada (Gambar 3.9) Dari penerapan hukum
Snellius, maka untuk kasus ini diperoleh:
(3.5)
dimana :
i = Sudut datang
r = Sudut bias
v1 = Kecepatan gelombang pada
medium 1 (m/s) Gambar 3.10. Kurva travel time pada dua lapisan
v2 = Kecepatan gelombang pada
medium 2 (m/s) (Sismanto,1999)

Pada bidang batas antar lapisan, gelombang


menjalar dengan kecepatan lapisan di bawahnya v1 .
Skema penjalaran gelombang pada bidang batas antar
lapisan ditunjukkan pada Gambar 3.11 sebagai
berikut :

Gambar 3.9 Refleksi dan Refraksi dari Timbulnya


Gelombang-P (Gadallah, 2009).

dimana :

Pinc = Gelombang-P datang


Prefl = Refleksi Gelombang-P
Prefr = Refraksi Gelombang-P
Srefl = Refleksi Gelombang-S
Srefr = Refraksi Gelombang-S
θ0 = Sudut datang gelombang terhadap
garis normal
Gambar 3.11. Skema dua lapis (Sismanto,
θp = Sudut refleksi Gelombang-P
θs = Sudut refleksi Gelombang-S 1999)
Фp = Sudut refraksi Gelombang-P
Фs = Sudut refraksi Gelombang-P Waktu rambat gelombang bias pada Gambar
3.11 dapat diperoleh dari persamaan 3.6 sebagai
3.12 Interpretasi Data Seismik Refraksi
berikut :
Metode interpretasi yang paling mendasar
dalam analisis data seismik refraksi adalah intercept (3.6)

time. Metode intercept time adalah metode T-X


(waktu terhadap jarak) yang merupakan metode dengan T adalah waktu yang ditempuh gelombang
yang paling sederhana dan hasilnya cukup kasar, seismik dari titik tembak (A) sampai ke geophone
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.10 sebagai (D), AB adalah jarak dari titk A ke titik B, CD
berikut : merupakan jarak dari titik C ke titik D, BC adalah
jarak dari titik B ke titik C, adalah kecepatan
gelombang pada lapisan 1 dan adalah kecepatan
gelombang pada lapisan 2. Dari persamaan 3.6 dapat
diperoleh persamaan 3.7 sampai dengan persamaan lapisan pertama ditentukan dengan menuliskan
3.9 sebagai berikut : persamaan di atas menjadi persamaan 3.14 sebagai
berikut :
(3.7)
(3.14)

[ ] (3.8)

Dimana Ti disebut dengan intercept time. Apabila

[ ] (3.9) [ ], maka persamaan 3.14 dapat

dituliskan kembali menjadi persamaan 3.15 :

Pada Gambar 3.10 memperlihatkan


cos[sin ]
adalah kedalaman pada lapisan 1, α adalah sudut
(3.15)
antara garis gelombang datang dengan garis normal
serta dapat diartikan sudut antara garis gelombang ⁄
(( ) )
bias dengan garis normal dan variabel x adalah jarak Jika cos , maka kedalaman atau
antara titik tembak (A) dengan geophone (D). ketebalan lapisan batuan pertama dapat dihitung
Berdasarkan hukum Snellius bahwa pada sudut kritis melalui persamaan 3.16 :
berlaku , sehingga persamaan 3.9 dapat
(3.16)
dituliskan menjadi persamaan 3.10 sampai dengan √

persamaan 3.13 sebagai berikut :

* + (3.10)

[ ] (3.11)

(3.12)
Gambar 3.12 Kurva travel time pada sistem tiga
lapis dengan adalah kecepatan gelombang pada
lapisan pertama (m/s) dan adalah kecepatan
(3.13) gelombang pada lapisan kedua (m/s)
(Sismanto,1999).

Pada Gambar 3.12, Ti1 dan Ti2 berturut-turut


Bila x = 0 maka akan diperoleh Ti dan nilai tersebut
merupakan intercept time pada gelombang bias yang
dapat diketahui pada kurva waktu terhadap jarak
pertama dan kedua. Untuk kedalaman lapisan kedua
yang disebut sebagai intercept time. Kedalaman
akan diperoleh suatu persamaan 3.17.
[ √ ] menjelaskan fenomena-fenomena tersebut.

Transformasi Fourier adalah dari sebuah fungsi f(t) di
(3.17)
definisikan sebagai berikut:
denganTi2 adalah intercept time pada gelombang bias
yang kedua. Dari persamaan 3.16 dan persamaan ∫

3.17, dapat digambarkan penampang struktur (3.18)

lapisan bawah permukaan seperti pada Gambar 3.13


dimana (variabel frekuensi sudut
sebagai berikut :
dengan satuan radian per detik) (Nasution, 2016).

3.14 Metode MASW (Multichannel Analisis of


Surface Wave)
Metode ini merupakan metode yang
memanfaatkan fenomena dispersi gelombang
permukaan yang bertujuan mengevalusi karater
suatu medium solit (padat). Secara garis besar
Gambar 3.13 Skema sistem tiga lapis, dengan metode ini mengukur variasi kecepatan gelombang
, dan berturut-urut adalah kecepatan permukaan seiring bertambahnya kedalaman.
gelombang pada lapisan pertama, kedua dan Panjang gelombang berhubungan dengan
ketiga, Z1 adalah kedalaman pada lapisan kedalaman, panjang gelombang akan berkurang
pertama, dan Z2 adalah kedalaman pada lapisan seiring bertambahnya kedalaman. Berdasarkan
kedua (Sismanto, 1999). sumbernya, MASW dibagi menjadi dua jenis yaitu
MASW aktif dan MASW pasif. MASW pasif
3.13 Transformasi Fourier
menggunakan sumber yang berasal dari alam seperti
Pengoalahan data menggunakan softewere
pasang surut air laut, lalulintas, aktivitas manusia
seisImager dilakukan dengan menganalisis kurva
dan aktivitas alam lainnya. Pada penelitian ini
dispersi gelombang. Untuk memperoleh kurva
menggunakan MASW aktif, dimana menggunakan
dispersi gelombang, data hasil rekaman yang berupa
sumber yang dapat dikontrol seperti palu dan weight
doamin waktu diubah menjadi doamin frekuensi
drop. Dalam metode ini ada dua tahap untuk
dengan menggunakna Transformasi Fourier.
mengolah dan menganalisis data sesimik sehingga
Transformasi Fourier merupakan metode untuk
pada akhirnya diperoleh satu profil material bawah
analisis spektral dengan tujuan agar sinyal yang
permukaan (kecepatan geser tanah terhadap
diperoleh dalam domain waktu merubah menjadi
kedalaman). Adapun tahapan dalam analisis data
domain frekuensi. Hal ini dilakukan karena
gelombang permukaan yaitu ( Laksono, 2018) :
perhitungan lebih mudah dalam dominan frekuensi
di bandingkan dengan dominan waktu. Selain itu, 3.14.1 Pembentukan Kurva Dispersi
fenomena geofisika berkaitan erat dengan frekuensi, Dengan metode MASW, suatu citra dari
sehingga frekuensi menjadi parameter penting dalam kurva dispersi memperlihatkan energi (amplitudo)
dari sinyal-sinyal gelombang yang terekam dapat
dibentuk langsung dari data rekaman seismograf atau
disebut sebgai data rekaman multi-channel. Data 3.15 Softwere SeisImager

rekaman ini berdomain waktu terhadap jarak


SeisImager merupakan salah satu software
ditransformasikan ke dalam domain kecepatan fase
pengolahan data seismik dimana di dalam software ini
terhadap frekuensi. Proses pertama yaitu
terdapat lima program yaitu Surface Analysis Wizard,
menggunakan Fast Fourier Transfom (FFT) dan
Wave Eq, Plotrefa, GeoPlot dan Pickwin. Pada
selanjutnya proses transformasi integral yang
pengolahan data seismik dengan metode MASW
menghasilkan citra dari kurva dispersi. Dari citra
aktif menggunakan dua program yaitu program
kurva dispersi yang terbentuk, jenis-jenis gelombang
Pickwin dan Wave Eq. Pada program Pickwin sinyal
dapat teridentifikasi dengan lebih jelas sehingga
domain waktu diubah menjadi domain frekuensi
penentuan mode dasar untuk membentuk kurva
dengan menggunakan FFT untuk mendapatkan
dispersi dapat dilakukan dengan lebih akurat. Jika
spektrum kurva dispersi gelombang. Pada program
kurva dispersi dapat diperoleh dengan akurat, maka
Wave Eq kurva dispersi hasil pengukuran dicocokkan
tingkat ketelitian profil kecepatan gelombang geser
dengan kurva pemodelan (curve mathcing) hingga
dari hasil inversi juga akan lebih tepat.
didapatkan profil kecepatan gelombang geser beserta
3.14.2 Inversi nilai Root Mean Square Error (RMSE) (Hidayat, 2017).
Profil kecepatan gelombang geser dihitung
menggunakan inversi berbasis iterasi yang METODE PENELITIAN
memerlukan data inversi dan estimasi poisson ratio 4.1 Jenis Penelitian
dan densitas. Pendekatan last square memungkinkan Penelitian ini termasuk jenis penelitian
untuk melakukan proses secara otomatsi. Untuk deskriptif kuantitatif, dimana penelitian dilakukan
metode ini hanya kecepatan gelombang geser yang dengan survey lokasi dan penelitian langsung di
berubah setiap melakukan iterasi dan sisanya tidak lapangan untuk mengetahui struktur lapisan bawah
mengalami perubahan selama proses inversi. Initial permukaan bumi, kecepatan gelombang geser dan
model bumi dibutuhkan sebagai langkah awal proses daya dukung tanah pada pondasi jembatan di desa
inversi berbasis iterasi. Model bumi terdiri dari Lembar menggunakan seismic refraksi.
parameter gelombang P dan gelombang S, densitas, 4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
dan ketebalan. Selama proses inversi pada (Gambar Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2018
3.7) terjadi Inversi Fast Fourier Transfom (IFFT ) untuk sampai Juni 2018 di Desa Lembar, Kecamatan
mengembalikan kecepatan fase dalam fungsi Lembar, Kabupaten Lombok Barat, Provinsi Nusa
kedalaman. Sehingga diperoleh hasil akhir berupa Tenggara Barat.
profil kecepatan gelombang geser yang merupakan
hubungan antara kecepatan fase terhadap kedalaman.

Foto lokasi yakni


jembatan yang menuju
arah pantai cemara
Gambar 4.3 Sketsa Lintasan

Gambar 4.1 Lokasi Penelitian 4.4.2 Teknik Pengambilan Data


Adapun tehnik pengambilan data pada
4.3 Peralatan penelitian
penelitian ini sebagai berikut :
a. Disiapkan alat pengukur seismik
b. Diukur lintasan sepanjang 50 meter.
c. Ditentukan jarak offset 0.5 dari
panjang lintasan pada kedua bagian
ujung lintasan.
d. Dipasang geophone yang berjumlah 24
buah dengan jarak masing-masing 1
meter.
e. Ditentukan posisi titik shoot pada 7
Gambar 4.2 Satu set alat penelitian
titik.
seismik refraksi
f. Dilakukan shoot pada setiap titik shoot
dengan memberikan energi seismik ke
4.4 Prosedur Penelitian
dalam bumi melalui pukulan
Pada penelitian ini dilakukan beberapa tahapan,
menggunakan palu.
antara lain :
g. Hasil akuisisi data seismik refraksi
4.4.1 Akuisisi Data Seismik
berupa data rekaman penjalaran
Pengambilan data seismik refraksi
gelombang pada setiap geophone yang
dilakukan dengan mengukur 4 lintasan
tersimpan dalam bentuk file
(Gambar 4.3) dengan tujuan sebagai data
seismograph SEG-2*dat.
pembanding antara lintasan yang satu dengan
h. Dicari singkapan tanah dan diambil
lintasan lainnya, sehingga hasil penelitian yang
sampel tanahnya pada setiap lintasan
diperoleh lebih akurat. Pada penelitian
untuk mengetahui struktur lapisan
dilakukan juga pengambilan sampel tanah
tanah di lokasi tersebut.
beserta gambar singkapan tanah di lokasi
tersebut untuk menyesuaikan litelogi dengan
4.5 Pengolahan Data Seismik
hasil yang diperoleh.
Pengolahan data pada penelitian ini
menggunakan softwere winsim 16 dan softwere
SeisImager. Adapun tahapan pengolahan data
dilakukan sebagai berikut:
4.5.1 Pengolahan data menggunakan dalam menggambarkan penampang
softwere winsim 16 struktur bawah permukaan untuk
Dalam pengolahan data seismik refraksi dengan mengetahui berapa ketebalan lapisan
menggunakan software winsim 16 dikenal ada batuan atau struktur pondasi jembatan
beberapa tahapan seperti berikut : di daerah penelitian.
1. Tahap pertama adalah menampilkan 4.5.2 Pengolahan Data menggunakan
data seismik pada komputer. Data Software SeisImager
seismik yang terbaca oleh seismograf Pada pengolahan data menggunakan
sudah dalam bentuk digital yang Software SeisImager ini, dilakukan 2 tahapan
berupa waktu tempuh penjalaran yaitu penentuan kurva dispersi
gelombang P dari sumber ke tiap menggunakan program Pickwin dan inversi
geophone. Data dalam seismograf harus untuk analisis gelombang menggunakan
dikonversi dari format data SEG ke analisis gelombang permukaan
format data SU yang dapat dibaca menggunakan program Wave Eq. Adapun
dengan software yang digunakan. tahapan pengolahan data dilakukan sebagai
2. Tahap kedua adalah tahap picking first berikut.
arrival time menggunakann. Pada tahap 1. Pemilihan Data
ini kita harus menentukan first break Dari hasil pengukuran, kemudian data
dari setiap geophone yaitu untuk yang telah terekam di download pada alat
menentukan waktu tiba pertama Seismograph PASSI MD 16S24-P. Pemilihan
gelombang seismik yang terekam pada Data yang merupakan hubungan antara
tiap geophone (picking analysis). waktu (s) dan jarak (m) dipilih salah satunya
3. Setelah melakukan picking analysis pada masing-masing lintasan pada daerah
maka tahapan selanjutnya adalah penelitian. Pemilihan data dilakukan untuk
membuat kurva travel time yaitu grafik mendapatkan data yang terekam oleh 24
hubungan antara nilai waktu tiba geophone tersebut untuk memperoleh salah
pertama gelombang P pada tiap satu data dengan kualitas yang baik.
geophone (sebagai sumbu y) dengan 2. Input Data
jarak setiap geophone dari sumber yang Data hubungan antara waktu (s) dan
digunakan (sebagai sumbu x), dari jarak (m) kemudian diinput pada
kurva travel time maka dapat softwareseisImager S/W program Pickwin
diperoleh kecepatan penjalaran untuk memperlihatkan penjalaran
gelombang tiap lapisan batuan. gelombang geser terhadap lapisan dibawah
Sehingga nantinya kecepatan permukaan. Gambar 4.4 dibawah ini
penjalaran gelombang tiap lapisan merupakan data rekaman seismic pada
batuan inilah yang dijadikan dasar softwere seisImager.
menggambarkan perubahan kecepatan fasa
terhadap frekuensi gelombang. Gambar 4.6
di bawah merupakan picking spektrum
kurva dispersi gelombang.

Gambar 4.4 Data rekaman seismik Refraksi aktif


pada softwere SeisImager.

3. Transformasi Data
Data hubungan antara jarak (m) dan
Gambar 4.6 Picking
waktu (s) yang telah diinput kemudian
Setelah memperoleh spektrum kurva
ditransformasi dengan menggunakan FFT
dispersi, kemudian langkah selanjutnya
(Fast Fourier Transform) agar data
masuk ke program Wave Spektrum Kurva
pengukuran yang berupa hubungan jarak
Dispersi.
dan waktu diubah menjadi hubungan antara
1. Kurva Dispersi ProgramWave Eq
kecepatan fase dan frekuensi. Hasil
Eq, sehingga didapatkan kurva dispersi
transformasi adalah berupa spektrum kurva
hubungan antara kecepatan fasa dan
dispersi yang berfungsi untuk menampilkan
frekuensi. Kurva dispersi dapat dilihat pada
energi korelasi amplitudo gelombang
(Gambar 4.7).
seperti (Gambar 4.5).

Gambar 4.7 Kurva Dispersi Hasil Pick Spektrum


Kurva Dispersi
Gambar 4.5 Spektrum Kurva Dispersi
4. Pick Spektrum Kurva Dispersi 2. Permodelan Awal (Initial Model)
Spektrum Kurva dispersi pada Permodelan awal (initial model)
(Gambar 4.5) yang telah didapatkan bertujuan untuk proses inversi. Data
kemudian dipicking pada warna yang hubungan antara kedalaman atau jarak (m)
menunjukkan korelasi energi amplitudo dan kecepatan gelombang geser (m/s) yang
yang tinggi. Picking merepresentasikan diperoleh kemudian ditransformasi dengan
kurva dispersi, yaitu kurva yang menggunakan FFT (Fast Fourier Transform)
untuk mengubah domain kecepatan fase 4. Profil Kecepatan Gelombang Geser
fungsi frekuensi menjadi kecepatan fungsi dan gelombang primer
kedalaman untuk menggambarkan lapisan Dari proses iterasi diperoleh profil
bawah permukaan.Adapun initialmodel kecepatan gelombang geser dan gelombang
dapat dilihat pada (Gambar 4.8). primer yang menggambarkan kondisi
lapisan bawah permukaan pada daerah
penelitian. Profil kecepatan gelombang
geser dan gelombang primer ditunjukan
pada (Gambar 4.10) merupakan hubungan
antara kecepatan gelombang geser dan
gelombang primer terhadap kedalaman.

Gambar 4.8 Inisial Model Kecepatan


Gelombang Geser (vs)
3. Inversi Kurva
Dalam proses inversi pada (Gambar
4.9) dilakukan percocokan antara kurva
dispersi dari ini initial model dan kurva
dispersi hasil pengukuran melalui tahapan Gambar 4.10 Profil Kecepatan Gelombang Geser
iterasi. Iterasi di lakukan pada Wave Eq dan gelombang primer
yaitu pada Least Square Method untuk
melakukan iterasi secara otomatis. Proses
iterasi terus dilakukan hingga mencapai
nilai RMSE (Root Mean Square Error). Nilai
ini menunjukkan kedekatan kurva teori
dengan pengukuran yang dapat dilihat dari
nilai RMSE minimum. Semakin kecil nilai
error yang dihasilkan dari proses iterasi
dalam proses inversi, maka profil kecepatan
gelombang geser yang diperoleh semakin
baik.

Gambar 4.9 Inversi Berbasis Iterasi


4.5 Tahapan Penelitian gelombang pada batuan, kedalaman dan ketebalan
Secara garis besar prosedur penelitian yang lapisan batuan. Pada penelitian ini dilakukan
dilakukan digambarkan dalam diagram alir interpretasi data berdasarkan kecepatan gelombang
penelitian yang terlihat pada Gambar 4.11. geser yang diperoleh dari softwere seisImager

Studi literatur
dengan metode MASW aktif, selanjutnya
dibandingkan niali kecepatan gelombang primer
Survey awal yang diperoleh pada metode MASW aktif dengan
menggunakan metode Intercept Time (IT) pada
Akuisisi data seismik refraksi
softwere winsim 16 yang bertujuan untuk melihat
efektifitas dari kedua metode tersebut dalam
1. Data akuisisi seismic refraksi (file
seismograph SEG-2 *dat) menentukan lapisan bawah permukaan. Hasil dari
2. Pengolahan data (menggunakan software
winsim 16 dan softwere seisImager) penelitian ini juga didukung dengan adanya hasil
singkapan tanah yang diambil pada masing-masing
pengolahan lintasan yang bertujuan untuk melihat lapisan
penyusun sedimen tanah di lokasi penelitian sesuai
Metode IT Pengolahan Perhitungan(qa)
seisimager dengan hasil interpretasi yang diperoleh.
Berdasarkan hasil pengolahan dan interpretasi

Foto singkapan tanah data seismik refraksi pada 4 lintasan pengukuran


dimana diperoleh litelogi (jenis batuan) setiap
lintasan tersusun atas material yang sama, yakni jenis
interpretasi batuan pada zona lapuk (tanah lunak) yang tersusun
dari endapan tanah (soil), endapan tanah lempung
pembahasan dan batuan pasir sedangkan untuk kategori (tanah
sedang) tersusun atas endapan pasir setengah padat,
kesimpulan gravel (kerikil), clay padat, pasir tersaturasi air.
Dimana secara geologi daerah ini termasuk daerah
Gambar 4.11 Tahapan Penelitian yang memiliki formasi pengulung (lampiran 7) yang
tersusun atas batuan Breksi, Lava, Tuf dengan lensa

HASIL DAN PEMBAHASAN Batu Gamping. Adapun hasil interpretasi data

Pada penelitian ini menggunakan data berupa profil kecepatan gelombang geser bawah

primer, sehingga penelitian ini dilakukan dalam tiga permukaan yang dapat dilihat pada Gambar 5.1

tahapan yaitu akuisisi data, pengolahan data dan berikut.

interpretasi data seismic refraksi. Interpretasi data


merupakan tahapan yang dilakukan untuk
memperkirakan struktur geologi, litelogi dan sifat
fisis lapisan di bawah permukaan seperti kecepatan
Selanjutnya untuk persentase error pada lintasan
yang lain dapat dilihat pada tabel 5.1 dan
ditampilkan pada lampiran I.
Hasil interpretasi berdasarkan kecepatan
gelombang geser batuan, diduga keenam lapisan
tersebut berupa tanah (soil), lempung dan batuan
pasir, namun terdapat perbedaan pada kecepatan
Gambar 5.1 Profil Kecepatan Gelombang gelombang gesernya. Terlihat kecepatan gelombang
Geser (vs) pada Lintasan 1 yang semakin besar seiring dengan bertambahnya
Gambar 5.1 merupakan profil kecepatan kedalaman, hal ini terjadi karena semakin dalam
gelombang geser pada lintasan 1. Selanjutnya untuk suatu lapisan tanah maka semakin padat atau semakin
profil kecepatan pada lintasan yang lain dapat dilihat kompak material tanah tersebut. Berdasarkan
pada (Lampiran 1). Berdasarkan profil kecepatan litologi daerah Lembar sendiri terdapat singkapan
gelombang geser pada lintasan 1, terdapat enam lapisan berupa lempung, batuan pasir bercampur
lapisan dibawah permukaan. Lapisan pertama batu apung dengan ketinggian 1 m. Adapun hasil
memiliki kecepatan gelombang geser sebesar 98 m/s interpretasi pada masing-masing lintasan yang lain
dengan ketebalan sekitar 1,2 m, lapisan kedua dapat dilihat pada tabel 5.1 berikut.
memiliki kecepatan gelombang geser sebesar 113 Tabel 5.1 Interpretasi masing-masing lintasan
m/s dengan ketebalan sekitar 1,2 m, lapisan ketiga Li Lap. Tebal vs(m/ % Jenis
Endapan
ne (m) lap. (m) s) error Batuan
memiliki kecepatan gelombang geser sebesar 132 Endapan tanah
1 1,2 98 (soil), endapan
Tanah tanah lempung
m/s dengan ketebalan sekitar 1,8 m, lapisan keempat lunak dan batuan
memiliki kecepatan gelombang geser sebesar 160 2 1,2 113 pasir
1 0,47
3 1,8 132 Endapan pasir
m/s dengan ketebalan sekitar 1 m. lapisan kelima 4 1 160 setengah padat,
Tanah gravel (kerikil),
207
memiliki kecepatan gelombang geser sebesar 207 5 2,8 sedang clay padat, pasir
6 3,2 221 tersaturasi air.
m/s dengan ketebalan sebesar 2,8 m, dan lapisan Endapan tanah
(soil), endapan
keenam memilik kecepatan gelombang geser sebesar 1 1,2 92
Tanah
tanah lempung
lunak
dan batuan
221 m/s dengan ketebalan lapisan sebesar 3,2 m. pasir
2 0,4
2 1,2 104 Endapan pasir
Persentase error yang diperoleh pada lintasan 1 3 1,8 129 setengah padat,
Tanah
4 1 135 gravel (kerikil),
cukup rendah yaitu sebesar 0,69 % yang dapat sedang
clay padat, pasir
5 2,8 136 tersaturasi air
dilihat pada gambar 5.2 berikut.
Endapan tanah
1 1,2 156
(soil), endapan
Tanah tanah lempung
lunak dan batuan
2 1,8 167 pasir
3 1,54
3 2 201 Endapan pasir
setengah padat,
218 Tanah gravel (kerikil),
4 2,8
sedang clay padat, pasir
tersaturasi air

Gambar 5.2. RMSE di lintasan 1


1 1,2 139 Endapan tanah
(soil), endapan
Tanah
tanah lempung
lunak
dan batuan
2 1,2 143 pasir
4 0,62
3 1,8 172
Endapan pasir
4 1 218
setengah padat,
5 2,8 270 Tanah
gravel (kerikil),
6 3,2 307 sedang
clay padat, pasir
7 5,3 319 tersaturasi air

Hasil interpretasi menggunakan kecepatan (c)


gelombang geser pada tabel (5.1) di atas disesuaikan
dengan hasil interpretasi menggunakan kecepatan
gelombang primer pada pengolahan data
menggunakan softwere winsim 16 dengan metode
Intercept Time. Dimana hasil dari metode intercept time
dapat dilihat pada gambar profil bawah permukaan
pada lintasan 1 sampai lintasan 4 (Gambar 5.3)
berikut.
(d)
5.3 Profil Bawah Permukaan Pada Lintasan 1
Gambar 5.3 Hasil Profil Bawah Permukaan
sampai lintasan 4 Menggunakan Metode (Intercept Time) (a). Pada
Lintasan 1, (b). Pada Lintasan 2, (c). Pada Lintasan
3, (d). Pada Lintasan 4

Berdasarkan profil penampang bawah


permukaan pada lintasan pertama sampai lintasan
keempat menggunakan metode Intercept Time
(gambar 5.3) diperoleh nilai kecepatan rambat
gelombang P yang menginterpretasikan jenis batuan
bawah permukaan, yang dilihat dari rentan warna
yang berbeda. Perbedaan warna inilah yang
(a) menunjukkan adanya beda kecepatan penjalaran
gelombang pada batuan di bawah permukaan bumi.
Hasil interpretasi lintasan 1 menggunakan metode
Intercept Time ditunjukkan pada tabel 5.2 beikut :

Tabel 5.2 Hasil interpretasi pada lintasan pertama


menggunakan metode Intercept Time
Kecepatan Kedalaman Ketebalan Litologi
(m/s) (m) (m)
93 – 174 0 - 1,5 1.5 Batuan lapuk,
batuan pasir.
190 – 319 1.5 – 20 18.5 Pasir kering,
pasir
(b)
Tebel 5.2 menunjukkan bahwa kecepatan 3.1. besar kapasitas daya dukung tanah pada masing-
rambat gelombang primer sekitar 93 m/s – 319 m/s. masing lintasan ditunjukkan pada tabel 5.3 berikut.
Profil penampang bawah permukaan pada lintasan Tabel 5.3 Nilai Kapasitas daya dukung
tanah (qa).
pertama mengintrepetasikan bahwa pada lintasan
pertama diperoleh dua lapisan batuan, dimana Lap. Tebal (qa)
Line vs(m/s)
(m) lap. (m) (kN/m²)
lapisan pertama dapat dilihat dari warna biru tua
1 1,2 98
sampai biru muda dengan nilai kecepatan gelombang
primer 93 m/s sampai 174 m/s yang 2 1,2 113
1 284,88
3 1,8 132
diinterpretasikan sebagai batuan lapuk berupa batuan 4 1 160
pasir dengan kedalaman 0-1,5 meter dan memeiliki 5 2,8 207
6 3,2 221
ketebalan sebesar 1.5 meter. Sedangkan lapisan 1 1,2 92
2 1,2 104
kedua dapat dilihat dari warna biru muda sampai 3 1,8 129
2 182,37
4 1 135
dengan warna orange dengan kecepatan gelombang
5 2,8 136
primer berkisar dari 190 m/s sampai 319 m/s yang
1 1,2 156
diinterpretassikan sebagai batuan pasir kering,
batuan pasir dengan kedalaman 1.5-20 meter dan 2 1,8 167
memiliki ketebalan sebesar 18.5 meter dibawah 3 227.04
3 2 201
permukan bumi. Untuk tabel hasil interpretasi pada
218
4 2,8
lintasan kedua sampai lintasan keempat dapat dilihat
pada Lampiran 2, dimana pada lintasan 2 sampai
1 1,2 139
lintasan 4 tersusun atas material yang sama sesuai
dengan hasil kecepatan gelombang primer yang
2 1,2 143
diperoleh. 4 478,80
3 1,8 172
Berdasarkan hasil interpretasi yang 4 1 218
5 2,8 270
diperoleh, metode MASW aktif lebih efektif untuk 6 3,2 307
7 5,3 319
menentukan lapisan bawah permukaan dikarenakan
dengan menggunakan metode ini, kita mendapatkan
Berdasarkan pada tabel (5.3) diatas, dapat
hasil kecepatan gelombang geser dan kecepatan
kita lihat bahwa nilai kapasitas daya dukung tanah
gelombang primer sekaligus, sedangkan bila
untuk lintasan pertama serbesar 284,88 kN/m2,
menggunakan metode Intercept Time kita hanya
lintasan kedua sebesar 182,37 kN/m2, lintasan ketiga
mendapatkan gelombang primer saja.
sebesar 227,04 kN/m2, dan Lintasan keempat
Berdasarkan kecepatan gelombang geser sebesar 478,80 kN/m2. Berdasarkan hasil
yang diperoleh maka kita dapat menentukan besar interpretasi data dan nilai kecepatan gelombang
kapasitas daya dukung tanah berdasarkan persamaan geser yang diperoleh serta nilai kapasitas daya
dukung tanah untuk lintasan pertama sampai lintasan
keempat yang batuan penyusun dari keempat
lintasan ini didominasi oleh endapan tanah (soil),
endapan tanah lempung dan batuan pasir. Dimana
dapat dilihat dari tabel (3.1) mempunyai nilai
kapasitas daya dukung tanah minimal untuk batuan
pasir sebesar 75 kN/m2 dan nilai kapasitas daya
dukung tanah maksimal sebesar 600 kN/m2.
Sedangkan pada hasil pengukuran diperoleh nilai
kapasitas daya dukung tanah minimal sebesar 182,37
kN/m2 dan nilai kapasitas daya dukung tanah
maksimal sebesar 478,80 kN/m2, sehingga dapat
(b)
dikatakan bahwa kapasitas daya dukung tanah pada
lintasan pertama sampai lintasan keempat lebih besar
dibandingkan kapasitas daya dukung tanah minimal
secara teori, sehingga kapasitas daya dukung tanah
pada daerah penelitian bisa dikatan aman terhadap
keruntuhan.
Hasil dari penelitian ini didukung dengan
adanya foto singkapan tanah pada masing-masing
lintasan yang memperlihatkan bahwa pada lokasi
penelitian tersusun atas endapan tanah (soil),
endapan tanah lempung dan batuan pasir seperti
yang ditunjukkan pada (Gambar 5.4) berikut. (c)

(a)
(d)
sebgai endapan tanah lempung kering. (e) gambar
singkapan tanah pada lintasan 3 yang berada di
tengah sawah dan diidentifikasi gebagai endapan
tanah yang mengandung pasir dan batuan pasir. (f)
Gambar singkapan tanah pada lintasan 2
diidentifikasi sebagai endapan tanah halus.

PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan dan interpretasi
data dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa :
1. Lapisan bawah permukan pada pondasi
jembatan di Desa Lembar Kecamatan
Lembar (NTB) pada lintasan pertama
(e)
sampai lintasan keempat sama
berdasarkan nilai kecepatan gelombang
geser berkisar dari 98 m/s sampai 319
m/s yang di identifikasi sebagai lapisan
tanah lunak dan tanah keras. Pada
lapisan tanah lunak tersusun atas
endapan tanah (soil), endapan tanah
lempung dan batuan pasir, sedangkan
pada lapisan tanah keras tersusun atas
endapan pasir setengah padat, gravel
(kerikil), clay padat, pasir tersaturasi
air.
2. Nilai kecepatan gelombang geser pada
lintasan pertama sampai lintasan
(f) keempat sebesar 98 m/s sampai 319
Gambar 5.4 Gambar singkapan (a) Lintasan 2. (b) m/s.
Lintasan 1. (c) Lintasa 3. (d) Lintasa 4. (e) 3. Berdasarkan hasil interpretasi data
Lintasan 3. (f) Lintasan 2.
diperoleh nilai kapasitas daya dukung
Pada Gambar singkapan (5.4) (a) tanah dari lintasan pertama sampai
merupakan lapisan tanah dan pasir hasil galian sumur
lintasan keempat lebih besar di
di lintasan 2. (b) merupakan hasil singkapan tanah
karena proses galian pada lintasan 1 yang bandingan nilai kapasitas daya dukung
diidentifakasi tersusun atas endapan tanah yang tanah berdasarkan teori. Dimana pada
mengandung pasir. (c) gambar singkapan tanah teori nilai kapasitas daya dukung tanah
lempung karena proses galian pada lintasan 3. (d)
gambar singkapan pada lintasan 4 yang diidentifikasi minimal sebesar 75 kN/m2 sampai 600
kN/m2, sedangkan nilai kapasitas daya Meyerhof, G.G. 1963. Teknik Fondasi I,Edisi Ketiga.
Yogyakarta : Gajah Mada Universiti.
dukung tanah pada daerah penelitian
dari lintasan pertama sampai lintasan Murteza, Budi, Sutomo. 2014. Identifikasi Batuan
Dasar (Bedrock) Menggunakan Metode Seismik
keempat sebesar 182,37 kN/m2
Refraksi di Lokasi Pendirian Rumah Sakit
sampai 478,80 kN/m2 sehingga dapat Pendidikan Universitas Sebelas Maret.
Surakarta : Universitas Sebelas Maret.
disimpulkan bahwa kapasitas daya
dukung tanah pada pondasi jembatan Nakif Nurcandra, Darsono, Sorja Koesuma
.2013.Penentuan Tingkat Kekerasan Batuan
di Desa Lembar Kecamtan Lembar
Menggunakan Metode Seismik Refraksi di
(NTB) aman dari reruntuhan. Jatikuwung Karanganyar. Surakarta :
Universitas Sebelas Maret.
6.2 Saran
Penelitian ini sifatnya sebagai data pendukung Sadisun, Imam dan Bandono, 2009. Karakterisasi
Keteknikan Batuan Lapuk. Bandung : Institut
sehingga perlu pengkajian lebih teliti terhadap
Teknologi Bandung.
kondisi geologi daerah penelitian, serta untuk
Sismanto, 1999. Eksplorasi dengan Menggunakan
penelitian selanjutnya perlu dilakukan menggunakan
Seismik Refraksi. Yogyakarta : Gajah Mada
metode geofisika lainnya untuk memastikan kondisi University.
bawah permukaan bumi pada daerah penelitian.
Sugiarto, Bambang, Prayudi dan Zubaidah, 2005.
Pengukuran Kerugian Bangunan Rumah Akibat
DAFTAR PUSTAKA Kenaikan Muka Air Laut Kasus Kawasan Pantai
Ampenan. Mataram : Universitas Mataram.
Adi Purnomo, Sri Atmaja, Rosyidi, Anita Widianti.
Susilawati. 2004. Seismik Refraksi (Dasar Teori dan
2008. Investigasi Sub-Permukaan Tanah Untuk
Akuisisi Data). Sumatra : Universitas
Perencanaan Jalan Menggunakan Survai
Sumatra Utara.
Pembiasan Seismik. Yogyakarta : Universitas
Muhammadiyah.
Terzaghi, K. 1943. Theoritical Soil Mechanic. New
York : John Wiley and Sons.
Akyas, 2007. Pemodelan Gelombang Seismik Untuk
Memvalidasi Interpretasi
Data Seismik Refraksi. Bandung : Institut Tescan, S.S. 1975. Insitu Measurement Of Shear
Teknologi Bandung. Wave Velocity At Bogazici University
Campus. Journal A Rapid Technique to
Boko Nurdiyanto, Eddy Hartanto , Drajat Determine Allowable Bearing Pressure. Vol.2.
Ngadmanto , Bambang Sunardi , Pupung April 1975. Istanbul Technical University.
Susilanto.2011. Penentuan Tingkat Kekerasan Istanbul. Turkey.
Batuan Menggunakan Metode Seismik
Refraksi.Yogyakarta : Universitas Gajah Wirawan, Rahardjo dan Surono, 1992. Tinjauan
Mada. Aspek Geoteknis dan Perencanaan Bangunan
Bawah Proyek Pembangunan Gedung Kampus
Burger, Robert. 1992. Exploration Geophysics Of The Pusat IKIP PGRI. Semarang : Universitas
Shallow Subsurface. Semarang.
New Jersey : Prentice Hall.
Telford, W.M., Geldart, L.P dan Sheriff, R.E.
Hardiyatmo, H.C. 2006. Analisis dan Perancangan 1990. Applied Geophysics. Second Edition.
Fondasi I. Yogyakarta : Universitas Gajah Cambridge University Press.
Mada.

Anda mungkin juga menyukai