Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dewasa ini teknologi terus berkembang seiring kemajuan jaman.
Teknologi di bidang konstruksi bangunan juga mengalami perkembangan
pesat, termasuk teknologi dalam bidang geoteknik. Bidang geoteknik
merupakan bidang ilmu teknik sipil yang membahas tentang
permasalahan kekuatan tanah dan batuan serta hubungannya dengan
kemampuan menahan beban bangunan yang berdiri di atasnya.
Tanah merupakan lapisan permukaan bumi yang sangat dinamis,
perubahannya dipengaruhi oleh air, udara, dan pergeseran lempeng
bumi. Salah satu yang menyebabkan pergeseran lempeng bumi adalah
gempa. Gempa merupakan goncangan tiba-tiba permukaan bumi yang
sering menyebabkan banyak kerusakan. Terutama kerusakan pada
struktur bangunan yang disebabkan oleh beban gempa. Beban gempa
memiliki akibat langsung terhadap kerusakan struktur tanah seperti
menurunnya daya dukung tanah dibawah pondasi, keruntuhan pada
dinding penahan tanah dan keruntuhan pada abutmen jembatan.
Sedangkan akibat tidak langsungnya seperti kerusakan bangunan akibat
getaran yang diasumsikan dari tanah ke struktur.
Dinding penahan tanah merupakan suatu struktur yang dibangun
untuk menahan tekanan lateral (horizontal) tanah ketika terdapat
perubahan dalam elevasi tanah yang melampaui sudut at-rest dalam
tanah. Faktor penting dalam mendesain dan membangun dinding
penahan tanah adalah mengusahakan agar dinding penahan tanah tidak
bergerak ataupun tanahnya longsor akibat gaya gravitasi. Hal yang
harus diketahui dalam mendesain dinding penahan tanah adalah sifat-
sifat tanah berupa berat satuan volume (s), sudut geser dalam () dan
kohesi (C) untuk tanah di belakang dinding. Sifat-sifat tanah di belakang
dinding diperlukan untuk menghitung tekanan tanah lateral dalam rangka
mendesain dinding penahan tanah tersebut.
Stabilitas pada dinding penahan tanah ditinjau dari beberapa
aspek, yaitu guling, geser, dan keruntuhan daya dukung. Oleh karena itu,
struktur bangunan bawah tanah yaitu dinding penahan perlu
direncanakan dan dianalisis terhadap stabilitas dan kemampuannya
untuk menahan gaya lateral pada tanah.
PT. Indonesia Power pada proyek PLTM Lambur 2 X 4 MW
memiliki bangunan utama yang terletak pada bawah tanah yaitu Power
House yang menggunakan Reinforcement Concrete sebagai dinding
struktur Underground yang juga berfungsi sebagai dinding penahan
tanah karena turbin berada pada elevasi di bawah permukaan tanah.
Penempatan turbin seperti yang di maksud dikarenakan turbin
menggunakan jenis Suction Head Negative dimana Center Line turbin
berada pada elevasi di bawah permukaan tail water. Dinding ini diberi
balok penutup yang disebut tie beam dengan perencanaan kedalaman
galian untuk Raft Pondation sedalam 10,3m.
Pada Power House PLTM Lambur ini memiliki perbedaan dalam
desain perencanaan dinding penahan tanah pada umumnya,
dikarenakan dinding tersebut menyatu dengan pondasi, kolom dan tie
beam. Maka akan dilakukan analisis kembali untuk memperhitungkan
stabilitasnya dan kemampuannya terhadap beban lateral tanah yaitu
geser dan lentur. Agar di dapat desain struktur yang aman.

1.2 Permasalahan Penelitian


1.2.1 Identifikasi Masalah
Berdasarkan permasalahan tersebut maka pada penelitian ini
akan dilakukan perhitungan kembali tekanan tanah aktif terhadap
dinding, mengingat struktur dinding Power House terdapat pada
elevasi di bawah tanah (Underground). Dan adanya pihak
kontraktor EPC akan melakukan optimalisasi desain seminimal
mungkin tanpa memperhitungkan safety factor.
1.2.2 Ruang Lingkup Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini antara lain :
a. Lokasi penelitian yang dilakukan pada area Power House
PLTM Lambur 2 X 4 MW, Pekalongan.
b. Jenis pekerjaan yang dianalisa yaitu pekerjaan struktur dinding
Underground Power House terhadap beban lateral tanah pada
Power House PLTM Lambur 2 X 4 MW.
c. Data tanah di dapat dari Geology Report PLTM Lambur.
d. Hal yang ditinjau dalam penelitian ini adalah menganalisis
kembali perhitungan struktur dinding Underground Power
House terhadap geser dan lentur dengan menghitung tekanan
tanah aktif agar mendapat dimensi tebal dinding yang aman
dengan penulangan beton yang memenuhi persyaratan
konstruksi.

1.2.3 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam penelitian ini antara lain :
a. Merencanakan dinding penahan tanah dengan menghitung
tekanan tanah aktif, dimensi ketebalan dinding dan jarak
antar tulangan.
b. Nilai faktor keamanan dinding terhadap keruntuhan akibat
geser dan lentur yang disebabkan oleh beban lateral tanah
aktif.
c. Desain tulangan dan tebal dinding sesuai persyaratan
konstruksi.

1.3 Tujuan dan Manfat Penelitian


1.3.1 Tujuan Penelitian :
Mengetahui dan menganalisis kembali pengaruh beban lateral
dinding Underground Power House PLTM Lambur dengan
menghitung tekanan tanah aktif, agar diperoleh dimensi dinding
dengan tebal dan jarak antar tulangan yang memenuhi
persyaratan konstruksi dan menghindari terjadinya keruntuhan
akibat geser dan lentur pada dinding Underground Power House
PLTM Lambur.

1.3.2 Manfaat Penelitian :


Adapun manfaat penelitian antara lain :
a. Untuk mempelajari pengaruh geseran dinding dan pengaruh
lentur pada bidang keruntuhan
b. Mendapat perencanaan struktur yang aman untuk dinding
Underground Power House PLTM Lambur.

1.4 Sistematika Penulisan


Untuk memudahkan pembahasan serta pembaca dapat
memahami isi skripsi ini, maka dibuat sistematika penulisan sebagai
berikut :

BAB I PENDAHULUAN
Berisi uraian tentang latar belakang, permasalahan penelitian yang terdiri
dari identifikasi masalah, ruang lingkup masalah serta rumusan. Lalu
tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika penulisan laporan.

BAB II LANDASAN TEORI


Berisi uraian tentang tinjauan pustaka, landasan teori, dan kerangka
pemikiran.

BAB III METODE PENELITIAN


Berisi uraian tentang Analisa kebutuhan dalam penelitian, perancangan
penelitian, serta teknik analisis.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


Berisi uraian tentang hasil dari penelitian, pembahasan dan implikasi
penelitian.
BAB V PENUTUP
Berisi uraian tentang kesimpulan dari penelitian, dan saran untuk
masalah-masalah pada bab sebelumnya.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka


Analisa daya dukung dinding penahan tanah sebelumnya pernah
diteliti oleh Asri Kabir yang meneliti Studi Perencanaan Konstruksi
Dinding Penahan Tanah Bandara Sultan Babullah Ternate (Tinjauan
Geser Dan Uji Cpt). Penelitian ini berisi tentang studi bagaimana
merencanakan dinding penahan tanah tipe gravitasi. Hasil analisisnya
didapat desain dinding dengan lebar atas sebesar 100 cm tinggi dinding
10 m, lebar bawah pondasi 600 cm, dengan faktor guling 2,3 > 1,5, geser
3,6 > 1,5 dan kapasitas keruntuhan 297,4 kn/m < qall 390 kn/m. Tipe
dinding gravitasi dengan dimensi yang direncanakan memenuhi semua
syarat kestabilan.
Penelitian lain yang membahas tentang dinding penahan tanah
yaitu Irwan Soewandi yang meneliti tentang Studi Efisiensi Lebar Alas
Dinding Tanah Tipe Kantilever Pada Perumahan Mutiara. Penelitian ini
berisi tentang stabilitas tanah pada perumahan mutiara pada dinding
tanah kantilever dengan cara mencoba menambah lebar alas dinding
dan pengaruhnya terhadap stabilitas guling, geser dan keruntuhan daya
dukungnya. Hasil analisisnya didapat kecenderungan nilai stabilitas
guling, stabilitas geser, maupun keruntuhan daya dukungnya bertambah
seiring dengan penambahan lebar dinding penahan kantilever tersebut.
Adapun penelitian selanjutnya membahas tentang Perhitungan
Kontruksi Dinding Penahan Tanah Pada Proyek Peningkatan Struktur
Badan Jalan Poros Bontang - Sangatta 28 850 Provinsi Kalimantan
Timur. Penelitian ini berisi tentang bagaiman perhitungan dimensi
struktur dinding penahan tanah untuk penanganan lonsoran, bagaimana
perhitungan penulangan struktur dinding penahan tanah untuk
penanganan longsoran, dan bagaimana perhitungan stabilitas guling dan
geser tanah untuk penanganan longsoran. Hasil analisisnya dinding yang
digunakan yaitu tipe kantilever. Dengan panjang yang ditinjau per 1
meter adalah 10.000 m, tinggi dinding 4.500 m, lebar bawah 3.150 m,
tebal dinding atas 0.500 m, dan tebal dinding bawah 1.000 m. Di dapat
penulangan struktur dengan tulangan tarik 19 310 mm dan tulangan
tekan 19 310 pada Penulangan Breast Wall. Perhitungan stabilitas
guling dan stabilitas geser Dinding Penahan Tanah perlu diperkuat
dengan tiang pancang untuk menambah stabilitas terhadap guling,
karena dapat terjadi guling akibat kombinasi beban 1, jika tidak diperkuat
pancang.

2.2 Landasan Teori


2.2.1 Pengertian Dinding Penahan Tanah
Dinding penahan tanah merupakan komponen struktur bangunan
penting utama untuk jalan raya dan bangunan lingkungan lainnya
yang berhubungan dengan tanah berkontur atau tanah yang
memiliki elevasi berbeda. Secara singkat dinding penahan
merupakan dinding yang dibangun untuk menahan massa tanah
di atas struktur atau bangunan yang dibuat. Bangunan dinding
penahan umumnya terbuat dari bahan kayu, pasangan batu,
beton hingga baja.
2.2.2 Jenis-jenis Dinding Penahan Tanah
1. Dinding Gravitasi (Grafity Wall)
Dinding ini biasanya dibuat dari beton murni (tanpa tulangan)
atau dari pasangan batu kali. Stabilitas konstruksinya
diperoleh hanya dengan mengandalkan berat sendiri
konstruksi. Biasanya
tinggi dinding tidak
lebih dari 4 meter.

Gambar 2.1 Gravity Retaining Wall


(Sumber : https://www.scribd.com/document/201212169/10-
Dinding-Penahan-Tanah)

2. Dinding Penahan Kantilever (Cantilever Retaining Wall)


Biasanya dibuat dari beton bertulang terdiri dari dinding
vertikal dan tapak lantai. Masing-masing berperan sebagai
balok atau plat kantilever. Stabilitas diperoleh dari berat
dinding penahan dan berat tanah di atas tumit tapak (hell).
Terdapat 3 struktur yang berfungsi sebagai kantilever, yaitu :
dinding vertikal (stem), tumit dan ujung kaki (toe).
Gambar 2.2 Cantilever Retaining Wall
(Sumber : https://www.scribd.com/document/201212169/10-
Dinding-Penahan-Tanah)

3. Dinding Counterfort
Bila tekanan tanah aktif pada dinding vertikal cukup besar,
maka bagian dinding vertikal dan tumit perlu disatukan
(kontrafort) yang berfungsi sebagai pengikat tarik dinding
vertikal dan ditempatkan pada bagian timbunan dengan
interval jarak tertentu. Biasanya tinggi dinding lebih dari 7
meter.

Gambar 2.3 Gambar Dinding Counterfort


(Sumber : https://www.scribd.com/document/201212169/10-
Dinding-Penahan-Tanah)
4. Dinding Buttress (Buttress Wall)
Dinding ini hampir sama dengan dinding kontrafort, hanya
bedanya bagian kontrafort diletakan di bagian depan dinding yang
berfungsi memikul tegangan tekan. Bagian tumit lebih pendek dari
pada bagian kaki. Stabilitasnya diperoleh dari beratnya dan berat
tanah di atas tumit tapak. Biasanya tinggi dinding lebih dari 7
meter.

Gambar 2.4 Buttress Wall


(Sumber : https://www.scribd.com/document/201212169/10-
Dinding-Penahan-Tanah)

5. Abutmen Jembatan
(Bridge Abutment)
Struktur ini berfungsi
seperti dinding
penahan tanah yang
memberikan tahanan
horisontal dari tanah
timbunan di belakangnya.
Pada
perencanaannya, struktur ini dianggap sebagai balok yang dijepit
pada dasar dan ditumpu bebas pada bagian atasnya.
Gambar 2.5 Bridge Abutment
(Sumber :

https://www.scribd.com/document/201212169/10-Dinding-
Penahan-Tanah)
6. Box Culvert
Box dapat dibuat dengan satu atau dua lubang dan berfungsi
sebagai portal kaku tertutup yang dapat menahan tekanan tanah
lateral dan beban vertikal. Dimana pada lubang tersebut biasanya
untuk mengalirkan air yang melintas di bawah jalan.

Gambar 2.6 Box Culvert


(Sumber : https://www.scribd.com/document/201212169/10-
Dinding-Penahan-Tanah)

2.2.3 Stabilitas dinding penahan tanah


Seperti yang terlihat pada gambar 2.7 dibawah, ada beberapa hal
yang dapat menyebabkan keruntuhan pada dinding penahan
tanah, antara lain oleh :
a. Penggulingan
b. Penggeseran
c. Keruntuhan daya dukung

Gambar 2.7 Jenis-jenis keruntuhan dinding penahan tanah


(Sumber : Braja M. Das)

Maka dari itu, dalam merencanakan dinding penahan tanah


langkah pertama yang harus dilakukan adalah menetapkan
ukuran dinding penahan untuk menjamin stabilitas dinding
penahan. Dinding penahan harus stabil terhadap guling, geser,
dan daya dukung tanah.

2.2.3.1 Stabilitas terhadap penggulingan


Tekanan tanah lateral yang diakibatkan oleh tanah
urugan dibelakang dinding penahan cenderung
menggulingkan dinding dengan pusat rotasi pada ujung
kaki depan pondasi. Momen penggulingan ini, dilawan
oleh momen akibat berat sendiri dinding penahan dan
momen akibat berat tanah diatas pelat pondasi.
Pada gambar 2.8 dibawah ini, diperlihatkan diagram
tekanan tanah pada dinding penahan tanah yang akan
ditinjau, dalam hal ini adalah dinding penahan tanah tipe
kantilever dimana asumsi tekanan tanah dihitung dengan
rumus teori rankine.

Gambar 2.8 Diagram tekanan tanah untuk dinding


kantilever
(Sumber : Hardiyatmo 2006)

Faktor keamanan terhadap guling jika ditinjau dari kaki /


titik O pada gambar didefinisikan sebagai :
Fguling =
MW ..............................................(2.1)
Mgl

Dimana :
MW = jumlah momen dari gaya-gaya yang
menyebabkan momenpada titik O
Mgl = jumlah momen yang menahan guling terhadap
titik O

Momen yang menghasilkan guling :

MW = Ph ( H3 ) ............................................(2.2)

Dimana tekanan tanah horizontal, Ph = Pa tekanan aktif


apabila permukaan tanah datar.

Momen yang menahan guling :


(prosedur perhitungan dapat dilakukan seperti pada tabel
2.1 berikut)

Tabel 2.1 Perhitungan Gaya Vertikal dan Momen


Bagia Lua Berat per Jarak Momen
n s unit momen terhadap
panjang dari titik O titik O
(1) (2) (3) (4) (5)
W1 =a x
1 A1 X1 M1
A1
W1 =a x
2 A2 X2 M2
A2
W1 =b x
3 A3 X3 M3
A3
W1 =b x
4 A4 X4 M4
A4
V MR
Dimana : a = berat volume tanah
b = berat volume beton

Jadi, faktor keamanannya adalah :


M 1+ M 2+ M 3+ M 4
Fgl = H ..............................(2.3)
Pa
3 ( )
Faktor aman terhadap guling, bergantung pada jenis
tanah yaitu :
a. 1,5 untuk tanah dasar berbutir
b. 2 untuk tanah dasar kohesif

2.2.3.2 Stabilitas Terhadap Geser


Gaya-gaya yang menggeser dinding penahan tanah akan
ditahan oleh :
a. Gesekan antara tanah dan dasar pondasi
b. Tekanan tanah pasif di depan dinding penahan

Faktor keamanan terhadap stabilitas geser dapat dinyatakan


dengan rumus :
RH
Fgs = ..........................................................(2.4)
Pah

Dimana :
RH = jumlah gaya-gaya yang menahan gaya-gaya
horizontal
Pah = jumlah gaya-gaya yang mendorong
Gambar 2.9 Kontrol terhadap pergeseran dasar dinding
(Sumber : Hardiyatmo 2006)

Dari gambar 2.9 diatas, kekuatan terhadap geser tanah pada


bagian dasar dinding :

s = tan + ca.......................................................(2.5)

Dimana :
= sudut gesertanah dengan dasar dinding
ca = adhesi antara tanah dengan dasar dinding

Gaya yang menahan bagian pada dasar dinding :


R = s (luas penampang alas) = s (Bx1) = B tan + Bca
B = jumlah gaya-gaya vertikal = V (tabel )
Jadi, R = (V) tan + Bca

Gambar 2.9 menunjukkan bahwa Pp juga merupakan gaya


menahan horizontal, sehingga :
FR = (V) tan + Bca + Pp
Fd = Ph

( V ) tan + Bca+ Pp
FSgeser = ................................(2.6)
Ph

Batas minimum yang diizinkan untuk menghitung faktor


keamanan geser adalah 1,5.
2.2.3.3 Stabilitas Terhadap Keruntuhan Daya Dukung
Momen pada titik C
Mnet = MW - Mgl (MW dan Mgl diperoleh dari stabilitas
penggulingan)
Jika resultan pada dasar dinding berada pada dinding titik E,

Mnet
CE = X = ......................................................(2.7)
V

Eksentrisitas dapat diperoleh dari :


B MR Mo
e= = .......................................(2.8)
2 V

Distribusi tekanan pada dasar dinding penahan dapat dihitung


sebagai berikut:
V Mnet y
q= ...................................................(2.9)
A I

dimana : Mnet = (V) e

I = (1/12) (1) (B3) ....................................................(2.10)

Untuk nilai maksimum dan minimum, y = B/2


V 6e
qmax =
B ( )
1+
B
................................................(2.11)

V 6e
qmin =
B ( 1 )
B
................................................(2.12)
Gambar 2.10 Kontrol Terhadap Keruntuhan Daya Dukung
(Sumber : Braja M. Das )

Kapasitas dukung tanah dihitung dengan menggunakan


persamaan hansen :
qu = c x Nc x Fcd x Fci + q x Nq x Fqd x Fqi + 0,5 x x B x N x Fd
x Fi............................................................................(2.13)

Dimana : q = q x T
B = B 2e
D
Fcd = 1 + 0,4
Br
Nc, Nq, N = faktor kapasitas dukung Hansen Vesic
Fd = 1
Fci= Fqi = (1 o/ 90o)2
Fi = (1 - o/ o)2
o = tan-1 (Ph/V)

Faktor keamanan terhadap keruntuhan kapasitas dukung


didefinisikan sebagai :

qu
F= 3 .......................................................(2.14)
qmax
Dimana :
F = Faktor aman terhadap kapasitas dukung
Qu = Tegangan Ultimit
qmax = Tegangan maksimum

2.2.4 Pengertian Tanah


Dalam ilmu mekanika tanah, tanah didefinisikan sebagai seluruh
endapan yang berhubungan dengan teknik sipil dan tidak
termasuk batuan tetap (Soedarmo dan Purnomo,1993). Tanah
merupakan hasil pelapukan atau erosi batuan induk (anorganik)
yang bercampur dengan bahan organik yang mengandung
partikel batuan atau mineral, bahan organik (senyawa organik dan
organisme) air dan udara. Mineral merupakan unsur utama tanah
yang pada umumnya terbentuk dari padatan anorganik dan
mempunyai komposisi homogen.

2.2.4 Tekanan Tanah Lateral


Tekanan tanah lateral adalah sebuah parameter perencanaan
yang penting didalam sejumlah persoalan teknik pondasi, dinding
penahan dan konstruksi konstruksi lain, yang ada dibawah tanah
semuanya ini memerlukan perkiraan tekanan lateral secara
kuantitatif pada perkerjaan konstruksi, baik untuk analisa
perencanaan maupun untuk analisa stabilitas.
Tekanan aktual yang terjadi dibelakang dinding penahan cukup
sulit diperhitungkan karena begitu banyak variabel. Ini termasuk
jenis bahan penimbunan, kepadatan dan kadar airnya, jenis
bahan dibawah dasar pondasi, ada tidaknya beban permukaan
dan lainnya. Akibatnya, perkiraan detail dari gaya lateral yang
bekerja pada berbagai dinding penahan hanyalah masalah teoritis
dalam mekanika tanah.
Jika suatu dinding penahan dibangun untuk menahan batuan
solid, maka tidak ada tekanan pada dinding yang ditimbulkan oleh
batuan tersebut. Tetapi jika dinding dibangun untuk menahan air,
tekanan hidrostatis akan bekerja pada dinding. Pembahasan
berikut ini dibatasi untuk dinding penahan tanah, perilaku tanah
pada umumnya berada diantara batuan dan air, dimana tekanan
yang disebabkan oleh tanah jauh lebih tinggi dibandingkan oleh
air. Tekanan pada dinding akan meningkat sesuai dengan
kedalamannya.
Pada prinsipnya kondisi tanah dalam kedudukannya ada 3
kemungkinan, yaitu :
a. Dalam keadaan diam
b. Dalam keadaan aktif
c. Dalam keadaan pasif

2.2.5.1 Tekanan Tanah Dalam Keadaan Diam


Bila kita tinjau massa tanah seperti yang ditunjukkan
dalam gambar 2.3 massa tanah dibatasi oleh dinding
dengan permukaan licin AB yang dipasang sampai
kedalaman tak terhingga. Suatu elemen tanah yang
terletak pada kedalaman h akan terkena tekanan arah
vertikal dan tekanan arah horizontal.

Gambar 2.11 Tekanan tanah dalam keadaan diam


(Sumber : Hardiyatmo 2006)
Bila dinding AB dalam keadaan diam, yaitu bila dinding
tidak bergerak ke salah satu arah baik ke kanan maupun
kekiri dari posisi awal, maka massa tanah akan berada
dalam keadaan keseimbangan elastik (elastic
equilibrium). Rasio tekanan arah horizontal dan tekanan
arah vertikal dinamakan koefisien tekanan tanah dalam
keadaan diam (Ko), atau :
h
Ko = ........................................................(2.15)
v

Karena v = h, maka
h = Ko (h) .....................................................(2.16)

Gambar 2.12 Distribusi tekanan tanah dalam keadaan


diam
(Sumber : Hardiyatmo 2006)

Gambar 2.12 menunjukan distribusi tekanan tanah


dalam keadaan diam yang bekerja pada dinding
setinggi H. Gaya total per satuan lebar dinding, Po
adalah sama dengan luas dari diagram tekanan tanah
yang bersangkutan. Jadi :
1
Po = Ko H2............................................(2.17)
2

2.2.5.2

Tekanan Tanah Aktif


Seperti ditunjukan pada gambar 2.5, akibat dinding
penahan berotasi ke kiri terhadap titik A, maka tekanan
tanah yang bekerja pada dinding penahan akan
berkurang perlahan-lahan sampai mencapai suatu harga
yang seimbang. Tekanan tanah yang mempunyai harga
tetap atau seimbang dalam kondisi ini disebut tekanan
tanah aktif.
Gambar 2.13 Dinding yang berotasi akibat tekanan
tanah aktif
(Sumber : Hardiyatmo 2006)

Menurut teori rankine, besarnya gaya lateral pada satuan


lebar dinding akibat tekanan tanah aktif pada dinding
setinggi H dapat dinyatakan dalam persamaan berikut :
1
Pa = H2 Ka ..............................................(2.18)
2

Dimana harga Ka untuk tanah datar adalah


1sin
Ka = = tan2 (450 - ) ................(2.19)
1+ sin 2

Dimana :
= Berat isi tanah (g/cm3)
H = tinggi dinding (m)
= sudut gesek tanah (o)

Adapun langkah yang dipakai untuk tanah urugan


dibelakang tembok apabila berkohesi dimana kohesi
adalah lekatan antara butir-butir tanah, sehingga kohesi
mempunyai pengaruh mengurangi tekanan aktif tanah
sebesar (2c Ka ), maka tegangan utama arah
horizontal untuk kondisi aktif adalah
1
Pa = H2 Ka - 2c Ka H ......................(2.20)
2

2.2.5.3 Tekanan Tanah Pasif

Gambar 2.14 Dinding yang berotasi melawan tekanan


tanah aktif
(Sumber : Hardiyatmo 2006)

Seperti ditunjukan pada gambar 2.14, dinding penahan


berotasi ke kanan titik A atau dengan perkataan lain
dinding mendekati tanah isian, maka tekanan tanah yang
bekerja pada dinding penahan akan bertambah perlahan-
lahan sampai mencapai suatu harga tetap. Tekanan yang
mempunyai harga tetap dalam kondisi ini disebut tekanan
pasif.
Menurut teori rankine, besarnya gaya lateral pada dinding
akibat tekanan tanah pasif setinggi H dapat dinyatakan
dalam persamaan berikut :
1
Pp = H2 Kp ................................................(2.21)
2

Dimana harga Kp untuk tanah datar adalah


1+ sin
Kp = = tan2 (450 + ) .................(2.22)
1sin 2

Keterangan :
= Berat isi tanah (g/cm3)
H = tinggi dinding (m)
= sudut gesek tanah (o)

Adapun langkah yang dipakai untuk tanah berkohesi,


maka tegangan utama arah horizontal untuk kondisi pasif
adalah :
1
Pp = H2 Kp - 2c Kp H ........................(2.23)
2

2.2.6 Analisis dan Perancangan Plat


Pelat merupakan struktur dari beton bertulang yang
memiliki sifat dan prilaku khusus. Sebelum dilakukan
perencanaan balok dan kolom, biasanya dilakukan perancangan
struktur pelat terlebih dahulu. Hal yang harus diperhatikan dalam
perancangan struktur pelat antara lain : pembebanan, ukuran
pelat dan syarat-syarat tumpuan tepi.
Jenis pelat yang paling sederhana adalah pelat satu arah yaitu
pelat yang didukung pada dua sisi yang berhadapan sehiigga
lenturan timbul hanya dalam satu arah saja, yaitu tegak lurus
pada arah sisi dukungan tepi. sedangkan pelat dua arah adalah
pelat yang didukung pada keempat sisinya yang lenturannya
akan timbul dalam dua arah yang saling tegak lurus.

2.2.6.1 Menentukan Tebal Pelat


Berdasarkan SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.2.5
bahwa tebal pelat minimum diambil rumus :

hmin = ln / 28 (0,4 + fy/700)

Dimana : hmin = Tebal pelat minimum


ln = Panjang bersih bentang yang terpanjang
fy = Tegangan leleh baja

2.2.6.2 Penentuan Selimut Beton


Penutup beton atau selimut beton digunakan untuk
melindungi baja tulangan dengan persyaratan bahwa
lapisan beton itu harus menjamin penanaman
tulangan serta lekatannya dengan beton,
menghindari korosi yang mungkin terjadi dan
meningkatkan perlindungan struktur terhadap
bahaya kebakaran. Tebal selimut beton sangat
berpengaruh pada dua besaran yang mempunyai
peranan penting dalam perencanaan balok yaitu h
dan d. Hubungan kedua besaran tersebut dalam
sebuah balok secara umum ditentukan oleh :

h = d + tul utama + tul sengkang + P

dimana :
d = Tinggi efektif (jarak dari serat tekan ke titik berat
tulangan tekan )
p = Tebal penutup beton untuk menutup tulangan
terluar

tul utama = Diameter tulangan utama

tul sengkang = Diameter tulangan sengkang

2.2.6.3 Check Kapasitas Geser Pelat


Berdasarkan SKSNI T-15-1991-03 pasal 3.4.1.1, gaya
lintang yang bekerja pada penampang yang ditinjau harus
direncanakan sehingga Vu < fVn. Bila nilai-nilai fVc yang
didapat lebih kecil daripada Vu, maka penampang beton
saja tidak kuat untuk menahan tegangan geser. Jadi bila
Vu > fVc perlu diberi tulangan tambahan, baik berupa
sengkang vertikal atau tulangan rangkap dikombinasikan
dengan batang yang dibengkok (Gideon DDPBB hal 125).
Rumus umum yang digunakan : fVc > Vu , apabila rumus
diatas terpenuhi, maka tidak perlu adanya tulangan geser.

Dimana :

1
Vu = Vu/bd , Vc = 0,6x 6 f' c xb wxd , Vu = Gaya lintang
= Faktor reduksi sebesar 0,6 (SKSNI T-15-1991-03
pasal 3.2.3.2) Apabila diperlukan tulangan geser,
maka diambil tulangan sebagai berikut ;
3
by
ASsengkang min = efy

Y = (Vu - Vc) / Wu

Vc = Vc bd

Untuk perhitungan sengkang total digunakan rumus :

AS (Vu Vc )rata rata x by


sengkang
fy

2.2.6.4 Perhitungan Momen Pelat


Untuk menghitung momen yang timbul akibat beban,
penyaluran beban berdasarkan Metode Amplop (buku
Grafik dan Tabel Perhitungan Beton Bertulang, W.C.Vis
dan Gideon H.Kusuma, 1995 ; 26).

Dimana :
Iy ly = Panjang bentang
terpanjang
lx = Panjang bentang terpendek

Ix
Gambar 2.15 Skema Pelat Lantai Sisi lx dan ly

Untuk menentukan momen pelat tersebut adalah :


2
Mlx = 0,01 . wu . l . x .
2
Mly = 0,01 . wu . lx . x
2
Mtx = -0,01 . wu . lx . x
2
Mty = -0,01 . wu . lx . x

dimana : Mlx = Momen lapangan arah X


Mly = Momen lapangan arah Y
Mtx = Momen tumpuan arah X
Mty = Momen tumpuan arah Y
Wu = Beban yang bekerja
X = Koefisien

(diambil dari buku Grafik dan Tabel Perhitungan Beton


Bertulang, W.C.Vis dan Gideon H.Kusuma, tabel
4.2.b).

2.2.6.5 Penulangan Pelat


Beton bertulang direncanakan untuk runtuh secara
perlahan dan bertahap, hal ini dimungkinkan apabila
tulangan tarik beton terlebih dahulu meleleh sebelum
regangan beton mencapai maksimum (under reinforced).
Dengan dasar perencanaan tersebut, jumlah tulangan
yang akan digunakan pada penampang beton dibatasi
menurut SKSNI-1991 pasal 3.3.3. Anggapan
pembatasan jumlah tulangan tersebut berkaitan dengan
rasio penulangan (r), yaitu perbandingan antara jumlah
luas penampang tulangan baja tarik (As) terhadap luas
efektif penampang.
Pembatasan jumlah tulangan yang dimaksud dalam
SKSNI T-15-1991-03 pasal 3.3.3 adalah rasio
penulangan maksimum yang diijinkan, dibatasi sebesar
0,75 dari rasio penulangan dalam keadaan seimbang

(rb).

rmaks = 0,75 rb

Besar rasio tulangan seimbang menurut SKSNI T-15-

1991-03 pasal 3.1.3.4.3 adalah :

Sedangkan untuk rasio penulangan minimum menurut


SKSNI T-15-1991-03 pasal 3.3.5.1 adalah :

rmin = 1,4 / fy

Syarat rasio penulangan dalam beton bertulang harus


memenuhi ketentuan sebagai berikut :

rmin = 1,4 / fy < r < rmaks = 0,75r b

Struktur harus direncanakan hingga semua penampang


harus mempunyai kuat rencana minimum sama dengan
kuat perlu yang dihitung berdasarkan kombinasi beban
gaya terfaktor. Persyaratan tersebut disederhanakan
menjadi :

Mu = f Mn
Untuk mencari rasio penulangan (r) yang akan
menentukan luas tulangan dari suatu penampang balok
beton, dapat digunakan rumus :

dimana :
Mn = Kuat momen nominal pada suatu penampang
Mu = kuat momen perlu terfaktor pada penampang
2
f = faktor reduksi kekuatan diambil 0,8 Rn = Mu/bd

Jika r yang diperoleh < rmin, maka r yang diambil adalah r

min sehingga luas tulangan yang didapat adalah :


As = r . b . d

dimana :

rmin = rasio tulang tarik non-pratekan minimum

rmaks = rasio tulang tarik non-pratekan maksimum


r = rasio tulang tarik non-praktekan
d = tinggi efektif
As = diameter tulangan yang dihitung
2
Jarak tulangan perlu = Shitung = (p/4 . tul . b )/ As

Untuk penulangan terlebih dahulu dihitung tinggi efektifnya


yaitu :
Untuk arah x : dx = h p 0,5 . dDx
Untuk arah y : dy h p dDx 0,5 . dDy

dimana :
dx = tinggi efektif arah x
dy = tinggi efektif arah y
h = tinggi penampang
p = tebal penutup beton untuk menutup tulang terluar
dDx = diameter tulang utama arah x
dDy = diamater tulang utama arah y
Penulangan arah x dan y untuk momen lapangan maupun
tumpuan menggunakan rumus : Mn = Mu/f Menurut SK SNI
T15199103 Pasal 3. 6. 6 .5, jarak antara tulangan
maksimal adalah 3 x h, dimana h adalah tebal pelat.

Rumus umum : fMn > Mu, Apabila ketentuan ini terpenuhi


maka pelat telah memenuhi persyaratan.
Dimana :
As. fy
Mn = As . fy . (d - a/2), a =
0,85 f ' c.h

As = (Luas tulangan pelat per meter / jarak antar tulangan)


x 1000.

2.3 Kerangka Pemikiran


Untuk mengetahui stabilitas dan kemampuan dinding Underground Power
House PLTM Lambur terhadap beban lateral tanah, maka dilakukan
kembali perhitungan tekanan tanah aktif agar didapat dimensi dinding
yang aman dan jarak antar tulangan memenuhi persyaratan konstruksi.

2.3 Hipotesis
Dengan adanya desain perencanaan dinding Underground Power
House Lambur 2 X 4 MW seperti yang terlampir dalam Detail
Engineering Design (DED), terdapat kecenderungan pihak kontraktor
EPC akan melakukan optimalisasi desain semaksimal mungkin tanpa
memperhitungkan safety factor. Maka perlu dianalisis kembali
perhitungan mengenai stabilitasnya terhadap geser dan lentur yang
terjadi akibat beban lateral tanah, agar didapat perencanaan desain
yang aman dan sesuai persyaratan konstruksi.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Analisa Kebutuhan


3.1.1 Data Primer
Pada penelitian ini data yang diperlukan antara lain :
Data Perencanaan Dinding

Dimensi Dinding (b) = 1000 mm


Beton (t) = 300 mm
Tinggi Dinding
(T) = 3100 mm
Beton
(F'c
= 18.59 MPa
Mutu Beton )
Mutu
(Fy) = 240 MPa
Baja
Selimut Beton (d') = 60 mm
3030.
(dx) = mm
Panjang Efektif X 5
Tinggi Efektif Y (dy) = 930.5 mm
Tebal efektif beton (d) = 281 mm
Berat Jenis (Bj) = 2400 Kg/m3
SNI 2847-
(1) = 0.92
Koef. Whitney 2013
Tinggi Lantai (Lh) = 3100 mm
Reduksi () = 0.9
Reduksi Geser (v) = 0.75
(SF
= 3
Safety Factor )
3.1.2 Data Sekunder
Data sekunder yang diperlukan pada penelitian ini untuk meninjau
tekanan tanah aktif, tebal dimensi dinding dan jarak antar tulangan
dengan menganalisa data tanah dari hasil uji laboratorium yang
telah terangkum pada Geology Report.

Data Tanah :

Beban Hidup
(qLL) = 6.68 kN/m2
Diatas Tanah
kg/cm
Kohesi Tanah (C) = 0.21 2

Sudut Geser
(f) = 19.58
Tanah
Sudut
kemiringan () = 0.00
backfill
Sudut
kemiringan () = 90.00
dinding
Sudut
kemiringan () = 0.00
tegangan
Berat Jenis gr/cm
(s) = 13.35 kN/m3
tanah kering 3
Berat Jenis gr/cm
(b) = 17.46 kN/m3
tanah basah 3
(w
Berat Jenis air = 10.00 kN/m3
)
Koefesien 0.498
(Ka) =
Tanah Aktif 0
Koefesien Berdasarkan
(Kh
percepatan = 0.18 data geology
)
gempa tanah lambur
3.2 Perancangan Penelitian
3.2.1 Tahap Penelitian
Adapun tahapan pada penelitian ini antara lain :
1. Memulai penelitian
2. Melakukan studi literatur pada beberapa data, jurnal, internet
dan sumber lainnya untuk menghimpun data terkait penelitian
dan dijadikan sebagai acuan atau pedoman dalam
menghitung stabilitas dinding penahan tanah.
3. Pengumpulan data terkait proyek, sebagai berikut :
a. Data Primer
Data Perencanaan Dinding Underground Power House
PLTM Lambur 2 X 4 MW.
Dokumentasi
b. Data Sekunder
Data mengenai tanah di dapat dari Geology Report PLTM
Lambur 2 X 4 MW, seperti :
Data Sondir
Data Boring
4. Melakukan proses perhitungan
5. Mengevaluasi dan menganalisis hasil yang didapat
6. Menarik kesimpulan pada penelitian yang telah dilakukan
7. Selesai.
3.2.2 Diagram Alir Penelitian

Mulai

Studi

Pengump

Data Primer : Data Sekunder :


1. Data Perencanaan 1. Data Sondir
2. Dokumentasi 2. Data Boring

Proses

Evaluasi

Kesimpula

Selesai

Gambar 3.2 Diagram Alir Penelitian


3.3 Teknik Analisis
Sebelumnya akan dijelaskan bahwa struktur dinding yang akan
dihitung merupakan dinding yang berada pada elevasi +144.850,
dikarenakan dinding ini menerima beban resiko lebih besar
dibandingkan dengan struktur dinding pada elevasi +148.450. Dan
dalam perhitungan akan diambil satu segmen dinding dengan
bentangan terbesar yang diapit oleh kolom-kolom.

Dengan data yang telah didapat, teknik analisis penelitian ini adalah
melakukan perhitungan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Menentukan syarat-syarat batas
2. Tentukan panjang bentang
3. Tentukan tebal pelat
4. Menghitung beban-beban
Membahas tekanan tanah gempa untuk mengetahui apakah
beban aktif tanah lebih besar atau lebih kecil daripada gempa.
Jika lebih besar maka dalam perhitungan menggunakan akibat
beban aktif tanah. Menghitung akibat beban hidup diatas tanah
dan akibat beban tanah aktif dengan mempertimbangkan momen
tumpuan dan momen lapangan.
5. Menghitung tekanan aktif tanah
Dengan memperhitungkan akibat beban hidup diatas tanah, akibat
beban tanah itu sendiri, akibat beban tanah basah, dan akibat air.
Lalu semua beban ditotal menjadi beban akibat tanah aktif.
Menghitung tekanan aktif bidang segitiga dan bidang kotak.
Gambar 3.3 Gambar Beban Lateral Tanah pada Dinding

6. Menghitung tulangan
Dengan 2 syarat, jika ya menggunakan rumus min < < maks

Jika tidak mengunaan rumus > maks


7. Memilih tulangan dari hasil perhitungan yang didapat
8. Kapasitas Lentur Dua Arah dan Geser
Ditinjau dari tulangan utama, lalu menghitung penulangan 2 arah
yaitu arah X dan Y dengan melakukan pengecekan apakah sudah
aman atau belum memenuhi persyaratan konstruksi.
9. Periksa lebar retak
10. Didapat tebal pelat dan tulangan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.2 Pembahasan
4.3 Implikasi Penelitian

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN-LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai