FADEL ABDILLAH
4202212184
1.3. Tujuan
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk:
1. Untuk mengetahui metode – metode yang digunakan sebagai pengujian tiang
pancang
2. Untuk mengetahui metode mengurangi tekanan tanah pada daerah sekitar tiang
pancang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
terdapat dibawah konstruksi. Pondasi dapat didefinisikan sebagai bagian paling
bawah dari suatu konstruksi yang kuat dan stabil (solid). Dalam perencanaan pondasi
untuk suatu struktur dapat digunakan beberapa macam tipe pondasi. Pemilihan
pondasi berdasarkan fungsi bangunan atas (upper structure) yang akan dipikul oleh
pondasi tersebut, besarnya beban dan beratnya bangunan atas, keadaan tanah dimana
bangunan tersebut didirikan dan berdasarkan tinjauan dari segi ekonomi. Semua
konstruksi yang direncanakan, keberadaan pondasi sangat penting mengingat pondasi
merupakan bagian terbawah dari bangunan yang berfungsi mendukung bangunan
serta seluruh beban bangunan tersebut dan meneruskan beban bangunan itu, baik
beban mati, beban hidup dan beban gempa ke tanah atau batuan yang berada
dibawahnya. Bentuk pondasi tergantung dari macam bangunan yang akan dibangun
dan keadaan tanah tempat pondasi tersebut akan diletakkan, biasanya pondasi
diletakkan pada tanah yang keras.
2.1.3. Pondasi Tiang Pancang
Pada umumnya pondasi tiang pancang sama dengan pondasi bored pile,
namun yang membedakannya yaitu bahan dasarnya. Jika pondasi bored pile
menggunakan beton yang sudah jadi (readymix) dan dilakukan pengecoran di
lokasi, sedangkan untuk tiang pancang menggunakan beton yang sudah jadi
(precast). Dengan menggunakan beton yang sudah jadi maka tiang pancang hanya
perlu menancapkan ke tanah dengan menggunakan alat pemancang. Bahan yang
digunakan untuk tiang pancang yaitu: beton bertulang, baja dan kayu. Namun
untuk diameter tiang pancang terbatas, biasanya tiang pancang menggunakan
diameter yang maksimal yaitu 40 x 40 cm.
3
dalam tanah pada kedalaman tertentu berfungsi untuk menyalurkan atau
mentransmisikan beban dari struktur atas melewati tanah lunak ke lapisan tanah yang
keras.Hal ini merupakan distribusi vertikal dari beban sepanjang poros tiang pancang
atau pemakaian beban secara langsung terhadap lapisan yang lebih rendah melalui
ujung tiang pancang. Distribusi muatan vertical dibuat dengan menggunakan
gesekan, atau tiang pancang apung, Kebanyakan tiang pancang dipancangkan
kedalam tanah, akan tetapi ada beberapa tipe yang dicor setempat dengan cara
dibuatkan lubang terlebih dahulu dengan mengebor tanah.
Berdasarkan cara penyaluran bebannya ke tanah, pondasi tiang dibedakan
menjadi tiga jenis, yaitu:
a. Pondasi tiang dengan tahanan ujung (End Bearing Pile)
b. Tiang ini akan meneruskan beban melalui tahanan ujung tiang ke lapisan
tanah pendukung.
c. Tiang pancang dengan tahanan gesekan (Friction Pile)
Jenis tiang pancang ini akan meneruskan beban ke tanah melalui gesekan antara
tiang dengan tanah di sekelilingnya. Bila butiran tanah sangat halus tidak
menyebabkan tanah di antara tiang - tiang menjadi padat, sedangkan bila butiran
tanahkasar maka tanah di antara tiang akan semakin padat. Tiang pancang dengan
tahanan lekatan (Adhesive Pile) Bila tiang dipancangkan pada dasar tanah pondasi
yang memiliki nilai kohesi tinggi, maka beban yang diterima oleh tiang akan ditahan
oleh lekatan antara tanah disekitar dan permukaan tiang.
2.1.4. Pemancangan Tiang Pancang
Pemancangan tiang pancang adalah usaha yang dilakukan untuk menempatkan
tiang pancang di dalam tanah sehingga berfungsi sesuai perencanaan. Pada umumnya
pelakasanan pemancangan dapat dibagi dalam tiga tahap, tahap pertama adalah
pengaturan posisi tiang pancang, yang meliputi kegiatan mengangkat dan mendirikan
tiang pada pemandu rangka pancang, membawa tiang pada titik pemancangan,
mengatur arah dan kemiringan tiang dan kemudian percobaan pemancangan. Setelah
selesai, tahap kedua adalah pemancangan tiang hingga mencapai kedalaman yang
direncanakan. Pada tahap ini didalam pencatatan data pemancangan, yaitu jumlah
pukulan pada tiap penurunan tiang sebesar 0,25 m atau 0,5m. Hal ini dimaksudkan
untuk memperkirakan apakah tiang telah mencapai tanah keras seperti yang telah
direncanakan. Tahap terakhir biasa dikenal dengan setting, yaitu pengukuran
penurunan tiang pancang per - pukulan pada akhir pemancangan. Harga penurunan
ini kemudian digunakan untuk menentukan kapasitas dukung tiang tersebut.
4
2.1.5. Jenis-Jenis Uji Tiang Pancang
Dalam pembangunan gedung bertingkat atau jembatan, Anda pasti melihat tiang-
tiang yang berdiri tegak menopang bangunan tersebut. Tiang yang menopang
bangunan tersebut disebut sebagai tiang pancang atau pile. Tiang ini berfungsi untuk
menahan sekaligus menyalurkan beban dari bangunan ke tanah. Untuk menguji
ketahanan tiang pancang dapat menggunakan uji tiang pancang. Tiang pancang
adalah tiang tinggi yang dibuat dari baja, beton, dan kayu. Biasanya tiang pancang
dibuat disesuaikan dengan bangunan yang akan dibangun. Dengan begitu, untuk
menguji kekuatan tiang pancang dilakukan uji tiang pancang, sehingga tiang yang
digunakan dapat menahan semua beban yang diberikan oleh struktur. Terdapat
berbagai jenis uji tiang pancang seperti uji tekan (statis dan dinamis), uji tarik, uji
integritas, dan uji lateral. Berikut penjelasan lengkapnya:
a. Uji Tekan (Statis dan Dinamis) Pengujian tiang pancang pertama adalah
uji tekan baik statis dan dinamis. Uji tekan bertujuan untuk mendapatkan
ketahanan tanah dan ketahanan tiang pancang yang diukur. Pada uji tekan
secara statis, jumlah tiang yang akan diuji berjumlah 1% dari jumlah tiang
pancang dengan minimal 1 tiang uji. Jika tiang pancang yang diuji lebih
dari 3, maka 25% dari pengujian dapat dilakukan menggunakan metode
PDA.
b. Uji Tarik Pengujian,Tiang pancang yang kedua adalah uji tarik. Uji tarik
dilakukan untuk mendapatkan besaran tahanan tiang pancang akibat
adanya gaya angkat air, gaya gempa, momen, dan lain-lainnya. Sebelum
melakukan uji tarik, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan seperti
di bawah ini: Penentuan beban statis uji tarik, Persiapan beban statis uji
tarik dan Pelaksanaan beban statis uji tarik
c. Uji Integritas Uji integritas memberikan informasi tahanan tiang pancang melalui
respon gelombang kejut yang ditangkap. Cara pengujian pada uji integritas
dengan memberikan gelombang kejut dengan regangan rendah pada kepala tiang
pancang. Kelemahan uji integritas adalah uji ini hanya dapat dilakukan pada tiang
yang terbuat dari beton, dikarenakan adanya limitasi perbandingan diameter
dengan panjang tiang. Pemilihan tiang yang akan diuji pada uji integritas
berdasarkan kecurigaan pengawas yang mengacu pada proses pelaksanaan
pekerjaan pondasi. Jumlah tiang yang akan diuji menggunakan uji integritas
berjumlah kurang dari 10% dari total pondasi yang ada.
5
d. Uji Lateral Pengujian tiang pancang yang keempat adalah tes lateral. Tes
lateral adalah pengujian yang digunakan untuk mengetahui defleksi tiang
terhadap beban horizontal yang direncanakan. Pelaksanaan uji lateral
biasanya dengan mendorong tiang pancang dengan jack hydraulic ke arah
horizontal dengan pembebanan hingga 200% dari perencanaan.
Pembebanan dilakukan secara berkala mulai dari 50% hingga beban
puncak sebesar 200%. Standar yang digunakan pada uji lateral tiang
pancang adalah standar ASTM D3966-07 Standard Test Methods for Deep
Foundations Under Lateral Load.
Berbagai jenis uji tiang pancang di atas dapat Anda gunakan untuk mendapatkan
berbagai informasi mengenai ketahanan tiang pancang, sehingga Anda bisa
memastikan bahwa tiang yang Anda gunakan tidak rusak.
6
ini terjadi baik sebagai akibat perpendekkan elastis tiang maupun penurunan ujung
tiang. Tanah mengalami perlawanan geser sepanjang selimut tiang dan tahanan ujung
sesuai dengan penetrasi tiang ke dalam tanah, Besarnya perlawanan tersebut
tergantung atas karakteristik tegangan deformasi tanah. Dengan melakukan
perhitungan berdasarkan beberapa perpindahan titik ujung tiang yang berbeda maka
akan diperoleh kurva hubungan antara beban dan penurunan di kepala tiang, Analisis
ini maka pada tiap tahap pembebanan dapat diketahui besarnya beban yang dialihkan
pada masing – masing segmen tiang.
Kemudian dibuat kurva hunungan perpendekkan tiang terhadap kedalaman, Titik
perpotongan antara kurva ini dengan kurva hubungan penurunan konsolidasi
terhadap kedalaman adalah titik netral (neutral point) pondasi tiang pancang.
Perilaku ini juga terjadi pada daerah endapan lumpur atau lempung akibat
terganggunya tanah pada saat peancangan tiang, peningkatan tekanan air pori pada
saat pemancangan menimbulkan penurunan tanah yang mengakibatkan gesekan
negatif. Akibat utama yang ditimbulkan oleh gesekan negatif adalah penambahan
beban aksial pada tiang dan pengurangan tegangan efektif pada ujung tiang yang
disertai pengurangan kapasitas daya dukung ultimate. Penambahan beban aksial pada
tiang dapat mengakibatkan penambahan penurunan tiang yang disebakan oleh
pemendakan aksial tiang pancang di bawah titik netral. Yang dimaksud dengan titik
netral adalah elevasi pada tiang dimana tidak terjadi geseran antara selimut tiang
dengan tanah atau suati titik batas dimana terjadi perubahan menjadi gesekan negatif
seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini.
7
Gambar 2.2 Skematis Gesekan Negatif pada Pondasi Tiang
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.
3.1. Umum
Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif
ditujukan untuk menjelaskan metode dalam pengujian tiang pancang dan cara
mengurangi tekanan tanah akibat dari tiang pancang. Desain penelitian kualitatif
dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder berupa jurnal dan publikasi dari
praktisi penelitian daya dukung tiang pancang.
Penentuan kapasitas daya dukung dapat dilakukan berdasarkan interprestasi hasil
pembebanan tiang. Terdapat banyak sekali metode/cara interprestasi beban ultimit
8
dari hasil uji pembebanan tiang. Namun pada dasarnya dapat dikelompokan atas 3
macam cara, yaitu :
2
3
3.1.
a. Cara Grafis
Nilai yang diperoleh dari cara grafis sangat bergantung pada pertimbangan
seseorang, terutama pada skala gambar/grafik. Perubahan skala akan mengakibatkan
nilai yang diperoleh akan berubah pula. Adapun cara-cara grafis tersebut antara lain
sebagai berikut:
Metode Elastis Plastis (Cara Tangen)
Metode ini merupakan hubungan kurva beban versus penurunan. Beban batas
atau ultimit ditentukan berdasarkan titik potong antara garis singgung pada bagian
elastis dengan garis singgung pada bagian plastis dari kurva beban versus penurunan
tersebut.
9
sebuah garis lurus. Perpotongan garis lurus dengan sumbu beban inilah
yang merupakan beban ultimitnya. Interpretasi beban ultimitnya dengan
metode mazurkiewich dapat dilihat dibawah :
Kemudian harga 1/m merupakan harga beban batas (Qu), yang kemudian dikoreksi
dengan dibagi 1,2. Interpretasi beban ultimit dengan metode chin dapat dilihat
dibawah :
10
adalah pada ABT3-16, P2-20 dan ABT2-8.
Metode Hiley (1930)
π = 3,14 (cm)
11
Qall = Qp + Qs
Dengan,
BAB IV
PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Sagita, Fahrianti dan Apriyanti
(2020) Analisis Perbandingan Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Menggunakan
Hasil Uji Spt Dan Uji Beban Dinamis Pada Proyek Penggantian Jembatan Baturusa
Dalam penelitian ini, daya dukung ultimit (Qu) pondasi tiang
pancang dihitung berdasarkan hasil penyelidikan tanah dilapangan berupa data uji
Standart Penetration Test (SPT) menggunakan Metode Briaud et al (1985), Metode
Shio & Fukui (1982), dan Metode Luciano Decourt (1987). Selain itu daya dukung
ultimit (Qu) pondasi tiang pancang dihitung berdasarkan hasil pembebanan di
lapangan yaitu hasil uji Pile Driving Analyzer (PDA) & uji Kalendering. Untuk
perhitungan Qu berdasarkan hasil uji kalendring menggunakan Metode Hilley
(1930), Metode Janbu (1953), Mansur dan Hunter (1970), dan Engineering News
Record. Setelah didapatkan hasil perhitungan, selanjutnya di lakukan perbandingan
hasil perhitungan kedua metode tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
berdasarkan perhitungan Qu menggunakan hasil uji SPT, metode Shio & Fukui
(1982) menghasilkan nilai terkecil. Sedangkan perhitungan Qu menggunakan hasil
uji Kalendring, metode Engineering News Record menghasilkan nilai terkecil.
Rasio perbandingan Qu terbesar antara metode Shio & Fukui (1982) dan metode
Engineering News Record yaitu 1,55. Sedangkan Rasio perbandingan Qu terbesar
antara metode Shio & Fukui (1982) dan Uji PDA yaitu 1,64.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Sapriyadi, Priadi dan Faisal (2018)
meneliti tentang Kajian Daya Dukung Tiang Pancang Di Tanah Lunak Dengan
Menggunakan Ensoft. Pada penelitianya menunjukkan Pada area Kalimantan,
12
khususnya di Kota Pontianak secara umumnya berupa tanah lunak dengan lapisan
permukaan mengandung bahan – bahan organik akibat dari vegetasi alamiah dan
daya dukung tanah yang baik dapat ditemui pada kedalaman berkisar 30 – 40 meter.
Untuk mengatasi kondisi tanah yang kurang baik tersebut, dilakukan pekerjaan –
pekerjaan awal untuk memperbaiki daya dukung tanah. Salah satu cara yang sering
dilakukan adalah penggunaan tiang pancang. Kemungkinan konstruksi berdiri pada
tiang pancang tunggal (single pile) sangat jarang digunakan, setidaknya digunakan
dua atau lebih tiang pancang. Jumlah pada kelompok tiang pancang memiliki nilai
efisiensi yang berbeda karena jumlah tiang mempengaruhi efisiensi kelompok tiang
tersebut. Sehingga pada pengujian ini, akan dilakukan persiapan pengujian
pembebanan kelompok tiang dengan
konfigurasi dan jumlah tiang yang sama dengan jarak antar tiang berbeda yaitu 3
kali diameter tiang (3D). Hal ini dilakukan untuk mengetahui berapa besar
pengaruh jumlah dan jarak antar tiang terhadap efisiensi dari kelompok tiang
tersebut. Hal yang telah dilakukan akan dikaji kembali dengan menggunakan
program Ensoft antara lain yaitu APILE (A Program for the Analysis and Design of
Axial Loaded Piles) untuk menghitung daya dukung tiang pancang tunggal dan
GROUP (A Program the Analysis of Piles in a Group) untuk menghitung daya
dukung tiang pancang kelompok.
13
BAB IV
KESIMPULAN
2. Titik netral pada pondasi tiang pancang yang mengalami gesekan negatif pada
selimut tiang adalah dengan menggunakan metode transfer beban (load
transfer method) dan penurunan konsolidasi, Metode tranfer beban didasarkan
atas mekanisme bahwa kepala tiang mengalami peralihan vertikal saat
dibebani, peralihan ini terjadi baik sebagai akibat perpendekkan elastis tiang
maupun penurunan ujung tiang.
14