Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan suatu konstruksi, pertama – tama sekali yang dilaksanakan dan dikerjakan
di lapangan adalah pekerjaan pondasi (struktur bawah) baru kemudian melaksanakan
pekerjaan struktur atas. Pembangunan suatu pondasi sangat besar fungsinya pada suatu
konstruksi. Secara umum pondasi didefinisikan sebagai bangunan bawah tanah yang
meneruskan beban yang berasal dari berat bangunan itu sendiri dan beban luar yang bekerja
pada bangunan ke tanah yang ada disekitarnya.

Daya dukung tanah adalah kemampuan tanah untuk menahan tekanan atau beban
bangunan pada tanah dengan aman tanpa menimbulkan keruntuhan geser dan penurunan
berlebihan. Nilai daya dukung dari suatu tanah didasarkan pada karakteristik tanah dasar dan
dipengaruhi oleh penurunan dan stabilitas tanah. Secara umum analisa daya dukung tanah
ditentukan dari daya dukung ultimate dibagi faktor keamanan yang sesuai dan dilakukan
dengan cara pendekatan empiris untuk memudahkan perhitungan.

Umumnya angka keamanan yang besarnya sekitar 3 digunakan untuk menghitung daya
dukung yang diizinkan untuk tanah di bawah pondasi.Ini dilakukan karena keadaan tanah
yang sesungguhnya tidak homogeny dan tidak isotropis sehingga pada saat mengevaluasi
parameter – parameter dasar dari kekuatan geser tanah banyak ditemukan ketidakpastian.
Faktor lain yang harus diperhatikan dalam menghitung daya dukung tanah adalah besar
perununan yang diizinkan. Penurunan pondasi yang disebabkan oleh beban batas harus
berkisar antara 5% sampai dengan 25% dari lebar pondasi pada tanah berpasir, dan antara 3%
sampai dengan 15% dari lebar pondasi untuk tanah lempung.

Tiang pancang dapat diklasifikasikan antara lain : Dari segi bahan ada tiang pancang
bertulang, tiang pancang pratekan, tiang pancang baja, dan tiang pancang kayu. Dari segi
bentang penampang ada tiang pancang bujur sangkar, segitiga, segi enam, bulat padat, dan
pipa. Dari segi teknik pemancangan, dapat dilakukan dengan palu jatuh (drop hammer), diesel
hammer, dan hidrolic hammer.

Tiang pancang berinteraksi dengan tanah untuk menghasilkan daya dukung yang mampu
memikul dan memberikan keamanan pada struktur atas. Untuk menghasilkan daya dukung

1
yang akurat maka diperlukan suatu penyelidikan tanah yang akurat juga. Ada dua metode
yang biasa digunakan dalam penentuan kapasitas daya dukung tiang pancang yaitu dengan
menggunakan metode statis dan metode dinamis menurut I. E. Sulastri Sihotang (2009).

Penyelidikan tanah dengan metode statis adalah penyelidikan sondir dan Standart
Penetrasi Test (SPT). Penyelidikan sondir bertujuan untuk mengetahui perlawanan penetrasi
konus dan hambatan lekat tanah yang merupakan indikasi dari kekuatan daya dukung lapisan
tanah dengan menggunakan rumus empiris.

Perencanaan pondasi tiang pancang mencakup rangkaian kegiatan yang dilaksanakan


dengan berbagai tahapan yang meliputi studi kelayakan dan perencanaan teknis. Semua itu
dilakukan supaya menjamin hasil akhir suatu konstruksi yang kuat, aman, dan ekonomis.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan pada latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat identifikasi
masalah sebagai berikut :

1. Terdapat banyak jenis pondasi dalam, yaitu pondasi tiang pancang, tiang bor dan tiang
franky.
2. Tiang pancang dapat diuji terhadap axial dan lateral.
3. Kondisi di lapangan tidak bisa dipastikan dalam pelaksanaan pemancangan.
4. Banyak metode dalam pengujian tiang.
5. Perencanaan desain pondasi tiang pancang tidak memperhitungkan mekanisme setup.
1.3 Perumusan Masalah

Adapun perumusan masalah dari penjelasan di atas adalah :

1. Bagaimana caranya untuk menangani saat pemasangan tiang pancang pada kondisi tanah
yang lunak?
2. Apakah setelah dilakukannya penyelidikan tanah pada tanah lunak menjamin keamanan
tiang pancang agar tidak terjadi penurunan?
1.4 Maksud dan Tujuan
Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar kekuatan daya
dukung tanah pada tiang pancang. Untuk maksud tersebut, tujuan khusus yang ingin dicapai
adalah :
1. Menghitung daya dukung tiang pancang dari hasil sondir, standart penetrasi test, dan
parameter kuat geser tanah.
2. Membandingkan hasil daya dukung tiang pancang dari metode penyelidikan.
2
3. Menghitung penurunan yang terjadi pada tiang pancang.
1.5 Manfaat
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Untuk menambah ilmu pengetahuan, wawasan, dan pembanding kelak jika akan
melakukan suatu pekerjaan yang sama atau sejenis.

2. Dapat membantu mahasiswa lainnya sebagai referensi atau contoh apabila mengambil
topik bahasan yang sama.

3. Dapat menganalisis data jika akan melakukan suatu pekerjaan yang sejenis.

1.6 Keaslian
Penelitian dengan judul “Analisis Daya Dukung Tanah Pada Tiang Pancang”, sebelumnya
ada yang telah diteliti oleh :
1. I. E. Sulastri Sihotang (2009), Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang, Pada
Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP dan KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia,
Medan.
Namun yang membedakan penelitian ini adalah ingin mengetahui seberapa besar kekuatan
daya dukung tanah pada pemasangan tiang pancang, khususnya pada tanah yang
mengandung lumpur.

3
BAB II

STUDI PUSTAKA
2.1 Konsep Analisa Daya Dukung Tanah Pada Pondasi Tiang Pancang

2.1.1 Konsep Analisa Daya Dukung tanah

Tiang pancang adalah bagian dari suatu konstruksi pondasi yang terbuat dari kayu,
beton dan baja yang berbentuk langsing yang dipancang hingga tertanam dalam tanah pada
kedalaman tertentu berfungsi untuk menyalurkan atau mentransmisikan beban dari struktur
atas melewati tanah lunak ke lapisan tanah yang keras. Hal ini merupakan distribusi vertikal
dari beban sepanjang poros tiang pancang atau pemakaian beban secara langsung terhadap
lapisan yang lebih rendah melalui ujung tiang pancang. Distribusi muatan vertikal dibuat
dengan menggunakan gesekan atau tiang pancang apung. Kebanyakan tiang pancang
dipancangkan ke dalam tanah, akan tetapi ada beberapa tipe yang dicor setempat dengan cara
dibuatkan lubang terlebih dahulu dengan mengebor tanah.

Pada umumnya tiang pancang dipancangkan tegak lurus ke dalam tanah, tetapi apabila
diperlukan untuk dapat menahan gaya – gaya horizontal maka tiang pancang akan dipancang
miring. Sudut kemiringan dicapai oleh tiang pancang tergantung dari alat pancang yang
digunakan serta disesuaikan dengan perencanaannya.

Pada perencanaan pondasi tiang pancang, kekuatan pondasi antara lain ditentukan oleh
kapasitas daya dukung sebuah tiang dan kapasitas daya dukung tiang pancang tersebut
umumnya ditentukan oleh kekuatan reaksi tanah dalam mendukung tiang yang dibebani dan
pada kekuatan tiang itu sendiri dalam menahan serta menyalurkan beban di atasnya.

2.1.2 Penggolongan Pondasi Tiang Pancang

Pondasi tiang pancang dapat digolongkan berdasarkan pemakaian bahan dan cara
penyaluran beban yang diterima, berikut ini akan dijelaskan satu persatu.

2.1.2.1 Pondasi Tiang Pancang Menurut Pemakaian Bahan

Pembagian tiang pancang menurut pemakain bahan terdiri dari beberapa bagian, yaitu

A. Tiang Pancang Kayu


Tiang pancang kayu dibuat dari batang pohon yang cabang – cabangnya dipotong
dengan hati – hati, biasanya diberi bahan pengawet dan didorong dengan ujungnya yang kecil
sebagai bagian yang runcing.
4
Pemakaian tiang pancang kayu ini adalah cara tertua dalam penggunaan tiang
pancang sebagai pondasi. Tiang kayu akan tahan lama dan tidak mudah busuk apabila tiang
kayu tersebut dalam keadaan selalu terendam penuh di bawah muka air tanah. Tiang pancang
dari kayu akan lebih cepat rusak atau busuk apabila dalam keadaan kering dan basah yang
selalu berganti – ganti.
a. Keuntungan pemakaian tiang pancang kayu :
 Tiang pancang kayu relatif ringan sehingga mudah dalam pengangkutan.
 Kekuatan tariknya besar sehingga pada waktu diangkat untuk pemancangan tidak
menimbulkan kesulitan.
 Tiang pancang kayu lebih sesuai untuk friction pile dari pada end bearing pile karena
tekanannya relatif kecil.
b. Kerugian pemakaian tiang pancang kayu :
 Tiang pancang kayu tidak tahan terhadap benda- benda yang mengandung jamur yang
menyebabkan kebusukan.
 Tiang pancang yang dibuat dari kayu mempunyai umur yang relatif kecil
dibandingkan dengan tiang pancang yang dibuat dari baja atau beton, terutama pada
daerah yang muka air tanahnya sering naik dan turun.
B. Tiang Pancang Beton
1. Precast Renforced Concrete Pile
Precast Renforced Concrete Pile adalah tiang pancang dari beton bertulang yang
dicetak dan dicor dalam acuan beton (bekisting), kemudian setelah cukup kuat lalu diangkat
dan dipancangkan. Karena tegangan tarik beton adalah kecil dan praktis dianggap sama
dengan nol, sedangkan berat sendiri dari pada beton adalah besar, maka tiang pancang beton
ini haruslah diberi penulangan – penulangan yang cukup kuat untuk menahan momen lentur
yang timbul pada waktu pengangkatan dan pemancangan. Karena berat sendiri adalah besar,
biasanya pancang beton ini dicetak dan dicor di tempat pekerjaan, jadi tidak membawa
kesulitan dalam transportasi.
a. Keuntungan pemakaian precast renforced concrete pile :
 Tiang pancang ini dapat dihitung baik sebagai end bearing pile maupun friction pile.
 Tiang pancang beton dapat tahan lama sekali, serta tahan terhadap pengaruh air
maupun bahan – bahan korosif
 Tiang pancang beton ini mempunyai tegangan tekan yang besar, hal ini tergantung
dari mutu beton yang digunakan.

5
b. Kerugian pemakaian precast renforced concrete pile :
 Bila memerlukan pemotongan maka dalam pelaksanaannya akan lebih sulit dan
memerlukan waktu yang lama.
 Bila panjang tiang pancang kurang, karena panjang dari tiang pancang ini tergantung
dari pada alat pancang yang tersedia maka untuk melakukan penyambungan adalah
sukar dan memerlukan alat penyambung khusus.
2. Precast Prestressed Concrete Pile
Precast Prestressed Concrete Pile adalah tiang pancang dari beton prategang yang
menggunakan baja penguat dan kabel kawat sebagai gaya prategangnya.
a. Keuntungan pemakaian precast prestressed concrete pile :
 Kapasitas beban pondasi yang dipikulnya tinggi.
 Tiang pancang tahan terhadap karat.
 Kemungkinan terjadinya pemancangan keras dapat terjadi.
b. Kerugian pemakaian precast prestressed concrete pile :
 Pondasi tiang pancang sukar untuk ditangani.
 Biaya permulaan dari pembuatannya tinggi.
 Pergeseran cukup banyak sehingga prategang sukar untuk disambung.
C. Tiang Pancang Baja
Jenis tiang pancang baja ini biasanya berbentuk profil H, karena terbuat dari baja maka
kekuatan dari tiang ini adalah sangat besar sehingga dalam transportasi dan pemancangan
tidak menimbulkan bahaya patah seperti pada tiang pancang beton precast. Jadi pemakaian
tiang pancang ini sangat bermanfaat jika dibutuhkan tiang pancang yang panjang dengan
tahanan ujung yang besar. Tingkat karat pada tiang pancang baja sangat berbeda – beda
terhadap texture dari komposisi tanah, panjang tiang pancang yang berada dalam tanah dan
keadaan kelembaban tanah (moisture content).
a. Keuntungan pemakaian tiang pancang baja :
 Tiang pancang ini mudah dalam hal penyambungan.
 Tiang pancang baja mempunyai kapasitas daya dukung yang tinggi.
b. Kerugian pemakaian tiang pancang baja :
 Tiang pancang ini mudah mengalami korosi.
 Tiang pancang H dapat mengalami kerusakan besar saat menembus tanah keras dan
yang mengandung batuan, sehingga diperlukan penguatan ujung.

6
2.1.2.2 Pondasi Tiang Pancang Berdasarkan Cara Penyaluran Beban Yang Diterima

1. Pondasi Tiang Pancang Dengan Tahanan Ujung (End Bearing Pile)

Tiang ini akan meneruskan beban melalui tahanan ujung tiang ke lapisan tanah
pendukung.

2. Pondasi Tiang Pancang Dengan Tahanan Gesekan (Friction Pile)


Jenis tiang pancang ini akan meneruskan beban ke tanah melalui gesekan antara tiang
dengan tanah di sekelilingnya. Bila butiran tanah sangat halus tidak menyebabkan tanah di
antara tiang – tiang menjadi padat, sedangkan bila butiran tanah kasar maka tanah di antara
tiang akan semakin padat.

3. Pondasi Tiang Pancang Dengan Tahanan Lekatan (Adhesive Pile)


Bila tiang dipancangkan pada dasar tanah pondasi yang memiliki nilai kohesi tinggi, maka
beban yang diterima oleh tiang akan ditahan oleh lekatan antara tanah di sekitar dan
permukaan tiang.

2.2 Pemancangan Tiang Pancang

Pemancangan tiang pancang adalah usaha yang dilakukan untuk menempatkan tiang
pancang di dalam tanah. Umumnya pelaksanaan pemancangan dibagi tiga tahap, tahap
pertama adalah pengaturan posisi tiang pancang, yang meliputi kegiatan mengangkat dan
mendirikan tiang pancang, membawa tiang pancang ke titik pemancangan, mengatur arah
kemiringan tiang pancang dan kemudian melakukan proses pemancangan tiang pancang.

Setelah tahap satu selesai dilanjutkan tahap kedua adalah pemancangan tiang pancang
hingga mencapai kedalaman tanah yang akan direncanakan. Pada tahap ini dilakukan
pencatatan data pemancangan, yaitu jumlah pukulan pada setiap penurunan tiang sebesar 0,25
m – 0,50 m. Hal ini bertujuan untuk memperkirakan apakah tiang pancang sudah mencapai
tanah keras. Tahap selanjutnya adalah pengukuran penurunan tiang pancang per pukulan pada
akhir pemancangan. Harga penurunan ini kemudian digunakan untuk menentukan kapasitas
daya dukung tiang pancang.

2.2.1 Peralatan pemancangan (Driving Equipment)


Alat pancang terdiri dari beberapa bagian, diantaranya adalah :
1. Drop hammer
2. Single – acting hammer
3. Double – acting hammer
Bagian yang paling penting pada alat pancang adalah pemukul (hammer), leader, tali
atau kabel dan mesin uap.
2.2.2 Hal – Hal Yang Menyangkut Proses Pemancangan
Berikut adalah hal – hal yang sering dijumpai saat proses pemancangan, antara lain
sebagai berikut :

7
1. Pemilihan Peralatan
Peralatan utama yang digunakan pada proses pemancangan tiang pancang adalah
penumbuk (hammer), mesin derek (tower). Untuk pemancangan tiang pancang yang tepat,
cepat dan dengan biaya yang rendah, penumbuk dan mesin dereknya harus dipilih dengan
teliti agar sesuai dengan lokasi pekerjaan yang akan dikerjakan, jenis dan ukuran tiang
pancang.

2. Pergerakan Tanah Pondasi


Proses pemancangan tiang pancang akan mengakibatkan tanah akan bergerak karena
sebagian tanah yang digantikan oleh tiang pancang akan bergeser dan mengakibatkan
bangunan – bangunan yang ada di sekitarnya akan mengalami pergeseran atau pergerakan.

3. Kerusakan Tiang Pancang


Pemilihan ukuran dan mutu tiang pancang didasarkan pada kegunaannya dalam
perencanaan. Jika tanah pondasi cukup keras dan tiang pancang cukup panjang, tiang pancang
tersebut harus dipancangkan dengan penumbuk (hammer) dan tiang harus dijaga terhadap
kerusakan akibat gaya – gaya tumbukan dari hammer.

2.3 Penurunan Tiang Pancang

Dalam bidang teknik sipil ada dua hal yang perlu diketahui mengenai penurunan, yaitu :

a. Besarnya penurunan yang akan terjadi.


b. Kecepatan penurunan.
Istialah penurunan (settlement) digunakan untuk menunjukkan gerakan titik tertentu pada
bangunan terhadap titik referensi yang tetap. Umumnya, penurunan yang tidak seragam lebih
membahayakan bangunan dari pada penurunan totalnya.

2.3.1 Perkiraan Penurunan Kelompok Tiang (Pile Group)


Pada hitungan pondasi tiang pancang, kapasitas izin tiang pancang lebih didasarkan
pada persyaratan penurunan. Penurunan tiang pancang terutama bergantung pada nilai
banding tahanan ujung dengan beban tiang. Jika beban yang didukung pertiang lebih kecil
atau sama dengan tahanan ujung tiang, penurunan yang terjadi mungkin sangat kecil.

2.4 Penurunan Diizinkan


Penurunan yang diizinkan dari suatu bangunan tergantung pada beberapa faktor. Faktor –
faktor tersebut meliputi : jenis, tinggi, kekakuan, dan fungsi bangunan. Jika penurunan
berjalan lambat, semakin besar kemungkinan struktur untuk menyesuaikan diri terhadap
penurunan yang terjadi tanpa adanya kerusakan strukturnya oleh pengaruh rangkak (creep).
Oleh karena itu, kriteria penurunan pondasi pada tanah pasir dan tanah lempung berbeda.

8
2.5 Faktor Keamanan
Untuk memperoleh kapasitas ujung tiang, maka diperlukan suatu angka pembagi
kapasitas ultimate yang disebut dengan faktor aman. Faktor keamanan ini perlu diberikan
dengan maksud :
1. Untuk memberikan keamanan terhadap ketidakpastian metode perhitungan yang
digunakan.
2. Untuk memberikan keamanan terhadap variasi kuat geser dan kompresibilitas tanah.
3. Untuk meyakinkan bahwa penurunan tidak seragam di antara tiang – tiang masih dalam
batas – batas toleransi.

2.6 Alasan Pemilihan Pondasi Tiang Pancang


Pondasi tiang pancang dapat memikul beban struktur atas pada kedalaman tanah keras
yang dalam dengan memikul beban menggunakan gaya gesekan selimut tiang dan terhadap
tanah keras. Apabila kondisi tanah cukup labil dan tanah keras berada pada kedalaman
tertentu dimana tidak memungkinkan untuk dibuat pondasi dangkal, selain itu pemakaian
tiang pancang lebih ekonomis dan tidak memakan banyak waktu dalam pelaksanaannya.

9
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Cara Penelitian

Penelitian ini terdiri atas dua tahap, yaitu : penelitian eksperimental dan analisis terhadap
data hasil penelitian. Sebelum dilaksanakan penelitian eksperimental, dilakukan pengujian
pendahuluan untuk mengetahui sifat karakteristik dari media yang dipakai. Pelaksanaan
pengujian sampel tanah dilakukan melalui prosedur – prosedur yang sesuai standar ASTM
(American Society for Testing Material).
Penelitian eksperimental dilakukan dengan model uji laboratorium di dalam box uji 3
dimensi yaitu dengan melakukan pengujian pembebanan (loading test) terhadap model
pondasi tiang pancang. Penelitian eksperimental dilaksanakan di Laboratorium Mekanika
Tanah Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta. Selanjutnya dilakukan analisis
terhadap data hasil penelitian yang dilaksanakan dengan 2 metode, yaitu :
a. Analisis Data Pengujian Utama
Pengujian yang dilaksanakan akan menghasilkan hubungan antara load dial reading
dengan nilai displacement yang terjadi pada model pondasi tiang pancang kelompok. Nilai
load dial reading selanjutnya akan diubah menjadi force dengan cara mengalikan nilai load
dial reading dengan load ring constanta dan angka konversi. Selanjutnya dibuat grafik
hubungan antara force dan displacement.
b. Analisis Dengan Metode Analitis
Analisis menggunakan rumus kapasitas daya dukung pondasi tiang pancang berdasarkan
rumus Terzaghi yang dimodifikasi Oleh Meyerhof untuk menghitung kapasitas daya dukung
pondasi tiang pancang dalam Bowles.

3.2 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada penelitian adalah :
a. Satu Unit Alat Model 3 Dimensi
Alat ini mempunyai ukuran panjang 1 m, lebar 1 m, dan tinggi 0,60 m.
b. Model Tiang Kelompok Ujung Tertutup
Model tiang kelompok ujung tertutup merupakan sekumpulan tiang yang dipasang secara
berdekatan dibentuk dan diikat menjadi satu dibagian atasnya dengan menggunakan pile
cap.
c. Dial Gauge
Alat ini digunakan untuk mengetahui besarnya deformasi tiang kelompok ujung tertutup
pada saat uji pembebanan. Dial gauge yang digunakan berjumlah satu buah dengan
ketelitian 0,01 mm.
d. Waterpass
Alat ini digunakan untuk mengukur permukaan tiang kelompok ujung tertutup terhadap
tanah agar benar – benar rata.

10
Alat pendukung lainnya, seperti : palu, pemadat tanah, penggaris, tempat air, dan tempat
pencampur tanah.
Bahan yang digunakan pada penelitian adalah :
a. Tanah
b. Air
3.3 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mekanika Tanah Fakultas Teknik
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3.4 Cara Menganalisis
Cara – cara menganalisis terdiri dari : penyiapan benda uji, penyiapan media tanah, dan
penyiapan alat pembebanan.
a. Penyiapan Benda Uji
Penelitian ini menggunakan model pondasi tiang pancang kelompok ujung tertutup yang
terbuat dari alumunium dengan tebal 1 mm yang disatukan. Model pondasi tiang pancang
yang digunakan mempunyai diameter 1,5 cm dan panjang tiang 15 cm.
b. Penyiapan Media Tanah
Media tanah yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah lunak dan tanah keras.
Tanah kemudian disaring dengan spesifikasi lolos saringan no. 4 (diameter 6,35 mm).
Media tanah yang digunakan dijaga dalam kondisi yang relative sama. Tanah dijatuhkan
ke dalam bak uji yang terbuat dari besi dengan tinggi jatuh antara 20 cm hingga 30 cm,
kemudian dipadatkan dengan menggunakan alat pemadat. Alat pemadat yang digunakan
berupa besi dengan berat 5 kg
Mekanisme pemadatan tanah adalah sebagai berikut :
a. Tanah dimasukkan ke dalam box pengujian dengan tinggi jatuh 20 cm hingga 30 cm
sebanyak 1/3 tinggi box.
b. Tanah ditumbuk dan dipadatkan menggunakan alat pemadat yang dijatuhkan dari
ketinggian 15 cm hingga 20 cm. Pemadatan dilakukan sebanyak 2 kali atau 2 putaran.
c. Tanah dimasukkan lagi hingga mencapai 2/3 tinggi box uji, kemudian lakukan
pemadatan dengan cara sama seperti nomor 2.
d. Tanah dimasukkan lagi hingga penuh, kemudian lakukan pemadatan sama seperti
nomor 2.
c. Penyiapan Alat pembebanan
Alat pembebanan terdiri dari statif dan alat pembebanan aksial. Deskripsi pembebanan
adalah sebagai berikut :
a. Menggantungkan alat pembebanan aksial pada balok penyangga.
b. Memasang alat pembebanan aksial tidak secara permanen, melainkan secara fleksibel
dengan sebuah pengunci.
c. Meletakkan tanah dalam kotak uji dengan dimensi 100 cm x 100 cm x 100 cm dengan
mekanisme yang tercantum dalam poin b.
d. Memasang midel pondasi tiang ke dalam tanah yang terdapat dalam kotak uji, dengan
menggunakan alat dongkrak manual yang diputar hingga mencapai kedalaman
tertentu sesuai yang dikehendaki.

11
3.4.1 Pelaksanaan Pengujian Model Di Laboratorium
Tahap ini meliputi pekerjaaan – pekerjaan anatara lain sebagai berikut :
a. Pemasangan pondasi tiang kelompok dan alat pembebanan
Model pondasi tiang kelompok ditancapkan di atas lapisan tanah dalam kondisi
permukaan datar. Posisi torak pembebanan disentuhkan pada plat tumpuan pada
model pondasi tiang kelompok.
b. Pengaturan Alat
Alat pembebanan diatur sehingga stabil. Tuas pada alat pembebanan diputar sehingga
torak memberi tekanan pada plat pondasi tiang kelompok sampai dial gauge
menunjukkan pergerakan sedikit. Hal ini untuk memastikan bahwa torak benar –
benar menyentuh plat secara keseluruhan.
c. Pelaksanaan pengujian pembebanan dan pengambilan data
Pengujian dilakukan dengan cara menekan torak pembebanan sehingga plat baja
menekan model pondasi tiang pipa baja. Torak pembebanan akan memberikan gaya
dengan besaran tertentu yang diukur dengan load dial. Pengujian dilakukan setelah
dial gauge disetting nol. Setelah itu dilakukan pembebanan setiap penambahan load
dial 1 strip (1 strip = 14,635 kg). Penambahan beban dilakukan setelah penurunan
pada vertical dial mencapai ≤ 3 strip/ menit (1 strip = 0,01 mm). Apabila dial gauge
sudah tidak mengalami pergerakan maka besar penurunan yang terjadi dapat dibaca.
Pengujian dihentikan sampai penurunan maksimum. Data yang diambil berupa
bacaan dial gauge pada proving ring.

12
3.5 Diagram Alur Penelitian
MULAI

UJI PENDAHULUAN

 Bulk Density
 Spesific Gravity
 Grain Size Analysis
 Direct Shear

ALAT DAN BAHAN

 Satu Unit Alat Model 3 Dimensi


 Model Tiang Kelompok Ujung Tertutup
 Dial Gauge
 Waterpass

PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN

 Benda Uji
 Media Tanah
 Alat pembebanan

UJI PEMBEBANAN AKSIAL

 Model Tiang
 Variasi Jumlah Tiang

ANALISIS DATA PENGUJIAN UTAMA ANALISIS DENGAN METODE ANALITIS

PEMBAHASAN

KESIMPULAN DAN SARAN

SELESAI
13
DAFTAR PUSTAKA

I. E. Sulastri Sihotang (2009), Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang, Pada Proyek
Pembangunan Gedung kanwil DJP dan KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia, Medan.
Wira Arga Waringga (2014), Perilaku Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Akibat Proses
Setup Pada Tanah Lempung di Kampus UPI.

Azzaqy, A.U.,2009, Perbandingan Kapasitas Dukung Pondasi Tiang Pancang Pipa Baja Ujung
Terbuka Dengan Pondasi Tiang Pancang Pipa Baja Ujung Tertutup Pada Tanah Lunak, Tugas
Akhir S-1 Jurusan Teknik Sipil, FT, UNS, Surakarta.

Arifin, Zainul, 2010, Komparasi Daya Dukung Aksial Tiang Tunggal Dihitung Dengan
Beberapa Metode Analisis, Tesis Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang.

Hardiyatmo, H, C., 2002, Teknik Pondasi 2, Edisi Kedua, Beta Offset, Yogyakarta.

14

Anda mungkin juga menyukai