KELOMPOK 2
PENDAHULUAN
Pondasi adalah salah satu dari struktur bangunan yang yang terletak didalam tanah
atau lapisan tanah dimana mempunyai fungsi sebagai penyalur beban pada suatu
bangunan baik itu Beban hidup, Beban Mati, Beban Angin, Beban Gempa, maupun
beban-beban Liannya yang harus diperhitungkan, Menurut kedalaman-nya Pondasi
digolongkan menjadi dua antara lain pondasi Dangkal dan Pondasi Dalam, miasalnya
yang dapat dikategorikan pondasi Dalam adalah Pondasi Tiang Pancang dan Pondasi
Tiang Bor. (Bowless, 1997).
Banyak sekali permasalahan yang sering dihadapi Pada perencanaan pondasi misalnya
Penurunn yang sangat besar pada pondasi, dimana yang memlebihi dari penurunan yang
diijinkan jelas ini akan menjadi permasalahan yang mengakibatkan Dari gagalnya
struktur bawah dalam menyalurkan beban masuk kedalam tanah, maka dari itu harus ada
perencanaan yang Ditail.
Untuk mendapatkan perencanaan struktur bawah yang Ekonomis, Efisien, Efektif, dan
mempunyai Angka keamanan yang memenuhi standar maka harus dilakukkan
Penyelidikan tanah dilokasi proyek, guna untuk mendapatkan bagaimana nilai-nilai dari
parameter tanah, serta kondisi tanah yang ada disana, dan jenis Tanah. Tujuannya adalah
data-data tanah yang didapat dilakukan pengolahan di laboratorium, dan hasinya
Laboratorium untuk Perencanaan Beni Bustami (2005), tanah mempunyai kapasitas
dukung yang berbedabeda dari setiap daerah. Kapasitas daya dukung ini sangat penting
dalam suatu 2 Perencanaan pondasi konstruksi bangunan. Kondisi tanah menentukan
pondasi apa yang cocok pada bangunan tersebut sehingga dalam perhitungan dan
perencanaan pondasi harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan agar pondasi
mampu memikul beban-beban dan gaya-gaya yang bekerja untuk diteruskan ke lapisan
tanah. Arifin (2008), Dalam melakukan Analisis perhitungan antara pondasi Tiang
Pancang dengan Pondasi bored pile Analisis yang harus dilakukan Ialah perhitungan dari
Kapasitas Daya dukung arah vertikal untuk Single Pile, daya Dukung Dari kelompok
Tiang, selain itu juga Daya dukung Arah Lateral terhadap pondasi tiang dan besarnya
penurunan vertikal yang terjadi. Diamana berdasarkan aspek-aspek tersebut harus
dilakukan perhitungan dan analisis secara Teliti agar tidak terjadi permasalahan. Dalam
desain hendaknya diperhatikan perubahan daya dukung yang mungkin terjadi di
lapangan, oleh karena itu hendaknya konstruksi didesain untuk berbagai kemungkinan
faktor aman baik selama masa konstruksi, pasca konstruksi, dan angka keamanan selama
masa penggunaan konstruksi (Alwan dan Indarto, 2010)
Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah memberikan suatu gambaran berupa alternatif
perencanaan struktur pondasi dengan menggunakan pondasi tiang pancang atau tiang bor,
serta memberikan informasi mengenai teknologi pondasi tiang pancang beton. Adapun
manfaat dari penulisan skripsi ini diharapkan dapat merencanakan struktur pondasi yang
sesuai dengan data-data tanah yang diperoleh.
BAB 2
KRITERIA DESAIN
Keuntungan :
- Bahan tiang dapat diperiksa sebelum pemancangan.
- Prosedur pelaksanaan tidak dipengaruhi oleh air tanah.
- Tiang dapat dipancang sampai kedalaman yang dalam.
- Pemancangan tiang dapat menambah kepadatan tanah granuler.
Kerugian :
KONDISI TANAH
Lokasi Penelitian berada di daerah kasim papua yaitu pembangunan tangka timbun
minyak, layout perencanaan pada gambar berikut ini :
Dari gambar diatas untuk lokasi yang akan dihitung untuk daya dukung aksial adalah di
lokasi DB-06
3.2. Tanah
Definisi tentang tanah yang dikemukakan oleh Karl Von Tersaghi yaitu sebagai
material yang terdiri dari agregat (butiran) mineral-mineral padat yang tidak terikat secara
kimia satu sama lain, yang di dalamnya terdapat rongga-ronga yang diisi oleh zat cair dan
udara dan berfungsi sebagai pendukung pondasi bangunan dan juga sebagai bahan
bangunan itu sendiri.
1. Kondisi tanah dasar yang menjelaskan jenis lapisan tanah pada beberapa lapisan
kedalaman.
3. Besar nilai SPT (Standar Penetration Test) dari beberapa titik bor.
4. Besar tahanan ujung konus dan jumlah hambatan pelekat dari beberapa titik sondir.
5. Hasil test laboratorium tanah untuk mengetahui berat jenis tanah, dan lainnya.
Karakteristik tanah dapat diketahui dengan diadakannya penyelidikan tanah yang pada
akhirnya akan menerangkan tentang kondisi tanah dan jenis lapisannya. Penyelidikan
tanah dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti:
1. Sondir, yang dilakukan dengan menggunakan alat sondir yang dapat mengukur nilai
perlawanan konus (Cone Resistance) dan hambatan lekat (Local Friction) secara
langsung di lapangan. Hasil penyondiran disajikan dalam bentuk diagram sondir yang
memperlihatkan hubungan antara kedalaman sondir di bawah muka tanah dan
besarnya nilai pelawanan konus (qc) serta jumlah hambatan pelekat (JHL).
3. Standart penetration test, dilaksanakan pada lubang bor setelah pengambilan contoh
tanah pada setiap beberapa interval kedalaman. Cara uji dilakukan untuk memperoleh
parameter perlawanan penetrasi lapisan tanah di lapangan. Parameter tersebut
diperoleh dari jumlah pukulan terhadap penetrasi stik, yang dapat dipergunakan untuk
mengidentifikasi perlapisan tanah dan hasil SPT disajikan dalam bentuk diagram pada
boring log.
Berdasarkan hasil pengujian SPT dan boring di lapangan dapat dilihat bahwa tanah
dasar di lokasi pembangunan adalah berjenis tanah lempung berpasir , dengan diskripsi
sebagai berikut :
• Kedalaman 0 m sampai 5 m berupa tanah lempung berwarna abu – abu dengan nilai
SPT 2 - 4
• Kedalaman 5 m sampai 7 m berupa lumpur berwarna abu – abu dengan pasir yang
sangat lembut dengan pasir dengan nilai SPT 4
• Kedalaman 7 m sampai 10 m berupa lumpur berwarna abu 0 abu kaku sedang hingga
coklat kemerahan dan berpasir, pada kedalaman 7 m – 8.55 m didapatkan lempengan
berwarna kuning , dengan nilai SPT 8
• Kedalaman 10 m sampai 13 m berupa lempung lemak berpasir coklat yang sangat
kaku, dengan nilai SPT 23
• Kedalaman 13 m sampai 23,55 m berupa pasir merah hingga coklat yang sangat kaku
dengan nilai SPT 39 – 100
• Kedalaman 23,55 m sampai 25 m berupa batu dan batu pasir dengan nilai SPT 100
Untuk data dari SPT dapat dilihat pada gambar dibawah ini ,
Gambar : Hasil SPT Borlog DB-06
Gambar : Hasil Sondir
BAB 4
METODE PERHITUNGAN
Ditinjau dari cara mendukung beban, tiang dapat dibagi menjadi 2 (dua) macam
(Hardiyatmo, 2002), yaitu :
1. Tiang dukung ujung (end bearing pile) adalah tiang yang kapasitas dukungnya
ditentukan oleh tahanan ujung tiang. Umumnya tiang dukung ujung beradadalam
zone tanah yang lunak yang berada diatas tanah keras. Tiang-tiang dipancang
sampai mencapai batuan dasar atau lapisan keras lain yang dapat mendukung beban
yang diperkirakan tidak mengakibatkan penurunan berlebihan. Kapasitas tiang
sepenuhnya ditentukan dari tahanan dukung lapisan keras yang berada dibawah
ujung tiang (Gambar 2.6.a).
2. Tiang gesek (friction pile) adalah tiang yang kapasitas dukungnya lebih ditentukan
oleh perlawanan gesek antara dinding tiang dan tanah disekitarnya (Gambar 2.6.b).
Tahanan gesek dan pengaruh konsolidasi lapisan tanah dibawahnya diperhitungkan
pada hitungan kapasitas daya dukung tiang pada proyek pembangunan rumah
susun unimed medan dihitung berdasarkan data NSPT menggunakan metode Reese
& Wright.
Daya dukung pada ujung tiang (Qp) dapat dinyatakan dengan persamaan yang irip
dengan pondasi dangkal, walaupun nilai – nilai Nc*, Nq*, dan Nγ* akan berubah. Oleh
karena lebar ting dinyatakan dengan D, maka persamaan menjadi ;
Karena lebar tiang D relative kecil, maka suku DNγ* dapat diabaikan, sehingga;
Qp = c’ Nc* + qNq*
Dimana :
Q𝑝 = A𝑝 q 𝑝 = A𝑝 q’ Nq* ≤ A𝑝 ql
q 𝑙 = 50 Nq* tan ø
Dimana :
N = Nilai SPT rata – rata di sekitar ujung tiang (10D diatas ujung tiang dan
4D dibawah ujung tiang)
Untuk nilai Nq* dapat dicari menggunakan tabel dibawah ini, apabila nilai sudut
gesek dalam sudah diketahui di dalam pengujian sondir
4.3. Daya Dukung Friksi (Tahanan Gesek atau Tahanan kulit)
Daya dukung friksi mengacu pada kemampuan antarmuka antara dua permukaan
untuk memberikan gaya gesek yang dapat menahan gaya-gaya lateral atau gesekan
lateral. Ini umumnya terjadi pada dua permukaan yang saling bersentuhan dan dapat
menghasilkan gaya gesek yang mencegah pergerakan relatif antara keduanya.
Tiang terletak pada tanah kohesif, dalam hal ini penulis menggunakan metode Alpha
(Tomlinson 1975) yaitu :
Qs = Σ As . ƒ
As = p . ΔL
ƒ = α . Cu
Dimana :
As = Luas selimut tiang (m2)
p = Keliling tiang (m2)
ΔL = Panjang tiang ( m )
ƒ = Gesekan selimut
α = Faktor adhesi
Cu = Kohesi tanah undrained
Daya Dukung aksil pondasi dalam dapat dilakukan perhitungan dengan rumus sebagai
berikut :
Qult = Qs + Qp
Dimana :
ANALISA PERHITUNGAN
Dalam melakukan peritungan daya dukung ujung tiang pada penulisan tugas ini akan
menggunakan tiang pancang dengan ukuran diameter 500, 600, dan 800 yang berada
dalam gabar berikut :
Sebagai berikut :
Q𝑝 = A𝑝 q 𝑝 = A𝑝 q’ Nq* ≤ A𝑝 ql
A𝑝 = ¼ πD²
= ¼ x 3,14 x 0,5²
= 0,196 m²
q’ = Ɣd L
= (1,23 x 9,81) x 23,5
= 286, 45 kN/m²
q𝐿 = 50 Nq*tan ø
= 50 x 12,4 tan 20,50
= 231,88 kN/m²
Maka
A𝑝 q’ Nq* ≤ A𝑝 ql
= 0,196 x 287,45 x 12,4 ≤ 0,196 x 231,88
= 698,61 ≤ 45,45
Jadi untuk Q𝑝 akan menggunakan nila 45,45 kN/m2
N = (100+28+100)/ 3
= 76
q𝑝 = 40N L/D
= 40 x 76 x 23,5/0,5
= 142880 kN/m²
q𝑝 = 400 N
= 400 x 76
= 30400 kN/m²
Maka q 𝑝 yang diambil adalah 30400 kN/m²
Jadi
Q𝑝 = A𝑝 q 𝑝
= 0,196 x 30400
= 5958,4 kN
= 607,75 ton
Perhitungan daya dukung ujung tanah pada tiang spun piles ukuran diameter 600 mm
Sebagai berikut :
Q𝑝 = A𝑝 q 𝑝 = A𝑝 q’ Nq* ≤ A𝑝 ql
A𝑝 = ¼ πD²
= ¼ x 3,14 x 0,6²
= 0,283 m²
q’ = Ɣd L
= (1,23 x 9,81) x 23,5
= 286, 45 kN/m²
q𝐿 = 50 Nq*tan ø
= 50 x 12,4 tan 20,50
= 231,88 kN/m²
Maka
A𝑝 q’ Nq* ≤ A𝑝 ql
= 0,283 x 287,45 x 12,4 ≤ 0,283 x 231,88
= 1008,72 ≤ 65,62
Jadi untuk Q𝑝 akan menggunakan nila 65,62 kN/m2
N = (100+28+100)/ 3
= 76
q𝑝 = 40N L/D
= 40 x 76 x 23,5/0,5
= 142880 kN/m²
q𝑝 = 400 N
= 400 x 76
= 30400 kN/m²
Maka q 𝑝 yang diambil adalah 30400 kN/m²
Jadi
Q𝑝 = A𝑝 q 𝑝
= 0,283 x 30400
= 8603,2 kN
= 877,53 ton
Perhitungan daya dukung ujung tanah pada tiang spun piles ukuran diameter 800 mm
Sebagai berikut :
Q𝑝 = A𝑝 q 𝑝 = A𝑝 q’ Nq* ≤ A𝑝 ql
A𝑝 = ¼ πD²
= ¼ x 3,14 x 0,6²
= 0,502 m²
q’ = Ɣd L
= (1,23 x 9,81) x 23,5
= 286, 45 kN/m²
q𝐿 = 50 Nq*tan ø
= 50 x 12,4 tan 20,50
= 231,88 kN/m²
Maka
A𝑝 q’ Nq* ≤ A𝑝 ql
= 0,502 x 287,45 x 12,4 ≤ 0,502 x 231,88
= 1789,31 ≤ 116,40
Jadi untuk Q𝑝 akan menggunakan nila 116,40 kN/m2
N = (100+28+100)/ 3
= 76
q𝑝 = 40N L/D
= 40 x 76 x 23,5/0,5
= 142880 kN/m²
q𝑝 = 400 N
= 400 x 76
= 30400 kN/m²
Maka q 𝑝 yang diambil adalah 30400 kN/m²
Jadi
Q𝑝 = A𝑝 q 𝑝
= 0,502 x 30400
= 15260,8 kN
= 1556,60 ton
Dari hasil perhitungan diameter 500 mm, 600 mm, dan 800 mm, didapat
rekapitulasi seperti table berikut ;
Diameter 𝐐𝒑
500 mm 607,75 ton
600 mm 877,53 ton
800 mm 1556,60 ton
Dengan diameter tiang yang sama akan dihitung untuk daya dukung friksi yang
terjadipada setiap diameter tiang.
Perhitungan daya dukung friksi pada tiang spun piles ukuran diameter 500 mm
Sebagai berikut :
Qs = Σ As . ƒ
As = p . ΔL
ƒ = α . Cu
Dimana :
As = Luas selimut tiang (m2)
p = Keliling tiang (m2)
ΔL = Panjang tiang ( m )
ƒ = Gesekan selimut
α = Faktor adhesi
Cu = Kohesi tanah undrained
As = p . ΔL
= (3,14 x 0,5) x 23,5
= 36,89 m²
ƒ = α . Cu
= 0,92 x 26,4
= 24,28 kN/m²
Qs = Σ As . ƒ
= Σ 36,89 x 24,28
= 895,69 kN
= 91,36 ton
Perhitungan daya dukung friksi pada tiang spun piles ukuran diameter 600 mm
Sebagai berikut :
Qs = Σ As . ƒ
As = p . ΔL
ƒ = α . Cu
Dimana :
As = Luas selimut tiang (m2)
p = Keliling tiang (m2)
ΔL = Panjang tiang ( m )
ƒ = Gesekan selimut
α = Faktor adhesi
Cu = Kohesi tanah undrained
As = p . ΔL
= (3,14 x 0,6) x 23,5
= 44,27 m²
ƒ = α . Cu
= 0,92 x 26,4
= 24,28 kN/m²
Qs = Σ As . ƒ
= Σ 44,27 x 24,28
= 1074,86 kN
= 109,64 ton
Perhitungan daya dukung friksi pada tiang spun piles ukuran diameter 800 mm
Sebagai berikut :
Qs = Σ As . ƒ
As = p . ΔL
ƒ = α . Cu
Dimana :
As = Luas selimut tiang (m2)
p = Keliling tiang (m2)
ΔL = Panjang tiang ( m )
ƒ = Gesekan selimut
α = Faktor adhesi
Cu = Kohesi tanah undrained
As = p . ΔL
= (3,14 x 0,8) x 23,5
= 59,03 m²
ƒ = α . Cu
= 0,92 x 26,4
= 24,28 kN/m²
Qs = Σ As . ƒ
= Σ 59,03 x 24,28
= 1287,59 kN
= 131,33 ton
Dari hasil perhitungan diameter 500 mm, 600 mm, dan 800 mm, didapat
rekapitulasi seperti table berikut ;
Diameter 𝐐𝒔
500 mm 91,36 ton
600 mm 109,64 ton
800 mm 131,33 ton
5.3. Perhitungan Daya Dukung Aksial
Perhitungan daya dukung aksial untuk tiang pancang yang digunakan dapat dilihat dalam
table berikut ini :
Qult = Qs + Qp
Dimana :
Diameter 𝐐𝒔 𝐐𝒑 Qult