Anda di halaman 1dari 29

TUGAS BESAR GEOTEKNIK

PERANCANGAN PONDASI DALAM PADA PROYEK TANGKI


MINYAK PERTAMINA KASIM PAPUA

INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA

KELOMPOK 2

DANANG TUNJUNG ARI PURNOMO 1212423008

YUDA MANDALA PUTRA 1212423010

YASIR GIBRAN 1211720019

ANGGIE BAYU SAKTI RITONGA 1211820005


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pondasi adalah salah satu dari struktur bangunan yang yang terletak didalam tanah
atau lapisan tanah dimana mempunyai fungsi sebagai penyalur beban pada suatu
bangunan baik itu Beban hidup, Beban Mati, Beban Angin, Beban Gempa, maupun
beban-beban Liannya yang harus diperhitungkan, Menurut kedalaman-nya Pondasi
digolongkan menjadi dua antara lain pondasi Dangkal dan Pondasi Dalam, miasalnya
yang dapat dikategorikan pondasi Dalam adalah Pondasi Tiang Pancang dan Pondasi
Tiang Bor. (Bowless, 1997).

Banyak sekali permasalahan yang sering dihadapi Pada perencanaan pondasi misalnya
Penurunn yang sangat besar pada pondasi, dimana yang memlebihi dari penurunan yang
diijinkan jelas ini akan menjadi permasalahan yang mengakibatkan Dari gagalnya
struktur bawah dalam menyalurkan beban masuk kedalam tanah, maka dari itu harus ada
perencanaan yang Ditail.

Untuk mendapatkan perencanaan struktur bawah yang Ekonomis, Efisien, Efektif, dan
mempunyai Angka keamanan yang memenuhi standar maka harus dilakukkan
Penyelidikan tanah dilokasi proyek, guna untuk mendapatkan bagaimana nilai-nilai dari
parameter tanah, serta kondisi tanah yang ada disana, dan jenis Tanah. Tujuannya adalah
data-data tanah yang didapat dilakukan pengolahan di laboratorium, dan hasinya
Laboratorium untuk Perencanaan Beni Bustami (2005), tanah mempunyai kapasitas
dukung yang berbedabeda dari setiap daerah. Kapasitas daya dukung ini sangat penting
dalam suatu 2 Perencanaan pondasi konstruksi bangunan. Kondisi tanah menentukan
pondasi apa yang cocok pada bangunan tersebut sehingga dalam perhitungan dan
perencanaan pondasi harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan agar pondasi
mampu memikul beban-beban dan gaya-gaya yang bekerja untuk diteruskan ke lapisan
tanah. Arifin (2008), Dalam melakukan Analisis perhitungan antara pondasi Tiang
Pancang dengan Pondasi bored pile Analisis yang harus dilakukan Ialah perhitungan dari
Kapasitas Daya dukung arah vertikal untuk Single Pile, daya Dukung Dari kelompok
Tiang, selain itu juga Daya dukung Arah Lateral terhadap pondasi tiang dan besarnya
penurunan vertikal yang terjadi. Diamana berdasarkan aspek-aspek tersebut harus
dilakukan perhitungan dan analisis secara Teliti agar tidak terjadi permasalahan. Dalam
desain hendaknya diperhatikan perubahan daya dukung yang mungkin terjadi di
lapangan, oleh karena itu hendaknya konstruksi didesain untuk berbagai kemungkinan
faktor aman baik selama masa konstruksi, pasca konstruksi, dan angka keamanan selama
masa penggunaan konstruksi (Alwan dan Indarto, 2010)

1.2. Rumusan Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang sebagaimana disajikan di atas, maka


permasalahan yang akan dibahas di dalam tugas ini adalah :

1. Mengitung daya aksial tiang tunggal


2. Menghitung daya dukung lateral tiang tunggal

1.3. Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah memberikan suatu gambaran berupa alternatif
perencanaan struktur pondasi dengan menggunakan pondasi tiang pancang atau tiang bor,
serta memberikan informasi mengenai teknologi pondasi tiang pancang beton. Adapun
manfaat dari penulisan skripsi ini diharapkan dapat merencanakan struktur pondasi yang
sesuai dengan data-data tanah yang diperoleh.
BAB 2

KRITERIA DESAIN

2.1. Pengertian Pondasi

Pondasi adalah bagian struktur yang berfungsi sebagai penopang bangunan


dan menyalurkan beban diatasnya (upper structure) kelapisan tanah yang
mempunyai daya dukung yang cukup kuat.Pondasi tidak boleh terjadi
penurunan melebihi batas ijin, oleh karena itu diperlukan perencanaan yang
matang dan teliti dalam menghitung dan memilih tipe pondasi yang
digunakan. Dalam menentukan tipe pondasi yang sesuai dengan kondisi
tanah, kita harus memperhatikan beberapa faktor dibawah ini antara lain:
1. Keadaan Tanah Pondasi
Keadaan tanah dimana pondasi tersebut akan dibangun merupakan
hal paling penting dan harus diperhatikan dalam pemilihan pondasi,
tentunya erat hubungannya. dengan daya dukung yang diberikan
tanah untuk menopang beban diatasnya.
2. Batasan-Batasan Akibat Konstruksi Diatasnya
Dalam hal ini berhubungan dengan kondisi beban dan fungsi bangunan.
3. Batasan-Batasan dari Sekelilingnya
Kondisi disekitar lokasi pembangunan harus diketahui agar tidak
berdampak negatif baik pada saat pelaksanaan maupun setelah
pelaksanaan pembangunan.
4. Waktu dan Biaya Pekerjaan
Dalam pemilihan jenis pondasi tentunya tidak terlepas dari
pertimbangan waktu, biaya dan kemudahan dalam pekerjaan, dalam
hal ini material yang digunakan.
Dari beberapa faktor yang disebutkan diatas kita dapat menarik
kesimpulan bahwa faktor keadaan tanah, dalam hal ini letak lapisan
tanah keras merupakan faktor penting dalam melakukan
pertimbangan untuk menentukan jenis pondasi yang sesuai.
2.2. Pondasi Tiang Pancang
2.2.1. Pengertian Pondasi Tiang Pancang

Pondasi tiang pancang merupakan pondasi tiang yang dibuat terlebih


dahulu sebelum dimasukkan ke dalam tanah hingga mencapai kedalaman
tertentu.
Metode yang paling umum untuk memasukkan tiang ke dalam tanah
adalah dengan memukul kepala tiang berulang kali dengan sebuah palu
khusus yang disebut sebagai pemancangan tiang. Namun demikian istilah
“pemancangan” tidak hanya terbatas pada pemukulan kepala tiang dengan
palu saja, tetapi juga meliputi penggetaran tiang dan penekanan tiang secara
hidrolis. Pondasi tiang yang dipancang umumnya menyebabkan desakan
dalam tanah sehingga mencapai tegangan kontak antara selimut tiang dengan
tanah yang relative lebih besar dibandingkan dengan tiang bor.
2.2.2. Jenis-jenis Pondasi Tiang Pancang

Klasifikasi tiang pancang berdasarkan jenis bahan tiang dan


pembuatannya dapat dibedakan menjadi 5 (lima) kategori yaitu :
a. Pondasi Tiang Kayu
Jenis pondasi tiang yang paling primitive adalah tiang
kayu.Pondasi jenis ini mudah diperoleh pada daerah-daerah
tertentu, siap dipotong sesuai dengan panjang yang diinginkan, dan
pada kondisi lingkungan tertentu dapat bertahan lama.Kelemahan
dari pondasi tiang kayu adalah dapat lapuk akibat serangga atau
binatang, jamur, mauun zat-zat kimia lainnya sehingga kadangkala
membutuhkan perlakuan khusus.

Gambar : Tiang Pancang Kayu


b. Pondasi Tiang Baja Profil

Pondasi tiang baja umumnya berbentuk pipa atau profil H dan


umuumnya tiang jenis ini ringan, kuat, mampu menahan beban yang
berat dan penyambungan tiang dapat dilakukan dengan sangat
mudah, yaitu las.
Tiang baja pipa dapat dipancang dengan bagian ujung tertutup
maupun terbuka. Berdasarkan pengalaman bentuk ujung terbuka
lebih menguntungkan dari segi kedalaman penetrasi yang dapat
dicapai dan dapat dikombinasikan dengan pemboran bila
diperlukan, misalnya bila penetrasi tiang pada tanah berbatu. Selain
itu tanah yang berada pada bagian dalam pipa dapat dikeluarkan
dengan mudah dan dapat dikeluarkan dengan mudah dan dapat diisi
kembali dengan beton jika diperlukan.

Gambar : Pondasi Tiang Baja Profil


c. Pondasi Tiang Beton Pracetak
Sesuai dengan namanya, pencetakan, proses curing dan
penyimpanan tiang pancang beton pracetak dilakukan di lapangan
atau di pabrik sebelum dipancang. Bentuk penampang tiang jenis ini
dapat bermacam-macam namun umumnya berbentuk lingkaran,
bujursangkar, segitiga, dan octagonal. Pondasi tiang beton pracetak
harus direncanakan agar mampu menahan gaya dan momen lentur
pada tiang yang timbul pada saat pengangkatan, mampu menahan
tegangan yang timbul saat pemancangan, disamping beban rencana
yang harus dipikul.

Gambar : Tiang Beton Pracetak

d. Pondasi Tiang Beton Pratekan


Tiang beton pratekan memiliki kekuatan yang lebih tinggi dan
memperkecil kemungkinan kerusakan saat pengangkatan dan
pemancangan. Tiang jenis ini sangat cocok untuk kondisi dimana
dibutuhkan tiang yang panjang dan memiliki daya dukung yang
tinggi. Bagian tengah tiang dapat dibuat berlubang uuntuk
menghemat berat tiang itu sendiri.
Gambar : Tiang Beton Pratekan

e. Pondasi Tiang Komposit


Pondasi tiang komposit merupakan gabungan antara 2 (dua)
material yang berbeda, misalnya material baja dengan beton atau
material kayu dengan beton.Tiang komposit dapat berupa segmen-
segmen yang menyambung, tetapi juga dapat berupa material beton
yang dicor dalam pipa baja.
Permasalahan sambungan segmen terletak pada ikatan antara
kedua material tersebut, terutama pada material kayu dan beton,
sehingga Janis ini
ditinggalkan. Ikatan anntara bahan baja dan beton cukup baik.

Gambar : Tiang Komposit Kayu dan Beton


2.2.3. Penggunaan Pondasi Tiang Pancang Beton

Pondasi tiang pancang umunya digunakan untuk mentransfer beban dari


struktur atas ke lapisan tanah yang dalam dimana dapat dicapai daya dukung
yang lebih baik, dan dapat digunakan pula untuk menahan gaya angkat akibat
gaya apung air tanah, menahan gaya lateral maupun gaya gempa. Pada tanah
yang lunak penggunaan pondasi tiang umumnya untuk menghindari
penururnan yang berlebihan sedangkan penggunaan tiang miring lebih
ditujukan untuk menahan gaya lateral. Pondasi tiang pancang juga dapat
digunnakan untuk menahan galian (sebagai soldier pile) dan menahan
longsoran.
Keuntungan dan kerugian pemakaian tiang pancang beton pracetak, antara lain :

Keuntungan :
- Bahan tiang dapat diperiksa sebelum pemancangan.
- Prosedur pelaksanaan tidak dipengaruhi oleh air tanah.
- Tiang dapat dipancang sampai kedalaman yang dalam.
- Pemancangan tiang dapat menambah kepadatan tanah granuler.

Kerugian :

- Penggembungan permukaan tanah dangan ganggguan tanah akibat


pemancangan dapat menimbulkan masalah.

- Kepala tiang kadang-kadang pecah akibat pemancangan.


- Pemancangan sulit, bila diameter tiang terlalu besar.
- Banyaknya tulangan dipengaruhi oleh tegangan yang terjadi pada waktu
pengangkutan dan pemancangan tiang.
BAB 3

KONDISI TANAH

3.1. Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian berada di daerah kasim papua yaitu pembangunan tangka timbun
minyak, layout perencanaan pada gambar berikut ini :

Dari gambar diatas untuk lokasi yang akan dihitung untuk daya dukung aksial adalah di
lokasi DB-06
3.2. Tanah

Definisi tentang tanah yang dikemukakan oleh Karl Von Tersaghi yaitu sebagai
material yang terdiri dari agregat (butiran) mineral-mineral padat yang tidak terikat secara
kimia satu sama lain, yang di dalamnya terdapat rongga-ronga yang diisi oleh zat cair dan
udara dan berfungsi sebagai pendukung pondasi bangunan dan juga sebagai bahan
bangunan itu sendiri.

3.3. Karakteristik Tanah

Dalam merencanakan struktur bawah diperlukan data-data mengenai karateristik tanah


tempat struktur tersebut berada dan beban struktur yang bekerja di atas struktur bawah
yang direncanakan (Pamungkas dan Harianti;2013). Karakteristik tanah meliputi jenis
lapisan tanah di bawah permukaan tanah, kadar air, tinggi muka air tanah. Beban struktur
yang bekerja tergantung dari jenis material yang digunakan, jumlah tingkat bangunan,
jenis-jenis beban yang bekerja pada struktur tersebut. Jenis pondasi ditentukan dengan
memperhatikan kondisi lingkungan tempat berdirinya bangunan dan mempertimbangkan
hasil dari penyelidikan tanah yang diantaranya:

1. Kondisi tanah dasar yang menjelaskan jenis lapisan tanah pada beberapa lapisan
kedalaman.

2. Analisis daya dukung tanah.

3. Besar nilai SPT (Standar Penetration Test) dari beberapa titik bor.

4. Besar tahanan ujung konus dan jumlah hambatan pelekat dari beberapa titik sondir.

5. Hasil test laboratorium tanah untuk mengetahui berat jenis tanah, dan lainnya.

6. Analisis daya dukung tiang pondasi berdasarkan data-data tanah.

Karakteristik tanah dapat diketahui dengan diadakannya penyelidikan tanah yang pada
akhirnya akan menerangkan tentang kondisi tanah dan jenis lapisannya. Penyelidikan
tanah dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti:

1. Sondir, yang dilakukan dengan menggunakan alat sondir yang dapat mengukur nilai
perlawanan konus (Cone Resistance) dan hambatan lekat (Local Friction) secara
langsung di lapangan. Hasil penyondiran disajikan dalam bentuk diagram sondir yang
memperlihatkan hubungan antara kedalaman sondir di bawah muka tanah dan
besarnya nilai pelawanan konus (qc) serta jumlah hambatan pelekat (JHL).

2. Deep Boring, dilaksanakan dengan menggunakan mesin bor untuk mendapatkan


contoh tanah. Pekerjaan Standart penetration test juga dilakukan pada pekerjaan
boring.

3. Standart penetration test, dilaksanakan pada lubang bor setelah pengambilan contoh
tanah pada setiap beberapa interval kedalaman. Cara uji dilakukan untuk memperoleh
parameter perlawanan penetrasi lapisan tanah di lapangan. Parameter tersebut
diperoleh dari jumlah pukulan terhadap penetrasi stik, yang dapat dipergunakan untuk
mengidentifikasi perlapisan tanah dan hasil SPT disajikan dalam bentuk diagram pada
boring log.

Berdasarkan hasil pengujian SPT dan boring di lapangan dapat dilihat bahwa tanah
dasar di lokasi pembangunan adalah berjenis tanah lempung berpasir , dengan diskripsi
sebagai berikut :

• Kedalaman 0 m sampai 5 m berupa tanah lempung berwarna abu – abu dengan nilai
SPT 2 - 4
• Kedalaman 5 m sampai 7 m berupa lumpur berwarna abu – abu dengan pasir yang
sangat lembut dengan pasir dengan nilai SPT 4
• Kedalaman 7 m sampai 10 m berupa lumpur berwarna abu 0 abu kaku sedang hingga
coklat kemerahan dan berpasir, pada kedalaman 7 m – 8.55 m didapatkan lempengan
berwarna kuning , dengan nilai SPT 8
• Kedalaman 10 m sampai 13 m berupa lempung lemak berpasir coklat yang sangat
kaku, dengan nilai SPT 23
• Kedalaman 13 m sampai 23,55 m berupa pasir merah hingga coklat yang sangat kaku
dengan nilai SPT 39 – 100
• Kedalaman 23,55 m sampai 25 m berupa batu dan batu pasir dengan nilai SPT 100

Untuk data dari SPT dapat dilihat pada gambar dibawah ini ,
Gambar : Hasil SPT Borlog DB-06
Gambar : Hasil Sondir
BAB 4

METODE PERHITUNGAN

4.1. Daya Dukung Ujung Dan Tiang Gesek

Ditinjau dari cara mendukung beban, tiang dapat dibagi menjadi 2 (dua) macam
(Hardiyatmo, 2002), yaitu :
1. Tiang dukung ujung (end bearing pile) adalah tiang yang kapasitas dukungnya
ditentukan oleh tahanan ujung tiang. Umumnya tiang dukung ujung beradadalam
zone tanah yang lunak yang berada diatas tanah keras. Tiang-tiang dipancang
sampai mencapai batuan dasar atau lapisan keras lain yang dapat mendukung beban
yang diperkirakan tidak mengakibatkan penurunan berlebihan. Kapasitas tiang
sepenuhnya ditentukan dari tahanan dukung lapisan keras yang berada dibawah
ujung tiang (Gambar 2.6.a).
2. Tiang gesek (friction pile) adalah tiang yang kapasitas dukungnya lebih ditentukan
oleh perlawanan gesek antara dinding tiang dan tanah disekitarnya (Gambar 2.6.b).
Tahanan gesek dan pengaruh konsolidasi lapisan tanah dibawahnya diperhitungkan
pada hitungan kapasitas daya dukung tiang pada proyek pembangunan rumah
susun unimed medan dihitung berdasarkan data NSPT menggunakan metode Reese
& Wright.

Gambar : Tahanan Ujung dan Tahanan Gesek Pada Tiang Pancang.


4.2. Kapasitas Daya Dukung Ujung Tiang

Daya dukung pada ujung tiang (Qp) dapat dinyatakan dengan persamaan yang irip
dengan pondasi dangkal, walaupun nilai – nilai Nc*, Nq*, dan Nγ* akan berubah. Oleh
karena lebar ting dinyatakan dengan D, maka persamaan menjadi ;

Qu = Qp = c’ Nc* + qNq* + γDNγ*

Karena lebar tiang D relative kecil, maka suku DNγ* dapat diabaikan, sehingga;

Qp = c’ Nc* + qNq*

Selanjutnya daya dukung ujung tiang dapat dinyatakan sebagai;

Qp = Apq 𝑝 = Ap (c’Nc* + q’Nq*)

Dimana :

Ap = Luas ujung tiang

C = Kohesi tanah pada ujung tiang

q𝑝 = Tahanan titik satuan

q’ = Tegangan vertikl efektif pada ujung tiang

Nc* dan Nq* = Faktor daya dukung

Daya Dukung Ujung Tiang Metode Meyerhof, 1976

Pada tanah berpasir (Granular)

1. Satuan perlawanan ujung tiang (q 𝑝 ) Pada tanah berpasir (granular) cenderung


meningkat seiring dengan bertambahnya kedalaman dan mencapai harga
maksimum pada rasio
Lb / D = (Lb/D) cr
Dimana
Lb adalah Panjang actual pada tanah homogen dimana Lb = L
2. Faktor dya dukung akan meningkat dengan Lb / D dan mencapai harga maksimum
pas
Lb/D = 0,5 (Lb/D) cr

Q𝑝 = A𝑝 q 𝑝 = A𝑝 q’ Nq* ≤ A𝑝 ql

q 𝑙 = 50 Nq* tan ø

Dimana :

Q𝑝 = Daya dukung ujung tiang (KN)

q𝑝 = Tahanan perlawanan ujung tiang (KN/m²)

A𝑝 = Luas Penampang ujung tiang (m²)

𝐿 = Panjang tiang (m)

𝐷 = Diameter tiang pancang (m)

Ø = Sudut gesek dalam

q𝑙 = Perlawanan ujung batas (KN/m²)

N = Nilai SPT rata – rata di sekitar ujung tiang (10D diatas ujung tiang dan
4D dibawah ujung tiang)

Nilai q 𝑝 dari uji SPT tanah berpasir (granular)

q𝑝 = 40NL/D ≤ 400 N (kN/m²)

Untuk nilai Nq* dapat dicari menggunakan tabel dibawah ini, apabila nilai sudut
gesek dalam sudah diketahui di dalam pengujian sondir
4.3. Daya Dukung Friksi (Tahanan Gesek atau Tahanan kulit)
Daya dukung friksi mengacu pada kemampuan antarmuka antara dua permukaan
untuk memberikan gaya gesek yang dapat menahan gaya-gaya lateral atau gesekan
lateral. Ini umumnya terjadi pada dua permukaan yang saling bersentuhan dan dapat
menghasilkan gaya gesek yang mencegah pergerakan relatif antara keduanya.
Tiang terletak pada tanah kohesif, dalam hal ini penulis menggunakan metode Alpha
(Tomlinson 1975) yaitu :
Qs = Σ As . ƒ
As = p . ΔL
ƒ = α . Cu
Dimana :
As = Luas selimut tiang (m2)
p = Keliling tiang (m2)
ΔL = Panjang tiang ( m )
ƒ = Gesekan selimut
α = Faktor adhesi
Cu = Kohesi tanah undrained

4.4. Daya Dukung Aksial Pondasi Dalam

Daya Dukung aksil pondasi dalam dapat dilakukan perhitungan dengan rumus sebagai
berikut :

Qult = Qs + Qp

Dimana :

Qs = Tahanan Geser Selimut Tiang

Qp = Tahanan Ujung Tiang


BAB 5

ANALISA PERHITUNGAN

5.1. Perhitungan Daya Dukung Ujung Tiang

Dalam melakukan peritungan daya dukung ujung tiang pada penulisan tugas ini akan
menggunakan tiang pancang dengan ukuran diameter 500, 600, dan 800 yang berada
dalam gabar berikut :

Gambar : Tabel spesifikasi spun piles wika beton


Perhitungan daya dukung ujung tanah pada tiang spun piles ukuran diameter 500 mm

Sebagai berikut :

Q𝑝 = A𝑝 q 𝑝 = A𝑝 q’ Nq* ≤ A𝑝 ql

A𝑝 = ¼ πD²
= ¼ x 3,14 x 0,5²
= 0,196 m²

q’ = Ɣd L
= (1,23 x 9,81) x 23,5
= 286, 45 kN/m²

q𝐿 = 50 Nq*tan ø
= 50 x 12,4 tan 20,50
= 231,88 kN/m²
Maka

A𝑝 q’ Nq* ≤ A𝑝 ql
= 0,196 x 287,45 x 12,4 ≤ 0,196 x 231,88
= 698,61 ≤ 45,45
Jadi untuk Q𝑝 akan menggunakan nila 45,45 kN/m2

Perhitungan berdasarkan hasil uji SPT

q𝑝 = 40N L/D ≤ 400N (kN/m²)

N = (100+28+100)/ 3
= 76
q𝑝 = 40N L/D
= 40 x 76 x 23,5/0,5
= 142880 kN/m²
q𝑝 = 400 N
= 400 x 76
= 30400 kN/m²
Maka q 𝑝 yang diambil adalah 30400 kN/m²
Jadi

Q𝑝 = A𝑝 q 𝑝

= 0,196 x 30400

= 5958,4 kN

= 607,75 ton

Perhitungan daya dukung ujung tanah pada tiang spun piles ukuran diameter 600 mm

Sebagai berikut :

Q𝑝 = A𝑝 q 𝑝 = A𝑝 q’ Nq* ≤ A𝑝 ql

A𝑝 = ¼ πD²
= ¼ x 3,14 x 0,6²
= 0,283 m²

q’ = Ɣd L
= (1,23 x 9,81) x 23,5
= 286, 45 kN/m²

q𝐿 = 50 Nq*tan ø
= 50 x 12,4 tan 20,50
= 231,88 kN/m²
Maka

A𝑝 q’ Nq* ≤ A𝑝 ql
= 0,283 x 287,45 x 12,4 ≤ 0,283 x 231,88
= 1008,72 ≤ 65,62
Jadi untuk Q𝑝 akan menggunakan nila 65,62 kN/m2

Perhitungan berdasarkan hasil uji SPT

q𝑝 = 40N L/D ≤ 400N (kN/m²)

N = (100+28+100)/ 3
= 76
q𝑝 = 40N L/D
= 40 x 76 x 23,5/0,5
= 142880 kN/m²

q𝑝 = 400 N
= 400 x 76
= 30400 kN/m²
Maka q 𝑝 yang diambil adalah 30400 kN/m²
Jadi

Q𝑝 = A𝑝 q 𝑝

= 0,283 x 30400

= 8603,2 kN

= 877,53 ton

Perhitungan daya dukung ujung tanah pada tiang spun piles ukuran diameter 800 mm

Sebagai berikut :

Q𝑝 = A𝑝 q 𝑝 = A𝑝 q’ Nq* ≤ A𝑝 ql
A𝑝 = ¼ πD²
= ¼ x 3,14 x 0,6²
= 0,502 m²

q’ = Ɣd L
= (1,23 x 9,81) x 23,5
= 286, 45 kN/m²

q𝐿 = 50 Nq*tan ø
= 50 x 12,4 tan 20,50
= 231,88 kN/m²
Maka

A𝑝 q’ Nq* ≤ A𝑝 ql
= 0,502 x 287,45 x 12,4 ≤ 0,502 x 231,88
= 1789,31 ≤ 116,40
Jadi untuk Q𝑝 akan menggunakan nila 116,40 kN/m2

Perhitungan berdasarkan hasil uji SPT

q𝑝 = 40N L/D ≤ 400N (kN/m²)

N = (100+28+100)/ 3
= 76
q𝑝 = 40N L/D
= 40 x 76 x 23,5/0,5
= 142880 kN/m²

q𝑝 = 400 N
= 400 x 76
= 30400 kN/m²
Maka q 𝑝 yang diambil adalah 30400 kN/m²
Jadi

Q𝑝 = A𝑝 q 𝑝

= 0,502 x 30400

= 15260,8 kN

= 1556,60 ton

Dari hasil perhitungan diameter 500 mm, 600 mm, dan 800 mm, didapat
rekapitulasi seperti table berikut ;

Diameter 𝐐𝒑
500 mm 607,75 ton
600 mm 877,53 ton
800 mm 1556,60 ton

5.2. Perhitungan Daya Dukung Friksi

Dengan diameter tiang yang sama akan dihitung untuk daya dukung friksi yang
terjadipada setiap diameter tiang.

Perhitungan daya dukung friksi pada tiang spun piles ukuran diameter 500 mm

Sebagai berikut :

Qs = Σ As . ƒ
As = p . ΔL
ƒ = α . Cu
Dimana :
As = Luas selimut tiang (m2)
p = Keliling tiang (m2)
ΔL = Panjang tiang ( m )
ƒ = Gesekan selimut
α = Faktor adhesi
Cu = Kohesi tanah undrained

As = p . ΔL
= (3,14 x 0,5) x 23,5
= 36,89 m²

ƒ = α . Cu

= 0,92 x 26,4

= 24,28 kN/m²

Qs = Σ As . ƒ
= Σ 36,89 x 24,28
= 895,69 kN

= 91,36 ton

Perhitungan daya dukung friksi pada tiang spun piles ukuran diameter 600 mm

Sebagai berikut :

Qs = Σ As . ƒ
As = p . ΔL
ƒ = α . Cu
Dimana :
As = Luas selimut tiang (m2)
p = Keliling tiang (m2)
ΔL = Panjang tiang ( m )
ƒ = Gesekan selimut
α = Faktor adhesi
Cu = Kohesi tanah undrained
As = p . ΔL
= (3,14 x 0,6) x 23,5
= 44,27 m²

ƒ = α . Cu

= 0,92 x 26,4

= 24,28 kN/m²

Qs = Σ As . ƒ
= Σ 44,27 x 24,28
= 1074,86 kN

= 109,64 ton

Perhitungan daya dukung friksi pada tiang spun piles ukuran diameter 800 mm

Sebagai berikut :

Qs = Σ As . ƒ
As = p . ΔL
ƒ = α . Cu
Dimana :
As = Luas selimut tiang (m2)
p = Keliling tiang (m2)
ΔL = Panjang tiang ( m )
ƒ = Gesekan selimut
α = Faktor adhesi
Cu = Kohesi tanah undrained

As = p . ΔL
= (3,14 x 0,8) x 23,5
= 59,03 m²
ƒ = α . Cu

= 0,92 x 26,4

= 24,28 kN/m²

Qs = Σ As . ƒ
= Σ 59,03 x 24,28
= 1287,59 kN

= 131,33 ton

Dari hasil perhitungan diameter 500 mm, 600 mm, dan 800 mm, didapat
rekapitulasi seperti table berikut ;

Diameter 𝐐𝒔
500 mm 91,36 ton
600 mm 109,64 ton
800 mm 131,33 ton
5.3. Perhitungan Daya Dukung Aksial

Perhitungan daya dukung aksial untuk tiang pancang yang digunakan dapat dilihat dalam
table berikut ini :

Qult = Qs + Qp

Dimana :

Qs = Tahanan Geser Selimut Tiang

Qp = Tahanan Ujung Tiang

Diameter 𝐐𝒔 𝐐𝒑 Qult

500 mm 91,36 ton 607,75 ton 699,11 ton

600 mm 109,64 ton 877,53 ton 987,39 ton

800 mm 131,33 ton 1556,60 ton 1687,93 ton

Anda mungkin juga menyukai