Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Pengertian geologi


Geologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang masa sekarang
atau masa lampau dari bentuk-bentuk morfologi, struktur bumi, lingkungan dan
kehidupan fosil yang terdapat pada batuan. Bidang utama yang dipelajari adalah
semua jenis batuan, tanah dan air dalam tanah/batuan yang bermanfaat bagi
kehidupan manusia. Studi bidang geologi ini juga bermanfaat untuk pencarian
bahan-bahan tambang minyak dan gas, endapan mineral maupun dapat sebagai
konsultan bidang geologi teknik. Ahli geologi dapat mengungkapkan fenomena
alam tentang bencana gempa bumi dan tsunami, gunung meletus, banjir, gerakan
tanah dll.

Dalam dunia teknik sipil sendiri, ilmu geoteknik merupakan langkah awal
terbentuknya suatu infrastruktur. Tanpa ilmu geoteknik mustahil suatu infrastruktur
dapat berdiri dengan kokoh, karena ilmu geoteknik merupakan cabang dari ilmu
teknik sipil yang mempelajari ilmu tanah dimana didalam ilmu ini akan dikupas
tentang kemampuan tanah menahan beban, sehingga pembangunan infrastruktur
dapat direncanakan sebaik mungkin agar dapat berdiri kuat dan kokoh sesuai dengan
umur yang telah direncanakan sebelumnya. Ilmu geoteknik ini terbagi lagi dalam
beberapa pemahaman. Mekanika tanah merupakan pemahaman yang paling
mendasar. Ilmu ini mempelajari tentang sifat-sifat tanah, ketahanan tanah dan juga
yang lainnya. Pemahaman yang tak kalah penting adalah Rekayasa Pondasi. Ilmu ini
di pelajari karena didalamnya terdapat bagaimana cara pembuatan pondasi yang
kokoh, dan tahan terhadap semua beban bahkan goncangan.
1.2. Maksud dan Tujuan

Di dalam dunia teknik sipil ini, ilmu geoteknik merupakan hal pokok yang
sangat krusial dalam pembangunan suatu infrastruktur. Tanpa ilmu ini, dapat
dipastikan bahwa suatu infrastruktur tidak dapat berdiri dengan kokoh, karena
geoteknik merupakan cabang ilmu teknik sipil yang mempelajari ilmu tanah dimana
didalam ilmu ini akan dipelajari kemampuan tanah menahan beban yang ada
diatasnya, sehingga pembangunan infrastruktur dapat direncanakan sebaik mungkin
agar dapat berdiri kokoh sesuai umur rencana. Pada dasarnya ilmu ini merupakan
ilmu yang tua yang implementasinya berjalan bersamaan dengan tingkat peradaban
manusia, mulai dari pembangunan di jaman sebelum masehi seperti pembangunan
pyramid dan percandian hingga jaman yang modern seperti yang sekarang ini dengan
adanya pembangunan gedung-gedung pencakar langit (Agustian, 2012).

Secara keilmuan, bidang teknik sipil ini mempelajari lebih mendalam ilmu
Mekanika Tanah, Rekayasa pondasi, dan Struktur bawah Tanah. Mengenai peranan
mekanika tanah dan teknik pondasi dalam pembangunan, akan dijelaskan pada
subbab yang selanjutnya, sedangkan struktur bawah tanah tidak akan dibahas.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Hubungan geologi dengan konstruksi

Konstruksi merupakan suatu kegiatan membangun sarana maupun prasarana.


Dalam sebuah bidang arsitektur atau teknik sipil, sebuah konstruksi juga dikenal
sebagai bangunan atau satuan infrastruktur pada sebuah area atau pada beberapa area.
Secara ringkas konstruksi didefinisikan sebagai objek keseluruhan bangunan yang
terdiri dari bagian-bagian struktur. Misal, Konstruksi Struktur Bangunan adalah
bentuk/bangun secara keseluruhan dari struktur bangunan.

Konstruksi dapat juga didefinisikan sebagai susunan (model, tata letak) suatu
bangunan (jembatan, rumah, dan lain sebagainya). Walaupun kegiatan konstruksi
dikenal sebagai satu pekerjaan, tetapi dalam kenyataannya konstruksi merupakan
satuan kegiatan yang terdiri dari beberapa pekerjaan lain yang berbeda.

Pada umumnya kegiatan konstruksi diawasi oleh manajer proyek, insinyur


disain, atau arsitek proyek. Orang-orang ini bekerja di dalam kantor, sedangkan
pengawasan lapangan biasanya diserahkan kepada mandor proyek yang mengawasi
buruh bangunan, tukang kayu, dan ahli bangunan lainnya untuk menyelesaikan fisik
sebuah konstruksi.

Untuk keberhasilan pelaksanaan proyek konstruksi, perencanaan yang efektif


sangatlah penting. Hal ini terkait dengan rancang-bangun (desain dan pelaksanaan)
infrastruktur yang mempertimbangkan mengenai dampak pada lingkungan /
AMDAL, metode penentukan besarnya biaya yang diperlukan / anggaran, disertai
dengan jadwal perencanaan yang baik,keselamatan lingkungan kerja, ketersediaan
material bangunan, logistik, ketidaknyamanan publik terkait dengan yang disebabkan
oleh keterlambatan persiapan tender dan penawaran, dll.
1. PONDASI BANGUNAN

Pondasi merupakan komponen/ struktur paling bawah dari sebuah bangunan,


meski tidak terlihat secara langsung saat bangunan sudah selesai, namun secara
fungsi struktur, keberadaan pondasi tidak boleh terabaikan. Perlu perencanaan yang
matang, karena salah satu faktor yang mempengaruhi keawetan atau keamanan
bangunan adalah pondasi.

Dalam menentukan jenis, ukuran, dan konstruksi pondasi harus


memperhatikan jenis bangunan, beban bangunan, kondisi tanah, dan faktor-faktor lain
yang berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung. Karena fungsi pondasi
adalah sebagai perantara untuk meneruskan beban struktur yang ada di atas muka
tanah dan gaya-gaya lain yang bekerja ke tanah pendukung bangunan tersebut.
Dengan demikian, sebaiknya perlu perhitungan matang dan tidak hanya berdasar
kebiasaan setempat. Karena sering ditemui, banyak yang membuat rumah hanya
didasari dari kebiasaan masyarakat.

Sebagai contoh: Sebuah rumah sudah mengalami retak pada dindingnya,


padahal konstruksinya sudah sangat kuat, mulai dari sloof, kolom, dinding, semua
menggunakan konstruksi yang kuat. Tapi ada yang terlupakan, tanah yang
dipergunakan untuk membangun rumah saat ini adalah bekas sawah, sehingga
kondisi tanah belum stabil, sedangkan pondasi yang digunakan adalah pondasi yang
biasa digunakan diwilayah tersebut.

Pondasi dibedakan menjadi dua macam, yaitu pondasi dangkal dan pondasi
dalam. Seperti sebagai berikut:

 Pondasi dangkal

Jenis pondasi dangkal kedalaman masuknya ke tanah relatif dangkal, hanya


beberapa meter masuknya ke dalam tanah. Salah satu tipe yang sering
digunakan ialah pondasi menerus yang biasa pada rumah-rumah,dibuat dari
beton atau pasangan batu, meneruskan beban dari dinding dan kolom
bangunan ke tanah keras. Berikut yang termasuk pondasi dangkal diantaranya:

 Pondasi Umpak. Biasanya jenis pondasi ini digunakan pada rumah adat,
rumah kayu, atau rumah tradisional jaman dulu.

Pondasi Batu Bata / rollag bata. Jenis pondasi yang dibuat dengan bahan dasar
batu bata. Dalam pemasangannya disusun sedemikian rupa sehingga dapat menahan
berat bangunan yang ada di atasnya dan meneruskanya ke tanah. Pada awalnya
pondasi rollag bata merupakan pondasi yang diaplikasikan untuk menopang berat
beban pada bangunan. Namun, pada saat ini pondasi rollag bata telah lama
ditinggalkan.Selain mahal, pemasangannya pun membutuhkan waktu yang lama serta
tidak memiliki kekuatan yang bisa diandalkan. Akan tetapi, pondasi ini tetap
digunakan untuk menahan beban ringan, misalnya pada teras.

Pondasi Batu Kali. Jenis pondasi yang bahan dasarnya batu kali. Pondasi batu
kali sering kita temuin pada bangunan – bangunan rumah tinggal.Pondasi ini masih
digunakan, karena selain kuat, pondasi ini pun masih termasuk murah.Bentuknya
yang trapesium dengan ukuran tinggi 60 – 80 Cm, lebar pondasi bawah 60 – 80 Cm
dan lebar pondasi atas 25 – 30 Cm. Bahan lain yang murah sebagai alternatif
pengganti pondasi batu kali adalah memanfaatkan bongkaran bekas pondasi tiang
pancang ( Bore Pile ) atau beton bongkaran jalan. Bekas bongkaran tersebut cukup
kuat digunakan untuk pondasi, sebab mutu beton yang digunakan ialah K-250 s/d K-
300.Permukaannya yang tajam dan kasar mampu mengikat adukukan semen dan
pasir.Bila dibandingkan dengan pondasi rollag bata, tentu bongkaran bekas beton
jauh lebih kuat. Ukurannya rata – rata 30 x 30 cm.

Pondasi bor mini (Strauss Pile). Pondasi bor mini atau strauss pile ini
digunakan pada kondisi tanah yang jelek, seperti bekas empang atau rawa yang
lapisan tanah kerasnya berada jauh dari permukaan tanah.Pondasi ini bisa digunakan
untuk rumah tinggal sederhna atau bangunan dua lantai. Kedalamannya 2 – 5 meter.
Ukuran diameter pondasi mulai dari 20, 30 dan 40 Cm. Pengerjaannya dengan mesin
bor atau secara manual.Di atas pondasi bor mini ada blok beton ( pile cap ).Pile cap
ini merupakan media untuk mengikat kolom dengan sloof.

2. PONDASI TIANG PANCANG

Jenis pondasi dalam digunakan untuk menyalurkan beban bangunan melewati


lapisan tanah yang lemah di bagian atas ke lapisan bawah yang lebih keras.
Contohnya antara lain tiang pancang, tiang bor, kaison, dan semacamnya.
Penyebutannya dapat berbeda-beda tergantung disiplin ilmu atau pasarannya. Sebagai
bagian dari pondasi dalam diantaranya:

Pondasi tiang pancang (driven pile). Tiang pancang pada dasarnya sama
dengan bore pile, hanya sja yang membedakan bahan dasarnya.Tiang pancang
menggunakan beton jadi yang langsung ditancapkan langsung ketanah dengan
menggunakan mesin pemancang.Karena ujung tiang pancang lancip menyerupai
paku, oleh karena itu tiang pancang tidak memerlukan proses pengeboran.

Pondasi tiang bor (bored pile) adalah pondasi yang kedalamannya lebih dari 2
meter.Digunakan untuk pondasi bangunan – bangunan tinggi.Sebelum memasang
bore pile, permukaan tanah dibor terlebih dahulu dengan menggunakan mesin bor.
Hingga menemukan daya dukung tanah yang sangat kuat untuk menopang
pondasi.Setelah itu tulang besi dimasukan kedalam permukaaan tanah yang telah
dibor, kemudian dicor dengan beton.Pondasi ini berdiameter 20 Cm keatas.Dan
biasanya pondasi ini terdiri dari 2 atau lebih yang diatasnya terdapat pile cap.

Pondasi didesain agar memiliki kapasitas dukung dengan penurunan /


settlement tertentu oleh para Insinyur geoteknik dan struktur. Desain utamanya
mempertimbangkan penurunan dan daya dukung tanah, dalam beberapa kasus
semisal turap, defleksi / lendutan pondasi juga diikutkan dalam perteimbangan.
Ketika berbicara penurunan, yang diperhitungkan biasanya penurunan total
(keseluruhan bagian pondasi turun bersama-sama) dan penurunan diferensial
(sebagian pondasi saja yang turun / miring). Ini dapat menimbulkan masalah bagi
struktur yang didukungnya. Daya dukung pondasi merupakan kombinasi dari
kekuatan gesekan tanah terhadap pondasi( tergantung pada jenis tanah, massa
jenisnya, nilai kohesi adhesinya, kedalamannya, dsb), kekuatan tanah dimana ujung
pondasi itu berdiri, dan juga pada bahan pondasi itu sendiri. Dalamnya tanah serta
perubahan-perubahan yang terjadi di dalamnya amatlah sulit dipastikan, oleh karena
itu para ahli geoteknik membatasi beban yang bekerja hanya boleh, biasanya,
sepertiga dari kekuatan desainnya.
Beban yang bekerja pada suatu pondasi dapat diproyeksikan menjadi
 Beban horizontal/beban geser, contohnya beban akibat gaya tekan tanah,
transfer beban akibat gaya angin pada dinding.
 Beban vertikal/beban tekan dan beban tarik, contohnya:
 Beban mati, contoh berat sendiri bangunan
 Beban hidup, contoh beban penghuni, air hujan dan salju
 Gaya gempa
 Gaya angkat air
 Momen
 Torsi

3. SLOOF

Sloof adalah struktur bangunan yang terletak di atas pondasi bangunan. Sloof
berfungsi mendistribusikan beban dari bangunan atas ke pondasi, sehingga beban
yang tersalurkan setiap titik di pondasi tersebar merata. Selain itu sloof juga berfungsi
sebagai pengunci dinding dan kolom agar tidak roboh apabila terjadi pergerakan
tanah. Sebagai tambahan pada sloof, untuk bangunan tahan terhadap gempa maka
disempurnakan pada ikatan antara sloof dengan pondasi yaitu dengan memberikan
angker dengan beri diameter 12 mm dengan jarak 1,5 meter. namun angka ini dapat
berubah untuk bangunan yang lebih besar atau bangunan bertingkat banyak.
Secara singkat, Sloof adalah beton bertulang yang diletakkan secara horisontal di atas
pondasi. Sehingga setiap beban yang diterima suatu kolom, akan tersebar merata pada
seluruh pondasi. Selain itu, sloof berfungsi sebagai pengikat antara dinding pondasi
dengan kolom.

Dimensi sloof yang sering digunakan pada bangunan rumah tinggal lantai satu
, lebar 15 cm, tinggi 20 cm, besi beton tulangan utama menggunakan 4 buah diameter
10 mm (4 d 10 ) sedangkan untuk begel menggunakan diameter 8 mm berjarak
15 cm ( d 8 – 15).Dibawah ini gamabar sloof untuk bangunan rumah tinggal lantai
satu.

Secara garis besar sloof merupakan bagian dari beton bertulang yang
diletakkan secara horizontal di atas pondasi. Sloof biasanya terbuat dari konstruksi
beton bertulang. Namun berdasarkan konstruksinya ada beberapa macam sloof, antara
lain :

Konstruksi Sloof dari Kayu. Pada konstruksi rumah panggung dengan pondasi
tiang kayu (misalnya di atas pondasi setempat), sloof dapat dibentuk sebagai balok
pengapit. Jika sloof dari kayu terletak di atas pondasi lajur dari batu atau beton, maka
dipilih balok tunggal

Konstruksi Sloof dari Batu Bata. Rolag dibuat dari susunan batu bata yang
dipasang secara melintang dan yang diikat dengan adukan pasangan ((1 bagian
portland semen : 4 bagian pasir). Konstruksi rolag tidak memenuhi syarat untuk
membagi beban.

Konstruksi Sloof dari Beton Bertulang. Konstruksi sloof ini dapat digunakan
di atas pondasi batu kali apabila pondasi tersebut dimaksudkan untuk bangunan tidak
bertingkat dengan perlengkapan kolom praktis pada jarak dinding kurang lebih 3 m.
Ukuran lebar / tinggi sloof beton bertulang adalah >15 / 20 cm. Konstruksi sloof dari
beton bertulang juga dapat dimanfaatkan sebagai balok pengikat pada pondasi tiang.
Adapun fungsi sloof adalah sebagai berikut :

1. Sebagai pengikat kolom.


2. Meratakan gaya beban dinding ke pondasi.
3. Menahan gaya beban dinding.
4. Sebagai balok penahan gaya reaksi tanah yang disalurkan dari pondasi lajur

4. KOLOM

Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul beban
dari balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang peranan
penting dari suatu bangunan, sehingga keruntuhan pada suatu kolom merupakan
lokasi kritis yang dapat menyebabkan runtuhnya (collapse) lantai yang bersangkutan
dan juga runtuh total (total collapse) seluruh struktur (Sudarmoko, 1996).

SK SNI T-15-1991-03 mendefinisikan kolom adalah komponen struktur


bangunan yang tugas utamanya menyangga beban aksial tekan vertikal dengan bagian
tinggi yang tidak ditopang paling tidak tiga kali dimensi lateral terkecil.

Fungsi kolom adalah sebagai penerus beban seluruh bangunan ke pondasi.


Bila diumpamakan, kolom itu seperti rangka tubuh manusia yang memastikan sebuah
bangunan berdiri. Kolom termasuk struktur utama untuk meneruskan berat bangunan
dan beban lain seperti beban hidup (manusia dan barang-barang), serta beban
hembusan angin.

Kolom berfungsi sangat penting, agar bangunan tidak mudah roboh. Beban
sebuah bangunan dimulai dari atap. Beban atap akan meneruskan beban yang
diterimanya ke kolom. Seluruh beban yang diterima kolom didistribusikan ke
permukaan tanah di bawahnya. Kesimpulannya, sebuah bangunan akan aman dari
kerusakan bila besar dan jenis pondasinya sesuai dengan perhitungan. Namun,
kondisi tanah pun harus benar-benar sudah mampu menerima beban dari pondasi.
Kolom menerima beban dan meneruskannya ke pondasi, karena itu pondasinya juga
harus kuat, terutama untuk konstruksi rumah bertingkat, harus diperiksa kedalaman
tanah kerasnya agar bila tanah ambles atau terjadi gempa tidak mudah roboh.

Struktur dalam kolom dibuat dari besi dan beton. Keduanya merupakan
gabungan antara material yang tahan tarikan dan tekanan. Besi adalah material yang
tahan tarikan, sedangkan beton adalah material yang tahan tekanan. Gabungan kedua
material ini dalam struktur beton memungkinkan kolom atau bagian struktural lain
seperti sloof dan balok bisa menahan gaya tekan dan gaya tarik pada bangunan.

Jenis-Jenis kolom Menurut Wang (1986) dan Ferguson (1986) jenis-jenis


kolom ada tiga:

1.Kolom ikat (tie column)

2.Kolom spiral (spiral column)

3.Kolom komposit (composite column)

Dalam buku struktur beton bertulang (Istimawan dipohusodo, 1994) ada tiga jenis
kolom beton bertulang yaitu :

1. Kolom menggunakan pengikat sengkang lateral. Kolom ini merupakan kolom


beton yang ditulangi dengan batang tulangan pokok memanjang, yang pada jarak
spasi tertentu diikat dengan pengikat sengkang ke arah lateral. Tulangan ini berfungsi
untuk memegang tulangan pokok memanjang agar tetap kokoh pada tempatnya.

2. Kolom menggunakan pengikat spiral. Bentuknya sama dengan yang pertama hanya
saja sebagai pengikat tulangan pokok memanjang adalah tulangan spiral yang
dililitkan keliling membentuk heliks menerus di sepanjang kolom. Fungsi dari
tulangan spiral adalah memberi kemampuan kolom untuk menyerap deformasi cukup
besar sebelum runtuh, sehingga mampu mencegah terjadinya kehancuran seluruh
struktur sebelum proses redistribusi momen dan tegangan terwujud.
3. Struktur kolom komposit, merupakan komponen struktur tekan yang diperkuat
pada arah memanjang dengan gelagar baja profil atau pipa, dengan atau tanpa diberi
batang tulangan pokok memanjang.

Kolom Utama adalah kolom yang fungsi utamanya menyanggah beban utama
yang berada diatasnya. Untuk rumah tinggal disarankan jarak kolom utama adalah 3.5
m, agar dimensi balok untuk menompang lantai tidak tidak begitu besar, dan apabila
jarak antara kolom dibuat lebih dari 3.5 meter, maka struktur bangunan harus
dihitung. Sedangkan dimensi kolom utama untuk bangunan rumah tinggal lantai 2
biasanya dipakai ukuran 20/20, dengan tulangan pokok 8d12mm, dan begel d 8-10cm
( 8 d 12 maksudnya jumlah besi beton diameter 12mm 8 buah, 8 – 10 cm maksudnya
begel diameter 8 dengan jarak 10 cm).

Kolom Praktis Adalah kolom yang berfungsi membantu kolom utama dan
juga sebagai pengikat dinding agar dinding stabil, jarak kolom maksimum 3,5 meter,
atau pada pertemuan pasangan bata, (sudut-sudut). Dimensi kolom praktis 15/15
dengan tulangan beton 4 d 10 begel d 8-20.

Kolom portal harus dibuat terus menerus dari lantai bawah sampai lantai atas,
artinya letak kolom-kolom portal tidak boleh digeser pada tiap lantai, karena hal ini
akan menghilangkan sifat kekakuan dari struktur rangka portalnya. Jadi harus
dihindarkan denah kolom portal yang tidak sama untuk tiap-tiap lapis lantai. Ukuran
kolom makin ke atas boleh makin kecil, sesuai dengan beban bangunan yang
didukungnya makin ke atas juga makin kecil. Perubahan dimensi kolom harus
dilakukan pada lapis lantai, agar pada suatu lajur kolom mempunyai kekakuan yang
sama.

Prinsip penerusan gaya pada kolom pondasi adalah balok portal merangkai
kolom-kolom menjadi satu kesatuan. Balok menerima seluruh beban dari plat lantai
dan meneruskan ke kolom-kolom pendukung. Hubungan balok dan kolom adalah
jepit-jepit, yaitu suatu sistem dukungan yang dapat menahan momen, gaya vertikal
dan gaya horisontal. Untuk menambah kekakuan balok, di bagian pangkal pada
pertemuan dengan kolom, boleh ditambah tebalnya.

5. KONSTRUKSI DINDING BANGUNAN

5.a Pengertian Dinding

Dinding adalah suatu struktur padat yang membatasi dan kadang melindungi
suatu area. Umumnya, dinding membatasi suatu bangunan dan menyokong struktur
lainnya, membatasi ruang dalam bangunan menjadi ruangan-ruangan, atau
melindungi atau membatasi suatu ruang di alam terbuka. Tiga jenis utama dinding
struktural adalah dinding bangunan, dinding pembatas (boundary), serta dinding
penahan (retaining).

Dinding bangunan memiliki dua fungsi utama, yaitu menyokong atap dan langit-
langit, membagi ruangan, serta melindungi terhadap intrusi dan cuaca. Dinding
pembatas mencakup dinding privasi, dinding penanda batas, serta dinding kota.
Dinding jenis ini kadang sulit dibedakan dengan pagar. Dinding penahan berfungsi
sebagai penghadang gerakan tanah, batuan, atau air dan dapat berupa bagian eksternal
ataupun internal suatu bangunan.

Dinding merupakan salah satu elemen bangunan yang berfungsi memisahkan/


membentuk ruang. Ditinjau dari segi struktur dan konstruksi, dinding ada yang
berupa dinding partisi/ pengisi (tidak menahan beban) dan ada yang berupa dinding
struktural (bearing wall). Dinding pengisi/ partisi yang sifatnya non struktural harus
diperkuat dengan rangka (untuk kayu) dan kolom praktis-sloof-ringbalk (untuk bata).
Dinding dapat dibuat dari bermacam-macam material sesuai kebutuhannya, antara
lain :

a. Dinding batu buatan : bata dan batako

b. Dinding batu alam/ batu kali


c. Dinding kayu: kayu log/ batang, papan dan sirap

d. Dinding beton (struktural – dinding geser, pengisi – clayding wall/ beton pra cetak)

Jenis jenis dinding dapat dibagi menjadi beberapa bagian yaitu, sebagai berikut:

a) Dinding Batu Bata

Dinding bata merah terbuat dari tanah liat/ lempung yang dibakar. Untuk
dapat digunakan sebagai bahan bangunan yang aman maka pengolahannya harus
memenuhi standar peraturan bahan bangunan Indonesia NI-3 dan NI-10 (peraturan
bata merah). Dinding dari pasangan bata dapat dibuat dengan ketebalan 1/2 batu (non
struktural) dan min. 1 batu (struktural). Dinding pengisi dari pasangan bata 1/ 2 batu
harus diperkuat dengan kolom praktis, sloof/ rollag, dan ringbalk yang berfungsi
untuk mengikat pasangan bata dan menahan/ menyalurkan beban struktural pada
bangunan agar tidak mengenai pasangan dinding bata tsb. Pengerjaan dinding
pasangan bata dan plesterannya harus sesuai dengan syarat-syarat yang ada, baik dari
campuran plesterannya maupun teknik pengerjaannya.

b) Dinding Batako

Batako merupakan material untuk dinding yang terbuat dari batu buatan/ cetak
yang tidak dibakar. Terdiri dari campuran tras, kapur (5 : 1), kadang – kadang
ditambah PC. Karena dimensinya lebih besar dari bata merah, penggunaan batako
pada bangunan bisa menghemat plesteran 75%, berat tembok 50% - beban pondasi
berkurang. Selain itu apabila dicetak dan diolah dengan kualitas yang baik, dinding
batako tidak memerlukan plesteran+acian lagi untuk finishing.

Prinsip pengerjaan dinding batako hampir sama dengan dinding dari pasangan
bata,antara lain:

a. Batako harus disimpan dalam keadaan kering dan terlindung dari hujan.
b. Pada saat pemasangan dinding, tidak perlu dibasahi terlebih dahulu dan
tidak boleh direndam dengan air.

c. Pemotongan batako menggunakan palu dan tatah, setelah itu dipatahkan


pada kayu/ batu yang lancip.

d. Pemasangan batako dimulai dari ujung-ujung, sudut pertemuan dan


berakhir di tengah – tengah.

e. Dinding batako juga memerlukan penguat/ rangka pengkaku terdiri dari


kolom dan balok beton bertulang yang dicor dalam lubang-lubang batako.
Perkuatan dipasang pada sudut-sudut, pertemuan dan persilangan

c) Dinding kayu

Kontruksi dinding seperti ini umumnya ditemui pada rumah-rumah tradisional


di eropa timur. Terdiri dari susunan batang kayu bulat atau balok. Sistem konstruksi
seperti ini tidak memerlukan rangka penguat/ pengikat lagi karena sudah merupakan
dinding struktural.

d) Dinding kayu biasa

Dinding papan biasanya digunakan pada bangunan konstruksi rangka kayu.


Papan digunakan untuk dinding eksterior maupun interior, dengan sistem
pemasangan horizontal dan vertikal. Konstruksi papan dipaku/ diskrup pada rangka
kayu horizontal dan vertikal dengan jarak sekitar 1 meter (panjang papan di pasaran ±
2 m, tebal/ lebar beraneka ragam : 2/ 16, 2/20, 3/ 25, dll). Pemasangan dinding papan
harus memperhatikan sambungan/ hubungan antar papan (tanpa celah) agar air hujan
tidak masuk. Selain itu juga harus memperhatikan sifat kayu yang bisa mengalami
pemuaian dan susut.

e) Dinding Sirap
Dinding sirap untuk bangunan kayu merupakan material yang paling baik
dalam penyesuaian terhadap susut dan muai. Selain itu juga memberikan
perlindungan yang baik terhadap iklim, tahan lama dan tidak membutuhkan
perawatan. Konstruksi dinding sirap dapat dipaku (paku kepala datar ukuran 1”) pada
papan atau reng, dengan 2 – 4 lapis tergantung kualitas sirap. (panjang sirap ± 55 – 60
cm).

f) Dinding batu alam

Dinding batu alam biasanya terbuat dari batu kali utuh atau pecahan batu
cadas. Prinsip pemasangannya hampir sama dengan batu bata, dimana siar vertikal
harus dipasang selang-seling. Untuk menyatukan batu diberi adukan (campuran 1
kapur : 1 tras untuk bagian dinding dibawah permukaan tanah, dan ½ PC : 1 kapur : 6
pasir untuk bagian dinding di atas permukaan tanah). Dinding dari batu alam
umumnya memiliki ketebalan min. 30 cm, sehingga sudah cukup kuat tanpa kolom
praktis, hanya diperlukan.

6. LANTAI

Pengertian lantai adalah bagian dasar sebuah ruang, yang memiliki peran
penting untuk memperkuat eksistensi obyek yang berada di dalam ruang. Fungsi
lantai secara umum adalah:

menunjang aktivitas dalam ruang dan membentuk karakter ruang. Ketika orang
berjalan di atas lantai, maka karakter yang muncul adalah: tahan lama, tidak licin dan
berwarna netral (tidak dominan). Lantai rumah digunakan untuk meletakkan barang-
barang seperti kursi, meja, almari, dan sebagainya serta mendukung berbagai aktivitas
seperti berjalan, anak-anak berlari, duduk di lantai, dan lain-lain.

Dilihat dari sisi struktur, beban yang diterima oleh lantai kadang cukup besar,
misalnya ketika kita memindahkan benda berat seperti almari dengan cara
menyeretnya. Dengan demikian lantai memiliki peran penting mendukung beban-
beban langsung dari barang-barang dan aktivitas di atasnya.

Dari sisi estetika, lantai berfungsi untuk memperindah ruang dan membentuk karakter
ruang. Tema warna dan image yang ditampilkan dapat mengambil konsep apa pun
sesuai karakter yang dimunculkan. Beberapa tema yang dapat diterapkan seperti etnik
tradisional, modern minimalis, retro dan sebagainya.

 Syarat material lantai

Karena fungsi setiap ruang dalam hunian beragam, maka beragam pula desain
lantainya. Syarat bahan lantai di antaranya adalah: aman, awet, kuat, tahan lembab,
mudah dibersihkan dan menyerap panas. Material penutup lantai yang bersifat hangat
adalah: karpet, parket, gabus, karet, sedangkan material bersifat dingin adalah:
marmer, keramik, granit .

Pada beberapa ruang harus dipasang lantai yang bahannya bertekstur kasar, seperti:
kamar mandi, teras dan garasi. Kamar mandi adalah ruang yang paling sering terkena
air, sehingga licin dan beresiko menyebabkan pengguna terpeleset. Begitu pula
dengan teras ketika terkena tempias hujan, harus dipasang bahan lantai yang lebih
kasar untuk mengindari resiko pengguna terpeleset. Pada garasi, tekstur kasar
berfungsi menghindari selip akibat gesekan antara ban dan muka lantai, terutama
ketika kendaraan sehabis kehujanan. Untuk ruang dapur memakai bahan lantai yang
mudah dibersihkan serta tidak meninggalkan noda di pori-pori lantai dan nat
sambungan yang dapat mengganggu keindahan lantai. Ruang tamu, ruang keluarga
dan kamar tidur dapat memakai bahan lantai dengan permukaan licin dan mengkilap.

 Ukuran material lantai

Ukuran material lantai, khususnya marmer, granit, keramik, dan teraso (tegel),
akan berpengaruh pada kesan ruang. Jika ruang berukuran kecil atau sempit (ruang
tidur, kamar mandi), ukuran bahan pilih yang kecil-kecil pula untuk memberi kesan
luas pada ruangan. Sementara untuk ruangan berukuran luas (ruang tamu, ruang
keluarga), bahan berukuran besar akan membantu menyeimbangkan kesan luas ruang.

 Jenis material lantai

Berikut ini adalah beberapa jenis material lantai dengan beragam


karakteristiknya sebagai pertimbangan aplikasi pada ruang

 Plester (concrete)

Jenis material ini tergolong paling sederhana dan paling murah, karena
diperlakukan seperti saat memplester dinding dan diaci hingga halus. Namun
perbedaan dengan perlakuan pada dinding adalah dilakukan langkah penggosokan
lantai hingga halus dan mengkilap. Warna yang ditimbulkan sama dengan warna
semen-pasir dan cenderung lebih gelap.

Pada beberapa penerapan yang dilakukan dengan merata (covering) pada luas
ruang, memiliki kelemahan ketika terjadi retak tidak dapat diganti dengan material
dan harus ditambal. Tambalan yang muncul secara estetika terlihat tidak bagus.
Namun penerapan dengan modul, akan mengurangi resiko tambalan yang berdampak
pada tidak sedapnya pandangan estetika.

 Keramik

Jenis material ini sangat lazim digunakan. Keramik punya fleksibilitas pakai
tinggi dan dapat diaplikasikan pada hampir seluruh bagian rumah. Selain kuat, lantai
rumah dari bahan keramik juga tidak membutuhkan pemolesan dan mudah dalam
perawatannya. Kesan material keramik adalah hangat. Saat ini beragam tekstur
keramik yang dijual di pasaran, yang secara visual mirip dengan jenis material lain.
Misalnya: keramik bertekstur marmer, granit, kayu, batu, bata dan sebagainya
 Marmer

Marmer banyak disukai karena lebih memiliki karakter dan berkelas mewah.
Tekstur dan pola yang tidak teratur serta persediaan alam yang terbatas menjadikan
material ini. Material marmer memiliki kesan dingin dan kuat. Kelemahan marmer
adalah memiliki pori-pori relatif besar. Marmer yang berpori-pori relatif besar
membutuhkan perawatan ekstra. Hal ini karena marmer mudah menyerap cairan dan
layaknya karpet, meninggalkan noda jika tidak cepat dibersihkan.

Selain mahal harganya, marmer juga mahal dalam perawatannya dan diperlukan cara
khusus untuk membersihkannya. Pantaslah jika marmer merupakan material lantai
yang berkelas dan mewah, sehingga hanya pengguna yang memiliki dana berlebih
yang sanggup mengaplikasikannya dalam hunian.

 Granit

Granit memiliki pori-pori yang lebih rapat, sehingga memiliki kemungkinan


yang lebih kecil untuk dimasuki air dan kotoran. Granit memiliki kesan dingin dan
berkesan kokoh. Batuan granit diperoleh dari bukit atau gunung granit. Namun
sejalan dengan perkembangan teknologi, saat ini juga telah disediakan granit buatan
dengan motif yang lebih beraneka dan harga yang lebih murah.

 Kayu

Yang paling umum adalah lantai parket (parquette), yang berasal dari kata
parquetry. Material kayu memiliki kesan hangat dan alami. Selain berasal dari kayu
solid, bahan parket saat ini juga berasal dari bahan non kayu seperti bambu. Jenis
lainnya yaitu laminate yang merupakan kayu olahan yang permukaannya adalah hasil
printing.

 Batu
Material batu alam juga sering dipakai sebagai bahan lantai antara lain batu
kali lempeng dan batu salagedang. Biasanya selain di lantai, banyak juga dipakai di
taman atau ditempel di tembok pagar, dan dinding pada interior rumah. Kedua jenis
batu ini cukup tahan terhadap cuaca, meskipun mencari tekstur batu yang kurang
lebih seragam tidak mudah, ditambah lagi lebar nat antar batunya tidak seragam. Tapi
hal itu justru menambah ruang menjadi semakin natural. Material batu ini memiliki
kesan dingin.

9. PELAT LANTAI (FLOOR PLATE)

Pengertian Plat Lantai

Plat lantai adalah lantai yang tidak terletak di atas tanah langsung, merupakan
lantai tingkat pembatas antara tingkat yang satu dengan tingkat yang lain. Plat lantai
didukung oleh balok-balok yang bertumpu pada kolom-kolom bangunan. Ketebalan
plat lantai ditentukan oleh :

 Besar lendutan yang diinginkan


 Lebar bentangan atau jarak antara balok-balok pendukung
 Bahan konstruksi dan plat lantai

Plat lantai harus direncanakan: kaku, rata, lurus dan waterpas (mempunyai
ketinggian yang sama dan tidak miring), agar terasa mantap dan enak untuk berpijak
kaki. Ketebalan plat lantai ditentukan oleh : beban yang harus didukung, besar
lendutan yang diijinkan, lebar bentangan atau jarak antara balok-balok pendukung,
bahan konstruksi dari plat lantai.

Pada plat lantai hanya diperhitungkan adanya beban tetap saja (penghuni,
perabotan, berat lapis tegel, berat sendiri plat) yang bekerja secara tetap dalam waktu
lama. Sedang beban tak terduga seperti gempa, angin, getaran, tidak diperhitungkan.

Fungsi Plat Lantai


Fungsi plat lantai adalah sebagai berikut

1. Sebagai pemisah ruang bawah dan ruang atas

2. Sebagai tempat berpijak penghuni di lantai atas

3. Untuk menempatkan kabel listrik dan lampu pada ruang bawah

4. Meredam suara dari ruang atas maupun dari ruang bawah

5. Menambah kekakuan bangunan pada arah horizontal

Konstruksi Plat Lantai Berdasarkan Materialnya

Konstruksi untuk plat lantai dapat dibuat dari kayu, beton, baja dan yumen (kayu
semen).

1. Plat Lantai Kayu

Plat lantai kayu umumnya dibuat dari rangkaian papan kayu yang disatukan menjadi
kesatuan yang kuat, sehingga membentuk bidang injak yang luas.

· Ukuran umum

a.Lebar papan : 20-30cm

b.Tebal papan : 2-3cm

c.Jarak balok-balok pendukung : 60-80cm

d.Ukuran balok : 8/12, 8/14, 10/14

e.Bentangan : 3-3,5 m

Balok-balok kayu ini dapat diletakkan diatas pasangan bata 1 batu atau ditopang

Keuntungan plat lantai kayu:

 Harganya relatif murah, berarti biaya bangunan rendah


 ·Mudah dikerjakan, berarti pekerjaan lebih cepat selesai
 Beratnya ringan, berarti menghemat ukuran pondasi

Kerugian plat lantai kayu:

 Hanya boleh untuk Knan sederhana dengan beban ringan


 Bukan peredam suara yang baik, suara gaduh atau hentakan kaki dari
penghuni atas dapat mengganggu penghuni di lantai bawahnya
 Sifat bahan rembes air, jadi tidak dapat dibuat km/wc di lantai atas
 Mudah terbakar, jadi tidak boleh membuat dapur diatasnya
 Dapat dimakan bubuk/serangga, berarti keawetan bahan terbatas
 ·Mudah rusak oleh pengaruh cuaca yang berubah-rubah (panas dan hujan),
jadi hanya cocok untuk bangunan yang terlindung

Plat Lantai Beton

Plat lantai beton bertulang umumnya dicor ditempat, bersama-sama balok


penumpu dan kolom pendukungnya. Dengan demikian akan diperoleh hubungan
yang kuat yang menjadi satu kesatuan, hubungan ini disebut jepit-jepit. Pada plat
lantai beton dipasang tulangan baja pada kedua arah, tulangan silang, untuk menahan
momen tarik dan lenturan. Untuk mendapatkan hubungan jepit-jepit, tulangan plat
lantai harus dikaitkan kuat pada tulangan balok penumpu. Perencanaan dan hitungan
plat lantai dari beton bertulang harus mengikuti persyaratan yang tercantum dalam
buku SNI Beton 1991.Beberapa persyaratan tersebut antara lain :

 ·Plat lantai harus mempunyai tebal sekurang-kurangnya 12cm, sedang untuk


plat atap sekurang-kurangnya 7cm;
 ·Harus diberi tulangan silang dengan diameter minimum 8mm dari baja lunak
atau baja sedang;
 ·Pada plat lantai yang tebalnya lebih dari 25cm harus dipasang tulangan
rangkap atas bawah;
 ·Jarak tulangan pokok yang sejajar tidak kurang dari 2,5cm dan tidak lebih
dari 20cm atau dua kali tebal plat, dipilih yang terkecil;
 ·Semua tulangan plat harus terbungkus lapisan beton setebal minimum 1cm,
untuk melindungi baja dari karat, korosi, atau kebakaran;
 ·Bahan beton untuk plat harus dibuat dari campuran 1pc:2psr:3kr + air, bila
untuk lapis kedap air dibuat dari campuran 1pc:1,5psr:2,5kr + air secukupnya.

Plat lantai dari beton mempunyai keuntungan antara lain :

 Mampu mendukung beban besar


 Merupakan isolasi suara yang baik
 Tidak dapat terbakar dan dapat lapis kedap air, jadi diatasnya boleh dibuat
d dapur dan km/wc
 Dapat dipasang tegel untuk keindahan lantai

Merupakan bahan yang kuat dan awet, tidak perlu perawatan dan dapat berumum
panjang. Untuk menghindari lenturan yang besar, maka bentangan plat lantai jangan
dibuat terlalu lebar, untuk ini dapat diberi balok-balok sebagai tumpuan yang juga
berfungsi menambah kekakuan plat. Bentangan plat yang besar juga akan
menyebabkan plat menjadi terlalu tebal dan jumlah tulangan yang dibutuhkan akan
menjadi lebih banyak, berarti berat bangunan akan menjadi besar dan harga persatuan
luas akan menjadi mahal.

Elemen-elemen pembebanan untuk plat lantai :

· Beban hidup (untuk rumah tinggal) = 0,200 t/m2

· Beban hidup (untuk bangunan umum) = 0,250 t/m2

· Pasir urug dibawah tegel tiap cm tebal = 0,018 t/m2


· Berat tegel+perekat = 0,120 t/m2

· Berat plafon+penggantung = 0,020 t/m2

· Berat dinding pasangan bata tebal ½ batu = 0,250 t/m2 pas

· Berat jenis beton = 2,4 t/m3

Konstruksi plat lantai baja

Konstruksi ini biasanya digunakan pada bangunan yang sebagian besar


komponen-komponen strukturnya terdiri dari material baja. Tangga ini digunakan
pada bangunan semi permanen seperti bangunan peruntukan bengkel, bangunan
gudang, dan lain-lain

Konstruksi plat lantai yumen (Kayu Semen)

Plat lantai kayu semen ini dibuat dari potongan kayu apa saja dan kecil-kecil
yang kemudian dicampur semen dengan ukuran 90 cm x 80 cm. Plat lantai yumen ini
masih jarang digunakan karena termasuk bahan bangunan baru. Dan yumen ini
buatan dari pabrik semen gresik.

Cara pemasangan yumen :

· Sebelum dipasang yumen, dack yang akan digunakan harus dipasangin kayu
bangkirai 5/7dengan panjang yang sudah diatur dengan jarak 40 cm. Kayu yang
berjejer itu ditumpangi ringbalk dan dicor.

· Setelah itu lembaran yumen dipasang berjejer rapat diatas kayu tersebut lalu
dibaut.

10. RANGKA ATAP BANGUNAN


Atap adalah bagian dari suatu bangunan yang berfungsi sebagai penutup seluruh
ruangan yang ada di bawahnya terhadap pengaruh panas, debu, hujan, angin atau
untuk keperluan perlindungan. Bentuk atap berpengaruh terhadap keindahan suatu
bangunan dan pemilihan tipe atap hendaknya disesuaikan dengan iklim setempat,
tampak yang dikehendaki oleh arsitek, biaya yang tersedia, dan material yang mudah
didapat.

Konstruksi rangka atap yang digunakan adalah rangka atap kuda-kuda.


Rangka atap atau kuda–kuda adalah suatu susunan rangka batang yang berfungsi
untuk mendukung beban atap termasuk juga berat sendiri dan sekaligus memberikan
bentuk pada atap. Pada dasarnya konstruksi kuda–kuda terdiri dari rangkaian batang
yang membentuk segitiga. Dengan mempertimbangkan berat atap serta bahan
penutup atap, maka konstruksi kuda–kuda akan berbeda satu sama lain. Setiap
susunan rangka batang haruslah merupakan satu kesatuan bentuk yang kokoh yang
nantinya mampu memikul beban yang bekerja padanya tanpa mengalami perubahan.

Pada bagian konstruksi atap terdapat berbagai bagian penting sebagai pendukung
utama berdirinya konstruksi atap tersebut, seperti berikut :

a. Gording

Gording membagi bentangan atap dalam jarak-jarak yang lebih kecil


pada proyeksi horisontal. Gording meneruskan beban dari penutup atap, reng, usuk,
orang, beban angin, beban air hujan pada titik-titik buhul kuda-kuda.Gording berada
di atas kuda-kuda, biasanya tegak lurus dengan arah kuda-kuda. Gording menjadi
tempat ikatan bagi usuk, dan posisi gording harus disesuaikan dengan panjang usuk
yang tersedia. Gording harus berada di atas titik buhul kuda-kuda, sehingga bentuk
kuda-kuda sebaiknya disesuaikan dengan panjang usuk yang tersedia.Bahan- bahan
untuk Gording, terbuat dari kayu, baja profil canal atau profil WF. Pada gording dari
baja, gording satu dengan lainnya akan dihubungkan dengan sagrod untuk
memperkuat dan mencegah dari terjadinya pergerakan. Posisi sagrod diletakkan
sedemikian rupa sehingga mengurangi momen maksimal yang terjadi pada gording.

Gording kayu biasanya memiliki dimensi : panjang maksimal 4 m, tinggi 12 cm dan


lebar 8 cm s.d. 10 cm. Jarak antar gording kayu sekitar 1,5 s.d. 2,5 m. Gording dari
baja profil canal (Iight lip channel) umumnya akan mempunyi dimensi;
panjang satu batang sekitar 6 atau 12 meter, tinggi antara 10 s.d. 12 cm dan tebal
sekitar 2,5 mm. Profil WF akan memiliki panjang 6 s.d. 12 meter, dengan tinggi
sekitar 10 s.d. 12 cm dan tebal sekitar 0,5 cm.

b. Jurai

Pada pertemuan sudut atap terdapat batang baja atau kayu atau framework
yang disebut jurai. Jurai dibedakan menjadi jurai dalam dan jurai luar.

c. Sagrod

Sagrod adalah batang besi bulat terbuat dari tulangan polos dengan kedua
ujungnya memiliki ulir dan baut sehingga posisi bisa digeser
(diperpanjang/diperpendek).

d. Usuk / kaso

Usuk berfungsi menerima beban dari penutup atap dan reng dan
meneruskannya ke gording. Usuk terbuat dari kayu dengan ukuran 5/7 cm dan
panjang maksimal 4 m. Usuk dipasang dengan jarak 40 s.d. 50 cm antara satu dengan
lainnya pada arah tegak lurus gording. Usuk akan terhubung dengan gording dengan
menggunakan paku.

Pada kondisi tertentu usuk harus dibor dahulu sebelum dipaku untuk menghindari
pecah pada ujung-ujung usuk.
e. Reng

Reng berupa batang kayu berukuran 2/3 cm atau 3/5 cm dengan panjang
sekitar 3 m. Reng menjadi tumpuan langsung penutup atap dan meneruskannya ke
usuk/kaso. Pada atap dengan penutup dari asbes, seng atau sirap reng tidak
digunakan. Reng akan digunakan pada atap dengan penutup dari genteng. Reng akan
dipasang pada arah tegak lurus usuk dengan jarak menyesuaikan dengan
panjang dari penutup atapnya (genteng).

f. Penutup Atap

Penutup atap adalah elemen paling luar dari struktur atap.Penutup atap harus
mempunyai sifat kedap air, bisa mencegah terjadinya rembesan air selama kejadian
hujan. Sifat tidak rembes ini diuji dengan pengujian serapan air dan rembesan.
Struktur penutup atap merupakan struktur yang langsung berhubungan dengan beban-
beban kerja (cuaca) sehingga harus dipilih dari bahan-bahan yang kedap air, tahan
terhadap perubahan cuaca. Struktur penutup yang sering digunakan antara lain;
genteng, asbes, kayu (sirap), seng, polycarbonat, plat beton, dan lain-lain.

Kuda-kuda dari type bahan yang dipakai ada sebagian jenis diantaranya :

1. Kuda-kuda berbahan kayu

2. Kuda-kuda berbahan beton

3. Kuda-kuda berbahan pasangan bata

4. Kuda-kuda baja

A. Baja konvensional iwf, canal, siku

B. Baja ringan

Untuk mengetahui secara detail bentuk ataupun gambaran dari rencana tersebut yaitu
berikut detailnya:
1. Kuda-kuda berbahan kayu

Untuk bentang 15 meter, bentuk seperti bentang 9 meter akan tetapi di mensi kayu
8/12 di ganti dengan 8/15, sedangkan 5/10 diganti dengan 6/12.

Gambar di bawah adalah kuda-kuda dari kayu dengan bentang 15 m

SAAT EREXTION KUDA-KUDA DG MENGGUNAKAN 1 BOX

SELESAI EREXTION

SAMBUNGAN KUDA-KUDA DAN GORDING

REGEL,RANGKA DINDING,PERTEMUAN KUDA-KUDA DAN KOLOM

2. Kuda-kuda berbahan beton

yaitu kuda-kuda yang terbuat dari beton bertulang, pada catatan ini yang kami
tampilkan
yaitu kuda-kuda yang biasa dipakai untuk tempat tinggal, dengan jarak tumpuan
bebas 4

mtr., namun jika jarak tumpuan kian lebih 4 mtr., maka dibutuhkan perhitungan
susunan.

3. Kuda-kuda berbahan pasangan bata

kuda-kuda yang terbuat dari pasangan bata umumnya disebut gunungan, serta kerap
dipakai pada atap jenis pelana, atau pada atap jenis lain namun posisi kuda-kuda
diletakan di bagian sedang.

4. Kuda-kuda baja dibagi mejadi 2 , yakni :

A. Baja konvensional iwf, canal, siku

Kuda-kuda baja kerap dipakai untuk bangunan pabrik atau gudang, karna bentang
pada tumpuan bias lebi dari 15 mtr., bahan yang dipakai iwf, c ( canal ), l ( siku ).
Dimensi iwf untuk kuda kuda umumnya ( baiknya susunan dihitung ) bentang 15 mtr.
menggunakan iwf 200, bentang 20 mtr. menggunakan uwf 250, bentang 25 mtr.
menggunakan iwf 275, bentang 30 mtr. iwf 350, dari pengalaman kami bentang yang
sangat besar yaitu 30 mtr.
B. Baja ringan

kuda-kuda baja mudah, terbuat dari baja anti karat, pertarama kali
dikembangkan olen pryda australia, dahulu kerap dimaksud dengan atap pryda,
perhitungan cost yakni m2 luas atap. untuk menentukan atap baja mudah baiknya
pakai perusahaan yang telah populer dibidang atap baja mudah. janganlah asal
tentukan, karna atap baja mudah sistemnya yaitu cremona hingga jika kesalahan saat
menyambung componen dapat menyebabkan fatal.

B. STRUKTUR BAGUNAN

Seni bangunan atau arsitektur adalah seni sejak adanya manusia dan disebut
seni terikat, karena bangunan gedung dipakai oleh manusia dan bahan-bahan
bangunan yang sifatnya dibatasi kemampuannya. Seni bangunan adalah seni dan
teknik dengan mengikutsertakan faktor-faktor falsafah, religi, tradisi, seni dan ilmu
pengetahuan.

Struktur bangunan adalah komponen penting dalam arsitektur. Tidak ada bedanya
apakah bangunan dengan strukturnya hanya tempat untuk berlindung satu keluarga
yang bersifat sederhana, ataukah tempat berkumpul atau bekerja bagi banyak orang,
seperti perkantoran, gedung ibadah, hotel, gedung bioskop, stasiun dan sebagainya.
Maka fungsi dari struktur ialah untuk melindungi suatu ruang tertentu terhadap iklim,
bahaya-bahaya yang ditimbulkan alam dan menyalurkannya semua macam beban ke
tanah. Beban-beban yang dipikulnya, berat bahan dari elemen-elemen beserta berat
strukturnya sendiri disalurkan oleh struktur atau kerangka bangunan kekulit bumi.
Kecuali beban tersebut, struktur harus dapt memikul beban lain akibat dari angin dan
gempa bumi.

Struktur Bangunan Gedung adalah oganisasi daripada elemen-elemen ataupun


komponen-komponen bangunan yang mendukung dapat berfungsinya bangunan
gedung dengan baik. Sistem struktur adalah bentuk organisasi daripada elemen-
elemen struktur yang ditujukan untuk menyalurkan beban secara karakteristik.

Konstruksi

· Pelaksanaan.

· Hubungan antara elemen struktur.

konstruksi merupakan jaminan untuk stabilitas sistem struktur

Sistem konstruksi adalah cara bagaimana struktur bangunan gedung dilaksanakan


(masalah kekuatan, sambungan-sambungan per elemen/bagian yang disambung
secara detail).

Pembebanan struktur bangunan adalah beraneka ragam dan rumit (kompleks).


Bangunan menampung orang-orang yang hidup, barang-barang yang dapat
dipindahkan, beban angin yang berubah-ubah, berat struktur dan bahan-bahan
bangunan yang statis semuanya dipikul ileh struktur atau kerangka bangunan dan
sisalurkan ketanah melalui pondasi.Menurut sistem penyaluran bebannya struktur
bangunan gedung dibagi sebagai berikut:

o Struktur Utama adalah organisasi dari elemen-elemen ataupun


komponen- komponen bangunan yang menyalurkan beban ketanah
dan tanpa adanya struktur ini bangunan tidak dapat berfungsi dengan
baik
o Struktur pendukung adalah susunan elemen-elemen ataupun
komponen bangunan yang mendukung struktur utama supaya dapat
melaksanakan fungsinya dengan baik

Banyak variasi pembebanan pada struktur bangunan. Beban-beban tersebut diatas


dapat ditentukan dan diberi kode atau tanda dalam perencanaan struktur. Beban
dibedakan menjadi:

· Beban Mati adalah beratnya struktur sendiri.

· Beban hidup adalah berat beban yang dapat berpindah-pindah atau berubah
arah seperti mesin, orang, penyekat fleksibel (partition), air hujan, salju, dsb.

· Beban Angin.

· Beban Termis.

· Gerakan bangunan akibat gerakan tanah.

· Goyangan bangunan akibat gempa bumi.

· Beban Dinamis.

4 faktor yang harus diperhatikan dalam perencanaan bangunan:

1. Estetika, sebagai dasar keindahan dan keserasian bangunan yang mampu


memberikan rasa bangga kepada pemilknya.

2. Fungsional, disesuaikan dengan pemanfaatan dan penggunaannya sehingga


dalam pemakaiannya dapat memberikan kenikmatan dan kenyamanan.

3. Struktural, mempunyai struktur yang kuat dan mantap yang dapat memberikan
kenikmatan dan kenyamanan.
4. Ekonomis, pendimensian elemen bangunan yang proporsional dan penggunaan
bahan bangunan yang memadai sehingga bangunan awet dan mempunyai umur pakai
yang panjang.

BAHAN-BAHAN UNTUK STRUKTUR BANGUNAN

Batu Alam dan Bata Buatan Batu alam adalah bahan yang tertua dipakai manusia
sejak mulai membangun rumah dan gedung-gedung pada jaman dahulu.
Pengelmpokan batu alam menurut asal jadinya adalah sebagai berikut: Batu-batuan
dari pembekuan lahar. ƒ Batu-batuan dari endapan. ƒ Batu-batuan dari salah satu
yang disebut tadi atau campuran setelah mengalami perubahan.

Kemudian disusul dengan batu buatan misalnya dari Portland Cement (PC) dan pasir
atau bata dari tanah liat. Guna meringankan berat dinding ada yang dibuat dengan
lubang ditengahnya, dengan lubang kecil biasa disebut dengan hollow bricks.

Kayu Adalah bahan konstruksi sejak jaman dahulu, kayu dimanfaatkan juga sebagai
bahan penghias interior.

Baja Adalah bahan bangunan yang sangat diperlukan sekali baik sebagai struktur
utama maupun sebagai pendukung tambahan dalam beton bertulang. Bahan baja
dibuat dalam bermacam- macam bentuk dan ukuran untuk elemen-elemen struktur
bangunan. Hal-hal yang kurang menguntungkan perubahan bentuk relatif (akibat
panas ermis), tidak tahan panas api dan korosif, perawatan memerlukan biaya yang
besar.

Alumunium Campuran alumunium pada waktu sekarang belum dapat mengambil alih
semua macam baja sebagai struktur bangunan.
BAB III

ILMU GEOLOGI DALAM KONSTRUKSI

3.1 Mekanika Tanah

Mekanika tanah adalah bagian dari geologi yang merupakan salah satu cabang
dari ilmu teknik sipil. Mekanika tanah adalah cabang dari ilmu teknik dimana
mekanika tanah khusus mempelajari tentang perilaku tanah serta sifat yang
diakibatkan oleh tegangan dan regangan yang disebabkan oleh gaya - gaya yang
bekerja pada tanah itu sendiri. Ini berkaitan dengan struktur tanah serta bahan yang
terdapat pada tanah tersebut. Karena pada dasarnya tanah berasal dari bebatuan yang
lapuk (badrudin, 2013). Istilah mekanika tanah diberikan oleh Karl von
Terzaghi pada tahun 1925 melalui bukunya “Erdbaumechanik auf bodenphysikalicher
Grundlage” (Mekanika Tanah berdasar pada Sifat-Sifat Dasar Fisik Tanah), yang
membahas tentang prinsip-prinsip dasar dari ilmu mekanika tanah modern, dan
menjadi dasar studi-studi lanjutan ilmu ini, sehingga Terzaghi disebut sebagai “Bapak
Mekanika Tanah” (Agustian,2012). Ilmu ini sangat berhubungan erat dengan
pekerjaan teknik, seperti halnya pekerjaan perkerasan jalan raya, perencanaan
pembuatan pondasi, perencanaan pembangunan bawah tanah (gorong - gorong,
terowongan, dan lain-lain), sampai pada perencanaan pembangunan penahan longsor.
Hal-hal yang menjadi pokok perhatian dalam ilmu mekanika tanah adalah kadar air,
angka pori, porositas, serta derajat kejenuhan. Karakteristik tanah juga merupakan
poin terpenting dalam mekanika tanah (Miniaha, 2013).
3.1a Peran dalam Pembangunan

Dalam dunia teknik sipil, tanah merupakan hal yang sangat penting dalam
sebuah pembangunan infrastruktur. Hal ini disebabkan karena tanah merupakan
tumpuan dari bangunan tersebut, semakin kuat tanah, maka umur bangunan tersebut
otomatis akan sedikit lebih lama (jika kekuatan bangunan dipengaruhi oleh tanah).
Dalam dunia tenik sipil sendiri, ilmu mekanika tanah digunakan pada berbagai
pekerjaan penting seperti pekerjaan perkerasan jalan raya, pekerjaan galian dan
timbunan tanah, perencanaan pondasi gedung, perencanaa bangunan dibawah tanah
misalnya terowongan, perencanaan galian tanah, perencanaan bendungan,
perencanaan bangunan penahan tanah longsor, dan pekerjaan pondasi bangunan seprti
gedung bertingkat tinggi

Dalam kajian mekanika tanah ini, hal yang paling penting dari tanah adalah
Sifat Tanah. Sifat tanah ini meliputi profil tanah, warna tanah, teksture tanah,
struktur tanah, porositas tanah serta konsistensi tanah.

 Profil Tanah

Profil tanah ini merupakan sebuah penampang melintang tanah atau bisa
disebut dengan irisan tegak lurus kebawah dari permukaan tanah yang menampakkan
lapisan-lapisan tanah.

 Warna Tanah

Warna tanah ini merupakan ciri utama yang paling mudah untuk
mendeterminasi tanah. Warna tanah berfungsi sebagai penunjuk warna tanah
berfungsi sebagai penunjuk dari sifat tanah, karena warna tanah dipengaruhi oleh
beberapa faktor yang terdapat dalam tanah tersebut. Penyebab perbedaan warna
permukaan tanah umumnya dipengaruhi oleh perbedaan kandungan bahan
organik(Hardjowigeno, 1992). Warna tanah ditentukan dengan membandingkan
warna tanah tersebut dengan warna standar pada buku Munsell Soil Color Chart.
Diagram warna baku ini disusun tiga variabel, yaitu hue, value dan chroma. Dalam
hal ini, Hue adalah warna spectrum yang dominan sesuai dengan panjang
gelombangnya, Value menunjukkan gelap terangnya warna, sesuai dengan banyaknya
sinar yang dipantulkan, dan Chroma menunjukkan kemurnian atau kekuatan dari
warna spektrum. Chroma didefiniskan juga sebagai gradasi kemurnian dari warna
atau derajat pembeda adanya perubahan warna dari kelabu atau putih netral ke warna
lainnya

 Struktur Tanah

Struktur tanah merupakan kenampakan atau susunan partikel-partikel primer


tanah hingga partikel sekunder yang membentuk agregat. Struktur tanah berfungsi
memodifikasi pengaruh tekstur terhadap kondisi drainse atau aerasi tanah, karena
susunan antara agregat tanah akan menghasilkan ruang yang lebih memudahkan
system perakaran tanaman untuk berpenetrasi dan mengabsorbsi hara dan air,
sehingga pertumbuhan dan produksi menjadi lebih baik (Hanafiah, 2007). Jadi tanah
yang bertekstur baik akan mempunyai kondisi drainase dan aerasi yang baik pula.

 Porositas Tanah

Porositas adalah proporsi ruang pori tanah yang terdapat dalam suatu volume
tanah yang dapat ditempati oleh air dan udara , sehingga merupakan indicator kondisi
drainase dan aerasi tanah. Tanah yang poreus berarti tanah yang cukup mempunyai
ruang pori untuk pergerakan air dan udara masuk dan keluar tanah yang secara
leluasa , sebaliknya jika tanah tidal poreus (Hakim ,1996). Porositas tanah adalah
kemampuan tanah dalam menyerap air berkaitannya dengan tingkat kepadatan tanah.
Semakin padat tanah berarti semakin sulit untuk menyerap air, maka porositas tanah
semakin kecil. Sebaliknya semakin mudah tanah menyerap air maka tanah tersebut
memiliki porositas yang besar (Shinta, 2015). Jadi porositas merupakan proporsi
ruang pori tanah yang terdapat dalam suatu volume tanah yang dimana tempat
tersebut dapat ditempati oleh air dan udara, yang mana dalam hal ini dipengaruhi oleh
tingkat kepadatan tanah, semakin tanah tesebut padat maka akan semakin sulit
menyerap air sehingga porositas tanah semakin kecil dan juga sebaliknya. Tanah
yang porositasnya baik adalah tanah yang porositasnya besar karena perakaran
tanaman mudah untuk menembus tanah dalam menvari bahan organik. Selain itu
tanah tersebut mampu menahan air hujan sehingga tanaman tidak selalu kekurangan
air.
3.2 Rekayasa Pondasi

Rekayasa pondasi merupakan sebuah cabang dari ilmu geologi yang


membahas tentang pondasi baik struktur, bentuk dan lainnya. Sebuah bangunan tidak
dapat begitu saja didirikan langsung di atas permukaan tanah, oleh karena itu
diperlukan pondasi. Pondasi merupakan suatu bagian dari kontruksi bangunan yang
berfungsi untuk menempatkan bangunan dan meneruskan beban yang disalurkan dari
struktur atas ke tanah dasar pondasi yang cukup kuat menahannya tanpa terjadinya
diferential pada system strukturnya (Azwaruddin, 2008).
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan tipe pondasi adalah
keadaan tanah pondasi, batasan-batasan akibat kontruksi diatasnya, keadaan daerah
sekitar lokasi, waktu dan biaya pekerjaan serta serta kokoh, kaku dan kuat pondasi
tersebut (Azwaruddin, 2008). Kriteria pondasi yang harus dipenuhi dalam
perencanaan suatu pondasi yaitu pondasi harus ditempatkan dengan tepat, sehingga
tidak longsor akibat pengaruh luar, dan juga pondasi harus aman dari kelongsoran
daya dukung, serta pondasi harus aman dari penurunan yang berlebihan
Jadi, rekayasa pondasi merupakan cabang ilmu geoteknik yang mempelajari
pondasi, dan juga sebuah ilmu yang digunakan untuk analisis penggunaan pondasi,
misal bangunan A pondasinya yang ini, bangunan B harus yang ini, dan seterusnya.
Pondasi sendiri adalah struktur bagian bawah bangunan yang berhubungan langsung
dengan tanah, atau bagian bangunan yang terletak dibawah permukaan tanah yang
mempunyai fungsi memikul beban bagian bangunan lainnya di atasnya. Pondasi
harus diperhitungkan untuk dapat menjamin kestabilan bangunan terhadap beratnya
sendiri, beban-beban bangunan, gaya-gaya luar seperti tekanan angin, gempa bumi,
dan lain-lain. Disamping itu, tidak boleh terjadi penurunan level melebihi batas yang
diijinkan. Untuk memilih tipe pondasi, yang perlu diperhatikan adalah seberapa
cocok pondasi tersebut untuk berbagai keadaan di lapangan dan seberapa lama
pondasi tersebut akan terselesaikan.
Pondasi yang merupakan bagian dari konstruksi bangunan harus memenuhi
beberapa syarat yaitu cukup kuat untuk mencegah/menghindarkan timbulnya patah
geser yang disebabkan muatan tegak ke bawah. Dapat menahan gangguan dari unsur-
unsur kimiawi di dalam tanah baik organik maupun anorganik. Dapat menahan
tekanan air yang mungkin terjadi. Suatu konstruksi pondasi yang tidak cukup kuat
dan kurang memenuhi persyaratan tersebut diatas, dapat menimbulkan kerusakan
pada bangunannya. Akibat yang ditimbulkan oleh kerusakan ini, memerlukan
perbaikan dari bangunannya bahkan kemungkinan terjadi seluruh bangunan menjadi
rusak dan harus dibongkar.
Pondasi sendiri pada umumnya memiliki 2 jenis, yaitu pondasi dangkal dan
pondasi dalam. Pondasi dalam meliputi pondasi menerus, pondasi setempat, pondasi
kontruksi sarang laba-laba, pondasi tapak, pondasi tikar, pondasi umpak, dan pondasi
rakit. Sedangkan pondasi dalam meliputu pondasi bored pile dan pondasi sumuran.
Definisinya telah dijelaskan diatas.

Anda mungkin juga menyukai