Anda di halaman 1dari 9

Nama : Iwan Kurniawan

NPM : G1B021037

Kelas :A

Mata Kuliah : Struktur Bangunan Gedung

Dosen Pengampu : Yuzuar Afrizal, S.T., M.T.

STRUKTUR BAWAH
Struktur bawah adalah bagian dari struktur bangunan gedung yang terletak di
bawah muka tanah, yang dapat terdiri dari struktur besmen, dan atau struktur
pondasinya.

A. Bagian-Bagian Struktur Bawah

 Pondasi (pancang, bore pile, telapak, dll)

Pengertian umum untuk Pondasi adalah Struktur bagian bawah bangunan


yang berhubungan langsung dengan tanah, atau bagian bangunan yang
terletak di bawah permukaan tanah yang mempunyai fungsi memikul
beban bagian bangunan lainnya di atasnya. Pondasi harus diperhitungkan
untuk dapat menjamin kestabilan bangunan terhadap beratnya sendiri,
beban – beban bangunan (beban isi bangunan), gaya-gaya luar seperti:
tekanan angin,gempa bumi, dan lain-lain. Disamping itu, tidak boleh
terjadi penurunan level melebihi batas yang diijinkan.

 Galian tanah

Galian tanah untuk pondasi dan galian-galian lainnya harus dilakukan


menurut ukuran dalam, lebar dan sesuai dengan peil-peil yang tercantum
pada gambar. Semua bekas-bekas pondasi bangunan lama dan akar-akar
pohon yang terdapat pada bagian pondasi yang akan dilaksanakan harus
dibongkar dan dibuang. Bekas-bekas pipa saluran yang tidak dipakai harus
disumbat. Apabila pada lokasi yang akan dijadikan bangunan terdapat pipa
air, pipa gas, pipa-pipa pembuangan, kabel-kabel listrik, telepon dan
sebagainya yang masih dipergunakan, maka secepatnya diberitahukan
kepada Konsultan Manajemen Konstruksi atau instansai yang berwenang
untuk mendapatkan petunjuk-petunjuk seperlunya.
 Pile cap dan sloof

Pile cap merupakan suatu cara untuk mengikat pondasi sebelum didirikan
kolom di bagian atasnya. Pile cap ini bertujuan agar lokasi kolom benar-
benar berada dititik pusat pondasi sehingga tidak menyebabkan
eksentrisitas yang dapat menyebabkan beban tambahan pada pondasi. Dan
sloof berfungsi mendistribusikan beban dari bangunan atas ke pondasi,
sehingga beban yang tersalurkan setiap titik di pondasi tersebar merata.
Selain itu sloof juga berfungsi sebagai pengunci dinding dan kolom agar
tidak roboh apabila terjadi pergerakan tanah.

 Urug tanah kembali dan pemadatan tanah

Pengurugan tanah adalah pekerjaan yang bertujuan memindahkan tanah ke


suatu lokasi untuk membentuk atau mencapai ketinggian tanah tertentu
sesuai kebutuhan. Pekerjaan pengurugan banyak dilakukan untuk
infrastruktur bangunan dan juga pertanian. Galian tanah nantinya akan
terhubung langsung dengan bagian-bagian yang penting di tanah seperti
adanya bekas pondasi bangunan lama dan akar-akar pohon. Jika pada
galian terdapat saluran air, pipa pembuangan, kabel listrik, telepon, maka
secepatnya dilaporkan pada pihak yang berwenang. Pengerjaan bagian ini
biasanya diserahkan ke bagian kontraktor karena segala kerusakan yang
terjadi pada pengerjaan galian tanah sepenuhnya menjadi tanggung jawab
kontraktor.

 Basement

Komponen ini biasanya digunakan pada lahan yang terbatas. Sangat


penting untuk merencanakan beban dan metode galian untuk menghindari
masalah yang timbul saat pelaksanaan pembuatan seperti penurunan
permukaan tanah.

B. Jenis-Jenis Struktur Bawah

 Jenis Pondasi Dalam

1. Pondasi Tiang Pancang

Pondasi tiang pancang merupakan salah satu jenis pondasi bangunan yang
masuk dalam kategori pondasi dalam. Saat ini pondasi ini digunakan
sebagai pondasi untuk pembangunan bangunan dalam skala kecil maupun
besar. Pondasi tiang pancang dikenal sebagai pondasi yang memiliki daya
tahan yang lama. Karena kerangka dari pondasi ini dapat menghindari
karat hingga pelapukan yang terjadi di dalam tanah
2. Pondasi Bore Pile

Jenis pondasi dalam selanjutnya adalah pondasi bore pile. Pondasi bore
pile merupakan sebuah pondasi yang memiliki bentuk layaknya sebuah
tabung panjang yang kemudian ditancapkan ke dalam tanah. Biasanya
jenis pondasi bangunan ini difungsikan untuk menjaga kestabilan
bangunan bertingkat maupun bangunan yang berlokasi di area sekitar
lereng.

Kelebihan dari penggunaan pondasi ini adalah pada saat pemasangan


sedang berlangsung, pondasi ini tidak mengeluarkan suara yang bising.
Selain itu penggunaannya juga tidak akan mengalami pergeseran,
meskipun struktur tanah bergelombang.

3. Pondasi Piers

Pondasi piers ini digunakan untuk meneruskan beban berat dari stuktur
bangunan. Biasanya pondasi ini dipasang dengan cara menggali tanah
dengan kedalaman yang sudah ditentukan, barulah kemudian pondasi ini
ditancapkan ke dalam tanah yang sudah digali sebelumnya. Biasanya
pondasi ini dibuat dari bahan beton precast, yang nantinya balok beton
diafragma akan mengikuti ukuran dari tinggi pondasi yang sudah
diperhitungkan.

4. Pondasi Sumuran

Menggunakan dua kombinasi prinsip pembuatan antara pondasi dangkal


dan pondasi tiang pancang. Dinamakan pondasi sumuran karena
pembangunan dilakukan dengan cara membuat beberapa sumur sesuai
dengan tipe kontruksi bangunan. Untuk membuat pondasi sumuran
semakin kokoh diisi dengan tiang beton sebagai penahan utamanya.

Pondasi sumuran merupakan salah satu pondasi dalam yang banyak


diaplikasikan pada bangunan di Indonesia. Karena sangat cocok dan pas
digunakan pada tempat-temapat yang mengandung struktur tanah keras
dan terletak di kedalaman lebih dari 3 meter.

5. Pondasi Basement

Basement adalah sebuah tingkat atau beberapa tingkat dari bangunan yang
keseluruhan atau sebagian terletak di bawah tanah. Pembuatan basement
dibuat sebagai usaha untuk mengoptimalkan penggunaan lahan yang
semakin terbatas dan mahal. Inilah yang menjadi fungsi dari penggunaan
pondasi basement untuk menahan beban bangunan secara baik.
Pondasi basement terdiri dari tiga bagian penting yaitu, metode
konstruksi, retaining wall, dan dewatering. Setiap bangian memiliki
fungsinya masing-masing untuk membuat pondasi basement dapat
menahan dan mendistribusikan beban dengan baik. Sehingga tetap kokoh
dan kuat dalam menahan beban bangunan secara meyeluruh. Karena pada
bagian dasarnya terdapat ruang kosong (basement) dan hanya di tahan oleh
tiang pondasi dan retaining wall.

 Jenis Pondasi Dangkal

Untuk pondasi dangkal ini biasanya digunakan pada bangunan yang


memiliki struktur bangunan yang tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu
berat. Umumnya pondasi dangkal ini difungsikan untuk pembuatan hunian
tempat tinggal yang tidak memiliki beban yang berat. Penggunaan pondasi
ini diterapkan di jenis tanah yang permukaannya bersifat stabil. Untuk
kedalaman pemasangannya juga tidak lebih dari 3 meter. Jenis dari
pondasi dangkal meliputi:

6. Pondasi Memanjang

Pondasi memanjang atau juga dikenal dengan pondasi jalur merupakan


jenis pondasi dangkal yang berfungsi untuk mendukung beban bangunan
yang berbentuk memanjang. Jenis pondasi ini secara umum dibuat dalam
bentuk memanjang baik itu berbentuk persegi panjang, persegi, maupun
trapesium. Bahan yang biasa digunakan untuk membuat pondasi ini adalah
cor beton tanpa tulang, pecahan batu, serta batu kali.

7. Pondasi Raft

Pondasi memanjang atau juga dikenal dengan pondasi jalur merupakan


jenis pondasi dangkal yang berfungsi untuk mendukung beban bangunan
yang berbentuk memanjang. Jenis pondasi ini secara umum dibuat dalam
bentuk memanjang baik itu berbentuk persegi panjang, persegi, maupun
trapesium. Bahan yang biasa digunakan untuk membuat pondasi ini adalah
cor beton tanpa tulang, pecahan batu, serta batu kali.

8. Pondasi Setempat

Pondasi setempat biasanya digunakan untuk menahan kolom yang ada di


bangunan bertingkat. Jenis pondasi ini hanya digunakan untuk menahan
bagian kolom saja, sedangkan untuk bagian dinding-dindingnya
menggunakan balok, ataupun sloof pengikat. Pondasi setempat ini
digunakan sebagai struktur utama pada bangunan yang bertingkat.
9. Pondasi Sarang Laba-Laba

Pondasi sarang laba-laba merupakan jenis pondasi yang masuk ke dalam


pondasi dangkal. Jenis pondasi ini memiliki bentuk yang mirip dengan
sarang dari laba-laba, yakni memiliki bentuk jaring-jaring yang melingkar.
Pondasi ini memanfaatkan tanah sebagai kekuatan untuk struktur
pondasinya.

10. Pondasi Tapak

Bangunan yang dibuat dengan bentuk melingkar atau bulat, biasanya akan
menggunakan pondasi tapak ini. Namun ada juga bangunan yang memiliki
bentuk persegi menggunakan jenis pondasi ini. Pondasi ini difungsikan
untuk menopang titik beban tunggal yang ada pada bangunan. Jenis
pondasi ini juga cocok digunakan untuk lokasi yang memiliki permukaan
tanah yang lunak.

 Jenis Sloof

1. Besi

Jenis sloof yang pertama adalah besi. Untuk menggunakan sloof besi,
diperlukan besi tulangan dan pokok dan cincin alias sengkangnya dengan
komposisi yang tepat.

2. Kayu

Jenis sloof yang kedua adalah kayu. Sloof kayu bisa digunakan
pada bangunan rumah adat seperti rumah panggung.

3. Batu Bata

Sedangkan batu bata sebagai material sloof diklaim kurang kokoh, meski
batu batu memang bagus untuk struktur dinding. Alasannya, batu bata
memiliki sifat lembap sehingga kurang mumpuni untuk menyangga beban
di atas pondasi.

4. Beton Bertulang

Beton bertulang merupakan material sloof yang ideal digunakan pada


bangunan rumah satu lantai yang mengusung pondasi batu kali. Jenis sloof
beton bertulang acapkali digunakan sebagai balok pengikat pada pondasi
tiang.

 Jenis Tanah Urugan


1. Tanah Merah

Tanah merah (laterit) adalah tanah yang mempunyai warna coklat


kemerah-merahan. Tanah ini biasanya terbentuk di lingkungan yang
dingin, lembab, dan tergenangi air. Karakteristik tanah ini yaitu gampang
menyerap air, memiliki profil tanah yang dalam, mengandung bahan
organik yang sedang, mempunyai pH netral sampai asam, serta memiliki
kandungan alumunium dan zat besi.

Tanah merah memiliki tekstur yang cukup padat dan kokoh. Tanah jenis
ini banyak ditemukan di daerah pantai hingga pegunungan yang tinggi,
serta menyebar di sebagian besar lahan di Indonesia. Selain dipakai untuk
urugan tanah pada proyek pembangunan, tanah merah juga biasa
digunakan untuk membentuk lahan perkebunan.

2. Tanah Padas

Tanah padas adalah tanah yang memiliki tingkat kepadatan yang sangat
tinggi. Strukturnya terdiri dari lapukan batuan induk dengan kandungan
organik tanah yang rendah bahkan hampir tidak ada. Hal ini dikarenakan
mineral yang terkandung di dalam tanah ini telah dikeluarkan oleh air yang
berada di lapisan atasnya.

Tanah padas mempunyai karakteristik teksturnya sangat kokoh tetapi sulit


menyerap air. Oleh karena itu, jarang sekali orang yang mau
memanfaatkan tanah ini untuk sektor pertanian. Kebanyakan tanah padas
dipakai untuk pondasi infrastruktur bangunan berukuran besar seperti
gedung-gedung bertingkat. Tanah padas bisa ditemukan di hampir seluruh
daerah di Indonesia.

3. Tanah Semi Padas

Tanah semi padas, atau biasa dikenal tanah liat, adalah tanah yang
terbentuk dari perpaduan antara batuan kapur dan pasir. Faktor utama yang
mempengaruhi pembentukan tanah ini yaitu hujan yang terjadi secara tidak
merata sepanjang tahun. Bisa dibilang tanah semi padas ibarat campuran
tanah merah dan tanah padas sehingga sifat dan karakteristiknya pun
seperti gabungan dari keduanya.

Tanah semi padas memiliki tingkat kesuburan yang cukup baik sehingga
layak dipergunakan untuk keperluan bercocok tanam. Selain itu, tanah liat
juga biasa dimanfaat sebagai bahan baku kerajinan tangan serta material
bangunan seperti genteng dan batubata. Tanah semi padas umumnya
banyak ditemukan di dataran rendah dan lereng pegunungan.
C. Material Struktur Bawah

 Material yang Digunakan Pada Struktur Pondasi dan Sloof

1. Semen untuk pengikat antar batu satu dengan yang lainnya


2. Pasir campuran semen untuk mengikat batu satu dengan yang lain
3. Batuan Cadas untuk menjadi tumpuan batu kali
4. Batu Kali yang sudah di hancurkan namun tidak terlalu kecil
5. Batu Krikil / Batu Split untuk memperkuat campuran semen dengan
pasir
6. Besi Beghel diameter di tentukan dari tekanan bangunan
7. Air Secukupnya

D. Metode Pengerjaan Struktur Bawah

1. Pondasi
 Pekerjaan Persiapan

Rencanakan urutan galian, urutan pemasangan pondasi batu kali, tempat


penimbunan tanah hasil galian sementara sebelum diangkut keluar dari site, juga
tempat penimbunan sementara batu-batu kali tersebut sebelum dipasang.

 Pekerjaan Galian

Beberapa hal yang harus dilakukan dalam pekerjaan galian adalah :

a. Siapkan alat-alat yang diperlukan


b. Menggali tanah dengan ukuran lebar sama dengan lebar pondasi bagian
bawah dengan kedalaman yang disyaratkan.
c. Menggali sisi-sisi miringnya, sehingga diperoleh sudut kemiringan yang
tepat.
d. Buang tanah sisa galian ke tempat yang telah ditentukan
e. Cek posisi, lebar, kedalaman, dan kerapiannya sesuai dengan rencana.

 Pekerjaan Urugan Pasir

Beberapa hal yang harus dilakukan dalam pekerjaan urugan pasir adalah :

a. Pasir urug diratakan pada dasar galian dan disiram air untuk mendapatkan
kelembaban yang optimum untuk pemadatan.
b. Padatkan pasir urug tersebut dengan memakai alat stamper.
c. Jika diperlukan ulangi langkah satu dan dua sehingga didapatkan tebal
pasir urug seperti yang direncanakan.
 Pekerjaan Pasangan Pondasi

Pada pekerjaan pasangan pondasi ada 2 tahap yaitu pembuatan profil dan
pemasangan batu kali

Pembuatan profil :

a. Pasang patok batu untuk memasang profil (2 patok untuk tiap profil).
Profil dipasang pada setiap ujung lajur pondasi.
b. Pasang bilah batu datar pada kedua patok,setinggi profil.
c. Pasang profil benar-benar tegak lurus dan bidang atas profil datar.
Usahakan titik tengah profil tepat pada tengah-tengah galian yang
direncanakan dan bidang atas profil sesuai peil pondasi.
d. Ikat profil tersebut pada bilah datar yang dipasang antara 2 patok dan juga
dipaku agar lebih kuat.
e. Pasang patok sokong, miring pada tebing galian pondasi dan ikatkan
dengan profil, sehingga menjadi kuat dan kokoh.
f. Cek ketegakan / posisi profil dan ukuran-ukurannya, perbaiki jika ada
yang tidak tepat,demikian juga peilnya.

Pemasangan batu kali :

a. Siapkan semua alat dan bahan yang dibutuhkan


b. Pasang benang pada sisi luar profil untuk setiap beda tinggi 25 cm dari
permukaan urugan pasir.
c. Siapkan adukan untuk melekatkan batu-batu tersebut.
d. Susun batu-batu diatas lapisan pasir urug tanpa adukan (aanstamping)
dengan tinggi 25cm dan isikan pasir dalam celah-celah batu tersebut
sehingga tak ada rongga antar batu kemudian siramlah pasangan batu
kosong tersebut dengan air.
e. Naikkan benang pada 25 cm berikutnya dan pasang batu kali dengan
adukan, sesuai ketinggian benang. Usahakan bidang luar pasangan tersebut
rata.

Anda mungkin juga menyukai